Anda di halaman 1dari 70

65

BAB III
METODE PERANCANGAN

3.1 Studi Fisik Bangunan dan Lingkungan


3.1.1 Analisa Makro bangunan dan Lingkungan

Peta 3.1 Kawasan Kemang, Jakarta Selatan.


(Sumber: www.jakartastreetatlas.com)

Gambar 3.1 Sketsa Lingkungan, Gedung Dua8.


(Sumber: Penulis)
66

Gedung Dua8 terletak di wilayah kemang, tepatnya pada Jl. Kemang Utara.
Bangunan ini dikelilingi oleh penghijauan karena kemang utara dekat dengan kawasan
perumahan yang masih termasuk asri. Terdapat juga beberapa bangunan komersil
seperti klinik gigi, restoran, cafe dan furniture gallery.
Untuk mengakses tempat ini bisa melewati Prapanca, Antasari, Jl. Mampang
Prapatan, Jl. Pejaten Raya, dan Jl. Ampera Raya. Pencapaian dapat menggunakan
kendaraan umum metro mini nomor S 77, kendaraan umum metro mini nomor S 75,
bajaj, taksi, kendaraan pribadi roda empat dan kendaraan roda dua termasuk sepeda atau
ojek. Tempat ini tidak jauh dari Gedung Oktrooi Plaza dan Tryst Living.

3.1.2 Analisa Mikro bangunan dan Lingkungan

Gambar 3.2 Tampak Arsitektur Gedung Dua8


(Sumber: penulis)

Bangunan Arsitektur ini menghadap ke arah utara. Bangunan ini memiliki empat lantai
disertai dengan ground floor dan lahan yang cukup luas untuk sebuah perpustakaan sehingga
dapat memenuhi segala kebutuhan dan sirkulasi. Berikut data mengenai bangunan tersebut:

1. Bangunan memiliki dua enterance, main enterance terletak di sebelah kanan, dan side
enterance pada sebelah kiri. Serta terdapat dua pintu masuk, pintu pertama terletak
dekat area parkir (sebelah kanan), lalu pintu kedua terletak pada sebelah kiri. Bangunan
ini memiliki area luasan 4930 m2 luas ini cukup untuk menampung fasilitas-fasilitas
67

yang dibutuhkan oleh Art & Design Library serta bangunan ini juga memiliki level
lantai yang berbeda disisi kanan, tengah, dan kiri.
2. Bangunan ini dilengkapi dengan toilet umum, service area, pantry dan power resource
(genset). Serta dilengkapi juga dengan keamanan fisik bangunan seperti, smoke
detector, automatic sprinkler dan fire exit.
3. Bangunan ini menggunakan tangga dan ramp. Ramp digunakan karena banyak leveling
serta dapat difungsikan juga untuk jalur kursi roda.
4. Seluruh lantai pada bangunan ini menggunakan lantai plaster (concrete floor), dinding
finishing cat warna putih, dengan ketinggian ceiling 360 cm setiap lantainya dan
menggunakan exposed ceiling. Lalu terdapat sky-light serta atap bangunan
menggunakan void.
5. Ground floor mempunyai luas 1425 m2 dan difungsikan sebagai ruang multifungsi dan
terdapat ruang untuk karyawan/OB.
6. Lantai 1 mempunyai luas 1425 m2.
7. Lantai 2 mempunyai luas 1300 m2.
8. Lantai 3 mempunyai luas 780 m2.
9. Lantai 1 terdapat receptionist dan ruang untuk karyawan OB.
10. Lantai 2 terdapat akses service, dan dak pada lantai 3.
11. Lantai 4 hanya sebagai dak/rooftop.
12. Lahan parkir yang disediakan terbatas, namun pengunjung dibolehkan parkir pada area
parkir restoran Mirasari yang terletak di sebrang jalan.

Gambar 3.3 Block Plan, Gedung Dua8.


(Sumber: Gedung Dua8)
68

Gambar 3.4 Ground Floor, Gedung Dua8.


(Sumber: Gedung Dua8)

Ground Floor mempunyai dua sisi kanan dan kiri yang dapat diolah menjadi
ruangan, pencahayaan di lantai ini sedikit lebih gelap dibanding lantai lainnya sehingga
ruangan yang akan di olah di lantai ini membutuhkan cahaya buatan.

Gambar 3.5 First Floor, Gedung Dua8.


(Sumber: Gedung Dua8)

First Floor dimanfaatkan sebagai enterance utama yang mempunyai dua pintu
masuk menuju bangunan ini. Pencahayaan di lantai cukup dan tidak terlalu terang,
pencahayaan alami dan buatan bisa di terapkan di lantai ini.
69

Gambar 3.6 Second Floor, Gedung 28.


(Sumber: Gedung Dua8)

Second Floor mempunyai empat sisi bangunan yang bisa di olah menjadi
ruangan, lalu sisi kiri serta kanan mempunyai level lantai yang berbeda dengan sisi
tengah. Sisi ruangan sebelah kiri di bagian ramp untuk menuju ke Third Floor berbeda
dari sisi ruangan lain, sisi ini mempunyai ketinggian dinding yang berbeda yaitu 540cm
dan pencahayaan yang terang karena jendela yang melilingi sisi tersebut, sehingga sisi
kiri dapat menggunakan sistem pencahayaan alami. Sedangkan sisi kanan tidak ada
pencahayaan dari jendela melainkan dari void lantai Third Floor, namun cahaya yang
berasal dari void tersebut sangat cukup pada siang hari sehingga dapat menggunakan
sistem pencahayaan alami pada siang hari.

Gambar 3.7 Third Floor, Gedung Dua8.


(Sumber: Gedung Dua8)
70

Third Floor mempunyai level lantai yang berbeda, sisi kanan lebih rendah
daripada sisi kiri. Lantai ini mendapatkan cahaya yang terang sehingga bisa
digunakannya sistem pencahayaan alami. Sisi kiri mempunyai jendela yang dapat
melihat keluar, namun sisi kanan hanya mempunyai void untuk sumber cahaya dan
cukup terang untuk menggunakan sistem pencahayaan alami.

Gambar 3.8 Fourth Floor, Gedung Dua8.


(Sumber: Gedung Dua8)

Fourth Floor dimanfaatkan hanya sebagai rooftop.

3.2 Studi Aktifitas Manusia


Art & Design Library diperuntukkan bagi mereka yang sedang menjalani studi dengan
bidang terkait, peminat, ataupun para pekerja profesi seni dan desain itu sendiri. Diyakini
perpustakaan jenis ini mampu mengakomodasi ide serta inovasi para pelaku seni dan desain,
maka dari itu disediakan wadah fasilitas umum independen yaitu perpustakaan khusus untuk
seni dan desain sesuai yang memadai sesuai dengan standar kebutuhan dasar dari pengguna
perpustakaan, khususnya dalam hal kebutuhan hobi dan tuntutan profesi maupun inspirasi.
3.2.1 Data Pemakai
• Pengunjung
Usia Pekerjaan
Mahasiswa studi terkait, Animasi,
Visitor Pelajar/Mahasiswa Asisten Dosen, Model, Komunitas
& 17 - 25 Fixie, Pelukis, Musisi, Fotografer,
Member Tattoo Artist, Freelance Designer,
71

Assistant Designer, Drafter, DJ,


Artist, Make-up Artist, Packaging
Artworker, Graphic Designer,
Illustrator, Typesetter, Interior
Designer, Flash Designer,
Artworker, Product Designer,
Architect, Retoucher, Fashion
Stylist, Fashion Designer,
Furniture Designer, dan
sejenisnya.
Dosen, Penulis, Pelukis,
Pengerajin, Musisi, Komunitas
Fixie, Penyanyi, Sutradara,
Profesional Koreografer, Konseptor,
25 > Dekorator, Ahli Fengshui,
Fotografer, Penari, Komikus,
Fashion Designer, Visualiser, DJ,
Quality Controller, Senior
Retoucher, Film Director,
Electrical Engineer, Construction
Contractor, Freelance Senior
Designer, Consultant, Brand
Consultant, Artist, Make-up Artist,
Creative Director, Art Director,
Brand Identity Developer, Sales,
Content Developer, Web-Designer,
Senior Graphic Designer,
Exhibition Designer, Kitchen
Specialist, Furniture Designer,
Senior Interior Designer, Senior
Product Designer, Landscape/Site
Planner, Architect, Creative
72

Manager, Mobile Designer, dan


sejenisnya.

