SKRIPSI
Oleh:
HANIFATUS ZAHRO
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
PERNYATAAN
Hanifatus Zahro
135040100111027
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Penelitian : Analisis Kinerja Unit Usaha LKM Pada Badan Usaha
Milik Desa (BUM Desa) “Sekapuk” Desa Sekapuk
Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik
Nama Mahasiswa : Hanifatus Zahro
NIM : 135040100111027
Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian
Program Studi : Agribisnis
Menyetujui : Dosen Pembimbing
Disetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Tanggal Persetujuan :
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan
MAJELIS PENGUJI
Penguji I Penguji II
Dr. Reza Safitri, S.Sos., M.Si Anisa Aprilia, SP., MP., MBA
NIP. 19701124 199903 2 002 NIK. 201609870425 2001
Penguji III
Tanggal Lulus :
If you want success, but you avoid the effort to achieve success by
reason of fear of failure, then your fear is fear to be successful.
(Professor Schein)
ََّ ل
َّللاِ َحتَّى يَرْ ِج َع َِ ج فِى طَلَبَُ ْال ِع ْل َِم فَه ََُو فِى َسبِ ْي َْ َم
ََ ن خَ َر
“Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah
hingga ia pulang” (HR. Turmudzi)
RINGKASAN
HANIFATUS ZAHRO. 135040100111027. Analisis Kinerja Unit Usaha LKM
Pada Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) “Sekapuk” Desa Sekapuk Kecamatan
Ujungpangkah Kabupaten Gresik. Dibawah bimbingan Mangku Purnomo, S.P.,
M.Si., Ph.D
Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) didirikan dengan tujuan untuk
mengelola potensi desa dan menyejahterakan masyarakatnya, serta sebagai sarana
untuk meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PADesa). Adanya pembentukan
BUM Desa merupakan salah satu bentuk otonomi daerah yaitu kewenangan yang
diberikan oleh pemerintah kepada pemerintah daerah untuk mengembangkan
wilayahnya masing-masing. BUM Desa Sekapuk merupakan salah satu BUM
Desa terbesar dan menjadi pemenang dalam kegiatan evaluasi BUM Desa tingkat
Provinsi Jawa Timur yang diadakan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat
(BAPEMAS) pada tahun 2015-2016. Akan tetapi pada salah satu unit usaha yang
dikelola yaitu unit usaha Lembaga Keuangan Mikro (LKM) masih terdapat
beberapa permasalahan seperti keterbatasan modal, minimnya pendapatan dan
banyaknya penunggakan pembayaran angsuran. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis kinerja unit usaha LKM yang dikelola oleh BUM
Desa untuk menjamin pencapaian segala kegiatannya sesuai dengan tujuan, serta
untuk mengetahui kontribusi yang diberikan terhadap PADesa.
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive pada BUM Desa
Sekapuk yang terletak di Desa Sekapuk Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten
Gresik yaitu pada unit usaha LKM yang merupakan salah satu unit usaha yang
dikelola oleh BUM Desa. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Maret 2017.
Data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Teknik penentuan
sampel yaitu non probability sampling dengan metode purposive dengan
pertimbangan tertentu (judgment sampling) yang digunakan untuk penentuan
responden dalam menganalisis kontribusi unit usaha LKM terhadap PADesa, dan
probability sampling dengan metode simple random sampling dengan
menggunakan rumus slovin dan jumlah responden yang dihasilkan yaitu 69
responden yaitu digunakan untuk penentuan responden pendekatan balanced
scorecard pada perspektif pelanggan untuk indikator kepuasan pelanggan dan
reputasi. Analisis data dengan menggunakan pendekatan balanced scorecard
berdasarkan empat perspektif yaitu perspektif keuangan dengan indikator Return
On Investment (ROI), Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM).
Perspektif pelanggan dengan indikator akuisisi pelanggan, kepuasan pelanggan,
profitabilitas pelanggan dan reputasi. Perspektif proses bisnis internal dengan
indikator proses operasi, inovasi dan layanan purna jual, serta perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan dengan indikator produktivitas karyawan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja unit usaha LKM secara
keseluruhan dinilai cukup baik dengan nilai 0,45. Hal tersebut dikarenakan
berdasarkan perspektif keuangan cukup baik (indikator ROI, ROE dan NPM
mendapatkan skor 0), perspektif pelanggan dinilai cukup baik (indikator akuisisi
pelanggan dan profitabilitas pelanggan cukup baik, dengan skor 0, dan indikator
kepuasan pelanggan dan reputasi dinilai baik dengan skor 1), perspektif proses
bisnis internal dinilai baik (indikator proses produksi, inovasi dan layanan purna
i
jual dinilai baik dengan skor 1), serta proses pembelajaran dan pertumbuhan
dinilai cukup baik (indikator produktivitas karyawan dinilai cukup baik dengan
skor 0). Selain itu unit usaha LKM juga mampu memberikan kontribusi terhadap
PADesa yaitu sebesar 20% dari pendapatan
ii
SUMMARY
HANIFATUS ZAHRO. 135040100111027. Performance Analysis of MFIs
Business Unit Village Owned Enterprises (BUM Desa) “Sekapuk” Sekapuk
Village Ujungpangkah District of Gresik. Advisor : Mangku Purnomo, S.P.,
M.Si., Ph.D
Village Owned Enterprises (BUM Desa) was established with the aim of
managing the potential of the village and welfare of its people, and as a means to
increase the village's original income (PADesa). The establishment of BUM Desa
is one of the forms of regional autonomy that is the authority given by the
government to the local government to develop their respective regions. BUM
Desa Sekapuk is one of the biggest BUM Desa and become the winner in
evaluation activity of BUM Desa in East Java Province held by Community
Empowerment Agency (BAPEMAS) in 2015-2016. However, in one business
unit managed by Micro Finance Institution (LKM), there are still some problems,
such as limited capital, lack of income and many delinquent installment payments.
Therefore, this study aims to analyze the performance of MFI business units
managed by BUM Desa to ensure the achievement of all activities in accordance
with the objectives, and to determine the contribution given to PADesa.
Determination of research location conducted by purposive at BUM Desa
Sekapuk located in Sekapuk Village, Ujungpangkah Sub-district, Gresik Regency
that is at MFI business units which is one business unit managed by BUM Desa.
The study was conducted in February-March 2017. The data used are primary data
and secondary data. Sampling technique in this research are non probability
sampling with purposive method with certain consideration (judgment sampling)
which is used to determine respondent in analyzing contribution of MFIs business
unit to PADesa, and probability sampling with simple random sampling method
by using slovin formula and number of respondent that is 69 respondent is used
for determining respondent balanced scorecard approach on customer perspective
for customer satisfaction and reputation indicator. Data analysis by using balanced
scorecard approach based on four perspectives that is financial perspective with
indicator of ROI, ROE and NPM. Customer perspective with indicators customer
acquisition, customer satisfaction customer productivity and reputation. Internal
business process perspective with operating process indicators, innovation and
after sales service, as well as learning and growth perspective with employee
productivity indicators.
The results show that the overall performance of the MFI business unit is
considered good enough with a value of 0.45. This is because based on financial
perspective is fairly good (ROI, ROE and NPM indicator get score 0), customer
perspective is fairly good (customer acquisition and customer productivity
indicator is fairly good with score 0 and indicator of customer satisfaction and
reputation is good with score 1), internal business process perspective is
considered good (indicator of operating process, innovation and after-sales service
is considered good with score 1), and the learning and growth process is
considered fairly good(employee productivity indicator is considered fairly good
with score 0). In addition, the MFIs business unit is also able to contribute to
PADesa, which is 20% of income.
iii
KATA PENGANTAR
Penulis
iv
RIWAYAT HIDUP
v
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ............................................................................................... i
SUMMARY .................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x
I. PENDAHULUAN .................................... Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang ......................... Error! Bookmark not defined.
1.2 Rumusan Masalah .................... Error! Bookmark not defined.
1.3 Batasan Masalah ...................... Error! Bookmark not defined.
1.4 Tujuan Penelitian ..................... Error! Bookmark not defined.
1.5 Kegunaan Penelitian ................ Error! Bookmark not defined.
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................... Error! Bookmark not defined.
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu . Error! Bookmark not defined.
2.2 Teori ........................................... Error! Bookmark not defined.
2.2.1 Tinjauan Tentang Kelembagaan . Error! Bookmark not
defined.
2.2.2 Tinjauan Tentang Pengukuran Kinerja ................. Error!
Bookmark not defined.
III. KERANGKA TEORITIS ......................... Error! Bookmark not defined.
3.1 Kerangka Pemikiran ................... Error! Bookmark not defined.
3.2 Hipotesis .................................... Error! Bookmark not defined.
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ................. Error!
Bookmark not defined.
IV. METODE PENELITIAN .......................... Error! Bookmark not defined.
4.1 Pendekatan Penelitian ................ Error! Bookmark not defined.
4.2 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian .. Error! Bookmark not
defined.
4.3 Teknik Penentuan Sampel.......... Error! Bookmark not defined.
4.4 Teknik Pengumpulan Data ......... Error! Bookmark not defined.
4.5 Pengujian Instrumen Penelitian . Error! Bookmark not defined.
4.6 Teknik Analisis Data .................. Error! Bookmark not defined.
4.6.1 Analisis Deskriptif ......... Error! Bookmark not defined.
4.6.2 Analisis Kinerja Unit Usaha LKM ..... Error! Bookmark
not defined.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN .................. Error! Bookmark not defined.
vi
5.1 Gambaran Umum ....................... Error! Bookmark not defined.
5.1.1 Gambaran Umum Desa Sekapuk Error! Bookmark not
defined.
5.1.2 Gambaran Umum Badan Usaha Milik Desa
(BUM Desa) Sekapuk ... Error! Bookmark not defined.
5.1.3 Gambara Umum Unit Usaha Lembaga Keuangan
Mikro (LKM) .............. Error! Bookmark not defined.
5.1.4 Karakteristik Responden........... Error! Bookmark not
defined.
5.2 Hasil dan Pembahasan ............. Error! Bookmark not defined.
5.2.1. Menerjemahkan Visi dan Misi dalam Balanced
Scorecard ..................... Error! Bookmark not defined.
5.2.2. Pengukuran Kinerja Unit Usaha LKM pada
Indikator Masing-Masing Perspektif Error! Bookmark
not defined.
5.2.3. Penilaian Kinerja Keseluruhan Unit Usaha LKM
BUM Desa Sekapuk dengan Balanced Scorecard .................
Error! Bookmark not defined.
5.2.4. Analisis Kontribusi Unit Usaha LKM dan BUM
Desa Sekapuk kepada PADesa .. Error! Bookmark not
defined.
BAB VI KESIMPULAN .................................. Error! Bookmark not defined.
6.1 Kesimpulan ............................... Error! Bookmark not defined.
6.2 Saran ......................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ....................................... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN ...................................................... Error! Bookmark not defined.
vii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Perspektif
Keuangan.......................................... Error! Bookmark not defined.
2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Perspektif
Pelanggan ......................................... Error! Bookmark not defined.
3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Perspektif
Proses Bisnis Internal ....................... Error! Bookmark not defined.
4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Perspektif
Pembelajaran dan Pertumbuhan ....... Error! Bookmark not defined.
5. Kerangka Kriteria Keseimbangan Unit Usaha LKM BUM Desa
Sekapuk ............................................ Error! Bookmark not defined.
