Anda di halaman 1dari 29

AKSI NYATA 2

OLEH
VENTRI SUSANA J. ROSATUTI, S.Pd
GURU KELAS 3 SD INPRES LAWIR KECAMATAN
LAMBALEDA TIMUR
KABUPATEN MANGGARAI TIMUR
PROVINSI NTT
TOPIK

MERDEKA BELAJAR
MODUL 3

MENDAMPINGI MURID DENGAN


UTUH DAN MENYELURUH
TUJUAN

MEMAHAMI TENTANG
KODRAT MURID

MEMAHAMI TENTANG
TRIKON
I. KODRAT MURID

Ada 3 kodrat murid


 Kodrat Keadaan
 Kodrat Alam
 Kodrat Zaman
A. KODRAT KEADAAN

Kodrat Keadaan merupakan bagian yang tidak


terpisahkan dari dasar Pendidikan murid.
Kodrat keadaan terdiri dari dua hal
1. Kodrat Alam
2. Kodrat Zaman
Menurut Ki Hadjar Dewantara

“Segala perubahan yang terjadi pada murid


dihubungkan dengan kodrat keadaan, baik
alam dan zaman.”
CARA MENGHUBUNGKAN DASAR PENDIDIKAN
MURID DENGAN KODRAT ALAM DAN ZAMAN
Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan dimana mereka berada.
Murid dengan kodrat alam perkotaan, sejatinya dilihat sebagai bagian dari
masyarakat perkotaan. Maka, pembelajaran yang diterima murid, sebaiknya mampu
membantu mendekatkannya dengan konteks (kodrat alamnya),

Tidak jarang kita jumpai guru membantu memberikan ilmu dan wawasan diluar
konteks dimana murid tinggal dan hidup. Misalnya, mayoritas murid adalah anak
petani karet diberikan wawasan dan informasi bagaimana menjaga kelestarian dan
ekosistem laut, sebenarnya tidak apa-apa, mungkin saja murid akan mendapatkan
informasi dan cara bagaimana menjaga kelestarian laut.
Apakah cara dan informasi itu sesuai dengan kodrat alam murid?
Oleh sebab itu, karena guru bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar murid maka,
guru dapat membantu murid dengan memberikan pembelajaran kontekstual.
Guru berperan sebagai penghubung murid dengan sumber-sumber belajar yang ada
disekitar murid atau disekolah, maupun dengan sumber belajar digital yang mengaitkan
setiap materi dengan konteks dimana murid hidup.

Misalnya materi menjaga kelestarian alam dikontekskan dengan merawat pohon karet, agar
produksi getahnya semakin baik kualitasnya dengan membersihkan gulma atau tanaman
pengganggu pohon karet.
Pembelajaran kontekstual dan peran guru sebagai penghubung sangat dibutuhkan murid,
karena itu akan membantu mereka menguatkan kekuatan-kekuatan kodratnya.
Kodrat zaman adalah bagian dasar Pendidikan murid yang berhubungan dengan “isi” dan “irama”.
Muatan Pendidikan dan cara belajar dikala kita sebagai murid pasti berbeda dengan zaman saat ini.
Pendidikan setelah masa kemerdekaan tentu juga berbeda dengan Pendidikan pada abad ke-21.
Maka, kita pendidik bergegas beradaptasi terhadap kodrat zaman untuk membantu murid mencapai
selamat dan Bahagia.

