Gempa bumi yang bersumber pada sesar yang berada atau dekat dengan wilayah
darat mengakibatkan jumlah korban dan kerusakan yang sangat signifikan. Seperti
gempa bumi yang terjadi di Yogyakarta – Jawa Tengah pada Mei 2006 dengan Mw
6,3 pada kedalaman 10 km mengakibatkan 5.749 jiwa meninggal dunia, 38.568
orang terluka dan menyebabkan 600.000 orang mengungsi. Gempa bumi yang
terjadi di Padang - Pariaman pada September 2009 dengan Mw 7,5 pada kedalaman
81 km mengakibatkan 1.117 jiwa meninggal dunia, 1.214 orang terluka, 181.665
bangunan rusak berat serta mengakibatkan 451.000 orang mengungsi (USGS,
2010).
Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan studi hazard gempa bumi dengan
pendekatan PSHA untuk daerah Pulau Jawa, dari hasil wilayah Sesar Lembang
terletak pada nilai PGA hingga 0,8 g, dengan kerugian (loss) bangunan terbesar
salah satunya berada di wilayah Bandung (Damanik, 2012). Studi terbaru terkait
hazard sesar Lembang didapatkan nilai percepatan gempa bumi di batuan dasar di
daerah sesar sebesar 0,6 – 0,78 g dengan peluang terlampaui 10% dalam 50 tahun
(periode ulang 500 tahun) (Pratama, 2013).
1
Bandung Raya dekat dengan sumber gempa bumi. Sesar Lembang yang masuk
kedalam wilayah administrasi Kabupaten Bandung Barat merupakan sesar terdekat
yang paling aktif, dengan kecepatan laju geser sebesar 6,0 mm/tahun (Meilano dkk.
2012). Gempa bumi Cisarua-Lembang pada Agustus 2011 dengan Mw 3,3 pada
kedalaman 10 km mengakibatkan kurang lebih 100 rumah warga rusak ringan
(BMKG, 2011).
Dari kondisi tersebut diatas, dibutuhkan suatu studi terkait strategi dan perencanaan
lokasi pengungsian bencana gempa bumi disekitar zona sesar Lembang yang
digunakan untuk perencanaan penanganan pengungsi dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang
No. 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana. Penanganan pengungsi yang
2
cepat dan tepat, efektif dan efisien dibutuhkan strategi dan perencanaan yang
didesain dengan baik.
Dalam penelitian ini akan dilakukan studi untuk strategi dan perencanaan lokasi
pengungsian bencana gempa bumi, berdasarkan sistem perkiraan jumlah korban
dari PAGER, dengan memanfaatkan perangkat lunak InaSAFE yang berbasis GIS,
sedangkan dalam pemilihan lokasi pengungsian yang sesuai memanfaatkan
penilaian pakar yang kemudian di bobot dalam metode AHP.
I.2 Hipotesis
Hipotesis yang akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah bahwa perangkat lunak
InaSAFE dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah korban dan pengungsi
bencana gempa bumi sehingga dapat digunakan dalam perencanaan lokasi
pengungsian.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah perencanaan lokasi pengungsian yang
baik akan mengurangi jumlah korban dari bencana gempa bumi. Sehingga dapat
mengurangi risiko bencana di wilayah Sesar Lembang.
3
I.4 Batasan Masalah
Beberapa batasan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
(1) Penelitian dilakukan pada wilayah administratif desa yang berada di
sekitar zona Sesar Lembang.
(2) Perkiraan jumlah korban dan pengungsi dari bencana gempa bumi
didasarkan pada sistem PAGER.
(3) Perancangan lokasi pengungsian didasarkan pada standar minimum yang
ditetapkan oleh UNHCR (2007) dan BNPB (2008).
Sedangkan asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
(1) Sumber gempa yang digunakan untuk perhitungan hazard gempa bumi di
sesar Lembang adalah maksimal Mw 6,6.
(2) Perkiraan jumlah korban dari sistem PAGER sesuai dengan model loss
korban jiwa di wilayah Indonesia sehingga dapat digunakan di wilayah
Sesar Lembang.
(3) Penduduk yang terpapar oleh intesitas guncangan gempa diatas V MMI
diasumsikan mengungsi.
(4) Dalam penyusunan strategi pengelolaan tempat pengungsian, lamanya
korban mengungsi diasumsikan selama 6 bulan.
4
penghitungan jumlah pengungsi, penghitungan kebutuhan hidup
pengungsi.
(4) Hasil dan Analisis, berisi tentang hasil pengolahan dan analisis.
(5) Kesimpulan dan Saran, menyimpulkan dari seluruh pengerjaan tesis.
Saran-saran khususnya untuk penelitian yang dimasa mendatang
(6) Lampiran, merupakan data-data dan hasil pendukung, yang melengkapi
bagian 4 dan 5.