Anda di halaman 1dari 43

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TEMBAKAU DI SUBAK LANGGE DESA SUKAWATI

KECAMATAN SUKAWATI
KABUPATEN GIANYAR

MAKALAH SEMINAR AKADEMIK

Disusun Kembali Oleh:


DEDE KURNIAWAN
5009190051

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GALUH
2022
ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TEMBAKAU DI SUBAK
LANGGE DESA SUKAWATI KECAMATAN SUKAWATI
KABUPATEN GIANYAR

MAKALAH SEMINAR AKADEMIK

Sebagai Syarat Untuk Menempuh Mata kuliah Seminar Akademik


Pada Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Galuh

Disusun Kembali Oleh:


DEDE KURNIAWAN
5009190051

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GALUH
2022
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI


TEMBAKAU DI SUBAK LANGGE, DESA
SUKAWATI, KECAMATAN SUKAWATI,
KABUPATEN GIANYAR
NAMA PENELITI : I Nengah Surata Adnyana

JURNAL : WIDYASRAMA, Majalah Ilmiah Universitas


Dwijendra Denpasar, ISSN No. 0852-7768
Agustus 2021

Sebagai Syarat Untuk Menempuh Mata Kuliah Seminar Akademik


Pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Galuh
Maka Judul Penelitian di atas di susun kembali oleh:

NAMA : DEDE KURNIAWAN

NIM : 5009190051

Ciamis, November 2022


Menyetujui dan Mengesahkan:

Dosen Pembimbing Ketua Program Studi


Seminar Akademik Agribisnis

Ivan Sayid Nurahman, S.P., M.P. Benidzar M. Andrie, S.P., M.P.


ABSTRAK

Potensi lokal hendaknya terus dikembangkan pada daerah tertentu seperti


komoditi tembakau. Tembakau merupakan komoditi yang menjadi salah satu
andalan bidang perkebunan karena dapat mensejahterakan petani dan dapat
menyumbang devisa negara. Penelitian ini bertempat di Subak Langge, Desa
Sukawati, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Tempat Penelitian diambil
secara purposive. Populasi berjumlah 59 orang petani. Pengambilan sampel
diambil secara simple random sampling dan diambil 25 % dari jumlah populasi,
sehingga sampel penelitian sebanyak 18 orang petani tembakau. Penelitian ini
bertujuan untuk (1) menganalisis pendapatan petani tembakau yang ada di Subak
Langge, Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar; (2)
menganalisis R/C Ratio petani tembakau yang ada di Subak Langge, Desa
Sukawati, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Hasil penelitian menunjukan
Pendapatan petani tembakau dengan interval pendapatan Rp 9.500.000 -
11.800.000 diperoleh oleh 3 orang responden (16,66%) dengan kategori sangat
rendah; sedangkan pendapatan tertinggi diperoleh oleh 2 orang petani dengan
kisaran interval pendapatan > 18.700.000 - 21.000.000 atau (11,11 %) dengan
kategori yang sangat tinggi. Rata-rata pendapatan petani tembakau pada satu
musim tanam sebesar Rp 14.861.111,-. Sebanyak 14 orang petani memiliki R/C
Ratio lebih daripada 1,0; sedangkan 4 orang petani mendapatkan hasil R/C ratio ≥
2,0. Rata-rata R/C Ratio yang diperoleh sebesar 1,89. Saran yang dapat diberikan
yaitu perlu adanya pemeliharaan yang lebih intensif seperti penyediaan sarana
produksi pertanian, pemeliharaan yang baik terutama dalam pengendalian hama
penyakit, pasca panen yang tepat, serta pemasaran yang baik meliputi pelaksanaan
kerjasama dengan pelaku industri tembakau.

Kata kunci : tembakau, pendaatan, R/C Ratio

i
ABSTRACT

Local potential should continue to be developed in certain areas such as tobacco


commodities. Tobacco is a commodity that is one of the mainstays of the
plantation sector because it can improve the welfare of farmers and can
contribute to foreign exchange. This research took place in Subak Langge,
Sukawati Village, Sukawati District, Gianyar Regency. The place of research was
taken purposively. The population is 59 farmers. Sampling was taken by simple
random sampling and taken 25% of the total population, so the research sample
was 18 tobacco farmers. This study aims to (1) analyze the income of tobacco
farmers in Subak Langge, Sukawati Village, Sukawati District, Gianyar Regency;
(2) analyze the R/C Ratio of tobacco farmers in Subak Langge, Sukawati Village,
Sukawati District, Gianyar Regency. The results showed that the income of
tobacco farmers with an income interval of Rp. 9,500,000 - 11,800.000, was
obtained by 3 respondents (16.66%) with a very low category; while the highest
income was obtained by 2 farmers with an income range of Rp > 18,700,000 -
21,000,000 or (11.11%) in a very high category. The average income of tobacco
farmers in one growing season is Rp. 14,861.111, -. A total of 14 farmers havean
R/C Ratio of more than 1.0; while 4 farmers get R/C ratio 2.0. The average R/C
Ratio obtained is 1.89. Suggestions that can be given are the need for more
intensive maintenance such as the provision of agricultural production facilities,
good maintenance, especially in controlling pests and diseases, proper post-
harvest, and good marketing including the implementation of cooperation with
the tobacco industry.

Keywords: tobacco, revenue, R/C Ratio

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhhirobilalamin, segala puji dan syukur kita panjatkan atas

karunia Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, akhirnya

makalah seminar akademik yang berjudul “Analisis Kelayakan Usahatani

Tembakau di Subak Langge, Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati,

Kabupaten Gianyar” dapat diselesaikan, pada kesempatan ini penyusun

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Muhamad Nurdin Yusuf, S.E., M.P. Selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Galuh.

2. Benidzar M. Andrie, S.P., M.P. Selaku Ketua Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Galuh.

3. Ivan Sayid Nurahman, S.P., M.P. Selaku Dosen Pembimbing yang telah

bersedia memberikan bimbingan dan arahan sehingga Makalah Seminar

Akademik diselesaikan.

