TINJAUAN DATA
14
Universitas Kristen Petra
15
General Manajer
Manajer Operasional
PR Kitchen Bar
• Pengunjung
Datang → pesan meja → bermain → pulang
Datang → duduk di bar → melihat-lihat → pulang
Datang → duduk di bar → bermain → pulang
Datang → bermain → duduk-duduk di bar → dance → pulang
• Karyawan
Datang → mengisi jadwal masuk → mempersiapkan diri → melayani
pengunjung → mengisi jadwal pulang → pulang
2.2.1.7. Fasilitas
Fasilitas yang terdapat di tempat bermain billiard (semua smoking area)
ini antara lain:
• 22 unit table billiard 9 feet dengan standart internasional
• 1 unit table untuk tournament
• 2 bar counter
• Dance floor
• Billiard pro shop
• Restaurant dan lounge (jika makan sampai Rp 150.000 @ meja billiard di
area lounge dapat digunakan gratis)
• Dj performance (sound sistem)
• Pintu
Main entrance menggunakan double door yang terbuat dari kaca dengan
pegangan yang terbuat dari stainless steel dan untuk pintu lainya
menggunakan bahan kayu yang difinishing dengan melamin.
• Jendela
Untuk area reception, lounge, dan area bermain di area depan menggunakan
jendela yang terbuat dari kaca sedangkan diarea bermain dalam tidak terdapat
jendela.
• Tangga
Anak tangga untuk naik ke area bermain diberi railing yang terbuat dari besi
yang diberi warna emas dan multiplek yang diberi lapisan karpet warna biru.
Pada area bar bagian depan terdapat pregola yang digunakan sebagai
plafon, sedangkan untuk kolom mengunakan bahan kayu yang difinishing
melamin yang juga difungsikan sebagai tempat menaruh stik billiard. Untuk bar
pada area dalam terdapat railing yang terbuat dari besi warna emas digunakan
sebagai pembatas antara dance floor dengan area duduk. Dinding yang dibuat
maju mundur yang kemudian diberi lampu, sebagai penerangan.
3 4
5 6
KETERANGAN:
1: Reception
2: Main Entrance
3: Area Lounge
4: Area Bar
5 dan 6: Area Billiard
Gambar 2.2. Foto Suasana di Q-Club (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2007)
• Batas Timur merupakan jalan Praban yang dimana tingkat kebisingan cukup
tinggi.
• Batas Selatan adalah jalan Tunjungan yang memiliki tingkat kebisingan yang
cukup tinggi.
• Batas Barat adalah jalan Genteng kali dimana memiliki tingkat kebisingan
tinggi
Owner
Manajer
Kasir CS
Server
2.2.2.7. Fasilitas
Fasilitas yang terdapat di tempat bermain billiard ini antara lain:
• 24 unit table billiard 9 feet dengan standart internasional, snooker (1)
• Lantai
Pada lantai 5 dan 6 menggunakan karpet warna abu-abu dan pada area
bermain billiard menggunakan bahan karpet warna abu-abu.
• Dinding
Pada area billiard di lantai 5 dan 6 menggunakan dinding bata yang bewarna
merah keunguan.
• Plafon
Pada lantai 5 dan 6 terbuat dari gypsum bewarna merah keunguan.
1 2
3 4
5 KETERANGAN:
1: Reception
2: Area Billiard
3: Area Billiard
4: Area Cafe
5: Area Duduk Cafe
Gambar 2.4. Foto Suasana di Hot Shot (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2007)
2.2.3. AJBS
Nama : PT AJBS
Alamat : Jalan Ratna 14, Surabaya
Telepon : 031- 5029349
Owner
Direktur
Manajer Manajer
Administrasi Operasional
Supervisior Teknisi
Billiard
Bartender+Cook
Billiard Assistant
Waiter
2.2.3.7. Fasilitas
Fasilitas yang terdapat di tempat bermain billiard ini antara lain:
• 30 unit table billiard 9 feet dengan standart internasional dilengkapi dengan 2
buah sofa kecil dan 1 meja di pinggir ruangan.
• Cafe
• Sound system
• Full AC (hidup terus) sentral, manual, split
• Area parkir yang cukup luas
Pada area reception terbuat dari gypsum bewarna putih yang dibentuk
melingkar Pada area bermain, plafon dibuat dari gypsum dan bergelombang
bewarna kuning.