Perubahan zaman merupakan keniscayaan yang tidak mungkin dihindari dan dicegah. Perubahan zaman
pun akan datang sendiri tanpa diminta. Namun, banyak dari kita yang belum menyadari akan hal itu.
Kenyamanan-kenyamanan yang dirasakan saat ini, akan diselimuti kegelisahan-kegelisahan akan
perubahan zaman.
Misalnya, kemajuan pesat teknologi membuat cara belajar dan berinteraksi murid juga berubah.
Jika tidak kita siapkan dan beradaptasi dengan baik, maka murid-murid mungkin tidak akan mampu
hidup berdampingan dengan perubahan zaman.
Contohnya, guru yang terbiasa mengajar dengan menggunakan metode utama ceramah, menyampaikan
informasi-informasi yang sudah ada dimesin pencari atau digital, membuat murid memiliki kompetensi yang
tidak relevan, dan sesuai dengan keterampilan abad ke-21, yaitu berpikir kritis, kreatif, komunikasi, dan
kolaborasi. Maka, kita sebagai pendidik, kita juga dapat membantu memberikan pembelajaran yang berorientasi
pada penguasaan kecakapan tersebut.
Seiring dengan perubahan yang terjadi dalam Pendidikan secara global, Ki Hadjar Dewantara mengingatkan
bahwa “Pengaruh-pengaruh dari luar hendaknya tetap dipilah mana yang sesuai dengan kearifan lokal sosial
budaya Indonesia.”
Namun, diera berlimpahnya informasi saat ini, kita pendidik tidak bisa membatasi, menolak, dan memilih
informasi-informasi secara langsung. Pengaruh-pengaruh luar sangatlah banyak dan terus menerus membanjiri
halaman kita. Cara merespon banyaknya pengaruh luar tersebutlah yang menjadi perhatian kita sebagai
pendidik. Dengan begitu banyaknya infromasi yang datang, kita tidak bisa benar-benar menyaring mana yang
diterima oleh murid, karena ia bisa mendapatkan informasi dari mana saja, yang dapat dilakukan pendidik
adalah membantu anak untuk menemukan kecakapan berpikir kritis. Penanaman modal budaya kearifan lokal
yang logis, dapat membantu murid kita menjadi bijak dalam kehidupannya.
Namun, diera berlimpahnya informasi saat ini, kita pendidik tidak bisa membatasi, menolak, dan
memilih informasi-informasi secara langsung.
Pengaruh-pengaruh luar sangatlah banyak dan terus menerus membanjiri halaman kita.
Cara merespon banyaknya pengaruh luar tersebutlah yang menjadi perhatian kita sebagai pendidik. Dengan
begitu banyaknya infromasi yang datang, kita tidak bisa benar-benar menyaring mana yang diterima oleh
murid, karena ia bisa mendapatkan informasi dari mana saja, yang dapat dilakukan pendidik adalah
membantu anak untuk menemukan kecakapan berpikir kritis. Penanaman modal budaya kearifan lokal yang
logis, dapat membantu murid kita menjadi bijak dalam kehidupannya.
Jika kita dapat memegang kuat kearifan lokal budaya Indonesia, kita juga akan mampu merespon pengaruh-
pengaruh luar dengan bijak. Sehingga, adopsi muatan dan konten pengetahuan akan sejalan dengan nilai-nilai
kemanusiaan, dan konteks sosial budaya yang ada di Indonesia. Bahkan semakin menguatkannya menjadi
kodrat alam dan kodrat zaman dalam mendidik murid-murid kita. Untuk mewujudkan dan menjaga itu semua,
diperlukan prinsip-prinsip dalam melakukan perubahan.
Ki Hadjar Dewantara menyebutnya sebagai asas tri-kon Kontinyu, Konvergen, dan Konsentris.
Kontinyu
Kemajuan kebudayaan merupakan keharusan lanjutan langsung dari
kebudayaan itu sendiri.

Konvergen
Kebudayaan menuju arah kesatuan kebudayaan dunia (kemanusiaan).

Konsentris
Kebudayaan harus mempunyai karakteristik dan sifat kepribadian sendiri
sebagai pusatnya dalam lingkungan kebudayaan dunia (kemanusiaan).
Maka, dengan menggunakan asas tri-kon sebagai prinsip melakukan perubahan,
kebudayaan bangsa Indonesia tidak akan tertinggal. Kebudayaan Indonesia akan berjalan
beriringan dengan kebudayaan lain dan memiliki karakter dan ciri khasnya sendiri.

