USAID Lestari, Hutan Kolaborasi
USAID Lestari, Hutan Kolaborasi
Penulis
Sih Yuniati
Andri Santosa
Kontributor
Arif Aliadi
Editor
Sugiarto Arif Santoso
USAID LESTARI
Melindungi Hutan, Mengurangi Emisi,
Melestarikan Keanekaragaman Hayati
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
Sekilas tentang LESTARI
Proyek USAID LESTARI mendukung upaya Pemerintah Republik Indonesia (RI)
menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK), melestarikan keanekaragaman hayati
di ekosistem hutan dan mangrove yang bernilai secara biologis serta kaya akan
simpanan karbon. Dibangun diatas pondasi proyek USAID IFACS, LESTARI
menerapkan pendekatan lanskap, yaitu sebuah kerangka kerja manajemen tata
guna lahan terintegrasi yang berupaya untuk mensinergikan kebijakan lintas
sektor dengan tujuan guna menyelaraskan pembangunan dan tujuan konservasi.
Upaya ini bisa dicapai melalui perbaikan tata guna lahan, tata kelola hutan lindung,
perlindungan spesies kunci, praktik sektor swasta dan industri yang berkelanjutan,
serta peningkatan keterlibatan berbagai pemangku kepentingan dalam kegiatan
konservasi. Proyek LESTARI diimplementasikan oleh Tetra Tech bersama mitra
konsorsium yang terdiri dari WWF-Indonesia, Winrock International, Wildlife
Conservation Society (WCS), Blue Forests, Yayasan Sahabat Cipta, PT Hydro
South Pole Carbon, Sustainable Travel International (STI), Michigan State
University, dan FIELD Foundation. Proyek LESTARI berlangsung dari Agustus
2015 hingga Juli 2020.
FOKUS GEOGRAFIS
LESTARI bekerja di enam lanskap yang dicirikan oleh wilayah hutan primer utuh,
cadangan karbon tinggi, dan kekayaan keanekaragaman hayati. Lanskap tersebut
berada di Aceh (Lanskap Leuser), Kalimantan Tengah (Lanskap Katingan-
Kahayan), dan Papua (Lanskap Lorentz, Mappi-Bouven Digoel, Sarmi dan
Cyclops).
i
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
Hasil yang ingin dicapai adalah:
• Paling tidak terwujud sepuluh Kemitraan Pemerintah dan Swasta (KPS) yang
memromosikan pembangunan rendah emisi dan pembangunan berbasis
konservasi;
STRATEGI
LESTARI memiliki tiga kegiatan
tematik yang saling terkait:
1) Tata Kelola Hutan dan
Lahan, serta advokasi,
2) Kemitraan dalam
Konservasi, dan
3) Pelibatan Pihak
Swasta. Masing-
masing tema teknis
diterapkan dengan
sinergis dan dukung
oleh berbagai
pendekatan
strategis.
ii
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
DAFTAR ISI
SEKILAS TENTANG LESTARI ....................................................................................................i
1.1. Situasi dan Kondisi Desa di Dalam dan Sekitar Hutan ................................2
2.2. Tata Cara Permohonan Hak Pengelolaan dan Izin Pemanfaatan Hutan dalam
Perhutanan Sosial .........................................................................................................18
LAMPIRAN .................................................................................................................................34
iii
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
Kata Pengantar
Panduan ini akan sangat membantu pendamping desa, tim penyusun RPJM Desa,
dan/atau Kepala Desa untuk memahami konsep pengelolaan hutan kolaboratif
sebagai bagian dalam perumusan RPJM Desa Berkelanjutan bagi desa-desa yang
ada di dalam dan sekitar hutan. Posisi desa yang berada di dalam dan sekitar
hutan mengkondisikan sebagian besar penghidupan masyarakatnya bersumber
dari hutan. Pada sisi kebijakan mengenai pengelolaan hutan sudah cukup terperinci
mengatur mengenai bagaimana pemanfaatan hutan oleh warga desa sebagai
sumber penghidupannya. Meskipun demikian dalam realitasnya, peraturan mengenai
pengelolaan hutan tersebut belum cukup optimal diterapkan. Pada umumnya hal
ini disebabkan oleh belum menyeluruhnya pemahaman para pihak akan manfaat
yang diperoleh dalam berkolaborasi dalam pemanfaatan hutan sebagai sumber
penghidupan. Secara bertahap melalui pemahaman yang memadai diharapkan
kolaborasi para pihak dalam pengelolaan hutan dapat terlaksana. Bagi lingkungan
hidup kolaborasi pengelolaan hutan akan berdampak pada kelestarian hutan, dan
bagi masyarakat tentu akan meningkatkan penghasilan dari hasil pemanfaatan hutan
secara lestari.
Secara umum panduan ini diharapkan ikut membantu memperkuat tata kelola hutan
di tingkat desa dengan meningkatkan kepercayaan antara kelompok masyarakat
desa, pemerintahan desa dengan instansi kehutanan setempat. Diharapkan bahwa
pendekatan penguatan tata kelola hutan di tingkat desa ini juga bisa meningkatkan
koordinasi semua pihak untuk berkolaborasi sepenuhnya demi kepentingan
pengelolaan ekosistem hutan untuk pembangunan berkelanjutan.