3 4
5
KETERANGAN:
1: Area Cafe
2: Reception
3: Area Billiard
4: Loker pegawai
5: Area Duduk Billiard
Gambar 2.6. Foto Suasana di AJBS (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2007)
• 140 cm x 280cm
• 270 cm x 135cm
3. Berat meja
Beratnya berkisar 1-5 ton
Gambar 2.8. Mechanical Bridge, Play Cue, Jump Cue (dari atas ke bawah)
Permainan billiard ada 3 macam jenisnya yaitu bola 8, bola 9, dan bola
15 (Richard Holt, 1991, p.9).
Peralatan Billiard
1. Meja Billiard
Meja billiard merupakan bidang permainan yang dilakukan diatas meja,
dialasi dengan menggunakan kain karpet khusus untuk meja billiard. Meja
billiard ini memiliki lubang yang terletak pada bagian tepi meja.
Gambar 2.11. Gambar Meja Billiard (Sumber: Jawa Timur. Brosur. Surabaya:
Murrey)
Ukuran meja billiard yang ada di Indonesia rata-rata berukuran 140 cm x 280
cm.
Gambar 2.12. Gambar karpet Meja Billiard (Sumber: SJawa Timur. Brosur.
Surabaya: Murrey)
Gambar 2.13. Gambar Stik Billiard (Sumber: SJawa Timur. Brosur. Surabaya:
Murrey)
3. Chalk
Chalk berupa semacam kapur digunakan untuk memperhalus ujung stik
billiard. Bila kekurangan kapur tersebut maka ujung daripada stik billiard bisa
menjadi keras dan licin. Akibatnya, ketika memukul bola putih, “slip” sering
kali terjadi yang mengakibatkan bola putih tidak terarah dengan benar kearah
bola sasaran.
4. Bola Billiard
Bola billiard terdiri dari satu bola putih dan 15 bola sasaran. Bola sasaran
dibedakan dengan angka dan warna yang berbeda-beda satu sama lain. Bola
nomor 1 sampai 8 bermotif solid, sedangkan bola 9 sampai 15 bermotif
stripes.
Ukuran bola billiard: Ø 5.7 x 3.14
: 17.898 cm.
Gambar 2.16. Gambar cara memukul bola sasaran dengan bola putih memakai stik
billiard
Gambar 2.17. Gambar pemain billiard sedang mengasah ujung dari stik
billiard dengan menggunakan chalk. (Sumber: Isak.“billiard’s.”
www.080.com. 10 Maret 2007. (http:// www.indogroove.net/tut biliar.php)
Stik billiard perlu diletakan direl khusus supaya bisa diayunkan secara
lurus untuk memukul bola putih. Umumnya, menggunakan tangan dan dimana
tangan memiliki bermacam-macam bentuk khusus, sesuai dengan kesukaan
masing-masing orang.
Ada beberapa bentuk, seperti dibawah ini:
Adakalanya jarak bola putih dari tepi meja billiard terlalu jauh sehingga
membuat pemain tidak bisa menggunakan tangannya sebagai tumpuan, bila
hal itu terjadi maka dapat menggunakan tongkat tumpuan. Kegunaanya
sebagai tumpuan atau rel khusus untuk stik billiard supaya dapat diayunkan
dengan lurus.
Gambar 2.19 Gambar teknik menggunakan tongkat pembantu yang salah (kiri)
dan yang benar (kanan). (Sumber: Isak.“billiard’s.” www.080.com. 10 Maret
2007. (http:// www.indogroove.net/tut biliar.php)
Satu hal yang merupakan prinsip utama pada café adalah persyaratan
tentang kenikmatan manusia yang dititik beratkan pada kebutuhan ruang gerak
atau individu. Kebutuhan ruang gerak bagi manusia atau individu adalah 1.4-1.7
m2 (Neufert, 1990).
Gambar 2.20. Sirkulasi dan Jarak Bersih Meja (Sumber: Hall, Edward. (1963)
Interior Space and Human Dimention. New York: Leisure Press).
Yang terutama untuk sebuah café adalah ruang makan. Ruang makan
seharusnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
• Penataan layout untuk ruang makan pada café dipengaruhi dengan sistem
makanan.