6. Indikator Tingkat Kepuasan Pelanggan Unit Usaha LKM
BUM Desa Sekapuk ......................... Error! Bookmark not defined.
7. Interval Skor Tingkat Kepuasan Pelanggan ... Error! Bookmark not
defined.
8. Indikator Reputasi BUM Desa Sekapuk ........ Error! Bookmark not
defined.
9. Interval Skor Reputasi ...................... Error! Bookmark not defined.
10. Penentuan Skor pada Masing-masing Perspektif Balanced
Scorecard ......................................... Error! Bookmark not defined.
11. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Error! Bookmark
not defined.
12. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan .......... Error!
Bookmark not defined.
13. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Error! Bookmark not
defined.
14. Hasil Perhitungan Return On Investment (ROI) Unit Usaha
LKM ................................................. Error! Bookmark not defined.
15. Hasil Perhitungan Return On Equity (ROE) Unit Usaha LKM ...................
Error! Bookmark not defined.
viii
16. Hasil Perhitungan Net Profit Margin (NPM) Unit Usaha LKM ...................
Error! Bookmark not defined.
17. Hasil Pengukuran Akuisisi Pelanggan Unit Usaha LKM ........ Error!
Bookmark not defined.
18. Hasil Pengukuran Kepuasan Pelanggan Unit Usaha LKM ...... Error!
Bookmark not defined.
19. Hasil Pengukuran Profitabilitas Pelanggan Unit Usaha LKM . Error!
Bookmark not defined.
20. Hasil Pengukuran Reputasi BUM Desa Sekapuk pada
Pengelolaan Unit Usaha LKM ......... Error! Bookmark not defined.
21. Hasil Pengukuran Produktivitas Karyawan Unit Usaha LKM Error!
Bookmark not defined.
22. Hasil Pengukuran Keseluruhan Kinerja Unit Usaha LKM ...... Error!
Bookmark not defined.
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Skema Kerangka Pemikiran Kinerja Unit Usaha LKM BUM
Desa Sekapuk ................................... Error! Bookmark not defined.
2. Balai Desa di Desa Sekapuk Kecamatan Ujungpangkah
Kabupaten Gresik ............................. Error! Bookmark not defined.
3. Kantor BUM Desa Sekapuk ............. Error! Bookmark not defined.
4. Struktur Organisasi BUM Desa Sekapuk ....... Error! Bookmark not
defined.
5. Loket Pembayaran Unit Usaha LKM di Kantor BUM Desa
Sekapuk ............................................ Error! Bookmark not defined.
6. Kurva Kinerja Unit Usaha LKM BUM Desa Sekapuk ............ Error!
Bookmark not defined.
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Teks
1. Data Responden Unit Usaha LKM BUM Desa Sekapuk......... Error!
Bookmark not defined.
2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kepuasan Pelanggan ......... Error!
Bookmark not defined.
3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Reputasi ... Error! Bookmark not
defined.
4. Data Jumlah Pelanggan Unit Usaha LKM Tahun 2014- 2016 .. Error!
Bookmark not defined.
5. Perhitungan Perspektif Keuangan dan Perspektif Pembelajaran
dan Pertumbuhan ................................ Error! Bookmark not defined.
6. Kuesioner Kepuasan Pelanggan, Reputasi, dan Sumbangan
Terhadap PADesa............................... Error! Bookmark not defined.
7. Neraca Unit Usaha LKM BUM Desa Sekapuk Tahun 2014-
2016 .................................................... Error! Bookmark not defined.
x
8. Laporan Laba Rugi Unit Usaha LKM BUM Desa Sekapuk
Tahun 2014-2016 ............................... Error! Bookmark not defined.
9. Dokumentasi ...................................... Error! Bookmark not defined.
xi
I. PENDAHULUAN
Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) merupakan suatu lembaga berbasis
ekonomi yang menjadi salah satu program desa sebagai sarana untuk
meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PADesa) (Budiono, 2015). Pembentukan
BUM Desa merupakan salah satu bentuk otonomi daerah yaitu kewenangan yang
diberikan oleh pemerintah kepada pemerintah daerah untuk mengembangkan
wilayahnya masing-masing. Berdasarkan Permendesa PDTT No 4 Tahun 2015
pada bab 1 pasal 1 yaitu menyebutkan bahwa Badan Usaha Milik Desa,
selanjutnya disebut BUM Desa adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung yang
berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan,
dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa.
Kegiatan pengelolaan BUM Desa sepenuhnya dikelola oleh masyarakat desa yaitu
dari, oleh dan untuk desa.
Adanya pembentukan BUM Desa terutama di Provinsi Jawa Timur
merupakan salah satu bentuk usaha untuk meningkatkan kapasitas lembaga
kemasyarakatan dan kapasitas sumber daya manusia. Hal tersebut dilakukan
melalui pelatihan, pendampingan dan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat (BAPEMAS) Provinsi Jawa Timur. Selain
itu BAPEMAS Provinsi Jawa Timur juga melakukan kegiatan pengembangan
lembaga ekonomi masyarakat melalui kegiatan pemberdayaan BUM Desa. Tujuan
kegiatan pemberdayaan BUM Desa yang dilakukan oleh BAPEMAS Provinsi
Jawa Timur adalah menguatkan kapasitas lembaga ekonomi desa untuk
meningkatkan perekonomian desa, memperkuat Pendapatan Asli Desa (PADesa),
dan berperan dalam pertumbuhan serta pemerataan ekonomi pedesaan untuk
mewujudkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat desa.
Menurut keputusan kepala BAPEMAS Provinsi Jawa Timur nomor 77
tahun 2010, ruang lingkup pemberdayaan BUM Desa meliputi pembentukan
BUM Desa, pengembangan BUM Desa, serta pendampingan BUM Desa
1
2
(BAPEMAS Jatim, 2015). Salah satu BUM Desa yang merupakan dampingan
BAPEMAS Provinsi Jawa Timur dan termasuk dalam kategori BUM Desa
terbesar adalah BUM Desa Sekapuk yang terletak di Desa Sekapuk Kecamatan
Ujungpangkah Kabupaten Gresik. BUM Desa Sekapuk ini merupakan salah satu
BUM Desa yang menjadi pemenang dalam kegiatan evaluasi BUM Desa tingkat
Provinsi Jawa Timur pada tahun 2015-2016 yang diadakan oleh pihak BAPEMAS
Provinsi Jawa Timur. Pembentukan BUM Desa Sekapuk didasarkan atas adanya
kebutuhan dan potensi desa dalam upaya memperkuat perekonomian serta
membangun kerekatan sosial masyarakat desa. Keberadaan BUM Desa di Desa
Sekapuk sangat dibutuhkan, mengingat potensi yang dimiliki oleh Desa Sekapuk
sangat besar, yaitu lahan pertanian, pertambangan batu kapur, pasar desa, dan
usaha kreatif masyarakat lainnya. Selain sebagai lembaga usaha yang berorientasi
pada keuntungan dan sosial (profit and social oriented) BUM Desa Sekapuk juga
berfungsi sebagai fasilitator, stabilitator, dan server bagi masyarakat Desa
Sekapuk. Sampai saat ini terdapat 5 unit usaha pada BUM Desa Sekapuk yaitu
unit usaha Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum (HIPPAM), Lembaga
Keuangan Mikro (LKM), pelayanan, pertambangan dan agrobisnis.
Unit usaha Lembaga Keuangan Mikro (LKM) merupakan salah satu unit
usaha yang sangat berpotensi untuk dikembangkan pada BUM Desa Sekapuk. Hal
tersebut dikarenakan unit usaha LKM sangat berperan dalam penyedia jasa
simpan pinjam bagi masyarakat Desa Sekapuk dan juga dapat membantu
mewujudkan kemandirian perekonomian desa. Selain potensi yang dimiliki oleh
unit usaha LKM tersebut, ada beberapa kendala yang dihadapi sehingga bisa
menghambat kegiatan simpan pinjam pada unit usaha tersebut. Kendala yang
dihadapi yaitu bersifat internal dan eksternal. Kendala internal yang dihadapi unit
usaha LKM adalah ketersediaan modal yang menyebabkan unit usaha LKM
bergantung kepada bantuan unit usaha lain dan belum bisa menyediakan
kebutuhan modalnya sendiri. Selain itu sistem pembukuan keuangan masih
kurang tertata rapi yaitu semua unit usaha yang dikelola oleh BUM Desa Sekapuk
digabungkan dalam satu pembukuan. Hal tersebut menyebabkan sulitnya untuk
mengetahui kinerja keuangan dari unit usaha LKM. Kendala eksternal yang
dihadapi unit usaha LKM adalah kurangnya kepedulian dari para pelanggan atau
3
keuangan dan non keuangan yang berimbang dan saling berkesinambungan. Pada
penelitian ini dilakukan analisis kinerja unit usaha LKM dengan menggunakan
pendekatan balanced scorecard. Penggunaan pendekatan balanced scorecard
untuk menganalisis kinerja dalam penelitian ini sesuai dengan pendapat
Moeheriono (2014) yang menyebutkan bahwa balanced scorecard dapat
diterapkan pada semua tipe organisasi, oleh karena itu organisasi sektor publik
maupun organisasi nirlaba dapat menggunakan pendekatan balanced scorecard
dalam pengukuran kinerja.
Analisis kinerja menggunakan pendekatan balanced scorecard dalam
penelitian ini dilakukan pada aspek finansial dan nonfinansial yaitu melalui empat
perspektif antara lain perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses
bisnis internal, serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Harapannya dari
hasil analisis kinerja ini dapat meningkatkan kinerja unit usaha LKM sehingga
dapat meningkatkan kontribusi terhadap PADesa, selain itu hasil analisis kinerja
juga dapat dijadikan dasar pengambilan kebijakan bagi para pengelola BUM Desa
Sekapuk. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti melakukan penelitian dengan
judul “Analisis Kinerja Unit Usaha LKM pada Badan Usaha Milik Desa (BUM
Desa) Sekapuk Desa Sekapuk Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik”.
Jumlah BUM Desa yang berada di Jawa Timur adalah sebanyak 1.425
BUM Desa yang tersebar di 29 kabupaten dan 1 di kota Batu. Pada tahun 2015
dan tahun 2016 Badan Pemberdayaan Masyarakat (BAPEMAS) Provinsi Jawa
Timur mengadakan lomba evaluasi BUM Desa, dan pemenang lomba tersebut
adalah BUM Desa yang terdapat di 6 kabupaten antara lain Kabupaten Blitar,
Pacitan, Bojonegoro, Gresik dan Lamongan. Salah satu BUM Desa yang menjadi
pemenang tersebut adalah BUM Desa Sekapuk. Pembentukan BUM Desa
Sekapuk yaitu berdasarkan kebutuhan dan potensi masyarakat Desa Sekapuk.
Keberadaan BUM Desa membawa peluang tersendiri terhadap perubahan di
bidang ekonomi dan sosial (Anggraeni, 2016). Adanya unit-unit usaha yang
5
dikelola oleh BUM Desa yaitu untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh
desa yang tujuannya untuk menyejahterakan masyarakatnya.