Panduan ini memuat tata cara permohonan perizinan dan pengakuan dalam
pemanfaatan hutan seperti Hutan Kemasyarakatan, Hutan Desa, Hutan
Tanaman Rakyat, Hutan Adat, dan Kemitraan Kehutanan serta Pemberdayaan
Masyarakat dalam Kawasan Konservasi. Panduan ini dilengkapi dengan format-
format permohonan dan peraturan-peraturan terkait dengan permohonan untuk
memanfaatkan kawasan hutan tersebut. Berbagai pola ini diharapkan dapat
memberi kepastian hukum bagi warga desa untuk menambah penghasilan dari hutan
sekaligus melindungi hutan secara lestari. Perlu disampaikan bahwa proyek LESTARI
sudah melaksanakan permohonan izin untuk Hak Pengelolaan Hutan Desa. Dan
dalam panduan ini disisipkan langkah-langkah permohonan izin HPHD yang sudah
dikerjakan proyek LESTARI. Kami berharap di masa mendatang pengalaman dalam
pemanfaatan hutan lainnya seperti HKm, HTR, dan lainnya dapat didokumentasikan
kembali.
Tim Penulis
1
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
BAB 1 KONSEP
KOLABORATIF
1.1. Situasi dan Kondisi Desa di Dalam dan Sekitar Hutan
Desa atau yang disebut dengan nama lainnya adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (lihat UU
Desa No. 6 Tahun 2014). Kewenangan baru berdasarkan undang-undang ini
tentu membuka lembaran baru bagi desa dalam pembangunan dan kepentingan
masyarakat di wilayahnya. Selain kewajiban untuk menggali hak asal usul,
kepastian wilayah menjadi penting untuk menentukan batas kewenangan yang
dimiliki desa dalam upaya mengatur dan mengurus sumber daya yang dimilikinya.
Dari lebih dari 79 ribu desa di Indonesia terdapat kurang lebih 35 ribu desa ada di
dalam dan sekitar hutan. Desa-desa ini tentu secara langsung atau tidak langsung
bergantung pada hutan tersebut, bahkan di beberapa tempat masyarakatnya
mempunyai pola hubungan tertentu dengan hutan. Walau demikian di banyak
tempat, desa merasa tidak punya kewenangan untuk mengatur dan mengurus
hutan tersebut, selain ketidakjelasan wilayah administrasi desa dan hutan,
penguasaan oleh pihak lain menjadi penyebab kondisi tersebut. Akibatnya desa
merasa tidak menjadi bagian dari ekosistem hutan tersebut, tidak menjadi dari
pengelolaan hutan yang ada di wilayahnya.
Desa sebagai bagian dari pemerintah seharusnya dapat menjadi mitra, bahkan
pengelola hutan di tingkat tapak, mengingat pengelolaan hutan selama ini tidak
efektif. Dari kurun waktu 2010-2015, Indonesia kehilangan luas hutannya kurang
lebih 684.000 hektar setiap tahun1. Hal ini tentu mengancam 124 juta hektar luas
hutan yang dimiliki Indonesia saat ini. Keterlibatan desa dan pihak-pihak lain tentu
sangat dibutuhkan di tengah keterbatasan pemerintah dalam pengelolaan hutan
yang sangat luas di Indonesia. Keterlibatan desa dalam pengelolaan hutan juga
dapat dipandang sebagai upaya pemberdayaan masyarakat sekitar hutan sehingga
dapat berkontribusi dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat di dalam dan
sekitar hutan yang biasanya dalam kondisi miskin akibat keterbatasan akses.
1
http://regional.kompas.com/read/2016/08/30/15362721/setiap.tahun.hutan.indonesia.
hilang.684.000.hektar.
2
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
kesejahteraannya, keseimbangan lingkungan dan dinamika sosial budaya. Bentuk-
bentuk Perhutanan Sosial dapat berupa Hutan Desa, Hutan Kemasyarakatan,
Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Rakyat, Hutan Adat, dan Kemitraan Kehutanan.
Peraturan Hutan Hak selain mengatur lebih lanjut tentang penetapan Hutan Hak,
hak dan kewajiban pemangku Hutan Hak, serta kompensasi dan insentifnya juga
dalam kerangka melaksanakan Putusan Mahkamah Konstitusi No. 35 Tahun 2012.
Putusan tersebut menyatakan bahwa Hutan Adat bukan menjadi bagian dari
Hutan Negara melainkan Hutan Hak.
Dalam PP No. 108 Tahun 2015 tersebut selain kemitraan kehutanan, bisa
dilakukan pengembangan desa konservasi, pemberian akses untuk memungut
hasil hutan bukan kayu di zona atau blok tradisional atau pemanfaatan tradisional,
dan pemberian izin pengusahaan jasa wisata alam sebagai bentuk pemberdayaan
masyarakat di kawasan konservasi. PermenLHK No. 83 Tahun 2016 mewajibkan
pengelola atau pemegang izin di kawasan konservasi melaksanakan kemitraan
dengan mitra konservasi.
3
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
1.3. Kolaborasi dan Syarat-Syaratnya
1.3.1. Pengertian Kolaborasi dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam
(SDA) atau Hutan
Perkembangan pendekatan kolaborasi dalam pengelolaan sumberdaya alam atau
hutan mulai muncul sebagai respon atas tuntutan kebutuhan akan manajemen
pengelolaan sumber daya yang baru, yang demokratis, yang lebih mengakui
perluasan yang lebih besar atas dimensi manusia dalam mengelola pilihan-pilihan,
mengelola ketidakpastian, mengelola kerumitan dari potensi keputusan dan
membangun kesepahaman, dukungan, kepemilikan atas pilihan-pilihan bersama2.