• Sistem servis juga mempengaruhi material yang dipakai.
Sebuah café tidak cukup menarik apabila tidak diikuti dengan desain
entrance yang menarik. Entrance sebuah café memiliki ciri sebagai berikut:
• Tanda pada bangunan harus dapat dibaca dalam waktu yang singkat.
• Tanda yang unik harus membuat konsumen mudah mengingat.
Cara penyajian makanan pada café ada beberapa cara penyajian, yaitu:
a. Self Service
Pengunjung melakukan pelayanan bagi dirinya sendiri. Pengunjung datang
kemudian mengambil makanan dan minuman yang mereka inginkan,
kemudian menuju ke kasir untuk membayar lalu duduk di tempat yang sudah
disediakan.
b. Waiter or waitress Service tables
Pengunjung datang dan duduk pada tempat yang sudah disediakan, kemudian
para pelayan akan melayani mereka. Mulai dari pencatatan makanan,
pengantaran makanan, dan pemberian bon.
c. Counter service
Terdapat area khusus yaitu display makanan, biasanya digunakan untuk
pelayanan yang cepat dan tidak formal.
d. Automatic Vending
Menggunakan mesin otomatis. Pengunjung memasukan koin kemudian dari
mesin tersebut keluar makanan yang dipesan.
Beberapa teori menurut John F. Pile dalam bukunya Interior Design 3rd
Edition tentang pencahayaan dalam café, antara lain:
• Pencahayaan yang terlalu terang atau kurang dapat mengakibatkan mata
menjadi sakit. Hal itu berkaitan dengan waktu penggunaan yang cukup lama.
• Pencahayaan yang terlalu tajam menyebabkan makanan terlihat tidak nikmat
untuk dimakan. Pencahayaan yang tidak tepat dapat mengubah warna
makanan menjadi kurang memancing selera pengunjung untuk memakannya.
Gambar 2.21. Peralatan Cutlery. (Sumber: Soekresno, Food and Beverage Service
Hotel, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000, p. 180)
• Silverware
Peralatan service dari bahan perak atau stainlessteel selain cutlery.
• Chinaware
Peralatan operasional dari barang pecah belah yang dibuat dari porselin,
keramik, tanah liat yang biasanya dipakai untuk tempat makanan.
• Glassware
Peralatan operasional yang terbuat dari bahan gelas, kebanyakan peralatan
untuk penyajian minuman.
• Service Equipment
Peralatan penunjang operasional di restoran yang tidak secara langsung
dipergunakan pelanggan.
• Furniture
Perabot dari bahan kayu dan lainnya yang dipakai sebagai fasilitas penunjang
makanan.
Hal ini adalah peletakkan objek yang lebih mudah dilihat seperti di show
window sehingga objek tersebut dapat bercerita kepada pengunjung dengan
waktu yang singkat.
• Size
Objek yang besar akan lebih mudah dilihat oleh pengunjung.
• Contrast
Tingkat kontras yang tinggi antara objek dengan background dapat menarik
perhatian pengunjung dengan baik.
• Brightness
Dapat memberikan bentuk yang jelas terhadap suatu objek.
• Color
Prinsip ini menganjurkan untuk menggunakan warna-warna dingin sebagai
display background, dan warna-warna hangat berada di depannya.
Proses perancangan sirkulasi toko harus memperhatikan karakteristik
sirkulasi keluar-masuk pada toko dan menentukan peletakan barang penjualan.
Ketentuan tentang area sirkulasi manusia yang berhubungan dengan
display:
• Harus ada ruang yang cukup untuk dilewati secara perlahan untuk
pengunjung.
• Harus ada ruang yang cukup untuk diletakan secara bebas obyek seni yang
berdiri di situ.
• Harus ada ruang yang cukup bagi pengunjung menghindar dari keramaian atau
sirkulasi utama untuk melihat display secara detail.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mendesaian sebuah display:
• Obyek yang akan ditampilkan.
• Fungsi yang ingin ditampilkan, maupun maksud yang ingin disampaikan
kepada pengunjung.
• Besaran area yang disediakan.
• Efek yang ingin dicapai.
• Tingkat pemeliharaan yang dibutuhkan.
