Anda di halaman 1dari 10

JSI 8 (1) (2019)

Jurnal Sastra Indonesia

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsi

PEMERTAHANAN FONOLOGIS dan LEKSIKAL BAHASA JAWA di


KABUPATEN WONOGIRI: KAJIAN GEOGRAFI DIALEK

Arif Antono, Ida Zulaeha, Imam Baehaqie,

Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsi wujud pemertahanan fonologis dan
Diterima Januari 2019 leksikal serta faktor-faktor yang turut memengaruhi pemertahanan tersebut
Disetujui Februari 2019
berdasarkan tuturan dari pengguna bahasa Jawa di Kabupaten Wonogiri serta
Dipublikasikan Maret
merujuk pada hasil penelusuran prabahasanya. Pendekatan penelitian ini
2019
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data penelitian ini adalah leksikon
________________
Keywords:
serta sumber data penelitian ini adalah tuturan langsung dari informan atau pengguna
Phonological Defense, bahasa Jawa di Kabupaten Wonogiri. Instrumen penelitian ini menggunakan 250
Lexical Defense, Dialectical daftar tanyaan swadesh yang dikembangkan menjadi 755 tayaan. Pengumpulan data
Geography Dialog. menggunakan metode simak dan cakap dengan teknik simak libat cakap, teknik
____________________ rekam, dan teknik catat. Penggunaan metode cakap menggunakan teknik pancing
dilanjukan dengan teknik cakap semuka, teknik rekam, dan teknik catat. Metode
yang digunakan adalah metode padan. Analisis data menggunakan metode padan
dengan tekniknya yaitu teknik pilah unsur penentu sebagai teknik dasar dan teknik
hubung banding sebagai teknik lanjut. Dalam menelusuri prabahasa menggunakan
metode rekontruksi induktif dengan teknik recontruction buttom up dan menggunakan
metode rekontruksi deduktif dengan teknik recontruction top down. Hasil analisis
disajikan dengan formal. Dalam BJW ditemukan wujud pemertahanan fonem vokal
/*i/, /*u/,/*ə/,/*o/,/*a/, dan fonem konsonan /*b/, /*c/, /*d/, /*g/, /*k/, /*j/,
/*m/, /*n/,/*p/, /*r/, /*s/, /*t/, /*w/, dan /*y/. Pada tataran leksikon ditemukan
117 leksikon yang masih dipertahankan dari 18 medan makna. Faktor yang turut
memengaruhi pemertahanan tersebut yakni faktor penutur, geografi, dan budaya.

Abstract
__________________________________________________________________
The purpose of this study is to describe the phonological and lexical forms of defense
as well as the factors influencing the defense based on the speech of the Javanese
language user in Wonogiri District and referring to the results of his pre-trial. This
research approach using qualitative descriptive approach. The data of this research is
lexicon and data source of this research is direct speech from informant or user of
Java language in Wonogiri Regency. This research instrument uses 250 list of
swadesh questionnaires developed into 755 celebrations. Collecting data using the
method of referring and proficient with technically skilled involved, recording
technique, and record technique. The use of skill method using the technique of
fishing line is done with advanced skill technique, recording technique, and technique

23
Arif Anonto / Jurnal Sastra Indonesia 8 (1) (2019)

of note. The method used is the method of match. Analysis of data using the method
in combination with the technique that is the technique of decisive elements as the
basic techniques and techniques of appeal as an advanced technique. In tracing the
proto language using inductive reconstruction method with recontruction buttom up
technique and using deductive reconstruction method with top down recontruction
technique. The results of the analysis are presented formally. In BJW we find the
vowel phoneme defense formation /*i/, /*u/, /*ə/, /*o/, /*a/ and consonant
phoneme /*b/, /*c/, /*d/, /*g/, /*k/, /*j /, /*m/, /*n/, /*p/, /*r/, /*s/, /*t/,
/*w/, and /*y/. At the level of lexicon found 117 lexicon that is still maintained.
Factors contributing to the defense are speaker, geography, and cultural factors.
© 2019 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6315
Gedung B1 Lantai 1 FBS Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: arifantono18@gmail.com