Tabel 3.4 Golongan Pekerjaan Sesuai Usia

(Sumber: jobs.designweek.co.uk)

• Staf
Staf/karyawan yang bekerja disini dibagi dua, yaitu:

a. Tetap, staf yang akan terus ada berjaga sampai malam/perggantian shift:
− Security:

Menjaga dan memastikan keamanan perpustakaan agar tidak terjadi


kehilangan koleksi maupun barang lainnya dan membuat laporan
keseharian.

b. Tidak tetap, staf yang beraktifitas sesuai jadwal:


− OB/Janitor:

Bertanggung jawab atas kebersihan lingkungan perpustakaan.

− Pengelola Perpustakaan:

Bertanggung jawab atas segala hal dalam Art & Design Library.
Pengelola biasa melakukan pengecekan rutinitas ke perpustakaan dan
mengadakan pertemuan dengan staf lainnya.

a. Manager Perpustakaan

Mengkoordinir dan bertanggung jawab atas semua kegiatan teknis


dan non-teknis di perpustakaan Art & Design Library.

b. Koordinator Layanan Pengguna

Mengkoordinir dan membimbing staf layanan perpustakaan untuk


kelangsungan kegiatan pelayanan yang ada di Art & Design Library.
73

c. Koordinator Pengadaan & Pengolahan

Mengkoordinir dan membimbing staf pengelolahan perpustakaan


dalam semua kegiatan pemeliharaan yang ada di Art & Design
Library.

− Staf Layanan Sirkulasi/Receptionist:

Bertanggung jawab atas keanggotaan, mengawasi setiap keluarnya bahan


pustaka/koleksi dari ruang perpustakaan seperti peminjaman dan
pengembalian, lalu berhak memberi peringatan/sanksi bagi anggota yang
terlambat mengembalikan ataupun menghilangkan barang pinjaman pada
Art & Design Library.

− Staf Layanan Referensi:

Bertanggung jawab atas penyimpanan/penempatan, kerapihan, dan


penyusunan bahan pustaka/koleksi pada Art & Design Library. Dan
membantu pengguna perpustakaan yang ingin menemukan informasi
secara tepat dan tepat dari koleksi yang ada di perpustakaan. Kegiatan
dilakukan dengan cara menjawab langsung pertanyaan penguna
perpustakaan dengan menggunakan sumber/koleksi rujukan yang
tersedia.

− Staf Layanan Bimbingan:

Bertanggung jawab atas alat/media eletronik serta dapat membantu Staf


Layanan Referensi dalam penempatan dan juga kerapihan koleksi yang
ada di Art & Design Library. Layanan ini diberikan dalam rangka
menambah pengetahuan pengguna tentang perpustakaan tersebut dan
membimbing maupun memberikan petunjuk kepada pengguna agar dapat
memanfaatkan pelayanan perpustakaan dengan efektif dan efisien.
74

− Staf Pengadaan & Pengolahan:

Bertanggung jawab atas dana, pelabelan/klasifikasi koleksi, serta


kegiatan pembelian untuk pengolahan dan pengadaan koleksi pada Art &
Design Library. Bagian ini juga mengurus kerjasama terhadap pihak-
pihak seperti perpustakaan lain, vendor-vendor book providers, maupun
pihak-pihak lain yang dapat bekerjasama dalam menunjang kegiatan
pengadaan koleksi. Termasuk dengan cara tukar menukar bahan koleksi
dengan pihak perpustakaan lain atau meminta sumbangan kepada pihak-
pihak yang berkaitan, sumbangan baik berupa dana atau anggaran
(uang), buku-buku, majalah-majalah, dan bahan koleksi yang lain.

− IT:

Bertanggung jawab atas sistem jaringan perpustakaan online maupun


offline serta instalasi yang berkaitan dengan elektronik/digital seperti
pengkatalogan, perawatan alat elektronik/digital, dan kegiatan update
software sehingga Art & Design Library menjadi perpustakaan yang up-
to-date.

Diagram 3.1 Struktur Organisasi Art & Design Library


(Sumber: kombinasi penulis)
75

3.2.2 Tugas dan TanggungJawab


Masing-masing penghuni di Art & Design Library memiliki tugas dan tanggung
jawab sendiri-sendiri yaitu:

• Tamu (Visitor)
Siapapun dengan bebas dapat berkunjung serta melakukan studi berkait
dan menggunakan layanan informasi dan menggunakan fasilitas yang disediakan
di dalam Art & Design Library, namun tamu/visitor tidak diizinkan meminjam
buku karena bisa dari segi bisnis dapat merugikan pihak perpustakaan. Maka di
berlakukannya sistem member/keanggotaan agar tamu/visitor mendaftarkan diri
untuk menjadi anggota Art & Design Library dan menikmati layanan tanpa
batas.
Diharapkan pengunjung dapat menjaga ketertiban dalam setiap interaksi
antara pustakawan dan para pemakai perpustakaan. Serta untuk tidak
mengganggu tata tertib dan memberikan dampak negatif kedalam perpustakaan
Art & Design Library.

• Anggota (Member)
Para anggota/member Art & Design Library diperbolehkan untuk
meminjam buku baik buku yang sudah tersedia maupun buku dari perpustakaan
lain untuk data literatur atas kerjasama pihak Art & Design Library dengan
pihak perpustakaan lainnya, serta anggota/member dapat memakai fasilitas semi-
public tanpa terkena charge, lalu anggota/member diwajibkan membayar iuran
pertahun sesuai dengan ketentuan yang ada.
Untuk para anggota Art & Design Library diharapkan dapat mematuhi
aturan-aturan keanggotaan yang sudah ditetapkan oleh pihak perpustakaan
dengan mengembalikan pinjaman tepat pada waktunya serta dapat membayar
biaya administrasi pertahun, dan tetap menjaga ketertiban agar tidak
mengakibatkan kerugian kepada kedua belah pihak.

• Staf
Karyawan-karyawan baik yang tetap dan tidak tetap memiliki tanggung jawab
kepada Art & Design Library. Karyawan diharapkan untuk dapat memastikan
kelancaran segala aktifitas dan terpenuhinya segala kebutuhan di perpustakaan.
76

3.2.3 Pola Aktifitas Pemakai


• Tamu (Visitor)

Open hour  09.00 / 12.00

Closed hour  21.00 / 18.00

Diagram 3.2 Pola Aktifitas Visitor

(Sumber: Penulis)
77

• Anggota (Member)

Open hour  09.00 / 12.00

Closed hour  21.00 / 18.00

Diagram 3.3 Pola Aktifitas Member

(Sumber: Penulis)
78

3.2.4 Pola Aktifitas Pengelola (Back Office)


• Jam Operasional
Senin - Jumat : 09.00 - 21.00
Sabtu dan Minggu : 11.00 - 19.00
*Weekdays : 12 Jam
*Weekend : 8 Jam

• Pengelola Perpustakaan
(Manager Perpustakaan, Koordinator Layanan Pengguna, dan Koordinator
Pengadaan & Pengolahan).

Open hour  09.00 / 11.00

Closed hour  21.00 / 19.00

Diagram 3.4 Pola Aktifitas Pengelola Perpustakaan

(Sumber: Penulis)
79

• Staf/Karyawan Perpustakaan
(Staf Perpustakaan, seperti Pengadaan & Pengolahan, Layanan Sirkulasi,
Layanan Referensi, Layanan Bimbingan Pengguna, dan IT).

Open hour  09.00 / 11.00

Closed hour  21.00 / 19.00

Diagram 3.5 Pola Aktifitas Staf Perpustakaan

(Sumber: Penulis)

• OB
80

(Office Boy/Janitor).