Pada umumnya ada tiga jenis toko, yaitu:
2.3.4. Tempat hiburan yang ada di Surabaya saat ini dibedakan menjadi tiga kelas,
yaitu:
• Kategori kelas atas
Tempat hiburan kelas atas mempunyai target pasar kalangan kelas atas atau
orang yang berduit tebal. Walaupun jasa yang ditawarkan sama, tetapi
pelayanan yang diberikan dan fasilitasnya berbeda.
• Kategori kelas menengah
Untuk kelas menengah mempunyai target pasar kelas menengah pula. Jasa
yang mereka tawarkan sama saja hanya harga mereka patok lebih ekonomis
apabila dibandingkan dengan kelas atas, untuk tempat dan fasilitasnya lebih
standart, tidak selengkap kelas atas.
• Kategori kelas bawah
Target pasarnya adalah kelas bawah. Dalam kelas ini yang paling
memprihatinkan karena merupakan yang paling rendah tingkatannya. Tempat
mereka tidak terurus dengan baik dan terletak digang-gang yang kotor.
Fasilitasnya sangat minim, dan juga biasanya digunakan untuk perjudian.
tidak semestinya menjadi hambatan untuk dapat berperan serta dalam kegiatan
olahraga, sebagaimana kaum laki-laki.
Olahraga kerap dipandang sebagai dunianya kaum laki-laki. Tinjauan
kaum wanita dari berbagai sisi menggiring pada satu pemahaman yang seharusnya
mampu membuka mata (hati) setiap individu agar mampu memberi tempat yang
lebih lapang bagi kaum hawa untuk berperan aktif dan kondusif, beriringan jalan
dengan kaum adam.
Sejak awal era 70-an, terjadi perubahan yang cukup dramatis berkaitan
dengan peranan wanita dalam kegiatan olahraga. Beberapa alasan mengemukakan
antara lain adanya perubahan yang terjadi dikaitkan dengan nilai sosial yang
terjadi pada masyarakat. Perubahan tersebut yakni berkaitan dengan peningkatan:
• Kesempatan baru
Sebelum datangnya tahun 1970 kaum wanita tidak ikut ambil bagian dari
kegiatan olahraga dengan satu alasan yang sangat sederhana, yakni tidak
adanya perkumpulan dan program yang tersedia bagi mereka. Pikiran tersebut
lambat laun berkurang dan akhirnya menghilang. Meskipun sebagian orang
tua belum memiliki pemahaman yang sama terhadap perubahan pola pikir
tersebut, kegiatan olahraga sudah mulai menarikminat kaum wanita.
Kesadaran akan adanya kesempatan baru yang cukup menantang ini semakin
mengundang kehadiran para remaja putri untuk ikut kegiatan olahraga di
sekolahnya.
• Kebijakan pemerintah
Kebijakan pemerintah yang mulai menerima keberadaan wanita dalam
kegiatan olahraga serta kegiatan lainnya seperti ekonomi, politik dan lain-lain,
pada awalnnya mendapat tantangan cukup keras dari masyarakat. Setelah
melalui debat yang cukup panjang dan melelahkan, penuturan tentang perlu
adanya perubahan sikap terhadap masalah gender mulai diangkat. Akhirnya
kongres memutuskan untuk mengeluarkan kebijakan yang tertuang dalam
pasal IX pada tahun 1972. pasal ini mengatur segala sesuatu yang secara
spesifik diarahkan pada pengesahan dan perlindungan terhadap kaum wanita
yang berpartisipasi dalam segala kegiatan. Aturan tersebut berbunyi: “Setiap
diruang-ruang sekitarnya
• Warna ungu:
Gunakan apabila ingin mengilhami imajinatif dan spiritualitas. Warna ini
merangsang otak bagian atas dan sistem syaraf, memacu kreativitas,
kemampuan artistik.
o Pemasangan:
- Dipasang menempel di langit-langit
4. Perabot dan benda-benda yang ada di ruangan tersebut
• Ruang yang volumenya melebihi 1.700 m3 atau jarak antara sumber bunyi dan
penerima melebihi 18 m.
• Pengunjung yang meluap, mengingat tubuh manusia adalah sound absorber
yang baik sekali.
• Tidak mendapat “sight line” yang cukup. Walaupun bunyi bisa defraksi,
namun paling tidak terjadi pengaruh pada penerapan bunyi.