4. Staf Dosen dan karyawan-karyawati Fakultas Pertanian Universitas Galuh.

5. Keluarga, yang telah memberikan dukungan moral maupun materil.

6. Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Galuh dan semua pihak yang tidak bisa di sebutkan satu-

persatu, yang telah membantu penulisan dalam menyelesaikan Makalah

Seminar Akademik ini. semoga Allah SWT membalas semua

kebaikannya, Aamiin.

Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah Seminar Akademik

masih jauh dari kesempurnaan dan memiliki banyak kekurangan. Saran dan

iii
iv

masukan dari para pembaca untuk memperbaiki ketidak sempurnaan Seminar

Akademik ini sangat di harapkan.

Penyusun berharap Seminar Akademik ini dapat bermanfaat khususnya

bagi penyusun dan umumnya bagi para pembaca.

Ciamis, November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK....................................................................................................i
ABSTRACT...................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................v
DAFTAR TABEL........................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................1


1.2 Identifikasi Masalah........................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian ...........................................................................3
1.4 Kegunaan Penelitian.......................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN......5

2.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................5


2.1.1 Tembakau................................................................................5
2.1.2 Usahatani ................................................................................8
2.1.3 Kelayakan Usahatani ..............................................................11
2.2 Penelitian Terdahulu.......................................................................12
2.3 Kerangka Pemikiran.......................................................................15

BAB III METODE PENELITIAN.............................................................18

3.1 Jenis Penelitian................................................................................18


3.2 Operasionalisasi Variabel...............................................................18
3.3 Teknik Pengumpulan Data..............................................................19
3.4 Teknik Penarikan Sampel...............................................................19
3.5 Rancangan Analisis Data................................................................20
3.6 Tempat dan Waktu Penelitian.........................................................22

v
vi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................23

4.1 Pendapatan Petani Tembakau.........................................................23


4.2 Kelayakan Usahatani Tembakau.....................................................24

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................27


5.1 Simpulan.........................................................................................27
5.2 Saran...............................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................28
DAFTAR TABEL

N Judul Halaman
o
1 Penelitian Terdahulu......................................................................................17

2 Capaian Hasil Pendapatan Petani Tembakau.................................................24

3 Capaian Hasil R/C Ratio Petani Tembakau...................................................26

v
DAFTAR GAMBAR

N Judul Halaman
o
1 Kerangka Pemikiran.......................................................................................17

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tembakau merupakan komoditi perkebunan strategis yang dapat

menyumbang pendapatan petani dan Negara. Perkembangannya komoditi

tembakau banyak tersebar diwilayah tropis termasuk Provinsi Bali seperti

Kabupaten Buleleng, Kabupaten Karangasem, dan Kabupaten Gianyar.

Tanaman perkebunan rakyat seperti tembakau di Indonesia

perkembangannya pada tahun 2014 s/d 2017 terus mengalami fluktuasi baik

luasan panennya, produksi maupun produktivitasnya. Luas panen tertinggi terjadi

pada tahun 2015 yaitu sebesar 208.300 ha, meningkat sebesar 1.400 ha (0,67%)

jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2014). Luas panen terendah terjadi

pada tahun 2017 sebesar 201.800 ha. Produksi tembakau rakyat tertinggi terjadi

pada tahun 2014 yaitu sebesar 196.100 ton menurun sebesar 3.200 ton (1,65%)

jika dibandingkan pada tahun setelahnya (2015) sebesar 192.900 ton.

Produktivitas tertinggi dicapai pada tahun 2016 sebesar 0,95 ton/ha, mengalami

peningkatan sebesar 0,03 ton/ha (3,26%) dari tahun sebelumnya (2015) (Dirjen

Perkebunan, 2015).

Perkembangan tanaman tembakau rakyat di Provinsi Bali pada tahun 2014

s/d 2017 juga terus mengalami fluktuasi baik pada luasan panen, produksi dan

produktivitasnya. Luas panen tertinggi dicapai pada tahun 2017 sebesar 387 ha,

1
2

meningkat sebesar 9 ha (2,38%) dari tahun sebelumnya (2016) sebesar 378 ha.

Produksi tertinggi dicapai pada tahun 2017 mengalami peningkatan produksi

sebesar 52,5 ha (16,40%) dari tahun sebelumnya (2016) sebsar 320,01 ton.

Produktivitas tertinggi dicapai pada tahun 2015 sebesar 1,05 ton/ha, mengalami

peningkatan sebesar 0,14 ton/ha (15,38%) jika dibandingkan pada tahun

sebelumnya (2014) yang mencapai 0,91 ton/ha (BPS Provinsi Bali, 2017 dan

2018). Berfluktuasinya luas lahan panen, produksi dan produktivitas tembakau

rakyat disebabkan karena kondisi harga tembakau di lapangan, semakin mahal

harga tembakau maka petani akan lebih intensif melakukan pemeliharaan (Distan

Kab. Gianyar, 2017). Berdasarkan permasalahan berflutuasinya luas lahan panen,

produksi dan produktivitas hasil tembakau diperlukan solusi dengan mencari

potensi sentra pengembangan tembakau rakyat seperti Subak Langge.

Subak Langge disamping mengusahakan usahatani padi, untuk menjaga

kesuburan tanahnya dalam setiap tahun selalu mengusahakan usahatani

perkebunan seperti tembakau. Tembakau yang ditanam merupakan varietas lokal

seperti cilolak, kiranti gende, kiranti kecil, cimadu, dan cigodeg yang sudah ada

sejak turun temurun yang digunakan untuk keperluan sarana upakara agama, dan

untuk susur, serta sebagian lagi untuk rokok. Perkembangannya potensi

tembakaunya tidak dibarengi dengan keahlian petani didalam melakukan

perhitungan analisa kelayakan usahatani, yang berimplikasi terhadap semangat

petani dalam bercocok tanam tembakau.