Pendekatan kolaborasi juga dikenal sebagai salah satu pendekatan yang bukan
bersifat permusuhan (nonadversarial approach) untuk penyelesaian problem
dan penyelesaian konflik (Straus, 2002).
2
Julia M. Wondolleck dan Steven L. Yaffee. Making Collaboration Work: Lessons from Innovation in
Natural Resource Management. Califonia: Island Press, 2000. hal 14
4
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
sendiri untuk membagi fungsi pengelolaan, hak dan kewajiban atas satu
wilayah, atau sumber daya alam di dalam satu lanskap.3”
Untuk obyek pengelolaan suatu kawasan sumber daya alam tertentu, Bingham
telah mengidentifikasi 6 kategori isu-isu lingkungan sengketa sumberdaya alam
atau hutan dimana jalan keluar (solution) secara kolaboratif dapat diupayakan
melalui: land use (tata guna lahan), natural resource management and public land
use (pengelolaan sumber daya alam dan tata guna lahan publik), water resource
(sumber daya air), energy (energi), air quality (kualitas udara) dan toxic (racun).
3
LESTARI Glossary of Terms. LESTARI, March 2017. Hal 4
4
Julia M. Wondolleck dan Steven L. Yaffee. Making Collaboration Work: Lessons from Innovation in
Natural Resource Management. Califonia: Island Press, 2000 . hal 11-16.
5
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
Ketiga, peserta dalam kolaborasi secara langsung bertanggung jawab untuk
pancapaian kesepakatan tentang suatu jalan keluar.
6
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
• Terdapat kapasitas di antara para
pemangku kepentingan untuk
berpartisipasi dalam
manajemen kolaboratif;
• Para pemangku kepentingan
kunci lainnya akan setuju untuk
berkolaborasi (Gray,1989).
2
FAO, Forestry Department, Community Forestry: Ten Years in Review, 1978.
7
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
Elemen manajemen kolaborasi diatas menjadi pondasi bagi pemangku
kepentingan untuk melakukan perjanjian dengan pemangku kepentingan lain
dalam pengelolaan kawasan sumberdaya alam dan hutan kolaboratif.
8
9
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
BAB 2 PENGELOLAAN
KAWASAN HUTAN
KOLABORATIF DALAM
PERHUTANAN SOSIAL
2.1. Pengantar
Konsep pengelolaan kawasan hutan kolaboratif sebagaimana diuraikan sebelum-
nya dapat diaplikasikan dalam pelaksanaan program perhutanan sosial karena
memiliki kesamaan prinsip dasarnya sebagaimana tertuang dalam pengertian
perhutanan sosial yaitu masyarakat sebagai pelaku utama. Adapun dasar hukum
Perhutanan Sosial adalah Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomer 83 tahun 2016 tentang Perhutanan Sosial. Pengertian Perhutanan
Sosial yang tercantum dalam Permen ini adalah system pengelolaan hutan
lestari yang dilaksanakan dalam kawasan hutan negara atau hutan hak/hutan
adat yang dilaksanakan oleh masyarakat setempat atau masyarakat hukum adat
sebagai pelaku utama untuk meningkatkan kesejahteraannya, keseimbangan
lingkungan dan dinamika sosial budaya dalam bentuk Hutan desa (HD), Hutan
Kemasyarakatan (HKm); Hutan Tanaman Rakyat (HTR); Hutan Adat (HA) dan
Kemitraan Kehutanan. Perhutanan Sosial dijalankan dengan memperhatikan
prinsip: keadilan; keberlanjutan; kepastian hukum; partisipatif dan bertanggung
gugat.
10
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
atas nama menteri LHK. PIAPS dipioritaskan untuk penyelesaian konflik, kegiatan
restorasi gambut dan/atau restorasi ekosistem.
11
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
Tabel 1. Hutan Kemasyarakatan, Hutan Desa, Hutan Tanaman Rakyat, Hutan
Adat, Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat Di Kawasan Konservasi
LEGALITAS Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Hak Pengelolaan Hutan Desa Izin Usaha Pemanfaatan Hasil
Kemasyarakatan (IUPHKm). (HPHD). Hutan Kayu pada Hutan
Tanaman Rakyat (IUPHHK-
HTR).
LOKASI • Kawasan Hutan Lindung dan • Kawasan Hutan Lindung dan • Izin Usaha Pemanfaatan Hasil
atau Kawasan Hutan Produksi atau Hutan Produksi yang Hutan Kayu pada Hutan
yang belum dibebani izin. belum dibebani hak. Tanaman Rakyat (IUPHHK-
• Hutan Lindung yang dikelola • Hutan Lindung yang dikelola HTR).
oleh Perum Perhutani. oleh Perum Perhutani. • Hutan Produksi yang belum
• Wilayah tertentu pada KPH. • Wilayah tertentu pada KPH. dibebani izin.
• Wilayah tertentu pada KPH.
SIAPA YANG Kelompok atau gabungan Lembaga Pengelola Hutan Perseorangan yang merupakan
MENGAJUKAN kelompok masyarakat; atau Desa (LPHD). Lembaga ini petani hutan, perseorangan
PERMOHONAN koperasi. dapat membentuk membentuk yang memperoleh pendidikan
DAN YANG Koperasi Desa atau Badan Kehutanan atau yang pernah
MENGELOLA Usaha Milik Desa. pendamping di bidang
HUTAN Kehutanan, Kelompok tani hutan,
gabungan kelompok tani hutan
atau koperasi tani hutan.
