SAPWANDI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
BANJARMASIN
2016
i
Oleh
SAPWANDI
NPM : 15.42.0082
Nama : SAPWANDI
NIM : E1D107068
Anggota Ketua
DJHFURHFRJGHJFRJFKGS KDFDKFDFKDDKDLFLGLHM
NIDN. NIDN
Diketahui oleh :
Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulisan laporan penelitian
Judul dari penelitian ini adalah “Analisis Finansial Usaha Pengolahan Keripik
Singkong (Studi Kasus Pada Usaha Keripik Singkong Cap “Dua Saudara” di
penelitian ini diajukan sebagai satu syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai
gelar sarjana.
Ir. M. ILMI HIDAYAT, MP dan Ibu INDA ILMA IFADA, SP, MP selaku
dosen pembimbing yang telah banyak membantu dan memberikan arahan serta
kepada orang tua dan saudara-saudaraku yang telah memberikan dorongan dan
do’a restunya selama ini. Kepada semua civitas akademika serta teman-teman
Tentunya laporan skripsi ini jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran
Penulis
3
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
UCAPAN TERIMAKASIH..............................................................................
ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................
iii
iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................
vi
PENDAHULUAN ...........................................................................................
Latar Belakang......................................................................................
1
Perumusan Masalah..............................................................................
10
Tujuan dan Kegunaan Penelitian..........................................................
11
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................
12
4
Hasil Penelitiaan...................................................................................
12
Penelitian di Nusa Tenggara Barat.................................................
12
Aspek Pemasaran...........................................................................
13
Fungsi Industri Pengolahan...........................................................
14
Landasan Teori......................................................................................
15
Gambaran Umum Industri Keripik Singkon.........................................
15
Biaya..............................................................................................
18
Penerimaan ....................................................................................
19
Keuntungan....................................................................................
19
Kelayakan Usaha...........................................................................
20
Titik Impas (Break Even Point)....................................................
20
Halaman
METODE PENELITIAN.................................................................................
24
30
KEGIATAN PENYELENGGARAAN.............................................................
33
Bahan Baku...........................................................................................
33
Bahan Penolong....................................................................................
34
Bahan kemasan dan Logo.....................................................................
35
Tenaga Kerja.........................................................................................
36
Peralatan Produksi................................................................................
37
Proses produksi.....................................................................................
37
6
41
Komponen Biaya..................................................................................
41
Biaya Tetap....................................................................................
41
Biaya Variabel................................................................................
42
Biaya Total.....................................................................................
43
Penerimaan...........................................................................................
44
Keuntungan...........................................................................................
44
Kelayakan usaha...................................................................................
45
Titik Impas ...........................................................................................
46
49
49
50
52
7
Kesimpulan ..........................................................................................
52
Saran.....................................................................................................
53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
8
34
4. Perincian dari jenis pekerjaan dan gaji yang diberikan pada setiap
pekerjaan perharinya
36
42
43
45
47
48
9
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
14
22
40
50
10
DAFTAR LAMPIyRAN
Nomor Halaman
56
10. Perincian biaya listrik dan pulsa usaha pengolahan keripik singkong
cap ”Dua Saudara”
65
PENDAHULUAN
Latar Belakang
13
krisis moneter terkait erat dengan sistem ekonomi yang berorentasi pada
pertumbuhan ekonomi tinggi telah menghasilkan hasil yang tidak adil dan tidak
antara sektor pertanian dan industri. Runtuhnya sektor industri modern sebagai
kerakyatan, yaitu sistem ekonomi yang berbasis pada ekonomi kerakyatan yang
(buffer) berbagai goncangan ekonomi. Sektor pertanian rakyat yang padat tenaga
kerja mampu tumbuh positif dan krisis ekonomi sehingga dapat dijadikan modal
(Widodo, 2003:2).
produk olahan baik produk antara (intermedite product) maupun produk akhir
kertas, bahan-bahan bangunan dari kayu, rayon, benang dari kapas atau sutra,
barang kulit tali dan karung goni), industri biofarma dan industri agrowisata dan
Usaha industri hilir dalam sistem agribisnis adalah usaha pengolahan hasil
yang lebih baik dan lebih prestise dan sebagainya. Banyak hasil pertanian yang
ekonomi bahkan timbul positif dan cepat, mampu menyerap tenaga kerja pada
usaha kecil dan menengah, kualitas sumber daya manusia di sektor ini meningkat
secara gradual (sedikit demi sedikit), peranan pada net export meningkat, dan
kontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat pada usaha kecil dan
yaitu dari ekonomi tradisional yang dititikberatkan pada sektor pertanian ke sektor
modern yang didominasi oleh sektor industri dengan increasing return to scale
yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi (Weis dalam Akmal,
2006;1).
