Anda di halaman 1dari 80

Cover: Membangun Budaya Maritim

Salam Jalesveva Jayamahe!


Pembaca Cakrawala yang budiman dimanapun berada, saat ini jejak langkah kita telah sampai di
penghujung tahun 2013, dan bertepatan dengan edisi Desember maka redaksi telah menyiapkan
berbagai artikel dengan tema Membangun Budaya Maritim.
Kita semua menyadari bahwa bicara soal kemaritiman bangsa maka banyak pihak, pemangku
kepentingan, harus duduk bersama secara kompak dan sinergi. Oleh sebab itu pada edisi kali ini
redaksi menyuguhkan artikel yang bernuansa kemaritiman ditulis oleh berbagai pihak yang kredibel.
Pada rubrik Topik Utama kita suguhkan artikel TNI AL Pembawa Pesan Damai, lalu kita hadirkan
juga artikel tentang Pengangkatan Panglima TNI sebagai Warga Kehormatan Korps Marinir, Mengenal
Lebih Dekat Alutsista TNI AL Terbaru, Multi Role Light Frigate (MRLF) serta sebuah artikel menarik
tentang Pembangunan Kekuatan TNI Angkatan Laut dan dinamika perkembangan Keamanan Laut
Regional.
Pada rubrik Opini kita hadirkan artikel Peran Strategis dan Posisi Tawar PPAL ke Depan, hal ini
ditujukan khususnya untuk mengajak para mantan anggota TNI AL yang sudah purna dinas untuk
memasuki tahapan baru dalam kehidupannya serta berkarya untuk bangsa melalui kiprahnya di dunia
politik praktis.
Redaksi juga menyuguhkan beberapa artikel yang terkait dengan pembangunan budaya kemaritiman
Indonesia seperti Membangun TNI AL yang Outward Looking, merupakan opini pengamat militer
Indonesia Dr. Connie Rahakundini Bakrie, M.Si., juga kita ketengahkan rasa penasaran generasi muda
bangsa yang geregetan mendapati banyaknya fasilitas pelabuhan di Indonesia yang tidak layak. Kita
juga ketengahkan kiprah anak bangsa yang sangat bersemangat untuk membangkitkan semangat visi
kemaritiman generasi muda Indonesia, IMI Penggedor Mindset Maritim Pemuda Indonesia.
Pada rubrik Info, kami ketengahkan informasi-informasi menarik seperti: Menghadapi Maut di Laut,
Rambo Indonesia, Perang Amerika Serikat dan Rusia Tanpa Rudal, dan masih banyak lagi informasi
menarik lainnya.
Semoga suguhan kami dapat memperkaya informasi para pembaca sekalian. Akhirnya dengan
kesadaran baru, mari kita maknai Peringatan Hari Nusantara dengan berbagai karya yang fundamental.
Jalesveva Jayamahe!

PEMIMPIN UMUM: Laksma TNI Untung Suropati, WAKIL PEMIMPIN UMUM: Kolonel Mar Bambang Hullianto,
PEMIMPIN REDAKSI: Kolonel Mar F.X. Deddy Susanto, REDAKTUR: Kolonel Laut (P) Rony E. Turangan, Kolonel Laut (KH) Drs. Supriyono,
Kolonel Laut (S) Julius Widjojono, Letkol Laut (KH) Drs. Heri Sutrisno, M.Si., Kapten Laut (S/W) Widajana, Adi Patrianto, S.S.,
PENATA WAJAH: Serka PDK/W Mirliyana, Mujiyanto, Irma Kurniawaty, A.Md. Graf., Aroby Pujadi,
REDAKTUR FOTO: Wamrin, TATA USAHA: Raya Mentawita T., DISTRIBUSI: H. Supendi, Edi Supono, Kld TTU Niki L.M.
DITERBITKAN OLEH: Dinas Penerangan Angkatan Laut, ALAMAT REDAKSI: Dinas Penerangan Angkatan Laut, Gd. B4 Lt. 2, Mabesal Cilangkap,
Jaktim-13870, Telp. (021) 8723314, No. ISSN: 0216-440x

Untuk kritik, saran, dan opini singkat dapat dikirim via surat ke alamat redaksi kami, Dinas Penerangan Angkatan
Laut, Gd. B4 Lt. 2, Mabesal Cilangkap, Jaktim-13870 atau via email: cakrawala@tnial.mil.id.

Radio JJM 107.8 FM


Radio Streaming
di www.tnial.mil.id

Redaksi menerima tulisan (maksimal 5 halaman dengan spasi 1,5) beserta foto dari
segenap anggota TNI AL dan masyarakat umum. Naskah dicetak dengan kertas
A4 serta dilengkapi dengan data digital dalam Compact Disc (CD). Naskah yang
telah dikirim, menjadi milik redaksi, dan redaksi berhak memperbaiki/mengedit
tanpa mengubah isi/makna. Naskah yang dimuat akan mendapat imbalan
sepantasnya. Tulisan dapat disampaikan ke alamat redaksi Dinas Penerangan
Angkatan Laut, Gd. B4 Lt. 2, Mabesal Cilangkap, Jakarta Timur - 13870 atau via
email: cakrawala@tnial.mil.id

DAFTAR ISI
26

18

44

14
Topik Utama

Info

TNI AL Pembawa Pesan Damai 12

Menghadapi Maut di Laut 32


Rambo Indonesia Empat Zaman 50
Perang Amerika Serikat dan Rusia Tanpa
Rudal 54
Mengapa Binpotmar Penting? 58
Pantai Monano Kwandang menjadi Saksi
Puncak Kesiapan Pelantara III/2013 68
Kesalahan Umum Pengucapan Kata
dalam Bahasa Inggris 72
ADMM-Plus CTx tahun 2013 74

Multi Role Light Frigate (MRLF) 14


Kebanggaan Kalian adalah Kebanggaan Saya 18
Menikmati Kekayaan Laut di Negeri Impian 26
Pembangunan Kekuatan TNI Angkatan Laut dan Dinamika
Keamanan Laut Regional 34

Opini
Peran Strategis dan Posisi Tawar PPAL ke Depan 6
Kobaran Semangat Meneguhkan Budaya Luhur Nusantara
Menuju Peradaban Indonesia Baru 38
Nusantara yang Terlupakan 42
Aku Mimpi jadi Politisi 64

Teknologi
UAV Sederhana di Sekitar Kita 62

Prestasi

Wawancara
Membangun TNI AL yang Outward Looking 8
Negara Kepulauan tetapi Banyak
Pelabuhannya yang Tidak Layak 31
Di Balik Pesona Senyum Serdadu Laut 44

IMI Penggedor Mindset Maritim Pemuda


Indonesia 48

Geliat Dara Laut 78


Cakrawala Edisi 417 Tahun 2013

PERAN STRATEGIS DAN


POSISI TAWAR PPAL
KE DEPAN

etelah 68 tahun merdeka dan beberapa kali pemerintah


berganti, barulah sekarang konsep pembangunan TNI
menunjukkan arahnya yang benar. Berbagai kebijakan
pemerintah khususnya di bidang pertahanan - antara lain
pengadaan berbagai jenis alutsista baru TNI AL - adalah bukti
keseriusan sekaligus orientasi kebijakan pertahanan Indonesia
telah mempertimbangkan aspek geografis sebagai negara
kepulauan. Pelan tapi pasti, orientasi kebijakan pertahanan
Indonesia mulai mengalami pergeseran. Dengan kata lain,
dalam 10 tahun terakhir, kebijakan pertahanan Indonesia mulai
menemukan identitasnya. Konkretnya, visi maritim Indonesia
mulai tumbuh dan berkembang sebagaimana diharapkan.
Keseriusan pemerintah dalam membangun sistem
pertahanannya, juga terlihat dari indikator anggaran pertahanan
yang ditetapkan. Dalam 10 tahun terakhir, anggaran pertahanan
meningkat tajam dari Rp 30,7 triliun pada tahun 2003, menjadi
Rp 81,8 triliun pada tahun 2013. Tapi dihadapkan pada total
GDP, proporsinya tetap saja masih terlalu kecil, yakni hanya
0,8%. Idealnya anggaran pertahanan negara sebesar dan
sepenting Indonesia, minimal 2,5%. Di kawasan, Indonesia
hanya menduduki urutan ke-7 setelah Singapura (4,3% GDP),
Brunei Darussalam (3,2% GDP), Vietnam (2,2% GDP), Malaysia
(2,0% GDP), Thailand (1,4% GDP), dan Filipina (1,4% GDP).
Dengan demikian, Indonesia termasuk negara yang paling kecil
anggaran pertahanannya. Kondisi tersebut mungkin membuat
negara lain merasa nyaman sesuai paradigma seribu sahabat
tanpa musuh. Persoalannya, bagaimana kita dapat meyakinkan
publik, bahwa di Indonesia isu keamanan adalah persoalan
penting?
Markas Besar TNI sebenarnya telah banyak memberikan
masukan. Namun minimnya pemahaman tentang peran
strategis TNI, juga masih rancunya pemahaman terminologi
keamanan, menyebabkan berbagai saran, masukan, dan kajian
selalu kandas di tengah jalan. Contoh konkret RUU Komponen
Cadangan dan RUU Keamanan Nasional. Sulit dipercaya,
sebuah RUU yang sangat penting dan mendesak bagi negara
sebesar Indonesia, tetapi sudah sekian lama menggantung dan
semakin tidak jelas arahnya.

Seberapa signifikan?

Sebagai garda terdepan sekaligus benteng terakhir bangsa,


TNI sungguh prihatin. Ingin rasanya TNI bersuara lantang
bahkan berteriak. Namun TNI sadar zaman sudah berubah. TNI
tetap memilih bersikap profesional. TNI tidak ingin dianggap
melanggar aturan main, sehingga memantik tudingan TNI
kembali berpolitik praktis.
Di sinilah pentingnya peran para purnawirawan TNI,
khususnya TNI AL. Sebagai wadah bagi para purnawirawan TNI
AL, Persatuan Purnawirawan TNI AL (PPAL) dapat memainkan
peran strategisnya untuk mengisi kekosongan di ruang
publik. Tak bisa disangkal bahwa para purnawirawan adalah
ensiklopedia hidup. Pengalaman panjangnya selama dinas aktif
menyebabkan para purnawirawan paham benar akan apa yang
dibutuhkan TNI dan apa pula hambatan yang sesungguhnya
dihadapi TNI.
Semasa dinas aktif, memang aneh bila di luar struktur,
seorang perwira bermanuver kesana-kemari dan berteriak iniitu. Selain pasti dianggap tidak tahu aturan, bisa jadi sikapnya
dianggap pembangkangan (lobbying). Namun setelah pensiun
dan kembali ke masyarakat, di sinilah kehidupan sesungguhnya
baru dimulai. Dalam tradisi Barat, pensiun disebut retire
yang secara harfiah artinya ban baru, dan secara filosofis
maknanya kehidupan baru. Inilah momen berharga di mana
para purnawirawan bisa bebas berkreasi, bebas berinovasi,
dan bebas berekspresi. Pada momen ini juga komitmen dan
konsistensi seorang purnawirawan sekaligus diuji. Masihkah
spirit membangun TNI AL tetap dipertahankan. Masihkan
idealisme membangun kejayaan kembali Indonesia sebagai
negara maritim terus digelorakan.
Banyak cara dan jalan bisa ditempuh PPAL, antara lain jalur
politik, pendidikan, budaya, dan olahraga. Jalur politik bisa diawali
misalnya, dengan pembentukan ormas/parpol yang berorientasi
maritim, termasuk pembentukan lembaga kajian yang kredibel
guna menggali dan menemukan ide-ide brilian sekaligus pemberi
solusi berbagai persoalan kebangsaan. Jalur pendidikan bisa
dengan menyisipkan kurikulum berbasis maritim ke dalam
kurikulum pendidikan nasional. Jalur budaya bisa dengan lebih
fokus mengeksplorasi keunikan dan keanekaragaman budaya

Indonesia khususnya yang bernafas maritim. Demikian juga jalur


olahraga dengan lebih memaksimalkan pembinaan olahraga
perairan sehingga mampu mengukir prestasi dan dapat menjadi
ikon Indonesia sebagai bangsa maritim.
Melihat potret Indonesia hari ini, pendirian ormas/parpol yang
berkarakter maritim bersifat mendesak. Mengapa? Pertama,
di alam demokrasi, ormas/parpol adalah instrumen demokrasi.
Kedua, banyak persoalan besar di negeri ini yang tak terjawab
karena minimnya wawasan kebangsaan, khususnya wawasan
maritim elemen masyarakat dan juga, sayangnya, sebagian
para pengambil keputusan. Carut-marutnya pengelolaan laut
akibat ketiadaan sinergitas dan sinkronisasi antarinstitusi yang
menangani laut, misalnya, adalah bukti akibat belum adanya
cetak biru Kebijakan Kelautan Nasional (National Ocean
Policy) di Indonesia yang notabene adalah negara maritim.
Dengan demikian, kelahiran ormas/parpol yang dibidani PPAL
diharapkan dapat mendongkrak peran strategis sekaligus posisi
tawar PPAL dalam ikut serta membangun kejayaan kembali
Indonesia sebagai negara maritim.
The Navy League of the United States (NLUS) atau PPAL
Amerika Serikat yang pembentukannya diinisiasi oleh Presiden
Theodore Roosevelt pada tahun 1902, adalah organisasi
purnawirawan angkatan laut yang sangat berpengaruh dan
dihormati di Amerika Serikat. It seems to me that all good
Americans interested in the growth of their country and
sensitive to its honor, should give hearty support to the policies
which the Navy League is founded to further. For the building
and maintaining in proper shape of the American Navy, we
must rely on nothing but the broad and farsighted patriotism
of our people as a whole kata Roosevelt. NLUS mengemban
tiga misi: ikut memelihara moril seluruh prajurit aktif dan
keluarganya; menyuarakan kepentingan US Navy; menggali
dan mendiseminasi nilai strategis laut bagi kepentingan nasional
Amerika.
Dalam menyampaikan aspirasinya,
NLUS dikenal sangat konsisten dan
militan. Sering mereka melakukan lobilobi politik di Kongres, dan memanfaatkan
media untuk mempertegas komitmennya.
Pada acara Sea-Air-Space Expo yang
digelar NLUS di Gaylord Convention
Center, Maryland, tahun 2010, Menhan
Robert M. Gates menyampaikan pujian
dan rasa bangganya atas segala usaha
dan perjuangan NLUS yang telah
dilakukan demi kebesaran Angkatan Laut
dan bangsa Amerika. Menurut Gates,
NLUS telah melakukan banyak pekerjaan
besar, antara lain menentang rencana
cutback anggaran pertahanan akibat
krisis keuangan, dukungan terhadap
kelangsungan program pembangunan
destroyer super canggih kelas Arleigh
Burke (DDG-51) dan kelas Zumwalt
(DDG-1000).

Di Indonesia sebenarnya juga cukup banyak purnawirawan


TNI yang telah sukses menapaki siklus kehidupan barunya
dan memberikan banyak nilai bagi diri, keluarga, masyarakat,
bahkan bangsa dan negaranya. Para purnawirawan TNI AD
misalnya, hampir mendominasi peran di segala bidang, dan tidak
diragukan lagi khususnya di bidang politik. Sekalipun Indonesia
adalah negara maritim, ironisnya, peran TNI AL justru belum
signifikan. Seorang petualang sekaligus pujangga besar Inggris
abad XVI, Sir Walter Raleigh berkata, Whoever commands the
sea, commands the world. Terinspirasi mantra tersebut maka
jadilah Inggris - kini Amerika Serikat dan China - bangsa besar
dan disegani karena armada lautnya yang begitu hebat. Jauh
sebelumnya, leluhur kita Sriwijaya dan Majapahit telah lebih dulu
membuktikannya.
Dalam hal bebas berekspresi dan bersuara lantang, PPAU
dan PPAD mungkin sedikit berada di depan. Walaupun dalam
kapasitas pribadi, tapi beberapa purnawirawan TNI AU dan TNI
AD kerap bersikap kritis dan bersuara tajam di berbagai media.
Contohnya Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim dan Marsekal
Muda TNI (Purn) Djoko Poerwoko yang banyak menyoroti
masalah dunia penerbangan. Demikian pula Letjen TNI (Purn)
Sajidiman Surjohadiprodjo, Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo
dan Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakri yang banyak mengupas
dunia politik dan militer pada umumnya. Walaupun masingmasing memiliki gaya bicara dan menulis yang berbeda, namun
secara umum pikiran, pandangan, dan analisanya lugas, tajam,
inspiratif, dan mencerahkan.
Di era reformasi, di mana semua orang bebas menyampaikan
pendapatnya, sudah tiba saatnya PPAL bebas berekspresi, pula
bebas bersuara lantang. Sesekali diselingi turun ke lapangan
bersama mitra sipilnya untuk menyadarkan dan mendidik
masyarakat agar paham, peduli, dan bangga akan Angkatan
Laut, bangsa dan negaranya. Laksma TNI Untung Suropati

Ilustrasi oleh Budiono

Cakrawala Edisi 417 Tahun 2013

Dr. Connie Rahakundini Bakrie, M. Si. (Pengamat Pertahanan dan Militer dari Univ. Indonesia)

MEMBANGUN TNI AL
YANG OUTWARD LOOKING
Kekuatan militer selalu berada di balik kekuatan
diplomasi. Sudahkah kekuatan TNI AL memiliki
kekuatan untuk mendukung upaya diplomasi
di kawasan?
Mengutip R. Willliam Liddle, yang menyatakan
bahwa dua unsur fisik yang mendasar dalam
membangun kekuatan negara adalah ekonomi
dan militer. Jika sebuah negara tidak memiliki
ekonomi dan/atau militer yang kuat, maka sistem
pertahanannya tidak akan efektif. Dalam elemen
kekuatan pembangunan state power yang saya
teliti ternyata elemen lain yang berpengaruh pada
pembangunan kekuatan negara adalah CM (critical
mass), strategi negara dan kebijakan terkait citacita negara serta elemen pembagi yaitu ESP
(external super power).
Berdasarkan hal tersebut, muncul pertanyaan
tentang seberapa besar sumbangan sumber daya
laut kepada PDB nasional saat ini dan proyeksinya
ke depan dalam konteks pembangunan pertahanan
negara yang tangguh? Seberapa besar kita
memanfaatkan kekuatan ESP di kawasan? Dengan
melakukan penghitungan tersebut, kita akan
mampu memprediksikan besarnya kerugian dan
keuntungan yang akan ditanggung oleh bangsa,
baik secara ekonomi, politik, maupun militer dalam
arah perubahan menuju visi maritim.
Pemanfaatan sumber daya kelautan secara
maksimal membutuhkan penguasaan teknologi
tinggi, mulai dari teknologi eksplorasi laut sampai
pengamanan wilayah dan jalur perdagangan laut.
Bagaimana rancangan sistem industri pertahanan
yang berbasis kelautan harus dirumuskan?
Logikanya, jika konsepsi atas visi maritim dapat
dijelaskan secara konkrit dan applicable, barulah
kebijakan nasional dapat dibangun.
Kecenderungan ke depan jelas sudah
menunjukkan
makin
pentingnya
jalur-jalur
perhubungan dan perdagangan laut yang mencakup
SLOC (SEA LANES OF COMMUNICATIONS) dan

SLOT (SEA LANES OF TRADES) yang kita miliki.