PEMBERI HAK IUPHKm diberikan oleh HPHD diberikan oleh Menteri IUPHHK-HTRdiberikan
PENGELOLAAN Menteri dan dapat didelegasikan dan dapat didelegasikan kepada oleh Menteri dan dapat
/IZIN kepada Gubernur, dengan Gubernur, dengan ketentuan didelegasikan kepada Gubernur,
PEMANFAATAN ketentuan provinsi yang provinsi yang bersangkutan dengan ketentuan provinsi
HUTAN bersangkutan telah memasukan telah memasukan PS ke dalam yang bersangkutan telah
PS ke dalam Rencana Rencana Pembangunan Jangka memasukan PS ke dalam
Pembangunan Jangka menengah menengah daerah (RPJMD) Rencana Pembangunan Jangka
daerah (RPJMD) atau Peraturan atau Peraturan Gubernur menengah daerah (RPJMD) atau
Gubernur mengenai PS dan mengenai PS dan memiliki Peraturan Gubernur mengenai
memiliki anggaran dalam anggaran dalam Anggaran PS dan memiliki anggaran dalam
Anggaran Pendapatan dan Pendapatan dan Belanja Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah. Daerah. Belanja Daerah.
12
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
HUTAN ADAT (HA) KEMITRAAN KEHUTANAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM
KAWASAN KONSERVASI
Hutan Adat adalah hutan Kemitraan Kehutanan adalah kerja sama Pengembangan kapasitas dan pemberian akses
yang berada di dalam wilayah antara masyarakat setempat dengan pemanfaatan KSA dan KPA.
masyarakat hukum adat. pengelola hutan, pemegang izin usaha
pemanfaatan hutan/jasa hutan, izin pinjam
pakai kawasan hutan, atau pemegang izin
usaha industri primer hasil hutan.
SK Penetapan Hutan Adat. Kesepakatan kerja sama antara pengelola • Pengembangan Desa Konservasi & Pemberian
hutan/pemegang izin dg masyarakat Akses [PermenLHK masih draf]
setempat. • Kemitraan
• Kesepakatan kerja sama
• Jasa Wisata Alam UPJWA (izin Usaha
Pengusahaan Jasa Wisata Alam).
• Kawasan Hutan Lindung • Kawasan Suaka Alam (KSA). • Kawasan Suaka Alam (KSA)
• Kawasan Hutan • Kawasan Pelestarian Alam (KPA). • Kawasan Pelestarian Alam (KPA)
• Produksi • Wilayah tertentu pada KPH.
• Kawasan Hutan Konservasi • Kawasan Hutan yg dibebani izin usaha
• Areal Penggunaan Lain pemanfaatan hutan/jasa hutan.
(APL) • Kawasan Hutan yg dibebani izin pinjam
pakai kawasan hutan.
• Kawasan Hutan yg dibebani izin usaha
industri primer hasil hutan.
Dirjen PSKL atas nama Kesepakatan Pengelola Hutan atau Pengelola KSA KPA
Menteri Lingkungan Hidup dan Pemegang Izin dengan masyarakat
Kehutanan. setempat.
13
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
14
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
HUTAN ADAT (HA) KEMITRAAN KEHUTANAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM
KAWASAN KONSERVASI
• Masyarakat hukum adat • Pengelola Hutan atau Pemegang Izin • Permohonan IUPJWA diajukan pemohon
mengajukan permohonan memohon kepada Menteri LHK kepada Kepala UPT dg tembusan kepada Kepala
penetapan hutan adat untuk melakukan kemitraan dengan SKPD yg membidangi pariwisata.
kepada Menteri LHK. masyarakat setempat dengan tembusan • Kepala UPT melakukan penilaian persyaratan
• Menteri melakukan verifikasi kepada Dirjen PSKL dan Gubernur. pemohon.
& validasi dengan melibatkan • Menteri LHK memberikan persetujuan • Kepala UPT menerbitkan Surat Perintah
para pemangku kepentingan. melalui Dirjen PSKL. Pembayaran Iuran IUPJWA kepada pemohon.
• Berdasarkan verifikasi & • Pemeriksaan lapangan kelengkapan • Pemohon melunasi SPPI-IUPJWA.
validasi mk Dirjen PSKL atas masyarakat setempat yang akan • Berdasarkan buktiu pembayaran tsb maka
nama Menteri menetapkan bermitra oleh instansi calon mitranya yg Kepala UPT menerbitkan IUPJWA.
hutan adat sesuai fungsinya. dapat dibantu oleh Pokja PPS.
• Areal hutan adat yg telah • Penyusunan Naskah Kesepakatan kerja
ditetapkan dicantumkan sama yg dapat dibantu oleh Pokja PPS
dalam peta kawasan hutan. dengan melibatkan lembaga desa dan
pihak lain yang dipilih & disepakati oleh
masyarakat setempat.
• Naskah Kesepakatan kerja sama
ditandatangani pengelola/pemegang
izin dg pihak yg bermitra diketahui oleh
Kepala Desa atau Camat atau lembaga
adat setempat.
• Naskah Kesepakatan kerja sama tsb
dilaporkan pengelola/ pemegang izin
kepada Dirjen PSKL dg tembusan
Dirjen KSDAE, Gubernur/Bupati/
Walikota, Kepala Dinas provinsi, dan
Kepala UPT terkait.