Ubi kayu atau ketela pohon atau singkong merupakan bahan pangan
Sejak awal Pelita I , sampai sekarang singkong beperan cukup besar dalam
mencukupi pangan nasional dan di butuhkan sebagai bahan pakan (ransum) ternak
Semakin maju suatu negara semakin banyak orang yang terdidik, dan
jumlah maupun dalam mutu wirausaha itu sendiri. Sekarang ini kita menghadapi
kenyataan bahwa jumlah wirausaha Indonesia masih sedikit dan mutunya belum
tahun ketahun semakin meningkat hal ini perlu diperhatikan juga bahwa usaha
akan semakin berat. Hal ini antara lain disebabkan adanya alih fungsi dari lahan
subur menjadi lahan non pertanian, seperti menjadi pemukiman penduduk dan
ubi kayu, ketela pohon atau kasape. Singkong berasal dari benua Amerika,
tepatnya dari Negara Brazil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia dan masuk
antara lain: Valenca, Mangi, Betawi, Basiorao, Bogor, SPP, Muara, Mentega,
(www.ristek.go.id).
adalah sebagai antioksidan, anti kangker, antitumor, dan penambah nafsu makan.
Bagian yang biasa dipakai pada tanaman ini adalah daun dan umbi. Umbi
serasi dan seimbang, kuat, serta maju. Jenis industri ini benar-benar mempunyai
dampak langsung kepada perbaikan kehidupan sebagian besar rakyat yang hidup
kontinuitas jumlah dan kuantitas produk pertanian yang memenuhi syarat sebagai
semakin beralasan pula untuk dilakunnya integrasi secara penuh dalam suatu
baku serta aplikasi teknologi pengolahan dan karakterisitik produk yang dihendaki
( Adhi, 2001;4).
yang meliputi faktor usahatani (produksi singkong), tataniaga, dan iklim kondusif
( Adhi, 2001;4).
Bahkan, banyak yang sudah mampu melakukan ekspor. Namun demikian, pada
yang paling besar yaitu kecamatan Martapura Kota dengan kapasitas produksi
30.000 kg/tahun ini bukti bahwa keberadaan industri kecil yaitu dengan
Begitu juga dengan industri kecil keripik singkong cap Dua Saudara yang ada di
Desa Cindai Alus Kecamatan Martapura Kota Kabupaten Banjar. Seiring dengan
dengan industri kecil keripik singkong Dua Saudara juga mengalami ketatnya
9
persaingan sehingga sangat diperlukan adanya peningkatan strategi-strategi usaha
produk lain karena kurangnya strategi pemasaran dan kekurangan biaya untuk
Keripik singkong menjadi produk andalan pada unit usaha industri rumah
tangga Cap “Dua Saudara”, hal ini dikarenakan dalam proses pembuatan keripik
singkong tidak dipengaruhi oleh waktu, baik pada musim hujan ataupun musim
karena hama penyakit relatif sedikit dan mudah diatasi, serta harganya yang
murah, hanya saja singkong ini merupakan tanaman yang umurya 6 bulan
Banjar dan salah satunya adalah usaha industri keripik singkong cap “Dua
Saudara”. Usaha keripik singkong cap Dua Saudara ini merupakan usaha yang
berdiri sejak tahun 2009 dan permintaan untuk produksi keripik singkong ini
dan juga permintaan pasar untuk produksi keripik singkong maka perlu adanya
3. Seberapa besar titik impas Break Even Point (BEP) dari usaha pengolahan
“Dua Saudara”?