Dengan nilai-nilai penting laut dan pengalaman
sejarah, serta lingkungan strategis dan geografis,
maka lautan kita sangat jelaslah menjadi
elemen penting bagi pertahanan Indonesia baik
secara konsepsi dan cara pandang pertahanan
(geopolitik
dan
geostrategis),
perumusan
kebijakan pertahanan, kepentingan nasional
yang harus dilindungi, terutama di dan lewat laut
yaitu: keamanan di perairan wilayah jurisdiksi
Indonesia; keamanan GPL dan ALKI; keamanan
sumber alam di laut; perlindungan ekosistem atau
lingkungan laut; stabilitas kawasan strategis yang
berbatasan dengan negara tetangga; keamanan
ZEE; dan peningkatan kemampuan industri untuk
mendukung pertahanan negara di laut.
Jika dikaitkan pada kemampuan diplomasi TNI
AL maka kita harus jujur menadang permasalahan
dan kondisi yang ada. Dalam pilahan abad,
sebenarnya jelaslah sudah pada abad ke-19
tugas negara adalah mengamankan lautan untuk
kepentingan nasional dan terjaganya kekayaan
negara. Abad ke-20, tugas ini bergeser pada
kewajiban mengamanakan ruang udara dan
antariksa, sementara di abad ke-21 tugas negara
adalah mengamankan, menguasai dan mengambil
keuntungan dari cyber space.
Mencermati
perkembangan
spektakuler
ekonomi, pembangunan kekuatan militer dan
industri pertahanan China serta melihat posisi
strategis Indonesia di tengah-tengah rivalitas China
dan AS yang menajam, maka dengan keunggulan
prinsip politik luar negeri Indonesia yang bebas
aktif, sudah waktunya Indonesia memainkan peran
lebih besar bagi keberlangsungan keseimbangan
kawasan.
Jika ketiga pembangunan kekuatan ini harus
dikejar Indonesia sekaligus dalam waktu yang
singkat, mengingat momentum kepemimpinan
China dan Calculative Strategy Xi Jinping periode

tahun 2013-2018, maka sesungguhnya Indonesia


seharusnya merealisasikan secara lebih konkrit
kerja sama pertahanan TNI AL nya dengan China.
Mengapa?
Buku Putih China - The Diversified Employment
of China`s Armed Forces - menggambarkan misi
baru PLA (People Liberation Army) abad ke-21
yang modern dan berteknologi canggih dalam
sistem informasi dan persenjataan. Kekuatan AL
China diperkuat oleh 235.000 personel dengan
peningkatan kemampuan daya tempur. China
memiliki tiga armada berpangkalan di Beihai,
Donghai, dan Nanhai. Di Timur, armada lautnya
diperkuat kapal selam berjarak tembak 2100 km
sehingga mampu memberlakukan strategy anti
access aerial denial terhadap kehadiran militer AS
yang berada di Pasifik Barat. Sementara AU China,
diperkuat oleh 398.000 personel ditempatkan
di tujuh wilayah komando, di mana meliputi
pengintaian, serangan udara, pertahanan udara,
dan peluru kendali.
Dilain sisi, Strategy Forward Presence AS
menjadikan pangkalan militer AS tersebar di
kawasan dari Jepang hingga ke pulau Cocos
sekitar 1000 km selatan pulau Jawa dan mencakup
hingga Laut China Selatan. LCS sendiri berada
pada urutan pertama core interest AS. Dalam
dokumen National Security Strategy 2010 secara
tegas AS menyatakan akan melindungi negara
claimants sekutunya pada konflik LCS. Jika
kebijakan AS atas nama Rebalancing Asia ini
terus mengumandang. Sikap ambigu bangsa kita
hari ini akan aplikasi kebijakan non blok malah akan
membawa Indonesia terjebak pada Imbalancing
Asia.
Dilain sisi patut disadari bahwa pada tahun
2021, diprediksikan AS akan terpaksa menurunkan
anggaran pertahanannya hingga 28% sementara
China malah akan mampu menaikan anggaran
pertahanannya sebesar 64%. Karenanya, sudah
waktunya Indonesia mereposisi sikapnya dan
mengambil lebih peran sebagai negara pemain.
Indonesia bersama-sama China diprediksikan
pada tahun 2050 menjadi negara 10 besar dunia,
di mana Australia maupun negara negara ASEAN
tidak akan berada dalam list tersebut. Karenanya,
Indonesia perlu menentukan sikap bebas aktif yang
sesungguhnya.
Pembangunan PLA dapat memberikan dorongan
bagi TNI dan industri pertahanan yang masih lebih
terbuka kemungkinannya untuk diperoleh dari China

dibandingkan dari AS. Jika benar kebutuhan untuk


mengejar terpenuhinya alutsista TNI pertahun bagi
TNI AD sebesar + 1297 items, TNI AL sebesar 84
items dan TNI AU sebesar 88 items (Rahakundini,
Defending Indonesia, 2009)
Maka China yang terbukti kuat dalam aspek
aircraft, armoured vehicles dan ships, jelaslah
dapat mengisi kepentingan Indonesia dalam
niatnya membangun industri pertahanan yang
mandiri serta membangun cyber defence mumpuni
ala China.
Mengingat Indonesia adalah negara terbesar
di kawasan dan memiliki posisi silang serta
geopolitik yang semakin seksi, maka kondisi ini
perlu dicermati Indonesia dalam menentukan arah
kemauannya untuk berperan lebih signifikan dalam
defence diplomacy dengan membentuk kerja sama
pertahanan dengan China dan negera negara lain
yang jelaslah harus lebih memberikan keuntungan
bagi tegaknya kepentingan Indonesia.
Seberapa penting visi maritim pemimpin
memengaruhi kebijaksanaan untuk menunjang
pertahanan Indonesia yang outward looking?
Konteks sejarah pemaknaan atas lagu bahwa
nenek moyang Bangsa Indonesia adalah pelaut,
tafsiran atas bukti arkeologi di Cadas Gua, Pulau
Muna Seram, berupa artefak dari tahun 1.000
SM, yang menjelaskan adanya hubungan dengan
suku Aborogin di Australia, serta periode kejayaan
kerajaan-kerajaan nusantara pada masa prasejarah acapkali dijadikan dasar logika untuk
membangun preposisi dan konklusi kearah bangsa
yang bervisi maritim.
Kerajaan-kerajaan di nusantara mengalami
masa-masa
kejayaan
sebelum
munculnya
kolonialisasi Eropa, di mana hubungan politik dan
perdagangan kerajaan-kerajaan tersebut dibangun
hanya sebatas pada lingkup Asia (M.C. Riclefs,
2005). Namun, sejak kedatangan para kolonialis
Eropa yang tujuan awalnya untuk berdagang telah
merubah peta hubungan internasional di mana
berbagai kerajaan nusantara tersebut, secara
politik-ekonomi hanya berposisi sebagai objek
perdagangan. Akhirnya, eksistensi kerajaankerajaan nusantara mengalami kemunduran.
Fakta ini melahirkan pertanyaan, jika visi maritim
merupakan pertahanan politik, ekonomi, dan militer
yang terbaik, mengapa sejarah kerajaan-kerajaan
nusantara tidak mampu menghadapi gelombang
kolonialisasi Eropa?
Cakrawala Edisi 417 Tahun 2013

Jawabannya terletak pada masa kolonialisme


Eropa, kerajaan-kerajaan di nusantara yang mudah
sekali di adu domba, di samping itu banyak elit
kerajaan yang bermain mata dengan melindungi
kepentingan modal asing. Kondisi ini sedang
berevolusi kembali di tanah air saat ini.
Patut juga disadari bahwa terjadinya pergeseran
watak kemaritiman bangsa Indonesia dikarenakan
tidak dipenuhinya prakondisi menuju visi maritim.
Bahwa secara politik sangat telah disadari bahwa
laut melahirkan konsepsi tentang persatuan
tidak hanya ke dalam, melainkan juga ke luar
sebagaimana telah diakui oleh UNCLOS/1982
dan laut juga menjadi media perhubungan serta
perdagangan yang sangat vital. Tetapi, secara
nyata hal ini tidak direalisasikan dengan kebijakan
kebijakan yang menunjang.
Padahal,
kebijakan
menunjang
seperti
misalnya terkait Indonesia bersama China dapat
membangun kekuatan blue water navy atau
malah world class navy yang dicita-citakan TNI
AL, dengan mentargetkan demi kepentingan
nasional Indonesia dalam bidang keamanan food
dan energy, jelas akan mampu membawa TNI AL
kita kelak pada kemampuan defence diplomacy.
Ini akan memberikan impetus yang signifikan bagi
TNI AL yang seharusnya berwawasan outward
looking.
Jika Indonesia tidak cukup percaya diri untuk
itu, sebenarnya ada beberapa alasan dapat
dikemukakan pada AS dan sekutunya di kawasan
tentang pendalaman kerja sama pertahanan ini,
antara lain: 1. Argumen Huttington bahwa hanya
Indonesia dan Vietnamlah sesungguhnya mampu
menyeimbangkan kekuatan China karena alasan
historis kedua negara. 2. Trust Building sebagai
landasan Mutual Cooperation antara PLA dan TNI,
di mana dalam aspek strategic partnership-kan
memperluas kerjasama investasi, manajemen, dan
litbang industri pertahanan. 3. Memperluas kerja
sama dalam keamanan navigasi & keselamatan
pelayaran pada area ALKI, LCS dan Samudra
Hindia, mengingat pembangunan kekuatan blue
water navy China di tahun 2050 akan melampaui
Indonesia sampai ke Samudra Hindia.
Patut diingat sekali lagi pembangunan kekuatan
PLAN yang ambisius dan outward looking ini sangat

terkait akan kepentingan nasional China terkait


energy security. Meningkatnya perebutan SDA tak
terbarukan mendorong China untuk melakukan
strategi model AS untuk pemenuhan kebutuhan
nasionalnya, yaitu membangun strategic petroleum
reserves serta membangun kekuatan angkatan
laut yang besar untuk protect the flow of oil dari
seluruh belahan dunia.
Selain itu, Indonesia dan China juga dapat
memperluas pertukaran informasi mengenai
kelembagaan dan masalah-masalah organisasi,
doktrin dan kebijakan, pertukaran personel &
pelatihan profesional, riset, pertukaran data ilmiah
dan teknologi, serta meningkatkan kerja sama
antar institusi dalam bidang teknologi pertahanan
dan industri.
Kesemuanya
sesuai
dengan
Peraturan
Panglima TNI Nomor Perpang/89/XII/2009 yaitu:
1. Menciptakan kepercayaan dan meningkatkan
persahabatan (CBM) 2. Mengupayakan diplomasi
mencegah konflik (preventive diplomacy) 3. Me
ningkatkan kemampuan militer dan pertahanan
(defense capacity) 4. Menciptakan keamanan
kawasan (security enhancement) dan 5. Melak
sanakan misi damai bantuan kemanusiaan
penanggulangan bencana serta pemeliharaan
perdamaian dunia (HDR & peace keeping
operation).
Sebenarnya momentum yang muncul dengan
semakin banyak pandangan yang menyatakan
bahwa arah kebijakan pemerintah untuk
membangun Indonesia menjadi negara yang
disegani dan berwibawa di mata internasional
seharusnya berlandaskan pada visi maritime,
dengan fokus pembangunan TNI AL harus segera
digunakan oleh para pemimpin negeri.
Tetapi perlu disadari bahwasanya pemikiran
ini memerlukan pemimpin yang berwawasan
dan berani secara fundamental me re-visit arah
kebijakan luar negeri dan politik negara yang sudah
ada pada saat ini. Pemimpin yang bervisi maritim
diperlukan, tetapi ia juga tidak dapat berdiri sendiri.
Lihatlah sejarah kebangkitan AL Amerika Serikat
di tahun 1890, yang menekankan pentingnya
masalah orientasi nasional dan penjelasannya
baik kepada US Navy dan masyarakat AS sendiri.
Saat itu visi maritim AS sangat ditekankan kepada

THE MAJORITY IS OFTEN WRONG

kondisi yang memengaruhi laut daya termasuk


manusia dan alam itu sendiri (critical mass),
geografi, tenaga kerja, lembaga pemerintahan
dan pentingnya pembanganun Armada AL mereka
kepada perwujudan pembangunan karakter
nasional.
A.T. Mahan saat itu melontarkan pemikiran
besar akan pembangunan kekuatan AL yang
berkolerasi erat dengan pembentukan kekuatan
sejarah AS yang akan dicatat di masa depan,
hal ini kemudian memberi petunjuk akan model,
besaran, jumlah dan penggunaan kapal serta
sejauh mana ancaman yang ada di depan mata
sesuai dengan prinsip-prinsip abadi perang harus
dihadapi.
Ancaman menjadi sebuah kata kunci. Sehingga
pandangan akan Indonesia adalah negara 1000
friends 0 enemy sebenarnya harus segera dihapus
jika kita berniat sungguh sungguh membangun
kekuatan TNI AL yang outward looking dan
berkategori world class.
Konsep akan sebuah kekuatan armada armada
laut adalah bergabungnya mimpi, tujuan dan

sarana baik masa kini hingga ke masa depan.


Sehingga visi maritim yang dicita-citakan bangsa
ini juga dapat memberikan kebanggan diri akan
perwira dan prajurit-prajurit handal TNI AL akan
peran jasa yang mereka dapat sumbangkan ke
dalam terwujudnya kepentingan nasional NKRI di
abad-abad mendatang.
Rusia memperingatkan bahwa intervensi
militer ke Suriah akan membawa konsekuensi
yang sangat serius bagi kawasan. Peringatan itu
muncul dari Moskow setelah AS dan sekutunya
mempertimbangkan serangan ke Suriah.
Jelas bahwa upaya-upaya diplomatik Rusia dan
kesiapan Presiden Bashar al-Assad untuk bekerja
sama, telah menunda aksi militer langsung terhadap
Suriah dan mencapai keefektifannya dalam teks
resolusi yang mengikat semua pihak, yang tidak
menyebutkan penggunaan kekuatan militer di
mana karenanya resolusi tahun 2118 merupakan
hambatan penting untuk agenda perang terlarang.
Kapten Laut (S/W) Widajana

TOPIK UTAMA

12

TNI AL PEMBAWA
PESAN DAMAI

bsennya Amerika Serikat sebagai global power


memunculkan aktor-aktor baru di berbagai
belahan penjuru dunia. Baik aktor negara
maupun aktor bukan negara akan hadir dengan
kepentingan masing-masing, tanpa adanya kekuatan
pengendali. Walhasil, konflik semakin berpeluang
terjadi di berbagai penjuru dunia. Laut sebagai media
perhubungan, perdagangan dan ekonomi maupun
sumberdaya diprediksi menjadi kawasan yang tidak
lagi aman. Kehadiran sebuah kekuatan laut baru
menjadi kebutuhan demi menjamin perdamaian dunia.
Serangan ekonomi (economy attack) terhadap
Amerika Serikat bukanlah sesuatu yang terjadi
secara mendadak. Dalam kurun waktu sepuluh
tahun terakhir ekonomi Amerika Serikat dapat
dikatakan tidak tumbuh secara signifikan, bahkan
dapat dikatakan jalan di tempat. Kondisi ini tidak
mengherankan. Ambisi Amerika Serikat sebagai
global power tunggal memang memakan biaya.
Containment strategy yang telah lama dijalankan
oleh Amerika Serikat bukanlah sebuah pilihan yang
murah. Nicholas John Spykman yang mengajarkan
Rimland Theory pada Amerika Serikat melahirkan
sebuah ambisi untuk mengendalikan dunia dengan
cara menguasai daerah batas atau rimland. Domain
daerah batas adalah maritim. Oleh karenanya, teori
tersebut membangkitkan semangat banyak negara
bangsa (nation state) menguasai lautan. Tujuan akhir
menguasai rimland adalah untuk mengendalikan
eurasia atau heartland.
Eksistensi Amerika Serikat dengan penempatan
Komado Utama (Major Command, MACOM) di
berbagai belahan dunia membutuhkan biaya yang
tidak sedikit. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir
operasi-operasi militer Amerika Serikat memperburuk
kondisi ekonominya. Dengan sakitnya sang global
power, mau tidak mau intensitas operasi militer
Amerika Serikat di berbagai belahan dunia akan
sangat menurun. Bahkan baru-baru ini di Syria
Amerika Serikat bersedia mundur, karena Rusia
berada di belakang Syria. Sebuah keputusan yang
bijaksana untuk sebuah kepentingan yang lebih besar.
Bagi pemerintah Amerika Serikat memperbaiki kondisi
ekonomi menjadi teramat penting dibandingkan
membuang energi secara sia-sia untuk kepentingan
yang belum tentu jelas pada akhirnya. Nampaknya

pengalaman perang di Irak membuahkan pelajaran


berharga bagi Amerika Serikat, yaitu betapa sulitnya
mengakhiri sebuah operasi militer jika objectivenya tidak jelas. Pada akhirnya biaya operasi militer
membengkak seperti bola salju yang menggelinding
dan semakin membesar serta menabrak ke sana
kemari tanpa terkendali. Perhitungan risiko memang
perlu dilakukan secara cermat oleh Amerika Serikat,
sebelum hasrat politik berujung pada sebuah
keputusan.
Di tengah-tengah situasi shut down beberapa
bulan yang lalu, Jepang meminta kepada Amerika
Serikat untuk membangun industri pertahanannya.
Ketegangan antara RRC dengan Jepang akhir-akhir
ini mendorong Jepang untuk meminta Amerika Serikat
membuka portal pembangunan kemampuan militer
Jepang yang ditutup paska Perang Dunia II. Alasan
Jepang meminta Amerika Serikat untuk mengijinkan
pembangunan industri militer Jepang memang masuk
akal. Pertama, ketegangan antara Jepang dengan
RRC, membutuhkan kesiapan kekuatan militer
Jepang. Kedua, buruknya kondisi ekonomi Amerika
Serikat tidak mungkin melindungi Jepang terhadap
serangan militer RRC. Presiden Obama menyetujui
pembangunan kemampuan pertahanan Jepang.
Nampaknya Amerika Serikat tidak punya pilihan lain.
Kecerdikan Jepang memanfaatkan situasi shut
down Amerika Serikat menjadi langkah awal yang akan
terus berkelanjutan. Impiannya menjadi penguasa Asia
Timur Raya mengingatkan kita semua akan kehadiran
(baca ekspansi) kekuatan militerJepang di era
menjelang Perang Dunia Kedua. Situasi global akhirakhir ini dapat dikatakan nyaris sama dengan situasi
menjelang Perang Dunia Kedua. Kondisi Amerika
Serikat yang sedang dilanda serangan ekonomi
hampir sama dengan situasi di akhir dekade 1930-an.
Birokrasi yang bobrok dan buruknya ekonomi kala itu,
nyaris menjerumuskan Amerika Serikat sebagai black
country. Demikian halnya dengan Jepang. Keinginan
Jepang membangun industri pertahanannya dengan
alasan melindungi diri terhadap serangan RRC.
Sedangkan, pada era menjelang Perang Dunia Kedua,
industri Jepang dibangun secara besar-besaran untuk
melindungi pasokan minyak dengan cara merebut
ladang-ladang minyak di Asia.

Ketegangan antara RRC dengan Jepang akhirakhir ini, bukan semata-mata disebabkan oleh
masalah perbatasan dan perdagangan. Akan
tetapi, jauh sebelumnya pihak militer RRC selalu
menempatkan Jepang sebagai negara yang harus
diserang dan dilumpuhkan terlebih dahulu, jika terjadi
konflik antara RRC dengan Amerika Serikat. Peluang
terjadinya perang antara RRC dengan Amerika Serikat
memang sangat kecil. Dua negara besar tersebut
memiliki persenjataan nuklir dan rudal-rudal antar
benua yang dapat meluluhlantakan seluruh isi dunia.
Akan tetapi konflik antara RRC dengan Jepang dapat
terjadi disaat Jepang memulai pembangunan industri
pertahanannya. Sementara itu, di belahan Eropa juga
tidak lebih baik kondisinya dibandingkan Amerika.
Penyadapan telepon Kanselir Jerman oleh intelijen
Amerika Serikat mengakibatkan buruknya hubungan
diplomasi dua negara.
Beberapa kali latihan Angkatan Laut RRC yang
digelar akhir-akhir ini seakan-akan berpesan kepada
Jepang, bahwa China siap melakukan aneksasi ke
Jepang. Beberapa minggu lalu, RRC menerbangkan
unmanned drone memasuki wilayah udara Jepang
yang memancing pesawat-pesawat tempur Pasukan
Bela Diri Jepang untuk melumpuhkan benda tersebut.
Provokasi yang dilakukan oleh RRC mengundang
reaksi keras PM Jepang, Shinzo Abe. Sementara,
pihak RRC memandang, bahwa pernyataan Abe dan
aksi menembak unmanned drone sebagai tindakan
provokasi Jepang. Apakah RRC dan Jepang akan
saling berperang?
Dispute antara RRC dengan Jepang bukan sematamata masalah claim kepemilikan Kepulauan Senkaku
(Jepang) atau Diaoyu (China) serta Kepulauan Spratly
dan Paracel. Namun demikian lebih dikarenakan oleh
sejarah dan karakter yang sejak awal memisahkan
mereka. Kepentingan perdagangan dan ekspansi
ekonomi dua bangsa tersebut memang mudah
menyulut ketegangan. RRC tengah membangun
kekuatan maritimnya dan bertekad untuk menjadi
nomor satu di sektor perdagangan laut. Sementara
itu, bangsa Jepang sudah lebih dahulu akrab
memanfaatkan laut dibandingkan China. Kemungkinan
terjadinya perang dalam artian penggunaan kekuatan
militer secara terbuka antara dua negara tersebut,
sangatlah kecil. Akan tetapi, bentuk monopoli baru
aliansi tiga negara, yakni RRC, Jepang dan Korsel
sangat mungkin terbentuk.
Belajar dari cara-cara barat melakukan monopoli
perdagangan dengan model pasar bebas, aturan
fiskal, standarisasi dan berbagai pembatasan
membuahkan ketidakpuasan bagi negara-negara
yang sedang berkembang, termasuk Indonesia.
RRC, Jepang dan Korsel yang kelak akan banyak

mengatur perdagangan laut seyogianya menyadari,


bahwa penggunaan dan fungsi-fungsi laut adalah
warisan bersama umat manusia (common heritage of
mankind). Melemahnya superioritas Barat, khususnya
Amerika Serikat di laut dan hadirnya pemain baru yakni
RRC dan Korsel berdampak terhadap ukuran-ukuran
internasionalisasi yang selama ini dikendalikan oleh
Barat. Kegagalan sistem fiskal global yang selama ini
diatur secara sepihak dan berujung pada runtuhnya
kekuatan ekonomi Barat adalah peluang bagi bangsa
Indonesia untuk membangun kemampuan maritim.
Di tengah-tengah persaingan perdagangan laut
antara RRC, Jepang dan Korsel akan hadir aktor-aktor
bukan negara (non-state actors) yang memanfaatkan
laut untuk kepentingan sepihak. Kehadiran aktor-aktor
bukan negara (non-state actors) dapat dipastikan
akan mengganggu bahkan mengancam keamanan
dan keselamatan pengunaan laut itu sendiri. Disinilah
pentingnya peranan TNI Angkatan Laut sebagai
penjaga keamanan dan keselamatan penggunaan
laut wilayah nasional Indonesia maupun kawasan
Asia Tenggara. Lebih dari itu, pengalaman sejarah
membuktikan bahwa TNI Angkatan Laut adalah
kekuatan diplomasi yang dapat membawa pesan
perdamaian bangsa Indonesia ke seluruh dunia.
Menyongsong era persaingan di laut yang kelak
akan dikendalikan oleh tiga negara, yakni RRC,
Jepang dan Korsel, Indonesia dapat mengirimkan
misi-misi diplomasi TNI Angkatan Laut untuk
mendinginkan mereka. Misi diplomasi ini bertujuan
untuk mewujudkan terjaminnya penggunaan laut
demi kepentingan seluruh umat manusia. Tugas mulia
tersebut merupakan introduksi bagi TNI Angkatan Laut
yang ingin mewujudkan A world class navy dengan
misi pertama mengamankan dunia. Lets join the navy
to save the world. as.cakrawala

Cakrawala Edisi 417 Tahun 2013

13

MULTI ROLE
LIGHT FRIGATE
(MRLF)
TNI AL akan memiliki tambahan kekuatan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista)
berupa kapal permukaan jenis Multi Role Light Frigate (MRLF) merupakan kapal jenis
Frigate dengan multi kemampuan peperangan.