• Masyarakat Hukum Adat Masyarakat setempat calon mitra, dengan Persyaratan Perseorangan Pemohon IUPJWA
yg diakui pemda melalui syarat: meliputi;
produk daerah. • Harus memiliki KTP atau Surat • KTP;
• Tedapat wilayah adat yang Keterangan Tempat Tinggal dari Kepala • NPWP;
seluruh atau sebagian Desa yg membuktikan calon mitra • Mengisi formulir yg disediakan UPT;
berupa hutan. bertempat tinggal di dalam dan/atau • Sertifikasi keahlian utk jasa interpreter;
sekitar areal pengelola hutan/pemegang • Rekomendasi forum yg diakui UPT utk bidang
izin, utk masyarakat lintas desa maka usaha jasa yg dimohon
Surat Keterangan diberikan oleh Camat
atau lembaga adat; Persyaratan Koperasi sbg Pemohon IUPJWA
• Untuk penggarap di dalam kawasan meliputi;
konservasi dibuktikan dg areal garapan • Akte Pendirian Koperasi;
sebelum ditunjuk/ditetapkan kawasan • Surat izin Usaha Perdagangan
konservasi berupa tanaman kehidupan • NPWP;
berumur paling sedikit 20 tahun atau • Surat Keterangan Pemilikan Modal;
keberadaan situs budaya; • Profil Koperasi;
• Mempunyai mata pencaharian pokok • Rencana Kegiatan Usaha Jasa yg akan dilakukan.
bergantugarapan/pungutan HHBK di
areal kerja pengelola hutang pada lahan
n atau pemegang izin.
• Mempunyai potensi untuk
pengembangan padat karya
berkelanjutan.
15
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
KETENTUAN • Bukan merupakan hak • Bukan merupakan hak • Bukan merupakan hak
PENGELOLAAN pemilikan atas kawasan pemilikan atas kawasan pemilikan atas kawasan hutan.
HUTAN hutan. hutan. • Dilarang dipindahtangankan;
• Dilarang dipindahtangankan; • Dilarang dipindahtangankan; mengubah status dan fungsi
mengubah status dan fungsi mengubah status dan fungsi kawasan hutan, digunakan
kawasan hutan, digunakan kawasan hutan, digunakan untuk kepentingan lain di luar
untuk kepentingan lain di untuk kepentingan lain di rencana pengelolaan atau
luar rencana pengelolaan luar rencana pengelolaan usaha pemanfaatan; menanam
atau usaha pemanfaatan; atau usaha pemanfaatan; kelapa sawit di areal hak/
menanam kelapa sawit di menanam kelapa sawit di izinnya.
areal hak/izinnya. areal hak/izinnya. • Dibuat pernyataan tertulis
• Dibuat pernyataan tertulis • Dibuat pernyataan tertulis diatas materai dari pemegang
diatas materai dari pemegang diatas materai dari pemegang hak/izin.
hak/izin. hak/izin. • Tidak dapat diagunkan kecuali
• Tidak dapat diagunkan kecuali • Tidak dapat diagunkan tanamannya.
tanamannya. kecuali tanamannya.
PEMANFAATAN • Pada hutan lindung: • Pada hutan lindung: • Pada hutan produksi:
AREAL berupa pemanfaatan berupa pemanfaatan pemanfaatan hasil hutan
PERHUTANAN kawasan; pemanfaatan jasa kawasan, pemanfaatan jasa kayu yang berasal dari hutan
SOSIAL lingkungan; pemanfaatan dan lingkungan, pemanfaatan dan tanaman dan belukar tua.
pemungutan Hasil Hutan pemungutan Hasil Hutan • Pemanfaatan hasil hutan
Bukan kayu. Bukan kayu. kayu di hutan produksi
• Pada hutan produksi: • Pada hutan produksi: dilaksanakan berdasarkan
berupa pemanfaatan berupa pemanfaatan rencana kerja usaha yang telah
kawasan, pemanfaatan jasa kawasan, pemanfaatan jasa disahkan.
lingkungan, pemanfaatan dan lingkungan, pemanfaatan dan
pemungutan Hasil Hutan pemungutan Hasil Hutan
Kayu dan Bukan kayu. Kayu dan Bukan kayu.
• Pemanfaatan hasil hutan • Pemanfaatan Hasil Hutan
kayu di hutan produksi Kayu di hutan produksi
dilaksanakan berdasarkan berdasarkan rencana
rencana kerja usaha yang pengelolaan hutan desa yang
telah disahkan. telah disahkan.
16
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
HUTAN ADAT (HA) KEMITRAAN KEHUTANAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM
KAWASAN KONSERVASI
17
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
2.2. Tata Cara Permohonan Hak Pengeloaan dan Izin
Pemanfaatan Hutan dalam Perhutanan Sosial
Permohonan hak pengelolaan dan izin pemanfaatan hutan dalam perhutanan
sosial perlu diketahui oleh Kepala Desa, pendamping desa, dan penyusun RPJM
Desa agar mereka dapat memberi pemahaman kepada warga desa tentang
peluang-peluang kolaborasi. Setiap permohonan mempunyai tata cara yang sudah
tertuang dalam PermenLHK No. 83 tahun 2016. Deskripsi ringkas mengenai
tatacara perizinan dan diagram permohonan dalam perhutanan sosial dapat
dijelaskan di bawah ini.