3. Menghitung titik impas/Break Even Point (BEP) dari usaha keripik singkong.
Hasil Penelitian
layak dilakukan dengan nilai B/C ratio sebesar 0,62. Dilihat dari pertumbuhan
dari pengolahan keripik singkong sebesar Rp 2.064.375 per bulan, disamping itu
dikelola sebagai industri rumah tangga. Sampai saat ini belum tersedia data yang
beroperasi sejak tahun 2003. Usaha pembuatan keripik singkong berdiri atas
inisiatif sendiri dan dikelola oleh kelompok dengan jumlah anggota sebanyak 8
sebagai tenaga kerja. Sejak mulai berproduksi, industri keripik singkong di Desa
Padamara sudah pernah memperoleh pembinaan dari instansi terkait. Fasilitas alat
pengolah yang digunakan masih sederhana, kecuali alat perajang singkong yang
Titik impas (BEP) dicapai pada saat keuntungan sama dengan nol atau
total biaya sama dengan total penerimaan atau nilai produksi. Analisis titik impas
dapat dilakukan untuk mengetahui titik impas produksi maupun titik impas harga.
Hasil analisis diperoleh titik impas produksi sebesar 370 bal/bulan, sedangkan
titik impas harga sebesar Rp 5.559/bal. Artinya pada tingkat harga keripik
singkong Rp 9000/bal, selama produksi berada di atas 370 bal/bulan maka usaha
Aspek Pemasaran
pemasaran dalam desa dan daerah di luar kecamatan dalam kabupaten yang sama.
Lembaga yang terlibat dalam pemasaran keripik singkong adalah agen penyalur
dalam hal ini dilakukan oleh tukang ojek dan kios pengecer. Tukang ojek sebagai
14
penyalur masing-masing mempunyai wilayah pemasaran dan pengecer langganan
Produsen Penyalur /
Kios / pengecer Konsumen
kripik singkong tukang ojek
Gambar 1. Rantai pemasaran keripik singkong dari produsen di Desa
Padamara sampai konsumen di Kabupaten Lombok Timur, 2006
melalui penyalur, dan selanjutnya kios menjual keripik kepada konsumen. Marjin
Satuan transaksi yang digunakan dalam analisa marjin pemasaran seperti disajikan
adalah bal. Harga yang diterima produsen sebesar Rp 9.000/bal keripik atau 60
sebesar 0,67 persen dan 39,33 persen. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa pemasaran keripik singkong efisien terlihat pangsa harga produsen (60%)
yang lebih tinggi dibandingkan pangsa marjin pemasaran (40%) (Sri Hastuti,
2006).
saling terkait dan merupakan suatu kesatuan yang satu sama lain saling
bagian dari sistem agribisnis, pengolahan hasil secara langsung terkait dengan
15
sub-sistem produksi, sub-sistem pemasaran dan sub-sistem jasa angkutan. Adanya
singkong mulai dari petani, ibu rumahtangga, pedagang makanan dan kios
makanan. Pendapatan yang diperoleh produsen, tukang ojek dan kios makanan per
Landasan Teori
yang hidup disektor pertanian itu. Cara ini bisa ditempuh dengan jalan
dengan menaikkan harga yang mereka terima atas produk-produk mereka hasilkan
pada suatu bangunan atau lokasi tertentu dan mempunyai catatan administrasi
tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada orang atau lebih yang
bertanggung jawab atas usaha tersebut. Ada beberapa bentuk usaha industri, salah
Bambang, 2012).
industri yang mengolah hasil pertanian menjadi produk antara (untuk bahan baku
industri lainnya) atau mengolahnya menjadi produk akhir yang siap untuk
serta penanganan dan pengawetan bahan tersebut menjadi bahan setengah jadi
atau bahan jadi. Dengan perkataan lain industri merupakan suatu proses
dilakukan secara manual dengan alat sederhana, secara mekanis ataupun secara
kimiawi dan dapat pula digabungkan cara-cara tersebut. Jadi industri yang
Salah satu bidang industri yang erat kaitannya dengan pertanian adalah
kaitan erat dan langsung dengan pertanian. Apabila pertanian diartikan sebagai
2003;14)
Agribisnis adalah usaha dalam bidang pertanian. Baik mulai dari produksi,
satu kesatuan kegiatan usaha dimata rantai produksi, pengolahan hasil dan
pemasaran yang ada hubungan dalam arti luas, termasuk didalamnya kegiatan
dan prospek sebagai sumber bahan pangan, bahan baku industri untuk industri
pangan, kimia dan pakan, mengusahankan ubi kayu dapat menjadi sumber
pendapatan dan menyerap tenaga kerja baik di sub system hulu, tengah (usaha
tani) dan hilir, meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan devisa Negara
Biaya
usaha. Faktor biaya ini menentukan besar atau tidaknya usaha yang dilakukan
karena biaya ini pula yang menentuan apakah suatu usaha itu menguntungkan atau
yaitu biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi, dan biaya
variabel (Variable Cost) yaitu biaya yang sifatnya berubah sesuai dengan
Biaya tetap diartikan sebagai setiap biaya atau semua biaya yang
besarkecilnya atau tinggi rendahnya output yang dihasilkan. Dengan batasan ini
maka apakah berproduksi atau tidak, dan kalau toh berproduksi maka berapapun
juga jumlah output yang dihasilkan, senantiasa akan terdapat sejumlah biaya
tertentu yang tetap saja besarnya, yang harus dikeluarkan. (Kasim, 1995; 173).