Ki Hadjar Dewantara
“Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat
dan menuntun tumbuhnya kodrat itu”
B. KODRAT ALAM

Kodrat alam merupakan bagian dari dasar Pendidikan murid yang berkaitan dengan “bentuk” lingkungn dimana
murid berada.
Salah satu instrument untuk pengembangannya adalah melalui Pendidikan atau “tuntunan”.
Pendidikan sebagai salah satu instrumen pengembangan akal budi sesuai kodrat alamnya.
Melihat murid sebagai individu yang utuh, bagian dari masyarakat serta lingkungannya menjadi keharusan bagi
tumbuh hidupnya murid. Kita tidak dapat memandang murid sebagai bagian yang terpisah dari lingkungannya.
Proses tumbuh dan hidupnya murid sangatlah beragam. Potensi setiap anak berkembang dari tahapan yang
sederhana menuju tahapan lebih kompleks.
Kodrat yang dimiliki setiap murid tidak sama, setiap anak memiliki kekuatan kodratnya, bahkan anak kembar
identik pun memiliki kodrat masing-masing. Oleh karenanya, murid sebagai individu unik berbeda satu dari yang
lain berhak mendapat tuntunan keselamatan dan kebahagiaan.
Seorang anak atau murid yang dilahirkan dengan kodrat alam perkotaan, maka ia menjadi bagian dari alam
masyarakat dan lingkungan perkotaan. Oleh karena itu, pendidik sebaiknya dapat menuntun murid untuk
menemukan konteks pembelajaran yang relevan terhadap dirinya dan lingkungan dimana mereka berada.
Misalnya, murid yang hidup di daerah pesisir, mendapat wawasan mengenai bahaya yang mengancam ekosistem
laut, dan melakukan penelitian bersama untuk menemukan berbagai cara merawat dan menjaga lautnya seperti
menanam mangrove, murid bisa mendapat pengetahuan akan bahaya sampah plastik jika dibuang ke laut, dan
mengenalkan jenis-jenis hewan dan tumbuhan yang ada dilaut.
Kita pendidik sebaiknya membantu mendekatkan murid dengan konteks kehidupannya, bukan sebaliknya
menjauhkan mereka dari konteks kehidupannya. Begitupun dengan potensi atau kekuatan yang ada pada
murid.
Ada murid yang memiliki kekuatan atau potensi pada bidang seni, ada juga murid yang memilki potensi
bahaya, dan kemampuan untuk mengidentifikasi keunikan yang ada pada setiap murid, agar segala kodrat dan
keunikannya, mendapatkan tuntunan yang tepat dan dapat membantu mereka mencapai selamat dan Bahagia.
Sebagai pendidik kita dapat menggunakan “Metode”, “Strategi”, dan “Teknik” pembelajaran.
Sesuai keunikan potensi masing-masing murid untuk membantu mereka mengembangkan kekuatan kodratnya.
Dengan demikian, murid akan merasa leluasa untuk mengeksplorasi potensinya dan menemukan pengalaman-
pengalaman belajar yang bermakna. Contohnya, murid yang memiliki potensi seni diberikan kesempatan atau
ruang untuk menyelenggarakan pertunjukkan dengan tema yang dikaitkan dengan peminatan murid atau
disesuaikan dengan pembelajaran tertentu. Dapat dibayangkan, murid akan merasa senang mereka aktif
mencari informasi dan menyajikan pemahamannya dalam bentuk pertunjukkan seni yang mereka sukai.
Ki Hadjar Dewantara
“Maupun hidup kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan segala
kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam
maupun zaman”
_________________________________________________________________

