Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH KOMUNIKASI TERAPEUTIK

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PASIEN IGD

Dosen pengampu:
Ns.Amelia Susanti,M.kep,S.Kep,J

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7:


1.ADILLA TRISNA OSCAR
2.YULIA ANGGINA
3.LADYSA JANUA PUTRI
4.MIRNA SIREGAR

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH


PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2023
TINJAUAN TEORI

1.Definisi

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi interpersonal antara perawat dan klien yang dilakukan
secara sadar ketika perawat dan klien saling memengaruhi dan memperoleh pengalaman bersama
yang bertujuan untuk membantu mengatasi masalah klien yang pada akhirnya mencapai
kesembuhan klien (Anjaswarni,tri. 2016).

Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna
penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU No 44 Tahun 2009).

2 Konsep Dasar Keperawatan Kegawat Daruratan

A. Klasifikasi

1) Pasien Gawat Darurat: Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaaan gawat atau menjadi gawat
dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat), bila tidak mendapat
pertolongan secara darurat (secepatnya). Contohnya gawat nafas, gawat jantung, traumatic, shock,
henti nafas, henti jantung, multi fraktur,dll

2) Pasien Gawat Tidak Darurat: Psien dalam keadaan darurat tapi tidak perlu tindakan darurat,
misalnya kanker stadium lanjut, TB kulit, dll

3) Pasien Darurat Tidak Gawat Pasien yang datang dengan kondisi tidak mengancam jiwa (tidak
gawat) dan tidak membutuhkan pertolongan secepatnya, misalnya luka lecet, pasien poli ke IGD

4) DOA: Death On Arrival Pasien yang datang dalam keadaan meninggal (Nur, akbar.2017).

B. Aspek Psikologis Pada Situasi Gawat Darurat

1) Cemas

Cemas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut ditandai oleh rasa ketakutan,
tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat,
gelisah, dan sebagainya. Kumpulan gejala tertentu yang ditemui selama kecemasan cendrung
bervariasi pada setiap orang tidak sama.

2) Histeris

Dalam penggunaan sehari-harinya hiseris menjelaskan emmosi yang tidak terkendali. irang yang
histeris sering kehilangan kontrol diri karena ketakutan yang luar biasa karena suatu kejadian atau
suatu kondisi

3) Mudah marah

Hal ini terjadi apabila seseorang dalam kondisi gelisah dan tidak tahu yang harus diperbuat (Priharjo,
robert. 1995).
C. Peran & Fungsi Perawat IGD

Peran perawat sebagai pelaksana keperawatan di IGD: Pemberi asuhan (care giver), pelindung
(advocate), penasehat (counselor), pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan. Fungsi perawat IGD
yaitu Independen, devenden, dan kolaborasi (Nur,akbar.2017).

1) Independen (mandiri)

Dalam memberikan asuhan keperawatan dipertanggungjawabkan oleh perawat secara mandiri. yang
dapat

2) Devenden (Tergantung pada dokter)

Dalam melaksanakan program kesehatan dimana pertanggungjawaban dipegang oleh dokter,


misalnya peran pemberian obat-obatan.

3) Kolaborasi (Interde-penden) Dalam mengatasi permasalahan secara team work dengan tim
kesehatan (Priharjo,robert. 1995).
1) Cemas

Cemas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut ditandai oleh rasa ketakutan,
tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat,
gelisah, dan sebagainya. Kumpulan gejala tertentu yang ditemui selama kecemasan cendrung
bervariasi pada setiap orang tidak sama.

2) Histeris

Dalam penggunaan sehari-harinya hiseris menjelaskan emmosi yang tidak terkendali. irang yang
histeris sering kehilangan kontrol diri karena ketakutan yang luar biasa karena suatu kejadian atau
suatu kondisi

3) Mudah marah

Hal ini terjadi apabila seseorang dalam kondisi gelisah dan tidak tahu yang harus diperbuat (Priharjo,
robert. 1995).

D. Prinsip Umun Pelayanan Keperawatan IGD

1) Cepat tepat

2) Penyelamatan hidup yang stabil

3) Sistem monitoring kondisi ppasien harus setiap saat

4) Alat kesehatan penyelamatan hidup siap digunakan

5) Keamanan diri pasien dan perawat harus dijaga

6) Informasi dan pendidikan


7) Sistem dokumentasi yang dipakai dapat digunakan secara cepat, mudah dan tepat

8) Etik dan legal keperawatan haarus dijaga (Nur, akbar.2017).