hubungan sangat erat dengan besar kecilnya atau tinggi rendahnya output yang
akan diperoleh. dengan perkatan lain, biaya variable ini bervariasi sesuai dengan
variasi yang terjadi pada output yang diperoleh. Hubungan yang erat antara biaya
variabel dengan output ini pada umumnya berupa korelasi yang positif, artinya
menghasilkan sesuatu tingkat output tertentu, yang mencakup biaya tetap dan
biaya variabel. Dimana biaya total merupakan hasil penambahan antara biaya
diperoleh dengan harganya. Penerimaan total dari suatu usaha adalah nilai produk
total dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang akan dijual.
Dalam menaksir penerimaan total, suatu komponen produk yang tidak dijual
harus dinilai berdasarkan harga pasar yaitu dengan cara mengalikan produk
Keuntungan
dari musim kemusim, dan tahun ketahun. Maka usaha akan dapat terus menerus
penerimaan yang diperoleh dengan semua biaya yang telah dikeluarkan dalam
penyelenggaraan kegiatan produksi, yaitu sejak awal sampai dengan akhir proses
Kelayakan Usaha
analisis Revenue Cost Ratio (RCR), yaitu perbandingan antara jumlah penerimaan
(Revenue) dengan biaya (Cost). Bila nilai RCR lebih besar daripada satu maka
usaha tersebut layak, bila nilai RCR sama dengan satu berarti usaha tersebut tidak
mengalami keuntungan atau kerugian, dan apabila nilai RCR kurang dari satu
20
maka usaha tersebut tidak layak untuk diteruskan (Soehardjo dan Dahlan Patong,
1986).
hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan.
Riyanto, 1997).
hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan.
Oleh karena itu analisa tersebut mempelajari hubungan antara biaya – keuntungan
– volume kegiatan, analisa tersebut sering pula disebut “Cost – Profit – Volume
sebagai berikut :
a. Biaya di dalam perusahaan dapat dibagi dalam golonagan biaya variabel dan
volume produksi/penjualan.
c. Besarnya biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada perubahan
volume produksi/penjualan.
d. Harga jual per unit tidak berubah selama periode yang dianalisa.
e. Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk (Bambang Riyanto,
1997).
Perhitungan (BEP) ini dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama
berdasarkan atas dasar tingkat penjualan yang dapat menutupi semua biaya
21
operating maupun financial cost (overall break even point), sedangkan yang
Biaya/Revenue (Rp)
X Penjualan
Biaya Total
Biaya tetap
Y
Unit yang diproduksi
contribution margin dapat dilihat pada Gambar 1 diatas (Teguh Pudjo Muljono.
1996):
periode tertentu jumlah antara biaya tetap dan biaya variabel sama dengan
kerugian dan tidak pula memperoleh laba (dalam keadaan keseimbangan). Titik
hanya menunjukan dimana tidak untung atau tidak rugi, akan tetapi juga
22
menunjukkan kemungkinan yang berhubungan dengan perubahan biaya atau
hasil penjualan.
Analisis Break Even Point dapat digunakan sebagai profit planning yaitu
merencanakan keuntungan yang akan diperoleh dalam usaha produksi, atau dapat
berapa jumlah biaya total sama dengan penerimaan total, sehingga memudahkan
Kota Kabupaten Banjar. Sedangkan waktu yang diperlukan untuk penelitian ini
dimulai dari bulan November 2016 sampai dengan Februari 2017 yaitu mulai dari
laporan.
mengenai unit sosial tertentu yang hasilnya merupakan gambaran yang lengkap
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
Data yang dikumpulkan adalah data kegiatan produksi pengolahan keripik pada
bulan November 2016 sampai dengan Februar 2017, dan data selain produksi
pengolahan keripik singkong adalah biaya-biaya yaitu biaya peralatan dan biaya
bahan baku utama yang digunakan untuk memproduksi keripik singkong berupa
singkong yang ditambah dengan biaya bahan penolong berupa kayu bakar, plastik,
minyak goreng dan minyak tanah agar membantu dalam proses pengolahan
1. Biaya yang dilihat dalam penelitian ini adalah biaya dalam waktu 3 bulan
4. Biaya tetap terdiri atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya bahan
5. Total biaya adalah nilai dari semua input atau korbanan yang digunakan
kegiatan produksi.