3

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka permasalahan yang teridentifikasi

sebagai berikut:

1. Berapa pendapatan petani tembakau yang ada di Subak Langge, Desa

Sukawati, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar?

2. Apakah usahatani tembakau yang ada di Subak Langge, Desa Sukawati,

Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar layak untuk diusahakan?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis pendapatan petani tembakau yang ada di Subak Langge, Desa

Sukawati, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar,

2. Menganalisis kelayakan usahatani tembakau yang ada di Subak Langge, Desa

Sukawati, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Penyusun, sebagai tambahan ilmu pengetahuan tentang biaya, penerimaan,

pendapatan, dan kelayakan usahatani tembakau.

2. Petani tembakau, sebagai tambahan informasi tentang biaya, penerimaan,

pendapatan, dan kelayakan usahatani tembakau.


4

3. Pemerintah, sebagai referensi untuk mengambil suatu kebijakan terhadap

petani tembakau di Subak Langge, Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati,

Kabupaten Gianyar.

4. Peneliti, sebagai wawasan dan pengetahuan khususnya dalam analisis

kelayakan usahatani tembakau


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tembakau

Tembakau adalah salah satu jenis produk pertanian yang termasuk dalam

kategori komoditas perkebunan. Tembakau ini biasanya digunakan sebagai bahan

baku rokok dan cerutu. Bagian tumbuhan tembakau yang dimanfaatkan yaitu

bagian daunnya. Terdapat beberapa spesies yang ada diantaranya adalah Nicotiana

tabacum.

Nicotiana tabacum dan Nicotiana rustica mempunyai perbedaan yang

jelas. Pada Nicotiana tabacum, daun mahkota bunganya memiliki warna merah

muda sampai merah, mahkota bunga berbentuk terompet panjang, daunnya

berbentuk lonjong pada ujung runcing, kedudukan daun pada batang tegak,

merupakan induk tembakau sigaret dan tingginya sekitar 120 cm. Adapun

Nicotianan rustica, daun mahkota bunganya berwarna kuning, bentuk bunga

seperti terompet berukuran pendek dan sedikit gelombang, bentuk daun bulat pada

ujungnya tumpul dan kedudukan daun pada batang mendatar agar terkulai.

Tembakau ini merupakan varietas induk untuk tembakau cerutu yang tingginya

sekitar 90 cm (Susilowati, 2006).

Pada umumnya masyarakat hanya mengetahui Nicotiana Tabacum atau

yang dikenal sebagai tembakau sebagai bahan baku utama rokok, dan tentu saja

banyak yang menganggap daun ini hanya memiliki dampak negatif. Tapi

5
6

sebenarnya ada banyak manfaat lain dari daun ini, berikut beberapa manfaat

tembakau untuk kesehatan, sebagai berikut:

1. Hasilkan Protein Anti Kanker

Tembakau tidak selalu berkonotasi negatif sebagai penyebab kanker,

ternyata tanaman tersebut dapat pula menghasilkan protein anti-kanker yang

berguna bagi penderita kanker, kata peneliti dari Pusat Penelitian Bioteknologi

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

2. Insektisida dan Melepaskan Gigitan Lintah

Selain bisa diekstrak dan diambil bagian tertentu seperti nikotin, yang bisa

dipakai untuk berbagai produk makanan maupun minuman. Tembakau juga dapat

digunakan untuk melepaskan gigitan lintah, dan bisa juga digunakan untuk

insektisida karena nikotin yang terkandung merupakan neurotoxin yang sangat

ampuh untuk serangga.

3. Obat Diabetes & Antibodi

Para ilmuwan berhasil menggunakan tembakau yang dimodifikasi secara

genetik untuk memproduksi obat diabetes dan kekebalan tubuh. Hasil penelitian

itu dipublikasikan dalam jurnal BMC Biotechnology, Maret 2013. Ilmuwan dari

beberapa lembaga penelitian Eropa berpartisipasi dalam proyek bertajuk

“Pharma-Planta” yang dipimpin Profesor Mario Pezzotti dari Universitas Verona

itu. Mereka membuat tembakau transgenik yang memproduksi interleukin-10 (IL-

10), yang merupakan cytokine anti-radang yang ampuh. Cytokine adalah protein

yang merangsang sel-sel kekebalan tubuh agar aktif.


7

3. Obat HIV/AIDS

Tembakau juga bisa menghasilkan protein obat human immunodeficiency

virus (HIV) penyebab AIDS, yang disebut griffithsin. HIV adalah virus yang

menginfeksi sel sistem kekebalan tubuh manusia. Bedanya, bukan tembakaunya

yang menghasilkan protein, melainkan virus tembakaunya.

4. Obat Luka

Untuk obat luka dipakai ± 25 gram daun segar Nicotiana Tabacum, dicuci

dan ditumbuk sampai lumat, ditambah minyak tanah ± 25 ml diperas dan disaring.

Hasil saringan dioleskan pada luka. Batang tembakau yang saat ini belum banyak

dimanfaatkan ternyata memiliki kandungan selulosa mencapai 35-40%. Selulosa

adalah karbohidrat yang disintesis oleh tanaman dan menempati hampir 60%

komponen penyusun struktur kayu.