24
Arif Anonto / Jurnal Sastra Indonesia 8 (1) (2019)

PENDAHULUAN Tujuan Penelitian


Bahasa merupakan salah satu fenomena Berkaitan dengan rumusan masalah tersebut,
sosial, Sukadaryanto dan Zulaeha (2005:1). Bahasa tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
mengalami perubahan dari masa ke masa tidak 1) mendeskripsi wujud pemertahanan bahasa
terkecuali bahasa Jawa yang sampai saat ini Jawa di Kabupaten Wonogiri pada tataran
dituturkan oleh penduduk di Jawa Tengah dan fonologis;
Jawa Timur sebagaimana dituturkan Zulaeha 2) mendeskripsi wujud pemertahanan dialek
(2007:73) bahwa bahasa Jawa merupakan salah bahasa Jawa di Kabupaten Wonogiri pada
satu bahasa daerah di Indonesia yang jumlah tataran leksikal; serta
pemakainya cukup besar, yaitu sekitar 50% dari 3) mendeskripsi faktor-faktor yang
seluruh penduduk Indonesia. Perubahan bahasa memengaruhi pemertahanan fonologis dan
Jawa di suatu daerah tidak identik dengan leksikal bahasa Jawa di Kabupaten
perubahan yang terjadi di daerah lain, Wonogiri.
Sukadaryanto dan Zulaeha (2005:1). Untuk itu Manfaat Penelitian
akan muncul variasi bahasa kedaerahan atau Dalam penelitian ini akan dipaparkan
dialek seperti dialek Solo, dialek Yogyakarta, manfaatnya yang tediri atas dua manfaat yaitu
dialek Semarangan dan lain-lain yang memiliki ciri manfaat teoretis dan manfaat praktis.
khas masing-masing dan cenderung berbeda ba 1) Manfaat Teoretis
hkan tidak ditemukan di daerah lain seperti dialek Manfaat secara teoretis dari penelitian ini
bahasa Jawa di Kabupaten Wonogiri. Secara yaitu sebagai bahan referensi dalam
tipologis masyarakat di Kabupaten Wonogiri mengembangkan teori-teori ilmu
dalam penggunaan bahasanya lugas, spontan dan dialektologi dan dapat dijadikan sebagai
menggunakan bahasa Jawa ngoko. Oleh karena itu bahan untuk menambah wawasan dalam
bahasa Jawa di Kabupaten Wonogiri akan ilmu kebahasaan khususnya pada
memperlihatkan adanya wujud pemertahanan pemertahanan fonologis dan leksikal.
dialek yang sangat menarik untuk diteliti 2) Manfaat Praktis
berdasarkan faktor geografis. Berdasarkan Manfaat praktisnya yaitu untuk para peneliti
pengamatan awal yang telah dilakukan, data yang dialektologi hasil ini dapat digunakan
ditemukan sebagai wujud pemertahanan bahasa sebagai rujukan untuk kajian-kajian
Jawa di Kabupaten Wonogiri yaitu pada gloss selanjutnya. Untuk pemerintah kabupaten
‘dagu’ < PMJ [d’anƞut] dalam BJW [JaŋgUt], wonogiri, hasil ini dapat dijadikan sebagai
gloss ‘ketiak’ <PAN [kilik] dalam BJW [kələk]. bahan untuk melengkapi data administratif
Dari data pengamatan awal tersebut leksikon ini dan sebagai daftar penentuan terhadap
merupakan refleks yang dipantulkan secara kabupaten wonogiri sebagai daerah inovatif
langsung ke proto dan merupakan eviden yang atau konservatif.
identik dari etimon prabahasanya sebagai unsur Landasan Teoretis
retensi. Pemertahanan dialek bahasa Jawa di Perspektif Dialek Geografi Diakronis
Kabupaten Wonogiri ini penting dan menarik Geografi dialek memelajari hubungan
untuk diteliti karena mengingat penelitian ini akan yang terdapat di dalam ragam-ragam bahasa yang
memberikan gambaran yang objektif tentang bertumpu kepada satuan ruang atau tempat
bagaimana wujud pemertahanan dialek BJW dan terwujudnya ragam-ragam itu. Geografi dialek
faktor-faktor apa sajakan yang memengaruhi berhubungan erat dengan ilmu bahasa bandingan
pemertahanan BJW tersebut serta akan dapat yang dikenal sebagai linguistik historis
diketahui bahwa BJW merupakan daerah yang komparatif. Perlu ditekankan bahwa lahirnya
konservatif atau inovatif. dialektologi adalah perkembangan kajian
Rumusan Masalah linguistik historis komparatif, Mahsun (1995:5).
Dari paparan tersebut, rumusan masalahnya Berdasarkan hal tersebut, tidak dapat dipungkiri
adalah sebagai berikut. bahwa kajian linguistik historis komparattf
1) Bagaimanakah wujud pemertahanan bahasa memiliki andil dalam kajian dialektologi
Jawa di Kabupaten Wonogiri pada tataran diakronis khususnya yang berkaitan dengan
fonologis? pemanfaatan metode linguistik historis
2) Bagaimanakah wujud pemertahanan bahasa komparatif seperti dalam rekontruksi prabahasa,
Jawa di Kabupaten Wonogiri pada tataran penelusuran unsur inovasi, dan relik.
leksikal? Istilah diakronis berkenaan dengan
3) Apa sajakah faktor-faktor yang pendekatan terhadap bahasa dengan melihat
memengaruhi pemertahanan bahasa Jawa di perkembangannya sepanjang waktu, jadi bersifat
Kabupaten Wonogiri? historis, (Saussure dan Kridalaksana dalam