7. Titik impas adalah pada saat penerimaan sama dengan total biaya yang
dikeluarkan.
Analisa Data
26
Data yang diperoleh dari usaha pengolahan keripik singkong kemudian
diolah secara tabulasi dan selanjutnya dianalisis untuk periode per 1 bulan selama
akuntansi terhitung pada bulan November 2016 sampai dengan Februar 2017
singkong.
a. Biaya Total
TC = FC + VC
Dimana :
Untuk input-input yang berbentuk barang modal yang tidak habis dalam
satu kali proses produksi, maka perlu dihitung besarnya penyusutan. Besarnya
penyusutan untuk setiap proses produksi ini hanya taksiran, karena tidak mungkin
menetapkan secara tepat. Dalam penelitian ini digunakan metode garis lurus
27
(straight line method) dalam penentuan besarnya penyusutan, dinyatakan dengan
rumus:
Na Ns
D
Up
Dimana :
b. Penerimaan
TR = Y .PY
Dimana :
c. Keuntungan
Π = TR- TC
Dimana :
Dimana :
RCR = 1 maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi (Soekartawi, 1997).
berikut ;
FC
BEP (Q) =
( P AVC )
FC
BEP( Rp)
VC
(1 )
S
Dimana :
Rp = Rupiah
29
S = Volume penjualan (Rp)
Riyanto, 1997).
keluarga atau usaha rumah tangga yang didirikan oleh Bapak Yusuf dan istrinya
pada tahun 2009. Pada awalnya pekerjaan atau usaha ini berawal dari ketika
Bapak Yusuf berhenti bekerja di sebuah industri rumah tangga keripik singkong
dengan modal awal sekitar 1.000.000. Modal ini berasal dari uang yang
mengeluarkan modal awal 500.000 sampai 1.000.000 untuk pembelian alat dan
prospek dan hasil penjualan yang baik, Bapak Yusuf dan istrinya pun mulai
Saudara ini.
Sampai sekarang usaha ini masih tetap berjalan dan punya cukup modal
untuk menambah peralatan dan bahan baku dalam jumlah lebih besar bahkan
beliau sudah mengembangkan beberapa cabang usaha yang modalnya berasal dari
Yusuf dan menyerap tenaga kerja di lingkungan keluarga dekat dan menerap
pasang surut, dikarenakan tergantung pasar dan bahan baku serta kualitas bahan
baku.
Lokasi Usaha
juga akan menyebabkan biaya perusahaan yang tinggi sehingga akibatnya tidak
berbagai sarana dan prasarana yang memadai agar tercapainya apa yang
mempunyai sarana dan fasilitas berupa rumah yang digunakan untuk usaha.
Adapun tempat usaha dengan luas 4 x 5 m2. Sedangkan sarana yang lain yaitu
32
satu buah sepeda motor dan mobil pick up yang digunakan untuk pemasaran,
Modal
pengolahan keripik ini pada tahun 2009 sebesar Rp 1.000.000, modal ini berasal
.
