Anda di halaman 1dari 2

Cerita Panji dari Jawa

M. Helki Agusti

Judul : Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik


Pengarang : Sumaryono
Data Publikasi :
repo.isi-dps.ac.id ›
The_Story_of_Panji_Between_History,Myths,_and_Legend_
Sumaryono_Mudra. (Search -> Mitos Cerita Panji)

Dalam Cerita Panji dari Jawa tersebut disebutkan bahwa pemeran utama mempunyai
titisan Wisnu dan Dewi Sri, mengapa demikian? Pertanyaan itu muncul pada saat
pertama kali saya membaca cerita ini. Kali ini, saya sudah menemukan paling tidak
sedikit jawaban dari pertanyaan tersebut dari Sumaryono seorang jurnalis MUDRA.

Di jurnal Sumaryono dituliskan, Telah lama Panji Asmarabangun dan pasangannya


Dewi Candrakirana, dalam mitologi Jawa dianggap sebagai reinkarnasi Dewa Wisnu
dan Dewi Sri (Dewi Padi). Raffles mencatat, bahwa mitos Panji sebagai reinkarnasi
Dewa Wisnu, dan Dewi Candrakirana sebagai reinkarnasi Dewi Sri atau Dewi Padi
adalah cerita-cerita tutur yang dikembangkan oleh orang-orang Jawa untuk
menghormati dan memuliakan Panji Asmarabangun dan Candrakirana (Raffles, 2008:
447). Mitos Panji sebagai reinkarnasi Dewa Wisnu, dan Candrakirana reinkarnasi dari
Dewi Sri terdapat pula di dalam Serat Kandha. Serat Kandha adalah salah satu buku
babad di Jawa yang berisi tentang sejarah Jawa. Sebagaimana buku-buku babad yang
lain, isi serat Kandha merupakan elaborasi unsur-unsur sejarah, legenda, dan mitos. Di
dalam serat Kandha diceritakan, ketika Miluhur dalam perjalanannya ke Keling (ayah
Panji Asmarabangun) meilihat suatu cahaya di pegunungan Pruwata. Sumber cahaya
didekati oleh Miluhur, dan ternyata berujud batu besar. Hati Miluhur penasaran
terhadap misteri batu yang bercahaya tersebut, dan kemudian dengan kesaktiannya
menendang batu tersebut. Batu pun terbelah menjadi dua, dan nampaklah seekor katak
yang sedang bertapa di dalamnya. Katak tersebut ternyata penjelmaan dari Dewa Wisnu
dan istrinya Dewi Sri. Kelak Dewa Wisnu akan masuk (berinkarnasi) ke dalam diri
putra mahkota Jenggala ketika lahir, yaitu Inu Kertapati, atau Asmarabangun, dan
istrinya masuk ke dalam putri mahkota Kediri yang bernama Sekartaji, atau
Candrakirana (Poebatjaraka, 1968: 92).

Selain itu disisi lain, Arkeolog M. Dwi Cahyono berpendapat,Cerita Panji karena
memiliki pola-pola tertentu, yaitu : (1) pola alur penceritaan (integrasi-disintegrasi-
reintegrasi), (2) melibatkan tokoh peran dari kalangan ksatria bergelar ‘Panji’ – sebagai
tokoh peran utama, (3) bermuatan kisah asmara dramatik, yang melibatkan tokoh peran
pria dan wanita yang saling kasih, (4) berlatar sejarah Masa Hindu-Buddha atau masa
sesudahnya, (5) berwilayah geografis Jawa – khususnya Jawa Timur.

Seperti yang dikatakan diatas, poin ke-4 sudah sangat jelas dikatakan berlatar masa
Hindhu-Buddha yang merupakan mayoritas pada masa itu, tentu pula Dewa Wisnu dan
Dewi Sri berkaitan dengan hal tersebut. Pada intinya cerita ini ditulis sesuai dengan apa
yang ada disekitar penulis dan dibuat penyesuaian pada masyarakat sebagai
pembacanya.

Anda mungkin juga menyukai