Sistem Komando dan Kendali Senjata Nautis II

KEMAMPUAN DAN PENGENDALIAN.


Kapal yang memiliki 4 (empat) mesin
pendorongan diesel pabrikan MAN jenis RK270
ini mampu mencapai kecepatan maksimum 30
knot dan jarak jelajah 5.000 mil laut (9.000 km)
pada kecepatan 12 knot. Dengan luas wilayah
Indonesia yang sebagian besarnya merupakan
perairan dan berbentuk kepulauan, maka kapal
ini sangat mendukung tugas operasi TNI AL
dalam melaksanakan penegakkan kedaulatan
dan hukum di laut. Dengan panjangnya yang
mencapai 95 meter dan lebar hampir 13 meter
ini, kapal ini memiliki persediaan akomodasi
untuk prajurit sebanyak 79 orang dengan 24
akomodasi tambahan. Dengan kemampuankemampuan inilah, kapal jenis Frigate ringan ini
akan beroperasi menjaga wilayah kedaulatan

NKRI yang berbatasan dengan negara-negara


tetangga dan bahkan akan mengharumkan nama
bangsa dengan beroperasi di bawah bendera
PBB dalam misi perdamaian seperti halnya
keempat KRI Kelas Diponegoro (Sigma Class)
yang telah mendahuluinya.
Kapal perang yang nantinya setelah diresmikan
menjadi Kapal Perang Republik Indonesia (KRI)
ini akan menyandang nama-nama pahlawan
nasional antara lain Bung Tomo, John Lie dan
Usman-Harun ini memiliki kemampuan tempur
yang diolah dalam sistem komando dan kendali
senjata jenis Nautis-II yang dirancang oleh Alenia
Marconi System (saat ini bernama BAE System
Insyte). Sistem kendali senjata inilah yang
akan mengendalikan dan mengintegerasikan
semua sensor dan senjata dalam menghadapi

VLS (Vertical Launch System)

Cakrawala Edisi 417 Tahun 2013

15

peperangan atas air, bawah air dan udara. Yang


lebih menarik lagi, demi menjaga kesiagapan dan
kemampuan pengawaknya sistem komando dan
kendali senjata ini dapat dioperasikan kedalam
training mode (mode pelatihan) yang akan
menampilkan simulasi yang mendekati keaslian
datangnya ancaman dan semua tahapan dalam
menghadapi ancaman tersebut. Sehingga,
diharapkan para pengawak sistem persenjataan
kapal ini akan selalu siap dalam menghadapi
keadaan yang sesungguhnya.
Dalam kemampuan pukul jarak jauhnya,
kapal ini dilengkapi dengan peluru kendali (rudal)
permukaan kepermukaan ataupun surface to
surface missile buatan MBDA yaitu Exocet MM40
Block II yang memiliki jarak jangkau tembakan
sejauh 70 km. Rudal yang juga terpasang di KRI
Kelas Diponegoro ini mampu mendeteksi dan
menghancurkan kapal permukaan lawan dengan
kecepatan sub-sonic 0,9 mach. Terpasang
dengan empat peluncur yang masingmasing dua
menghadap ke sisi lambung kiri kapal dan dua ke
sisi lambung kanan kapal akan menjadikan kapal
ini lebih sigap dalam menghadapi ancaman kapal
permukaan musuh.

Dalam menghadapi ancaman udara, kapal


ini dilengkapi dengan peluru kendali permukaan
ke udara yang juga buatan MBDA Seawolf.
rudal ini mampu menghantam kekuatan udara
musuh baik berupa pesawat tempur maupun
Rudal udara dengan jarak jangkau 6 km dan
berkecepatan 2,5 mach. Pengendalian Rudal
ini pun sudah bisa dikategorikan maju, dengan
sistem pengendalian gelombang mikro command
to line of sight. Dengan kemampuan pertahanan
udara ini, maka kapal ini tidak hanya mampu
melindungi dirinya sendiri, namun juga dapat
menjadi kapal tabir ataupun pelindung kapal
badan utama dalam operasi amphibi, operasi laut
gabungan dan pendaratan administrasi. Pelurupeluru kendali ini terpasang di antara meriam
utama dan anjungan sejumlah 16 tabung yang
berbentuk 16 Vertical Launch System (VLS).
Kelengkapan persenjataan kapal yang saat
ini berada di Kota Barrow-in-Furness Inggris
ini dilengkapi dengan meriam utama berkaliber
76 mm yang merupakan jenis Super Rapid
Gun buatan Oto Melara Italia yang terpasang
di dek utama kapal. Kemampuan meriam
yang juga terpasang di Sigma Class ini telah

dikembangkan hingga mencapai kemampuan


untuk menembakkan 110 butir peluru per-menit
dengan jarak sejauh 16 km.
Persenjataan lain yang terpasang di kapalkapal MRLF ini adalah senjata bawah air Torpedo
yang terpasang di sisi lambung kanan dan kiri
masing-masing tiga tabung dengan kaliber
324 mm, di mana torpedo ini akan digunakan
dalam menghadapi kapal selam musuh. Selain
persenjataan, kapal ini juga memiliki perlindungan
diri dari peperangan elektronika yakni ESM
(Electronic Support Meassures) 242 Thales
Sensor Cutlas dan Scorpion Radar Jammer,
di kedua sisi anjungan juga terdapat Super
Barricade Decoy yang merupakan pabrikan
Wallop Defence.
Tak kalah pentingnya, kemampuan dalam
hal peperangan juga didukung oleh keberadaan

geladak heli yang dapat mengangkut heli


berukuran menengah seperti halnya helikopter
S-70B Seahawk. Geladak heli dengan luas
285m dilengkapi dengan pengendalian heli yang
memadai untuk digunakan sebagai pendukung
operasi laut.
Tak pelak lagi, dengan kedatangan ketiga
kapal baru jenis MRLF ini maka kejayaan bangsa
Indonesia sebagai bangsa maritim akan tercapai.
Harapan dan cita-cita dalam mensejajarkan diri
dengan angkatan laut kelas dunia ini akan menjadi
langkah nyata bagi TNI AL dalam mewujudkan
slogan yang dicanangkan oleh Kasal Laksamana
TNI Dr. Marsetio yaitu world class navy. Maju
dan jayalah TNI AL, JALESVEVA JAYAMAHE.
Kolonel Laut (P) ING. Sudihartawan

TOPIK UTAMA

18

Kebanggaan
KALIAN adalah
kebanggaan
SAYA

iang itu, tiba-tiba ada angin segar menghembus


dan seakan mampu menyejukkan teriknya
matahari yang sedang menyinari lapangan
tembak F.X. Soepramono, Karang Pilang, Surabaya.
Tentu saja berita gembira ini mendapat sambutan
yang sangat positif dari para prajurit TNI dan
keluarganya, apalagi berita menyenangkan ini datang
langsung dari pernyataan Panglima TNI Jenderal TNI
Moeldoko, sesaat setelah dikukuhkan sebagai warga
kehormatan Korps Marinir TNI Angkatan Laut oleh
Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) A. Faridz
Washington, dalam suatu upacara militer di lapangan
tembak F.X. Soepramono, Karang Pilang, Surabaya,
awal November lalu.
Jenderal kelahiran Kediri, Jawa Timur, 8 Juli 1957
ini memberikan kabar gembira melalui sejumlah
awak media yang turut hadir untuk meliput kegiatan
tersebut, bahwa Komisi I DPR-RI telah menyetujui
usulan kenaikan tunjangan kinerja atau yang biasa
disebut remunerasi bagi prajurit TNI dari 37% saat
ini menjadi 57%, jadi akan naik 20% mulai tahun
2014.
Itu (kenaikan renumerasi) sudah saya sampaikan
ke pimpinan Komisi I DPR dan sudah mendapat
persetujuan, Insya Allah akan dimulai tahun 2014,
kata Jenderal berbintang empat itu.

Menjawab
pertanyaan
wartawan,
Warga
Kehormatan ke-31 Korps Marinir TNI Angkatan Laut
ini mengatakan, remunerasi saat ini memang perlu
ditingkatkan agar senyum para prajurit TNI semakin
lebar. Semoga bisa segera teralisasi, jadi senyum
prajurit saya bisa semakin lebar, imbuh Panglima
TNI sembari tertawa.
TNI Beli Puluhan Tank Amfibi Rusia dan
Korea.
Selain mengusulkan kenaikan remunerasi
yang sudah disetujui DPR, Panglima TNI juga
mengupayakan agar anggaran sistem kesenjataan
bisa naik dari 42% menjadi 53%.
Karenanya, diharapkan pada tahun 2014 sudah
hadir 37 tank baru dari Rusia, dan alutsista baru
lainnya dari Korea.
Menurut Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko,
pembelian tank ini merupakan upaya untuk terus
menambah dan meremajakan alat utama sistem
senjata (alutsista) TNI.
Anggaran alutsista akan mengalami peningkatan
pada tahun 2014. Targetnya 42 persen, tapi pada
tahun 2014 semoga bisa terlampaui angka 53 persen.
Artinya, akan ada peningkatan anggaran pertahanan
yang cukup signifikan, tutur Panglima penuh harap.

Cakrawala Edisi 417 Tahun 2013

19

TOPIK UTAMA

20

Panglima TNI Siapkan Divisi 3 Marinir


di Sorong.
Bukan itu saja. Melihat kemampuan dan kekuatan
personel Korps Marinir, Panglima TNI berupaya
untuk memekarkan organisasi Komando Utama TNI,
di antaranya pembentukan Pasmar 3 di Sorong,
Papua. Selama ini hanya ada dua Pasmar, yaitu
Pasmar 1 di Surabaya dan Pasmar 2 di Jakarta.
Menurut Panglima TNI, namanya pun akan diubah
dari Pasmar menjadi Divisi.
Hal ini dilakukan juga untuk memperkuat personel
TNI dan Polri yang selama ini sudah melakukan
pengamanan dan pertahanan kedaulatan RI di
wilayah Indonesia Timur.
Berkaitan dengan hal tersebut, Panglima TNI
berharap agar seluruh prajurit TNI dan khususnya
bagi prajurit Korps Marinir TNI Angkatan Laut, harus
memiliki dan menjaga kehormatan untuk menghindari
ego sektoral yang sempit.
Tapi Korps ini sudah sangat luar biasa. Memiliki
one command yang cukup kuat. Hubungan antara
komandan dan prajurit yang sangat dekat, kata
Jenderal berbintang empat ini.
Petarung SEJATI.
Sementara itu dalam sambutannya saat
dinobatkan sebagai Warga Kehormatan Korps
Marinir TNI Angkatan Laut, Panglima TNI Jenderal
Moeldoko mengingatkan motto Bersama Rakyat, TNI
Kuat untuk mewujudkan profesionalitas dan soliditas
dengan sesama anggota TNI, anggota TNI dengan
Kepolisian Indonesia, dan anggota TNI dengan
masyarakat.
Sasaran terdekat kita ada empat target yakni
eliminasi sikap dan perilaku yang ego sektoral,
bangun kemampuan TNI yang inter-operability, dan
penguatan intelijen tri-matra (darat, laut, udara),
katanya.
Target selanjutnya adalah penguatan komando
pendidikan di lingkungan TNI untuk mewujudkan
kultur TNI sebagai tentara pejuang, tentara rakyat,
tentara nasional, dan tentara profesional.
Wujudkan prajurit Korps Marinir TNI Angkatan
Laut sebagai petarung yang religius dan humanis,
pinta Panglima TNI penuh harap.
Semua pernyataan Panglima TNI tersebut
disampaikannya sesaat setelah dirinya dinobatkan
sebagai Warga Kehormatan Korps Marinir TNI
Angkatan Laut oleh Komandan Korps Marinir Mayjen
TNI (Mar) A. Faridz Washington dalam suatu upacara
militer di lapangan tembak F.X. Soepramono, Karang
Pilang, Surabaya.

Berikut ini, cakrawala akan melaporkan hasil


liputan tentang prosesi upacara pengukuhan warga
kehormatan tersebut.
Prosesi Pengukuhan Panglima TNI Jadi
Warga Kehormatan Korps Marinir TNI
Angkatan Laut.
Bunyi ledakan dan rentetan tembakan yang
disusul meluncurnya sejumlah kendaraan tempur
pengangkut pasukan, mengawali acara pengukuhan
Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko sebagai
warga kehormatan Korps Marinir TNI Angkatan Laut,
dalam suatu upacara militer di lapangan tembak
F.X. Soepramono, Karang Pilang, Surabaya, awal
November lalu.
Upacara yang dihadiri Kepala Staf Angkatan Laut
(Kasal) Laksamana TNI DR. Marsetio, para mantan
Komandan Korps Marinir, serta sejumlah pejabat
tinggi TNI itu ditandai dengan penyerahan baret ungu
dan dilanjutkan dengan penyematan Brevet Intai
Amfibi Korps Marinir serta Brevet anti teror aspek laut
Detasemen Jalamangkara di dada kanan Panglima
TNI Jenderal TNI Moeldoko oleh Komandan Korps
Marinir Mayjen TNI (Mar) A. Faridz Washington.
Sesaat kemudian, Panglima TNI melakukan
penembakan dengan menggunakan senjata How
105 mm milik Korps Marinir TNI Angkatan Laut,
yang disambut dengan tepuk tangan oleh seluruh
undangan.
Baret Ungu, Brevet Intai Amfibi, dan Brevet anti
teror aspek laut Detasemen Jalamangkara yang
disematkan itu sebelumnya dibawa oleh 3 peterjun
pilihan dari Detasemen Jala Mangkara (Denjaka),
serta dari batalion Taifib 1 dan 2 Marinir, dipimpin
Kapten Marinir Pujo Setiyono, dengan 2 anggotanya
yakni Pelda Marinir Suwarno, dan Serka Marinir
Riyanto Pane, mendarat tepat di depan mimbar
Inspektur Upacara (Irup) yang telah diapit 4 unit
kendaraan tempur BMP-3F dan 6 unit meriam
Howitzer 105 mm.
Mariniiiiir...!!! Berulang-ulang dan begitu lantang
penuh bangga, suara Panglima TNI Jenderal TNI
Moeldoko, sesaat setelah menerima penyematan
Baret Ungu, Brevet Intai Amfibi Korps Marinir, dan
Brevet Anti Teror TNI Angkatan Laut.
Apakah kalian bangga memakai baret seperti
yang saya pakai ini? Apakah saya terlihat bertambah
gagah memakai baret ungu ini?, tanya Panglima
TNI Jenderal TNI Moeldoko kepada ribuan prajurit
Korps Marinir seluruh peserta upacara.
Kebanggaan saya adalah kebanggaan kalian
semua. Kebanggaan kalian adalah kebanggaan
seluruh rakyat Indonesia. Untuk itu jagalah

PETARUNG SEJATI

TOPIK UTAMA

24

penampilan dan kebanggaan ini sebaik-baiknya,


seru Panglima TNI kepada seluruh prajurit Korps
Marinir TNI Angkatan Laut.
Panglima TNI juga meminta kepada segenap
prajurit Korps Marinir agar selalu gembira, baik di
daerah latihan maupun di medan pertempuran.
Salam hormat dan bangga saya kepada seluruh
prajurit Korps Marinir, pintanya yang disampaikan
dengan suara lantang penuh bangga.
Menurut Kepala Dinas Penerangan Angkatan
Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Untung
Suropati, yang turut hadir di tempat acara, pengukuhan
Jenderal TNI Moeldoko sebagai Warga Kehormatan
Korps Marinir TNI Angkatan Laut, didasari beberapa
pertimbangan, antara lain mengingat kontribusi
dan perhatiannya yang sungguh-sungguh terhadap
kemajuan dan perkembangan Korps Marinir TNI
Angkatan Laut, di samping juga sebagai bentuk
apresiasi atas keteladanan jiwa, sikap, semangat,
dan komitmen yang tinggi yang diberikan kepada
Korps Marinir TNI Angkatan Laut.
Sejak berdirinya Korps Marinir TNI Angkatan
Laut tahun 1945, Panglima TNI Jenderal TNI
Moeldoko merupakan orang ke-31 yang menerima
penganugerahan Warga Kehormatan Korps Marinir
TNI Angkatan Laut.
Adapun Warga Kehormatan Korps Marinir TNI
Angkatan Laut secara keseluruhan hingga saat ini
adalah sebagai berikut: Jenderal Besar TNI (Purn)
A.H. Nasution, Laksamana TNI (Purn) Walujo Soegito,
Jenderal TNI (Purn) L.B. Moerdani, Jenderal TNI
(Purn) Try Sutrisno, Laksamana TNI (Purn) Muhamad
Arifin, Laksamana TNI (Purn) Tanto Koeswanto,
Jenderal TNI (Purn) Feisal Tanjung, Laksamana
TNI (Purn) Arief Koeshariadi, Jenderal US Marines
C.C Krulak, Laksamana TNI (Purn) Widodo A.S.,
Laksamana TNI (Purn) Achmad Sutjipto, Laksamana
TNI (Purn) Indroko S., Jenderal TNI (Purn)
Endriartono S., Laksamana TNI (Purn) Bernard Kent
Sondakh, Sultan Brunei Darussalam Hasanal Bolkiah,
Laksamana TNI (Purn) Slamet Soebianto, Marsekal
TNI (Purn) Djoko Suyanto, Jenderal TNI (Purn) Djoko
Santoso, LaksamanaTNI (Purn) Sumardjono, Letjen
ROK Marines Lee Sang-Roh, Presiden RI Dr. Susilo
Bambang Yudhoyono, Laksamana TNI (Purn) Tedjo
Edhy Purdijatno, S.H., Jenderal US Marines James
T. Conway, Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E.,
Laksamana TNI Soeparno, Menteri Pertahanan RI
Purnomo Yusgiantoro, Jenderal Polisi Timor Pradopo,
Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo, Marsekal TNI
Imam Sufaat, Laksamana TNI Dr. Marsetio, dan
Jenderal TNI Moeldoko.

Upacara
pengukuhan
diwarnai
dengan
demonstrasi ketangkasan prajurit, antara lain: bela
diri khas Marinir, pasukan Infanteri Marinir menembak
dengan menggunakan senjata Rocket Propelled
Grenade 7 (RPG 7) dari atas 4 unit rantis Jeep KIA,
pasukan Cavaleri Marinir menembak dengan Canon
dan Coaxial yang berada di 4 unit tank amfibi PT 76
M dan dari atas 4 unit tank amfibi BMP 3 F, serta
free fall oleh para peterjun dari Yon Taifib 1 Marinir,
YonTaifib 2 Marinir, dan Denjaka.
Selain itu, upacara juga dimeriahkan dengan
defile pasukan dan defile kendaraan tempur yang
dimiliki oleh Korps Marinir TNI Angkatan Laut.
Bertindak sebagai Komandan Upacara adalah
Brigjen TNI (Mar) Denny Kurniadi, yang sehari hari
menjabat sebagai Komandan Pasmar 2 Jakarta,
sementara yang bertindak sebadai Komandan
Defile adalah Brigjen TNI (Mar) Siswoyo H.S., yang
sehari-hari menjabat sebagai Komandan Pasmar -1
Surabaya.
Upacara ini melibatkan sedikitnya 6000 prajurit
Korps Marinir TNI Angkatan Laut, terdiri dari: satu
kompi Korps Musik dari Lanmar Surabaya dan
Lanmar Jakarta, satu kompi Pasus dari Yon Taifib-1
Mar, Brigade Upacara (Brig Up)-1 dari Brigif-1 Mar,
Brig. Up-2 dari Brigif-2 Mar, Brig .Up-3 dari Brigif-1
Mar & Menbanpur-1 Mar, Brig. Up-4 dari Pasmar-2,
Brig. Up-5 dari Menkav-1 Mar & Kolatmar, Brig. Up-6
dari Menbanpur-1 Mar, Yonmarhanlan V, Denma
Pasmar-1, dan Lanmar.
Sementara berbagai macam material tempur
Korps Marinir TNI Angkatan Laut yang terlibat dalam
defile antara lain: 20 unit ran KIA, 2 unit Kendaraan
Khusus (Ransus), 2 unit Unimog, 4 unit Sea Reader,
12 unit Ford Ranger, 12 unit Reo, 14 unit BMP3F,
22 unit Tank PT 76, 2 unit Kapa K61, 20 unit BTR
50 PM/K, 6 unit LVT 7A1, 4 unit BVP2, 10 pucuk
meriam Howitzer 105 mm, 6 pucuk meriam 122 mm,
6 unit Roket Multi Laras 70 Grad (RM 70 Grad), 2 unit
Opleger Tatra, dan 12 unit Liaz.
Seusai upacara, Panglima TNI berfoto bersama
dengan sejumlah prajurit Marinir, dan diakhiri dengan
melakukan tele conference dengan para prajurit
Korps Marinir yang sedang melaksanakan Satuan
Tugas (Satgas) Pengamanan (Pam) di sejumlah
pulau terluar, antara lain dengan Satgas Ambalat,
Satgas Pam Pulau Rondo, Pulau Nipah, dan Pulau
Dana Rote. Dispenal

TOPIK UTAMA

26

MENIKMATI
KEKAYAAN LAUT
DI NEGERI IMPIAN
Kalakhar Bakorkamla Laksdya TNI Bambang Suwarto.