Ki Hadjar Dewantara
“Guru jangan hanya memberi pengetahuan yang perlu dan baik saja, tetapi
yang manfaat untuk keperluan lahir batin dalam hidup bersama.”
C. KODRAT ZAMAN
Kodrat zaman merupakan bagian dari dasar Pendidikan murid yang berkaitan dengan isi dan irama.
Ki Hadjar Dewantara mengatakan: “Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu diingat
bahwa segala kepentingan anak-anak didik, baik mengenai hidup diri pribadinya maupun hidup
kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat
keadaan, baik pada alam maupun pada zaman. Sementara itu, segala bentuk, isi dan irama, yaitu cara
mewujudkannya hidup dan penghidupannya hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas
kehidupan kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan” .
Ki Hadjar Dewantara ingin mengingatkan kita para pendidik untuk menuntun murid mencapai kekuatan-
kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zaman menggunakan “Asas Trikon, Kontinyu, Konvergen,
Konsentris”.
Kontinyu: pendidik menuntun murid dengan perencanaan dan pengembangan secara berkesinambungan
menyatu dengan alam, masyarakat Indonesia untuk mewariskan peradaban.
Konvergen: pendidik menuntun murid dengan pemikiran terbuka terhadap segala sumber belajar, mengambil
praktik-praktik baik dari kebudayaan lain, menjadikan kebudayaan kita bagian dari alam universal.
Konsentris: pendidik menuntun murid dengan berdasarkan kepribadian, karakter, dan budaya.
“Asas Trikon” diyakini mampu menghadapi derasnya arus perubahan kodrat zaman, seperti abad ke-21.
Secara global, Pendidikan saat ini ditekankan untuk menuntun anak memiliki Keterampilan Abad Ke-21:
 Berpikir kritis dan solutif
 Kreatif dan inovatif
 Komunikasi
 Kolaborasi
Meskipun demikian, pengaruh-pengaruh global harus disaring dan diseleksi menggunakan kekuatan utama
bangsa Indonesia yaitu kearifan lokal sosial budaya, sehingga isi dan irama Pendidikan berupa konten atau
muatan pengetahuan yang diadopsi selaras dengan nilai-nilai kemanusiaan dan konteks sosial budaya yang ada
di Indonesia.
Maka, cara mendidik pun harus sesuai dengan tuntutan zaman.
Cara belajar dan interaksi murid abada ke-21, tentu berbeda dengan murid dipertengahan abad ke-20.
Seperti apa yang dikatakan Ki Hadjar Dewantara
“Didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zaman.”
Misalnya, guru membantu murid untuk melakukan refleksi diri sebagai proses mengenali dan melihat Kembali
potensi dirinya. Kemudian, murid diajak untuk mengamati keadaan sekolah dan lingkungannya, setelah itu
murid menganalisis permasalahan dan potensi yang muncul dari hasil pengamatannya. Ini adalah contoh belajar
berpikir kritis. Guru kemudian mengajak murid untuk berkreasi merespon potensi dan isu yang terkoneksi
dengan dirinya melalui proses berproyek yang bisa mereka lakukan secara individu maupun berkelompok. Ini
adalah bentuk belajar kreativitas dan kolaborasi.
Murid mengkomunikasikan hasil karyanya sesuai dengan zamannya. Seperti misalnya pameran, sosialisasi, atau
seminar kepada public atau audience yang akan terdampak dari karyanya. Ini adalah bentuk belajar
komunikasi.
Dengan pembelajaran tersebut, murid merasa lebih merdeka dan bertanggungjawab atas pengalaman
belajarnya bukan karena tuntutan yang membelenggu kemerdekaannya.

Ki Hadjar Dewantara:
“Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun
tumbuhnya kodrat itu.”
II. ASAS TRIKON
Kontinyu Konvergen Konsentris
Pendidikan adalah suatu proses yang dinamis. Pendidikan terus berubah dan berkembang sesuai dengan kondisi
zaman, dan juga kondisi murid.
Jangan dibayangkan sistem Pendidikan sebagai sebuah sistem besar yang hanya dapat dipikirkan dan diurus
oleh para pakar dan penentu kebijakan dipusat.
Sekolah atau bahkan kelas juga merupakan suatu sistem Pendidikan dengan ruang lingkup yang kecil. Namun
merupakan ujung tombak berjalannya system Pendidikan. Setiap sekolah memiliki kondisi dan permasalahan
masing-masing, sehingga pengembangannya satu sekolah dengan sekolah lain sangat beragam sesuai
karakteristik lingkungannya. Misalnya, kondisi geografis Indonesia yang beragam mendorong proses Pendidikan
yang dinamis. Sekolah yang berada dilingkungan pantai dapa mengkontekstualkan proses pendidikannya sesuai
dengan lingkungan pantai tempat murid tinggal, seperti menanam pohon bakau untuk mencegah abrasi pantai.
Begitu pula sekolah yang berada di pegunungan, guru dapat mengajak murid untuk menjaga pohon agar
terhindar dari bahaya tanah longsor.
Dengan demikian, guru memfasilitasi proses belajar murid sesuai dengan keadaan lingkungan murid dan potensi
yang dimiliki, sehingga murid dapat melihat hubungan antara dirinya dengan lingkungan, masalah serta potensi
yang terhubung pada dirinya dengan proses Pendidikan yang berjalan sangat dinamis.
Menerapkan Pembelajaran Bermakna Bagi Murid Berdasarkan Asas Trikon