• Daerah baying-bayang bunyi yang terbentuk oleh kondisi fisik sebagai akibat
perancangan yang kurang cermat. Namun sering kali tidak bisa dihindari
(Sumber: Heidy, Mata Kuliah Fisika Bangunan “Sistem Tata Suara” ).
• Metal
1. Ruang Sosiofugal
Cenderung untuk memisahkan masing-masing individu sehingga tercipta
suasana yang lebih privat, misalnya perpustakaan, ruang tunggu, kafetaria.
Pada kondisi ruang seperti ini orang tidak mengharapkan untuk berhubungan
dengan orang lain, karena pada umumnya orang-orang tersebut tidak saling
mengenal.
Ruang sosiofugal dapat dibentuk dengan
- membuat sekat.dinding sebatas dengan pandangan mata
- peraturan perabot
- tempat duduk diatur agak tidak saling berhadapan satu sama lain, dapat
juga saling berhadapan dengan jarak yang cukup jauh.
2. Ruang Sosiopetal
Cenderung untuk menyatukan individu-individu sehingga tercipta interaksi
sosial. Hal ini jelas terlihat pada ruang keluarga, ruang pertemuan. Pada ruang
keluarga dimana pada ruangan ini orang mengharap adanya hubungan dengan
anggota keluarga lain secara intim.
Menurut Hall (1963) berpendapat bahwa ruang personal adalah suatu
jarak komunikasi, dimana jarak antar individu yang saling berkomunikasi. Hall
membagi jarak tersebut menjadi empat jenis, yaitu:
• Jarak intim
Fase dekat (0.00-0.15m) dan fase jauh (0.15-0.50m), dengan jarak ini tidak
diperlukan usaha keras untuk berbicara seperti berteriak cukup dengan
berbisik.
• Jarak personal
Fase dekat (0.50-0.75m) dan fase jauh (0.75-1.20m), jarak percakapan dua
orang sahabat atau antara komunikan. Gerakan tangan diperlukan untuk
berkomunikasi normal.
• Jarak sosial
Fase dekat (1.20-2.10m) dan fase jauh (2.10-3.60m), merupakan batas normal
bagi individu dengan kegiatan serupa atau kelompok sosial yang sama. Pada
jarak ini komunikasi dapat berjalan dengan baik apabila seseorang berbicara
dengan suara yang agak keras dan dengan bantuan gerak tubuh. Jarak ini
1. Furniture yang berbentuk case (kotak) termasuk chests, meja tulis kerja lemari
buku, dan kursi yang tidak mempunyai pelapis, tipe furniture semacam ini di
Indonesia masih dibuat dari kayu walaupun bahan-bahan lain makin
bertambah popular.
2. Furniture yang dilapisi, misalnya sofa, kursi-kursi yang seluruhnya atau
sebagian diberi pelapis termasuk pelengkapan-pelengkapan tidur.
Desain furniture akan terkait oleh berbagai macam aspek antara lain:
1. Siapa yang mempergunakan furniture dalam ruang tersebut:
• Pasangan Remaja
• Pasangan Setengah Umur
• Laki-Laki Atau Perempuan
• Orang Penting Atau Berada
• Orang Sehat, Atau Penderita Cacat
2. Terhadap bentuk ruang
• Faktor Geografi
• Tipe Rumah, Apartement, Gaya Arsitektur
3. Bagaimana bentuk yang diinginkan atau suasana yang ingin dicapai
• Setiap orang mempunyai keinginan yang berbeda, tergantung pada
kebiasaan hidup mereka masing-masing seperti taraf hidup, fungsi tiap
ruang
• Suasana yang ingin dicapai:
- Elegant
- Sophisticated
- Formal
- Informal
4. Cost atau biaya yang diperlukan
• Keadaan ekonomi ikut menentukan pemilihan jenis furniture. Desain
furniture berhubungan erat dengan gaya hidup yang lebih menjurus pada
pernyataan status dalam masyarakat kemudian baru kenyamanan, praktis
dicari mutu yang baik sehingga kadang-kadang dihasilkan bentuk furniture
yang melampaui persyaratan sehingga sulit dibersihkan (Pamudji, 1999).
14
Universitas Kristen Petra