KEGIATAN PENYELENGGARAAN USAHA
Bahan Baku
proses produksi. Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan keripik singkong
adalah berupa singkong atau ubi kayu. Bahan baku singkong yang di gunakan
adalah jenis ubi kayu 4 bulan, ubi kayu hijau, Ubi Kayu Maradu, dan Ubi kayu
Tahunan. Sedangkan jenis ubi kayu yang sering dipesan dari Cindai Alus adalah
singkong empat bulan dan singkong hijau/ castal merah. Dari beberapa jenis
singkong tersebut yang paling bagus untuk dibuat keripik singkong adalah
singkong hijau/ castal merah, karena jenis ubi kayu ini akan menghasilkan keripik
Pada unit usaha keripik singkong ini mereka juga lebih memilih ubi kayu
dari daerah Cindai Alus, karena singkong dari daerah ini rasanya tidak pahit dan
memiliki kualitas yang bagus dan kadar airnya sedikit. Hal ini disebabkan karena
petani tidak menggunakan pupuk urea dalam budidayanya dan tidak tumbuh di
daerah rawa, mereka lebih sering menggunakan pupuk kandang. Lain halnya
dengan ubi kayu yang berasal dari Marabahan , setelah diolah menjadi keripik
singkong rasanya agak pahit. Hal ini disebabkan karena jenis singkongnya adalah
Pembelian bahan baku, tiap hari dengan jumlah sesuai kebutuhan biasanya
sekitar 100-150 kg/hari, hal ini dikarenakan bahan baku tidak tahan lama, bahan
baku
34
tersebut langsung diantar oleh langganan Bapak Yusuf dan dibayar kontan dengan
Pemakaian bahan baku kedelai adalah 100-150 kg untuk satu hari, itu
penggunaan dan nilai bahan baku singkong selama bulan November 2016 sampai
Tabel 3. Jumlah penggunaan dan nilai bahan baku singkong pada usaha
pengolahan keripik Cap ”Dua Saudara” selama 3 bulan 2012.
usaha ini melihat kepada banyaknya permintaan dengan cara memperkirakan dan
Bahan Penolong
penunjang terbentuknya produk atau bahan jadi, tetapi jumlah yang diperlukan
relatif kecil di bandingkan jumlah bahan baku. Bahan baku penolong yang
digunakan dalam pengolahan keripik singkong cap “Dua Saudara” terdiri dari,
bawang putih dan merah dilakukan pembelian dua kali dalam satu bulan untuk
memenuhi proses produksi selama satu bulan. Pembelian bahan penolong ini
“Dua Saudara adalah kantongan plastik putih. Bahan kemasan dibeli dalam
bentuk kg yang di datangkan dari jogja, dimana ada 1 jenis kemasan yaitu ukuran
bungkus kecil dan bungkus besar, dengan harga kemasan kecil Rp 2000 per
bungkus dan kemasan besar Rp 10.000 per kilogram. Keripik singkong dalam
bungkus kecil dengan berat 125 gram dapat dikemas dalam plastik ukuran 10 x 9
cm
Logo merupakan merek dari keripik singkong cap Dua Saudara dalam
bentuk lembaran kertas yang mana memuat nama produk, alamat perusahaan dan
sesuai dengan ukurannya. Logo kemasan kecil berukuran 5x5 cm dimana dalam 1
lembar kertas ber isi 16 logo dengan harga per lembar kertas Rp 125,-.
Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja dalam keluarga unit usaha keripik singkong Cap Dua
Saudara, jumlah tenaga kerja yang ada sebanyak 8 orang, yang terdiri atas 2 orang
36
sebagai pengupas, 1 orang sebagai penggoreng, 1 orang bagian pemotong, dan 4
sampai SMP.
Waktu hari kerja unit usaha keripik singkong Cap Dua Saudara tiap hari
Sistem upah yang ditetapkan oleh usaha pengolahan unit usaha keripik
singkong Cap Dua Saudara sistem harian. Besar upah perhari yang diberikan
disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang dilakukan. Adapun jenis pekerjaan yang
Tabel 4 . Perincian dari jenis pekerjaan dan gaji yang diberikan pada setiap
pekerjaan perharinya.
Setiap hari mereka juga mendapatkan makan dan terkadang bonus tertentu
apabila penjualan meningkat dan pada saat hari-hari tertentu misalnya pada
lebaran.
Peralatan Produksi
ember untuk mengambil air; baskom untuk tempat singkong yang belum dikupas
maupun yang sudah dikupas; tirisan untuk singkong yag sudah dicuci, alat
pemotong dengan dua mata pisau untuk memotong singkong yag sudah di cuci;
untuk mengangkat keripik yang telah di goreng; sealer untuk merekatkan kemasan
saat di bungkus; gunting untuk memotong logo dan kemasan platik; plastik
ukuran besar untuk pemyimpanan keripik yang sudah di goreng; dan timbangan
Proses Produksi
pada unit usaha keripik singkong Cap “Dua Saudara” yaitu sebagai berikut:
1. Pembelian dan penyediaan bahan baku. Bahan baku ubi kayu biasanya
dibeli dari daerah Cindai Alus, Marabahan dan Bati-bati . singkong yang
dipilih sebaiknya yang berukuran besar dan panjang, karena dengan ukuran
selanjutnya.