Unit usaha LKM merupakan salah satu unit usaha yang dikembangkan
oleh BUM Desa Sekapuk di Desa Sekapuk Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten
Gresik. Unit usaha LKM ini merupakan jenis usaha bisnis keuangan (financial
business) yang memberikan jasa simpan pinjam bagi seluruh masyarakat Desa
Sekapuk. Keberadaan unit usaha LKM merupakan salah satu solusi dalam
permasalahan pemenuhan kebutuhan sehari-hari ataupun kebutuhan modal usaha
masyarakat Desa Sekapuk, karena sebagian besar masyarakat Desa Sekapuk
berprofesi sebagai petani dan penambang kapur yang hanya mempunyai
pendapatan yang rendah. Prosedur peminjaman yang ditetapkan oleh BUM Desa
sangat gampang dan proses pelayanan yang cepat menjadi daya tarik tersendiri
bagi masyarakat Desa Sekapuk untuk menjadi nasabah pada unit usaha LKM
BUM Desa Sekapuk. Kualitas pelayanan merupakan senjata ampuh dalam
keunggulan perusahaan terutama perusahaan jasa, dan kualitas pelayanan
merupakan pemicu keberhasilan perusahaan pada segala lini (Aryani & Rosinta,
2010).
Setiap usaha diharapkan memiliki kinerja yang baik dalam aspek keuangan
manupun non keuangan dalam menjalankan segala kegiatan usahanya. Namun,
pada unit usaha LKM mengalami beberapa masalah atau kendala salah satunya
yaitu terkait keterbatasan modal. Masalah tersebut terjadi karena semua nasabah
pada unit LKM ini lebih memilih melakukan peminjaman namun tidak melakukan
penabungan, sehingga menyebabkan lebih banyaknya pengeluaran daripada
pemasukan. Pendapatan pada unit usaha LKM ini hanya berasal dari angsuran
peminjaman, biaya administrasi, denda penunggakan serta bunga pinjaman yang
jumlahnya hanya sedikit dan tidak sebanding dengan pengeluaran untuk pinjaman.
Selain itu, sebagian besar anggota atau nasabah melakukan pembayaran angsuran
bulanan tidak tepat waktu atau banyak yang mengalami kemacetan, sehingga
menyebabkan unit usaha LKM harus meminjam modal kepada unit usaha lainnya
untuk digunakan sebagai dana pinjaman nasabah.
Manajemen keuangan yang terdapat pada unit usaha LKM BUM Desa
Sekapuk masih kurang baik dikarenakan pembukuan keuangan masih dijadikan
6
satu laporan dengan unit usaha lainnya yang dikelola oleh BUM Desa Sekapuk.
Hal tersebut menyebabkan sulitnya melihat perkembangan keuangan unit usaha
LKM. Keberadaan BUM Desa Sekapuk sebagai lembaga yang ditujukan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat juga harus dapat memberikan kontribusi
terhadap Pendapaatan Asli Desa (PADesa) yang nantinya PADesa tersebut akan
disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembangunan ataupun
perbaikan sarana dan prasarana. Kontribusi terhadap PADesa yang diberikan oleh
BUM Desa Sekapuk yaitu berasal dari pendapatan masing-masing unit usaha yang
dikelola. Sedangkan dengan sistem pembukuan yang masih kurang tertata rapi
menyebabkan sulitnya memantau kondisi keuangan setiap unit usaha dan sulit
mengetahui pendapatan setiap unit usaha setiap bulannya, sehingga hal tersebut
juga dapat memberatkan unit usaha yang sebenarnya keadaan finansialnya kurang
baik untuk memberikan kontribusi terhadap PADesa.
BUM Desa Sekapuk merupakan suatu badan usaha yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan dan memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat.
Sistem pelayanan yang baik dalam kegiatan unit usaha LKM dapat mempengaruhi
kepuasan dan loyalitas dari para pelanggan atau nasabahnya. Aryani & Rosinta
(2010) menyebutkan bahwa kepuasan pelanggan merupakan kunci dalam
menciptakan loyalitas pelanggan. Pada unit usaha LKM seringkali mengalami
permasalahan kerusakan komputer sehingga mengakibatkan terganggunya
kegiatan transaksi simpan pinjam. Untuk mengatasi permasalah tersebut
dibutuhkan para karyawan yang memiliki kinerja baik dan cekatan untuk
menemukan solusi dan opsi pelayanan lainnya sehingga kegiatan transaksi simpan
pinjam tetap bisa berjalan dan para nasabah tidak merasa kecewa dengan
pelayanan yang diberikan oleh unit usaha LKM.
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kinerja unit usaha LKM berdasarkan perspektif keuangan,
perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, serta perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan?
2. Bagaimana kontribusi yang diberikan unit usaha LKM dan BUM Desa
Sekapuk terhadap PADesa?
7
2. Mendeskripsikan kontribusi yang diberikan unit usaha LKM dan BUM Desa
Sekapuk terhadap PADesa.
9
10
proses bisnis internal adalah “kurang”, serta pada perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan adalah “baik”. Secara keseluruhan kinerja UPK Bina Mandiri
Kecamatan Kembangbahu adalah cukup. Hal tersebut ditunjukkan denga nilai
yang didapat yaitu 0,3 dan perhitungan skor yang diperoleh 4 dari 13 skor
indikator pengukuran.
Tahaka (2013) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
kinerja perusahan jika diukur dengan menggunakan pendekatan balanced
scorecard pada PT. Bank Sulut. Metode penelitian yang digunakan deskriptif,
dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, kepustakaan, dan
pengambilan data dari tahun 2009 sampai 2011. Hasil penelitian menunjukkan
perspektif keuangan sudah cukup baik karena mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun. Pada perspektif pelanggan indikator akuisisi pelanggan dinilai belum
maksimal, sedangkan indikator retensi pelanggan dinilai sudah baik untuk
mempertahankan jumlah dan kepuasan pelanggan. Pada perspektif proses bisnis
intenal dinilai cukup baik karena PT. Bank Sulut sudah cukup baik dalam
menangani keluhan pelanggan sehingga berkurangnya keluhan dari para
pelanggan. Pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran dilihat dari retensi
karyawan, PT. Bank Sulut mampu mempertahankan karyawannya dan untuk
pelatihan karyawan dinilai masih kurang sehingga mengakibatkan produktifitas
karyawan belum maksimal. Hasil pengukuran kinerja dari empat perspektif
balanced scorecard diketahui bahwa kinerja perusahaan dinilai cukup baik.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Sagala, Faishol dan Tahaka
adalah pada tujuannya yaitu untuk melihat kinerja dengan menggunakan metode
balanced scorecard. Penelitian ini dilakukan pada Lembaga Keuangan Mikro
(LKM) yaitu sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Faishol, namun
perbedaannya Lembaga Keuangan Mikro yang diteliti oleh peneliti adalah salah
satu unit usaha yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) yang
terletak di Desa Sekapuk Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik.
Persamaan lainnya yaitu pada metode pengumpulan data yang digunakan dan
metode analisis data yang dilakukan oleh Sagala, serta pada pengukuran kriteria
keseimbangan yaitu menggunakan rating scale. Selain itu metode penarikan
sampel yang dilakukan dalam penelitian ini sama dengan penelitian Faishol dan
11
teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Tahaka yaitu dengan wawancara dan studi pustaka.
Sedangkan Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Sagala, yaitu pada objek
penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Sagala, yaitu dilakukan pada Koperasi
Unit Desa (KUD). Perbedaan dengan penelitian Faishol dan Tahaka yaitu pada
metode penelitian, Penelitian Faishol menggunakan metode deskriptif kualitatif
sedangkan Tahaka menggunaka metode deskriptif.
2.2 Teori
bahwa kinerja merupakan suatu pencapaian seseorang atau organisasi atas tujuan
yang telah ditentukan.
Pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai suatu metode atau alat yang
digunakan untuk mencatat atau menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan
berdasarkan tujuan, sasaran, dan strategi sehingga dapat diketahui kemajuan
organisasi (Mahsun, 2016). Pada umumnya pengukuran kinerja BUM Desa masih
menggunakan pendekatan tradisional yaitu hanya berfokus pada aspek finansial,
sehingga hasil pengukuran yang diperoleh sering kali tidak bisa menggambarkan
kinerja BUM Desa pada kenyataannya. Oleh karena itu penggunaan pendekatan
balanced scorecard dibutuhkan untuk mengukur kinerja BUM Desa secara
komprehensif. Menurut Mahsun (2016) seiring perkembangannya balanced
scorecard dapat diterapkan pada semua jenis organisasi.
Balanced scorecard merupakan suatu metode pendekatan dalam analisis
kinerja yang diperkenalkan pada awal tahun 1992 oleh Robert S. Kaplan dan
David P. Norton dalam publikasinya yang berjudul “The Balanced Scorecard-
Measures That Drive Performance” dalam Harvard Business Review (Syariati
dkk, 2009). Menurut Mulyadi 2001 (dalam Syariati dkk, 2009), balanced
scorecard adalah alat ukur strategi secara komprehensif dengan pola manajemen
strategis. Munculnya pendekatan balanced scorecard dalam pengukuran kinerja
pada perusahaan yaitu dikarenakan pada umumnya dalam pengukuran kinerja
perusahaan masih menggunakan pendekatan tradisional, yaitu hanya menilai
kinerja dari aspek keuangan saja. Padahal dalam suatu perusahaan yang menjamin
keberlanjutan dari usahanya bukan hanya dari aspek finansial saja, tetapi aspek
non finansial juga memegang peranan yang tidak kalah penting untuk
keberlanjutan usaha tersebut sehingga diperlukan juga suatu pengukuran terhadap
kinerja aspek non finansial.
Ukuran finansial tidak dapat dijadikan sebagai satu-satunya alat pengukur
kinerja perusahaan, begitu pula dengan ukuran non finansial yang juga tidak dapat
dijadikan sebagai ukuran tunggal kinerja perusahaan (Syariati dkk, 2009). Maka
dari itu agar bisa mengetahui kinerja suatu perusahaan atau organisasi secara
keseluruhan, antara aspek finansial dan non finansial harus sama-sama saling
disinergikan agar mendapatkan hasil pengukuran yang maksimal. Pengukuran
16
dilakukan dengan menghitung rasio profitabilitas yang terdiri dari Net Profit
Margin (NPM), Return On Investment (ROI), dan Return On Equity (ROE). NPM
yaitu digunakan untuk mengukur keuntungan netto atau laba bersih per rupiah
penjualan, ROI yaitu untuk mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan
dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih, dan ROE yaitu
untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan
bagi pemegang saham.
Pada perspektif pelanggan menggambarkan pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat. Menurut Kaplan dan Norton (2000) perspektif pelanggan
terdiri dari kelompok pengukuran inti (customer core measurement) dan
kelompok pengukuran diluar kelompok utama (customer value preposition).
Terdapat lima kelompok pengukuran inti (customer core measurement) yaitu
pangsa pasar, retensi pelanggan, akuisisi pelanggan, kepuasan pelanggan, dan
profitabilitas pelanggan. Sedangkan customer value preposition merupakan
pemicu kinerja pada customer core measurement. Customer value preposition
terdiri dari beberapa komponen pengukuran, yaitu atribut produk atau jasa,
hubungan pelanggan, serta citra dan reputasi.