Pembiaran persoalan di laut akibat tumpang tindihnya tugas dan tanggung


jawab institusi terkait harus segera dibenahi oleh para stakeholder, karena sangat
berbahaya bagi kepercayaan dunia terhadap Indonesia.

erkaitan dengan pemasalahan di laut yang


sarat kepentingan dilihat dari berbagai aspek
diantaranya keamanan, politik dan ekonomi,
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di
dunia, sudah selayaknya belajar dari apa yang
dilakukan China. Ketika hubungan China memanas
karena saling mengklaim wilayah dengan Jepang
yang telah lebih dahulu memiliki Coast Guard.
Untuk membentengi negaranya dari persoalanpersoalan di laut dalam waktu relatif singkat China
segera membentuk semacam China Coast Guard.
Sebab bila China menghadapinya dengan militer,
sementara Jepang menggunakan institusi Coast
Guardnya yang nonmiliter, China akan dianggap
salah di mata internasional. Maka pada 10 Maret
2013 saat Sidang Pleno ke-3 National People
Congress (NPC) ke-12 menyatakan, State Ocean
Administration (SOA) akan direformasi guna
mengintegrasikan dan meningkatkan efektivitas
penegakan hukum maritim.
Reformasi SOA tersebut berupa penggabungan
dari China Marine Surveillance, Marine Police of
Border Defence, China Administration dan Custom

Anti Smuggling Police yang berada di bawah


Kementerian Pengelolaan Lahan. Sementara untuk
Marine Safety Administration tidak bergabung
dengan SOA, karena institusi ini bertugas khusus
di bidang keselamatan pelayaran. Tanggung jawab
baru SOA sebagai perencana pembangunan
kelautan, penegak hak-hak maritim di RRT,
pengelolaan penggunaan laut dan perlindungan
laut.
Beberapa bulan kemudian tepatnya 9 Juli
2013 pemerintah RRT menerbitkan Tugas dan
Fungsi serta Susunan Organisasi SOA antara
lain: SOA sebagai penanggungjawab bidang
kualifikasi layanan prakiraan lingkungan maritim
dan pemeriksaan pembuangan sampah ke laut,
perizinan rencana penanggulangan tumpahan
minyak serta pemeriksaan laporan dampak
lingkungan proyek pembangunan di pesisir. Selain
itu organisasi ini bertugas memperkuat manajemen
umum kelautan, pelestarian lingkungan ekologi
dan pembangunan sistem Iptek, penyempurnaan
rencana dan mekanisme koordinasi urusan
kelautan dan mendukung operasi maritim.

Di samping itu SOA juga melaksanakan


penegakan hukum dalam mempertahankan
hak maritim, melaksanakan pengaturan dan
komando secara terpadu Kepolisian Maritim
RRT,
menstandarisasi
penegakan
hukum,
meningkatkan kemampuan penegakan hukum
dalam mempertahankan hak maritim, melindungi
ketertiban hak dan kepentingan maritim serta
masih banyak lagi tugas lainnya. Dengan wilayah
kerja terdiri atas Cabang Laut Utara, Cabang Laut
Timur dan Cabang Laut Selatan. Setiap cabang
memiliki 11 pasukan polisi maritim dan detasemen
wilayah pesisir yang bertanggung jawab atas
kawasan laut yang dikuasai dan melaksanakan
penegakan hukum dalam rangka mempertahankan
hak maritimnya.
Demikian pula halnya dengan Malaysia sebagai
negara yang luas wilayah lautnya jauh lebih kecil
bila dibandingkan dengan Indonesia, namun saat ini
telah berani mengambil langkah membentuk Coast
Guard-nya dengan menggabungkan beberapa
stakeholder menggunakan nama Malaysian
Maritime Enforcement Agency (MMEA) atau dalam
bahasa Melayu artinya Penguat Kuasaan Maritim
Malaysia (APMM).
Bagaimana dengan Indonesia yang
wilayah lautnya sangat luas?
Tentu menyimpan lebih banyak persoalan seperti
potensi konflik wilayah perbatasan dengan beberapa
negara tetangga. Hal ini begitu mengemuka
karena sangat terkait dengan aspek prosperity
(kesejahteraan) dan aspek security (keamanan)
yang memang tidak mungkin terpisahkan. Kepala
Pelaksana Harian Badan Koordinasi Keamanan
Laut (Kalakhar Bakorkamla) Laksdya TNI Bambang
Suwarto mengungkapkan hal tersebut didampingi
Kahumas Bakorkamla Kolonel Maritim Edi Fernandi
di kantornya Jl Dr. Sutomo 11 Jakarta Pusat.
Menurutnya, persoalan di laut yang tidak segera
tuntas diselesaikan, dapat memicu terbentuknya
opini negatif di kalangan pengguna laut. Salah
satunya bila kapal-kapal asing masuk ke perairan
yang dianggap rawan, mereka harus membayar
biaya asuransi yang sangat tinggi untuk menjamin
keselamatan kapal beserta muatannya kepada
pihak asuransi asing dan bukan kepada pihak
Indonesia. Begitu pula dengan para PMA (Penanam
Modal Asing), mereka akan lebih memilih laut dan
negara yang aman untuk berinvestasi. Hal yang
sangat merugikan Indonesia ini, harus segera
dieliminir. Jika segenap stakeholder bersinergi

membentuk jaring komunikasi berupa kesepakatan


yang konsisten dan berlanjut.
Mantan Panglima Armada RI Kawasan Timur era
tahun 2010-an ini memandang perlunya kesatuan
pemahaman bahwa Indonesia adalah negara
maritim, tidak sekadar diucapkan saja, namun butuh
implementasi yang diwujudkan dalam sinergitas
kinerja profesional dari para pengawaknya.
Pihaknya selalu berupaya menguatkan soliditas
sesama aparat yang memiliki kewenangan hukum
di laut, melalui kegiatan bersama, sehingga
tidak bergerak sendiri-sendiri. Hal ini akan lebih
memudahkan mengatasi permasalahan di laut.
Salah satu tugas Bakorkamla melaksanakan
dan mengkoordinasikan kegiatan operasi yang
sifatnya filling the gap, yakni menjangkau wilayahwilayah laut yang selama ini belum diamankan.
Filling the gap dari Tupoksi beberapa stakeholders
ini, diwujudkan Bakorkamla dengan penguatan
dukungan pelayanan masyarakat pengguna
laut dalam bentuk nyata. Misalnya pengadaan
peralatan canggih untuk pendeteksi data kapal dan
aktivitasnya. Penanganan persoalan di laut seperti
illegal fishing Bakorkamla melibatkan pengawas
perikanan, bila menghadapi kasus pembajakan
Bakorkamla akan menggandeng pihak keamanan.
Demikian pula masalah lingkungan seperti
kemungkinan terjadinya pencemaran laut atau
bekas rig-rig pengeboran minyak yang ditinggalkan
begitu saja oleh pengelolanya. Termasuk
kerusakkan kabel optik komunikasi dasar laut, yang
disebabkan oleh alam maupun pencurian. Konon
akibat pencurian berdampak parah dan ditaksir
kerugian yang ditimbulkannya lumayan besar.
Bukan itu saja dampak lain yang lebih besar lagi
adalah terputusnya jalur komunikasi penting. Hasil
pantauan ini sebagai bahan penyidikan lebih lanjut
yang harus dikoordinasikan dengan pihak/institusi
terkait sesuai tugas dan fungsinya masing-masing.
Penjelasan Kalakhar Bakorkamla kepada Tim
Cakrawala ini didukung informasi dari mantan
Komandan KRI Teluk Mandar, Letkol Maritim Arief
Meidyanto yang kini menjabat sebagai Kapuskodal
Bakorkamla: Sesuai dengan standar International
Maritime Organization (IMO) mensyaratkan
bahwa, kemampuan yang harus dimiliki oleh
Bakorkamla atau instansi lain yang mempunyai
kepentingan untuk pengamatan di laut, harus dapat
melaksanakan traffic monitoring/memantau seluruh
kapal yang sedang beraktivitas, baik yang keluar
ataupun yang memasuki wilayah perairan negara
masing-masing. Saat ini Bakorkamla telah memiliki
Cakrawala Edisi 417 Tahun 2013

27

TOPIK UTAMA

28

AIS Automatic Identification System Base Station


yang merekam dengan sangat akurat semua data
kapal meliputi: nama maupun jenis kapal berikut
call sign, posisi dan aktivitasnya di wilayah yuridiksi
perairan Indonesia dengan hasil monitor bersifat
real time (sesuai waktu sebenarnya). Namun karena
perairan Indonesia begitu luas untuk dimonitor,
sementara kemampuan radius monitor AIS di
seluruh dunia berkisar 40-50 nautikal miles. Hal ini
disebabkan lengkungan bumi yang mengakibatkan
ada bagian-bagian permukaan bumi yang tidak
terpantau AIS. Untuk mengatasinya Bakorkamla
menambahkan kemampuan jelajah pantau AIS
dengan AIS Satelit. Meski terdapat selisih waktu 1040 menit dengan waktu hasil pantauannya, namun
kemampuan jelajah AIS Satelit mampu merambah
hingga jauh keluar perairan NKRI.
Kelebihan ini semakin mempertajam kesiaaan
Bakorkamla dalam menyampaikan informasi untuk
dikoordinasikan dengan stakeholders lainnya, guna
mengantisipatif situasi yang tidak terduga di laut.
Tidak hanya itu, Laksdya TNI Bambang Suwarto

juga mengatakan saat ini dukungan data dari


perangkat canggih yang dimiliki oleh Bakorkamla
ini menjadi bekal bagi para nelayan maupun kapalkapal penangkap ikan, mereka dapat dengan
mudah menemukan tempat ikan berkumpul. Sebab
lokasi plankton (jasad renik yang jadi pakan ikan)
berikut data cuaca, suhu air laut tempat keberadaan
ikan jelas termonitor secara akurat. Seperti pada
peristiwa pemasangan jaring ikan di Selat Lombok
oleh masyarakat Karangasem-Bali. Jaring yang
dipasang tepat di alur lalu-lalangnya kapal yang
dilarang untuk dipasangi jaring ikan karena akan
mengganggu jalur pelayaran. Kalakhar Bakorkamla
dengan penuh kesabaran meminta agar mereka
melepaskan jaringnya, kemudian mengajak mereka
melihat hasil monitoring kecanggihan alat milik
Bakorkamla untuk mencari lokasi plankton. Menurut
Bupati Karangasem-Bali, sekarang ini masyarakat
pesisirnya lebih sejahtera, karena sejak kejadian itu,
setiap akan melaut mereka singgah dulu mencari
informasi di pos Maritime Regional Co-ordinating
Center/Regional Co-ordinating Center (MRCC/
RCC). Bekal informasi yang mereka peroleh itu
sangat membantu, karena lebih efektif dan efisien
terutama menghemat biaya operasional, lebih
tepat sasaran dan yang pasti mampu memperbaiki
tingkat kehidupan pengguna laut terutama nelayan.
Bagi Alumnus Akademi Angkatan Laut (AAL)
angkatan 25 tahun 1980 ini, sebagai abdi negara,

Monitoring, Control and Surveillance Bakorkamla.

Mobile VTS Bakorkamla untuk Pengamanan


APEC (Okt 2013).

Penyebaran Lokasi MRCC, RCC dan GS Bakorkamla,


Jangkauan Radar dan Ground Station berbagai instansi.

kehadiran aparat hendaknya bermanfaat bagi


lingkungan sekitar dengan mengusung prinsip
skala prioritas kepentingan dalam bertindak. Ia
mencontohkan kondisi negara kita mengalami
keterbatasan anggaran, namun menurutnya
sebuah keharusan bagi Bakorkamla untuk
memprioritaskan sarana dan prasarana pendukung
yang canggih. Pendayagunaan Teknologi Informasi
berbasis satelit untuk early warning system (sistem
peringatan dini) yang diaktualisasikan dengan
telah terbangunnya RCC Bakorkamla dari Aceh
sampai Merauke sebanyak 15 lokasi, sebagai
daya tangkal dini yang bertujuan menciutkan nyali
lawan untuk menerobos Indonesia melalui jalur
perairan NKRI ini. Ternyata memiliki pengaruhnya
luar biasa. Terbukti selama tahun 2012 di tengah
keterbatasan peralatan terutama kapal, Bakorkamla
yang tetap melaksanakan kegiatan operasi baik
sendiri maupun operasi gabungan dengan para
stakeholder lainnya telah berhasil mengamankan
potensi kerugian negara sekitar Rp 420 miliar.
Potensi kerugian ini dihitung dari nilai barang yang
dicuri dan denda yang dikenakan. Tidak hanya itu,
namun dengan semakin meningkatnya kehadiran
Bakorkamla di laut dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya juga telah mampu menurunkan jumlah
kasus di laut. Kelebihan dari peralatan canggih
ini pun memudahkan Bakorkamla menjelajahi
wilayah pantauannya secara akurat ke seluruh
perairan Indonesia. Sehingga data penting yang
dihasilkannya seperti extreme climate change
(perubahan iklim yang ekstrim) dapat segera
digunakan oleh institusi terkait seperti syahbandar,
pangkalan-pangkalan Angkatan Laut untuk
diteruskan ke kapal-kapal atau jajarannya masingmasing.
Menurut pria pecinta lingkungan yang dikenal
sangat dekat dengan masyarakat pesisir ini
menganggap bahwa Para aparat bukan ndoronya
masyarakat, tapi abdi/pelayan masyarakat. Jadi
layanilah kebutuhan rakyat dengan menggunakan
bahasa yang bisa mereka pahami. Ketika
mereka sulit melaut akibat cuaca buruk, selain
dukungan informasi, bila memungkinkan kita dapat
memberikan bantuan semampu kita, tidak harus
mahal yang penting ada nilai kemanusiaannya,
misalnya dengan membagikan pelampung. Meski
nampak sepele, namun pelampung menjadi alat
pengaman yang sangat berarti bagi mereka saat
cuaca laut sedang tidak bersahabat.
Suami dari drg. Indah Saraswati Bambang
Suwarto ini, tidak pernah bosan memotivasi jajaran

dibawahnya. Ia mengutus para petugas jaga pos


RCC minimal berpendidikan S1, bukan tanpa
tujuan. Di samping peralatan RCC berteknologi
tinggi membutuhkan pengawak ahli, mereka
disiapkan juga untuk mencerdaskan lingkungan
sekitarnya. Mereka juga dipacu mengisi waktu
luangnya sebagai guru bayangan bagi anak-anak
nelayan yang tingkat pendidikannya relatif masih
sangat kurang. Maka tidak mengherankan bila
saat ini para anak nelayan mengalami kemajuan
prestasi yang sangat pesat di sekolah. Sementara
itu para istri nelayan pun aktif diikutsertakan dalam
aktivitas positif yang bermanfaat bagi keluarga dan
lingkungannya. Seperti daerah yang mengalami
kesulitan air bersih, Bakorkamla telah memberi
bantuan berupa alat pemroses air laut menjadi air
tawar, di sana masyarakat juga diajak untuk menjaga
dan memeliharanya, agar dapat memperpanjang
usia pakai alat sehingga diharapkan dapat terus
bermanfaat bagi kepentingan orang banyak.
Kecintaan Laksdya TNI Bambang Suwarto
yang begitu besar terhadap dunia maritim,
membuat idenya tidak terpisahkan dari dunia
kebaharian, hingga suatu ketika pemerintah
melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) mensignalkan Bakorkamla
akan menerima 6 buah kapal. Meski saat ini baru
terealisasi 2 buah namun ia menyikapinya dengan
sangat antusias. Menurutnya Bakorkamla tidak
boleh hanya puas karena telah mampu mendukung
data dan informasi bagi pengguna laut saja.
Namun juga butuh pengadaan kapal-kapal patroli
di laut seperti Kapal Patroli Catamaran 1207 yang
diserahkan Bakorkamla kepada Lantamal XI untuk
digeser ke Lanal Tual, agar laut lebih aman.
Pria kelahiran Banjar Baru, 14 Februari 1956
yang komunikatif dan persuasif bahkan terkesan
santai saat berbincang namun dikenal tegas dalam
berprinsip ini menyampaikan, Bakorkamla harus
tetap fokus pada tujuannya yaitu menggugah
kesadaran masyarakat, khususnya masyarakat
pengguna laut agar tumbuh kecintaannya terhadap
dunia bahari. Jika ini berjalan sesuai rencana,
ia optimis, kelak ketika bangsa kita menyadari
sebagai bangsa maritim, maka ia akan menjadi
lebih cerdas memanfaatkan sumber daya alam
dan mampu menjaga keseimbangan potensi laut
nusantara untuk kesejahteraan rakyatnya. Sebab
memang tidak ada negeri impian untuk lahan
penghidupan yang seindah dan sekaya Indonesia.
Tim Cakrawala

Cakrawala Edisi 417 Tahun 2013

29

Aneh...

Negara Kepulauan
tetapi Banyak Pelabuhannya
yang Tidak Layak

icara soal kemaritiman membuat akademisi ini


bersemangat. Hal itu terlihat dari cara menuturkan
kegalauannya, tentang cara pandang generasi muda
terhadap kemaritiman bangsa.
Terus terang Saya gregetan! Masih banyak temanteman mahasiswa yang tidak sadar, bahwa bentuk alamiah
geografi Indonesia itu berbentuk kepulauan! Kekayaannya
luar biasa! Dan belum sepenuhnya diberdayakan untuk
kemakmuran rakyat. Padahal kalau pengelolaannya bagus,
bisa dipastikan masyarakat akan sejahtera. Lalu rakyat
yang sejahtera tadi pasti bisa diajak bicara soal pertahanan
dan lain sebagainya.
Berangkat dari perencanaan.
Semuanya harus sadar bahwa memanfaatkan
potensi alam negeri ini harus dimulai dari perencanaan.
Perencanaan yang dibuat pemerintah harus didesain sebaik
mungkin. Bicara soal kemaritiman tidak cukup hanya bicara
soal ikan. Kita harus menyoroti segi-segi yang lain, serta
melibatkan semua pemangku kepentingan. Jika semua
stakeholder bersinergi serta bervisi maritim, maka kekayaan
alam serta kearifan lokal yang dipadukan dalam langkah
aplikasi akan membawa hasil yang terbaik.

Pembangunan transportasi untuk negara kepulauan


wajib diprioritaskan. terutama dalam mendukung logistik
antar kepulauan sebaiknya difokuskan pada pembangunan
infrastruktur laut dan udara, hal ini saya nilai efektif dan
efisien dalam membuka jaringan antar pulau, memang
tidaklah murah. Ini merupakan konsekuensi logis dari
suatu pembangunan. Sayangnya, seringkali perencana
dan pelaksana lebih menekankan kepada biaya yang
dilihat sebagai biaya finansial semata atau secara eksplisit,
dan tidak dipandang sebagai biaya ekonomi, yang juga
memperhitungkan biaya implisit, seperti multiplier effect
dari pembangunan basis transportasi kita, misalnya
berapa banyak orang buruh bangunan yang dapat bekerja
pada proyek tersebut, berapa banyak kesempatan yang
bisa terbuka dengan lancarnya transportasi antar daerah,
perdagangan, logistik bahan baku, dsb.
Itu konsekuensi logis! Karena bentuk negara kita adalah negara
kepulauan. Ujar alumnus
Unhan ini dengan penuh
keyakinan.
Tim Cakrawala

Contoh konkritnya?
Langkah awal bisa dimulai dengan membangun maritime
awareness, kepedulian maritim, hal ini penting bahkan
sangat penting. Karena dengan kepedulian yang dimiliki
semua pemangku kepentingan, serta masyarakat, maka
bisa dimulai langkah selanjutnya, misalnya: penyadaran
masyarakat nelayan tentang ground fishing, daerah
penangkapan ikan. Penyadaran masyarakat tentang habitat
laut serta upaya pelestariannya. Pemberdayaan masyarakat
nelayan untuk budi daya keramba apung.
Lalu bagi pemerintah bisa memulai penyelidikan
dan pendataan ekosistem laut serta pengeluaran aturan
larangan pencarian ikan di laut. Membuat zona-zona di laut,
mana yang boleh dan yang tidak boleh digunakan untuk
zona penangkapan ikan.
Pemerintah juga harus membangun mekanisme
distribusi kebutuhan pokok masyarakat sampai ke pulaupulau terpencil dan terluar.
Kewajiban Pemerintah.
Kalau harus membangun infrastruktur di semua wilayah
kepulauan, serta membangun mekanisme transportasi laut
kan mahal?

Fitriana P. Hapsari, M.Si. (Han)

Menghadapi Maut
di Laut

Menghancurkan sisa Perang Dunia II di laut.

isa-sisa Perang Dunia II di perairan


Indonesia masih menyimpan maut di dasar
laut. Ini dikarenakan masih ada beberapa
ranjau laut yang belum ditemukan.
Salah satu daerah berbahaya di wilayah
perairan Indonesia adalah perairan Tarjun,
Kotabaru, Kalimantan Selatan. Di perairan ini
dideteksi masih banyak hamparan ranjau laut
yang bisa membahayakan pelayaran niaga
maupun nelayan. Oleh karena itu, Satuan
Kapal Ranjau Koarmatim yang dipimpin oleh
Kolonel Laut (P) Eko Wahyono, S.E. menggelar
upaya mengamankan perairan Tarjun dengan
menggelar Operasi dan Latihan Tindakan
Perlawanan Ranjau.
Satuan Tugas yang dibentuk oleh Komandan
Satuan Ranjau Koarmatim, terdiri dari: KRI
Pulau Rengat-711 dipimpin Letkol Laut (P) Kelik
Haryadi, Tim Komando Pasukan Katak dari
Satkopaska Koarmatim, Tim Dislambair, Tim
Arsenal, Tim Labinsen serta Tim Intel dan Tim
Kesehatan Koarmatim.
Satuan Tugas ini juga diperkuat oleh Tim
Dishidros dengan perlengkapan pendeteksian

bawah
laut
seperti
echosounder
dan
magnetometer.
Melalui kegiatan perencanaan yang rapi, serta
penuh pengawasan, maka setelah menemukan
lokasi medan ranjau Satuan Tugas memulai
aksi lebih teliti. Tidak boleh ada yang gegabah
berurusan dengan ranjau laut. Karena bila ada
sedikit saja kecerobohan maka nyawa menjadi
taruhannya.
Tanggal 17 Oktober 2013, Tindakan
Perlawanan Ranjau mencapai puncaknya.
Blaaar! Bom laut yang dipasang di dasar laut
meledak dahsyat, menghancurkan hamparan
ranjau laut sisa Perang Dunia II.
Setelah beraksi, Dan Satgas melaksanakan
pengecekan terhadap seluruh personel serta
perlengkapannya. Laporan dari tiap Tim
meyakinkan bahwa tugas selesai dengan Zero
Accident, semua selamat.
Akhirnya intaian maut ranjau laut di dasar laut
perairan Tarjun bisa dihilangkan. Pelayaran kapal
niaga maupun kapal nelayan dijamin aman.
Ini bhakti TNI AL untuk masyarakat. Bravo
Zulu Komandan! Tim Cakrawala

PEMBANGUNAN KEKUATAN TNI


ANGKATAN LAUT
DAN DINAMIKA KEAMANAN
LAUT REGIONAL

engacu pada UNCLOS82 (United Nations


Convention on the Law of the Sea) atau
Konvensi PBB tentang Hukum Laut
Tahun 1982, maka konstelasi geografis Negara
Kesatuan Republik Indonesia adalah negara
arsipelago. Wilayah yurisdiksi nasional Indonesia
memiliki luas kurang lebih 7,8 juta km, yang dua
pertiganya merupakan perairan seluas 5,9 juta km
dengan mencakup luas Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia (ZEEI) 2,7 juta km dan 3,2 juta km
laut pedalaman. Kondisi geografis tersebut yang
mengukuhkan negara dengan panjang garis
pantai kurang lebih 81.000 km dan 17.499 pulau
ini, sebagai negara arsipelago terbesar di dunia.
Perairan yurisdiksi nasional Indonesia terkenal
dengan kekayaan sumber daya alam hayati dan
non hayati serta berbagai potensi lainnya yang
menjadi modal dasar pembangunan nasional.

Semua itu merupakan peluang dan tantangan bagi


bangsa Indonesia. Dengan demikian, pemerintah
Indonesia, khususnya TNI Angkatan Laut sebagai
elemen utama pertahanan negara di laut, memiliki
kewajiban untuk menjaga dan mengamankan
serta memelihara kelestarian perairan nasional.
Kondusif atau tidaknya keamanan laut nasional
sangat berkaitan erat dengan kehormatan dan
citra bangsa di tataran internasional, sehingga
Indonesia mutlak harus memiliki kekuatan
pertahanan maritim yang tangguh.
Isu Keamanan Maritim Regional.
Konstelasi geografis dan geopolitik secara
alamiah menjadikan perairan yurisdiksi nasional
Indonesia sangat terbuka sehingga rentan
terhadap berbagai tindak pelanggaran keamanan

dan perbatasan, mulai dari kegiatan ilegal


transnasional hingga infiltrasi kekuatan maritim
negara lain. Permasalahan kian kompleks dengan
menguatnya ambisi beberapa negara di Asia
dan Pasifik untuk memperebutkan pengaruh
baik politik, ekonomi maupun militer agar tampil
sebagai negara yang diperhitungkan di tingkat
internasional. China, India, Jepang, Malaysia,
Singapura, Thailand, dan Australia merupakan
negara-negara yang tengah sibuk membangun
pengaruh dan kekuatan angkatan lautnya.
China merupakan salah satu negara yang
giat mewujudkan ambisinya, memiliki angkatan
laut setingkat blue water navy. Oleh sebab itu
ketika sengketa Laut China Selatan mengemuka,
angkatan laut negara Tirai Bambu tersebut
segera menunjukkan taringnya dengan hadir ke
perairan yang berseberangan dengan perbatasan
laut Indonesia itu. Kehadiran China segera
membangkitkan respons keras dari negaranegara yang juga berkepentingan dengan Laut
China Selatan, sehingga berpotensi menciptakan
instabilitas kawasan dan memancing perlombaan
senjata di tingkat regional. Meskipun sengketa
Laut China Selatan tidak menempatkan
Indonesia sebagai salah satu kompetitor namun
membutuhkan kewaspadaan khusus, mengingat
dampaknya bagi keamanan wilayah perairan
perbatasan nasional.
Selain potensi ancaman dari luar, Indonesia
pun dihadapkan pada persoalan maritim yang
bersumber dari dalam namun berdampak ke luar.
Meningkatnya aktivitas kejahatan transnasional
(antara lain, penyelundupan narkotika dan human
trafficking) yang kerap menjadikan wilayah
Indonesia sebagai lokasi transit sebelum menuju
ke negara-negara tujuan dan perairan yurisdiksi
nasionalnya sebagai media. Kondisi tersebut
dimungkinkan karena Indonesia memiliki banyak
pintu gerbang. Selain itu maraknya kejahatan
asimetris (terorisme, perompakan, pembajakan,
pencurian ikan, dll.) dan masih tingginya tingkat
risiko kecelakaan di laut turut berkontribusi menjadi
batu ganjalan dalam hubungan antarnegara.
Lebih lanjut, analis FKPM Goldy Evi Grace
Simatupang mengatakan, tantangan terbesar
bagi kawasan ini adalah adanya klaim tumpang
tindih di sebagian wilayah yurisdiksinya. Wilayahwilayah ini termasuk Laut Andaman, Laut China

Selatan, Teluk Thailand, Teluk Tonkin, Selat


Malaka, Laut Sulawesi, Laut Sulu, Laut Arafura,
Laut Timor, dan Selat Torres. Permasalahanpermasalahan maritim regional tersebut manakala
tidak mendapatkan perhatian serius dari seluruh
elemen bangsa, bukan tidak mungkin akan
mendorong hadirnya kekuatan militer asing ke
perairan nasional Indonesia. Jika hal tersebut
terjadi, maka itu berarti ancaman serius bagi
kedaulatan dan keutuhan NKRI.
Pembangunan Kekuatan TNI Angkatan
Laut.
Guna menangani kompleksitas permasalahan
maritim regional tersebut, Indonesia membutuhkan
TNI AL yang kuat dan modern. Permasalahannya,
tuntutan tugas tersebut belum berbanding lurus
dengan ketersediaan alat utama sistem senjata
(alutsista) yang dimiliki TNI AL termasuk sarana
dan prasarana pendukungnya, terutama dari
aspek kuantitas, jika dibandingkan luas wilayah
yang harus dijaga. Sementara itu pembangunan
kekuatan TNI AL, khususnya armada, agar
mampu mengimbangi kekuatan angkatan laut
negara-negara di tingkat kawasan tidak mudah
dan membutuhkan alokasi anggaran besar.
Keterbatasan anggaran nasional menyebabkan
pemerintah menerapkan skala prioritas dalam
pengalokasiannya. Selain itu, setiap upaya
pemerintah menaikkan pagu anggaran pertahanan
nasional dan modernisasi alutsista TNI juga kerap
terkendala oleh respons negatif dari sejumlah
elemen masyarakat baik di dalam maupun luar
negeri.
Ironisnya,
ketika
terjadi
permasalahan
keamanan di perairan Indonesia atau perbatasan,
negara-negara yang merasa dirugikan justru
menyerang Indonesia dengan menuding
institusi penegak hukum laut tidak mampu
menanganinya. Sebagai contoh, adalah gonjangganjing hubungan antara Australia dan Indonesia
akibat digunakannya wilayah yurisdiksi nasional
Indonesia oleh pengungsi-pengungsi asal Timur
Tengah sebagai titik awal pemberangkatan
menuju ke Benua Kanguru tersebut. Kejadian
tersebut sempat mengganggu hubungan dua
negara bertetangga ini.
Keterbatasan bukanlah penghalang bagi unsurunsur Armada TNI AL untuk tetap melaksanakan
Cakrawala Edisi 417 Tahun 2013

35

OPINI

36
panggilan tugasnya, menjaga keamanan dan
kedaulatan perairan nasional Indonesia. Guna
mengoptimalkan pelaksanaan tugasnya, TNI AL
bersinergi dengan institusi-institusi terkait serta
bekerjasama dengan lembaga penegak hukum
dan angkatan laut negara sekawasan. Kerja
sama tersebut diwujudkan dalam bentuk patroli
bersama atau patroli terkoordinasi sebagaimana
yang dilaksanakan TNI AL dengan AL Singapura,
Malaysia, dan Australia. Sementara itu di sisi
lain, TNI AL, secara gradual melaksanakan
serangkaian upaya peningkatan kemampuan
dan modernisasi alutsista yang ada, di samping
pengadaan materiil baru dari dalam dan luar
negeri. Kebijakan TNI AL menjalin kerja sama
dengan kalangan industri strategis nasional
merupakan langkah tepat dalam meminimalkan
ketergantungan alutsista dari negara lain
sekaligus
mengoptimalkan
pemberdayaan
potensi dalam negeri yang berkontribusi pada
peningkatan ketahanan nasional. Oleh karena
itu pembangunan kekuatan TNI AL, terutama
unsur armada, merupakan sebuah kebutuhan
mutlak mengingat beratnya beban yang harus
dipikul sekaligus kian meningkatnya potensi
ancaman terhadap kedaulatan NKRI. Selain itu,
pembangunan kekuatan TNI AL juga dibutuhkan
sebagai upaya perlindungan terhadap berbagai
aktivitas ekonomi nasional, seperti eksplorasi dan
eksploitasi sumber daya alam di laut, sekaligus
untuk mengamankan jalur pelayaran niaga dan
distribusi energi internasional. Kemudian demi
mempertahankan kontinuitas operasional TNI AL,
pembangunan kekuatan tidak semata difokuskan
pada pengadaan atau penambahan alutsista
melainkan juga diproyeksikan ke pengembangan
infrastruktur pendukungnya seperti pangkalan,
fasilitas perbaikan dan pemeliharaan, galangan
kapal, termasuk lembaga pendidikan dan
pengembangan teknologi persenjataan.
Sebuah Renungan.
Setiap tanggal 5 Desember TNI AL
memperingatinya sebagai hari jadi Komando
Armada RI Kawasan yang menjadi tulang
punggung pertahanan negara di laut. Peringatan
hari jadi tersebut sepatutnya tidak dimaknai
sekadar sebuah kegiatan tahunan yang sarat
seremonial. Alangkah baiknya jika setiap generasi

muda TNI AL mampu memaknai kegigihan dan


pengorbanan para pejuang samudra dalam
mempertahankan kemerdekaan, kehormatan,
dan kedaulatan negara Republik Indonesia sejak
Proklamasi 17 Agustus 1945 sekaligus sebagai
cermin dan cambuk agar mampu memberikan
bakti terbaiknya kepada bangsa serta negara.
Berkat perjuangan mereka, TNI AL saat ini
memiliki kemampuan untuk menjadi kekuatan
yang setingkat dengan angkatan laut dunia (world
class navy).
Dengan demikian, kebijakan pembangunan
kekuatan TNI AL tidak dapat dipandang sebagai
bagian dari perlombaan senjata melainkan
sebuah kebutuhan nasional. Dinamika keamanan
maritim di tingkatan regional yang tidak menentu
menuntut unsur armada TNI AL memiliki daya
tangkal dan daya penggentar. Di sini, faktor
kecepatan bertindak, kualitas sumber daya
manusia, dan deteksi dini serta efektivitas
komando menjadi kunci utama, di samping
tingkat kemuktahiran teknologi dan ketersediaan
alutsista yang memadai. Saat ini, TNI AL memiliki
dua komando armada kawasan yaitu Komando
Armada RI Kawasan Barat dan Komando Armada
RI Kawasan Timur, yang masing-masing bertugas
menjaga perairan bagian barat dan timur. Dengan
mempertimbangkan dinamika yang terjadi di
perairan bagian utara dan selatan, perlu dibentuk
satu organisasi komando armada lagi yaitu
Komando Armada RI Kawasan Tengah, sebagai
penanggung jawab keamanan perairan bagian
tengah dengan cakupan mulai dari utara hingga
selatan.
Terwujudnya keamanan maritim yang kondusif
tidak hanya akan menaikkan citra negara di tataran
internasional namun juga dapat memperkuat
ketahanan nasional di berbagai bidang. Oleh
sebab itu pembangunan kekuatan TNI AL yang
konsisten akan memiliki efek berganda mulai
dari politik, ekonomi hingga kelestarian sumber
daya kelautan, sehingga harus didukung
penuh oleh seluruh komponen bangsa. Tidak
sebatas komitmen atau wacana, namun harus
menyentuh aspek implementasi dalam bentuk
kebijakan nasional yang berkesinambungan.
Adi Patrianto S.

KOBARAN SEMANGAT
MENEGUHKAN BUDAYA
LUHUR NUSANTARA MENUJU
PERADABAN INDONESIA BARU

Keterlaluan sekali bahwa setelah 68 tahun merdeka, orang-orang


Indonesia, termasuk yang terdidik, semakin mengabaikan makna
sejati dari archipelago

ada diskusi panel dengan tema utama:


Meneguhkan Budaya Luhur Nusantara
menuju Peradaban Indonesia Baru, yang
diselenggarakan oleh Yayasan Suluh Nuswantara
Bakti, mantan Mendikdub, Bapak Daoed Joesoef,
memberikan pencerahan yang bermanfaat bagi
masa depan bangsa. Dalam sambutannya beliau
menyampaikan beberapa hal sebagai berikut.
Diskusi ini secara esensial, menurut hemat
saya, adalah avant tout suatu ekspresi dari suatu
keraguan, bukan keraguan yang melumpuhkan,
tetapi keraguan yang menggugah. Sebagai
tema rangkaian diskusi ini mempertanyakan
bukan mengenai diri kita, tetapi apa-apa yang
kita lakukan sebelum ini, sekarang, dan di harihari mendatang. Apakah perbuatan-perbuatan
kita selama ini, yang melibatkan begitu banyak
waktu dan energi, punya makna (sens). Apakah
dengan perbuatan-perbuatan tersebut telah
kita layani kemajuan dan kebaikan manusia
Indonesia, atau apakah kita hanya puas bertindak
demi bertindak, mengikuti jalur yang punya
arahnya sendiri, bagai berlari maraton yang
tak berkesudahan, yang bermuara pada jurang
semata-mata.

Saya diminta mengawali rangkaian diskusi


panel yang dimulai hari ini dengan memberikan
renungan tentang Meneguhkan Budaya Luhur
Nusantara menuju Peradaban Indonesia. Jadi
uraian bergerak antara dua pengertian, yaitu
budaya (culture) dan peradaban (civilisation).
Maka agar kegiatan berdiskusi berhasil dan
berguna, kita selaku peserta perlu membebaskan
alam pikiran kita dari belenggu disiplin keilmuan
yang serba spesialistis. Kita perlu bersikap
sebagai intelektual dan berpikiran intelektual,
bukan intel ektualistis, tetapi humanis. Jangan
lupa bahwa ada sesuatu yang pada hakikatnya
antagonistis antara kebiasaan pikiran mencari
panduan teoritis dan pikiran yang membuat
sukses sesuatu perbuatan. Teori, infact, adalah
persoalan pendidikan dan deliberasi, dan sama
sekali bukan persoalan eksekusi.
Sejarahwan Arnold Toynbee memberikan
judul karyanya yang terkenal Civilization on
Trial, bukan Culture on Trial. Namun ketika
dalam karyanya ini dia membahas sejarah
peradaban China, dia jelas menggunakan
istilah civilization meliputi baik peradaban

maupun budaya. Kerancuan pengertian ini dapat


dijernihkan bila kita menganggap bahwa pada
dasarnya budaya dan peradaban mewakili
konsep yang sama. Kebiasaanlah yang kiranya
memengaruhi penggunaannya. Dalam banyak
hal, jangankan orang awam, para ilmuwan
pun tidak membedakan pengertian dari kedua
istilah tadi dan memakai kedua-duanya secara
bergantian.
Demi memupus kerancuan, pemikir-pemikir
Jerman di abad XIX telah mengetengahkan
suatu solusi. Menurut mereka, walaupun
culture (budaya) dan civilization (peradaban)
sama-sama menggambarkan perkembangan
dan kemajuan umat manusia, budaya
mengacu pada aspek spiritual dari kehidupan
human, sementara peradaban merujuk pada
aspek teknologinya. Dengan begitu mereka
berkesimpulan bahwa istilah budaya meliputi
bahasa, ilmu pengetahuan, agama, pendidikan,
dan keterampilan (arts) sebagai faktor-faktor
pengembang pikiran manusia. Sedangkan
peradaban adalah istilah konseptual yang terkait
secara integral pada industri, teknologi, ekonomi,
dan hukum, yang dibina untuk mengontrol alam
agar memenuhi kebutuhan manusia.
Bila demikian, kita bisa saja menulis Sejarah
Kebudayaan Nusantara di samping Sejarah
Peradaban Nusantara selama dan sejauh kita
membahas aspek-aspek yang berbeda dari
kehidupan manusia-manusia di bumi nusantara
ketika itu. Ipso facto dengan pemaparan budaya
dan peradaban Majapahit, Sriwijaya, dan lainlain.
Jadi, bila kita menerima distingsi antara
istilah budaya dan peradaban, kita anggap
masing-masing mewakili pandangan yang
berbeda tentang fenomena yang sama, di mana
budaya berpembawaan deskriptif, sementara
peradaban valuatif. Asal-usul linguistik dari
kedua istilah ini turut membantu pemahaman kita
mengenai makna kedua istilah tadi. Budaya atau
culture berakar kata sama dengan cultivation
yang berarti menumbuhkan (growing) atau
pembudidayaan (cultivation), sedangkan istilah
civilization berasal dari kata civic dan civil, yang
berkaitan dengan city (kota) dan citizen (warga
kota).