Open hour  09.00 / 11.00

Closed hour  21.00 / 19.00

Diagram 3.6 Pola Aktifitas OB

(Sumber: Penulis)

• Security
81

Open hour  09.00 / 11.00

Closed hour  21.00 / 19.00

Diagram 3.7 Pola Aktifitas Security

(Sumber: Penulis)

3.2.5 Pola Aktifitas Barang


82

• Back Office
Pengolahan masuknya bahan pustaka/koleksi baru.

Bagan 3.8 Pola Aktifitas Barang Back Office

(Sumber: Penulis)

• Library
83

Art & Design Library menggunakan sistem klasifikasi Dewey Decimal


Classification (DDC) yang dilakukan berdasarkan subjek. Kode dicetakkan ke
sebuah stiker yang dilekatkan ke sisi buku koleksi. Bentuk kodenya harus lebih
dari tiga digit, setelah digit ketiga akan ada sebuah tanda titik sebelum
diteruskan angka berikutnya.

Ada sepuluh kelas utama dalam klasifikasi Dewey. Sepuluh kelas


tersebut dibagi lagi kepada 10 sub-bagian yang melahirkan 10 sub-bagian:

 000 Computer Science, information & general works


 100 Pholosophy & psychology
 200 Religion
 300 Social Sciences
 400 Language
 500 Science
 600 Technology
 700 Arts & recreation
 800 Literature
 900 History & geography

Contoh kode:

691

600 Technology

690 Buildings

691 Building Materials

Koleksi Art & Design Library termasuk ke dalam perpustakaan khusus


dimana koleksi suatu perpustakaan khusus tidak terletak dalam banyaknya
jumlah bahan pustaka atau jenis terbitan melainkan kepada kualitas koleksinya.
Sehingga koleksi perpustakaan bahwa Art & Design Library menekankan pada
beberapa jenis bahan pustaka seperti referensi, buku teks, majalah, jurnal, hasil
84

penelitian dan sejenisnya dalam bidang seni dan desain, baik dalam bentuk
tercetak maupun media rekam dan media lainnya.

Setelah mengurai pengklasifikasian menurut Dewey Decimal


Classification (DDC) tersebut, maka dapat diketahui bahwa Art & Design
Library merupakan jenis perpustakaan yang koleksinya termasuk ada di dalam
sub-bagian dari klasifikasi tiga desimal yaitu 3, 6, dan 7. Maka berikut adalah
koleksi yang akhirnya ditetapkan pada Art & Design Library:

a. Kategori Buku Art (700)


701 Philosophy of fine and
decorative arts

702 Miscellany of fine and


decorative arts

703 Dictionaries of fine and


decorative arts

704
Special topics in fine and
decorative arts
700
705
Fine Arts
(Fine & Decorative Serial publications of fine and
Arts) decorative arts
706
Organizations and
management
707
Education, research, and
related topics
708
Galleries, museums, and
private collections
709
Historical, geographic and
85

persons treatment
731
Processes, forms and subjects
of sculpture

732
Sculpture to ca. 500
730 733
(Plastic Art & Greek, Etruscan and Roman
Sculpture) Sculpture

734
Sculpture from ca. 500 to 1399
735
Sculpture from 1400
736
Carving and carvings
737
Numismatics and sigillography
738
Ceramic arts
739
Art metalwork
751
Techniques, equipment,
materials, and form

752
750
Color
(Painting &
753
Paintings)
Symbolism, allegory,
mythology and legend

754
Genre paintings
86

755
Religion
757
Human Figures
758
Other subjects
759
Historical, geographic and
persons treatment

781
General principles and
musical forms

782
Vocal music
783
Music for single voices; voice
Vocal 780 784
and Music (Music) Instruments and instrumental
ensembles

785
Ensembles with one instrument
per part

786
Keyboard and other
instruments

787
Stringed instruments
788
Wind instruments
791
87

Public performances
Drama, 790 792
Theather (Recreational & Stage presentations

Performing Arts) 793


and Dance
Indoor games and amusements

Tabel 3.5 Kategori Buku Seni (Art)

(Sumber: www.westland.lib.mi.us)

b. Kategori Buku Design (300, 600, & 700)


Untuk buku desain pada Art & Design Library dibagi berdasarkan
bidang ilmu masing dan dalam penyusunannya tetap mengggunakan Dewey
Decimal Classification (DDC).
741 Drawing and drawings
743 Drawing and drawings by subject
760 Graphic arts; printmaking and prints
761 Relief processes (Block printing)

763 Lithographic processes

764 Chromolithography and serigraphy


Graphic
Design 767 Etching and drypoint
769 Prints
765 Metal engraving
766 Mezzotinting, aquatinting and related processes
774 Holography
776 Computer art (Digital art)
385 Railroad transportation

386 Inland waterway and ferry transportation


Product 387 Water, air and space transportation
388 Transportation; ground transportation
Design
88

608 Inventions and patents

668 Technology of other organic products

671 Metalworking and primary metal products


672 Iron, steel and other iron alloys
673 Nonferrous metals

674 Lumber processing, wood products and cork

678 Elastomers and elastomer products


679 Other products of specific materials

682 Small forge work (Blacksmithing)


688 Other final products and packaging
640 Home and family management

642 Meals and table service


643 Housing and household equipment
644 Household utilities
645 Household furnishings

666 Ceramic and allied technologies


Interior
667 Cleaning, color and coating technologies
Design
683 Hardware and household appliances

684 Furnishings and home workshops


685 Leather, fur goods and related products
697 Heating, ventilating and air-conditioning
698 Detail finishing
715 Woody plants

716 Herbaceous plants


728 Residential and related buildings
729 Design and decoration

740 Drawing and decorative arts

742 Perspective
89

745 Decorative arts

747 Interior decoration


748 Glass
749 Furniture and accessories

771 Techniques, equipment and materials


690 Buildings

691 Building materials


692 Auxiliary construction practices
693 Specific materials and purposes
694 Wood construction and carpentry
695 Roof covering

710 Civic and landscape art


711 Area planning
Architectural 712 Landscape architecture
713 Landscape architecture and trafficways
717 Structures in landscape architecture
720 Architecture
721 Architectural structure

722 Architecture to ca. 300


723 Architecture from ca. 300 to 1399
724 Architecture from 1400
725 Public structures
726 Buildings for religious purposes
727 Buildings for education and research

719 Natural landscapes

770 Photography, photographs and computer art

773 Pigment processes of printing


Photography 775 Digital photography
778 Fields and kinds of photography
779 Photographs
90

391 Costume and personal appearance

395 Etiquette (Manners)

646 Sewing, clothing and personal living


Fashion
675 Leather and fur processing
Design
677 Textiles

687 Clothing and accessories

746 Textile arts

Tabel 3.6 Kategori Buku Desain (Design)

(Sumber: www.westland.lib.mi.us)

• Coffeeshop
Pola aktifitas masuknya persedian makanan dan minuman.
91

Open hour  09.00 / 11.00

Diagram 3.9 Pola Aktifitas Barang Coffeshop

(Sumber: Penulis)

• Merchandise Shop
Pola aktifitas barang yang baru datang dan penyimpanan stock barang.
92

10.00 s/d 20.00


Office hour 
12.00 s/d 18.00

Open hour  09.00 / 11.00

Bagan 3.10 Pola Aktifitas Barang Merchandise Shop

(Sumber: Penulis)

3.3 Studi Fasilitas Ruang

3.3.1 Program Aktifitas dan Fasilitas


93
94
95
96

• Luas Menurut Zona

NO ZONA LUAS PRESENTASI

1. Public 346,39 m² 346,39 m² x 100 / 548,61 m² = 63,13 %

2. Semi-public 127 m² 127 m² x 100 / 548,61 m² = 23,15 %

3. Private 51,82 m² 51,82 m² x 100 / 548,61 m² = 9,45 %

4 Service 23,4 m² 23,4 m² x 100 / 548,61 m² = 4,26 %

TOTAL 99,99%
548,61 m²

• Sirkulasi Zona

Public 346,39 m² x 20% = 69.278 + 346,39 m² = 415.668 m²

Semi-public 127 m² x 20% = 25.4 + 127 m² = 152.4 m²

Private 51,82 m² x 20% = 9.284 + 51,82 m² = 55.704 m²

Service 23,4 m² x 20% = 4.68 + 23,4 m² = 28.08 m²

TOTAL 615.852 m²
97

• Sirkulasi Ruang

NO RUANG Luas Yang Disesuaikan Luas Yang


Disesuaikan
Denah(1710 m²)