Pengukuran kineraja unit usaha LKM berdasarkan perspektif pelanggan
yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan indikator akuisisi pelanggan,
kepuasan pelanggan, profitabilitas pelanggan dan reputasi. Kaplan dan Norton
(2000) menyatakan bahwa akuisisi pelanggan mengukur kemampuan unit bisnis
dalam menarik pelanggan baru. Kepuasan pelanggan mengukur tingkat kepuasan
atas kinerja tertentu didalam proposisi nilai. Ukuran tingkat kepuasan pelanggan
memberikan umpan balik mengenai seberapa baik perusahaan melakukan bisnis,
biasanya ditandai dengan melakukan pembelian ulang barang atau jasa. Indikator
kepuasan pelanggan dalam penelitian mengacu pada penelitian yang dilakukan
oleh Sagala dkk (2016) yaitu diukur menggunakan lima indikator kualitas
pelayanan yang meliputi bukti fisik (tangiables), keandalan (reliability),
ketanggapan (responsiveness), jaminan atau kepastian (assurance), dan
kepedulian (empathy).
Setelah berhasil dalam mengukur akuisisi pelanggan dan kepuasan
pelanggan belum tentu merupakan jaminan bahwa perusahaan memiliki
19
prinsip yaitu people, system, dan organizational procedure (Kaplan dan Norton,
2000). Prinsip people atau sumber daya manusia dapat ditinjau dari beberapa
aspek, yaitu 1) Retensi karyawan, untuk mempertahankan selama mungkin para
karyawan yang sesuai dengan kriteria perusahaan; 2) Produktivitas karyawan,
ukuran terhadap kemampuan karyawan untuk membandingkan hasil yang
dikeluarkan karyawan dengan jumlah dari karyawan sebuah perusahaan; 3)
Kapabilitas karyawan, merupakan bagian kontribusi yang diberikan oleh
karyawan kepada perusahaan. Kapabilitas yang dimaksud disini adalah
kemampuan tambahan yang dimiliki karyawan yang diperoleh dari latihan-latihan.
Dalam kapabilitas karyawan terdapat tiga hal yang harus diperhatikan diantaranya
adalah prakondisi untuk meningkatkan produktivitas, tanggung jawab, kualitas
dan pelayanan kepada konsumen. Pengukuran kinerja unit usaha LKM pada
penelitian ini berdasarkan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yaitu pada
indikator produktivitas karyawan yaitu dilakukan untuk membandingkan keluaran
yang dihasilkan oleh para pekerja dengan jumlah pekerja yang dikerahkan untuk
menghasilkan keluaran tersebut (Kaplan dan Norton, 2000). Keunggulan penilaian
kinerja dengan menggunakan pendekatan balanced scorecard menurut Mulyadi
(2001) antara lain:
1. Komprehensif
Metode balanced scorecard mencakup pada perencanaan strategik pada
aspek keuangan dan juga perspektif non keuangan sehingga menghasilkan
beberapa manfaat, yaitu menjanjikan kinerja yang berlipat ganda dan
berkesinambungan pada aspek keuangan, perusahaan dapat memasuki lingkungan
bisnis yang kompleks karena metode balanced scorecard mencakup empat
perspektif yang dapat menghasilkan rencana dengan kompleks yang mampu
merespon perubahan lingkungan.
2. Koheren
Setiap sasaran strategik yang ditetapkan pada metode balanced scorecard
dalam perspektif non keuangan harus mempunyai hubungan kausal dengan
sasaran keuangan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kekoherenan
sasaran strategik yang dihasilkan dalam sistem perencanaan strategik dapat
memotivasi personel untuk bertanggung jawab dalam mencari inisiatif strategik
21
yang bermanfaat untuk menghasilkan kinerja keuangan yang berlipat ganda dan
berkesinambungan serta mempuyai manfaat bagi perwujudan sasaran strategik
pada keempat perspektif tersebut.
3. Berimbang
Keseimbangan sasaran strategik yang dihasilkan pada sistem perencanaan
strategik untuk menghasilkan kinerja keuangan yang berkesinambungan. Sasaran
strategik yang lebih difokuskan pada perspektif proses bisnis dan perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan disebut terlalu berfokus kepada intern yang
mengakibatkan terabaikannya perspektif keuangan dan perspektif pelanggan.
Sedangkan jika sasaran strategik difokuskan kepada perspektif keuangan dan
perspektif pelanggan maka disebut terfokus pada ekstern yang mengakibatkan
terabaikannya perspektif proses bisnis dan perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan. Hal ini akan mempengaruhi kepuasan personel, sehingga dapat
mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kinerja keuangan
jangka panjang.
4. Terukur
Keterukuran sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan
strategik menjanjikan ketercapaian berbagai sasaran strategik yang dihasilkan oleh
sistem tersebut. Sasaran strategik pada perspektif non keuangan tidak mudah
diukur, namun dalam pendekatan balanced scorecard sasaran tersebut dapat
dikelola sehingga dapat menjanjikan perwujudan sasaran strategik non keuangan.
III. KERANGKA TEORITIS
22
23
26
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Kinerja Unit Usaha LKM BUM Desa Sekapuk
27
3.2 Hipotesis
28
Tabel 2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Perspektif Pelanggan
29
Tabel 2. Lanjutan Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Perspektif Pelanggan
No Konsep Variabel Definisi Operasional Variabel Pengukuran Variabel
Tingkat Ketelitian dan Ketelitian dan keakuratan pegawai Skor diberikan berdasarkan kriteria:
kepuasan keakuratan pegawai unit usaha LKM dalam 1: Sering terjadi kesalahan
pelanggan melaksanakan pekerjaannya. 2: Pernah terjadi kesalahan
misalnya dalam pencatatan 3: Tidak pernah terjadi kesalahan
setoran, pemberian uang kembali.
Keteraturan jadwal Keteraturan jadwal operasional Skor diberikan berdasarkan kriteria:
operasional jam buka dan jam tutup di loket 1: Jam buka dan tutup tidak teratur
pembayaran unit usaha LKM. 2: Hanya jam buka atau tutup saja
yang teratur
3: Jam buka dan tutup selalu teratur
Kecepatan dan Kecepatan dan ketepatan pegawai Skor diberikan berdasarkan kriteria:
ketepatan pegawai. unit usaha LKM dalam 1: Karyawan tidak peduli atau hanya
menanggapi masalah terkait mendengar dan mencatat keluhan
transaksi yang dilakukan. 2: Karyawan mendengar, mencatat
dan menjelaskan permasalahan
3: Karyawan mendengar, mencatat,
menjelaskan dan menawarkan
solusi
Kecepatan proses Kecepatan proses pelayanan dari Skor diberikan berdasarkan kriteria:
pelayanan pegawai dalam kegiatan transaksi 1: Cukup cepat (>5 menit)
pembayaran di unit usaha LKM. 2: Cepat (4-5 menit)
3: Sangat cepat (<5 menit)
30
Tabel 2. Lanjutan Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Perspektif Pelanggan
No Konsep Variabel Definisi Operasional Variabel Pengukuran Variabel
Tingkat kepuasan Pemberian informasi Penyampaian informasi terkait unit Skor diberikan berdasarkan kriteria:
usaha LKM oleh para pegawai 1: Tidak pernah ada pemberitahuan
pelanggan
terhadap para pelanggan atau 2: Terkadang ada pemberitahuan
masyarakat. 3: Selalu ada pemberitahuan
Pemberian denda Pemberian tindakan atau denda Skor diberikan berdasarkan kriteria:
terhadap nasabah unit usaha LKM 1: Tidak pernah ada denda bagi nasabah
yang tidak aktif atau telat yang telat membayar
membayar setiap bulannya. 2: Kadang-kadang ada denda bagi
nasabah yang telat membayar
3: Selalu ada denda bagi nasabah yang
telat membayar
Keramahan dan Perilaku dan sikap pegawai kepada Skor diberikan berdasarkan kriteria:
kesopanan pegawai para nasabah atau pelanggan unit 1: Karyawan tidak ramah dan tidak
usaha LKM BUM Desa Sekapuk sopan kepada nasabah
ketika sedang melakukan transaksi 2: Karyawan biasa saja kepada nasabah
di loket pembayaran. 3: Karyawan ramah dan sopan kepada
nasabah
Kejujuran pegawai Kejujuran dan keterbukaan Skor diberikan berdasarkan kriteria:
pegawai dalam administrasi unit 1: Pegawai tidak jujur dalam
usaha LKM terhadap para nasabah penambahan biaya administrasi
atau pelanggannya 2: Pegawai jujur dalam penambahan
biaya administrasi
31
Tabel 2. Lanjutan Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Perspektif Pelanggan
No Konsep Variabel Definisi Operasional Variabel Pengukuran Variabel
3: Pegawai jujur dalam penambahan
biaya administrasi dan
memberitahukan kepada nasabah
Tingkat kepuasan Pemberian hadiah Pemberian reward terhadap para Skor diberikan berdasarkan kriteria:
pelanggan nasabah unit usaha LKM yang 1: Tidak pernah dilaksanakan sama
aktif dalam pembayaran setiap sekali
bulannya 2: Hanya beberapa kali dilaksanakan
3: Selalu dilaksanakan
Harga jasa tambahan Harga jasa tambahan yang Skor diberikan berdasarkan kriteria:
diberikan terhadap para pelangan 1: Jasa tambahan > jasa tambahan di
yang memanfaatkan jasa simpan bank
pinjam pada unit usaha LKM 2: Jasa tambahan setara dengan bank
BUM Desa Sekapuk 3: Jasa tambahan < jasa tambahan di
bank
3 Peningkatan Profitabilitas Kemampuan unit usaha LKM Total keuntungan yang diperoleh unit
keuntugan dari pelanggan menghasilkan keuntungan usaha LKM berdasarkan perbandingan
pelanggan berdasarkan total pelanggan yang pendapatan dengan jumlah pelanggan
dimiliki dalam satuan persen per tahun
4 Reputasi BUMDesa dikenal Pengetahuan pelanggan unit usaha Skor diberikan berdasarkan kriteria:
sebagai lembaga LKM tentang BUM Desa Sekapuk 1: Masyarakat tidak mengetahui
yang berprestasi dan prestasi yang pernah di raih. 2: Masyarakat pernah mendengar
3: Masyarakat mengetahui prestasi
BUM Desa
Pengetahuan tentang Pelanggan unit usaha LKM Skor diberikan berdasarkan kriteria:
tujuan pembentukan mengetahui tujuan dibentuknya 1: Masyarakat tidak mengetahui
32
BUM Desa BUM Desa Sekapuk.
