Anda di halaman 1dari 3

1.

Bagaimana perwujudan ‘menuntun’ yang saya lihat dalam konteks sosial budaya di daerah
saya? Perubahan konkret apa yang dapat saya lakukan untuk mewujudkannya?

Menuntun adalah salah satu prinsip pendidikan Ki Hajar Dewantara yang berarti mengarahkan
dan membimbing peserta didik agar dapat berkembang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat
zaman. Menuntun juga berarti menjadi teladan dan panutan bagi peserta didik dalam bersikap
dan berperilaku. Dalam konteks sosial budaya di daerah saya,, perwujudan menuntun yang saya
lihat adalah sebagai berikut:
 Menuntun peserta didik untuk menghargai dan melestarikan kebudayaan daerah, seperti
bahasa Jawa, kesenian tradisional, adat istiadat, dan nilai-nilai luhur. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara mengajak peserta didik untuk belajar bahasa Jawa, mengenal dan
mengapresiasi kesenian tradisional seperti wayang, ludruk, reog, tari-tarian, dll.,
mengikuti adat istiadat seperti selamatan, slametan, bersih desa, dll., dan menanamkan
nilai-nilai luhur seperti gotong royong, rukun, hormat-menghormati, dll.
 Menuntun peserta didik untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman,
seperti kemajuan teknologi, informasi, dan komunikasi. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara memberikan fasilitas dan akses yang memadai untuk peserta didik
dalam menggunakan teknologi, informasi, dan komunikasi, seperti komputer, internet,
media sosial, dll. Selain itu, juga memberikan bimbingan dan pengawasan yang ketat
agar peserta didik dapat menggunakan teknologi, informasi, dan komunikasi secara bijak,
kritis, dan bertanggung jawab.
 Menuntun peserta didik untuk mengembangkan potensi diri, seperti bakat, minat,
kemampuan, dan kreativitas. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan
kesempatan dan ruang yang luas untuk peserta didik dalam mengeksplorasi dan
mengekspresikan potensi diri mereka, seperti melalui kegiatan ekstrakurikuler, lomba-
lomba, proyek-proyek, dll. Selain itu, juga memberikan dorongan dan motivasi yang
positif agar peserta didik dapat berprestasi dan berinovasi sesuai dengan potensi diri
mereka.
Perubahan konkret yang dapat saya lakukan untuk mewujudkan perwujudan menuntun dalam
konteks sosial budaya di daerah saya adalah sebagai berikut:
 Menjadi contoh dan teladan bagi peserta didik dalam menghargai dan melestarikan
kebudayaan daerah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan bahasa Jawa
dalam berkomunikasi dengan peserta didik, mengajarkan dan menampilkan kesenian
tradisional di sekolah, mengikutsertakan peserta didik dalam adat istiadat di masyarakat,
dan menunjukkan sikap yang sesuai dengan nilai-nilai luhur kebudayaan daerah.
 Menjadi pembelajar seumur hidup yang selalu mengikuti perkembangan zaman. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kompetensi dan keterampilan dalam
menggunakan teknologi, informasi, dan komunikasi, seperti mengikuti pelatihan-
pelatihan, webinar-webinar, kursus-kursus online, dll. Selain itu, juga menjadi sumber
informasi yang valid dan terpercaya bagi peserta didik dalam menyajikan materi
pembelajaran.
 Menjadi fasilitator dan motivator yang mendukung pengembangan potensi diri peserta
didik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengenali dan menghargai potensi diri peserta
didik, seperti bakat, minat, kemampuan, dan kreativitas. Selain itu, juga memberikan
bantuan, saran, dan umpan balik yang konstruktif bagi peserta didik dalam meningkatkan
potensi diri mereka.
2. Mengapa Pendidikan perlu mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman?
Kodrat alam berarti mencakup pemahaman tentang fitrah atau sifat dasar manusia serta
hubungannya dengan lingkungan dan alam semesta. Memahami kodrat alam membantu
anak memahami nilai-nilai mendasar seperti empati, rasa hormat terhadap alam dan
makhluk hidup, serta rasa syukur atas nikmat-nikmat yang diberikan Tuhan.
Pendidikan yang mempertimbangkan kodrat alam akan membantu anak untuk lebih
menghargai keberagaman alam dan lingkungan, serta merasa memiliki tanggung jawab
terhadap keseimbangan ekosistem.
Sementara kodrat zaman merujuk pada tuntutan, tantangan, dan perkembangan yang
terjadi dalam masyarakat dan teknologi pada masa tertentu. Pendidikan anak perlu
mengikuti perkembangan zaman agar anak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
relevan dengan kebutuhan masa kini dan masa depan. Ini juga termasuk pembelajaran
tentang teknologi, keterampilan digital, dan pemahaman tentang perubahan sosial,
budaya, dan ekonomi yang dapat memengaruhi kehidupan anak di masa depan.
Karena itu, penting untuk menjaga keseimbangan antara kodrat alam dan kodrat zaman
dalam pendidikan anak. Terlalu berfokus pada salah satu aspek saja dapat mengakibatkan
anak kehilangan konteks nilai-nilai klasik dan kearifan lokal, atau kehilangan daya saing
dan relevansi dalam perkembangan teknologi dan masyarakat modern. Oleh karena itu,
pendidikan seharusnya membantu anak memahami bagaimana kodrat alam dan kodrat
zaman saling berinteraksi dan memberikan panduan etika serta tanggung jawab dalam
menghadapi tantangan zaman.
Dengan demikian, pendidikan yang seimbang antara kodrat alam dan kodrat zaman dapat
membantu anak tumbuh menjadi individu yang memiliki akar budaya, nilai-nilai
kemanusiaan, dan kesiapan menghadapi dunia yang terus berubah. Pendidikan semacam
ini mendorong anak untuk menjadi manusia yang bertanggung jawab terhadap
lingkungan, masyarakat, dan diri sendiri, sambil tetap mampu beradaptasi dengan
perubahan zaman.