18
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
c) Gambaran umum wilayah (keadaan fisik, ekonomi, dan potensi
kawasan);
Ditolak/
Memperbaiki
Perbaikan
dokumen
Dokumen
Penerbitan
IUPHkm
19
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
2.2.2. Tata Cara Permohonan Hak Pengelolaan Hutan Desa (HPHD)
Hutan Desa adalah hutan negara yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan
untuk kesejahteraan desa. Hutan desa biasanya terletak di dalam: (1) Kawasan
Hutan Lindung dan atau Hutan Produksi yang belum dibebani hak; (2) Hutan
Lindung yang dikelola oleh Perum Perhutani; dan (3) Wilayah tertentu pada KPH.
Pengelolaan hutan desa bertujuan untuk memberikan akses kepada masyarakat
setempat melalui lembaga desa dalam memanfaatkan sumber daya hutan secara
lestari dengan harapan sebagai tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan
masyarakat setempat secara berkelanjutan.
Tata cara permohonan HPHD (hak pengelolaan hutan desa) diatur berdasarkan
Perdirjen PSKL No. P.12/PSKL/SET/PSKL.0/11/ 2016 dapat disampaikan
berikut ini:
1. Lembaga Desa/Lembaga Pengelola Hutan Desa mengajukan permohonan
izin pengelolaan Hutan Desa ditujukan kepada Menteri/Gubernur dengan
tembusan kepada Menteri/Gubernur, Kepala Unit Pelaksana Tehnis (UPT),
Kepala Dinas dan Kepala KPH. Permohonan ini bisa melalui surat maupun
secara daring (online) dengan alamat situs http://pskl.menlhk.go.id/
akps. Sebagai catatan, permohonan HPHD diajukan kepada gubernur
jika menteri sudah mendelegasikan pemberian HPHD kepada gubernur.
Pendelegasian dilakukan jika provinsi (a) telah memasukkan perhutanan
sosial ke dalam RPJMD atau (b) memiliki Peraturan Gubernur tentang
Perhutanan Sosial.
20
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
Diagram Proses Permohonan Hak Pengelolaan Hutan Desa (HPHD )
Ditolak/
Memperbaiki
Perbaikan
dokumen
Dokumen
Penerbitan
HPHD
21
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
Kepala KPH. Permohonan ini bisa melalui surat maupun via online
dengan web address http://pskl.menlhk.go.id/akps. Sebagai catatan,
permohonan IUPHHK-HTR diajukan kepada Gubernur jika Menteri sudah
mendelegasikan pemberian IUPHHK-HTR kepada gubernur. Pendelegasian
dilakukan jika Provinsi (a) telah memasukkan perhutanan sosial ke dalam
RPJMD atau (b) memiliki Peraturan Gubernur tentang Perhutanan Sosial.
22
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
DIAGRAM PROSES PERMOHONAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL
HUTAN KAYU-HUTAN TANAMAN RAKYAT (IUPHHK-HTR)
Ditolak/
Memperbaiki
Perbaikan
dokumen
Dokumen
23
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
Masyarakat Hukum Adat adalah Warga Negara Indonesia yang memiiki
karakteristik khas, hidup berkelompok secara harmonis sesuai hukum adatnya,
memiliki ikatan pada asal usul leluhur dan atau kesamaan tempat tinggal, terdapat
hubungan yang kuat dengan tanah dan lingkungan hidup, serta adanya sistem
nilai yang menentukan pranata ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum dan
memanfaatkan satu wilayah tertentu secara turun temurun. (Pasal 1 Permendagri
No. 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat
Hukum Adat).
Masyarakat Hukum Adat yang telah diakui oleh Pemerintah Daerah dapat
mengajukan permohonan penetapan Hutan Adat sebagai kawasan hutan
hak kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Ketentuan mengenai
permohonan penetapan hutan hak mengacu pada Permen LHK No. 32
Tahun 2015 tentang Hutan Hak dan PermenLHK No. 83 Tahun 2016 tentang
Perhutanan Sosial. Tata cata permohonan Hutan Adat sebagai berikut :
1. Masyarakat Hukum Adat mengajukan Permohonan Hutan Adat kepada
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang dengan syarat :
a) Masyarakat hukum adat telah diakui keberadaannya oleh Pemerintah
Daerah dengan Produk Hukum Daerah. Bagi masyarakat hukum adat
yang wilayahnya berada dalam kawasan hutan harus ditetapkan dengan
Peraturan Daerah. Sedangkan masyarakat hukum adat yang wilayahnya di
dalam APL (Areal Penggunaan Lain) bisa dengan Surat Keputusan Bupati.
b) Terdapat wilayah adat yang sebagian atau seluruhnya berupa hutan.
2. Berdasarkan permohonan tersebut maka Menteri memerintahkan Direkur
Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan untuk melakukan
Verifikasi dan Validasi ke lapangan
3. Berdasarkan hasil verifikasi dan validasi tersebut maka
Direktur Jenderal Perhutan Sosial dan Kemitraan
Lingkungan atas nama Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan menetapkan Hutan Adat sesuai fungsinya
dan mencamtumkannya dalam Peta Kawasan Hutan
4. Dalam hal produk hukum daerah dalam syarat
permohonan tidak mencantumkan peta wilayah
adat maka Menteri bersama Pemerintah Daerah
memfasilitasi masyarakat hukum adat tersebut
untuk memetakan wilayah adatnya.