Tabel 2. Lanjutan Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Perspektif Pelanggan
No Konsep Variabel Definisi Operasional Variabel Pengukuran Variabel
Reputasi 2: Masyarakat mengetahui tetapi tidak
secara rinci
3: Masyarakat mengetahui dan
menjelaskan secara rinci
Mengetahui kontribusi Masyarakat mengetahui bahwa Skor diberikan berdasarkan kriteria:
BUM Desa terhadap desa BUM Desa memberikan kontribusi 1: Masyarakat tidak mengetahui
terhadap Pendapat Asli Desa 2: Masyarakat pernah mendengar info
(PADes) setiap bulannya. 3: Masyarakat mengetahui kontribusi
BUM Desa ke desa
Pengetahuan sejarah unit Masyarakat mengetahui sejarah Skor diberikan berdasarkan kriteria:
usaha LKM awal terbentuknya unit usaha 1: Masyarakat tidak mengetahui
LKM yang dikelola oleh BUM 2: Pernah mengetahui
3: Mengetahui sejarah secara rinci
Desa Sekapuk
Mengetahui unit usaha Masyarakat mengetahui semua Skor diberikan berdasarkan kriteria:
yang dikelola BUM unit usaha yang dikelola oleh 1: Tidak mengetahui
Desa Sekapuk BUM Desa Sekapuk 2: Hanya sebagian unit usaha
3: Mengetahui semua unit usaha
Kepercayaan terhadap unit Masyarakat mempercayai unit Skor diberikan berdasarkan kriteria:
usaha LKM usaha LKM akan memberi 1: Masyarakat merasa biasa saja
pelayanan dan pengelolaan yang 2: Masrarakat merasa kadang terbantu
baik dengan keberadaan unit usaha LKM
3: Masyarakat selalu merasa terbantu
dengan keberadaan unit usaha LKM
33
Tabel 2. Lanjutan Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Perspektif Pelanggan
No Konsep Variabel Definisi Operasional Variabel Pengukuran Variabel
Reputasi Alasan menjadi Masyarakat dengan senang hati Skor diberikan berdasarkan kriteria:
pelanggan unit usaha menjadi pelanggan unit usaha 1: Masyarakat menjadi pelanggan unit
LKM LKM usaha LKM karena terpaksa
2: Masyarakat menjadi pelanggan unit
usaha LKM karena keinginan
sendiri
3: Masyarakat menjadi pelanggan unit
usaha LKM karena kenginan sendiri
dan loyal dengan BUM Desa
Kenyamanan Masyarakat merasa nyaman Skor diberikan berdasarkan kriteria:
pelayanan dengan pelayanan jasa yang 1: Masyarakat merasa terkadang
diberikan pelayanan yang diberikan tidak
nyaman dan tidak memuaskan
2: Masyarakat merasa pelayanan yang
diberikan unit usaha LKM biasa
saja atau sama dengan pelayanan di
tempat simpan pinjam lainnya
3: Masyarakat merasa pelayanan yang
diberikan oleh unit usaha LKM
sangat nyaman dan memuaskan
Pemilihan Masyarakat lebih memilih Skor diberikan berdasarkan kriteria:
menggunakan jasa menggunakan jasa yang di 1: Masyarakat lebih memilih
BUM Desa berikan BUM Desa daripada jasa menggunakan jasa simpan pinjam
di tempat lain di tempat lain daripada di BUM
Desa
34
Tabel 2. Lanjutan Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Perspektif Pelanggan
35
Tabel 3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Perspektif Proses Bisnis Internal
36
Tabel 3. Lanjutan Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Perspektif Proses Bisnis Internal
Tabel 4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
37
IV. METODE PENELITIAN
38
39
…………………………………………………………………. (1)
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Populasi/jumlah responden
40
= 69,1
= 69 sampel
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan alat kelengkapan dalam suatu kegiatan. Dalam
penelitian ini, dokumentasi digunakan untuk mendukung, memberikan ketegasan,
serta menunjang informasi yang sudah didapat dilapang sehingga nantinya data
yang telah diperoleh akan semakin optimal dan akurat. Dokumentasi dapat berupa
foto, dan aktivitas/kegiatan yang diperoleh menggunakan kamera yang dimiliki
oleh peneliti atau bisa pula berupa data yang dapat mendukung hasil penelitian.
Data yang dibutuhkan dalam penelitian meliputi data laporan keuangan unit usaha
LKM Tahun 2013-2015 untuk mengukur kinerja berdasarkan perspektif
keuangan, dan data mengenai profil BUM Desa Sekapuk untuk keperluan
pengukuran kinerja unit usaha LKM berdasarkan perspektif pelanggan (akuisisi
pelanggan), perspektif proses bisnis internal (proses operasi, inovasi dan layanan
purna jual), dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (produktivitas
karyawan).
4. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data melalui penelitian-
penelitian terdahulu dan lembaga atau instansi yang dapat memberikan data
pendukung atau segala informasi yang relevan dengan topik atau permasalahan
dalam penelitian yang dilakukan. Informasi dapat diperoleh dari buku-buku
ilmiah, laporan penelitian, tesis, disertasi, peraturan-peraturan, karangan-karangan
ilmiah, dan sumber-sumber tertulis lainnya baik tercetak maupun elektronik. Studi
pustaka yang dilakukan oleh peneliti yaitu terkait konsep pengukuran kinerja
dengan pendekatan balanced scorecard untuk mengukur kinerja unit usaha LKM
BUM Desa Sekapuk.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari
sumbernya berdasarkan tujuan dari penelitian. Data primer yang diperoleh dalam
penelitian ini adalah data keuangan BUM Desa Sekapuk yang merupakan data
runtut waktu (time series) yang diperoleh langsung dari BUM Desa Sekapuk.
Selain data keuangan, data primer yang diperoleh juga merupakan data hasil
43
wawancara yaitu data karakteristik responden, kinerja BUM Desa Sekapuk, serta
terkait kontribusi BUM Desa Sekapuk terhadap Pendapatan Asli Desa (PADes).
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung
terhadap sumbernya berdasarkan tujuan dari penelitian. Data sekunder digunakan
sebagai data pendukung data primer yang dapat berupa data atau dokumen yang
berasal dari internet, buku ataupun yang lainnya. Dalam penelitian ini, data
sekunder yang dikumpulkan berupa data-data pendukung dari website, teori
pendukung penelitian, serta profil Desa Sekapuk.
Silaen dan Widiyono (2013) berpendapat bahwa semakin lebar jenjang jawaban
maka semakin besar kemungkinan kekosongan pada titik ujung.
Berdasarkan hasil uji validitas kepuasan pelanggan unit usaha LKM BUM
Desa Sekapuk didapatkan hasil bahwa dari 16 poin pertanyaan terdapat tiga
pertanyaan yang tidak valid yaitu pada pertanyaan nomor 4, pertanyaan nomor 11,
dan pertanyaan nomor 14. Sedangkan hasil uji validitas reputasi dengan 15 poin
pertanyaan, terdapat empat pertanyaan yang tidak valid yaitu pada pertanyaan
dalam indikator kepercayaan masyarakat terhadap BUM Desa serta pertanyaan
dalam indikator BUM Desa di mata masyarakat. Pertanyaan yang tidak valid
tersebut dikarenakan nilai r hitungnya lebih kecil dari nilai r tabel. Hal tersebut
disebabkan karena tidak adanya distribusi jawaban dari para responden, dan
responden hanya cenderung pada satu jawaban. Agar tidak mengurangi keabsahan
pengambilan data dilapang yang dilakukan melalui wawancara, maka poin
pertanyaan yang tidak valid tersebut harus dihilangkan. Sehingga pertanyaan yang
digunakan dalam kuesioner kepuasan pelanggan sebanyak 13 pertanyaan dan pada
kuesioner reputasi sebanyak 11 pertanyaan. Hasil uji validitas kepuasan pelanggan
dan reputasi dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk menguji kehandalan instrumen penelitian.
Pengujian reliabilitas dilakukan pada kuesioner yang telah diuji validitas. Uji
relialibilitas dilakukan dengan menggunakan SPSS 16. Instrumen penelitian
dikatakan reliabel apabila harga koefisien korelasi pearson yang diperoleh lebih
besar dari nilai alfa Cronbach yaitu 0,60. Menurut Sekaran (2006) suatu
instrument penelitian dikatakan tingkat reliabelnya sangat tinggi apabila nilai r
antara 0,81 sampai 1, tingkat reliabel tinggi apabila nilai r antara 0,61-0,80,
tingkat reliabel cukup apabila nilai r antara 0,41-0,60, tingkat reliabel rendah
apabila nilai r antara 0,21-0,40, dan tingkat reliabel sangat rendah apabila nilai r
antara 0-0,2.
Berdasarkan hasil uji reliabilitas tingkat kepuasan pelanggan yang
dilakukan didapatkan bahwa nilai koefisien korelasi pearson yang diperoleh
adalah 0,755, sehingga dapat dikatakan bahwa semua indikator kepuasan
pelanggan yang diuji yaitu sebanyak 13 pertanyaan dikatakan reliabel dengan
45
tingkat reliabel tinggi. Sedangkan pada uji reliabilitas reputasi didapatkan bahwa
nilai koefisien korelasi pearson yang diperoleh adalah 0,702, dari hasil tersebut
menunjukkan bahwa semua indikator reputasi yang diuji yaitu sebanyak 11
pertanyaan dikatakan reliabel dengan tingkat reliabel tinggi. Hasil uji reliabilitas
kepuasan pelanggan dan reputasi dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3.
Bobot
No Perspektif Sasaran Strategik Ukuran Hasil Ukuran Pemacu Kinerja
Nilai
1 Perspektif keuangan - Memperoleh keuntungan - NPM - Peningkatan keuntungan 1
dari penjualan jasa
- Memperoleh keuntungan - ROI - Peningkatan keuantungan 1
dari investasi total
- Memperoleh keuntungan - ROE - Peningkatan keuntungan 1
dari pengelolaan modal
2 Perspektif pelanggan - Meningkatkan partisipasi - Akuisisi Pelanggan - Pelanggan baru 1
pelanggan bertambah
- Meningkatkan kepuasan - Kepuasan Pelanggan - Keluhan dari pelanggan 1
pelanggan berkurang
- Memperoleh keuntungan - Profitabilitas - Peningkatan keuntungan 1
pelanggan
- Meningkatkan kepercayaan - Reputasi - Peningkatan loyalitas 1
pelanggan pelanggan
3 Perspektif proses bisnis - Mengembangkan - Inovasi - Peningkatan pendapatan 1
internal pelayanan jasa
- Meningkatkan pelayanan - Proses operasi - Peningkatan loyalitas 1
pelanggan
- Meningkatkan kualitas - Layanan purna jual - Kemudahan akses 1
proses pelayanan pelanggan
4 Perspektif pertumbuhan - Meningkatkan komitmen - Produktivitas pegawai - Peningkatan produktivitas 1
dan perkembangan pegawai pelanggan
Total Skor 11
46
47
x100%……………………….(2)
NPM merupakan rasio yang melihat laba bersih yang diperoleh atas
penjualan barang atau jasa yang dilakukan. NPM dalam penelitian ini digunakan
untuk mengukur laba bersih yang dihasilkan unit usaha LKM dari setiap
pelayanan jasa yang diberikan kepada pelanggan. Semakin besar angka rasio Net
Profit Margin (NPM), maka semakin besar keuntungan netto dari setiap satuan
uang penjualan.
ii. Return on equity (ROE)
x 100% ……………………………………(3)
x 100% ………………………………………..…(4)
i. Akuisisi pelanggan
Akuisisi pelanggan digunakan untuk mengetahui kemampuan unit usaha
LKM dalam menarik pelanggan baru. Akuisisi pelanggan dapat dikatakan baik
apabila hasil perhitungan mengalami peningkatan, dan dikatakan tidak baik
apabila terjadi penurunan. Rumus yang digunakan dalam perhitungan akuisisi
pelanggan adalah sebagai berikut:
umlah pelanggan baru
kuisisi elanggan …………………………(5)
umlah pelanggan
Tabel 2. Indikator Tingkat Kepuasan Pelanggan Unit Usaha LKM BUM Desa
Sekapuk
Tabel 6. Lanjutan
…………………………….(7)
56
57
adalah dalam bidang jasa, sektor industri dan sektor lain. Adapun rincian mata
pencaharian penduduk di Desa Sekapuk antara lain 1.053 orang bekerja di sektor
pertanian; pada bidang jasa yaitu jasa pemerintahan sebanyak 38 orang, jasa
perdagangan 363 orang, jasa angkutan 57 orang, jasa ketrampilan 23 orang, jasa
lainnya 60 orang; pada sektor industri sebanyak 48 orang serta pada sektor lainnya
sebanyak 76 orang. Tingkat pendapatan rata-rata penduduk Desa Sekapuk yaitu
Rp 1.800.000 per bulannya. Sarana dan prasarana yang terdapat pada Desa
sekapuk yaitu prasarana pemerintahan desa yang terdiri dari balai desa, kantor
kepala desa serta peralatan-peralatan kantor; prasarana pendidikan formal/non
formal terdiri dari TK/RA, PAUD, SD/MI, SMP/MTs, SMA/ Aliyah/ SMK,
pondok salafiyah, dan TPQ/ TPA; prasarana kesehatan terdiri dari rumah sakit
bersalin, polindes, posyandu, puskesmas, bidan praktek, dan dokter praktek;
prasarana perhubungan darat; serta prasarana keagamaan yang terdiri dari masjid
dan musholla.
5.1.2 Gambaran Umum Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Sekapuk
1. Sejarah BUM Desa Sekapuk
atas adanya kebutuhan dan potensi yang dimiliki oleh Desa Sekapuk yaitu lahan
pertanian, pertambangan batu kapur, pasar desa, dan usaha kreatif masyarakat
lainnya, dalam upaya untuk memperkuat serta membanguan kerekatan sosial
masyarakat Desa Sekapuk.
Proses pembentukan BUM Desa Sekapuk selain karena potensi desa, juga
dimaksudkan untuk menggabungkan beberapa Lembaga Ekonomi Desa (LED)
yang sudah ada untuk menjadi unit usaha BUM Desa antara lain UED-SP,
pengelolaan air, dana bantuan pertanian, dan layanan pembayaran listrik.
Keberadaan BUM Desa Sekapuk selain sebagai lembaga usaha yang berorientasi
pada keuntungan dan sosial (Profit and Social Oriented) juga berfungsi sebagai
fasilitator yaitu sebagai penyedia bantuan modal usaha berupa pinjaman uang
yang harus dikembalikan pada periode tertentu; sebagai stabilitator yaitu BUM
Desa melakukan intervensi dengan cara menampung kelebihan hasil produksi
pertanian yang tidak tersalurkan dipasar dan menjual kembali hasil produksi
pertanian tersebut bila terjadi kelangkaan dengan harga yang wajar; sebagai server
yaitu melayani kebutuhan akan air dan jasa pembayaran listrik bagi masyarakat
Desa Sekapuk.
Dasar hukum pembentukan dan penyelenggaraan BUM Desa Sekapuk
antara lain a) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah Pasal 213; b) Peraturan Pemerintahan Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
Pasal 78-81; c) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 tentang
Badan Usaha Milik Desa; d) Peraturan Daerah Kabupeten Gresik Nomor 7 Tahun
2007 tentang Pembentukan dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa; e)
Peraturan Desa Sekapuk Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pendirian dan Pengelolaan
Badan Usaha Milik Desa; f) Perdes Nomor 2 Tahun 2014 tentang Badan Usaha
Milik Desa; g) SK Kepala Desa Nomor. 141/02/437.116.1/2014 tentang Susunan
Pengurus; h) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Badan Usaha Milik
Desa; i) Pedoman Umum Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa.
2. Visi, Misi dan Motto BUM Desa Sekapuk
Visi:
Menjadi badan usaha professional dengan pelayanan multisektoral
59
Misi:
a. Memberikan pelayanan terbaik dan dapat melakukan pemberdayaan serta
mempunyai tanggung jawab sosial kepada masyarakat.
b. Memberikan kontribusi kepada pemerintah desa sehingga dapat menopang
penyelenggaraan Pemerintahan Desa
c. Mampu memberikan kesejahteraan serta dapat meningkatkan skill bagi
pegawai.
Motto:
Tumbuh dan berkembang bersama masyarakat.
3. Struktur Organisasi BUM Desa Sekapuk
Struktur organisasi merupakan suatu susunan hubungan antara tiap bagian
serta posisi yang ada pada suatu organisasi, lembaga, perusahaan atau suatu
instansi dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Struktur organisasi yang ditetapkan pada BUM Desa Sekapuk adalah
struktur organisasi lini, yaitu suatu bentuk organisasi yang menghubungkan
langsung secara vertikal antara atasan dan bawahan. Struktur organisasi BUM
Desa Sekapuk dapat dilihat pada Gambar 4.
Penasehat
Ketua
Sekretaris Bendahara
a. Ketua
Tugas ketua BUM Desa Sekapuk antara lain, penanggung jawab utama
jalannya BUM Desa Sekapuk; membuat perencanaan pengembangan BUM Desa
Sekapuk secara umum; melakukan kontrol dan evaluasi terhadap pelaksanaan
program kerja BUM Desa Sekapuk; melakukan pengawasan atas realisasi
anggaran pendapatan dan belanja BUM Desa sekapuk; memberikan kebijakan-
kebijakan umum yang tidak tercover dari tiap-tiap unit; menyampaikan laporan
kepada Pemerintah Desa atas perkembangan BUM Desa Sekapuk; mengawasi dan
mengevaluasi kinerja semua pengurus BUM Desa Sekapuk; serta melakukan lobi
ke lembaga /instansi terkait dalam rangka sosialisasi dan upaya pengembangan
BUM Desa Sekapuk.
b. Sekretaris
Tugas sekretaris BUM Desa Sekapuk antara lain, bertanggung jawab atas
kegiatan administrasi secara umum termasuk pengadaan; bertanggung jawab
kegiatan surat-menyurat (pembuatan, kodifikasi, penyampaian); notulensi rapat
dan berita acara rapat; rekapitulasi data dari laporan harian; melakukan
pengarsipan; membuat laporan penyelenggaraan BUMDesa Sekapuk.
c. Bendahara
Tugas bendahara BUM Desa Sekapuk antara lain, pemegang dan
penanggung jawab keuangan BUM Desa Sekapuk; mencatat dan membukukan
laporan harian; memberikan gaji pengurus; menyiapkan dana untuk kebutuhan
BUM Desa sekapuk yang telah diprogram serta mengawasinya; mengupayakan
sumber pendanaan tambahan bagi BUM Desa Sekapuk.
d. Kanit layanan
Tugas ketua unit usaha layanan antara lain, melakukan kegiatan pelayanan
(pendaftaran, pembayaran dsb) untuk semua unit; memberikan realisasi pinjaman
kepada nasabah LKM; membuat laporan keuangan harian kepada bagian
keuangan; menyerahkan keuangan harian kepada bagian keuangan; bertanggung
jawab atas kebersihan kantor.
e. Kanit LKM
Tugas ketua unit usaha LKM antara lain, melakukan kebijakan umum
pengelolaan unit LKM; menyiapkan data tagihan LKM; menyiapkan dana dari
bagian keuangan apabila ada pencairan dalam jumlah besar; melakukan survey
61
Gambar 4. Loket Pembayaran Unit Usaha LKM di Kantor BUM Desa Sekapuk
Unit usaha LKM merupakan salah satu unit usaha yang dikelola oleh
BUM Desa Sekapuk yang bergerak dalam bidang usaha simpan pinjam.
Terbentuknya unit usaha LKM yaitu sebelum adanya BUM Desa Sekapuk dan
merupakan salah satu unit yang dikelola oleh Lembaga Ekonomi Desa (LED).
Pembentukan unit usaha LKM ini dilatar belakangi oleh kebutuhan masyarakat
Desa Sekapuk terhadap penyedia jasa simpan pinjam uang baik untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari atau untuk keperluan usaha. Ketua BUM Desa Sekapuk,
Bapak Asjudi, mengatakan bahwa:
“Pada tahun 2002/2003 Desa Sekapuk mendapatkan bantuan dana dari
Pemerintah Provinsi yaitu dana program Pemberdayaan Daerah dalam
Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDMDKE) yang ditujukan untuk
pembentukan lembaga simpan pinjam. Dari dana tersebut dibentuklah
Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam (UED-SP) yang sasarannya adalah
Rumah Tangga Miskin (RTM). Orientasi kepada RTM yang diberikan
dana adalah untuk membentuk usaha”
Ada 3 jenis simpan pinjam dalam unit usaha LKM ini yaitu LKM Pro,
UED-Sp dan PUAP. Peminjaman ditujukan untuk semua masyarakat Desa
Sekapuk yaitu untuk keperluan usaha, pendidikan, ataupun untuk kebutuhan
lainnya. Peminjam sebagian besar dari kalangan orang tua baik laki-laki ataupun
perempuan. Dalam peminjaman LKM Pro besarnya pinjaman untuk nasabah yang
memiliki pekerjaan tetap antara Rp 2.000.000 sampai Rp 3.000.000, sedangkan
untuk nasabah yang memiliki usaha, besarnya pinjaman antara Rp 2.000.000
sampai Rp 5.000.000 dan bagi nasabah LKM Pro harus memberikan jaminan
63
Selain itu ketua unit usaha LKM, Bapak Suliaji juga mengatakan bahwa:
Modal awal yang digunakan pada unit usaha LKM merupakan bantuan
yang diberikan oleh pemerintah pusat. Kepengurusan unit usaha LKM dikelola
oleh pengurus BUM Desa dan merupakan satu kesatuan dalam struktur organisasi
BUM Desa yaitu terdiri dari ketua BUM Desa, sekretaris, bendahara dan kanit
unit usaha LKM. Sejak awal terbentuk hingga saat ini BUM Desa Sekapuk telah
memasuki periode kepengurusan kedua, begitu juga pada unit usaha LKM.
Hingga saat ini unit usaha LKM untuk jenis pinjaman LKM-Pro dan UED- SP
berjalan dengan lancar, namun untuk pinjaman PUAP sudah tidak berjalan
dikarenakan para nasabahnya sudah berhenti melakukan transaksi simpan pinjam
di BUM Desa Sekapuk. Kendala yang sering terjadi pada unit usaha LKM yaitu
adanya beberapa pelanggan/nasabah yang tidak aktif membayar angsuran
pelunasan setiap bulannya, sehingga untuk mengurangi resiko penunggakan
tersebut BUM Desa Sekapuk tidak akan memberikan pinjaman lagi kepada orang
tersebut, tapi apabila peminjam aktif melakukan angsuran setiap bulannya maka
untuk peminjaman berikutnya akan dipermudah. Sistem penagihan untuk
pinjaman LKM Pro yaitu apabila telat atau tidak melakukan angsuran pembayaran
dalam jangka waktu 2 bulan, maka diberikan surat pemberitahuan. Sedangkan
apabila telat dalam jangka waktu 3 bulan, maka diberikan surat penagihan oleh
64
pihak BUM Desa Sekapuk. Sistem penagihan pada UED-SP, apabila kurang aktif
15 sampai 30 hari maka diberikan surat pemberitahuan, tidak aktif 30 sampai 60
hari diberikan surat tagihan, macet 60 hari atau lebih dilakukan penagihan, serta
apabila macet total maka dilakukan pemberitahuan ke desa dan nantinya pihak
dari desa yang akan memberikan kebijakan dan menindak lanjuti.
BUM Desa Sekapuk memiliki beberapa visi dan misi yang ingin dicapai
dalam menjalankan program kerjanya. Metode balanced scorecard bertujuan
untuk melihat kinerja visi dan misi dari suatu perusahaan dalam menjalankan
programnya, sehingga terdapat tujuan yang strategik dalam menjalankan setiap
kegiatannya. Visi BUM Desa Sekapuk yaitu menjadi badan usaha profesional
dengan pelayanan multisektoral. Hal tersebut menunjukkan bahwa BUM Desa
Sekapuk berupaya menjadi badan usaha yang bekerja secara profesional tanpa
kecurangan dengan memberikan pelayanan yang baik dalam berbagai bidang
usaha yang dikelola. Untuk mencapai visi tersebut maka BUM Desa Sekapuk
memiliki beberapa misi yang dijalankan. Misi BUM Desa Sekapuk tersebut perlu
dikelompokkan kedalam setiap perspektif pada balanced scorecard. Misi pertama
termasuk dalam perspektif pelanggan dan perspektif proses bisnis internal, misi
kedua termasuk dalam perspektif keuangan, serta misi ketiga termasuk dalam
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
Penilaian kinerja pada perspektif keuangan disesuaikan dengan misi kedua
BUM Desa Sekapuk yaitu memberikan kontribusi kepada Pemerintah Desa
sehingga dapat menopang penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Misi tersebut
bertujuan untuk mengembangkan usaha dan meningkatkan pendapatan yang
diperoleh sehingga semua unit usaha pada BUM Desa Sekapuk, termasuk unit
usaha LKM selalu bisa memberikan kontribusi terhadap Masyarakat Desa
67
Sekapuk. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Pusat Kajian Dinamika Sistem
Pembangunan (2007) yang menyebutkan bahwa BUM Desa merupakan pilar
kegiatan ekonomi di desa yang berfungsi sebagai lembaga sosial dan komersial.
Pengukuran yang sesuai untuk mengetahui perkembangan dan peningkatan
pendapatan unit usaha LKM yaitu dengan menghitung nilai ROE, ROI dan NPM.
Penilaian kinerja pada perspektif pelanggan dan perspektif proses bisnis
internal disesuaikan dengan misi pertama BUM Desa Sekapuk yaitu memberikan
pelayanan terbaik dan dapat melakukan pemberdayaan serta mempunyai tanggung
jawab sosial kepada masyarakat. Misi tersebut bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan dan memberikan kepuasan kepada masyarakat melalui pelayanan
produk dan jasa yang diberikan. BUM Desa Sekapuk harus senantiasa mengetahui
keinginan dan kebutuhan dari para pelanggannya, sehingga bisa melakukan desain
produk dan jasa dari berbagai atribut sesuai dengan keinginan dan kebutuhan
tersebut agar menimbulkan kepercayaan dan loyalitas dari para pelanggan. Proses
desain produk dan jasa yang dilakukan dapat berupa suatu inovasi ataupun
layanan purna jual. Pengukuran perspektif pelanggan dapat diukur dengan akuisisi
pelangan, kepuasan pelanggan, profitabilitas pelanggan dan reputasi.
Penilaian kinerja pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
disesuaikan dengan misi ketiga BUM Desa Sekapuk yaitu mampu memberikan
kesejahteraan serta dapat meningkatkan skill bagi pegawai. Produktivitas pegawai
merupakan salah satu bentuk hasil dari skill yang dimiliki oleh para pegawai,
apabila skill yang dimiliki bertambah, maka produktivitasnya juga akan
meningkat.
Dari uraian diatas dapat disebutkan perwujudan visi BUM Desa Sekapuk
dihubungkan dengan perspektif dalam Balanced Scorecard yaitu peningkatan
loyalitas dan kepuasan pelanggan merupakan bentuk keberhasilan pencapaian
perspektif pelanggan dan proses bisnis internal. Peningkatan produktifitas
karyawan merupakan bentuk keberhasilan pencapaian perspektif pembelajaran
dan pertumbuhan, serta peningkatan pendapatan merupakan bentuk keberhasilan
dalam perspektif keuangan.
68
Tahun Laba Bersih (Rp) Total Aktiva ROI (%) Perubahan Skor
(Rp)
2014 2.791.844 73.351.344 3.81 -
2015 603.518 70.382.518 0.86 Menururn 0
2016 7.878.588 97.120.188 8.11 Meningkat
Rata-rata 4,26
Sumber: Analisis data sekunder (2017)
tambahan bagi para pelanggan. Selain itu banyaknya pelanggan yang melakukan
penunggakan sehingga dapat menyebabkan jumlah pendapatan yang diperoleh
hanya sedikit. Pengukuran NPM ini digunakan untuk menghitung laba bersih
yang diperoleh dari setiap pemberian jasa unit usaha LKM kepada para
pelanggan. Tompodung (2014) menjelaskan bahwa Efektifitas dan efisiensi dalam
menjalankan operasional perusahaan sangat penting. Untuk mengukur efisiensi
aktivitas suatu perusahaan dan kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan
dapat diukur dengan menggunakan rasio net profit margin yaitu menggambarkan
kemampuan dalam mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber
yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, dan sebagainya. Hasil
perhitungan NPM pada tahun 2014-2016 ditunjukkan pada Tabel 16.
Tabel 6. Hasil Perhitungan Net Profit Margin (NPM) Unit Usaha LKM
Pendapatan
Tahun Laba Bersih (Rp) NPM (%) Perubahan Skor
jasa (Rp)
2014 2.791.844 76.577.959 3,65 -
2015 603.518 74.228.500 0,81 Menurun 0
2016 7.878.588 116.116.000 6,78 Meningkat
Rata-rata 3,75
Sumber: Analisis data sekunder (2017)
Berdasarkan Tabel 16, diketahui bahwa rata-rata NPM dari tahun 2014-
2016 adalah 3,75%. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp 1 total
pendapatan yang diterima, maka unit usaha LKM mampu menghasilkan laba
bersih bersih rata-rata Rp 0,4. Tabel 16 juga menunjukkan bahwa hasil
perhitungan NPM pada tahun 2014-2016 fluktuatif. Hal tersebut dikarenakan
pendapatan dan laba bersih yang diperoleh pada tahun 2014-2016 juga fluktuatif.
Terjadinya penurunan pendapatan dan laba bersih yang diterima unit usaha LKM
dari tahun 2014 ke tahun 2015 dikarenakan banyaknya penunggakan angsuran
pembayaran dan pelunasan pelanggan. Sedangkan pada tahun 2016 terjadi
peningkatan pada pendapatan dan juga laba bersih yang diterima unit usaha LKM
dikarenakan adanya penghapusan peraturan pemberian kontribusi BUM Desa
terhadap PADesa sehingga menyebabkan berkurangnya pengeluaran unit usaha
LKM. Dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja unit usaha LKM berdasarkan
72
perspektif keuangan dilihat dari indikator NPM termasuk kategori cukup dengan
nilai 0.
2. Perspektif Pelanggan
Pengukuran kinerja pada perspektif pelanggan dilakukan untuk
mengetahui kinerja unit usaha LKM dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.
Analisis pada perspektif pelanggan penting untuk dilakukan karena BUM Desa
Sekapuk sebagai pengelola unit usaha LKM didirikan dengan tujuan memberikan
pelayanan kepada kebutuhan masyarakat. Indikator pengukuran pada perspektif
pelanggan dalam penelitian kinerja unit usaha LKM ini antara lain akuisisi
pelanggan, kepuasan pelanggan, profitabilitasa pelanggan, serta reputasi.
Penilaian kinerja berdasarkan perspektif pelanggan pada penelitian ini tidak
menggunakan indikator retensi pelanggan yaitu mengukur kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan pelanggannya. Hal tersebut dikarenakan tidak
adanya pelanggan yang keluar dari unit usaha LKM, namun hanya adanya
penambahan pelanggan unit usaha LKM. Pemaparan dari masing-masing
pengukuran perspektif pelanggan antara lain:
A. Akuisisi Pelanggan
Akuisisi pelanggan mengukur tingkat kemampuan unit usaha LKM dalam
memperoleh pelanggan baru. Pengukuran akuisisi pelanggan pada unit usaha
LKM didasarkan pada potensi yang dimiliki unit usaha LKM yaitu sebagai
pemberi jasa simpan pinjam dengan harga jasa yang rendah dan prosedur yang
mudah. Hal tersebut akan menyebabkan semakin bertambahanya pelanggan unit
usaha LKM dari tahun ke tahun. Akuisisi diukur dengan membandingkan jumlah
pelanggan baru dengan total pelanggan pada periode tertentu. Perhitungan akuisisi
pelanggan dilakukan pada tahun 2014-2016 dan hasil perhitungannya disajikan
pada Tabel 17.
Tabel 7. Hasil Pengukuran Akuisisi Pelanggan Unit Usaha LKM
C. Profitabilitas pelanggan
Pengukuran profitabilitas pelanggan didasarkan pada permasalahan unit
usaha LKM terkait kesadaran para pelanggan, yaitu banyaknya pelanggan yang
melakukan tunggakan pembayaran atau pelunasan pinjaman yang menyebabkan
sedikitnya pendapatan unit usaha LKM. Selain itu semua pelanggan lebih memilih
melakukan pinjaman namun tidak adanya yang melakukan penyimpanan,
sehingga berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh lebih sedikit
dibandingkan dengan pengeluaran unit usaha LKM. Pengukuran profitabilitas
pelanggan juga dilakukan berdasarkan pendapat Kaplan dan Norton (2000) yang
menjelaskan bahwa setelah berhasil dalam mengukur akuisisi pelanggan dan
kepuasan pelanggan, belum tentu merupakan jaminan bahwa perusahaan memiliki
pelanggan yang menguntungkan. Perhitungan profitabilitas pelanggan unit usaha
LKM ditunjukkan pada Tabel 19.
pelunasan yang dilakukan oleh pelanggan unit usaha LKM. Dengan demikian,
pengukuran kinerja unit usaha LKM berdasarkan perspektif pelanggan dilihat dari
indikator profitabilitas pelanggan termasuk kategori cukup dengan skor 0.
D. Reputasi
Penilaian reputasi unit usaha LKM dan BUM Desa Sekapuk diperlukan
untuk mengetahui pandangan dan tanggapan masayarakat terhadap jasa dan
pelayanan yang diberikan. Apabila suatu perusahaan memiliki reputasi yang baik
dalam pandangan masyarakat, maka masyarakat menganggap perusahaan tersebut
memiliki manajerial yang baik sehingga mereka akan senang memanfaatkan jasa
atau produk yang disediakan oleh perusahaan atau organisasi tersebut. Begitu juga
dengan unit usaha LKM yang dikelola oleh BUM Desa Sekapuk, apabila BUM
Desa sendiri memiliki penilaian yang baik dari masyarakat terutama masyarakat
Desa Sekapuk, maka masyarakat akan senang hati memanfaatkan jasa dan
pelayanan yang disediakan oleh BUM Desa melalui unit-unit usaha yang
dikelolanya salah satunya yaitu unit usaha LKM. Pengukuran reputasi pada
penelitian ini dilakukan menggunakan lima indikator yang disampaikan dalam
bentuk instrument kuesioner yang sudah valid. Kelima indikator tersebut antara
lain BUM Desa dikenal luas oleh masyarakat, kepercayaan masyarakat terhadap
BUM Desa, kenyamanan masyarakat atas penggunaan jasa, BUM Desa di mata
masyarakat, serta BUM Desa terbuka dalam menyampaikan permasalahan. Hasil
pengukuran reputasi BUM Desa Sekapuk pada pengelolaan unit usaha LKM
disajikan pada Tabel 20.