3. Apa relevansi pemikiran KHD “Pendidikan yang berhamba pada anak” dengan peran
saya sebagai pendidik?

Menurut pandangan saya, pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai "Pendidikan yang


Berhamba Pada Anak" masih sangat relevan dengan peran saya dalam mengarahkan dan
membimbing anak-anak dalam proses pendidikan. Dalam hal ini pendidikan harus
dirancang sesuai dengan tahap perkembangan anak, baik secara budi maupun pekerti,
yang mencakup aspek cipta, rasa, karsa, dan tenaga. Dari sini dapat saya lihat bahwa
nilai-nilai ini sudah diterapkan dengan baik untuk perkembangan anak terutama di
sekolah. Saya menyadari bahwa pendidikan bukan hanya tentang mengasah kemampuan,
dan pemahaman intelektual semata, akan tetapi juga membentuk karakter dan moral yang
kokoh untuk anak-anak Oleh karena itu, saya mencoba untuk berperan ganda, menjadi
pendidik dan fasilitator. Hal ini dilakukan agar pembelajaran tidak hanya berfokus pada
pengembangan pikiran anak-anak, tetapi juga memperhatikan aspek sosial, emosional,
dan spiritual mereka. Dengan konsep ini diyakini dapat mengantarkan mereka pada
mendapatkan kenyamanan dan kebahagiaan.
4. Bagaimana gambaran proses pembelajaran yang merefleksikan (mencerminkan)
pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD)?
Gambaran proses pembelajaran yang merefleksikan (mencerminkan) pemikiran Ki
Hadjar Dewantara dapat dilihat dari segi relevansi. Saat ini pembelajaran dengan
pemikiran KHD masih sangat relevan. Salah satu konsep yang dibawa oleh KHD adalah
menghamba pada anak. Dalam hal ini, pembelajaran yang dilakukan harus berpusat pada
siswa. Selain itu, siswa berperan sebagai peserta aktif dalam proses pembelajaran yang
dilakukan, bertanggung jawab, dan memiliki daya inovasi yang baik. Pendidikan dengan
konsep menghamba pada anak ini mengacu pada minat, bakat, pengetahuan, kemampuan,
dan kebutuhan siswa. Sehingga pendidik harus bisa menyediakan model pembelajaran
yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Hal ini dilakukan agar motivasi siswa terjaga
dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran ini juga dapat melatih kepemimpinan,
kreativitas, kemandirian, kedisiplinan, mental, berpikir kritis, dan komunikasi. Sehingga
diharapkan siswa dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan yang terjadi.
Konsep lain yang dibawa oleh KHD adalah pembelajaran harus sesuai dengan kehidupan
sosial budaya setempat. Konsep ini bertujuan untuk mempersiapkan generasi selanjutnya
agar memahami keanekaragaman bangsa Indonesia. Dalam hal ini guru memiliki peran
sebagai pembimbing dan penuntun siswa untuk mengembangkan potensi serta karakter
yang dimiliki siswa.

Anda mungkin juga menyukai