Kandungan selulosa yang cukup tinggi dari batang tembakau

menjadikannya cukup potensial untuk dikembangkan menjadi beberapa produk

olahan seperti, kertas, bioetanol, dan bioplastik. Secara umum, kertas terbuat dari

selulosa yang diperoleh dari kayu. Kertas dapat dibuat dari semua bahan setengah

jadi (pulp) yang mengandung selulosa. Tumbuhan yang mengandung selulosa

secara umum dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan bubur kertas

(pulp). Termasuk limbah batang tembakau yang memiliki kandungan selulosa

mencapai 35- 40%. Proses pembuatan pulp terdiri atas proses mekanis, proses

semi kimia, dan proses kimia. Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dari bahan

baku nabati yang merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari sumber

karbohidrat dengan menggunakan bantuan sumber mikroorganisme. Etanol dapat


8

dibuat dari tanaman-tanaman yang umumnya diproduksi dari berbagai tanaman

yang mengandung karbohidrat, salah satunya adalah selulosa. Dengan kandungan

selulosa yang cukup tinggi dari tanaman tembakau menjadikannya sangat

potensial untuk dikembangkan menjadi bioetanol. Untuk mengubah struktur

selulosa menjadi glukosa dapat ditempuh menggunakan penambahan asam yang

dilarutkan pada suhu dan tekanan tinggi. Selanjutnya gula tersebut dilakukan

proses fermentasi untuk diperoleh produk akhir berupa etanol.

Biji tembakau yang sudah dipanen dapat dimanfaatkan sebagai bahan

dasar pembuatan Biodiesel. Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang

dihasilkan melalui reaksi kimia antara minyak nabati atau lemak hewani dengan

alkohol rantai pendek. Reaksi kimia yang dimaksud ialah reaksi pembentukan

ester dari minyak ataupun lemak sehingga reaksi yang digunakan adalah reaksi

esterifi kasi-transesterifi kasi. Berdasarkan laporan, bahwa pada biji tembakau

memiliki kandungan minyak nabati yang dapat digunakan menjadi bahan baku

biodiesel. Biodisel tersusun dari asam lemak dengan panjang rantai karbon mulai

dari C-10 sampai C-24 (Ma dkk. 1999; Mohamad dkk.2014; Moser, 2013) dalam

(Handoko dkk. 2017).

2.1.3 Usahatani

Usahatani merupakan ilmu yang mempelajari mengenai bagaimana

seorang petani mengkoordinasi dan mengorganisasikan faktor produksi seefisien

mungkin sehingga nantinya dapat memberikan keuntungan bagi petani (Suratiyah,

2015). Ilmu usahatani adalah sebuah ilmu yang berisi mengenai tata cara petani
9

memanfaatkan sumber daya seefektif dan seefisien dengan tujuan untuk

mendapatkan keuntungan yang maksimal. Efektif berarti produsen atau petani

dapat memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dengan sebaik-baiknya,

sedangkan efesien mempunyai arti bahwa pemanfaatan sumber daya nantinya

dapat menghasilkan output (keluaran) yang lebih kecil dari input (masukan)

(Luntungan, 2012).

1) Biaya produksi

Biaya produksi merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk

memenuhi kebutuhan produksi dapat berupa jasa maupun barang (Wanda, 2015).

Biaya adalah total pengeluaran dalam bentuk uang yang digunakan untuk

menghasilkan suatu produk selama satu periode. Nilai biaya berbentuk uang, yang

termasuk dalam biaya adalah sarana produksi yang habis terpakai misalnya bibit,

pupuk dan obat-obatan, lahan serta biaya dari alat-alat produksi (Syafruwadi et al.,

16 2012).

Biaya produksi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Biaya tetap

Biaya tetap adalah biaya yang konstan atau tetap meskipun tingkat

kegiatan dalam perusahaan meningkat (Hansen dan Mowen, 2000). Biaya tetap ini

dibagi menjadi dua, yaitu: (1) Commited fixed cost yaitu jenis biaya yang

berhubungan dengan investasi, perlengkapan dan struktur orgasinisasi dalam

perusahaan, (2) Descretionary fixed cost (biaya tetap diskresi) yaitu biaya yang

muncul dari keputusan tahunan manejemen yang digunakan untuk


10

membelanjakan biaya tertentu, misalnya biaya iklan dan biaya pengembangan

(Rangkuti, 2012).

2. Biaya Variabel

Biaya variabel yaitu biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan

kegiatan produksi yang dilakukan. Volume kegiatan dengan jumlah biaya dalam

variabel cost mempunyai hubungan yang sejajar, artinya apabila suatu kegiatan

dalam perusahaan meningkat maka biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan juga

akan meningkat, begitu pula sebaliknya apabila kegiatan di suatu perusahaan

menurun maka biaya yang dikeluarkan jumlahnya kecil (Sutrisno, 2001).

3. Biaya Total

Biaya total merupakan keseluruhan jumlah biaya produksi yang

dikeluarkan, yaitu merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel

(Gasperzs, 1999).

2) Penerimaan

Menurut Ambarsari et al. (2014) penerimaan adalah hasil perkalian antara

hasil produksi yang telah dihasilkan selama proses produksi dengan harga jual

produk. Penerimaan usahatani dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: luas

usahatani, jumlah produksi, jenis dan harga komoditas usahatani yang di

usahakan. Faktor-faktor tersebut berbanding lurus, sehingga apabila salah satu

faktor mengalami kenaikan atau penurunan maka dapat mempengaruhi

penerimaan yang diterima oleh produsen atau petani yang melakukan usahatani.

3) Pendapatan
11

Tujuan seorang petani dalam menjalankan usahatani adalah untuk

menetapkan kombinasi dalam cabang ushatani yang nantinya dapat memberikan

pendapatan yang sebesar-besarnya, karena pendapatan memiliki fungsi untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari dan dapat memberikan kepuasan kepada petani

sehingga dapat melanjutkan kegiatannya (Handayani, 2006).

Besarnya jumlah pendapatan yang diterima oleh petani merupakan

besarnya penerimaan dan pengeluaran selama proses produksi. Terdapat beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh

petani, antara lain: skala usaha, tersedianya modal, tingkat harga output,

tersedianya tenaga kerja, sarana transportasi, dan sistem pemasaran (Faisal, 2015).

Produsen atau petani dikatakan sukses dalam menjalankan usahataninya

apabila :

1) Pendapatan yang diterima dapat mengembalikan kembalinya modal yang telah

digunakan untuk usahatani.

2) Pendapatan yang diterima mencukupi untuk membayar semua biaya produksi

yang digunakan selama masa produksi.