1. Reception/Lobby 11,97 m² x 100 / 548,61 m² = 2,18% 37 m²

2. Loker 12 m² x 100 / 548,61 m² = 2,19 % 37 m²


pengunjung

3. Area baca 132,8 m² x 100 / 548,61 m² = 24,2% 413 m²

4. Area 42,76 m² x 100 / 548,61 m² = 7,79% 133 m²


pustaka/koleksi

5. Area self-copy 4,32 m² x 100 / 548,61 m² = 0,78% 13 m²

6. E-resource/ 39,6 m² x 100 / 548,61 m² = 7,22% 123 m²


e-library

7. Ruang 10,96 m² x 100 / 548,61 m² = 1,99% 34 m²


audiovisual

8. Merchandise 29,43 m² x 100 / 548,61 m² = 5,36% 91 m²


shop

9. Coffeshop 62,55 m² x 100 / 548,61 m² = 11,4% 194 m²

10. Function room 104,1 m² x 100 / 548,61 m² = 19% 324 m²

11. Meeting room 14,5 m² x 100 / 548,61 m² = 2,64% 45 m²

12. Musholla 8,4 m² x 100 / 548,61 m² = 1,53% 26 m²

13. Back office 51,82 m² x 100 / 548,61 m² = 9,44% 161 m²

14. Toilet 5,76 m² x 100 / 548,61 m² = 1,05% 17 m²


98

15. Storage 9,6 m² x 100 / 548,61 m² = 1,75% 29 m²

16. Janitor room 8,04 m² x 100 / 548,61 m² = 1,46% 24 m²

3.3.2 Matriks Hubungan Antar Ruang

Diagram 3.11 Diagram Matriks Kedekatan Antar Ruang


(Sumber: penulis)
Keterangan:

Dekat

Sangat dekat

Jauh
99

3.3.3 Diagram Sirkulasi Antar Ruang

• Diagram Sirkulasi

Diagram 3.12 Diagram Sirkulasi Antar Ruang


(Sumber: penulis)
100

• Diagram Sirkulasi Pengunjung

Diagram 3.13 Diagram Sirkulasi Pengunjung


(Sumber: penulis)
101

• Diagram Sirkulasi Pengelola

Diagram 3.14 Diagram Sirkulasi Pengelola


(Sumber: penulis)
102

• Diagram Sirkulasi Barang

Diagram 3.15 Diagram Sirkulasi Barang


(Sumber: penulis)
103

3.3.4 Zoning

Zoning ground floor ini terpilih karena semi-public seperti function room tidak
terlalu sering dipakai melainkan jika ada event saja, lalu jika function room dipakai
untuk event, area tersebut dapat dijangkau langsung (dibuka) dari halaman bangunan
karena ground floor menggunakan folding door (level menurun). Meeting room juga
diperkirakan jarang digunakan untuk umum karena harus membutuhkan izin, dan kedua
ruangan tersebut harus dekat area service seperti OB untuk membantu instalasi alat dan
sebagainya. Untuk musholla lebih sering digunakan oleh staf/karyawan, sebagian besar
pengunjung perpustakaan akan menghabiskan waktunya untuk membaca saja dan jika
ada keperluan lain maka biasanya pengunjung akan pergi meninggalkan perpustakaan.

Gambar 3.9 Zoning, Ground Floor.


(Sumber: penulis)
104

Zoning first floor ini terpilih karena terdapat main enterance pada lantai ini yang
bagus sekali untuk area public, dan zona area private akan tidak terganggu dengan
aktifitas zona lainnya. Lalu pada area zona private dan public terdapat toilet yang tidak
jauh untuk dijangkau, hal ini bagus sekali untuk sirkulasi. Serta terdapat ruang kosong
dari bangunan yang bisa difungsikan sebagai area service/storage.

Gambar 3.10 Zoning, First Floor.


(Sumber: penulis)
105

Zoning second floor ini terpilih karena area private (back office) harus ada yang
terpisah untuk menjangkau/mengontrol beberapa area public. Serta area service bisa
menjangkau lantai dua ini tanpa harus melawati tangga utama atau ramp yang biasa
dilalui oleh public.

Gambar 3.11 Zoning, Second Floor.


(Sumber: penulis)
106

Dikarenakan area public adalah area yang mempunyai kebutuhan paling besar,
maka diputuskan lantai tiga digunakan untuk memenuhi kebutuhan ruang yang terbilang
masih belum terpenuhi.

Gambar 3.12 Zoning, Third Floor.


(Sumber: penulis)
107

3.3.5 Grouping

a. Ground Floor

Gambar 3.13 Grouping, Ground Floor.


(Sumber: penulis)

Grouping ground floor ini terpilih karena ruang function room dan meeting
room adalah ruangan yang harus dekat dengan area service seperti ruang OB dan
storage, guna untuk membantu instalasi alat dan sebagainya. Kedua ruangan tersebut
juga dapat dijangkau dari halaman jika sedang digunakan, tanpa harus mengganggu
aktifitas yang ada pada Art & Design Library. Jika ruang meeting room dan function
room sedang digunakan secara bersamaan, masing-masing tidak akan terganggu
sirkulasinya. Untuk musholla juga dapat dijangkau dekat dari toilet, serta tangga dari
lantai 1, dan juga area service. Sehingga staf/karyawan maupun penggunjung tidak
mengalami kesulitan jika ingin beribadah.
108

b. First Floor

Gambar 3.14 Grouping, First Floor.


(Sumber: penulis)

Grouping first floor ini terpilih karena pengunjung dapat langsung tertuju pada
coffeeshop, merchandise shop dan lobby. Hal ini dapat menguntungkan dalam segi
bisnis untuk Art & Design Library melalui coffeeshop dan merchandise shop karena
kedua ruang tersebut akan menjadi atensi untuk visitor yang baru tiba. Kemudian
tersedia public toilet yang dekat dengan merchandise shop dan coffeeshop sehingga
pengunjung yang tidak berkepentingan untuk membaca tidak akan mengganggu
aktifitas pada Library. Untuk merchandise shop terdapat area service dan storage yang
sudah ada dari bangunan dan dapat dihubungkan dengan back office melalui jalur
service sehingga memudahkan loading barang.
Jika dipertimbangkan oleh coffeeshop dan merchandise shop, back office adalah
area private yang tidak perlu terpampang serta sengaja dibuat untuk tidak bisa di akses
oleh pengunjung. Maka back office diletakan pada area sebelah kiri, lalu untuk
109

mengakses back office dapat melewati side enterance dan tangga menurun yang
terdapat sebelum masuk ke area lobby.
Pada lantai ini terdapat area service yang sudah ada dari bangunan. Dilengkapi
dari ruang OB, storage, toilet umum sampai toilet karyawan.

c. Second Floor

Gambar 3.15 Grouping, Second Floor.


(Sumber: penulis)

Grouping second floor ini terpilih karena area baca dan koleksi sekaligus self-
copy terdapat pada lantai yang sama agar pengunjung Art & Design Library tidak
merasa bingung atau kehilangan arah. Selain itu penempatan self-copy harus terjangkau
pula dari area baca dan koleksi agar pengunjung yang mempunyai kebutuhan tidak
harus berjalan ujung ke ujung untuk mencapainya. Maka dari itulah self-copy terletak di
110

tengah-tengah agar mudah dijangkau oleh public, service, maupun back office jika ada
hal-hal yang berkaitan.
Area baca dan koleksi tidak terkena paparan langsung sinar matahari, karena
area bagian timur yang terletak di sebelah kanan bangunan (arah matahari pada siang
hari) tidak terdapat jendela. Kemudian area baca dan koleksi yang terletak dibagian kiri
bangunan hanya terkena sedikit bias cahaya dikarenakan bangunan pada sebelah kanan
lebih tinggi, sehingga cahaya yang masuk masih didalam batas normal. Bias cahaya
matahari pada siang hari dari void, jatuh ditengah-tengah dari pukul 12 siang sampai
dengan 2 siang.
Terdapat area back office yang terletak di lantai dua dan hanya dapat di akses
melalui area service. Back office di lantai ini difungsikan untuk mengontrol kegiatan
perpustakaan.

d. Third Floor

Gambar 3.16 Grouping, Third Floor.


