ABSTRAK - Daerah Pelabuhan Ratu merupakan daerah pesisir dan pariwisata dengan tingkat resiko tinggi terhadap
tsunami. Tindakan mitigasi bencana penting untuk dilakukan salah satunya yaitu pembuatan peta sebaran titik dan jalur
evakuasi tsunami dengan memanfaatkan metode dalam aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG). Evakuasi merupakan
bagian penting dalam rencana mitigasi, karena tindakan tersebut merupakan ukuran penting untuk menyelamatkan nyawa
manusia. Penentuan jalur evakuasi tsunami dapat diolah dengan metode network analysist dengan menggunakan
parameter titik evakuasi, jaringan jalan, data topografi, coastal proximity, dan tutupan lahan. Sedangkan parameter-
parameter yang digunakan untuk menilai keefektifitasan titik dan jalur evakuasi adalah lebar jalan, kondisi jalan, dan
waktu tempuh menuju titik evakuasi. Hasil dari analisis SIG didapatkan 12 titik evakuasi tsunami di daerah Pelabuhan
Ratu diantaranya; Desa Citarik 3 titik evakuasi, Desa Pelabuhan Ratu 5 titik evakuasi, dan Desa Citepus 4 titik evakuasi.
Sedangkan jalur evakuasi tsunami yang didapatkan yakn 15 jalur evakuasi, diantaranya: Desa Citarik 3 jalur, Desa
Pelabuhan Ratu 8 jalur, dan Desa Citepus 4 jalur. Adapun urutan jalur evakuasi tsunami efektif berdasarkan waktu tempuh
menuju titik evakuasi dengan konversi kecepatan berlari orang dewasa yakni 1 Kilometer dalam waktu 5 menit 30 detik
(1 Km/5’30”) diantaranya adalah jalur 3-5- 13- 10- 12- 4- 11- 14- 5- 1- 6- 2- 7- 9- dan jalur 8.
Kata kunci: Desain jalur evakuasi, tsunami, Sistem Informasi Geografis, network analysis
ABSTRACT - Pelabuhan Ratu is a coastal and tourism area with a high level of risk to tsunami. Therefore, it is very
important to conduct disaster mitigation efforts, one of the ways is the use of methods in the application of Geographic
Information System (GIS) to create a map of distribution point and tsunami evacuation route. Evacuation is an important
part of the tsunami mitigation plan, as it is a crucial measure for saving human lives. Determination of tsunami evacuation
route can be processed by network analysis method by using several parameters, such as evacuation point, road network,
topographic data, coastal proximity, and land cover. Parameters used to assess the effectiveness of the point and the
evacuation route is the width of the road, road conditions, and travel time to the point of evacuation. The results of GIS
analysis obtained 12 points of tsunami evacuation in Pelabuhan Ratu area, there are; Citarik Village (3 points),
Pelabuhan Ratu Village (5 points), and Citepus Village (4 points). While the tsunami evacuation route obtained 15 routes,
there are: Citarik Village (3 routes), Pelabuhan Ratu Village (8 routes), and Village Citepus (4 routes). The sequence of
an effective tsunami evacuation route based on the travel time to the evacuation point with an adult running speed
conversion of 1 Kilometer in 5 minutes 30 seconds (1 Km /5'30") of which is the route 3-15-13-10-12-4-11-14-5-1-6-2-7-
9- and route 8.
Keywords: Design of evacuation routes, tsunami, Geographic Information System, network analysis
1. PENDAHULUAN
Indonesia yang berada di antara tiga lempeng besar dunia menjadikan wilayah di Indonesia rentan
terhadap bencana. Salah satu bencana yang pernah terjadi di Indonesia adalah tsunami. (Diposaptono dan
Budiman, 2008). Tsunami yang pernah terjadi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir adalah tsunami
Aceh yang terjadi pada tahun 2004, dan tsunami Pangandaran yang terjadi pada tahun 2006 (Jurenzy, 2011).
Selain daerah Aceh dan Pangandaran, terdapat daerah-daerah lain di Indonesia yang rentan terhadap
tsunami, salah satu daerah tersebut adalah Kabupaten Sukabumi. Daerah pesisir Kabupaten Sukabumi
memiliki tingkat resiko tinggi terhadap tsunami (Oktariadi, 2009).