khusus untuk mendapatkan keripik dengan ukuran dan ketebalan yang sama,
38
tebalnya potongan ± 3 mm. Cara pemotongan yaitu dengan meletakkan
baskom.
penggorengan.
kurang lebih 3-5 menit, menggunakan tungku dengan nyala api yang sedang.
sebelum disimpan dan dikemasi keriping singkong tetap kering dan tidak
berminyak.
bumbu yang sudah jadi kedalam baskom yang sudah tersedia keripik
Apabila dalam perekatan kurang teliti dan udara dapat masuk kedalam
Proses produksi pengolahan keripik singkong dapat dilihat pada Gambar 3 berikut
:
40
Singkong
Pengupasan kulit
Pembersihan
Pemotongan
Perendaman
Pencucian
Penirisan
Penggorengan
Penggorengan
Penirisan
Pemberiaan bumbu
Penyimpanan
Pengemasan
Komponen Biaya
penyelenggaraan suatu usaha. Faktor biaya ini akan menentukan berhasil atau
tidaknya usaha yang kita lakukan karena biaya ini pula yang menentukan apakah
a. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang senantiasa akan dikeluarkan dalam proses
produksi, tanpa memandang besar kecilnya atau tinggi rendahnya output yang
akan dihasilkan. Komponen biaya yang termasuk biaya tetap pada usaha
2. Biaya pembayaran pajak yang meliputi pajak Bumi dan Pembangunan (PBB).
keripik singkong cap “Dua Saudara” dapat dilihat pada, dan Untuk melihat jumlah
harus dikeluarkan oleh pada usaha pengolahan keripik singkong cap “Dua
Saudara” bulan Agustus sampai Oktober 2012. Biaya terbesar adalah tenaga kerja
tetap (90,11%), dan terkecil adalah penyusutan aktiva tetap (0,44%). Untuk
melihat secara rinci perhitungan biaya penyusutan aktiva tetap dapat dilihat pada
Lampiran 2.
b. Biaya Variabel
sangat erat dengan besar kecilnya atau tinggi rendahnya output yang akan
diperoleh. Komponen biaya yang termasuk biaya variabel usaha pengolahan tahu
ini meliputi biaya untuk pembelian bahan baku yang berupa singkong, bawang
merah, bawang putih, gula, kayu bakar, biaya pembelian minyak tanah, upah
tenaga kerja borongan, dan pembayaran listrik. Untuk perincian biaya variabel
dapat dilihat pada Lampiran 7, dan untuk melihat jumlah biaya variabel
perkomponen biaya serta jumlah biaya variabel selama 3 bulan 2012 dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah dan persentase biaya variabel per komponen biaya pada usaha
pengolahan keripik singkong cap “Dua Saudara” November 2016
sampai dengan Februar 2017
No Jenis biaya Total biaya (Rp) Persentase (%)
43
1 Bahan baku 14.250.000 49,44
2 Bahan penolong 6.393.000 20,23
3 Kemasan 3.423.000 10,83
4 Logo 330.000 1,04
5 Bahan bakar 2.304.000 7,29
6 Listrik 330.000 1,04
7 Makan 500.000 1,58
8 Tenaga kerja tidak tetap 1.500.000 4,75
9 Bensin 1.200.000 3,80
Jumlah 30.230.000 100
Rat-rata/bulan 10.076.666,47 100
Pada Tabel 6 tersebut dapat dilihat bahwa komponen biaya variabel yang
terbesar adalah biaya pembelian bahan baku (49,44%). Sedangkan untuk biaya
variabel yang terkecil adalah biaya listrik (0,04%), dengan jumlah biaya rata-rata
c. Biaya Total
Biaya total adalah penjumlahan dari total biaya tetap dengan total biaya
variabel. Pada usaha pengolahan keripik singkong ini biaya tetapnya sebesar Rp.
6.125.667, sedangkan biaya variabel sebesar Rp. 30.230.000, sehingga total biaya
TC = FC + VC
= Rp. 36.355.667/3bulan
atau Π = 12.118.555,67/bulan
Penerimaan
44
Penerimaan pada hakikatnya adalah hasil penjualan produk yang
singkong cap ”Dua Saudara” yang dijual dengan harga penjualan produksi keripik
singkong. Keripik singkong yang dijual dalam bentuk bungkusan, di mana untuk
satu bungkus berisi 125 gram dengan harga Rp. 2.000/bungkus, sehingga total
penerimaan keripik singkong pada usaha penglahan keripik singkong cap ”Dua
Saudara” periode November 2016 sampai dengan Februar 2017 berjumlah Rp.