25
Arif Anonto / Jurnal Sastra Indonesia 8 (1) (2019)

Mahsun 1995:12). Berpijak dari pengertian yang terdapat pada prabahasa / protobahasa.
tersebut, maka untuk menentukan pemertahanan Pewarisan bentuk-bentuk yang terdapat pada
sebuah bahasa haruslah mencari bentuk relik prabahasa/protobahasa ada yang linear dan tidak
prabahasanya, sebagaimana diungkapkan oleh linear. Berbeda dengan pewarisan yang bersifat
Mahsun (1995:12) bahwa secara diakronis linear, pada pewarisan yang tidak linear fonem
pembicaraan tentang dialek/subdialek adalah bentuk prabahasa / protobahasa yang mengalami
pembicaraan tentang “bagaimana” eksistensi perubahan itu sulit ditemukan
pembicaraan dialek/subdialek itu. Berdasarkan keteraturan/rekuresinya. Hal ini berkaitan
uraian tersebut, Mahsun (1995:13) dengan inovasi dan retensi / pemertahanan yang
menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan terjadi pada tahapan perkembangan tertentu.
dialektologi diakronis adalah suatu kajian tentang Pewarisan dalam bentuk-bentuk prabahasa /
perbedaan-perbedaan isolek yang bersifat analitis protobahasa yang terdapat pada dialek /
sinkronis dengan penafsiran perbedaan- subdialek atau bahasa-bahasa turunannya pada
perbedaan isolek tersebut berdasarkan kajian dasarnya memiliki dua pola yaitu retensi dan
historis dan diakronis. inovasi. Pola pewarisan yang berupa retensi /
Perbedaan Unsur-Unsur Kebahasaan pemertahanan yaitu pewarisan prafonem atau
Linguistik merupakan ilmu yang mengkaji protofonem suatu prabahasa / protobahasa
tentang unsur-unsur kebahasaan seperti fonologi, sebagaimana adanya dalam dialek/subdialek
morfologi, sintaksis, leksikon, dan semantik. atau bahasa-bahasa turunannya, Mahsun
Semua unsur kebahasaan tersebut dapat dikaji di (1995:25)
dalam kajian ilmu dialektologi. Namun, Perbedaan Leksikon
penelitian ini hanya akan fokus pada tataran Leksikon merupakan komponen bahasa
fonologi dan leksikon. yang memuat semua informasi tentang makna
Perbedaan Fonologis dan pemakaian kata dalam suatu bahasa
Fonologi merupakan ilmu yang informasi tentang makna dan pemakaian kata
memelajari bunyi bahasa sebagai satuan bahasa dalam suatu bahasa, Kridalaksana (dalam
terkecil yang memiliki fungsi pembeda, Sasangka sasongko, 2004:25). Selain itu leksikon juga
(2011:1). Fonologi mengkaji dan menganalisis merupakan kekayaan kata yang dimiliki suatu
pemanfaatan bunyi bahasa dan sistem bunyi bahasa. Menurut Mahsun (1995:54) suatu
bahasa untuk mengontraskan ciri-ciri bunyi yang perbedaan disebut sebagai perbedaan dalam
terdapat dalam suatu bahasa. Yang dimaksud bidang leksikon, jika leksem-leksem yang
perbedaan fonologi dalam kajian linguistik kali digunakan untuk merealisasikan suatu makna
ini menyangkut perbedaan fonetik. Hal ini yang sama tidak berasal dari satu etimon
ditegaskan oleh Ayatrohaedi (dalam Mahsun, prabahasa. Lebih jelasnya, bahwa sebuah leksem
1995:23) bahwa perbedaan fonologi perlu apabila masih mengalami kemiripan bentuk dan
dibedakan dengan perbedaan leksikon mengingat makna sama dari prabahasa/protobahasanya,
dalam proses penentuan isolek sebagai bahasa, maka leksem tersebut dapat dikategorikan
dialek, atau subdialek dengan menggunakan sebagai wujud pemertahanan leksikon. Namun
dialektometri pada tataran leksikon, perbedaan- jika tidak, maka leksem tersebut sudah
perbedaan fonologi yang muncul dianggap tidak mengalami pergeseran bahasa/mengalami
ada. Menurut Mahsun, (1995:24) pada inovasi. Kategori-kategori tersebut terbagi atas
prinsipnya, perbedaan-perbedaan yang terdapat empat bentuk yaitu 1) Leksikon Bentuk Sama
pada leksem-leksem yang menyatakan makna Makna Sama yaitu leksikon yang bentuknya
yang sama itu dianggap sebagai perbedaan sama persis/identik dan maknanyasama persis. 2)
fonologi jika leksem-leksem itu diturunkan dari Leksikon Bentuk Sama Makna Berbeda, yaitu
satu etimon prabahasa/protobahasa yang sama. kata yang bentuknya sama (bentuk sama persis)
Oleh karena itu apabila di samping perbedaan tetapi memiliki perbedaan dalam makna, 3)
yang berupa korespondensi atau variasi terdapat Leksikon Bentuk Berbeda Makna Sama, yaitu
refleks etimon lain yang digunakan untuk kata yang berbeda sama sekali tetapi memiliki
menyatakan makna tersebut, maka dalam kondisi makna yang sama. 4) Leksikon Bentuk Mirip
yang semacam itu terdapat perbedaan dalam dua Makna Sama, menurut Mahsun (2014:214)
bidang linguistik sekaligus, yaitu fonologi dan leksikon bentuk mirip makna sama adalah kata
leksikon. yang sama maknanya, tetapi terdapat perbedaan
Perbedaan fonologi yang terjadi di antara pada bentuk di satu atau dua bunyi yang
daerah-daerah pengamatan atau di antara bahasa- posisinya sama. 5) Leksikon Bentuk Mirip Makna
bahasa muncul sebagai akibat dari perbedaan Berbeda yaitu kata yang memiliki perbedaan
dalam merefleksikan prafonem / protofonem

