Anda di halaman 1dari 2

Dalam konteks ini, "menuntun" mengandung arti memberikan arahan, bimbingan, dan

dukungan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran mereka.

Dalam hal tersebut, Ki Hajar Dewantara mengorientasikan kata menuntun kedalam 3 (tiga)
semboyan pendidikan yaitu tut wuri handayani yang bermaksud agar seorang pendidik harus
mampu memberikan dorongan dan arahan kepada peserta didik, in madya mangun karsa yang
berarti bahwa seorang pendidik haruslah mampu menjadi motivator untuk peserta didiknya,
ing ngarso sung tuladha yang berarti guru harus memberikan teladan yang baik terhadap
peserta didik.

Manuntun dalam konteks sosial budaya di daerah yaitu sebagai pendidik hendaknya bisa
menjadi pribadi yang dapat memberikan arahan serta bimbingan kepada peserta didik dalam
proses pembelajaran sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di daerah, agar peserta didik
dapat diterima di masyarakat serta ikut melestarikan nilai-nilai kebudayaan. Setiap daerah
memiliki kebudayan termasuk Minang Kabau. Adat Minang mengutamakan sopan santun
dalam pergaulan. Budi pekerti yang tinggi menjadi salah satu ukuran martabat seseorang. Budi
pekerti menjadi salah satu sifat yang harus dimiliki oleh setiap individu di Minang Kabau. Adat
Minang menyebutkan sebagai berikut :

Nan kuriak iyolah kundi , nan merah iyolah sago

Nan baiak iyolah budi , nan indah iyolah baso

Kuek rumah dek basandi , rusak sandi rumah binaso

Kuek bangso karano budi , rusak budi bangso binaso

Adat Minang sejak berabad-abad yang lalu telah memastikan, bila moralitas suatu bangsa
sudah rusak, maka dapat dipastikan suatu waktu kelak bangsa itu akan binasa. Akan hancur
lebur ditelan sejarah. Adat Minang mengatur dengan jelas tata kesopanan dalam pergaulan.
Kita tinggal mengamalkannya. Pepatah menyebutkan sebagai berikut:

Nan tuo dihormati , nan ketek disayangi , samo gadang bawo bakawan, Ibu jo bapak
diutamokan

Budi pekerti adalah salah satu sifat yang dinilai tinggi oleh adat Minang. Begitu pula rasa malu
dan sopan santun, termasuk sifat-sifat yang diwajibkan dipunyai oleh orang-orang Minang.
Kodrat Alam yang dimaksud adalah kekuatan, potensi, atau keadaan diri yang secara alamiah
melekat pada diri masing-masing peserta didik. Kodrat alam mengacu pada potensi bawaan
peserta didik termasuk bakat yang dimilikinya, latar belakang etnis, serta lingkungan budaya
tempat peserta didik tumbuh. Kodrat alam ini mencerminkan kondisi yang dipengaruhi oleh
lingkungan tempat peserta didik berada. Ki Hadjar Dewantara percaya bahwa sebagai pendidik,
harus memahami kodrat alam ini. Ini artinya, cara pendidik mengajarkan harus mengakomodasi
potensi alami peserta didik

Sementara itu kodrat zaman dapat diartikan sebagai perubahan yang terjadi dari waktu ke
waktu. Mengapa pendidikan harus memperhatikan kodrat zaman, sebenarnya alasannya cukup
sederhana. Karena keterampilan yang harus dikuasai juga terus berkembang, sehingga
pendidikan harus mampu menciptakan peserta didik yang memiliki kemampuan sesuai dengan
zamannya. Misalnya saat ini teknologi berkembang dengan pesat, maka peserta didik harus bisa
mengikuti hal tersebut. kodrat zaman adalah tentang memahami era yang dijalani oleh peserta
didik. Pendidikan di era mereka harus mempertimbangkan perkembangan dan kebutuhan
mereka saat ini. Seiring dengan perkembangan teknologi dan budaya, anak-anak mengalami
perubahan dalam cara mereka belajar dan berinteraksi. Ki Hadjar Dewantara menekankan
pentingnya pendidik membimbing peserta didik untuk beradaptasi dengan zaman, sambil tetap
menjaga nilai-nilai budaya dan karakter bangsanya.

Relevansi pemikiran KHD “Pendidikan yang memerdekakan murid” dengan peran saya sebagai
pendidik adalah dalam proses pembelajaran, pendidik sebagai pembimbing dan fasilitator yang
menuntun peserta didik mengembangkan potensi-potensi positif yang ada dalam diri peserta
didik sehingga bebas dalam mengembangkan potensinya tanpa tekanan. Pendidik harus
mengetahui karakteristik peserta didik untuk bisa mengarahkan agar tercipta pembelajaran
yang merdeka dan tepat bagi peserta didik. Bebas disini maksudnya masih dalam pantauan dan
bimbingan pendidik dalam pengembangan minat dan bakatnya. Pendidikan yang
memerdekakan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah suatu proses pendidikan yang meletakkan
unsur kebebasan peserta didik untuk mengatur dirinya sendiri, tumbuh dan berkembang
menurut kodratnya secara lahiriah dan batiniah. Pendidikan yang memerdekakan adalah proses
dimana peserta didik mencapai keselamatan dan kebahagiaan, bebas dari tekanan baik secara
intenal maupun eksternal. Setiap peserta didik lahir dengan kodrat yang unik, yakni tidak ada
satupun pribadi yang sama antara satu dengan yang lainnya. Masing-masing memiliki
kemampuan yang berbeda terhadap suatu pelajaran.

Anda mungkin juga menyukai