Anda di halaman 1dari 1

Cerita Raksasa dan Dugaan Dwarapala Totok Kerot

Mulai dari mitos mengenai kisah cinta Sri Aji Joyoboyo dengan seorang putri cantik,
kisah mengenai raksasa wanita, hingga spekulasi arca dwarapala kian menyelimuti
keberadaan Arca Totok Kerot. Kepercayaan masyarakat sekitar, mitos yang diturunkan turun
temurun, serta analisis arkeologis saling berlomba-lomba mencari kebenaran di balik asal-
usul patung raksasa berbahan batu andesit tersebut. Menurut cerita dalam Babad Kadhiri, Sri
Aji Joyoboyo membuat patung raksasa perempuan setinggi 3 meter lebih, arca tersebut
kemudian diberi nama Totok Kerot. Di lain sisi, Arca Totok Kerot memiliki kemiripan
dengan corak ornamen yang ada pada beberapa arca dwarapala di Tanah Jawa, seperti mata
yang melotot, ukiran Udharabandha (ikat dada) dengan manik-manik, kelat bahu, gelang
kaki berbentuk ular, rambut pada kumis, dada, tangan, dan kaki, serta banyaknya ukiran
kapala/ tengkorak pada bagian Jamang (kepala), Hara (kalung), Kundala (anting), serta pada
kelat bahu bagian atas.
Dari perspektif mitos yang tercantum dalam Babad Kadhiri , arca tersebut dibuat oleh
Sri Aji Joyoboyo. Dalam kisah tersebut diceritakan bahwa ada seorang raksasa perempuan
bernama Nyai yang ingin menikahi Sri Aji Joyoboyo. Namun, sebelum sempat menjadi istri
Joyoboyo, raksassa tersebut tewas dibunuh oleh penduduk Daha. Maka, untuk mengenang
Nyai si raksesksi, Sri Aji Joyoboyo membangun Arca Totok Kerot. Selain itu, ada pula
legenda lain mengenai asal-usul dari patung raksasa ini, yakni bahwa arca tersebut
merupakan perwujudan dari Dewi Surengrana, istri Raden Panji yang merasa kesal karena
diduakan dengan Dewi Sekartaji. Karena itu, Dewi Surengrana selalu bersungut-sungut
(methothok) serta meggertakkan gigi (kerot-kerot), hingga dikenal dengan nama Totok Kerot.
Dari legenda dan kisah tersebut dapat dipahami keinginan masyarakat sekitar untuk
memahami keberadaan Arca Totok Kerot, meskipun pada akhirnya kisah-kisah tersebut tidak
cocok dengan penemuan bukti sejarah.
Banyaknya ornamen tengkorak pada Arca Totok Kerot menunjukkan kemungkinan
adanya pengaruh Tantra Bhairawa pada masa kerajaan Kadhiri. Hal ini juga didukung oleh
Prasasti Ngantang (1135 M) yang di dalamnya mengatakan bahwa guru dari Raja Jayabhaya
(1135-1159 M) adalah seorang penganut Bhairawa. Meski dalam kepercayaan masyarakat
digambarkan sebagai sosok raksasa perempuan, namun sejatinya, Arca Totok Kerot adalah
arca bergender laki-laki bernama Dwarapala, yakni penjaga pintu/ gapura di bangunan-
bangunan penting. Secara umum, Dwarapala adalah patung raksasa yang biasanya menjaga
candi-candi secara berpasangan. Meski tidak ada rumusan tetap mengenai jumlah dwarapala
di setiap candi, namun secara logis, semakin besar ukuran sebuah candi, maka akan semakin
banyak jumlah Arca Dwarapala yang menjaganya. Dengan kata lain, kemungkinan di sekitar
lokasi Arca Totok Kerot terdapat bangunan penting seperti candi.

Anda mungkin juga menyukai