26
Arif Anonto / Jurnal Sastra Indonesia 8 (1) (2019)

makna serta terdapat perbedaan pada bentuk di faktor sosial sangat memengaruhi atas
satu atau dua bunyi yang posisinya sama. pemertahanan sebuah dialek. Pendidikan sangat
Pemertahanan dan Pergeseran Dialek memengaruhi cara berpikir seseorang termasuk
Bahasa itu bersifat dinamis, Chaer dan penggunaan bahasa.
Agustina (1995:17) maksudnya bahasa itu tidak Faktor lain yang memengaruhi
terlepas dari berbagai kemungkinan perubahan pemertahanan dialek adalah faktor budaya. Perlu
yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu ditekankan bahwa bahasa adalah bagian dari
dapat terjadi pada tataran apa saja: fonologi, tujuh unsur kebudayaan sebagaimana
morfologi, sintaksis, semantik, dan leksikon. diungkapkan oleh koentjaraningrat (1997:2) tujuh
Selain dinamis, bahasa juga bersifat beragam, unsur kebudayaan secara universal antara lain; 1)
Chaer dan Agustina (1995:18) artinya meskipun sistem religi dan upacara keagamaan, 2) sistem
sebuah bahasa mempunyai kaidah atau pola dan organisasi kemasyarakatan, 3) sistem
tertentu yang sama, namun karena bahasa tu pengetahuan, 4) bahasa, 5) kesenian, 6) sistem
digunakan oleh penutur yang heterogen yang mata pencaharian hidup, dan 7) sistem teknologi
mempunyai latar belakang sosial dan kebiasaan dan peralatan. Dari ketujuh unsur tersebut dapat
yang berbeda maka bahasa itu menjadi beragam, dilihat bahwa semuanya saling berkaitan dan
baik dalam tataran fonologi, morfologi, sintaksis, berpotensi menentukan pemertahanan dialek.
semantik, dan leksikon. Penggunaan bahasa Hal ini dapat dibuktikan dengan cara hidup dari
Jawa. Oleh penutur bahasa Jawa di setiap daerah mata pencaharian. Masyarakat yang mata
akan berbeda. Hal ini terjadi karena sosiokultur pencahariannya sebagai nelayan dan tinggal di
yang berbeda, cara hidup yang berbeda, dan cara dataran rendah, mereka cenderung menggunakan
berkomunikasi yang berbeda. Dalam konteks nada tinggi dalam berbicara. Hal ini dikarenakan
masyarakat yang heterogen, kontak budaya, dan para nelayan harus dapat bersuara lebih keras
kontak bahasa, ini akan memungkinkan sebuah dibandingkan dengan ombak. Jadi, dalam
bahasa/dialek akan mengalami pergeseran. masyarakat nelayan, berbicara dengan nada
Daerah yang konservatif akan memertahankan tinggi tidak berarti dia sedang marah. Hal ini akan
bahasanya, sedang derah yang inovtif akan bertolak belakang dengan kehidupan di wilayah
mengalami pergeseran bahasa/dialek. pegunungan. Masyarakat yang tinggal di dataran
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi tinggi dan berprofesi sebagai petani tidak harus
Pemertahanan Dialek menggunakan nada tinggi dalam berbicara. Hal
Menurut Sukadaryanto dan Zulaeha ini dikarenakan kondisi atau ketak geografisnya
(2005:8) faktor-faktor yang turut memengaruhi yang mendukung mereka tidak harus
pemertahanan dialek yaitu faktor sosial, budaya, menggunakan nada tinggi dalam berbicara.
dan situasional. Berkait dengan faktor sosial Mereka menggunakan nada tinggi hanya saat
seperti pendidikan, pekerjaan, dan status soaial mereka marah. Seperti umumnya masyarakat di
sangat memengaruhi sebuah dialek. Hal ini jawa.
ditekankan oleh Zulaeha (2010:24) bahwa seiring Metodologi Penelitian
dengan semakin membaiknya taraf sosial- Pengumpulan data menggunakan metode
ekonomi masyarakat semakin membaik pula taraf simak dan cakap dengan teknik simak libat cakap,
pendidikan masyarakat. pada umumnya mereka teknik rekam, dan teknik catat. Penggunaan
meninggalkan kampung halamannya untuk metode cakap menggunakan teknik pancing
mencari ilmu atau bekerja, seperti; pedagang, dilanjukan dengan teknik cakap semuka, teknik
buruh, pegawai daerah, dan sebagainya. Setiap rekam, dan teknik catat. Metode yang digunakan
pagi mereka datang ke kota dan sorenya mereka adalah metode padan. Analisis data menggunakan
kembali ke kampung bagi pekerja dan mobilitas metode padan dengan tekniknya yaitu teknik pilah
sirkulasi. Sementara para mahasiswa (orang yang unsur penentu sebagai teknik dasar dan teknik
belajar di perguruan tinggi) dari kampung itu hubung banding sebagai teknik lanjut. Dalam
merasa malu ketika menggunakan dialek di menelusuri prabahasa menggunakan metode
daerahnya. Mereka cenderung meggunakan rekontruksi induktif dengan teknik recontruction
bahasa yang dianggapnya berprestise dalam buttom up dan menggunakan metode rekontruksi
pergaulan sehari-hari. Kebiasaan itu juga deduktif dengan teknik recontruction top down.
dilakukan dalam berbahasa sehari-hari ketika PEMBAHASAN
mereka kembali ke kampung halaman. Kebiasaan Pemertahanan Fonologis
itu kemudian diikuti oleh kelompoknya dan Pemertahanan fonologis yang terlihat
masyarakat di lingkungannya karena mereka dalam BJW terdapat dalam kosakata yang
dianggap sebagai orang berpengalaman. Dari didasarkan pada reflek-reflek yang ditemui di
pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa semua titik pengamatan. Pemertahanan fonologis

27
Arif Anonto / Jurnal Sastra Indonesia 8 (1) (2019)

ini muncul sebagai retensi pada titik pengamatan.