Daerah yang rentan terhadap bencana tsunami seharusnya memiliki suatu tindakan mitigasi untuk
mengurangi resiko yang ditimbulkan sesuai dengan Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana. Tindakan yang dapat dilakukan yakni dengan pembuatan dokumen mitigasi
bencana seperti pembuatan peta risiko, peta evakuasi maupun penyuluhan kepada masyarakat melalui media
(Mudin dkk., 2015).
291
Desain Jalur Evakuasi Tsunami di Daerah Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi Menggunakan Sistem Informasi Geografis (Kultsum,
dkk.)
Tindakan mitigasi bencana tsunami tersebut memerlukan suatu informasi yang berkaitan dengan daerah
mana saja yang rawan terkena tsunami. Informasi tersebut dapat diperoleh dari hasil pegolahan data citra satelit
dan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG). Penggunaan data spasial yang terdapat di SIG memungkinkan
untuk menentukan daerah yang rawan, berbahaya, jalur-jalur pengungsian yang terdekat serta daerah-daerah
tempat evakuasi (Johnson, 2000).
Penelitian mengenai desain jalur evakuasi tsunami untuk daerah pesisir di Kabupaten Sukabumi
khususnya di daerah Pelabuhan Ratu sangat diperlukan dikarenakan daerah Pelabuhan Ratu merupakan
ibukota Kabupaten Sukabumi dan merupakan salah satu daerah pariwisata pantai di Provinsi Jawa Barat. Oleh
karena itu, pembuatan desain jalur evakuasi tsunami sebagai acuan dalam menentukan langkah mitigasi
bencana sangatlah penting terutama untuk meminimalisir korban bencana.
2. METODE
Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Pelabuhan Ratu, dan difokuskan pada tiga desa pesisir, yakni
Desa Citarik, Desa Pelabuhan Ratu, dan Desa Citepus (Gambar 1).
Keterangan :
Xmax : Jangkauan maksimal tsunami di daratan
292
Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun 2017
Jarak buffering ditetapkan berdasarkan kemungkinan rentang tsunami ketika mencapai daratan. Jarak
yang ditentukan tersebut tergantung dari laporan historis maksimum run up tsunami di wilayah penelitian
(Sambah dan Miura, 2014).
Prediksi run up tsunami di daerah Pelabuhan Ratu berdasarkan data PERKA BNPB No 4 Tahun 2012
adalah 10 meter. Pembagian tinggi tsunami mencapai pantai dalam penelitian ini adalah 4 meter, 6 meter, 8
meter, dan 10 meter.
2.1.4 Tutupan Lahan (Land Cover)
Data tutupan lahan merupakan salah satu parameter penting yang digunakan dalam penentuan jalur
evakuasi tsunami, karena dapat digunakan sebagai data untuk mengetahui dominasi tutupan lahan yang berada
disekitar titik dan jalur evakuasi. Sehingga dengan mengidentifikasi tutupan lahan dapat dilakukan penilaian
terhadap titik evakuasi yang ditentukan berada di area yang rentan atau aman dari run up tsunami.
2.1.5 Network Analysis
Proses penentuan jalur evakuasi menggunakan data jaringan jalan dalam bentuk shapefile dimasukkan
dalam new network data set. Setelah network dataset terbentuk, kemudian membuat rute baru (new route)
dengan menentukan titik awal (start) dan titik akhir (end point).
Start point merupakan titik awal dari jalur evakuasi, sedangkan end point adalah titik kumpul aman dari
run up tsunami. Penentuan dua titik tersebut dilakukan secara otomatis dalam proses network analysist
sehingga diperoleh jalur evakuasi yang dapat ditempuh. Metode network analysist tersebut juga dapat
dimanfaatkan untuk pemodelan evakuasi termasuk menentukan rute yang efektif dan lokasi cocok sebagai
tempat evakuasi (Dewi, 2012).
293
Desain Jalur Evakuasi Tsunami di Daerah Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi Menggunakan Sistem Informasi Geografis (Kultsum,
dkk.)
1 Kilometer ditempuh dalam waktu 5 menit 30 detik (1 Km/5’30”). Konversi kecepatan berlari tersebut
dilakukan secara langsung ketika simulasi dilapang.
