Anda di halaman 1dari 5

1.

Bagaimana perwujudan ‘menuntun’ yang saya lihat dalam


konteks sosial budaya di daerah saya? Perubahan konkret apa
yang dapat saya lakukan untuk mewujudkannya?

Pertama: kita melihat bahwa salah satu prinsip yang dipegang teguh oleh Ki Hadjar
Dewantara dalam pembelajaran adalah pola “ menuntun” murid sesuai dengan kodrat Alam
dan kodrat zaman. Karena,, menurut beliau: tujuan Pendidikan adalah menuntun segala kodrat
yang ada pada anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-
tingginya. Pendidik dalam pemikiranKi Hadjar Dewantara itu hanya dapat menuntun
tumbuh/hidupnya kekuatan kodrat anak.

Yang saya pahami perwujudan “menuntun” ini diwujudkan dalam keteladanan guru dalam
proses pembelajaran baik itu keteladanan sikap, karakter dan perilaku. Karena anak belajar dari
apa yang mereka lihat dan apa yang mereka rasakan.

Kata “menuntun” yang saya pahami dalam konteks sosial budaya di daerah saya yaitu Sulawesi
utara ( Manado), adalah

- Menuntun peserta didik untuk bagaimana mereka dapat menghargai dan melestarikan
kebudayaan daerah seperti kesenian tradisional, makanan khas, adat istiadat dan nilai-nilai
luhur. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengajak peserta didik untuk, mengenal dan
mengapresiasi kesenian tradisional seperti Tari Maengket, dan tarian lainnya. ( tari
maengket ini kalau di sekolah khusus di SD. Mengajak peserta didik untuk mengenal dan
mengapresiasikan musik daerah seperti music kulintang, mengenal makanan khas daerah
Sulawesi utara yang terkenal sampai di manacanegara yaitu Tinutuan ( bubur Manado)
dan menanamkan nilai-nilai luhur seperti gotong royong ( mapalus), rukun, hormat-
menghormati, dll. Sebagai kearifan lokal.
- Menuntun peserta didik untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman, seperti
kemajuan teknologi, informasi, dan komunikasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
memberikan fasilitas dan akses yang memadai untuk peserta didik dalam menggunakan
teknologi, informasi, dan komunikasi, seperti komputer, internet, media sosial, dll. Selain
itu, juga memberikan bimbingan dan pengawasan yang ketat agar peserta didik dapat
menggunakan teknologi, informasi, dan komunikasi secara bijak, kritis, dan bertanggung
jawab.

- Menuntun peserta didik untuk mengembangkan potensi diri, seperti bakat, minat,
kemampuan, dan kreativitas. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan kesempatan
dan ruang yang luas untuk peserta didik dalam mereka mengeksplorasi dan
mengekspresikan potensi diri mereka, seperti melalui kegiatan ekstrakurikuler, lomba-
lomba, proyek-proyek, dll. Selain itu, juga memberikan dorongan dan motivasi yang positif
agar peserta didik dapat berprestasi dan berinovasi sesuai dengan potensi diri mereka.
Artinya saya mendidik dan mengajar siswa dengan berpedoman pada semboyan Ki hadjar
Dewantara yaitu :

1. Ing garso sungtulodo artinya sebagai guru harus mampu memberikan suri tauladan.
2. Ingmadya mangun kaso artinya sebagai guru harus mampu menggugah/ mampu
membangkitkan semangat.
3. Tut wuri handayani artinya sebagai guru harus memberikan dorongan moral dan
semangat dari belakang.

2. Perubahan konkret yang dapat saya lakukan untuk mewujudkan


perwujudan menuntun dalam konteks sosial budaya di daerah
saya adalah:

- Menjadi contoh dan teladan bagi peserta didik dalam menghargai dan
melestarikan kebudayaan daerah.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengajarkan dan menampilkan
kesenian tradisional di sekolah, mengikutsertakan peserta didik dalam adat
istiadat di masyarakat, dan menunjukkan sikap yang sesuai dengan nilai-
nilai luhur kebudayaan daerah.
- Menjadi pembelajar seumur hidup, yang selalu mengikuti perkembangan
zaman. Hal ini dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kompetensi dan
keterampilan dalam menggunakan teknologi, informasi, dan komunikasi,
seperti mengikuti pelatihan-pelatihan, webinar-webinar, kursus-kursus
online, dll. Selain itu, juga menjadi sumber informasi yang valid dan
terpercaya bagi peserta didik dalam menyajikan materi pembelajaran.
- Menjadi fasilitator dan motivator yang mendukung pengembangan potensi
diri peserta didik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengenali dan
menghargai potensi diri peserta didik, seperti bakat, minat, kemampuan,
dan kreativitas. Selain itu, juga memberikan bantuan, saran, dan umpan
balik yang konstruktif bagi peserta didik dalam meningkatkan potensi diri
mereka.

3. Mengapa Pendidikan perlu mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat


zaman?

Dalam dunia pendidikan, ada dua hal krusial yang harus selalu diperhatikan
yaitu kodrat alam dan kodrat zaman. Keduanya seperti dua sisi mata uang
yang tak terpisahkan. Tidak mempertimbangkan salah satunya bisa
berakibat fatal bagi perkembangan murid.
- Kodrat Alam: Memahami Keunikan Setiap Murid
Kodrat alam itu merujuk pada bakat, minat, dan potensi alami yang dibawa
setiap murid sejak lahir. Ini kayak sidik jari, tiap anak beda-beda.
Contohnya:

Ada yang jago matematika, ada yang lebih berbakat di bidang seni
Ada yang introvert, ada yang ekstrovert
Ada yang belajar lebih cepat dengan visual, ada yang lebih mudah dengan
auditori
Nah, kalau pendidikan nggak mempertimbangkan kodrat alam ini, bakalan
terjadi satu ukuran untuk semua. Padahal, setiap murid itu spesial dengan
keunikannya masing-masing. Bisa-bisa mereka nggak berkembang optimal
karena dipaksa masuk ke dalam “kotak” yang sama.