Wujud pemertahanan fonologis tersebut akan *bəRŋi PAN
diurai sebagai berikut.
1. Fonem vokal depan tinggi /*i/
a. BJW /*i/ (<PAN/PMJ) /#IK- :166
Berdasarkan data yang diperoleh dalam [wəŋi] TP 1 [bəŋi] TP 2&TP 3
pemakaian BJW ditemukan adanya Dalam rekonstruksi yang menggunakan metode
pemertahanan fonologis prafonem vokal buttom up tersebut terdapat variasi bunyi di masing-
pada beberapa masing TP yakni bunyi konsonan pada posisi awal
bentuk leksikon, seperti tampak pada data di TP1 dituturkan dengan konsonan /w/ sedang
berikut. TP 2 & TP 3 dituturkan dengan konsonan /b/
sehingga konsonan /b/ inilah yang merupakan
PAN/PMJ BJW Gloss No. Data konsonan tuanya.
*kulIt (PAN) [kulIt] ‘kulit’ 166 2. Fonem vokal belakang tinggi /*u/
a. BJW /*U/ (<PAN/PMJ) /-KU#:00 8
Berdasarkan data tersebut gloss ‘kulit’ Berdasarkan data yang diperoleh dalam
dalam BJW dituturkan [kulIt] dan dari pemakaian BJW ditemukan adanya
hasil penelusuran prabahasanya gloss pemertahanan fonologis prafonem vokal
‘kulit’ merujuk pada proto PAN *kulIt. pada beberapa bentuk leksikon, seperti
Dari data tersebut glos ini tidak tampak pada data berikut.
mengalami perubahan bunyi sedikitpun
karena BJW masih mempertahanan PAN/PMJ BJW Gloss No. Data
fonem vokal /*I/ sebagai retensi *walU (PAN) [whϽlu] ‘delapan’ 008
prafonem.
Berdasarkan data 008 pada Gloss ‘delapan’
dalam BJW dituturkan [whϽlu] dan dari
b. BJW /*i/ (<PAN/PMJ) /-Ki# :032 hasil penelusuran prabahasanya gloss
Berdasarkan data yang diperoleh dalam ‘delapan’ merujuk pada proto PANC
pemakaian BJW ditemukan adanya [*walU]. Dari data tersebut nampak
pemertahanan fonologis prafonem vokal bahwa BJW masih mempertahankan
pada beberapa bentuk leksikon, seperti fonem vokal /*U/ sebagai retensi unsur
tampak pada data berikut. relik bahasa protonya. Dalam data 008 ini
terdapat temuan berupa korespondensi
PAN/PMJ BJW Gloss No. bunyi /a/ ˶ /Ͻ/ karena mengalami proses
*bəRŋi(PANC) [wəŋi] ‘malam’ 032 asimilasi regresif pada ultima.
TP 1 3. Fonem vokal setengah tertutup/*ə/
[bəŋi] a. BJW /*ə/ (PAN/PMJ) /#əK- :232
TP 2 dan Berdasarkan data yang diperoleh dalam
TP 3 pemakaian BJW ditemukan adanya
pemertahanan fonologis fonem vokal pada
Berdasarkan data tersebut gloss ‘malam’ beberapa bentuk leksikon, seperti tampak
dalam BJW dituturkan [wəŋi] di TP 1 pada data berikut,
dan dituturkan [bəŋi] di TP 2 dan TP 3.
Dari hasil penelusuran prabahasanya PAN/PMJ BJW Gloss No. Data
gloss ‘malam’ merujuk pada proto [*subəƞ] [sUwəƞ ‘anting’ 232
PANC *bəRŋi. Dari data tersebut BJW Berdasarkan data 232 pada gloss ‘anting’
masih memertahankan fonem vokal /*i/ dalam BJW dituturkan [sUwəƞ] dan dari hasil
pada posisi ultima sebagai retensi unsur penelusuran prabahasanya gloss ‘anting’ merujuk
relik yang merupakan wujud pewarisan pada proto PAND [*subəƞ]. Dari data tersebut
berupa pelesapan, yakni fonem /R/ terjadi korespondensi /b/ ˶ /w/ dan BJW masih
dalam PANC melesap. Dari data mempertahankan fonem vokal /ə/ sebagai retensi
tersebut pula, setelah ditelusuri unsur relik bahasanya.
menggunakan metode buttom up, 4. Fonem Vokal Belakang Setengah Tertutup
ditemukan adanya pemertahanan /*o/
fonologis yang merupakan unsur relik a. BJW /*o/ (PAN/PMJ) /#Ko-:152
dari prabahasanya, dapat dilihat dalam Berdasarkan data yang diperoleh dalam
analisis berikut. pemakaian BJW ditemukan
28
Arif Anonto / Jurnal Sastra Indonesia 8 (1) (2019)

adanyapemertahanan fonologis prafonem mempertahankan fonem konsonan /*g/


vokal pada beberapa bentuk leksikon sebagai retensi prafonem di awal suku
seperti tampak pada data berikut. kata. Pemertahanan fonem konsonan
/*m/ tampak pada gloss ‘pulang’ dalam
PAN/PMJ BJW Gloss No. Data BJW dituturkan [muleh] dan dari hasil
*godək (PMJ) [godhə?] ‘jampang’ 152 penelusuran prabahasanya gloss ‘pulang’
merujuk pada proto PAN *mulIh. Dari
Berdasarkan data 152 pada gloss ‘jampang’ data tersebut BJW masih
dalam BJW dituturkan [godhε?] dan dari mempertahankan fonem konsonan /*m/
hasil penelusuran prabahasanya gloss sebagai retensi prafonem di awal suku
‘jampang’ merujuk pada proto PMJ kata. Pemertahanan fonem konsonan
*godεk. Dari data tersebut tampak BJW /*y/ tampak pada gloss ‘kepiting’ dalam
masih mempertahankan fonem vokal /o/ BJW dituturkan [yuyu] dan dari hasil
sebagai retensi bahasa protonya. penelusuran prabahasanya gloss
5. Fonem Vokal Depan Terbuka /*a/ ‘kepiting’ merujuk pada proto PPHCH
a. BJW /*a/ (PAN/PMJ) /*#Ka-/ *yuyu. Dari data tersebut BJW masih
~/#aK-:135 mempertahankan fonem konsonan /*y/
Berdasarkan data yang diperoleh dalam sebagai retensi.
pemakaian BJW ditemukan adanya Pemertahanan Leksikal
pemertahanan fonologis prafonem vokal Pemertahanan leksikan adalah kesamaan/bentuk
pada beberapa bentuk leksikon, seperti identik atau kemiripan antara BJW sebagai unsur
tampak pada data berikut ini relik dengan etimon prabahasanya baik PAN
. maupun PMJ (Sukadaryanto dan Zulaeha,
PAN/PMJBJW Gloss No. Data 2005:17). Dalam penggunaan bahasa sehari-hari
*qatey (PANDYPML) [Ati] pada BJW memerlihatkan adanya wujud atau
‘hati’ 135 Berdasarkan bentuk pemertahanan leksikal. Berikut akan
data 135 pada gloss ‘hati’ dalam BJW disajikan beberapa leksikon dari 117 leksikon yang
dituturkan [atI] dan dari hasil dipertahankan BJW.
penelusuran prabahasanya gloss ‘hati’ Gloss BJW Prabahasa No Data
merujuk pada proto PANDYPML Tiga [təlu] *telu’ (PAND) 003
*qatey. Dari data tersebut terjadi proses Pada data 003 tersebut, gloss ‘Tiga’ dalam
perubahan bunyi berupa peleburan yakni BJW dituturkan /təlu/ dan dari hasil penelusuran
fonem /*ey/ ~/I/ dan terjadi pelesapan prabahasanya gloss ‘tiga’ merupakan cerminan
bunyi konsonan /q/ sehingga dalam dari proto PAND *telu. Dari data tersebut, bentuk
BJW glos ‘hati’dituturkan [ati]. Pada leksikon ini merupakan refleks yang dipantulkan
data 135 ini BJW masih secara langsung ke proto dan merupakan eviden
mempertahankan fonem vokal /*a/ yang identik dari etimon prabahasanya sebagai
sebagai retensi prafonem. unsur retensi.
Selain fonem vokal, fonem Gloss BJW Prabahasa No Data
konsonan BJW mengalami Malam [wəŋi] * bəRŋi (PANC) 032
pemertahanan seperti fonem /*b/, /*g/, [bəŋi]
/*m/, dan /*y/ pada posisi awal, Pada data 032 tersebut, gloss ‘malam’
tengah, dah akhir suku kata seperti pada dalam BJW dituturkan /wəŋi/ di TP 1 dan
glos ‘malam’ dalam BJW dituturkan dituturkan /bəŋi/ di TP 2 dan 3. Berdasarkan hasil
[wəŋi] di TP 1 dan dituturkan [bəŋi] di penelusuran prabahasanya gloss ‘malam’
TP 2 dan TP 3. Dari hasil penelusuran merupakan cerminan dari proto PANC *bəRŋi.
prabahasanya gloss ‘malam’ merujuk Dari data tersebut, bentuk leksikon ini merupakan
pada proto PANC * bəRŋi. Dari data refleks yang dipantulkan secara langsung ke proto
tersebut tampak BJW di TP 2 dan 3 dan merupakan eviden yang mirip dari etimon
masih mempertahankan fonem prabahasanya sebagai unsur retensi.
konsonan /*b/ yang merrupakan fonem Gloss JW Prabahasa No Data
tuanya. Pemertahanan fonem konsonan Dada [dhϽdϽ] *Dada (PAND) 104
/*g/ tampak pada gloss ‘gunung’ dalam Pada data 104 tersebut, gloss ‘dada’ dalam
BJW dituturkan [gunUƞ] dan dari hasil BJW dituturkan /dϽdhϽ/ dan dari hasil
penelusuran prabahasanya gloss penelusuran prabahasanya gloss ‘dada’ merupakan
‘gunung’ merujuk pada proto PAND cerminan dari proto PAND *Dada. Dari data
*gunuƞ. Dari data tersebut BJW masih tersebut, bentuk leksikon ini merupakan refleks
29
Arif Anonto / Jurnal Sastra Indonesia 8 (1) (2019)

