Anda di halaman 1dari 2

16Dec.

Story telling
Posted by: Support IndoSHE Categories: Artikel, Inspiratif K3
Pada suatu pelatihan safety leadership untuk level manajemen, setelah saya
uraikan eIemen-eIemen dan leadership, saya bawakan sebuah cerita pribadi saya
sebagai seorang manager K3. Ceritanya begini:

Saya berkendaraan menuju masjid untuk sholat Jumat. Karena asyik ngobrol, di
sebuah pertigaan yang harusnya memutari drum, saya memotong jalan untuk
belok ke kanan. Waktu tersadar saya telah berbuat kesalahan, saya telah terlambat
dan tidak bisa mundur lagi. Gerakan spontan saya adalah melihat kaca spion,
berharap tidak ada mobil di belakang.

Yang terjadi sebaliknya, di kaca spion terlihat jelas ada 3 kendaraan yang sama-
sama dalam perjalanan menuju masjid. Dengan jelas pula terlihat ketiga
kendaraan itu turut memotong pertigaan tersebut, persis seperti yang baru saja
saya lakukan. Seperti umumnya di sebuah kota tambang, nomor mobil pejabat
perusahaan dihafal oleh semua karyawan, termasuk nomor lambung mobil safety
manager.

Otak saya berpikir cepat apa yang harus saya lakukan. Maka sebelum sampai
masjid, di sepenggal jalan yang agak luas, saya meminggirkan kendaraan dan
berhenti. Saya segera keluar dan mobil dan menghentikan 3 mobil di belakang
satu persatu. “Pak maaf ya, tadi saya salah. Harusnya saya memutar drum”
Jawaban mereka enteng saja, “Oh, kirain sekarang boleh pak Dwi. Satu persatu,
saya minta maaf, dan respon mereka kurang lebih sama.

Dan cerita tersebut, saya ajak kembali peserta pelatihan leadership, untuk
menganalisa kisah itu dan kacamata leadership yang sedang kita bahas. Luar biasa
respon dan peserta, di antaranya adalah sebagai berikut:

Contoh lebih mudah diikuti daripada ucapan pak, kata salah satu dan
mereka.”Betul”, Jawab saya. Langsung saya beri ’toss’ dan hadiahi pin.
Apalagi?
Di luar perkiraan saya, ternyata dari dongeng itu, muncul jawaban peserta
pelatihan yang vaniasinya sangat luar biasa. Di antaranya adalah: Tindakan kita
diawasi terus oleh karyawan, sehingga kita tidak boleh berbuat Salah sedikitpun.
Seorang pemimpin harus berani mengaku salah. Pemimpin harus berani minta
maaf. Pemimpin harus memberi contoh baik di jam kerja maupun di luar jam kerja.
Perilaku pemimpin di luar jam kerja pun tetap harus menjadi teladan. Kalau pak
Dwi tidak berhenti meminta maaf, trust karyawan kepada pak Dwi akan Iangsung
drop. Kalau pak Dwi tidak sempatkan stop untuk meminta maaf, pak

Dwi tidak akan bisa menegakkan aturan safety lainnya lagi. Pasti akan berbalik ke
pak Dwi “Ah pak Dwi juga melanggar kemarin”. Dan, kalau satu rambu safety
boleh dilanggar seorang pejabat, berarti rambu lainnya boleh langgar juga
bahkan ada peserta yang membuat komentar hebat: Komitmen pak Dwi akan
diragukan oleh karyawan, kredibilitas pak Dwi akan tergerus, integritas pak Dwi
akan disangsikan.

Sungguh jauh diluar dugaan saya, cerita saya tersebut telah membuat para
peserta bisa membayangkan aplikasi elemen demi elemen leadership yang
sedang kita bahas, ke dalam perilaku sehari-hari sebagai pemimpi. Tanpa
mendongeng sebuah kasus yang telah saya alami sendiri tersebut, saya akan
kesulitan mencari contoh-contoh nyata penerapan elemen leadership yang mudah
diterima oleh mereka.

Dongeng juga merupakan metode mengajar yang menyenangkan, apalagi kalau


kita pintar membawakan Dongeng kita sendiri akan memberikan legitimasi yang
kuat bahwa kita sudah pernah menjalankan sendiri topik pelatihan yang sedang
kita bawakan. Sehingga kita bukan hanya bisa meng-influence peserta training,
tetapi kita bisa meng-convince peserta training, karena kita sudah teruji pernah
sukses menjalankannya sendiri.

Dari cerita di atas, terlihat jelas power dan sebuah cerita. Sebuah cerita atau kisah
yang sesuai dan dibawakan dengan baik, mampu menggerakkan daya imajinasi
mereka untuk menangkap bagaimana pentingnya materi training itu untuk
diterapkan, dan apa risikonya apabila tidak.

Sejak saat itu, saya selalu menampilkan dongeng-dongeng atau kisah-kisah saya
sebagai salah satu metode itu di setiap pelatihan-pelatihan. Peserta training saya
sudah banyak sekali, dan tidak terduga ketika berjumpa di manapun, masih
banyak yang ingat dongeng-dongeng safety saya, meski mungkin isi keseluruhan
dan training itu sendiri sudah tidak mereka ingat detilnya.

Namun tentu saja, kisah yang mujarab adalah kisah din sendiri. Dan untuk
mendapatkan kisah, tentunya kita harus implementasi di lapangan. Karena dengan
implementasi, kita akan mendapatkan success story dan dongeng dongeng baru.
Selamat mencoba story telling di setiap pelatihan. Selamat menerapkan program
safety agar mendapatkan kisah-kisah baru yang bisa dijadikan bahan story telling.

Anda mungkin juga menyukai