Kontinyu Konvergen Konsentris


Pengembangan yang secara berkesinambungan, dilakukan terus menerus dengan Bersama bangsa Bersikap
perencanaan yang baik. lain terbuka,
Budaya, kebudayaan, atau cara hidup bangsa itu bersifat kontinyu (bersambung mengusahakan tetapi tetap
tak putus-putus). terbinanya kritis dan
Dari zaman penjajahan sampai zaman kemerdekaan, perkembangan dan karakter dunia selektif
kemajuan kebudayaan, serta cara hidup bangsa terus menerima pengaruh nilai- sebagai kesatuan terhadap
nilai baru. Proses pembelajaran sejatinya tidak pernah putus. kebudayaan pengaruh
Merefleksikan pemahaman (mulai dari diri) 1. menyalahkan rasa ingin tahu, 2. umat manusia kebudayaan
mencari tahu, 3. memilah, 4. membuat koneksi, 5. menyelami/mendalami, 6. sedunia, tanpa di sekitar.
aksi/Tindakan. mengorbankan
Proses pembelajaran sejatinya tidak pernah putus. Usaha sadar dan menikmati nilai/identitas
setiap proses belajar karena dilakukan sukarela. Pembelajar sepanjang hayat: bangsa masing-
 Memiliki kemauan belajar secara sukarela dan berkelanjutan masing.
 Mengoptimalkan potensi diri
 Meningkatkan kualitas hidup secara berkesinambungan
 Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, masyarakat dan social
 Menghadapi tantangan masa depan dan mengubahnya menjadi peluang
Kemauan belajar, rasa ingin tahu dan motivasi internal dalam diri murid perlu
distimulasi, sehingga akan melahirkan murid yang
Menerapkan Pembelajaran Bermakna Bagi Murid Berdasarkan Asas Trikon

Kontinyu Konvergen Konsentris


memiliki kemampuan pengaturan kegiatan belajarnya sendiri ‘self Pengembangan yang Dalam hal ini, Ki
regulatory learning’. Dalam pembelajaran lingkungan hidup, guru dilakukan dapat Hadjar
dapat mengajak murid berkegiatan dihalaman dan lingkungan sekitar mengambil dari berbagai Dewantara
sekolah. Kemudian, guru meminta murid untuk mengamati dan seumber diluar, bahkan menggambarkan
memberikan beberapa pertanyaan pemantik diskusi “bagaimana dari praktik Pendidikan manusia sebagai
lingkungan yang ia amati berpengaruh terhadap hidupnya?” atau diluar negeri. titik kecil yang
“bagaimana ia berperan dan berpengaruh terhadap lingkungannya?” Seperti yang dilakukan kemudian
Harapannya murid akan menjawab dengan berbagai macam hal yang oleh Ki Hadjar Bersama dengan
bisa ditemui secara langsung. Seperti pohon-pohon, pot bunga, Dewantara, Ketika yang lain
tempat sampah. mempelajari berbagai membentuk
Harapan jawaban murid: menceritakan pengalaman dilingkungan praktik Pendidikan dunia lingkaran besar
rumahnya masing-masing. Proses dialog yang terjadi memberikan (Maria Montessori, atau keluarga
ruang kepada murid untuk mengekspresikan rasa yang ia miliki dan Froebell, Rabindranath dan menjadi
temukan. Kemudian, jika ada murid yang merasa tidak tertarik Tagore). lingkaran yang
dengan lingkungan sekolah yang sedang dikunjungi, guru bisa lebih besar lagi
berdialog mengenai lingkungan seperti apa yang ingin murid kunjungi atau organisasi.
dan menarik untuknya.
Menerapkan Pembelajaran Bermakna Bagi Murid Berdasarkan Asas Trikon