(Sumber: penulis)

Grouping third floor ini terpilih dikarenakan bias cahaya matahari yang muncul
dari sky-light di siang hari, jatuh ditengah-tengah pada pukul 12 siang sampai dengan 2
111

siang. Jika kedua ruang ini dibandingkan, ruang e-resources tidak dapat terkena bias
matahari terlalu lama dikarenakan dapat menyebabkan kerusakan pada komputer, serta
ruangan ini membutuhkan luas yang lebih besar dibandingkan ruang audiovisual.

3.4 Studi Permasalahan Khusus Interior

Merupakan pembahasan mengenai permasalahan interior yang spesifik untuk


perpustakaan.

3.4.1 Tinjauan Karakteristik Garis dan Bentuk

Berikut adalah tinjauan garis dan bentuk yang dapat di aplikasikan ke dalam
interior dan furnitur.

a. Garis

Garis yang akan digunakan adalah garis yang tegas dan kaku, bisa berupa
diagonal, horizontal, atau vertical. Efek dari garis ini berkesan memberi energi untuk
pengguna/pengunjung perpustakaan, diharapkan agar memicu spirit atau keinginan
untuk membaca dan menggali rasa keingin tahuan terhadap ilmu seni dan desain. Kesan
garis yang diciptakan juga tergantung dari faktor ukuran, tebal tipis, dan penempatannya
terhadap garis yang lain. Berikut adalah garis dan karateristiknya:

GARIS KARATERISTIK

Horizontal Garis mendatar yang mengasosiasikan


cakrawala, mengesankan istirahat. Garis ini
memberikan karakter atau lambang pasif, kaku,
ketenangan, kedamaian dan kemantapan.

Vertical Garis tegak ke atas mengasosiasikan benda-


benda yang berdiri tegak lurus, mengesankan
keadaan tak bergerak, sesuatu yang melesat
menusuk langit mengesankan agung, jujur,
tegas, cerah, cita-cita, pengharapan. Garis ini
memberikan karakter atau lambang statis,
112

kestabilan, kemegahan, kekuatan, kekokohan,


kejujuran dan kemasyhuran.

Diagonal Garis miring ke kanan atau ke kiri


mengasosiasikan orang lari, pohon doyong dan
obyek yang mengesankan keadaan tidak
seimbang. Melambangkan kedinamisan,
kegesitan, kelincahan, kekenesan.

Zig-Zag Merupakan garis patah-patah bersudut runcing,


dibuat dari gabungan vertikal dan diagonal
sebagai asosiasi petir, retak, letusan.
Menggambarkan karakter gairah, semangat,
bahaya, mengerikan, nervous. Garis ini sebagai
lambang gerak semangat, kegairahan dan
bahaya.

Lurus Garis yang lurus memberi kesan kaku dan


keras.

Lengkung Berkesan luwes dan lemah lembut. Macam


garis lengkung adalah meliputi lengkung
mengapung, lengkung kubah, dan lengkung
busur. Mengasosiasikan gumpalan asap, buih
sabun, balon. Memberikan karakter ringan,
melambangkan kemegahan, kekuatan dan
kedinamisan.
S Merupakan garis lengkung ganda yang
merupakan garis terindah diantara semua garis
atau garis lemah gemulai (grace),
mengasosiasikan ombak, pohon tertiup angin,
gerakan lincah anak atau binatang.
Memberikan karakter indah, dinamis, luwes
yang melambangkan keindahan, kedinamisan
113

dan keluwesan.

Tabel 3.7 Karakteristik Garis

(Sumber: file.upi.edu)

b. Bentuk

Bentuk yang akan digunakan bervariasi, namun bentuk yang akan ditonjolkan
adalah bentuk yang memiliki sifat diam, dan terarah sehingga memberikan efek
ppsikologis kepada pengguna agar lebih terfocus dalam kegiatan membaca. Sedangkan
bentuk yang memiliki sifat bergerak atau flowing hanya dipergunakan pada beberapa
furniture dan tidak dominan.

Tabel 3.8 Bentuk Dasar


(Sumber: file.upi.edu)

3.4.2 Tinjauan Sistem Furniture

Manusia melakukan aktifitas di dalam ruang perpustakaan memiliki tuntutan


kenyamanan fisik yang berbeda, seperti membaca, menulis, berdiskusi dan lain-lain.
Oleh karena itu furnitur juga menjadi faktor penting untuk menciptakan ruang yang
sesuai, ditentukan oleh siapa yang menggunakannya, kaitan terhadap bentuk ruang, dan
suasana yang ingin dicapai di dalam ruangan. Material yang digunakan untuk furnitur
juga harus diperhatikan. Misalnya, material yang mudah dibersihkan, tidak tajam
114

pinggirannya, permukaan tidak keras agar tidak melukai pengguna. Untuk furnitur
tertentu seperti pemilihan kursi dianjurkan tidak berat bila disesuaikan/digeser tidak
menimbulkan noise.

• Rak Bahan Pustaka


Pada rak pustaka/buku, masalah-masalah pandangan bisa terjadi. Bidang atau
sudut pandang tertentu bisa memungkinkan perbedaan wujud dasar, bentuk, dan warna
pada subyek yang dipajang. Maka rak yang akan dipilih adalah rak yang tidak terlalu
tinggi dan posisi buku diletakkan bervariasi tergantung dari kejelasan cover. Buku yang
bertuliskan judul disampingnya diletakan miring, sedangkan pada beberapa buku desain
yang tidak bertuliskan keterangan disampingnya (polos) diletakan tatap muka agar
cover buku tersebut terlihat, sehingga memudahkan pengguna dalam ketepatan mencari
koleksi demi kelancaran sirkulasi dalam ruang koleksi. Material pada rak pustaka juga
harus diperhatikan jangan sampai mengundang rayap, jika menggunakan kayu
sebaiknya dilapisi dengan lapisan anti rayap terlebih dahulu. Dengan demikian,
pengurus perpustakaan juga lebih mudah merawat koleksi.

Gambar 3.17 Ergonomi Rak Buku


(Sumber: Time Saver)

• Layar
Layar pada ruang audiovisual berhubungan dengan daya pandang manusia dan
akustik. Daya pandang manusia mempunyai jarak-jarak tertentu, adapun jarak yang
nyaman bagi pengunjung adalah dilihat dari sudut pandang 30-33 derajat. Hindari layar
115

yang sempit karena dapat mengakibatkan kelelahan maupun kejenuhan pada mata,
sebaiknya digunakan layar wide-screen karena sesuai dengan kenyamanan mata.

Gambar 3.18 Jarak Pandang Mata


(Sumber: Time Saver)

• Tempat Duduk
Tempat duduk yang digunakan untuk perpustakaan ini harus memiliki ergonomi
yang sesuai dengan bentuk tubuh dan tulang manusia untuk menunjang aktifitas duduk
dengan jangka waktu yang lama agar tidak cepat pegal-pegal dan penuh dengan
kenyamanan sehingga terciptalah kondisi baca yang kondusif. Material yang digunakan
untuk furniture juga harus diperhatikan, sebaiknya menggunakan material yang awet,
tahan lama, mudah dibersihkan, permukaan tidak kasar, dan tidak membuat berkeringat.