3) Pendapatan yang diterima cukup untuk membayar tenaga kerja.

2.1.3 Kelayakan Usahatani

Kelayakan usahatani merupakan suatu ukuran untuk mengetahui apakah

suatu usahatani layak untuk dikembangkan, layak dalam artian dapat

menghasilkam manfaat atau benefit bagi petani. Kelayakan usahatani juga dapat

diartikan sebagai studi kelayakan suatu usaha ditinjau dari sudut ekonomi yang
12

meliputi analisis biaya produksi, analisis modal usahatani, analisis biaya

pendapatan, analisis titik impas pulang modal, analisis tingkat kelyakan usahatani,

dan analisis tingkat efesiensi penggunaan modal (Cahyono, 2008). Kriteria

kelayakan usaha pada analisis R/C Ratio yaitu :

1. Jika R/C > 1, artinya usahatani dalam keadaan menguntungkan atau layak.

2. Jika R/C = 1, artinya usahatani dalam keadaan titik impas/brek.

3. Jika R/C < 1, artinya usahatani dalam keadaan tidak menguntungkan atau tidak

layak.

2.2 Penelitian Terdahulu

Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan

penelitian mengenai kelayakan usahatani.

Tabel 1. Penelitian terdahulu


Judul, Nama Peneliti, Metode Penelitian Hasil Penelitian
dan Tahun Penelitian
Analisis Kelayakan Metode kualitatif; (1) Biaya pada usahatani
Usahatani Cabai Merah studi kasus. cabai merah di Desa
(Iis Ratnawati, Trisna Maparah Kecamatan
Insan Noor, Dani Panjalu Kabupaten Ciamis
Lukman Hakim) 2019 rata-rata Rp.
57.515.062,37per hektar
per satu kali musim tanam.
Sedangkan penerimaannya
adalah Rp. 161.010.453
per hektar per satu kali
musim tanam. Pendapatan
pada usahatani cabai
merah di Desa Maparah
Kecamatan Panjalu
Kabupaten Ciamis rata-
rata Rp. 103.495.391 per
hektar per satu kali musim
tanam. (2) R/C pada
usahatani cabai merah di
13

Judul, Nama Peneliti, Metode Penelitian Hasil Penelitian


dan Tahun Penelitian
Desa Maparah Kecamatan
Panjalu Kabupaten Ciamis
rata-rata 2,80, artinya
setiap pengeluaran biaya
Rp. 1,00 maka petani
mendapat penerimaan Rp.
2,80dan keuntungan Rp.
1,8 dan layak untuk
diusahakan.
Analisis Kelayakan Metode kualitatif : 1) Biaya produksi dalam
Usahatani Padi Organik cross section dua kali proses siklus
(Abdul Latif, Mohamad tanam pada usahatani padi
Nasirudin, Siti Nur organik sebesar Rp
Qomariyah) 2021 23.269.738, terdiri dari
biaya tetap Rp 8.427.594
dan biaya variabel
14.842.143 2) Jumlah
penerimaan menjadi Rp
31.971.428 dan jumlah
pendapatan dalam dua
siklus tanam pada
usahatani padi organik Rp
8.701.690 Jumlah R /C
pada usahatani padi
organik per dua kali siklus
tanam pada kelompok
petani di Desa Bareng
Kecamatan Bareng
Kabupaten Jombang.
berarti biaya produksi
sebesar Rp. 1 dapat
menghasilkan pendapatan
sebesar Rp 1,374 sehingga
pertanian padi organik pad
di desa Bareng
menguntungkan dan layak
untuk di usahakan.
Analisis kelayakan Metode kualitatif : Rata-rata pendapatan yang
usahatani jambu data primer dan data diperoleh petani di tahun
gondangmanis sekunder 2018 sebesar
(Ramadhan Galang Rp.2.786.633, di tahun
Pribadi, Mochammad 2019 sebesar
chumaid) 2021 Rp.5.604.833, serta di
tahun 2020 sebesar Rp
14

Judul, Nama Peneliti, Metode Penelitian Hasil Penelitian


dan Tahun Penelitian
5.681.583. Dan hasil dari
analisis kelayakan
usahatani bila di tinjau dari
nilai R/C rasio 4,0 B/C
rasio 3,0 dengan nilai NPV
Rp. 11.894.941, dan IRR
59,45%. Dengan kriteria
nilai R/C rasio > 1, B/C >
1, NPV > 0, dan IRR >
suku bunga pinjaman.
Dengan besar suku bunga
8,25%, artinya usahatani
jambu gondangmanis di
Desa Gondangmanis layak
untuk dilanjutkan.
Karakteristik petani dan Metode deskriptif Hasil identifikasi
kelayakan usahatani kualitatif dan menunjukkan karakteristik
jahe (rita herawaty br metode kuantitatif petani jahe di Sumatera
bangun) 2019 Utara sebagai berikut
sebanyak 61,76% berada
di usia 25-54 tahun,
55,24% petani jahe
menamatkan pendidikan
sampai tingkat SMP,
96,79% petani jahe
membiayai sendiri
kegiatan usahataninya,
95,06% petani menjual
hasil produknya ke
pedagang pengumpul, dan
keikutsertaan petani pada
kelembagaan pertanian
masih sangat rendah.
Revenue Cost Ratio (R/C
Ratio) usahatani jahe di
Sumatera Utara sebesar
1,97 artinya setiap
pengeluaran Rp1,00 maka
petani jahe akan
mendapatkan penerimaan
sebesar Rp1,97. Hal ini
menunjukkan bahwa
usahatani jahe layak dan
menguntungkan untuk
15

Judul, Nama Peneliti, Metode Penelitian Hasil Penelitian


dan Tahun Penelitian
dibudidayakan
Kelayakan usahatani Metode kualitatif Perbedaan pendapatan
tanaman pangan pada dan metode antara pola tanam padi –
pola tanam berbeda kuantitatif padi – padi dengan pola
(Anggi Sahru Romdon, tanam padi – padi –
F. Rudi Prasetyo, dan jagung, dimana
Harwanto) 2018 pendapatan pola tanam
padi – padi – jagung lebih
tinggi Rp 19.605.960,-.
Kelayakan usaha
menunjukkan bahwa kedua
pola tanam yang
diusahakan petani layak
terlihat dari nilai R/C lebih
dari 1, dimana nilai R/C
pola tanam padi – padi –
jagung lebih besar
dibanding R/C pola tanam
padi – padi – padi. Untuk
itu maka pola tanam padi –
padi – jagung dapat
direkomendasikan untuk
dikembangkan lebih luas
di Desa Blubuk dan
Bulakpacing secara khusus
dan Kecamatan
Dukuhwaru serta
Kabupaten Tegal secara
umum.

2.3 Kerangka Pemikiran

Usahatani merupakan pertanian rakyat dari perkataan farm dalam bahasa

Inggris. Farm sebagai suatu tempat atau sebagian dari permukaan bumi di mana

pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu, apakah ia seorang pemilik,

penyakap atau manajer yang digaji. Atau usahatani adalah himpunan dari sumber-

sumber alam yang terdapat pada tempat itu yang diperlukan untuk produksi

pertanian seperti tanah dan air, perbaikan- perbaikan yang dilakukan atas tanah
16

itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah itu dan

sebagainya (Mosher, 1968). Usahatani adalah suatu tempat dimana seseorang atau

sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga

kerja, modal dan ketrampilan dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan

sesuatu di lapangan pertanian (Kadarsan, 1993).

Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola

input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, teknologi, pupuk, benih,

dan pestisida) dengan efektif, efisien, dan kontinyu untuk menghasilkan produksi

yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat (Rahim dan Diah

Hastuti, 2007).

Tembakau merupakan salah satu komoditas pertanian yang dapat

diusahakan petani (usahatani). Dengan menjual hasil produksi, maka petani akan

memperoleh penerimaan. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap besar kecilnya

pendapatan yang akan diperoleh. Tujuan dari setiap usaha ini adalah untuk

mendapatkan keuntungan, sehingga perlu diperhitungkan besarnya biaya yang

telah dikorbankan dan pendapatan yang diperoleh. Untuk mengetahui apakah

usaha perkebunan tembakau dapat menguntungkan atau tidak, maka dilakukan

suatu analisis kelayakan. Dalam analisis ini, dilakukan perhitungan R/C Rasio.

R/C (Revenue Cost Ratio) merupakan perbandingan antara total penerimaan

dengan total biaya. Semakin besar R/C Rasio semakin besar pula keuntungan

yang di dapat.

Biaya produksi Adalah penentuan harga pokok produksi yang hanya

memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel kedalam harga


17

pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung

dan biaya overhead pabrik variable.

Harga adalah suatu nilai uang yang ditentukan oleh perusahaan sebagai

imbalan barang atau jasa yang diperdagangkan dan sesuatu yang lain yang

diadakan suatu perusahaan guna memuaskan keinginan pelanggan. Harga sendiri

merupakan suatu permainan dalam pemasaran, apabila harga yang ditetapkan oleh

penjual terlalu tinggi maka harga tersebut tidak mampu terjangkau oleh konsumen

atau customer, akhirnya akan berdampak pada lesu atau menurunnya pemasaran

suatu produk di perusahaan tersebut. Sebaliknya ketika harga yang ditetapkan oleh

perusahaan tersebut terlalu rendah maka akan berdampak pada rendahnya tingkat

profitabilitas serta konsumen menganggap barang yang ditawarkan dengan harga

rendah tersebut merupakan barang lama atau barang yang kualitasnya buruk.

Karena harga dari suatu barang itu dapat mencerminkan kualitas yang dimilikinya.
18

Gambar 1. Kerangka Pemikiran


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif, selanjutnya dianalisis secara statistik

deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (1975) penelitian kualitatif adalah salah

satu prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan

sikap orang-orang yang di amati.

3.2 Operasionalisasi Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

- Petani tembakau adalah petani yang mengusahakan ataupun melakukan suatu

produksi tanaman tembakau, guna memperoleh hasil dari apa yang telah ia

kerjakan.

- Usahatani tembakau merupakan kegiatan produksi yang menghasilkan daun

tembakau sebagai outputnya. Dimana produksi itu merupakan proses

transformasi dari input menjadi output.

- Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi

atau biaya tetap ditambah dengan biaya variabel (Rp/Proses)

- Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam proses

produksi, yaitu sewa tempat, lantai jemur dan peralatan (Rp/Proses).

- Biaya variabel adalah biaya yang habis dipakai dalam proses produksi yaitu

sarana produksi atau bahan baku dan tenaga kerja (Rp/Proses).

19
20

- Penerimaan adalah hasil perkalian dari hasil produksi dengan harga jual, dan

dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp) per hektar dalam satu kali musim tanam

- Pendapatan adalah selisih antara nilai produksi dengan biaya produksi, yang

dihitung dalam satuan rupiah (Rp) per hektar dalam satu kali musim tanam

- Kelayakan adalah studi tentang apakah usahatani tembakau di Subak Langge,

Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar apabila di

laksanakan dapat berjalan dan berkembang atau tidak.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data

primer dan data sekunder.

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden petani

tembakau melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner yang

sudah dipersiapkan.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari hasil studi literatur, yaitu cara

pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari buku-buku,

dokumen-dokumen, dan hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan

masalah-masalah yang diteliti.

3.4 Teknik Penarikan Sampel

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 59 orang petani yang

melakukan usahatani tembakau terhitung bulan Oktober 2020 sampai

dengan Pebruari 2021. Pengambilan sampel diambil secara simple random


21

sampling dan diambil 25 % dari jumlah populasi, sehingga sampel

penelitian yang menjadi responden sebanyak 18 orang petani tembakau.