Kontinyu Konvergen Konsentris


Peran guru: Ki Hadjar Dewantara “Indonesia Pengembangan
 Menentukan tujuan yang dipelajari mempunyai beraneka ragam Pendidikan yang
 Memantau proses pembelajaran budaya yang perlu kita jaga dan dilakukan harus tetap
 Membimbing murid untuk refleksi pengalaman rawat. Maka, kita hendaknya berdasarkan
belajar tidak lantas meniru kebudayaan kepribadian kita
Agar ia dapat memahami hubungan dirinya dengan bangsa lain dan melupakan sendiri.
lingkungannya, peran dan tugasnya didalam lingkungan kebudayaan dari leluhur, tetapi Tujuan utama
tersebut, serta kontribusinya dalam menjaga menerima budaya asing yang Pendidikan:
lingkungan. sesuai dengan kepribadian Menuntun tumbuh
Peran guru: bangsa Indonesia”. Dalam dunia kembang anak secara
Membantu murid dalam mengelola respon-respon dan Pendidikan pun, banyak system maksimal sesuai dengan
perasaan untuk menemukan dan menentukan tujuan Pendidikan yang masuk ke karakter
belajarnya. Indonesia, tidak lantas kita kebudayaannya sendiri.
Apabila murid mampu memahami hubungan diri dan terima mentah-mentah, kita Oleh karena itu,
lingkungannya, ia dapat pula belajar memahami peran perlu mengolahnya dan hanya meskipun Ki Hadjar
dan kontribusi dirinya terhadap lingkungan, serta menerima yang sesuai dengan Dewantara
menindaklanjuti peran dan kontribusinya tersebut. Hal nilai-nilai kebangsaan. menganjurkan kita
ini juga dapat mendorong terbentuknya kemampuan untuk mempelajari
pengaturan kegiatan belajarnya sendiri ‘self regulatory kemajuan bangsa lain.
learning’. Namun, tetap semua
Menjadi bekal murid sebagai seorang pembelajar itu ditempatkan
Implementasi Konsep Trikon (Kontinyu, Konvergen, dan Konsentris) bisa kita amati atau refleksikan dari apa
yang sudah terjadi dari proses pembelajaran. Manajemen kelas yang mengatur berjalannya proses
pembelajaran.
Perencanaan berkelanjutan menghasilkan pengelolaan perilaku, lingkungan dan kurikulum berjalan efektif.
Kosnsisten dalam menjalankan manajemen kelas ini, salah satu contoh implementasi “Asas Kontinyu” dalam
Pendidikan.
Murid diberikan kemerdekaan untuk belajar, bertanya, dan mengembangkan potensinya. Kesinambungan
manajemen kelas yang konsisten memberikan ruang kepada murid untuk mengeksplorasi gagasan, ide, dan
kreativitasnya.

Metode pembelajaran yang disajikan kepada murid bisa merujuk pada berbagai metode pembelajaran
baik yang dikembangkan di dalam negeri maupun di luar negeri, seperti pembelajaran STEAM.
(Science Technology Engineering Art Math)
Seringkali pembelajaran STEAM ini dipahami sebagai pembelajaran menggunakan teknologi tinggi, seperti
robotik, komputasi, atau coding. Padahal, bisa diartikan lebih luas seperti teknologi fermentasi tempe,
teknologi pewarnaan batik, ataupun teknologi pengawetan makanan sepeti pembuatan ikan asin atau ikan
asap. Dengan memahami konsep pembelajaran STEAM, maka guru dapat menyesuaikan keinginan belajar
murid dengan kondisi ketersediaan daya dukung untuk belajar dengan tetap menghadirkan niali-nilai lokal.
Meskipun metode pembelajaran dalam Pendidikan bisa mengacu pada konsep manapun secara terbuka, tetapi
hal itu tetap harus dilakukan secara konsentris, dan menjadi diri sendiri.

Dengan ilmu kita menuju kemuliaan


Ki Hadjar Dewantara
SEKIAN DAN
TERIMA KASIH

SALAM GURU
HEBAT
UMPAN BALIK
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai