Anda di halaman 1dari 4

Yth Bapak Kapolri.

Saran/Masukan:

Sehubungan dengan masih berkembangnya “diskusi” internal ISPPI tentang “Pemaknaan


Tribrata”, disarankan kiranya perlu dibentuk “Pokja Pemaknaan Tribrata” untuk membahas
kembali perihal “Rumusan Tribrata dan intensifikasi Implementasi nya”.

Dibawah ini kami sampaikan secuil tulisan “Sekilas Sejarah Pemaknaan Baru Tribrata”, sebagai
bahan masukan awal.

Dum. Tks.

Salam Presisi.

——//——

Sekilas Sejarah PEMAKNAAN BARU TRIBRATA

Sehubungan adanya keinginan dari orang2 tertentu untuk mengembalikan pemaknaan TriBrata
kembali ke Tri Brata asal yang lama, maka perlu diingatkan kembali bahwa proses pemaknaan
baru Tribrata yang sudah disahkan dengan Surat Keputusan Kapolri NoPol :Skep/17/VI/2002,
tanggal 24 Juni 2002 tersebut, prosesnya cukup lama, memakan waktu Satu Tahun. Dan dengan
melibatkan cukup banyak ahli bahasa (sangsekerta, jawi kuno, Indonesia) dan pakar2 lainnya.

Rumusan Tri Brata yang lama, dari arti katanya banyak yang tidak pas dengan terjemahan
kata2nya. Dari sisi : politik kenegaraan, tidak secara lugas (explicit) menyebutkan : NKRI ,
Pancasila, UUD 1945. Sementara itu; Sapta Marga dan Sapta Prasetya Korpri/ASN,
menyebutkanya.

Oleh karenanya pendapat yang ingin kembali ke Tri Brata lama, perlu kita luruskan, karena yang
lama itu dari bahasa sanksekertanya saja banyak yg kurang pas.

Pada era Kapolri Jendral Awaludin Djamin ada yang dirobah terjemahannya, yaitu ‘dari warga
negara UTAMA , diganti menjadi warga negara TAULADAN, tetapi bahasa aslinya tidak diganti.

Dalam Tri Brata yang lama, sumpah Polisi di awang2, bukan di NKRI, yang berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945.
Bagi mereka yang tidak mengikuti perjalanan sejarah Pemaknaan Baru TriBrata pasti akan
merasa bahwa TRI BRATA asal, yang dalam Bahasa Sansekerta adalah yang lebih tepat dijadikan
sebagai Pedoman Moral anggota Polri.

Namun dalam perjalanan dan dinamika organisasi Polri, rupanya pemahaman Tribrata tersebut
masih harus dijelaskan secara essensi melalui Pemaknaan Tribrata, sehingga dapat di
Kristalisasi kan melalui Bahasa yang sederhana, padat dan sarat makna.

Untuk itu para Peserta Dikreg II Sespati Polri diberikan tugas oleh Kapolri, waktu itu Jendral
Polisi Drs Dai Bachtiar , untuk membuat sebuah kegiatan Pemaknaan Kembali Tri Brata.
Tujuannya bukan untuk mengganti Tri Brata, namun lebih diarahkan kepada pemberian
pemahaman essensial atas masing2 Brata, agar lebih aplikatif dan dinamis sesuai arah Tupoksi
Polri.
Adapun penugasan Tim Pemaknaan Baru Tribrata pada saat itu sebagai berikut :

 Atas perintah Kapolri kepada Ka Sespim Pol IJP Drs Cuk Sugiarso agar membuat
”Pemaknaan baru Tribrata”.
 Kemudian kepada Para Peserta Sespati II ditugaskan untuk mendiskusikan tugas perihal
pemaknaan Tribrata tersebut.
 Salah satu arahan Kapolri kepada Kasespim adalah: bahwa makna Tribrata yang lama susah
dicerna anggota Polri, karena menggunakan Bahasa Sansekerta.
 Untuk mengetahui apakah benar demikian, Tim ( Peserta Sespati II ) mengadakan penelitian
di beberapa kesatuan Polri yaitu Sespimpol, Polwiltabes Bandung, Polsek Lembang dan
Polres Metro Jakarta Selatan, menanyakan kepada anggota TA, BA dan PAMA.
 Memang benar, semua anggota mengatakan bahwa memang sulit memahami Tri Brata yang
berbahasa Sangsekerta dan setuju atau menginginkan agar langkah Kapolri tetang
pemaknaan baru Tribrata dapat diwujudkan.
 Diskusi Tim sebenarnya tidak keluar dari makna Tri Brata yang berbahasa Sangsekerta.
Inti masing2 Brata sebenarnya tertuang dalam Brata ( baru ), hanya lebih pada penekanan
penggunaan Bahasa Indonesia yang mudah dipahami oleh aggota.
 Kemudian dibentuk Tim sosialisasi ke beberapa Polda, Kombes Pol Mathius Salempang
( sekarang Irjen Pol Purn.) dkk, mendapat tugas ke 3: Polda Metro, Sulsel dan Sulut.
Ada 3 Tim untuk ke beberapa Polda.
Kesimpulan dari hasil sosialisasi, bahwa ”Perlu dilakukan Pemaknaan Baru Tribrata”.
 Sebelum diresmikan oleh Kapolri, Tribrata hasil rumusan Tim dipresentasikan didepan para
Kapolri pada masanya. Pertemuan dipimpin oleh Kapolri Jend Pol Drs. Da’i Bachtiar.
Dihadiri oleh :
1. Jendral Pol Widodo Budi Darmo,
2. Jendral Pol Moh. Hasan,
3. Jendral Pol Awaludin Djamin,
4. Jendral Pol Sanusi,
5. Jendral Pol Rusmanhadi,
6. dan beberapa Purn Pati Polri, antara lain Irjen Pol Purn Kus Parmono.

Pertemuan dilaksanakan di Ruang Rapat Kapolri lt 1 Gedung Utama Mabes Polri.

Dalam pertemuan tsb ada tanggapan dari Kapolri pada masanya:

1. Jendral Pol Moh Hasan, menyampaikan terimakasih, “sewaktu saya Kapolri, saya sudah
merencanakan merubah Tribrata seperti yang dimaksud Kapolri saat ini”
2. Jendral Widodo Budidarmo menanggapi Brata kedua. Penjelasan Brata kedua, ketika NKRI
tidak lagi berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, kami Polri minta bubar. Silakan Rezim baru
membentuk Kepolisian Baru.
( ini benar begitu? - Pak Widodo Budidarmo).

Tim menegaskan, Polri harus tegas, bahwa Polri yang ada adalah Polri

yang mengabdi kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Pengucapan Tribrata untuk yang pertama kali sebagai peresmian penggunaan Tribrata (baru)
adalah pada Upacara HUT Polri tanggal 1 Juli 2002 di Parkir Timur Senayan Jakarta, sebagai
Irupnya Presiden Megawati dan sebagai pengucap Tribrata adalah KBP Drs. Timur Pradopo
(Jendral Pol Timur Pradopo, Kapolri pada masanya).

Memang sepertinya ada kelemahan dari Mabes Polri saat itu, bahkan sampai saat ini perihal
kurangnya Sosialisasi Pemaknaan Tribrata.

Kemudian yang diajarkan di Lemdik2 Polri berhenti hanya pada target “siswa hafal Tribrata”.

(Nara sumber Jendral Pol Purn Da’i Bachtiar, Irjen Pol Purn Andi Masmiat, Irjen Pol Purn Mathius
Salempang, Brigjen Pol Purn Maparesa).

Jakarta, 20 April 2023.


Irjen Pol Purn Sisno Adiwinoto

Catatan:
Mohon Rekan2 Sespati DikReg-II, berkenan menyempurnakan Naskah ini. Tks
Mohon izin urun rembug:

OPTIMALISASI

1. Latar Belakang.
- Kepercayaan kepada Polri yg menurun akhir² ini sering disebut akibat banyak
tereksposenya oknum² Polri yg ber perilaku tercela dan diviralkan melalui media.
- Kebanyakan para pengamat berpendapat hal ini akibat kelemahan pembinaan Polri.
- Padahal Polri sudah dibekali dengan Pedoman Hidup Dan Kerja yaitu Tribrata Dan Catur
Prasatya yg sangat filosofis dan idealis.
2. Permasalahan:
BAGAIMANA UPAYA OPTIMALISASI PEMBINAAN MORIL, MORAL & MENTAL POLRI?

3. Masukan yg diharapkan:

- Faktor apa yang mengakibatkan kurang efektifnya pembinaan Polri?


- Bagaimana cara mengoptimalkan pembinaan Polri?
- Saran strategis dan taktis untuk optimalisasi pembinaan Polri?

Anda mungkin juga menyukai