Berikut ini adalah syarat-syarat furnitur yang akan dipergunakan di ruang baca
sesuai dengan ergonomik tubuh:
− Kemiringan landasan tempat duduk 20-26 cm
− Sudut antara landasan dengan sandaran tempat duduk 105-
110 cm
− Tinggi landasan tempat duduk 35-40 cm
− Panjang dudukan ke belakang 47-48 cm
− Tebal bantalan kursi 6-10 cm
− Tinggi tempat duduk sebaiknya diukur dari tinggi ambang
permukaan meja yang idealnya 27-30 cm di bawah permukaan meja kerjanya
116

− Tinggi meja tulis yaitu 68-72 cm dengan jarak dari ambang


meja ke permukaan kursi yaitu 20-25 cm
− Ketinggian rak buku disesuaikan dengan pencapaian tangan
maksimal ke atas yaitu 180-190 cm

3.4.3 Tinjauan Material Lantai, Dinding dan Ceiling

• Lantai
Berfungsi sebagai penutup ruangan bagian bawah untuk mendukung
perlengkapan tetap maupun gerak yang ada pada ruangan, serta untuk menunjang
lalu lintas manusia. Pertimbangan dalam memilih material pelapis lantai untuk
perpustakaan selain pertimbangan akustik dan pelindung terhadap panas dan dingin,
antara lain:
− Keselamatan
− Ketahanan Kenyamanan
− Pengaruh pada Lingkungan
− Pemasangan
− Perawatan
− Warna
− Pola
− Permukaan
− Harga bahan
− Biaya pemasangan
− Biaya perawatan
− Biaya penggantian

Keramik Tahan lama dan mudah dibersihkan namun


tidak meredam suara. Tersedia bermacam
tekstur seperti tekstur batu, kayu, dan
sebagainya.

Karpet Mudah kotor namun bisa diatasi dengan


pembersihan secara rutin dan pemilihan warna
117

karpet yang tepat agar jika kotor tidak terlalu


terlihat. Karpet mempunyai kelebihan tidak
berisik dan meredam suara.

Parket Perawatan agak sulit serta mahal, karena


mudah tergores dan untuk berjalan akan
berisik.

Vinyl Perawatan agak sulit karena mudah tergores,


tertusuk, dan lunak. Namun mempunyai
kelebihan meredam suara.

Plaster Mudah dibersihkan, mempunyai sifat dingin


(concrete) namun kelemahan mudah retak dan perawatan
harus ditambal jika perlu.

Batu Tidak licin, menambah estetika ruangan


namun bisa timbul lumut jika di tempat
lembab.

Marmer Perawatan ekstra dan mahal, mudah menyerap


noda dan meninggalkan noda jika tidak cepat
dibersihkan.

Tabel 3.8 Material Lantai

(Sumber: kombinasi penulis)

Kesimpulan dari analisa atau tabel material lantai tersebut, maka penulis
memutuskan untuk memilih lantai Plaster/Concrete dikarenakan material tersebut
mudah dibersihkan dan mempunyai sifat dingin untuk menyerap energi panas dari sinar
cahaya dan memberi perasaan lebih dingin, dari segi kelemahan concrete memang
mudah retak namun bisa dihindari dengan pemilihan brand material tersebut serta
permukaan lantai concrete dengan kelebihan dan kekurangan yang mudah atau sedikit
118

retak cocok dengan look/ambiance yang ingin ditampilkan pada Art & Design Library
ini.

• Dinding
Dinding berwarna terang akan memantulkan cahaya secara efektif, dapat dipakai
sebagai latar belakang bagi elemen-elemen yang ada ditempatnya. Warna-warna
terang dan pada dinding dapat menimbulkan semangat pada pengguna perpustakaan
serta memberikan kesan hangat pada ruang karena suhu pada perpustakaan
diharuskan sejuk-dingin. Lalu selain dinding struktural, dinding partisi maupun panel
dinding juga dapat diterapkan pada perpustakaan, panel berfungsi sebagai pelapis
untuk mempercantik dinding. Sedangkan partisi berfungsi untuk pemisah ruangan
sekaligus merupakan cara alternatif untuk mempercantik ruangan pada perpustakaan
dan ada banyak ide gaya partisi.
Partisi dapat bermacam-macam, ada yang tetap dan ada yang dapat dipindah
secara mudah seperti dapat dibuka tutup dalam sekejap seperti partisi yang bergerak
pada rel yang berada di lantai dan di plafon.
Dinding partisi bisa transparan, semi-transparan, solid, tergantung pada desain
dan jenis material yang dipilih. Berikut ini adalah material yang biasa digunakan
untuk dinding partisi:
PARTISI KETERANGAN

Kaca Transparan, dapat memberi kesan luas, dapat


dilapis oleh lapisan sesuai keinginan sesuai
dengan kebutuhan ruangan yang membutuhkan
privasi.
Bata/Batuan Solid, mempunyai beban lebih berat, proteksi
terhadap kebakaran, permukaan yang menarik,
daya serap tinggi, isolasi terhadap panas dan
suara.
Gypsum Solid, relatif bisa menyerap suara, dapat meredam
gema pantulan suara, tidak tahan basah, tidak
terlalu tahan api, mudah rusak dan gupil.
Multipleks Pemasangan fleksibel dan mudah, tidak tahan air
119

jika dibiarkan tanpa pelapis, tingkat reduksi


akustik tergantung pada ketebalan, mudah
dibentuk, relatif mahal, penghantar api (harus
dilapis pelapis yang tahan api).
Kayu Solid, permukaan yang menarik, mudah terbakar,
dapat terserang rayap, bentuk bermacam kreasi,
perawatan tergantung pada finishing, harus
ditempat kering agar tidak muncul water stained
pada permukaan.
Kain/Curtain Semi-transparan, memisahkan ruangan dengan
serba guna, praktis, kurang privasi, mudah
terkena noda.
Acrylic Semi-transparan, ringan, aman karena tidak
mudah retak, beragam warna dan level tembus
pandang, serta bentuk dan pola bisa bervariasi.
Furnitur Rak dapat difungsikan juga sebagai pemisah
ruangan dengan mudah dan memberikan kesan
lebih terbuka pada ruangan.

Tabel 3.9 Dinding Partisi

(Sumber: kombinasi penulis)

Kesimpulan dari analisa atau tabel material dinding partisi tersebut, maka
penulis memutuskan untuk memilih gypsum karena mudah pemasangannya jika ada
renovasi lanjut atau penambahan ruangan, begitupun pada multiplex. Serta partisi dari
furniture sebagai dinding partisi dikarenakan dari segi pemanfaatan furniture yang ada
serta kesan terbuka yang ingin diberikan pada ruangan.

• Ceiling
Ceiling yang baik untuk perpustakaan adalah yang harus memiliki daya tahan
jangka panjang agar tidak cepat rusak ataupun memerlukan perbaikan berulang-
120

ulang karena dapat mengganggu aktifitas/kegiatan di perpustakaan. Ceiling harus


memiliki ketahanan terhadap air, api dan lain sebagainya agar apabila terjadi
kebakaran kerusakan yang dialami tidak terlalu fatal.

CEILING KETERANGAN

Up adalah plafon yang sebagian permukaannya


terangkat keatas, cara ini dipilih untuk
menghadirkan kesan ruang lebih tinggi dan lapang
sehingga terbentuk permainan dimensi yang
menawan.
Drop adalah plafon yang dipasang dengan cara
menurunkan sebagian permukaan plafon untuk
memberi kesan ruangan yang hangat dan akrab.

Tabel 3.10 Perbedaan Up dan Drop Ceiling

(Sumber: kombinasi penulis)

a. Drywall (Gypsum Ceilling)


Sifatnya permanen dan tidak mudah diubah. Banyak dipakai pada area
khusus yang membutuhkan penampilan lebih yang tidak dapat dicapai oleh
ceiling gantung. Drywall dapat diterapkan desain ceiling yang dinamis,
melengkung, drop ceiling, dan lain-lain. Permasalahan pada drywall adalah
akses ke mechanical-electrical.
121

Gambar 3.19 Drywall/Gypsum Ceiling


(Sumber: www.houzz.com)

b. Plaster
Ceiling plaster relative mahal, namun dapat mencapai segala bentuk,
lengkung, tekstur, pola, figure desain yang bersifat sculpture.