Pengolahan data topografi menggunakan data ASTER GDEM V2 Tahun 2011 yang disesuaikan dengan
data rup up tsunami dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa daerah pesisir Pelabuhan Ratu didominasi
oleh keadaan elevasi dengan tinggi 5-11 meter, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Tinggi elevasi 5-11
meter adalah daerah yang rentan terhadap tsunami, dikarenakan prediksi tinggi run up tsunami berdasarkan
data PERKA BNPB No 04 Tahun 2012 yakni 10 meter. Messkipun daerah dekat garis pantai didominasi oleh
elevasi dengan ketinggian 5-11 meter, terdapat sebaran area dengan elevasi yang aman terhadap tsunami, yakni
area dengan keadaan elevasi dengan tinggi 11 – 17 meter. Daerah Pelabuhan Ratu yang ditunjukkan oleh warna
kuning adalah daerah dengan elevasi yakni 17-23 meter, warna hijau muda menunjukkan elevasi 23 – 29 meter,
dan hijau tua menunjukkan elevasi lebih tinggi dari 29 meter.
294
Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun 2017
0 – 412,61 High
412,61 – 708, 48 Slightly High
708,48 – 1.039,71 Medium
1.039,71 – 1.400,00 Slightly Low
1.400,00 – 5.000,00 Low
Pelabuhan Ratu yang berada dalam cakupan 0-412,61 meter dari garis pantai merupakan daerah dengan
kerentanan tinggi (High) terhadap tsunami. Daerah lain yang termasuk dalam kelas cukup tinggi (Slightly
High) terhadap tsunami adalah daerah yang berada pada kisaran 412,61 – 708,48 meter, daerah dengan
kerentanan sedang (Medium) adalah daerah yang berada pada kisaran 708,48 – 1.039,71 meter, daerah dengan
kerentanan cukup rendah (Slightly Low) adalah daerah yang berada pada kisaran 1.039,71 – 1.400,00 meter,
dan daerah dengan kerentanan rendah (Low) adalah daerah yang berada pada kisaran 1.400,00 – 5.000,00 meter.
295
Desain Jalur Evakuasi Tsunami di Daerah Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi Menggunakan Sistem Informasi Geografis (Kultsum,
dkk.)
Gambar 4. Persebaran Titik dan Jalur Evakuasi Tsunami di Daerah Pelabuhan Ratu
Dalam penelitian ini, setiap jalur evakuasi diasumsikan dilalui oleh penduduk dengan kecepatan berlari
maksimal 1 kilometer dapat ditempuh dalam waktu 5 menit 30 detik dan kapasitas jalan dengan lebar 1 meter
dapat dilalui oleh 2 orang dewasa. Adapun pengukuran total waktu tempuh menuju titik evakuasi tsunami
dalam penelitian ini distandarkan dengan kecepatan berlari orang dewasa. Dalam penelitian ini, proses
evakuasi diasumsikan dilalui oleh penduduk dengan berlari, oleh karena itu proses evakuasi dijalan yang ramai
kendaraan, perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat untuk tidak menggunakan kendaraan ketika
mengevakuasi diri sehingga tidak terjadi kemacetan dan proses evakuasi dapat lebih efektif. Adapun sebaran
jalur evakuasi tsunami berdasarkan kefektifitasan waktu tempuh dapat dilihat pada Tabel 3.
296
Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun 2017
Berdasarkan prosedur alur informasi peringatan resmi tsunami dari BMKG (2012), waktu yang dibutuhkan
hingga masyarakat dapat melakukan proses evakuasi dengan adanya peringatan bahaya tsunami adalah 5-10
menit. Oleh karena itu rentang waktu tersebut apat dijadikan acuan lamanya waktu yang efektif bagi penduduk
menempuh jalur menuju titik evakuasi. Perkiraan waktu kedatangan tsunami di daerah Pelabuhan Ratu
berdasarkan PERKA BNPB No. 04 Tahun 2012 adalah sekitar 25 menit. Sehingga jika waktu kedatangan
tersebut dikurangi oleh lamanya waktu penyebaran informasi peringatan bahaya tsunami kepada penduduk
yakni 10 menit, didapatkan hasil bahwa waktu efektif proses evakuasi adalah sekita 15 menit.