“Tidak ada dua anak yang sama, masing-masing memiliki kecerdasan,


bakat, dan minat yang berbeda-beda. Tugas pendidik adalah membantu
mereka menemukan dan mengembangkan potensi terbaik mereka.” – Ki
Hadjar Dewantara.
Selain itu, kodrat alam juga mencakup latar belakang budaya dan
lingkungan tempat murid berasal. Ini penting untuk dipahami agar
pendidikan bisa disesuaikan dengan nilai-nilai dan kebutuhan masyarakat
setempat.

Contohnya, kurikulum di daerah pesisir bisa menyesuaikan dengan


kebutuhan keterampilan bahari. Sementara di daerah pertanian, bisa
diajarkan teknik bertani modern.
Kodrat Zaman: Mempersiapkan Murid untuk Masa Depan
Di sisi lain, kita juga harus mempertimbangkan kodrat zaman atau tuntutan
keterampilan yang dibutuhkan murid sesuai dengan perkembangan jaman.
Dunia terus berubah, dan pendidikan harus mengikuti agar murid nggak
ketinggalan.

Coba kita lihat beberapa contoh keterampilan abad 21 yang krusial:

Berpikir kritis & pemecahan masalah: Untuk menghadapi kompleksitas


permasalahan jaman now
Kreativitas & inovasi: Karena persaingan ketat, harus bisa memikirkan solusi
baru
Kolaborasi: Banyak pekerjaan yang kini mengharuskan kerjasama tim
Literasi digital: Hampir semua bidang kini membutuhkan keterampilan
teknologi.

“Pendidikan haruslah menyongsong masa depan, bukan terpaku pada masa


lalu. Kita harus mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi
tantangan dan memanfaatkan peluang di zamannya.” – Najeeb Garheng
Menyeimbangkan Kodrat Alam & Kodrat Zaman
Jadi, pendidikan yang baik itu harus bisa menyeimbangkan antara kodrat
alam dan kodrat zaman. Mengakui keunikan setiap murid, tapi juga
membekali mereka dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk masa
depan.

Caranya bagaimana? Yuk, kita lihat beberapa tips di bawah ini:

1. Pembelajaran yang Berpusat pada Murid


Salah satu kuncinya adalah menerapkan model pembelajaran yang berpusat
pada murid. Guru nggak lagi jadi “pentransfer” ilmu, tapi lebih sebagai
fasilitator yang membantu murid mengeksplorasi minat dan bakatnya.

Baca Juga! Budaya Etos Akademik Mahasiswa Muslim: Kedisiplinan,


Keimanan, dan Tanggung Jawab Sosial
Misalnya dengan proyek-proyek kelompok, murid bisa mengembangkan
kreativitas dan kolaborasi. Atau dengan metode penemuan, mereka diajak
untuk berpikir kritis memecahkan masalah.

2. Memanfaatkan Teknologi dengan Bijak


Kemajuan teknologi seperti komputer, internet, dan aplikasi edukasi bisa
dimanfaatkan untuk mendukung proses belajar yang lebih modern dan
menarik bagi murid. Tapi ingat, teknologi hanya alat – yang terpenting
adalah bagaimana kita menggunakannya untuk mencapai tujuan
pendidikan.

3. Kurikulum yang Fleksibel & Kontekstual


Kurikulum pendidikan sebaiknya bersifat fleksibel agar bisa disesuaikan
dengan kebutuhan dan latar belakang murid. Materinya juga harus
kontekstual, dekat dengan kehidupan nyata murid agar lebih bermakna.

Jadi bukan kurikulum yang kaku dan seragam untuk semua daerah. Tapi
kurikulum yang bisa diadaptasi dengan tetap berpegang pada prinsip-
prinsip pendidikan yang kokoh.

4. Pendidik yang Visioner & Adaptif


Tentu saja, untuk mewujudkan semua ini dibutuhkan pendidik yang visioner
dan mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Guru dan dosen harus
terus mengembangkan diri, mengikuti perkembangan tren pendidikan
terkini.

Mereka juga perlu memiliki kepekaan untuk memahami kebutuhan unik


setiap murid dan mendorong mereka meraih potensi terbaik. Nggak
gampang, tapi ini tantangan yang harus dihadapi untuk menciptakan
pendidikan yang berkualitas.

Penutup
Jadi, kawan-kawan… Pendidikan itu bukan soal mentransfer ilmu saja, tapi
juga mempersiapkan murid untuk menghadapi dinamika kehidupan.
Dengan mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman, kita bisa
menciptakan lingkungan belajar yang akomodatif tapi juga relevan untuk
masa depan.

Tentunya, menyeimbangkan kedua hal ini bukanlah perkara mudah. Butuh


kerja keras dan komitmen dari semua pihak – pemerintah, lembaga
pendidikan, pendidik, hingga orangtua murid. Tapi ini semua demi
menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan siap menghadapi
tantangan apa pun di depan.

Anda mungkin juga menyukai