Kota dan warganya menggambarkan tahap


pembudidayaan yang maju atau wujud dari
keberhasilannya. Makhluk hewan survive dengan
mematuhi hukum-hukum alam. Hanya makhluk
manusia yang membudidayakan alam. Maka
pembudidayaan atau budaya menggambarkan
hubungan yang spesifik antara manusia dan
alam.
Maka menurut pengertian ini, baik manusia
primitif maupun modern, sama-sama berorientasi
budaya, culture oriented. Perbedaan antara
masyarakat primitif dan masyarakat modern
hanya dalam karakteristik kebudayaannya
masing-masing. Kedua masyarakat tersebut
dapat dievaluasi melalui ekstensi dan kualitas
dari pembudidayaannya masing-masing.
Jadi dari sudut pandang ini, masyarakat
human dapat dibedakan satu dari yang lain.
Peradaban adalah suatu pendekatan konsep
pembudidayaan, yaitu budaya yang berkembang
ke satu tingkat tertentu. Berarti, budaya perlu
berkembang atau dengan sadar dikembangkan
hingga ke satu tingkat tertentu untuk bisa
dikualifikasi sebagai peradaban.
Berhubung sejarah kebudayaan human
berkembang dari satu keadaan primitif, sejarah
makhluk manusia harus dianggap sebagai
sejarah dari budaya dan bukan sejarah dari
peradaban. Namun, harus diakui bahwa di
satu titik pada tahap peralihan perkembangan.
Kelihatan menonjol nilai-nilai serupa pada
budaya dan peradaban yang dapat dan sudah
membingungkan tanggapan pemerhati. Nilai
adalah genus dari semua spesies yang
tercakup dalam pengertian budaya (bahasa, ilmu
pengetahuan, agama, pendidikan, keterampilan)
dan tergolong pada peradaban (industri, teknologi,
ekonomi, ketentuan perundang-undangan atau
hukum).
Nilai adalah segala sesuatu yang kita pakai
sebagai standar dalam menimbang/menilai
(judgement) dan/atau yang bernilai itu sendiri
(bernilai intrinsik), yang sebagian besar berupa
hal yang terwujud (intangible), seperti ide, ilmu
pengetahuan.
Budaya Indonesia pasti mengandung nilainilai luhur yang jumlahnya begitu banyak, hingga
Cakrawala Edisi 417 Tahun 2013

39

OPINI

40
perlu waktu berhari-hari untuk membahasnya
sampai tuntas. Mengingat waktu yang tersedia
bagi uraian saya sangat terbatas, akan saya
batasi pemahaman pada dua nilai saja, yang
semakin memudar hingga di sana-sini semakin
mengalami distorsi sebelum berisiko lenyap
sama sekali, dilupakan begitu saja. Sedangkan
budaya sering diartikan sebagai segala sesuatu
yang masih melekat dalam ingatan dan masih
diulang-ulang dalam perbuatan. Adapun kedua
nilai tersebut adalah, natur kemaritiman bagian
bumi yang kita diami sebagai milik sakral
bersama, dan kewarganegaraan (citizenship).
Kemaritiman Tanah Air.
Sejauh mengenai nilai dari natur kemaritiman
bagian bumi yang kita diami, yang merupakan
milik sakral bersama, yang dianugerahkan
alam kepada kita dan adalah warisan turuntemurun kita, sungguh memprihatinkan. Adalah
keterlaluan sekali bahwa setelah 68 tahun
merdeka, orang-orang Indonesia, termasuk yang
terdidik, semakin mengabaikan makna sejati dari
archipelago.
Archipelago
Indonesia,
yang
terbesar
dari jenisnya di dunia, dahulu biasa disebut
Nusantara, yang tanpa penjelasan lebih lanjut
bisa dan telah menimbulkan salah pengertian.
Sejatinya ia bukan bermakna pulau-pulau
yang dikelilingi oleh air tetapi air yang penuh
bertaburkan pulau-pulau besar dan kecil. Maka
air di sini bukan berhakikat memisah, tetapi
menghubungkan, menautkan satu sama lain.
Jadi kalaupun ada biduk lalu yang memisah,
setelah biduk tadi lewat, pulau-pulau itu, by its
very nature, akan menyatu kembali. Sudah
tentu perumpamaan ini bukan dalam artian
harfiah, tetapi kiasan (figuratif).
Kalau kita terus-menerus mengabaikan
kesejatian dari the archipelago meaning ini,
tentu air (lautan) yang mengelilingi pulau-pulau
nusantara akan menjadi pemisah, bukan
pemersatu. Dan gambaran inilah yang semakin
jelas terjadi sebagai akibat kelalaian kita selama
ini, selama 68 tahun terus-menerus. Alih-alih
berpandangan matitime-based, benak (mindset)
kita menempa konsepsi land-based.

Para
pendiri
bangsa
memprediksi
kemerdekaan nasional bakal kian meneguhkan
persatuan dan kesatuan bangsa melalui
pandangan maritime-based. Hal ini terbukti
dengan salah satu ikrar yang mereka pilih untuk
diucapkan sebagai jalan menyiapkan mental
bangsa ke arah tersebut. Dalam aksi Sumpah
Pemuda di tahun 1928, pemuda-pemudi kita
jelas menyatakan bahwa mereka Bertanah air
satu, yaitu Tanah Air Indonesia.
Namun setelah merdeka, kita, generasi
penerus,
malah
bermental
land-based.
Berhubung segala perbuatan berawal dari
dalam dan dari pikiran, maka pembangunan
sosio-ekonomi yang dilakukan sebagai pengisi
kemerdekaan, menjadi suatu perbuatan landbased, demikian pula pembangunan pertahanan
dan keamanan. Soal ketahanan nasional ini
perlu dikemukakan secara eksplisit mengingat
Tanah Air kita luar biasa kaya. Tidak hanya bumi
dari pulau-pulaunya mengandung aneka ragam
sumber daya alam, tetapi juga lautannya.
Air dari lautan ini tidak hanya mengandung
garam dan ikan, tetapi juga macam-macam
mineral yang diperlukan sebagai bahan baku
aneka kegiatan industrial. Di dasar lautan
terdapat gumpalan-gumpalan berbentuk kentang
yang mengandung aneka bahan pertambangan
yang identik dengan yang ada di lapisan tanah
dari pulau-pulau. Di dalam tanah dari dasar lautan
terdapat sumber-sumber minyak dan gas bumi
dan lain-lain mineral. Archipelago Indonesia yang
luar biasa kaya ini wajar disebut sebagai Benua
Keenam, mengingat luas permukaan wilayah
Indonesia yang diakui oleh dunia internasional
terdiri atas 75 air (lautan) dan (hanya) 25 tanah.
Jadi memang pas dan tepat jika kita menyebut
tanah tumpah darah kita tanah air, sebagai
padanan istilah patrie (Prancis), Heimat (Jerman),
moederland (Belanda), motherland (negaranegara Anglosakson).
Berhubung tanah air ini kaya raya, tentu ada saja
biduk asing yang berusaha mengeduk/menikmati
kekayaan tersebut dengan jalan memecahbelahkan kesatuan archipelago secara langsung
(menjajah) dan tidak langsung, yaitu menghasut
dan menunggangi ketidakpuasan daerah/suku
karena selama ini diabaikan pembangunannya

oleh pemerintah pusat. Bukankah selama 68


tahun kita merdeka telah berkali-kali mengalami
konflik berdarah kedaerahan yang ujung-ujungnya
ingin memisahkan diri dari NKRI. Daerah merasa
dianak-tirikan dalam pembangunan nasional,
anak suku (putra daerah) merasa tidak diwongke.
Sebagian besar dari daerah, ada suku yang
tidak puas itu berada di kawasan Indonesia
Timur, di mana kemaritiman negeri kita sungguh
menonjol. Pandangan land-based kita selama
ini, secara tidak sadar, sangat dipengaruhi
oleh Belanda yang menganggap pulau-pulau
Indonesia Timur sebagai het verleden (masa
lalu), pulau Jawa sebagai het heden (masa
kini) dan pulau Sumatera de toekomst (masa
depan).
Dari sudut pandang Belanda (penjajah)
pandangan ini memang tepat, lebih-lebih secara
historis. Bukankah penjajahannya mulai dari
wilayah timur archipelago yang kaya dengan
rempah-rempah. Setelah puas menikmati
semua itu, Belanda (dalam hal ini V.O.C.) mulai
memastikan cengkeraman kolonialnya di bumi
Jawa sambil menatap ke arah Sumatera sebagai
bumi cadangan pemerasannya. Namun Jepang
menamatkan impian imperialis Belanda tersebut.
Setelah Belanda dan Jepang angkat kaki,
para pemimpin kita di masa pasca kemerdekaan
kok meneruskan, sungguh aneh, impian
Belanda. Mungkin bila kita renungi hal ini tidak
mengherankan karena setelah Belanda berhasil
sepenuhnya menguasai Indonesia, satu hal
yang ia lakukan secara konsisten, sistematik,
dan kontinyu adalah mematikan semangat
maritim bangsa kita begitu rupa, hingga Akademi
Angkatan Laut Belanda (den Helder) tetap
menolak kadet inlander sampai di akhir masa
penjajahannya, sedangkan Akademi Angkatan
Daratnya (Breda) sudah bersedia menampung

anak jajahannya. Sementara di perairan intern


Indonesia, pemerintahan kolonial Belanda
alih-alih memodernisasi usaha pelayaran
anak-anak
pribumi,
yang
menggunakan
perahu-perahu layar tradisional, malah secara
sistematik memojokkannya dengan usaha
resmi (pemerintahan) berupa pelayaran antarpulau (paketvaart) dengan kapal-kapal modern.
Kebijakan destruktif ini, jauh lebih aneh,
bahkan diteruskan oleh pemerintah nasional. Di
zaman Orba dan Reformasi teknologi modern
bukan diterapkan di bidang kelautan tetapi
kedirgantaraan.
Nenek moyang kita adalah pelaut-pelaut
tangguh, pernah berjaya di lautan. Kita pemah
punya laksamana perempuan, Malahayati, yang
sanggup menghalau armada perang Portugis
yang ketika itu merupakan negara adikuasa
zamannya. Pelaut Inggris mengakui dan
mengagumi ketangguhan kekuatan laut Kerajaan
Ternate di perairan Indonesia Timur. Pelaut
Portugis yang diakui sebagai orang pertama
yang berhasil mengelilingi dunia di awal Abad
XVI, Ferdinand Nagellan, konon menggunakan
seorang pelaut Ambon sebagai navigator kapal
layarnya, di log-book kapal dia dicatat sebagai
orang India karena di zaman itu orang Eropa
menyebut penduduk asli Asia India (Indos).
Saya ngomong begini bukan memanjakan
Angkatan Laut, tapi konsekuensi dari geografi
Indonesia-lah yang mengharuskan TNI AL paling
depan.
Demikian gelora semangat Bapak Daoed
Joesoef menggebu-gebu. (disarikan dari sambutan
Bapak Daoed Joesoef Alumnus Universite
Pluridisciplinaires Pantheon-Sorbonne). Disarikan
oleh Kolonel Laut (P) R. Turangan

OPINI

42

NUSANTARA YANG
TERLUPAKAN

ndonesia menjadi utuh setelah Deklarasi


Djoeanda tanggal 13 Desember 1957. Laut
antarpulau atau perairan pedalaman tidak
lagi menjadi wilayah internasional, namun
sepenuhnya menjadi wilayah yurisdiksi Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sampai
saat ini momen bersejarah tersebut diperingati
sebagai Hari Nusantara.
Saat pulau Sipadan dan Ligitan terlepas dari
pangkuan Republik Indonesia, secara yurisdiksi
Mahkamah Internasional mengalihkan dua
pulau tersebut ke Malaysia. Pasca kejadian
tersebut, Majelis Permusyawaratan Rakyat
Indonesia (MPR-RI) menjadi galau dan
mencari solusi dengan melakukan amandemen
terhadap Undang Undang Dasar 1945 pada
tahun 2000. Amandemen yang dimaksud ialah
menambah pasal nomor 25A yang diantaranya
berbunyi: Negara Kesatuan Republik Indonesia
adalah sebuah negara kepulauan yang berciri
Nusantara. Respons terebut merupakan langkah
positif yang perlu diapresiasi. Namun kita masih
perlu merasa prihatin karena yang terjadi sampai

saat ini adalah kondisi sebuah negara kepulauan


yang melupakan nusantara.
Dalam aspek hukum dan politik kita telah
berhasil memperjuangkan dan diakui oleh PBB
dengan adanya wilayah yurisdiksi perairan
pedalaman bagi negara kepulauan, yaitu pada
Konvensi Hukum Laut (United Nations Convention
on the Law of the Sea-UNCLOS) Tahun 1982.
Aparat keamanan juga telah berupaya melakukan
pengamanan di perairan perbatasan, termasuk
pengamanan kawasan Ambalat serta menindak
para pelaku penangkapan ikan dari negara lain
yang beroperasi di wilayah Indonesia. Akan
tetapi seharusnya paradigma nusantara tidak
ditafsirkan hanya dari aspek politik, hukum, dan
keamanan saja. Aspek sosial dan ekonomi tidak
boleh diabaikan.
Sosial Ekonomi Kepulauan.
Realitas megara kepulauan harus dipahami
dan diwujudkan dalam langkah-langkah politik,
sosial, dan ekonomi. Meskipun memfasilitasi

ribuan pulau dengan infrastruktur dan kebutuhan


lain masyarakatnya terhitung jauh lebih mahal
jika dibandingkan dengan kawasan yang
berbentuk daratan, tapi berapa pun ongkos atau
biayanya mestilah dilakukan. Karena hal tersebut
merupakan kewajiban moral dan konstitusional
negara terhadap warganya. Apalagi bila dikaitkan
dengan sila terakhir Pancasila, yakni Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Oleh karena itu, kebijakan nasional yang
dianut hendaknya dapat menunjukan adanya
keberpihakan atau affirmative action bagi kawasan
dan masyarakat di pulau-pulau Nusantara. Hal
ini merupakan wujud konsekuensi pengakuan
bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia
adalah sebuah negara kepulauan yang berciri
Nusantara, suatu negara yang memiliki 13.446
pulau. Tanpa adanya kepedulian yang serius,
keterpencilan masyarakat kepulauan dapat
menyebabkan kemiskinan yang permanen. Data
BPS tahun 2010 menunjukan, dari 10.639 desa
pesisir, terdapat 7.879.458 rumah tangga miskin
(ini berarti 13,55% angka nasional), termasuk
diantaranya 2.132.152 rumah tangga nelayan.
Paradigma, anggaran dan politik.
Tidak adanya keberpihakan terhadap kawasan
dan masyarakat pulau disebabkan oleh tiga
hal, yaitu kekeliruan paradigma, keterbatasan
anggaran, dan taktik politik. Pertama, seringkali
para pimpinan atau pejabat, baik pusat maupun
daerah, eksekutif maupun legislatif, mengetahui
kebutuhan dan kondisi masyarakat pulau hanya
dari wacana, laporan atau pertemuan formal,
bahkan acara seremonial belaka. Hal tersebut
riskan terhadap pemahaman yang bersifat
metafora, bukan realitas. Program dan kegiatan
yang ditetapkan tidak sesuai dengan kebutuhan.
Aktivitas dan pengadaan sarana dan prasarana
hanya terhenti pada formalitas tanpa kontinuitas,
perawatan dan perbaikan.
Kedua,
dalam
kondisi
keterbatasan
anggaran, seringkali kebutuhan dana untuk
menfasilitasi kawasan pulau dianggap kurang
prioritas dan tidak terjangkau. Apalagi bila
dianggap merupakan ranah atau kewajiban dan
kewenangan pemerintah daerah. Pemda yang
minim anggaran tidak mampu menyentuhnya.

Ketiga, strategi dan taktik politik praktis


para pejabat eksekutif maupun legislatif, dari
pusat maupun daerah. Alokasi anggaran
maupun pembangunan seringkali diprioritaskan
pada lokasi dan kegiatan yang secara politis
menguntungkan, yakni yang berpopulasi atau
berjumlah penduduk besar karena dipandang
bisa memberikan suara pemilih yang signifikan,
serta berupa kegiatan yang cepat terlihat hasilnya
(quick yield). Pilihan seperti ini cenderung pada
wilayah daratan. Kawasan dan masyarakat
pulau mayoritas berpenduduk dalam jumlah yang
sangat kecil dan terpencil. Program, kegiatan
dan sarana-sarana yang dibutuhkan juga
seringkali bersifat jangka panjang, memerlukan
waktu lama untuk memperoleh outcome-nya.
Kondisi demikian jika dilihat dari sisi strategi dan
taktik politik praktis tentu tidak menguntungkan.
Akibatnya para pejabat tidak memiliki hasrat
untuk memerhatikan, apalagi memprioritaskan
kawasan dan masyarakat pulau kecil, terutama
yang terpencil.
Oleh karena itu, Hari Nusantara hendaknya
memberi peringatan kepada segenap anak
bangsa, terutama para pejabat eksekutif maupun
legislatif, dari pusat maupu daerah, untuk
memahami Nusantara tidak hanya dari aspek
poliitik, hukum dan keamanan saja. Akan tetapi
perlu juga dipahami dari aspek sosial dan ekonomi,
yang tidak kalah penting untuk diprioritaskan. Dari
pemantauan langsung penulis di beberapa pulau
kecil, permasalahan utama yang dirasakan oleh
penduduk adalah kurangnya fasilitas kesehatan,
transportasi, logistik, energi dan pendidikan.
Oleh karena itu, dalam rangka melaksanakan
kewajiban konstitusional dan moral bagi warga
negaranya, Indonesia sebagai sebuah negara
kepulauan yang unik harus melakukan extra
ordinary effort bagi warganya yang bermukim
di lokasi terpencil dengan berbagai kesulitan
dan kemahalan hidup yang melilitnya. Kalau
tidak, NKRI akan tetap menjadi sebuah negara
kepulauan yang melupakan nusantara. dicuplik
dari buku Berani Korupsi itu Memalukan
karangan Soenan Hadi Poernomo

Cakrawala Edisi 417 Tahun 2013

43

DI BALIK
PESONA
SENYUM
SERDADU
LAUT

Kaladokgi R.E. Martadinata


Laksma TNI drg. R. Bambang Haryoto, Sp.Ort.

api zaman telah berubah, sekarang


meski orang masih banyak yang meyakini
senyum yang indah itu membawa
pengaruh tersendiri, ternyata bukan sekadar
omong kosong belaka. Ini terbukti dengan
kekuatan senyumnya yang menawan membuat
para pasien mendengarkan apapun yang
disampaikannya dokter gigi.

49 tahun silam, tepatnya 22 Oktober 1964,
TNI AL mendirikan sebuah Lembaga Kedokteran
Gigi. Ini merupakan sebuah kemajuan berani
dan cerdas di zaman yang serba sulit saat
itu, karena jangankan untuk berpikir upgrade
penampilan gigi dan mulut, untuk seragam
prajurit saja belum terpenuhi dengan baik.
Namun kekuatan prediksi para sesepuh TNI
AL benar-benar luar biasa, karena Ladokgi
terus berkembang dan maju pesat, bahkan
diakui sebagai Lembaga kedokteran Gigi Militer
terbesar se-Asia Tenggara.

Menurut Kaladokgi, Laksma TNI drg. R.
Bambang Haryoto, Sp.Ort. Alumnus Fakultas
Kedokteran
Gigi
Universitas
Indonesia
lulusan tahun 1982 ini, Ladokgi pada awal
pembentukannya selain sebagai pembina

Zaman dahulu orang harus datang ke dukun


agar ia bisa tampil cantik mempesona atau
tampan menawan, karena memiliki senjata
ampuh senyum pemikat

kesehatan gigi dan mulut TNI AL juga merupakan


Kawah Candradimuka bagi para dokter gigi
dan paramedis gigi. Begitu pula bagi mereka
yang mendalami spesialisasi, penelitian dan
pengembangan klinik serta laboratorium teknik
gigi. Di samping itu Ladokgi juga penyelenggara
beberapa pengobatan kedokteran gigi spesialis
dan aktivitas yang berkaitan dengan segala
upaya bagi kesuksesan TNI AL di bidang
kesehatan gigi dan mulut.

Pria kelahiran Jakarta 20 Januari 1958
yang menceburkan diri di Angkatan Laut melalui
Sepawamil pada tahun 1983 ini membenarkan,
sejak awal berdirinya Ladokgi sudah mendapat
perhatian lebih dari para pemimpin TNI AL. Hal
ini karena kesehatan gigi dan mulut merupakan
salah satu syarat utama untuk menjadi prajurit
matra Laut. Sebenarnya saat ini Ladokgi telah
melampaui RSGM tingkat 1 yang mensyaratkan
harus memiliki 50 dental unit, sedangkan
Ladokgi telah memiliki sarana dan prasarana
seperti: bangunan klinik dan penunjang dengan
70 dental unit dan alkes gigi lainnya. Begitupun
dengan fasilitas klinik yang ada telah disesuaikan
dengan Pedoman Standar Pelayanan Medik dari
Konsil Kedokteran Indonesia. Di Ladokgi juga

terdapat beberapa klinik yang membedakan


Ladokgi TNI AL R.E. Martadinata dengan RSGM
lainnya, seperti Klinik Komperhensif Militer untuk
menyiapkan kesehatan gigi dan mulut prajurit
laut atau dental fitness secara komperhensif.
Tujuannya agar diperoleh prajurit yang ready
combat atau siap tempur
maupun untuk
mendukung opslat TNI AL. Selain itu disiapkan
Klinik Eksekutif untuk melayani para pejabat
negara dan TNI, juga Klinik VVIP khusus untuk
Presiden, Wakil Presiden, Panglima TNI, Kepala
Staf Angkatan dan para Ketua/Kepala Lembaga
Tinggi Negara beserta keluarganya. Ada yang
unik dari fasilitas yang dimiliki Ladokgi yaitu Klinik
Lanjut Usia yang dikhususkan sebagai bentuk
penghargaan terhadap para sesepuh dengan
merawat pasien lansia sesuai Gerodontologi.
Ortodontist yang murah senyum ini
menjelaskan, fasilitas peralatan canggih dan
mutakhir yang dimiliki ditujukan, agar dapat
memberikan pelayanan terbaik selama 24 jam
dengan semua kasus kesgilut yang diderita
pasien. Kasus kesgilut seperti: kesehatan gigi
dasar, rujukan, bedah maksilo fasial beserta
penanganannya, hingga pasien emergency.

Aktivitas sehari-hari di Klinik Kedokteran Gigi Militer.