Berdasarkan Tabel 3 tersebut, penilaian kefektifitasan dari jalur evakuasi tsunami yang terdapat di daerah
Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi ditinjau berdasarkan waktu tempuh juga distandarkan pada waktu
maksimal proses evakuasi, maka didapatkan hasil bahwa jalur evakuasi efektif dimulai dengan urutan jalur ke
3, jalur 15, jalur 13, jalur 10, jalur 12, jalur 4, jalur 11, jalur 14, jalur 5, jalur 1, jalur 6, jalur 2, jalur 7, jalur 9,
dan jalur 8.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 5. (a). Jalur Evakuasi 1; (b). Jalur Evakuasi 2; (c). Jalur Evakuasi 3; (d). Jalur Evakuasi 4;
297
Desain Jalur Evakuasi Tsunami di Daerah Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi Menggunakan Sistem Informasi Geografis (Kultsum,
dkk.)
(e) (f)
(g) (h)
(i) (j)
Gambar 5. (e). Jalur Evakuasi 5; (f). Jalur Evakuasi 6; (g). Jalur Evakuasi 7; (h). Jalur Evakuasi 8;
(i). Jalur Evakuasi 9; (j). Jalur Evakuasi 10
298
Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun 2017
(k) (l)
(m) (n)
(o)
Gambar 5. (k). Jalur Evakuasi 11; (l). Jalur Evakuasi 12; (m). Jalur Evakuasi 13; (n). Jalur Evakuasi
14; (o). Jalur Evakuasi 15
4 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai berikut:
Berdasarkan hasil pengolahan data, didapatkan 12 titik evakuasi tsunami didaerah Pelabuhan Ratu,
Kabupaten Sukabumi diantaranya: Desa Citarik 3 titik, Desa Pelabuhan Ratu 5 titik, dan Desa Citepus 4
titik. Adapun jalur evakuasi tsunami terdapat 15 jalur, diantaranya: Desa Citarik 3 jalur, Desa Pelabuhan
Ratu 8 jalur, dan Desa Citepus 4 jalur.
Urutan jalur evakuasi tsunami efektif di daerah Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi adalah jalur ke 3,
jalur 15, jalur 13, jalur 10, jalur 12, jalur 4, jalur 11, jalur 14, jalur 5, jalur 1, jalur 6, jalur 2, jalur 7, jalur 9,
dan jalur 8.
299
Desain Jalur Evakuasi Tsunami di Daerah Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi Menggunakan Sistem Informasi Geografis (Kultsum,
dkk.)
6 DAFTAR PUSTAKA
BMKG. (2012). Pedoman Pelayanan Peringatan Dini Tsunami InaTEWS – Edisi Kedua. Kedeputian Bidang Geofisika
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jakarta.
BNPB. (2012). Referensi Potensi Kejadian dan Genangan Tsunami Indonesia.
Budiyanto, E. (2002). Sistem Informasi Geografis Menggunakan ArcView GIS. ANDI, Yogyakarta.
Dewi, R.S. (2012). A-Gis Based Approach of an Evacuation Model for Tsunami Risk Reduction. J. Integr. Disaster Risk
Manag. 2, 108–139. doi:10.5595/idrim.2012.0023.
Diposaptono, S., dan Budiman. (2008). Hidup Akrab dengan Gempa dan Tsunami. Penerbit Buku Ilmiah Populer.
Johnson, R. (2000). GIS Technology For Disasters And Emergency Management. ESRI White Pap. May.
Jurenzy, T. (2011). Karakteristik Sosial Budaya Masyarakat Dalam Kaitannya Dengan Kesiapsiagaan Dan Mitigasi
Bencana Di Daerah Rawan Bencana (Studi Kasus: Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor).
(Skripsi). Institut Pertanian Bogor.
Mudin, Y., dan Pramana, I. (2015). Mapping Of Tsunami Disaster Risk Based Spatial In Palu. Gravitasi 14.
Oktariadi, O. (2009). Penentuan Peringkat Bahaya Tsunami dengan Metode Analytical Hierarchy Process (Studi kasus:
Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi). Indones. J. Geosci. 4, 103–116.
Ramdhan, M., Yulius, J.P., dan Dewi, L.C. (2015). Penentuan Tempat Evakuasi Sementara (Tes), Berdasarkan
Kapasitasnya Di Kota Pariaman Dengan Analisis Sistem Informasi Geografis (SIG). J. Segara Vol. 11 No. 1 Agustus
2015: 47-56.
Sambah, A.B. dan Miura, F. (2014). Integration of Spatial Analysis for Tsunami Inundation and Impact Assessment. J.
Geogr. Inf. Syst. 6, 11–22. doi:10.4236/jgis.2014.61002.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun (2007). Tentang Penanggulangan Bencana, n.d.
300