24
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
DIRJEN PSKL VERIFIKASI DA N
PEMERINT AH VALID ASI
DAERAH
Syarat P ermohonan
1. Masyarakat Hukun Adat/
Hak Ulayat yang telah diakui SK HU TA N AD AT
Pemda melalui Pr oduk Hukum
Daerah
2. Terdapat W ilayah Adat yang
sebagian atau seluruhnya
berupa hutan
PEMOHON
(Masyarakat Hukum Adat)
25
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
g. Izin Usaha Pemanfaatan Air
h. Izin Usaha Pemanfaatan Energi Air
i. Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Wisata Alam; dana tau
j. Izin Usaha Pemanfaatan Sarana Wisata Alam
Skema kemitraan kahutanan ini juga dapat sebagai wahana penyelesaian konflik
atas sumber daya hutan yang terjadi antara pengelola hutan atau pemegang
izin dengan masyarakat yang sudah memanfaatkan kawasan hutan. Sehingga
ketentuan luasan areal kemitraan kehutanan paling luas 2 hektar di areal kerja
pengelola hutan dan paling luas 5 hektar di areal kerja pemegang izin untuk
setiap keluarga tidak berlaku jika areal tersebut berkonflik. Untuk areal yang
sedang berkonflik akan disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan secara
bertahap akan menyesuaikan dengan ketentuan yang ada tersebut. Dalam hal
masyarakat setempat bermitra untuk memungut hasil hutan bukan kayu atau jasa
lingkungan hutan maka ketentuan luasan areal tersebut juga tidak berlaku.
26
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
Warga desa tersebut merupakan Masyarakat Calon Mitra bagi Pengelola
Hutan atau Pemegang Izin.
3. Kelengkapan Masyarakat Calon Mitra tersebut akan diperiksa oleh
Pengelola Hutan atau Pemegang Izin setelah permohonan Kemitraan
Kehutanan yang diajukan oleh Pengelola Hutan atau Pemegang Izin
tersebut kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan disetujui oleh
Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan atas nama
Menteri. Pemeriksan kelengkapan ini dapat dibantu oleh Pokja Percepatan
Perhutanan Sosial yang ada di wilayah tersebut.
4. Masyarakat Calon Mitra dan Pengelola Hutan atau Pemegang Izin
selanjutnya menyusun Naskah Kesepakatan Kerjasama dengan melibatkan
Lembaga Desa dan pihak lain yang dipilih dan disepakati oleh masyarakat
tersebut
27
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
7. Masyarakat dan Pengelola Hutan atau Pemegang Izin selanjutnya dapat
melaksanakan kesepakatan kerja sama sesuai naskah yang telah disepakati
dan disetujui tersebut
MA SYARAKA T CA LO N Melibatkan:
MITRA 1. Lembaga Desa Diketahui K epala Desa /
2. Pihak Lain yang dipilih & Camat / Lembaga Adat
disepakati oleh Masyarakat
28
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
g. Kerja sama Pemasangan/Penanaman Pipa Instalasi Air; dan
h. Kerja sama Kemitraan Konservasi
Yang dimaksud dengan KSA dapat berupa Cagar Alam dan Suaka Margasatwa
dimana pengelolaannya dibawah Balai Besar/Balai KSDA [Konservasi Sumber
Daya Alam]. Untuk KPA dapat berupa Taman Nasional, Taman Wisata Alam,
atau Taman Hutan Raya dimana pengelolaannya berbeda-beda. Taman Nasional
dikelola oleh Balai Besar/Balai Taman Nasional, Taman Hutan Raya dikelola
29
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
oleh Unit Pengelola Teknis dibawah Pemerintah Propinsi atau Kabupaten/Kota,
sedangkan Taman Wisata Alam pengelolaannya dibawah Balai Besar/Balai KSDA.
30
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
l. Kepemilikan Aset;
m. Jangka Waktu Kerja Sama;
n. Perpanjangan dan Pengakhiran Kerja Sama;
o. Penyelesaian Sengketa.
9. Naskah Perjanjian Kerjasama tersebut kemudian ditandatangani Kepala UPT
dengan Mitra
Surat
Pemberitahua n
Surat P ermohona n DIRJEN
Persetujuan KS DA E
Penawaran/Permohona n
KERJAS AMA dengan NASKAH PERJANJIAN
Lampiran P RO PO SA L KERJAS AMA
CA LO N MITRA
(K elompok Masyarakat/
Yayasan/Lembaga
Pendidikan)
Catatan
Kegiatan Perhutanan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat di Kawasan
Konservasi tidak hanya sampai pada pemberian hak pengelolaan/izin
pemanfaatan dan pengakuan pengelolaan hutan kepada masyarakat atau
perjanjian kerjasama semata. Yang terpenting bagaimana kawasan hutan ini
dikelola sehingga memberikan manfaat secara ekologi, ekonomi dan sosial bagi
masyarakat. Oleh karena itu perlu pengawalan proses dan pendampingan pada
masyarakat/lembaga desa/koperasi setelah mereka mendapatkan legalitas
pengelolaan tersebut.
31
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
DAFTAR BACAAN
lngles, A.W., Musch, A. & Qwist-Hoffinan, H. (1999). The Participatory Process for
Supporting Collaborative Management of Natural Resource: an overview. Rome,
FAO.
Julia M. Wondolleck & Steven L. Yaffee (2000). Making Collaboration Work: Lessons
from Innovation in Natural Resources Management. Califonia: Island Press, 2000.