Bahkan Ladokgi REM memfasilitasi messing


bagi para dokter dan perawat, juga bagi siswa
dokter gigi, siswa perawat maupun tekniker
yang mengikuti Diklat TNI AL maupun integratif
TNI. Hal ini bertujuan agar ketika dalam situasi
emergency, pasien dapat ditangani dengan
cepat oleh dokter spesialis dan perawat terpilih
sesuai kasusnya. Termasuk bila ada pasien
yang membutuhkan penanganan khusus di
luar Ladokgi. Disediakan kendaraan khusus
dengan fasilitas peralatan canggih didalamnya
berupa 2 unit mobil klino. Masing-masing unit
untuk mendukung pasien VVIP dan Non VVIP.
Dengan bermodalkan fasilitas tersebut, sesuai
dengan tugas dan fungsinya Ladokgi REM
secara konsisten dan berlanjut, terus berupaya
membina dan mengembangkan SDM melalui
program dokter gigi spesialis, diklat, penelitian
juga seminar-seminar di dalam dan luar negeri
seperti Asia Pasific Dental Congres.
Namun Kaladokgi tidak memungkiri
bahwa, memang masih ada beberapa fasilitas
sesuai persyaratan standar RSGM yang belum
tersedia seperti: instalasi UGD Dental, kamar
operasi, kamar rawat inap dan sentral sterilisasi.

Itu sebabnya saat ini pihaknya tengah bekerja


keras mempersiapkan pengadaan kelengkapan
sarana dan prasarana guna secepatnya
memenuhi persyaratan izin mendirikan Rumah
Sakit Khusus Gigi dan Mulut (RSGM) dalam
menyongsong program Sistem Jaminan Sosial
Nasional bidang kesehatan (SJSN).

Ia berharap pada saat diberlakukannya
sistem Jamkesmas nasional oleh BPJS pada
Januari 2014 mendatang, status Ladokgi REM
sebagai Penyelenggara Pelayanan Kesehatan
Sekunder atau tingkat II (PPK II) dapat melayani

semua WNI dan WNA yang telah tinggal di


Indonesia minimal 6 bulan dan telah menjadi
anggota BPJS. Untuk syarat administrasi yang
harus dipenuhi, selain tanda anggota BPJS
juga surat rujukan dari Puskesmas/BP (Balai
Pengobatan)/BK
(Balai
Kesehatan)/Klinik
Pratama/praktek dokter gigi. Sehingga kelak
Ladokgi tidak hanya mampu mencetak senyum
penuh pesona bagi serdadu laut saja, namun
senyum terindah menjadi milik Indonesia.
Tim Cakrawala

Alamat Ladokgi R.E. Martadinata:


Jl. Farmasi No.1 Pejompongan, Jakarta Pusat 10210
Telp : (021). 5733026 - 29, Fax : (021). 5732701
Website : www.ladokgirem.com, Email : ladokgirem@yahoo.com

IF YOU SAY THAT THERE ARE ELEPHANTS FLYING IN THE SKY,


PEOPLE ARE NOT GOING TO BELIEVE YOU.
BUT IF YOU SAY THAT THERE ARE FOUR HUNDRED AND
TWENTY-FIVE ELEPHANTS IN THE SKY,
PEOPLE WILL PROBABLY BELIEVE YOU.

IMI PENGGEDOR MINDSET MARITIM


PEMUDA INDONESIA

ndonesia Maritime Institute (IMI), bukan kendaraan


politik, tetapi tukang gedor mindset generasi muda
Indonesia, agar menyadari bahwa Negara Kesatuan
Republik Indonesia memerlukan calon pemimpin yang
bervisi maritim.
Seluruh anak bangsa harus menyadari,
bahwa geografis Indonesia berupa lautan dengan
ribuan pulau didalamnya. Kekayaan tanah air ini
memerlukan kepiawaian seluruh komponen bangsa

untuk mengelolanya. Nah kalau yang sekarang


menyandang status mahasiswa pada sadar dan
melek visi maritimnya, maka bangsa Indonesia pasti
akan menjadi bangsa yang makmur. Demikian kata
Dr. Y. Paonganan, S.Si., M.Si. Direktur Eksekutif
Indonesia Maritime Institute (IMI).
Mengapa harus mahasiswa sasarannya?
Mahasiswa adalah aset bangsa yang sangat
penting. Mereka adalah harapan masa depan
bangsa, masih memiliki idealisme dan belum
terkontaminasi penyakit modern seperti korupsi dan
kolusi. Oleh karena itu kewajiban kita bersama untuk
menyiapkan dan membekali mereka dengan segala
macam pengetahuan, termasuk pengetahuan tentang
kemaritiman.
Tiga tahun sudah IMI berdiri dan sampai hari ini
Saya sudah melihat gelora dan semangat pemuda
dari berbagai kampus. Mahasiswa dari ITB, Unsoed,
Undip, Unhas, Unpad dan Unri serta beberapa
komponen kepemudaan lainnya sekarang telah
memiliki kesadaran akan pentingnya wawasan
maritim. Hal ini sangat menggembirakan. Saya
sampai kewalahan memenuhi permintaan dari
berbagai kampus yang akan menggelar seminar
tentang kemaritiman. Ini membanggakan! Ujarnya.
Kegiatan IMI memberikan penghargaan kepada
beberapa pejabat yang mewakili institusi, seperti
Kasal dan beberapa tokoh serta organisasi yang
konsen di bidang kemaritiman pada 14 Oktober
2013 lalu, semakin mengokohkan posisi IMI sebagai
penggedor mindset generasi muda kampus.
Memang kita harus sinergi dalam membangun
kemaritiman bangsa ini, bagian Saya ya di kampuskampus, ujar sang Doktor di bidang kelautan ini.
Outcome.
Gebrakan IMI ini outcome-nya baru bisa dirasakan
paling tidak 10 tahun yang akan datang. Saat para
generasi muda sekarang berkiprah di berbagai
lembaga. Harapan kita pada 20 tahun mendatang
Indonesia sudah menjadi negara yang makmur
dan rakyatnya sejahtera menikmati kekayaan
negeri yang dikelola berdasarkan kearifan maritim.
Di lingkungan regional maupun internasional diharapkan Indonesia menjadi negara yang di segani.
Tim Cakrawala

Dr. Y. Paonganan, S.Si., M.Si.


Direktur Eksekutif Indonesia Maritime Institute.

PENPAS

INFO

50
LAKSDYA TNI (PURN)
RACHMAT SUMENGKAR

RAMBO
INDONESIA
EMPAT ZAMAN

edikitnya delapan pertempuran di tiga


zaman, membuat mantan Perwira
Pendidikan Pelaut ALRI (Angkatan Laut
Republik Indonesia) pertama yang terlahir
dengan nama Sumengkar ini di kenal tangguh,
disiplin, pemberani, cerdik, dan nekad, namun
penyayang. Beliau yang lahir di Kota Hujan
Bogor, 5 April 1926, merangkai kisah hidupnya
dari pertempuran yang satu ke pertempuran
yang lain. Berkali-kali ia menjadi tawanan baik di
masa penjajahan Belanda, pendudukan Jepang
maupun kala pemberontakan PKI.
Namun dengan kecerdikannya yang licin
bak belut, ia selalu berhasil meloloskan diri dari
musuh. Termasuk keputusannya mengubah
identitasnya dengan menambahkan Rachmat
di depan nama pemberian orangtuanya, karena
tentara Belanda terus mencarinya. Siasatnya
ini ternyata berhasil mengelabui pihak Belanda
yang gagal menangkapnya, sebab yang mereka
cari adalah Lettu Sumengkar, dan bukan
Lettu Rachmat Sumengkar. Akhirnya Belanda
kebingungan dan kehilangan jejak.
Suatu
ketika
ia
dan
rekan-rekan
seperjuangannya dengan cepat dan tegas tanpa

ampun mengambil alih kapal-kapal milik tentara


Jepang dan melucuti senjatanya. Bersama arekarek Suroboyo, ia juga bertempur habis-habisan
melawan pasukan sekutu di Pelabuhan Tanjung
Perak Surabaya.
Putra Pertama dari Ayahanda Kasdi Tirta
Atmadja yang lebih dikenal dengan Haji
Abdurochim dan Ibunda Nyi Raden Soeratmi
atau Hajah Siti Fatimah ini, sebelum bergabung
di ALRI dengan berbekal Pendidikan Sekolah
Pelayaran Tinggi (Koto Seinin Yosesho) yang
ia tamatkan pada tahun 1944 di Jakarta telah
memuluskan karir pertamanya sebagai Mualim
II di Kapal Dai Ichi Sakura Maru dari Perusahaan
Jawa Unko Kaisha (Pelayaran Sipil Jepang
yang dimiliterisir).
Perang telah menimbulkan penderitaan dan
kesengsaraan yang dalam bagi rakyat. Kondisi
ekonomi saat itu begitu parah, di mana Tentara
dan Pegawai Negeri lainnya memperoleh
kebutuhan pokoknya dengan mendapatkan
kupon, namun tidak demikian dengan rakyat
biasa. Kebutuhan sandang, pangan sangat
sulit diperoleh, kalaupun ada, harganya tidak
terjangkau. Banyak rakyat kecil tidak mendapat

beras, mereka terpaksa makan kanji. Beruntung


sekali jika mereka masih bisa makan nasi
jagung. Apalagi kebutuhan sandang, sangat
sulit, sehingga untuk mengatasinya terpaksa
menggunakan kain bekas gorden, terpal sampai
karung goni. Sementara itu anak buah kapal di
bawah Akazuki Butai mereka mendapat ransum
berupa rokok, coklat, handuk, cawat (pengganti
celana dalam) dan lain-lain. Namun itu belum
mencukupi kebutuhan minimal mereka. Karena
itulah, Sato San Nakhoda kapal, mengizinkan
mereka mengambil beras serta makanan
lainnya dari muatan kapal yang ditukar secara
barter dengan masyarakat.
Akhir September 1944 di Banyuwangi
kapalnya singgah dan membawa 5 wanita muda
asal Ciamis dan Tasikmalaya untuk dibawa
ke Bima Sumbawa. Hatinya serasa teririsiris, setelah mengetahui nasib mereka yang
dijanjikan oleh Pemerintah Militer Jepang akan
dibawa ke Tokyo untuk sekolah, tapi sebenarnya
mereka dijadikan ransum (pemuas nafsu) bagi
tentara Jepang yang berada di garis depan.
Sekitar pukul 7 pagi di awal Desember 1944
saat Kapal Dai Ichi Sakura Maru baru saja
menyelesaikan manuver lego jangkarnya, di
perairan Pantai Pulau Sinai di Selat Sape yaitu
Selat antara pulau Sumbawa dan Komodo.
Tiba-tiba muncul dua pesawat Blenheim type
milik Angkatan Udara Australia menghujani
kapalnya dengan bom, hingga Kapal Dai Ichi
Sakura Maru hancur dan tenggelam, namun ia
dan beberapa awak lainnya berhasil selamat.
Lolos dari maut ia menjadi Mualim I di Kapal
Ferry Kuzunuki Maru sebagai kapal suplai,
untuk mengangkut barang logistik, termasuk
kendaraan seperti truk dan lain. Perintah
operasionalnya di bawah Akazuki Butai (Imperial
Japanese Army Sea Transportation Service).
Sumengkar hanya satu setengah bulan saja
bekerja di kapal kedua ini, karena pertengahan
bulan Mei 1945 diangkat sebagai Nakhoda
Kapal Kiku Maru, sebuah kapal kayu besar dan
bentuknya mirip sekali dengan Dai Ichi Sakura
Maru, perbedaannya Dai Ichi Sakura Maru
dibuat di pulau Jawa pakai kayu jati dengan
mesin Brons Motor buatan pabrik mesin (Braat)

di Probolinggo, sedangkan Kiku Maru buatan


Jepang dengan kayu dari Jepang bermesin
Kobe Minoya buatan Jepang.
Jabatan Nakhoda telah membuka peluang
memperoleh informasi khususnya berita
Perang Asia Raya, bahwa Jepang mengalami
kekalahan setelah dibombardirnya Hiroshima
dan Nagasaki oleh Sekutu. Ia juga tak mungkin
melupakan sepak terjang dan kekejaman tentara
Jepang terhadap gadis-gadis muda pribumi
yang ditipu dan dirusak kehormatannya. Tidak
hanya itu, ia pun melihat kondisi yang sangat
mengenaskan dari ratusan tawanan eks tentara
Belanda, dan ratusan Romusha dari pulau Jawa
yang dipekerjakan di Pangkalan Udara Sebelah
Barat Teluk Bima. Mereka dipaksa menggali
terowongan dalam bukit karang untuk tempat
tinggal pesawat terbang itu, diperlakukan sangat
tidak manusiawi dengan pakaian compangcamping dan tubuhnya hanya tulang berbalut
kulit. Konon sewaktu Jepang menyerah untuk
menghilangkan jejaknya, para Romusha ini
digiring ke dalam terowongan itu, kemudian
diledakkan dengan dinamit.
Akhir Juli 1945 dengan Kapal Dai 50
Kasiwa Maru ia dipaksa pulang ke Surabaya,
dalam
perjalanan
kapalnya
mendapat
beberapa kali serangan dari Sekutu. Meskipun
akhirnya 10 Agustus 1945 kapalnya berhasil
sandar selamat di Dermaga Akatsuki Butai
Naka Futo di Pelabuhan Tanjung Perak.
Sesampainya di sana mereka langsung masuk
karantina selama dua minggu. Mereka baru
mengetahui bahwa Indonesia telah merdeka
sehari setelah Bung Soekarno dan Bung
Hatta memproklamasikannya. Tanpa perintah
pusat spontan anak buah kapal dipimpin para
perwiranya melakukan pengambilalihan Milik
Pemerintah Jepang baik instansi-instansi di
darat maupun kapal-kapal yang berada di
dalam Pelabuhan Tanjung Perak. Aksi massal
dengan menempelkan kertas bertuliskan:
Milik Pemerintah Republik Indonesia. Setelah
Kantor Besar Jawa Unko Kaisha yang letaknya
di utara kantor Gubernur Jatim dikuasai, maka
dibentuklah Serikat Pelayaran Indonesia (SPI)
merupakan gabungan dua organisasi Jawa Unko

Cakrawala Edisi 417 Tahun 2013

51

INFO

52
Kaisha dan Akatsuki Butai, dengan demikian
maka seluruh aset dan semua kapalnya di
Tanjung Perak menjadi milik S.P.I.
Rachmat Sumengkar kala itu dianggap paling
berpengalaman sehingga S.P.I. memilihnya
menjadi Komandan Pertama Kapal Akatsuki
Butai yang mereka ganti namanya menjadi
M.S. Krakatau, kapal dengan bobot 150 ton itu
satu-satunya kapal patroli yang siap berlayar.
September dan Oktober 1945 ia mendapat
tugas untuk berpatroli di Selat Madura bersama
perwira dek andalannya: Mualim S. Sutopo,
Mualim Soemantri, Mualim Gerad Frederik
dengan perwira mesin Soekimin yang bertugas
untuk menggagalkan pendaratan pesawat
sekutu Catalina di Tanjung Perak dan sekaligus
memeriksa kemungkinan adanya pasukan
Belanda membonceng Pasukan Sekutu dalam
hal ini Inggris.
Berbagai peristiwa sejarah yang berlumuran
darah pejuang negeri ini tidak kuasa ia ceritakan
tanpa berurai air mata. Pertempuran demi
pertempuran tidak mungkin dihindarinya lagi,
diantaranya peristiwa bersejarah 10 November
1945 yang berawal pada 25 Oktober 1945
konvoi kapal sekutu yang dipimpin oleh Frigate
HMS Meveney dengan mengangkut Brigade
ke-49 tiba di Tanjung Perak dan Ujung Surabaya
di bawah pimpinan Brigadier A.W.S. Mallaby.
Setelah batalyon 6/5 Mahrattas dan Batalion
5/6 Rajputana mendarat di Tj. Perak dan mulai
bergerak masuk kota, kemudian menduduki
dan mengambil alih seenaknya bangunanbangunan serta fasilitas lainnya milik RI, maka
konflik fisik antara mereka dengan TKR dan
rakyat Surabaya tidak bisa dihindari lagi. Melihat
situasi buruk ini M.S. Krakatau pada tanggal
27 Oktober 1945 segera ia larikan ke Gresik.
Pertempuran pun meletus dan di luar perkiraan
sekutu pada tanggal 28 Oktober 1945, seluruh
Brigade Mallaby dalam keadaan terpecahpecah di beberapa tempat. Mereka telah di
kepung oleh TKR, laskar dan rakyat pejuang,
sehingga mereka seluruhnya pasti binasa, jika
tidak ditolong oleh Presiden Soekarno bersama
Jendral Christison, Panglima Sekutu untuk Asia
Tenggara. 29 Oktober 1945 keduanya terbang
ke Surabaya untuk menyelamatkan seluruh

Brigade Mallaby dengan mengumumkan


gencatan senjata di Surabaya yang diberitakan
hari itu juga melalui Radio Pemberontak
Surabaya. Hari itulah pertama kali ia bersama
anak buahnya menempati pertahanan TKR/
Pemberontak Rakyat di Sektor Pertahanan
Jembatan Merah.
Bertepatan dengan
terbunuhnya Brigjen Mallaby secara misterius
yang terjadi di depan gedung Internatio dalam
jarak 50 meter dari Jembatan Merah. Ini terjadi
justru setelah diumumkannya gencatan senjata,
sehingga membuat murka pihak sekutu (Inggris).
Mereka bertekad memberikan hukuman
keras kepada Rakyat Indonesia, khususnya
Surabaya. Seluruh cadangan kekuatan Darat,
Laut dan Udara yang berada di bawah Allied
Shouth East Asia Command diperintahkan
untuk segera menuju Surabaya, dan kekuatan
gabungan ini merupakan konsentrasi daya
tempur yang dahsyat dengan anggotanya
yang telah berpengalaman dalam PD-II yang
kedatangannya diperkirakan sebelum 10
November 1945. Ultimatum Tentara Sekutu yang
meminta TRI dan rakyat Surabaya menyerah
dengan batas waktu hingga 9 November 1945
saat matahari terbenam, namun TRI dan Rakyat
Surabaya tidak mau mengikuti kemauan Sekutu,
mereka lebih memilih bertempur hingga tetes
darah terakhir. Kini peristiwa itu diperingati
sebagai Hari Pahlawan.
Pengalaman telah mengasahnya menjadi
orang yang tak kenal takut dan mencambuknya
untuk tidak berhenti belajar, serta jeli melihat
peluang. Bahkan ia pernah menyelam tanpa
alat bantu di danau Grati yang konon dikenal
paling angker hanya untuk berburu senjata dan
amunisi kapal Jepang atau Belanda yang karam.
Demi mendapatkan senjata untuk menambah
kekuatan pasukannya.
Suatu hari saat sedang mandi beramai-ramai
di sungai, Rachmat Sumengkar yang dijuluki
orang pintar karena selalu mujur itu, melihat dari
kejauhan musuh datang semakin mendekat,
maka spontan ia memerintahkan pasukannya
lari ke hutan dengan telanjang bulat tanpa
sehelai benangpun, tanpa alas kaki masuk ke
dalam hutan bersama rekan sesama pasukan,
mereka lebih memilih mengamankan senjata

Laksdya TNI (Purn) Rachmat Sumengkar beserta keluarga.

daripada memilih pakaian dan sepatu. Setelah


dirasakan aman barulah mereka keluar dari
hutan dengan busana ala Tarzan yang mereka
rangkai dari dedaunan.
Kecerdikan dan mental bajanya tidak saja
sangat menarik perhatian Bung Karno, sehingga
ketika akan membentuk lembaga pendidikan
bagi para pemimpin TNI, Presiden Soekarno
melalui Kasal R.E. Martadinata memilihnya
menjadi Gubernur Akademi Militer Pertama
yang melahirkan Perwira TNI AD lulusan Akmil
generasi pertama.
Namun juga Pak Harto memanfaatkan
keluwesannya bergaul dengan berbagai
suku bangsa, hingga banyak bahasa mampu
ia kuasai dengan sangat baik diantaranya:
Belanda, Inggris, Jepang dan Italia. Ia pun
mendapat tawaran sebagai gubernur, tapi
ditolaknya dengan alasan bertentangan dengan
idealismenya. Namun Pak harto tahu Sumengkar
tentara sejati, ia tidak akan pernah menolak
perintah, itu sebabnya Rachmat Sumengkar
tidak pernah ditawari jabatan lagi. Presiden ke-2
RI itu langsung memberinya perintah menjadi

Duta Besar Nigeria. Ternyata memang benar


Ayah dari Laksma TNI (Purn) Dadi Suparta dan
kakek dari Lettu Laut (P) Juniardi itu langsung
menerimanya tanpa membantah, bahkan ia
tidak memilih negara tempatnya bertugas.
Meskipun jika mau ia bisa melakukannya.
Malah baginya Nigeria adalah negeri yang unik
dan telah menyadarkan dirinya menjadi pribadi
yang lebih bijak, ia merasa begitu dicintai oleh
bangsa Nigeria.
Jika kini kita melihat TNI dibedakan melalui
warna bajunya, maka Bapak dari 5 putra dan
4 putri, Kakek dari 19 cucu, dan Uyut dari 5
cicit ini, terus berjuang dengan segenap jiwa
raganya, sehingga meskipun Rambo Indonesia
ini terlahir di Angkatan Laut, namun sebagian
besar tugasnya mengabdi di Angkatan Darat.
Pengusaha sukses ini seolah buta warna,
karena di dadanya tidak ada Angkatan Laut,
Angkatan Darat, Angkatan Udara, atau Polisi,
yang ada hanya Merah Putih yang terpatri
di dalam sanubari Sang Prajurit Pengawal
Samudra ini. Tim Cakrawala

Cakrawala Edisi 417 Tahun 2013

53

PERANG AMERIKA SERIKAT


DAN RUSIA TANPA RUDAL
(STUDI KASUS HEBOHNYA PENYADAPAN)

ksi penyadapan oleh Badan Keamanan


Nasional (National Security Agency/
NSA) Amerika Serikat terhadap 35 kepala
pemerintahan negara sahabat termasuk negara
sekutu Amerika Serikat (AS) sendiri seperti
Jerman, Inggris dan Perancis mulai menuai kritik
dari berbagai pihak terrmasuk di AS. Aksi NSA
tersebut terungkap setelah Agen NSA Joseph
Edward
Snowden
membocorkan
sejumlah
dokumen rahasia kepada publik dan Snowden saat
ini mendapatkan suaka politik di Rusia.
Banyak politisi AS yang khawatir terhadap
peristiwa tersebut, karena dapat mengganggu
hubungan dengan Eropa dan negara sahabat
lainnya. Demikian seriusnya permasalahan
tersebut, sehingga pada
tanggal 28 sampai
dengan 31 Oktober 2013 delegasi dari Parlemen

Eropa tiba di Washington untuk mengumpulkan


informasi tentang aksi penyadapan NSA.
Pemerintah Meksiko, Jerman, Spanyol, Perancis
dan Indonesia secara resmi telah mengajukan Nota
Protes Diplomatik kepada Pemerintah AS. Jerman
pada awalnya tidak melontarkan kritik terbuka
kepada AS, karena tidak ingin hubungan kedua
negara terganggu. Namun setelah ada laporan
tentang penyadapan telepon terhadap Kanselir
Jerman Angela Merkel sejak tahun 2002 (jauh
sebelum menjabat Kanselir), pemerintah Jerman
akhirnya melontarkan kritik tajam. Bahkan Jerman
juga akan segera mengirim delegasi, antara lain
terdiri dari Pejabat Kantor Kekanseliran dan Kepala
Dinas Rahasia Jerman ke AS untuk melakukan
pembicaraan tentang kegiatan NSA.