78
Tabel 10. Hasil Pengukuran Reputasi BUM Desa Sekapuk pada Pengelolaan Unit
Usaha LKM
BUM Desa karena selain mempermudah jasa simpan pinjam, BUM Desa
juga memberikan kontribusi terhadap Desa Sekapuk yang dapat berupa
perbaikan sarana dan prasarana desa”.
A. Proses operasi
Pengukuran proses operasi didasarkan pada permasalahan unit usaha LKM
yaitu kesadaran pelanggan terkait pemenuhan syarat dan prosedur pembayaran
angsuran yang masih rendah. Pengukuran indikator proses operasi dilakukan
dengan mendeskripsikan proses pelayanan yang dilakukan pada unit usaha LKM
yang mencakup waktu, biaya, dan ketepatan. Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan kepada ketua unit usaha dan pengurus BUM Desa Sekapuk, proses
operasi yang dilakukan unit usaha LKM yaitu pelayanan yang cepat. Hal tersebut
dibuktikan dengan waktu pencairan dana pinjaman yang biasanya hanya
memerlukan waktu paling lama satu minggu. Selain itu dalam melakukan
penagihan, unit usaha LKM memberikan kemudahan kepada para pelanggan yaitu
apabila pelanggan tidak sempat untuk membayar langsung ke loket pembayaran
maka bisa menitipkannya kepada orang lain atau meminta ketua unit usaha LKM
atau salah satu pengurus BUM Desa agar datang kerumahnya untuk mengambil
uang pembayaran angsuran tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pengukuran kinerja unit usaha LKM pada perspektif proses
bisnis internal berdasarkan indikator proses operasi dikatakan baik dengan nilai 1.
B. Inovasi
Pengukuran proses inovasi dilakukan dengan mendeskripsikan inovasi-
inovasi yang terdapat pada unit usaha LKM. Proses inovasi merupakan suatu
kegiatan yang menunjukkan sejauh mana suatu perusahaan melakukan
pengembangan baik melalui penciptaan produk baru, perbaikan pelayanan
ataupun hal lainnya untuk menarik pelanggan agar lebih loyal terhadap produk
atau jasa yang diberikan oleh perusahaan tersebut. Inovasi yang dilakukan pada
unit usaha LKM BUM Desa Sekapuk yaitu dengan memberikan bingkisan yang
berisi sembako (gula dan minyak) setiap tahun ketika ulang tahun BUM Desa
Sekapuk. Pemberian bingkisan diberikan kepada pelanggan yang melakukan
pembayaran angsuran pada Bulan Maret yaitu bertepatan pada ulang tahun BUM
Desa. Pelanggan akan mendapatkan bingkisan apabila melakukan pembayaran
dengan datang langsung ke loket pembayaran dan tidak menitipkan kepada orang
lain. Hal tersebut memberikan intensif kepada para pelanggan untuk tetap loyal
81
kepada BUM Desa Sekapuk dan memanfaatkan jasa yang diberikan oleh unit
usaha LKM.
Selain pemberian bingkisan sembako, inovasi lainnya yaitu dengan
memberikan hadiah dimalam perayaan ulang tahun BUM Desa yang diadakan di
balai desa kepada tiga pelanggan yang paling aktif dalam pembayaran angsuran
LKM. Inovasi lainnya yang dilakukan pada unit usaha LKM yaitu setiap tahun
mengadakan acara jalan sehat dan memberikan doorprize. Hal tersebut juga akan
memotivasi pelanggan untuk lebih aktif dalam unit usaha LKM. Menurut
pendapat ketua unit usaha LKM yaitu Bapak Suliaji, menjelaskan bahwa:
“Inovasi yang dilakukan oleh pengurus dalam meningkatkan pelayanan
kinerja unit usaha LKM yaitu dengan adanya bukti penagihan bagi para
nasabah yang jatuh tempo pengangsurannya, selain itu adanya IPTW
(Insentif Pembayaran Tepat Waktu) bagi para nasabah yang selalu
melakukan pembayaran tepat waktu”
Selain itu, salah satu pegawai BUM Desa Sekapuk yaitu Ibu Titis Khusnayanti
juga menjelaskan bahwa:
“Inovasi yang dilakukan pada unit usaha LKM yaitu dengan penggunaan
komputer. Kegiatan transaksi menjadi lebih mudah dengan menggunakan
komputer dari pada transaksi simpan pinjam yang dilakukan dengan
pencatatan manual. Semua data terkait unit usaha LKM sudah tersimpan
didalam aplikasi excel pada komputer, sehingga apabila ingin mencari
suatu data akan lebih cepat dan mudah”
LKM sehingga mereka juga mendukung adanya BUM Desa dan unit usaha LKM
tersebut. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan responden, mereka juga
menyebutkan bahwa jam operasional BUM Desa selalu tepat waktu yaitu pada
hari kerja senin sampai sabtu pada jam 07.30-12.00. Dikarenakan jam operasional
yang selalu tepat waktu tersebut masyarakat merasa puas dengan adanya unit
usaha LKM. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja
unit usaha LKM pada perspektif proses bisnis internal berdasarkan indikator
layanan purna jual dikatakan baik dengan nilai 1.
4. Perspektif Pembelajaran dan pertumbuhan
Pengukuran kinerja berdasarkan proses pembelajaran dan pertumbuhan
dilakukan untuk mengetahui kinerja unit usaha LKM dalam menggambarkan
kemampuan SDM untuk mengelola unit usaha. Penilaian kinerja unit usaha LKM
BUM Desa Sekapuk pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yaitu
berdasarkan indikator produktifitas karyawan. Perhitungan produktifitas karyawan
dilakukan pada tahun 2014-2016. Pengukuran kinerja unit usaha LKM pada
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan tidak dilakukan pada pengukuran
indikator retensi karyawan, dan kapabilitas karyawan dikarenakan pada unit usaha
LKM tidak adanya karyawan yang keluar dan juga tidak ada pelatihan karyawan
yang dilakukan untuk memberikan kemampuan tambahan. Hasil perhitungan
produktivitas karyawan unit usaha LKM ditunjukkan pada Tabel 21.
Tabel 11. Hasil Pengukuran Produktivitas Karyawan Unit Usaha LKM
5
=
11
= 0,45
-1 1
0 0,45
5.2.4. Analisis Kontribusi Unit Usaha LKM dan BUM Desa Sekapuk
kepada PADesa
BUM Desa merupakan suatu lembaga yang didirikan oleh pemerintah desa
sebagai bentuk upaya pembangunan. Tujuan pendirian BUM Desa ini adalah
untuk mengelola potensi desa dan menyejahterakan msyarakatnya yaitu melalui
pemberian layanan atau jasa dari unit-unit usaha yang dikelola. Adanya BUM
Desa diharapkan mampu memberikan kontribusi serta meningkatkan PADesa.
BUM Desa Sekapuk sejak awal berdiri dituntut agar bisa memberikan kontribusi
terhadap PADesa. Jumlah nominal yang harus diberikan setiap bulannya yaitu
berdasarkan ketetapan yang telah dibuat oleh Pemerintah Desa.
Kontribusi yang diberikan oleh BUM Desa terhadap PADesa setiap
bulannya sebesar Rp 4.500.000 sesuai dengan ketetapan dari Pemerintah Desa.
Tahun 2014 dan tahun 2015 BUM Desa Sekapuk mampu memberikan kontribusi
terhadap PADesa sebesar Rp 54.000.000, namun pada tahun 2016 BUM Desa
Sekapuk hanya memberikan kontribusi kepada PADesa sebesar Rp 18.000.000.
Hal tersebut dikarenakan pemberian kontribusi hanya sampai bulan April, dan
untuk bulan-bulan berikutnya BUM Desa tidak lagi memberikan kontribusi
terhadap PADesa dikarenakan adanya perubahan kebijakan dari Pemerintah Desa
yang awalnya mewajibkan BUM Desa untuk berkontribusi setiap bulan, namun
sekarang peraturan tersebut sudah ditiadakan. Hal tersebut dilakukan oleh
Pemerintah Desa dikarenakan dirasa memberatkan terhadap BUM Desa Sekapuk
yang masih berada pada taraf berkembang. Hal tersebut akan menghambat proses
perkembangan BUM Desa Sekapuk dikarenakan pendapatan setiap bulannya yang
masih tidak tetap, sehingga akan berpengaruh pada kelancaran aliran keuangan
BUM Desa Sekapuk.
Berdasarkan nominal Rp 4.5000.000 tersebut, setiap unit usaha yang
dikelola oleh BUM Desa Sekapuk memberikan kontribusi sesuai dengan
kemapuan unit usaha dalam mendapat keuntungan setiap bulannya dan tidak ada
perhitungan atau peraturan BUM Desa Sekapuk yang menetapkan hal tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua unit usaha LKM dan ketua BUM
Desa Sekapuk, dikatakan bahwa unit usaha LKM mampu memberikan Rp
900.000 setiap bulannya kepada PADesa. Hal tersebut dikarenakan dilihat dari
86
pendapatan setiap bulannya, unit usaha LKM mampu memperoleh 20% dari
pendapatan total BUM Desa Sekapuk. Menurut penuturan dari ketua BUM Desa
Sekapuk menjelaskan bahwa:
“Laba bersih BUM Desa secara keseluruhan pada tahun 2016 yaitu
sebesar Rp 116.000.000 dan kontribusi yang diberikan terhadap PADesa
setiap bulannya sebesar Rp 4.500.000. Kontribusi yang diberikan setiap
unit usaha berbeda-beda dan disesuaikan terhadap pendapatan. Untuk
unit usaha LKM memberikan kontribusi sebesar 20% dari pendapatannya
dikarenakan jumlah pendapatan unit usaha LKM yaitu sebesar 20% dari
pendapatan total BUM Desa Sekapuk”
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kontribusi unit
usaha LKM dan BUM Desa terhadap PADesa sudah baik, namun dikarenakan
nominal yang ditetapkan sangat besar sehingga dapat menghambat aliran
keuangan dari unit usaha LKM dan BUM Desa Sekapuk. Selain itu adanya
penghapusan peraturan terkait kontribusi BUM Desa terhadap PADesa mulai
bulan Mei 2016 justru menyebabkan tidak sesuainya antara tujuan pembentukan
BUM Desa dengan realisasi, dikarenakan salah satu tujuan pendirian BUM Desa
adalah untuk memberikan kontribusi terhadap PADesa dan memperkuat
perekonomian masyarakat.
VI. KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
87
88
memberikan manfaat dan keuntungan bagi pelanggan maupun bagi BUM Desa
Sekapuk sendiri. Selain itu unit usaha LKM dan BUM Desa Sekapuk sudah bisa
memberikan kontribusi terhadap PADesa. Hal tersebut sesuai dengan tujuan
pendirian BUM Desa yaitu BUM Desa sebagai lembaga untuk menguatkan
PADesa dan untuk mengembangkan perekonomian desa. Namun dikarenakan
pada tahun 2016 adanya penghapusan peraturan terkait kontribusi terhadap
PADesa menyebabkan salah satu tujuan pendirian BUM Desa tersebut tidak dapat
terwujud.
6.2 Saran
90
91