Gambar 3.20 Plaster Ceiling


(Sumber: www.houzz.com)

b. Ceilling Gantung (Suspended Ceilling)


Celing ini menggunakan rangka metal ringan yang digantung ke struktur
untuk menahan panel ceiling dan elektrikal seperti lampu, sprinkler, diffuser
AC, dan lain-lain. Biasanya menggunakan bahan alumunium untuk
rangkanya. Jenis jenis rangkanya adalah T-bar, T-bar regular edge, U-
channel, dan concealed spline.
122

Gambar 3.21 Suspended Ceiling


(Sumber: www. archiexpo.com)
c. Exposed Ceilling
Ceiling sengaja terbuka dan tidak ditutupi oleh gypsum dan semacamnya,
yakni memperlihatkan langit-langit dan elektrikal seperti lampu, sprinkler,
diffuser AC, dan lain-lain.

Gambar 3.22 Exposed Ceiling


(Sumber: www.houzz.com)

Kesimpulan dari analisa ceiling, maka penulis memutuskan untuk


memilih exposed ceiling dan ceiling gypsum (drywall), dikarenakan exposed
ceiling memberikan kesan yang berbeda dan terbuka serta mudah untuk instalasi
atau perbaikan mechanical electrical. Lalu ceiling gypsum dipilih karena praktis
serta bisa dengan finishing yang bermacam-macam.

3.4.4 Tinjauan Karakteristik Warna


123

Pengaplikasian warna sangat penting untuk psikologi pembaca dan pengguna


perpustakaan. Warna terang yang mencolok dapat memberikan inspirasi, merangsang
kreatifitas, kemampuan intelektual dan juga mood pada pembaca. Berikut ini adalah
warna dan karateristiknya:

WARNA KARAKTERISTIK

Stimulasi, penuh gairah, enerjik, kuat, panas, aktif,


menonjol, sensual, jika terlalu banyak bisa
merangsang perilaku agresif.

MERAH

Penuh harapan, percaya diri, dinamis, sosialisasi,


dominan, kreatif dan vitalitas, bila terlalu banyak
bisa merangsang perilaku hiperaktif.

JINGGA

Penuh inspirasi, mendorong kemampuan


intelektual, mendorong ekspresi diri, penuh ambisi,
bersemangat, riang, dan gembira.
KUNING
124

Menyiratkan kesan alamiah, segar, tenang,


menyejukkan, mendorong perasaan empati,
meredakan stress, menyembuhkan, sensitf, stabil,
HIJAU toleran, harmonis, dan keseimbangan. Namun jika
terlalu banyak menimbulkan perasaan
terperangkap.

Damai, meditatif, intelegensi tinggi, emosional,


egosentris, harmonis, dan merangsang kemampuan
intuitif, bila terlalu banyak bisa menimbulkan lesu.
BIRU

Sendu, lemas, netral, kehangatan, etnik, eksotik,


harmonis, memberikan kesan natural, membumi,
stabil, menghadirkan kenyamanan, keyakinan,
keamanan, kesan elegan dan akrab. Bila terlalu
COKLAT
banyak, bisa berkesan berat atau kaku.

Murni, bersih, innocent, higienis, monoton, kaku,


memberi arti keaslian, kesan ringan, polos dan
murni. Bila terlalu banyak, bisa menimbulkan
perasaan dingin, steril dan terisolasi.
PUTIH
125

Kuat, maskulin, fokus, idealis, kedalaman, superior,


bila terlalu banyak dapat menimbulkan rasa takut
terancam dan mengerikan.

HITAM

Menggambarkan kesan serius, damai, independen


dan luas.

Bila terlalu banyak, bisa memberi kesan tidak


komunikatif.
ABU-ABU

Dekat dengan aura spiritual, religius, kehormatan,


magis, misterius, menarik perhatian, memancarkan
kekuatan, menambah imajinasi, sensivitas

dan obsesif.

UNGU

Ningrat, kemewahan, ornamental, gemerlap,


melambangkan kekuasaan dan tahta, lalu juga
memberi kesan luar biasa.

EMAS
126

Tabel 3.11 Karakteristik Warna

(Sumber: www.edupaint.com)

Kesimpulan dari analisa warna, maka penulis memutuskan untuk memilih


warna primer dan campuran dari warna primer tersebut yaitu biru dan kuning yang
menghasilkan warna hijau.

3.4.5 Tinjauan Sistem Pencahayaan

Sistem pencahayaan juga merupakan hal penting yang harus diperhatikan,


pemakaian jenis lampu pada area baca di perpustakaan sebaiknya bukanlah lampu yang
mengeluarkan panas sehingga dapat membantu keawetan bahan pustaka dan mencegah
timbulnya jamur maupun serangga pada buku. Cahaya buatan yang digunakan harus
terang, hemat energi dan tidak menimbulkan panas, diperuntungkan agar mata
pengguna dapat bekerja dengan optimal dalam kegiatannya dan koleksi tidak mudah
rusak karena jenis serangga cenderung hidup di ruang gelap, sehingga lampu di
beberapa ruang di usahakan untuk tetap hidup (khususnya pada saat jam perpustakaan
tutup) dalam upaya menghindari serangga yang menyukai tempat gelap. Namun
sebaiknya diberikan dimmer pada ruangan tertentu sesuai dengan kebutuhan yang ada
pada function room dan ruang audiovisual.
Dan pada siang hari sebaiknya koleksi rak bahan pustaka tidak terkena sinar
matahari langsung dan jendela pada ruangan koleksi sebaiknya tetap tertutup agar
terhindar dari debu/kotoran dan jendela juga dilapisi dengan kacafilm karena sinar UV
dapat berakibat buruk pada koleksi/bahan pustaka.

• Pencahayaan Buatan
127

JENIS LAMPU KETERANGAN

Incandescent Lights Boros energi, tidak merusak benda koleksi, tidak


perlu diberikan filter namun mudah rusak.
(Lampu Pijar)

Fluorescent Lights Merusak benda koleksi, mengandung sinar UV, dan


membutuhkan filter cahaya.
(Lampu TL)

Halogen Dapat menyulap ruangan, bagus untuk menyinari


objek yang butuh efek visual, menghasilkan panas,
daya tahan tinggi namun watt berjumlah tinggi.

LED Hemat energi, tidak mengandung radiasi UV, tahan


lama, tidak mudah rusak, efisien, ramah lingkungan,
namun masih dijual mahal dipasaran.

Tabel 2.3 Jenis Lampu


(Sumber: kombinasi penulis)

• Lighting

Ambient/General Sebagai sumber penerangan utama, hasil cahaya


Lighting merata dan terang.

Accent Lighting Untuk menyinari element atau obyek tertentu


agar ruangan terasa lebih hidup (spotlight,
tungsten, halogen, dan mini-spot).

Task Lighting Dapat memperjelas pandangan untuk membantu


untuk lebih fokus pada aktifitas dan tidak
membuat mata lelah namun dapat memberikan
bayangan jika tidak dibantu General Lighting.
128

Decorative Sebagai elemen dekoratif dan bukan sebagai


Lighting sumber penerangan utama.

Kinetic Lighting Sumber penerangan bergerak yang dapat


difungsikan sebagai aromaterapi, menciptakan
suasana romantis, remang-remang, dan dramatis
(lilin, lentera, obor).

Tabel 3.12 Lighting Settings


(Sumber: kombinasi penulis)

Posisi lampu dapat menghasilkan cahaya. Cahaya yang dipantulkan oleh lampu
dari arah atas kepala akan lebih baik untuk kegiatan membaca. Karena sinar dari lampu
tidak menimbulkan bayangan manusia yang jatuh ke permukaan meja ketika orang
sedang membaca seperti gambar di bawah ini:
129

Gambar 3.23 Pantulan Cahaya Lampu


(Sumber: Desain Ruang Perpustakaan, 2007)

Kesimpulan dari analisa pencahayaan, maka penulis memutuskan untuk


memilih lampu LED dikarenakan hemat energi, tidak mengandung radiasi UV, tahan
lama, tidak mudah rusak, efisien, ramah lingkungan, dan juga mempunyai nilai green
design. Lalu efek pencahayaan yang akan diterapkan adalah general, accent dan
decorative lighting.