Keuntungan
merupakan selisih antara seluruh penerimaan (atau disebut juga penerimaan total)
yang telah diperoleh dengan semua biaya (atau disebut pula biaya total) yang telah
Tabel 7. Keuntungan usaha pengolahan pada keripik singkong cap “Dua Saudara”
bulan November 2016 sampai dengan Februar 2017
No. Uraian Total (Rp)
1. Penerimaan 54.720.000
2. Biaya tetap 6.125.667
3. Biaya Variabel 30.230.000
45
Keuntungan 18.364.333
∏ = TR - TC
Jadi selama bulan November 2016 sampai dengan Februar 2017 (3 bulan)
6.121.444,33
Kelayakan Usaha
analisis Revenue Cost Ratio (RCR), yaitu perbandingan antara jumlah penerimaan
(Revenue) dengan biaya (Cost). Bila nilai RCR lebih besar daripada satu maka
usaha tersebut layak, bila nilai RCR sama dengan satu berarti usaha tersebut tidak
mengalami keuntungan atau kerugian, dan apabila nilai RCR kurang dari satu
Penerimaan Total
RCR =
Biaya Total
Rp. 54.720.000
=
Rp. 36.335.667
46
= 1,50
Hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,00 biaya yang dikeluarkan untuk
usaha usaha pengolahan keripik singkong cap “Dua Saudara” akan memberikan
penerimaan sebesar Rp. 1,50. Karena RCR > 1 maka dapat ditarik kesimpulan
periode tertentu jumlah antara biaya tetap dan biaya variabel sama dengan volume
perusahaan tidak mengalami kerugian dan tidak pula memperoleh laba (dalam
grafik, karena tidak hanya menunjukkan dimana tidak untung atau tidak rugi, akan
Analisis Break Even Point dapat digunakan sebagai profit planning yaitu
merencanakan keuntungan yang akan diperoleh dalam usaha produksi, atau dapat
biaya per unit dan harga per unit keripik singkong pada usaha cap “Dua Saudara”
mencapai tingkat break even dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu :
Tingkat break even yang terjadi pada usaha pengolahan keripik singkong,
Tabel 9. Tingkat break even pada usaha pengolahan keripik singkong cap “Dua
Saudara” bulan November 2016 sampai dengan Februar 2017
Keadaan usaha saat ini menunjukkan di atas tingkat break even dimana
rata-rata perbulan usaha produksi 9.120 bungkus (> 2.279 bungkus), penerimaan
1.991).
Pemasaran Produk
Pemasaran produk dari keripik singkong cap “Dua Saudara” ini dilakukan
tidak langsung, adapun tidak langsung adalah apabila produk yang dijual
memproduksi keripik cap “Dua Saudara”. Pembeli atau pelanggan ini juga
tempat produksi.
50
disajikan pada Gambar 4 berikut:
Pabrik
Konsumen
Permasalahan Usaha
yang harus dihadapi oleh perusahaan tersebut dan hendaknya dapat pula
dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan target yang diharapkan. Begitu pula
busuk selain itu juga banyak permintaan dari produsen lain sedangkan
petani senderi kurang melakukan prduksi untuk penanaman ubi kayu . Hal
tetapi harga tetap sama, dan mencari bahan baku di daerah lain.
Kesimpulan
singkong dimulai dari sejarah pendirian usaha, lokasi, saranan dan fasilitas
2. Biaya total yang dikeluarkan dalam usaha pengolahan keripik singkong cap “
diusahakan.
3. Tingkat BEP (Break even point) pada usaha pengolahan keripik singkong cap
13.612.593 / 3bulan atau 4.537.531 / bulan dan harga jual minimal Rp 1.991 /
bungkus.
53
4. Pemasaran atau penyaluran hasil keripik singkong pada industri pengolahan
singkong yang dijual dalam bentuk bungkusan, berat 125 gram dengan harga
Rp 2000/bungkus.
bahan baku ubi kayu saat ini sedangkan permintaan semakin meningkat
Saran
1. Tetap menjaga kualitas dan mutu produk guna menjaga kesetian konsumen
dan mungkin lebih baik lagi mengadakan terobosan baru mengenai produk
selanjutnya.
daerah lain yang mempunyai ketersediaan ubi kayu yang banyak dengan