Straus, David (2002). How to Make Colaboration Work: Powerfull Way to Build
Consensus, Solve Problems, and Make Decisions. San Francisco: Berret-
Koehler Publishers, Inc.
Worah, S., Svendsen, D.S. & Ongleo, C. (1999). Integrated Conservation and
Development: Trainers Manual. WWF. Godalming, UK.
32
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
DAFTAR REGULASI TERKAIT
1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya;
3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.32 Tahun 2015 tentang
Hutan Hak;
4. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.83 Tahun 2016 tentang
Perhutanan Sosial;
5. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan KSA dan KPA jo PP
No. 108 Tahun 2015;
11. Permendagri No. 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengakuan dan Perlindungan
Masyarakat Hukum Adat
33
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran1: Contoh Format Permohonan
IUPHKm dan Lampiran
A. Contoh Format Surat Permohonan IUPHKm
Peraturan Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan No.
P.12/PSKL/SET/PSL.0/11/2016 tentang Pedoman Verifikasi Permohonan Izin
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kemasyarakatan.
34
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
B. Contoh Lampiran Surat Permohonan IUPHKm
DAFTAR ANGGOTA
35
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
Lampiran 2: Contoh Format Permohonan HPHD dan
Lampiran
A. Contoh Format Surat Permohonan HPHD
36
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
Lampiran 3: Pengalaman Fasilitasi Permohonan Hak
Pengelolaan Hutan Desa (HPHD) dalam Proyek LESTARI
37
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
4. Pendampingan untuk
penyiapan syarat-syarat
pengajuan permohonan
HPHD oleh Tim
Fasilitator yang terdiri
dari:
• a. Surat permohonan
yang ditandatangani
oleh Ketua LPHD.
• b. Peraturan Desa tentang
pembentukan LPHD
yang dikeluarkan oleh Kepala Desa;
• c. Keputusan Kepala Desa tentang Susunan Pengurus LPHD yang
dikeluarkan oleh Kepala Desa;
• d. Perumusan gambaran umum wilayah (keadaan fisik, ekonomi,
dan potensi kawasan);
• e. Pembuatan peta usulan lokasi dengan skala 1:50.000 (cetak dan
shapefile) yang diperoleh dari pemetaan partisipatif.
5. Pendampingan Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) untuk mengajukan
surat permohonan HPHD yang dilengkapi dengan persyaratan yang telah
ditentukan yang ditujukan kepada Menteri LHK dengan tembusan kepada
Gubernur Kalimantan Tengah , Kepala Balai PSKL /Unit Pelaksana Tehnis
Kalimantan di Banjarbaru, Kepala Dinas Kehutanan Kalimantan Tengah dan
Kepala KPH terkait.
38
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
6. Tim Fasilitator melakukan pengawalan usulan HPHD baik di tingkat Balai
PSKL wilayah Kalimantan dan di Kementrian LHK. Pengawalan dokumen
usulan dilakukan pada bulan September-Oktober (± 1,5 bulan). Dalam
proses pengawalan ini, ada tambahan persyaratan yang harus dilengkapi
yaitu surat pernyataan Kepala Desa untuk tidak melakukan alih fungsi lahan
usulan hutan desa.
7. Setelah dilakukan
verifikasi administrasi
HPHD oleh Tim
P3AP-Pusat/Provinsi,
dilanjutkan verifikasi
tehnis oleh Tim
Verifikasi yang terdiri
dari BPSKL Wilayah
Kalimantan, BPKH
XXI, Dinas Kehutanan
Provinsi, Dinas
Kehutanan kabupaten
Pulang Pisau, Pokja PPS Kalteng (LESTARI, Yayasan Tahanjungan Tarung,
Yayasan Cakrawala Indonesia, Pokker SHK) pada tanggal 17-21 Oktober
2016.
a. Tim verifikasi dibagi menjadi 4 tim, dengan pembagian tugas yaitu 3
tim melakukan verifikasi di 2 desa dan 1 tim melakukan verifikasi di
1 desa yang lokasinya cukup berat yakni 7 jam perjalanan dari desa
dengan jalan kaki.
b. Masing-masing tim verifikasi mengadakan pertemuan di tingkat
desa untuk memverifikasi usulan HD dan kelengkapan persyaratan
administrasi.
c. Keesokan harinya tim
bersama LPHD dan
Pemerintah Desa
melanjutkan verifikasi
lapangan untuk
melihat potensi yang
ada dalam Hutan
Desa dan mencari
titik koordinat terluar
dan titik koordinat terdalam dari wilayah usulan Hutan Desa.
d. Setelah pertemuan desa dan kunjungan lapangan dilaksanakan
kemudian ditandantangani Berita Acara Verifikasi Usulan hutan
Desa oleh Kepala Desa, Ketua LPHD, BPKH XXI, BPSKL Wilayah
Kalimantan, Dinas Kehutanan Provinsi, Dinas Kehutanan Kabupaten
Pulang Pisau dan Pokja PPS Kalteng.
8. Selanjutnya BPSKL Kalimantan menyampaikan laporan hasil verifikasi
permohonan HPHD kepada Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial
dan Kemitraan Lingkungan (PSKL). Pengawalan dilakukan di tingkat
Kementerian LHK.
39
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
40
PARADIGMA PEMBANGUNAN DESA HUTAN BERKELANJUTAN
USAID LESTARI
WISMA GKBI, 12th Floor Suite 1210
Jl. Jenderal Sudirman No. 28,
Jakarta Indonesia 10210