3.4.6 Tinjauan Sistem Penghawaan

Didalam sebuah perpustakaan tidak memungkinkan menggunakan penghawaan


alami, dikarenakan sangat beresiko untuk perawatan bahan pustaka atau koleksi yang
dapat rusak oleh debu dari luar. Maka dalam penghawaan buatan ada dua jenis sistem
yang bisa digunakan diperpustakaan, yaitu:
• Sistem Mekanis
Sistem pengkondisian udara didalam ruangan yang mempergunakan alat mekanis
(listrik), seperti kipas angin yang digunakan untuk mempercepat laju pergerakan
udara dengan tidak mengurangi derajat kelembaban ruangan dan exhaust yang
digunakan untuk menyedot udara panas yang terdapat pada ruangan.

• Sistem AC (Air Conditioning)


Pengaturan suhu dapat disesuaikan dengan ruangan. Sistem AC terbagi menjadi tiga
yaitu AC Split, AC Window, dan AC Central.
Lalu tingkat kondisi penghawaan yang dibutuhkan pada perpustakaan yaitu:
− Temperatur 18-24˚C untuk area koleksi buku, area baca, dan area kerja.
− Temperature 18-20˚C untuk ruang komputer.
− Kelembaban 40-50 %
130

3.4.7 Tinjauan Sistem Akustik Ruang

• Akustik
Ruang perpustakaan dikenal sebagai ruang yang membutuhkan ketenangan.
Noise atau sumber kebisingan biasa muncul dari dalam ruangan perpustakaan itu
sendiri seperti langkah kaki atau percakapan antar pengunjung. Untuk meredam
kebisingan semacam ini bagian dalam dinding, lantai, dan plafon ruang
perpustakaan perlu dilapisi dengan bahan lunak yang mampu menyerap bunyi.
Sebagai pertimbangan dalam penerapan material perlunya dengan mengetahui
tingkat gradasi bunyi sesuai dengan aktivitas yang terjadi dalam pengelompokan
ruang:

Gambar 3.24 Konsep Gradasi Bunyi Perpustakaan

(Sumber: Brian Edward, 2002)

Keterangan:

• ZONA ”NATURE OF NOISE” : Library


• ZONA ”SILENCE” : Journals
• ZONA ”QUITE CONVERSATION” : Books area
• ZONA ”KEYBOARD TAPPING : Computer area
NOISE & QUIET CONVERSATION”
• ZONA ”CONVERSATION” : Entrance/Library desk

3.4.8 Tinjauan Sistem Keamanan dan signage

• Sistem Keamanan
131

Jika ingin merancang perpustakaan yang open space, berikut ini adalah sistem
keamanan yang biasa diterapkan pada gedung perpustakaan untuk menunjang
kelangsungan kegiatan dan keselamatan bahan pustaka/koleksi maupun manusia yang
ada di dalam bangunan tersebut:

SISTEM Kamera CCTV, Radio Frequency


KEAMANAN Identification (RFID), Sensor Gate, Access
Card System, Satpam atau Security.

SISTEM Smoke Detector, Sprinkler, Fire


PEMADAM Extinguish, Emergency Alarm.
KEBAKARAN

Tabel 3.13 Sistem Keamanan Perpustakaan


(Sumber: kombinasi penulis)

Sistem pemadam kebakaran juga dibutuhkan untuk keamanan bahan


pustaka/koleksi dari api, yang jika terbakar akan mengakibatkan kerugian pada pihak
perpustakaan. Berikut analisa dari macam-macam alat sistem keamanan yang ada pada
perpustakaan:
− Kamera CCTV
Untuk mengontrol keseluruhan ruang menggunakan kamera yang di pasang pada
ceiling ruangan, alat ini memberi kemudahan karena tidak mengandalkan tenaga
manusia 100%.
− Radio Frequency Identification (RFID)
RFID chip ini menggunakan frekuensi elektro magnetik yang mengidentifikasi
angka-angka yang terdapat atau tertanam dalam sebuah device. RFID berbeda
dengan barcode karena kode RFID tidak perlu berada terlalu dekat pada alat untuk
di identifikasi.
− Sensor Gate
132

Alat ini mengindentifikasi RFID chip yang melewati Gate tersebut. Maka jika buku
yang keluar dari Sensor Gate, alat tersebut akan berbunyi sebagai peringatan bahwa
ada barang yang keluar tanpa izin.
− Access Card System
Sistem keamanan dimana memerlukan kartu untuk mengakses ruangan, dan kartu
ini biasa dimiliki oleh individu untuk area yang semi-private.
− Satpam atau Security
Pegawai yang bertugas untuk bertanggung jawab atas keamanan lokasi.
− Smoke Detector
Alat yang mendeteksi asap yang kemudian memberikan bunyi sebagai alert.
− Sprinkler
Alat yang mendeteksi asap yang berhubungan dengan pipa air yang akan langsung
mengaktifkan sistem sehingga air akan keluar sebagai salah satu upaya untuk
memadamkan api.
− Fire Extinguish
Alat yang disediakan pada bangunan untuk digunakan pada keadaan mendesak jika
terjadi kebakaran dalam skala kecil.
− Emergency Alarm
Alat yang dipasang pada bangunan yang berfungsi sebagai alert jika terjadi bencana
maupun kejadian lain yang akan membahayakan keselamatan seluruh pengguna
yang ada pada bangunan. Sehingga seluruh individu yang ada bergegas untuk
meninggalkan bangunan tersebut.

• Signage
Signage yang baik di perpustakaan adalah yang sebaiknya bisa terlihat dari
kejauhan namun tidak terlalu banyak agar tidak menimbulkan kekacauan. Signage bisa
dibuat besar, easy-to-read, colorful, dekoratif untuk menarik perhatian pengunjung. Hal
ini dapat membawa komponen positif terhadap tema dekoratif asalkan dibuat dengan
jelas, informatif, dan meminimalkan kekacauan visual dari informasi yang berlebihan.
Diusahakan signage juga dapat berkomunikasi dengan pengguna seperti “Welcome”
atau “Need Help? Ask Your Librarian”.
133

Dikutip oleh Jeannette Woodward didalam Countdown to a New Library:


Managing the Building Project (second edition, ALA Editions) yaitu:
"Sistem signage termasuk sign pada lantai, bisa bergantung pada ceiling ataupun
dinding yang menggunakan tanda instruksi yang tepat dalam mengasah kemampuan
untuk merespon kebutuhan pengguna dari proses informasi umum ke lebih spesifik dan
terarah".

PELETAKAN KETERANGAN

Furnitur Signage bisa terletak pada rak atau meja. Seperti


pada samping rak, diatas rak, maupun pada
wajah penutup meja.
Lantai Signage bisa ditempatkan pada lantai melalui
implementasi desain pada lantai seperti sticker
maupun pola lantai yang dapat menunjukan
arah, atau menaruh papan petunjuk yang berdiri
pada lantai.
Dinding Signage pada dinding bisa berupa 2D seperti
dinding yang bergambar ataupun berwujud 3D.
Pilihan desain untuk 3D signage adalah seperti
acrylic, aluminium, tulisan/gambar timbul, glass
signage, laminates, vinyl, digital graphics, 3D
lettering & logos.
Ceiling Signage yang peletakannya digantung pada
ceiling berfungsi untuk penghematan space, dan
diperuntukan untuk desain yang tidak ingin
keindahan furniturnya terganggu.

Tabel 3.14 Macam Peletakan Signage


(Sumber: kombinasi penulis)

Contoh umum untuk pertimbangan, pada setiap rak koleksi perpustakaan


sebaiknya mempunyai tanda yang dapat mempermudah pengunjung dan dapat
meminimalkan penggunaan karyawan, seperti:
134

Gambar 3.25 Contoh Signage Perpustakaan


(Sumber: Brodart)

Anda mungkin juga menyukai