Menurut Sugiyono (2001) simple random sampling adalah teknik

pengambilan sampel dari anggota populasi yang dilakukan secara acak

tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Pengambilan

sampel sebanyak 25 persen ditentukan berdasar pada yang dikemukakan

Arikunto (2010), jika subjeknya kurang dari 100 orang sebaiknya diambil

semuanya, jika subjeknya besar atau lebih dari 100 orang dapat diambil

10-15% atau 20-25% atau lebih.

3.5 Rancangan Analisis Data

Adapun analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui biaya, menggunakan rumus menurut Rahmi dan Hastuti

(2007).

TC = TFC + TVC

Dimana :

TC = Total cost (Biaya Total)

TFC = Total Fixed Cost (Biaya Tetap Total)

TVC = Total Variable Cost (Biaya Variabel Total)

2) Penerimaan adalah nilai produksi yang dihasilkan dari kegiatan usahataniny,

atau dengan kata lain penerimaan merupakan perkalian antara produksi

dengan harga jual produk, secara matematis ditulis dengan rumus menurut

Rahmi dan Hastuti (2007) sebagai berikut:


22

TR = P.Q

Dimana :

TR = Penerimaan total (dalam rupiah)

P = Haga jual per unit (dalam rupiah perkilo)

Q = Jumlah produksi (unit)

3) Untuk mengetahui besarnya pendapatan digunakan rumus menurut Rahmi dan

Astuti (2007) sebagai berikut:

Π = TR – TC

Dimna :

Π = Pendapatan

TR = Total Penerimaan (dalam rupiah)

TC = Total Biaya (dalam rupiah)

4) Untuk mengetahui rasio penerimaan dan ushatani tembakau digunakan

analisis imbangan penerimaan dengan biaya atau R/C dengan rumus menurut

Rahmi dan Hastuti (2007) sebagai berikut:

TR
R/C =
TC

Dimana :

R/C = Kelayakan

TR = Total Penerimaan (dalam rupiah)

TC = Total Biaya (dalam rupiah)


23

Dengan ketentuan sebagai berikut:

1. R/C labih besar dari pada 1 maka usahatani tersebut menguntungkan.

2. R/C sama dengan 1 maka usahatani tidak untung tidak rugi (impas).

3. R/C kurang dari 1 maka usahatani tersebut rugi.

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Mei 2021, bertempat di

Subak Langge, Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Tempat

penelitian diambil secara purposive dengan pertimbangan Subak Langge memiliki

potensi pengembangan tembakau yang baik, memakai varietas lokal, sebagian

besar digunakan untuk susur dan sarana upacara keagamaan. Populasi berjumlah

59 orang petani yang melakukan usahatani tembakau terhitung bulan Oktober

2020 sampai dengan Pebruari 2021.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pendapatan Petani Tembakau

Pendapatan petani tembakau dengan interval pendapatan Rp 9.500.000

- 11.800.000 diperoleh oleh 3 orang responden (16,66%) dengan kategori

sangat rendah. Kategori rendah dimiliki oleh 4 orang petani (22,22 %)

dengan kisaran interval pendapatan sebesar Rp > 11.800.000 - 14.100.000.

Kisaran pendapatan petani tembakau > 14.100.000 - 16.400.000 dicapai

oleh 6 orang petani responden (33,33 %) dengan kategori yang sedang.

Kategori yang tinggi diperoleh oleh 3 orang petani (16,66 %) dengan

kisaran interval pendapatan > 18.700.000 - 21.000.000. Pendapatan

tertinggi diperoleh oleh 2 orang petani dengan kisaran interval pendapatan

> 18.700.000 - 21.000.000 atau (11,11 %) dengan kategori yang sangat

tinggi. Capaian Hasil Pendapatan petani tembakau dapat disajikan pada

Tabel 1. Berdasarkan persentase responden pendapatan petani paling

banyak dimiliki 6 orang petani (33,33 %) dengan kategori sedang dengan

kisaran pendapatan > 14.100.000 - 16.400.000, sedangkan persentase

pendapatan paling sedikit dimiliki oleh petani tembakau dengan kisaran

pendapatan > 16.400.000 - 18.700.000 atau (11,11%) sebanyak 2 orang;

hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti gangguan hama penyakit,

pengairan saat dibutuhkan sulit, dan masih banyak petani menjualnya

dalam bentuk belum diolah (Adnyana, et.al., 2017). Rata-rata pendapatan

24
petani tembakau setiap musim tanam sebesar Rp 14.861.111,- dengan

kategori sedang. Rata- rata pencapian pendapatan petani yang masih

sedang

25
26

ini perlu ditingkatkan kembali keberadaannya dengan jalan sinergitas antara lima

subsistem agribisnis meliputi penyediaan sarana produksi (subsistem penyediaan

sarana produksi) yang tepat, melakukan usahatani yang baik, melakukan pasca

panen yang lebih baik, Subsistem industri yang baik, membangun jejaring

pemasaran, dan lembaga penunjang yang mendukung (Adnyana, et.al., 2020).

Capaian Rata-rata Pendapatan petani tembakau dapat disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Capaian Hasil Pendapatan Petani Tembakau


Jumlah Perse
Respon ntase
Interval Pendapatan
No Pendapatan den Respo Kategori
(Rp/Ha)
nden
(Orang) (%)
Sangat
9.500.000 - 11.800.000 3 16,66
rendah
>11.800.000 - 14.100.000 4 22,22 rendah
Pendapatan >14.100.000 - 16.400.000 6 33,33 Sedang
>16.400.000 - 18.700.000 3 16,66 Tinggi
Sangat
>18.700.000 - 21.000.000 2 11,11
tinggi
Rata-rata 14.861.111 18 100 sedang
Sumber: Data primer, diolah (2021)

4.2 Kelayakan Usahatani Tembakau

Rasio penerimaan atas biaya menunjukkan berapa besarnya penerimaan

yang akan diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam produksi

usahatani. Rasio penerimaan dapat digunakan untuk mengukur tingkat

keuntungan relatif kegiatan usahatani, artinya dari angka rasio penerimaan atas

biaya tersebut dapat diketahui apakah suatu usahatani menguntungkan atau tidak.