3 Teknik Komunikasi Pada Gawat Darurat

Supaya komunikasi yang kita lakukan dapat mencapai tujuan yang diharapkan, seorang perawat
harus menguasai teknik-teknik berkomunikasi agar terapeutik dan menggunakannya secara efektif
pada saat berinteraksi dengan klien. Berikut ini teknik komunikasi Stuart & Sundeen (1998) yang
dikombinasikan dengan pendapat ahli lainnya, Mendengarkan dengan penuh perhatian (listening)

a) Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan verbal
dan nonverbal yang sedang dikomunikasikan.

b) Menunjukkan penerimaan (accepting): Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti


bersedia untuk mendengarkan orang lain, tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Tentu saja
sebagai perawat kita tidak harus menerima semua perilaku klien. Perawat sebaiknya menghindarkan
ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menunjukkan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau
menggelengkan kepala seakan tidak percaya.

c) Menanyakan pertanyaan yang berkaitan Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan
informasi yang spesifik mengenai klien.

d) Memfokuskan (focusing) Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan
sehingga lebih spesifik dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutus pembicaraan klien ketika
menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru.
Perawat membantu klien membicarakan topik yang telah dipilih dan penting

e) Merefleksikan (Menyampaikan hasil observasi): Perawat perlu memberikan umpan balik kepada
klien dengan menyatakan hasil pengamatan sehingga dapat diketahui apakah pesan dterima dengan
benar.perawata menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh syarat nonverbal klien (menyampaikan
hasil hasil pengamatan perawat sering membuat klien berkomunikasi lebih jelas tampa harus
bertambah memfokuskan atau mengklarifikasi pesan)

f) Identifikasi tema: Menyimpulkan ide pokok atau utama yang telah dikomunikasikan secara singkat.
Metode ini bermanfaat untuk membantu topic yang telah dibahas sebelum meneruskan pada
pembicaraan berikutnya.

g) Memberi informasi (informing): Memberikan informasi merupakan teknik yang digunakan dalam
rangka menyampaikan informasi-informasi penting melalui pendidikan kesehatan. Apabila ada
informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat perlu mengklarifikasi alasannya. Setelah informasi
disampaikan, perawat memfasilitasi klien untuk membuat keputusan. (Anjaswarni, tri. 2016).
5 Hambatan Dalam Komunikasi Di IGD

Sekalipun perawat sudah memahami tentang cara berkomunikasi yang efektif dengan klien,pada
kenyataan nya terkadang perawat tidak mampu melakukannya dengan baik. Hal ini mungkin
disebabkan adanya hambatan, baik yang datangnya dari klien maupun dari perawat itu sendiri. Ada
lima:
1) Resistens

Resistens merupakan upaya klien, untuk tetap tidak menyadari atau mengakui penyebab kecemasan
dalam dirinya dalam rangka melawan atau menyangkal ungkapan perasaan (Suryani, 2005).

2) Kontertransferens

Biasanya timbul dalam bentuk respons emosional, hambatan terapeutik ini berasal dari perawat yang
diangkitkan atau dipancing oleh sika klien. Menurut Thomas M.D (1991) dan Stuard G.W (1998)
dalam (Suryani, 2005),

3) Pelanggaran Batas

Perawat perlu membatasi hubungan nya dengan klien. Batas hubungan perawat-klien adalah bahwa
hubungan yang dibina adalah hubungn terapeutik, dalam hubungan ini perawat berperan sebagai
penolong dank lien berperan sebagai yang ditolong. Baik perawat maupun klien harus menyadari
batasan tersebut (Suryani, 2005.

Pelanggaran batas bisa terjadi jika perawat melampaui batas hubungan yang terapeutik dan
membina hubungan sosial ekonomi atau hubungan personal dengan klien. Untuk mencegah
terjadinya pelanggaran batas dalam berhubungan dengan klien, perawat sejak awal interaksi perlu
menjelaskan atau membuat kesepakatan bersama klien tentang hubungan yang mereka jalin.
Kemudian selama interaksi perawat perlu berhati-hati dalam berbicara agar tidak banyak terlibat
dalam komunikasi sosial dengan klien. Dengan selalu berfokus pada tujuan interaksi,perawat bisa
terhindar dari pelanggaran terhadap batas-batas dalam berhubungan dengan klien.selalu
mengingatkan kontrak dan tujuan interaksi setiap kali bertemu dengan klien juga dapat menghindari
terjadinya pelanggaran batas ini (Suryani, 2005).

4)Pemberian Hadiah

Pemberian hadiah adalah masalah yang kontroversial dalam keperawatan.Di satu pihak ada yang
menyatakan bahwa pemberian hadiah dapat membantu dalam mencapai tujuan terapeutik, tapi
dipihak lain ada yang menyatakan bahwa pemberian hadiah bisa merusak hubungan terapeutik
(Suryani, 2005).

Hadiah dapat dalam berbagi bentuk misalnya yang nyata seperti, sekotak permen, rangkaian bunga,
rajutan atau lukisan. Sedangkan yang tidak nyata bisa berupa ekspresi ucapan terimakasih dari klien
kepada perawat sebagai orang yang akan meninggalkan rumah sakit, atau dari anggota keluarga yang
lega dan berterimakasih atas bantuan perawat dalam meringankan beban emosional klien (Suryani,
2005).

Anda mungkin juga menyukai