yang dipantulkan secara langsung ke proto dan 2. Faktor Geografis


merupakan eviden yang mirip dari etimon Daerah di Kabupaten Wonogiri apabila
prabahasanya sebagai unsur retensi. dilihat dari segi geografisnya , berada 32 km di
Gloss BJW Prabahasa No Data sebelah selatan Kota Solo, berbatasan dengan
Anting [suwəƞ] * subəƞ (PAND) 232 Provinsi Jawa Timur di sebelah timur, dan
Pada tabel tersebut data 232, gloss ‘anting’ Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah barat.
dalam BJW dituturkan [sUwəƞ] dan dari hasil Masyarakat Kabupaten Wonogiri secara
penelusuran prabahasanya gloss ‘anting’ geografis menempati wilayah yang diapit oleh
merupakan cerminan dari proto PAND *subəƞ. beberapa dialek seperti dialek DIY, dialek
Dari data tersebut, bentuk leksikon ini merupakan Jawatimuran, dan dialek Surakarta. Karena
refleks yang dipantulkan secara langsung ke proto lokasi yang berbatasan, memungkinkan adanya
dan merupakan eviden yang mirip dari etimon kontak bahasa dan kontak budaya yang dapat
prabahasanya sebagai unsur retensi. memengaruhi bahasa Jawa Kabupaten Wonogiri.
Gloss BJW Prabahasa No Data Dari asumsi itulah BJW tidak semua TP
Belalang [walaƞ] *balaƞ (PAND) 283 melakukan pemertahanan. TP yang melakukan
Pada tabel tersebut data 283, gloss pemertahanan adalah daerah yang mobilitasnya
‘belalang’ dalam BJW dituturkan /walaƞ/ dan dari rendah seperti di TP 2 dan 3. Daerah ini
hasil penelusuran prabahasanya gloss ‘belalang’ cenderung memertahankan unsur relik dibanding
merupakan cerminan dari proto PAND *balaƞ. TP 1. Hal ini terjadi karena TP 1 merupakan
Dari data tersebut, bentuk leksikon ini merupakan daerah yang paling dekat dengan pusat kota.
refleks yang dipantulkan secara langsung ke proto Sehingga akan mengalami banyak inovasi karena
dan merupakan eviden yang mirip dari etimon banyak penutur yang berpendidikan tinggi.
prabahasanya sebagai unsur retensi. 3. Faktor Budaya
Faktor-faktor Penyebab Pemertahanan Budaya merupakan salah satu faktor yang
Fonologis dan Leksikal Bahasa Jawa di turut memengaruhi pemertahanan dialek di
Kabupaten Wonogiri Kabupaten Wonogiri. Dilihat dari nilai
Dalam penggunaan bahasa sehari-hari di kesantunan dan kesopanan dalam berbahasa,
Kabupaten Wonogiri memperlihatkan adanya masyarakat di TP 3 dalam bertutur cenderung
bentuk pemertahanan bahasa pada tataran egaliter dalam bertutur. Hal ini berlaku kepada
fonologis dan leksikon. Pemertahanan ini tidak diri sendiri, teman sebaya dan orang semestinya
terlepas dari faktor-faktor yang turut dihormati seperti orang tua. Namun, jika bertutur
memengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang dengan orang terpandang atau seorang priyayi,
turut memengaruhi pemertahanan fonologis dan mereka cenderung menggunakan bahasa yang
leksikon adalah sebagai berikut. santun seperti krama. Hal ini berbeda dengan
1. Faktor Penutur masyarakat di TP 1 dan TP 2. Cara bertutur
Faktor penutur merupakan faktor yang mereka cenderung menggunakan kaidah yang
turut memengaruhi pemertahanan fonologis dan semestinya, yaitu berbicara spontan dan santun
leksikal. Dilihat dari kelas sosial, penutur ketika berbicara dengan orang yang semestinya
berpendidikan rendah dan berusia tua cenderung dihormati.
melakukan pemertahanan. Sedangkan penutur
berpendidikan tinggi dan berusia muda PENUTUP
cenderung melakukan perubahan. Hal ini tampak Simpulan
dalam gloss ‘putih’. Dalam glos ini penutur yang Berdasarkan hasil analisis tentang
berpendidikan rendah dan berusia tua cenderung pemertahanan fonologis dan leksikon bahasa
menuturkannya [putεh] dan penutur yang Jawa di Kabupaten Wonogiri serta faktor-faktor
berpendidikan tinggi dan berusia muda yang memengaruhinya, dapat disimpulkan
cenderung menuturkan [putih]. Pemertahanan sebagai berikut.
leksikon dilakukan oleh penutur yang 1. Pemertahanan fonologis yang terdapat di
berpendidikan rendah dia berusia tua. Seperti BJW berwujud temuan asli atau berupa
tampak dalam glos ‘anting’ penutur unsur relik dari prabahasanya baik dari
berpendidikan rendah dan berusia tua PAN maupun PMJ. Hal ini diperkuat
cenderung menuturkan [sUwəƞ] dan penutur dengan ditemukannnya wujud
berpendidikan tinggi cenderung menuturkan pemertahanan fonem vokal /*I/, /*U/,
[antIƞ]. Hal berikut terjadi karena penutur /*ə/, /*o/, dan /*a/, dan fonem
berpendidikan rendah dan berusia tua konsonan /*b/, /*c/, /*d/, /*g/, /*k/,
mobilitasnya rendah dan bahasa yang /*j/, /*m/, /*n/,/*p/, /*r/, /*s/, /*t/,
dituturkannya mencerminkan unsur relik. /*w/, dan /*y/.