Tingkat pendapatan usaha dapat diukur menggunakan analisis penerimaan dan

biaya (R/C Ratio) yang disarankan pada perhitungan secara finansial. Analisis ini
27

menunjukkan besar penerimaan usaha yang akan diperoleh pengusaha untuk

setiap rupiah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usaha. Jika R/C Ratio

bernilai lebih besar dari 1 (R/C > 1) artinya setiap tambahan biaya yang

dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada

tambahan biaya atau secara sederhana kegiatan usaha menguntungkan. Bila nilai

R/C Ratio lebih kecil dari 1 (R/C < 1) artinya tambahan biaya yang dikeluarkan

akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih kecil dari tambahan biaya

atau secara sederhana kegiatan usaha mengalami kerugian. Berdasarkan hasil

penelitian diperoleh 14 orang petani memiliki R/C Ratio lebih daripada 1,0;

sedangkan 4 orang petani mendapatkan hasil R/C ratio ≥ 2,0. Rata-rata R/C Ratio

yang diperoleh sebesar 1,89. Ini berarti semua petani sampel telah layak dan

menguntungkan untuk melaksanakan usahatani tembakau. Disebabkan tambahan

biaya yang dikeluarkan menyebabkan tambahan penerimaan yang lebih besar

sehingga berpengaruh positif terhadap pendapatan petani dan menguntungkan

secara ekonomis. Capaian Hasil R/C Ratio Petani Tembakau dapat disajikan pada

Tabel 3.

Tabel 3. Capaian Hasil R/C Ratio Petani Tembakau


No
R/C Rasio
Responden
1 1,77
2 1,78
3 1,78
4 1,80
5 1,81
6 1,82
7 1,83
8 1,84
9 1,85
10 1,89
28

No
R/C Rasio
Responden
11 1,90
12 1,90
13 1,94
14 1,98
15 2,00
16 2,00
17 2,03
18 2,07
Jumlah 34,06
Rata-rata 1,89
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Kesimpulan dari penelitian di atas adalah Rata-rata pendapatan yang

diperoleh oleh petani tembakau yang ada di Subak Langge, Desa Sukawati,

Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar sebesar Rp 14.861.111, termasuk

kategori yang sedang; Sedangkan rata-rata R/C Ratio yang didapatkan sebesar

1,89.

4.2 Saran

Saran yang dapat diberikan untuk petani tembakau dalam meningkatkan

pendapatan dan meningkatkan R/C rationya yaitu perlu adanya pemeliharaan yang

lebih intensif seperti penyediaan sarana produksi pertanian, pemeliharaan yang

baik terutama dalam pengendalian hama penyakit, pasca panen yang tepat, serta

pemasaran yang baik meliputi pelaksanaan kerjasama dengan pelaku industri

tembakau.

29
DAFTAR PUSTAKA

Anwar M, Murah, dan Zainuddin M, 2021. Identifikasi manfaat limbah batang


tembakau di kabupaten lombok timur (Pengelolaan Limbah Pertanian
Dengan Konsep Eco-Farming). Universitas Gunung Rinjani.

Adnyana, N.S, Tenaya, M.N, dan Darmawan, D.P, 2017. Peranan Sistem
Agribisnis Terhadap Keberhasilan Tumpangsari Cabai-Tembakau
(Kasus Subak di Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati, Kabupaten
Gianyar). Journal Manajemen Agribisnis, Program Studi Magister
Agribisnis, Program Pasca Sarjana, Universitas Udayana, 5(1):64-79.

Adnyana, N.S., Darmawan, D.P., Windia, W, and Suamba, K, 2020. Agribusiness


Development Model For Strengthening The Chili-Tobacco Intercroping
Farmer Group. International Journal Of Life Sciences. 4(1):26-36.

Ambarsari. Ismadi, Setiadi. 2014. Analisis Pendapatan dan Profitabilitas


Usahatani Padi di Kabupaten Indramayu. Jurnal Agri Wiralodra Vol 6
No 2 Thn 2014. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas
Diponegoro.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2017. Bali Dalam Angka 2017. Denpasar.

Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2018. Bali Dalam Angka 2018. Denpasar.

Direktorat Jendral Perkebunan. 2015. Rencana Strategis Direktorat Jenderal


Perkebunan Kementerian Pertanian 2015-2019. Jakarta.

Dinas Pertanian Kabupaten Gianyar, 2017. Laporan Kegiatan Peningkatan


Kualitas Bahan Baku Tembakau.

Galang R.P, Chumaid M, analisis kelayakan usahatani jambu gondangmanis di


desa gondangmanis kecamatan bandarkedungmulyo jombang. 2021.
Progam Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas KH. Abdul
Wahab Hasbullah.

Kasim, S. 2004. Petunjuk Menghitung Keuntungan dan Pendapatan Usahatani.


Universitas Lampung Mangkurat, Banjarbaru.

Latif. A., Nasirudin. M., Nur S.Q., 2021. Analisis Kelayakan Usahatani Padi
Organik di Desa Bareng Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang. Vol.
3,

30
31

No. 2, Mei 2021. Prodi Agroekoteknologi dan Prodi Agribisnis


Universitas KH. A. Wahab Hasbullah.

Ratnawati. I, insan. T.N., lukman. D.H., 2019. Analisis kelayakan usahatani cabai
merah (Studi Kasus pada Kelompok Tani Mekar Subur Desa Maparah
Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis). Vol 6, No 2 (2019). Fakultas
Pertanian, Universitas Galuh.

Sugiyono, 2001. Metode Penelitian, Bandung: CV Alfa Beta

Anda mungkin juga menyukai