30
Arif Anonto / Jurnal Sastra Indonesia 8 (1) (2019)

2. Pemertahanan leksikon yang terdapat Linguistics and Basque Studies, University of


dalam BJW berwujud unsur relik dari the Basque Country (UPV/EHU), Spain.
etimon prabahasanya yang Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995.
menampakkan unsur keaslian dan Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta:
kemiripan. Dari hasil kajian ini Rineka Cipta.
ditemukan sebanyak 117 leksikon dari 18 Keraf, Gorys. 1996. Linguistik Bandingan Historis.
medan makna yang masih Jakarta:Gramedia.
dipertahankan dari total 755 leksikon. Kurniawati, Asih. (2013) “Bentuk Fonologi dan
Jadi prosentasenya adalah (117:755) x Leksikon Dialek Bahasa Jawa Desa
100% = 15%. Jogopaten Kecamatan Buluspesantren
3. Faktor-faktor yang turut memengaruhi Kabupaten Kebumen”. Journal Vol. 03
pemertahanan BJW antara lain, a) faktor / No. 02/November 2013. Universitas
penutur melingkupi kelas sosial baik Muhammadiyah Purwokerto.
pendidikan, pekerjaan maupun usia Kretzschmar, William A. 2006. “Art and Science
penutur, b) faktor geografis melingkupi in Computational Dialectology”.
letak Kabupaten Wonogiri yang Journal. Vol. 21, No. 4, 2006. Jr
berdampingan dengan daerah-daerah University of Georgia, Athens, GA, USA
tetangga yang berbeda dialek yang turut Kusworo, Heri. 2013. “Kajian Dialek Bahasa
serta memengaruhi dialek asli BJW, dan Jawa di Desa Muktisari Kecamatan
c) faktor budaya yang melingkupi pola Kebumen Kabupaten Kebumen”.
hidup, perkembangan zaman, tingkat Journal. Universitas Muhammadiyah
mobilitas, dan karakter masyarakatnya. Purwokerto.
Saran Markus, Manfred. 2012. “English Dialect
Hasil dari penelitian ini merupakan unsur Dictionary and Beyond”. Journal. Vol. 25
relik atau temuan asli prabahasa yang digunakan No. 2, 2012. Frankfurt am Main, Berlin,
masyarakat di Kabupaten Wonogiri yang sudah Bern, Bruxelles, NewYork.
dipetakkan wujud pemertahanannya pada tataran Patriantoro. 2016. “Rekontruksi Fonologi Bahasa
fonologis, tataran leksikon, dan diungkapkan Melayu di Kabupaten
pula faktor-faktor yang turut memengaruhi Mempawah dan Sambas” Journal Magistra
pemertahanannya. Walau sudah demikian, No. 95 Th XXVIII 2016. Pontianak:
penelitian tentang ini perlu ditindaklanjuti secara Universitas Tanjungpura Pontianak.
mendalam agar muncul temuan-temuan baru Rahayu, Ika Mamik. 2011. “Variasi Dialek
yang akan dikembangkan mengingat bahwa Bahasa Jawa di Wilayah Kabupaten Ngawi:
sebuah kajian itu akan terus berkembang. Dari Kajian Dialektologi” Journal.
segi instrumen penelitian yang berjumlah 755 Sasangka, Sry Satya T W. Bunyi-Bunyi Distingtif
kosakata, maka akan menarik jika dilakukan Bahasa Jawa. Yogyakarta: Elmatera
penelitian lanjut dengan jumlah kosakata yang Publishing.
banyak lagi sehingga akan lebih bisa Sasongko, Hasto Aji. 2015. “Variasi Leksikal
membuktikan bahwa bahasa yang digunakan Bahasa Jawa Ngoko Masyarakat Desa
oleh masyarakat di Kabupaten Wonogiri Ngadirejo Kecamatan Reban Kabupaten
termasuk bahasa yang konservatif atau inovatif. Batang” skripsi. Semarang: Unnes.
DAFTAR PUSTAKA Ibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik. Medan:
Adelaar, K. Alexander. 1994. Bahasa Melayik Penerbit Poda.
Purba. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik
Pengembangan Bahasa dan Universitas Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata Dharma
Leiden. University Press.
Arifudin. 2015. “Bahasa Jawa di Kabupaten Sukadaryanto dan Ida Zulaeha. 2005.
Kebumen(Kajian Sosiodialektologi)”. Skripsi Pemertahanan Dialek Bahasa Jawa di Wilayah
Semarang: Unnes. Pesisir Utara (Kajian Geografi Dialek di
Atmawati, Dwi. 2014. “Refleks Fonem-Fonem Kabupaten Pati). Laporan Penelitian
Proto Malayo-Polynesian (PMP) terhadap Universitas Negeri Semarang
Bahasa Rejang”. Journal. Vol. 20, Suwadji, dkk. 1981. Struktur Dialek Bahasa Jawa
No. 03, 2014. Balai Bahasa Provinsi Jawa di Pesisir Utara Jawa Tengah 9Tegal
Tengah: Semarang dan Sekitarnta). Jakarta: Pusat Pembinaan
Aurrekoetxea, Gotzon. 2013. “DiaTech: A New dan Pengembangan Bahasa Departemen
Tool for Dialectology”. Journal. Vol. Pendidikan dan Kebudayaan.
28, No. 1, 2013. Department of

31
Arif Anonto / Jurnal Sastra Indonesia 8 (1) (2019)

Wiladati, Ribka Adresti. 2014. “Bahasa Jawa di Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kabupaten Batang (Tataran Fonologi dan Kebudayaan.
Leksikal)”. Journal Of Javanesse Literature. Zulaeha, Ida. 2001. “Pemakaian Bahasa Jawa di
Sutasoma. Kabupaten Semarang: Kajian
Wurm, S. A. dan B. Wilson. 1978. English Sosiodialektologi”. Tesis. Yogyakarta: UGM.
Finderlist Of Recontructions In Austronesian Zulaeha, Ida. 2010. Dialektologi (Dialek Geografi dan
Languages (Post-Brandstetter).Canberra: The Dialek Sosial). Yogyakarta: Graha Ilmu.
Australian National Univercity.
Yudhibrata, Karna, dkk. 1990. Geografi Dialek
Bahasa Sunda di Kabupaten Karawang.

32

Anda mungkin juga menyukai