NATIONAL SECURITY AGENCY (NSA).


NSA merupakan hasil validasi organisasi dari
Badan Keamanan Angkatan Bersenjata (Armed
Forces Security Agency/AFSA) yang didirikan pada
20 Mei 1949. AFSA berada dibawah komando
masing-masing para kepala staf militer di AS, yang
pada awalnya bertugas untuk mengatur aktivitas
intelijen elektronik dan komunikasi intelijen militer.
Namun karena dianggap hanya memiliki kendali
dan koordinasi terhadap pengumpulan dan
pemrosesan intelijen komunikasi yang dianggap
tidak efektif, sehingga dibutuhkan koordinasi dan
pengaturan yang jauh lebih besar di tingkat nasional.
AFSA lalu diganti menjadi NSA pada Juni 1952
melalui revisi National Security Council Intelligence
Directive (NSCID) pada 24 Oktober 1952 dan peran
NSA tidak lagi hanya mencakup intelijen angkatan
bersenjata. Secara struktural NSA merupakan
bagian dari Dephan AS, dan dipimpin oleh seorang
Direktur dari militer AS berpangkat bintang tiga.
Keberadaan NSA merupakan komponen kunci dari
seluruh Komunitas Intelijen AS, yang dipimpin oleh
Direktur Intelijen Nasional.
NSA
merupakan
organisasi
yang
mempekerjakan ahli matematika dan memiliki
super komputer terbanyak di dunia, karena memiliki
tugas mengumpulkan dan menganalisis komunikasi
negara lain, serta melindungi komunikasi dan
sistem informasi milik AS dari serangan badan
intelijen negara lainnya. Dalam pelaksanaan
tugasnya NSA mengoordinasikan, mengarahkan
dan menjalankan aktivitas-aktivitas yang amat
istimewa bertujuan untuk mengumpulkan informasi
intelijen dari luar negeri, terutama berkaitan
dengan kripto analisis, pemecahan sandi dan
kode. Kegiatan NSA juga mencakup penyadapan
telepon, komunikasi internet, komunikasi radio
dan komunikasi-komunikasi lainnya yang dapat
disadap. Sedangkan aktivitas pengamanan oleh
NSA meliputi komunikasi militer, diplomatik dan
komunikasi-komunikasi rahasia atau sensitif milik
pemerintah.
Selain markas besar di Fort Meade, NSA
juga memiliki fasilitas-fasilitas lain seperti Pusat
Kriptologi di San Antonio, Texas. NSA juga terlibat
dalam industri keamanan komunikasi, diantaranya
pembuatan perangkat keras dan lunak khusus
komunikasi, pabrik semi konduktor khusus di
Fort Meade, serta penilitian kriptografi tingkat
tinggi. Selain itu, NSA melakukan kontrak dengan

perusahaan-perusahaan swasta di bidang riset


dan peralatan.
SIAPA JOSEPH EDWARD SNOWDEN?
Joseph Edward Snowden lahir pada tanggal
21 Juni 1983 di Elizabeth City, North Carolina
dan dibesarkan di Wilmington, North Carolina.
Ayahnya adalah seorang Perwira US Coast Guard
bernama Lonnie Snowden, warga Pennsylvania.
Sedangkan ibunya adalah petugas kebersihan di
sebuah pengadilan Federal di Maryland, warga
Baltimore, Maryland. Pada tahun 1999, Snowden
pindah bersama keluarganya ke Ellicott City,
Maryland dan belajar di Anne Arundel Community
College, namun tidak sampai selesai, selanjutnya
bekerja secara online sampai akhirnya mendapat
gelar Master di University of Liverpool pada 2011,
setelah bekerja di sebuah pangkalan militer AS di
Jepang.
Pada tanggal 7 Mei 2004, Snowden
mendaftar pada Army Reserve, tetapi tidak dapat
menyelesaikan karena mendapat cedera pada
kedua kakinya akibat kecelakaan dalam pelatihan.
Selanjutnya, pada tahun 2006 bergabung dengan
Central Intelligence Agency (CIA) pada bagian
keamanan teknologi informasi. Pada tahun 2007,
CIA menempatkan Snowden pada Kedutaan AS
di Jenewa, Swiss dengan cover diplomatik dan
bertanggung jawab untuk menjaga keamanan
jaringan komputer. Pada tahun 2009, Snowden
keluar dari CIA dan hingga awal 2013 bekerja
sebagai konsultan di perusahaan kontraktor swasta
Dell, yang berlokasi pada fasilitas NSA di pangkalan
militer AS di Jepang. Kemudian Snowden bekerja
pada perusahaan konsultan Booz Allen Hamilton
selama tiga bulan, yang berlokasi di NSA Regional
Operations Center Signal Intelligence (Sigint) di
Hawaii dengan jabatan sebagai administrator
sistem dan analis infrastruktur. Dengan jabatan
tersebut, maka tugasnya adalah untuk mencari
cara-cara baru untuk masuk ke lalu lintas jaringan
internet dan telepon di seluruh dunia.
Pada saat di NSA tersebut, Snowden telah
mengumpulkan data tentang hasil pengawasan NSA
di seluruh dunia, sehingga ia bisa membocorkan
dokumen rahasia milik AS tersebut. Snowden
diberhentikan pada tanggal 10 Juni 2013, karena
dianggap telah melakukan pelanggaran kode etik
dan kebijakan perusahaan, sebelum akhirnya
Snowden membelot ke Rusia.

Cakrawala Edisi 417 Tahun 2013

55

APA MOTIF DI BALIK PEMBOCORAN DOKUMEN


RAHASIA DAN PEMBELOTAN TERSEBUT?
Kasus pembocoran dokumen rahasia cukup
menarik untuk dibicarakan, mengapa? Dalam waktu
yang relatif singkat, sudah dua warga AS yang
membocorkan dokumen rahasia militer atau negara
ke publik dengan alasan yang hampir sama yaitu
masalah humanisme. Kasus pertama dilakukan
oleh Kopral Bradley Manning, analis intelijen pada
militer AS di Irak pada Mei 2010, dengan alasan
perang tersebut telah menyengsarakan rakyat
Irak. Sedangkan pada kasus kedua yang dilakukan
oleh Snowden pada tanggal 6 Juni 2013, dengan
alasan karena hati nuraninya mengatakan tak
ingin pemerintah AS mengganggu kebebasan
berkomunikasi secara luas baik melalui internet
maupun sarana komunikasi lainnya, sebagai
kebebasan dasar bagi umat manusia di seluruh
dunia, yang dilakukan dengan menggunakan
mesin pengawasan/penyadapan secara masif
yang dibangun secara rahasia.
Kopral Bradley Manning menyikapi tindakannya
secara kesatria, sehingga
dijatuhi hukuman
pidana 35 tahun di penjara militer, karena dianggap
membocorkan 700.000 dokumen rahasia ke
Wikileaks. Sedangkan Snowden melarikan diri
ke Hongkong tanggal 6 Juni 2013, tinggal di
tempat yang dirahasiakan dan selanjutnya sempat
tinggal selama beberapa hari di gedung Konsulat
Jenderal Rusia di Hongkong, sebelum akhirnya

berangkat dengan pesawat Aeroflot ke Moskow


pada akhir Juni 2013 lalu untuk menerima suaka
politik. Presiden Rusia, Vladimir Putin, menjanjikan
suaka politik kepada Edward J. Snowden, namun
dengan syarat Snowden berhenti mengungkapkan
informasi yang dianggap menjatuhkan reputasi AS.
Benarkah demikian?
Pertanyaan besar selanjutnya, mengapa
Snowden diberikan suaka politik untuk oleh
Rusia, meskipun dengan syarat tertentu termasuk
suaka untuk sementara selama satu tahun?
Pertanyaan berikutnya, apakah permintaaan
suaka oleh Snowden dilakukan secara tiba-tiba?
Dan mengapa dokumen rahasia milik AS tersebut
harus dibocorkan kepada publik secara luas dan
setelah itu membelot ke Rusia?. Dari perspektif
intelijen tidak ada sesuatu peristiwa yang terjadi
secara tiba-tiba, kecuali ekstrimnya terjadinya
kematian dan gempa tektonik. Kejadian tersebut
dapat diyakini sebagai bagian dari suatu operasi
intelijen/penggalangan terhadap Snowden.
Pada umumnya seseorang menjadi agen
bagi lawan adalah karena tiga alasan, yaitu
nasionalisme, dendam dan finansial. Seseorang
yang menjadi agen karena didasari oleh rasa
nasionalisme, maka loyalitasnya akan langgeng.
Bilamana didasari oleh motif dendam, maka setelah
dendamnya terlampiaskan, loyalitasnya sebagai
agen akan berakhir. Demikian pula halnya bila
didasari karena faktor finansial, setelah dukungan

finansialnya terputus, maka loyalitasnya sebagai


agen juga akan berakhir. Mencermati kaidah
tersebut di atas, bisa dipastikan bahwa Snowden
telah menjadi agen Rusia untuk mendapatkan
uang atau fasilitas hidup lain dari pihak Rusia,
walaupun alasan yang telah dikemukakannya ke
publik berbeda. Bila Snowden memang seorang
humanis mengapa tidak berani bersikap secara
kesatria seperti Bradley Manning? Seorang yang
mempunyai sifat humanis biasanya adalah seorang
kesatria, bukan pengecut. Sedangkan pada
kasus Bradley Manning, alasan membocorkan
rahasia bisa diterima secara logika, karena yang
bersangkutan secara sadar siap menghadapi
konsekuensi atas tindakannya dengan hukuman
penjara 35 tahun dan yang bersangkutan tidak
menjadi agen bagi negara lain.
Dalam kaitan kasus Snowden, peristiwa tersebut
setidak-tidaknya dapat ditinjau dari lima perspektif
yaitu: Pertama, Rusia memiliki kepentingan politik
terhadap AS khususnya untuk melemahkan
kekuatan aliansi AS, sehingga diharapkan tercipta
kondisi di mana AS dianggap sebagai musuh
bersama (common enemy) oleh banyak negara
yang dirugikan oleh aktivitas penyadapan oleh
NSA; Kedua, Memperlemah kemampuan intelijen
NSA, karena dengan terbongkarnya skandal
Snowden tersebut, NSA mulai mendapat tekanan
dari Kongres AS. Bahkan Ketua Komisi Dinas
Rahasia pada Kongres AS, Dianne Feinstein,
mengumumkan peninjauan kembali secara
total atas kegiatan NSA dan meminta semua
aksi penyadapan terhadap kepala pemerintahan
negara sahabat supaya dihentikan. Dengan akan
adanya pembatasan terhadap kegiatan NSA,
maka dukungan informasi intelijen bagi pengambil
kebijakan nasional akan tidak maksimal; Ketiga,
Belajar dari informasi yang diperoleh dari Snowden,
maka Rusia akan dapat meningkatkan kemampuan
intelijen negatifnya/counter intelligence dengan
lebih baik untuk membangun sistem guna
mengamankan semua fasilitas pemerintahan baik
di dalam negeri maupun di seluruh kantor Kedutaan
Besar Rusia. Selain itu, Rusia juga dapat meninjau
ulang strategi nasional maupun militernya dalam
menghadapi tindakan AS maupun sekutu untuk
melindungi kepentingan nasionalnya dimanapun;
Keempat, Rusia juga dapat memanfatkan
kemampuan Snowden karena keahliannya dalam
kemampuan teknologi informasinya sebagai
administrator sistem dan analis infrastruktur,

guna pengembangan kemampuan intelijen


positifnya (intelijen menyerang) untuk melakukan
sejumlah pengumpulan informasi
terhadap
semua negara bakal lawannya untuk mendukung
kepentingan nasionalnya; Kelima, Dalam hal tata
hubungan antar negara di mana perlu dilakukan
suatu upaya diplomasi yang dapat berdampak bagi
kepentingan nasional masing-masing, maka Rusia
mempunyai kartu truf dengan memanfaatkan
informasi yang diperoleh dari Snowden sebagai
bargaining power dalam melakukan negoisasi
untuk mendukung kepentingan nasionalnya.
Pada kasus Manning yang hanya bertugas
di Irak sekitar dua tahun sebagai analis militer,
pengadilan militer AS menyatakan bahwa sebanyak
700.000 dokumen rahasia telah dibocorkan. Kita
bisa membayangkan berapa banyak dokumen
rahasia milik AS sendiri dan 35 negara lainnya dari
hasil penyadapan melalui satelit, kabel serat optik
maupun peralatan intercept lainnya yang telah
diambil oleh Snowden?
Besar kecilnya suatu negara tidak terlepas
dari mata dan telinga untuk melihat dan
mendengarkan segala sesuatu yang tersembunyi,
di mana satu negara senantiasa berusaha mencari
tahu mengenai keberadaan, posisi dan kondisi
negara lain atau pihak-pihak yang memiliki potensi
mengancam kepentingan nasionalnya. Peran
organisasi intelijen, profesionalisme dan integritas
pengawaknya menjadi sangat strategis dengan
dihadapkan pada perkembangan lingkungan global
yang strategis seperti tata hubungan antara negara
dan bentuk ancaman yang semakin kompleks.
Pesan Sun Tzu 25 abad yang lalu antara lain,
The supreme art of war is to subdue the enemy
without fighting dan Know your enemy and know
yourself and you can fight a hundred battles without
disaster. Pada kasus Snowden, Rusia telah
memenangkan peperangan tanpa satu rudalpun
yang harus diluncurkan, setidak-tidaknya telah
mengenali musuh dan dirinya sendiri. Belajar dari
kasus Snowden baik sisi Amerika Serikat maupun
Rusia, disinilah turning point peranan intelijen
dalam mengawal kepentingan nasional termasuk
didalamnya kepentingan militer. Kolonel Laut (P)
Joko Indro Wahyono

MENGAPA BINPOTMAR
PENTING?
@syaful alam umrah

Hanya ada satu opsi:

Menjadi kekuatan laut Superior.

Perlunya
Pengembangan
Kekuatan
Armada TNI Angkatan Laut.
TNI Angkatan Laut harus mampu memberi rasa
aman kepada seluruh pengguna laut, rasa aman
pengguna laut tercipta bila laut bebas dari ancaman
kekerasan, bebas dari ancaman bahaya navigasi,
bebas dari ancaman pencurian SDA laut dan bebas
dari ancaman pelanggaran hukum. Untuk dapat
mewujudkan hal tersebut, tentu membutuhkan
kekuatan armada kapal perang yang cukup, baik
dari sisi jumlah maupun dari sisi kualitas (jenis/
tipe, kesiapan operasi, dukungan logistik, dan
lain-lain). Luas wilayah perairan Indonesia yang
harus diamankan oleh TNI Angkatan Laut kurang
lebih 5,8 juta km2, dengan luasan sedemikian besar
dibandingkan dengan jumlah kekuatan (KRI) yang
dimiliki TNI AL sekarang ini untuk mengamankannya
masih kurang memadai. Menurut AT. Mahan (1971),
laut tidak hanya membatasi dan mengelilingi tetapi
juga membagi negeri menjadi dua bagian atau
lebih, maka penguasaan laut tidak hanya sesuatu
yang patut diinginkan tetapi sesuatu keharusan. AT.
Mahan juga mengatakan, manusia itu pada dasarnya
adalah habitat darat, tujuan penguasaan laut
adalah untuk memakmurkan dan mensejahterakan
bangsanya melalui laut dengan cara perniagaan
lewat laut. Dalam upaya perniagaan di laut maka
diperlukan proteksi atau perlindungan terhadap
armada niaga, apabila tidak memiliki kemampuan
untuk penguasaan terhadap laut, perlu mencari
koloni untuk melindungi armada niaga, namun bila
memiliki kemampuan untuk melakukan penguasaan
laut maka hancurkan armada tempur dan armada
niaga lawan atau diblokade. Aplikasi dari prinsipprinsip strategi perang laut diantaranya melakukan
pengamanan terhadap garis perhubungan laut
sendiri dan mengganggu atau merebut garis
perhubungan laut lawan, serta melakukan blokade
dengan membuka atau menutup suatu jalur
pelayaran. Sedangkan menurut Julian S. Corbet
(1972), melaksanakan pengendalian laut (sea
control) yaitu dengan cara pengendalian keamanan
(securing control), pengendalian pertentangan
(disputing control) dan pengendalian latihan
(exercising control). Pengendalian keamanan dapat
dilaksanakan apabila memiliki kekuatan Angkatan
Laut yang besar, karena dengan kekuatan yang
besar tersebut dapat memaksa pihak lain untuk
mematuhi apa yang diinginkan. Seperti Amerika
Serikat, dengan kekuatan Angkatan Lautnya yang
sangat kuat, di laut dapat memaksakan apa saja
yang diinginkan, bahkan dapat melanggar peraturan

internasional yang berlaku di laut dengan alasan


tidak meratifikasi hukum tersebut. Sebaliknya bila
tidak memiliki kekuatan angkatan laut yang kuat,
maka sulit untuk dapat melaksanakan pengendalian
keamanan (securing control).
Dari dua pendapat ahli strategi maritim tersebut
dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya bila
ingin melakukan pengendalian laut (sea control)
maka diperlukan kekuatan angkatan laut yang
kuat. Dengan kekuatan Angkatan Laut yang besar
maka tujuan untuk menjamin keselamatan dan
keamanan di laut dapat terwujud. Pengendalian
keamanan (securing control) dilakukan bila dalam
posisi superior sehingga bisa melakukan offensive
dan pemaksaan, namun bila setengah-setengah/
seimbang (balance) maka yang paling tepat
adalah pengendalian latihan, upaya offensive dan
defensive dilakukan melihat situasi dan kondisi,
sedangkan bila tidak memiliki kekuatan Angkatan
Laut yang memadai maka sudah pasti akan menjadi
inferior, dalam posisi ini yang paling mungkin bisa
dilakukan adalah pengendalian pertentangan
(disputing control). Maka pilihannya adalah mau
jadi superior atau inferior atau tidak superior tapi
juga tidak inferior (jalan tengah).
Bila ingin jadi superior maka diperlukan
pengembangan kekuatan Armada TNI Angkatan
Laut yang besar, akan tetapi menimbulkan
pertanyaan, apakah negara mampu? Bila tidak,
maka pilihan yang tepat adalah jalan tengah yaitu
tidak superior namun juga tidak inferior. Agar
pengembangan kekuatan Armada TNI Angkatan
Laut jalan tengah tersebut dapat menduduki posisi
superior maka harus dilaksanakan sinergitas
pembangunan di sektor lain sehingga sektor lain
tersebut dapat diberdayakan untuk mendukung
dan meningkatkan kemampuan Armada TNI
Angkatan Laut. Sektor yang dapat mendukung
kemampuan TNI Angkatan Laut dalam Sistem
Pertahanan Semesta (Sishanta) disebut kekuatan
pendukung yang terdiri dari Komponen Cadangan
dan Komponen Pendukung (Komduk).
Mengapa Harus Melibatkan Kekuatan
Pendukung?
Pengembangan dan pembangunan kekuatan
Armada TNI Angkatan Laut merupakan bagian dari
upaya penguatan pertahanan negara, sedangkan
pertahanan negara pada hakikatnya adalah
segala upaya pertahanan yang bersifat semesta
yang penyelenggaraannya didasarkan pada

kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara


serta keyakinan pada kekuatan sendiri. Adapun
tujuan pertahanan negara adalah untuk menjaga
dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan
wilayah NKRI dan keselamatan segenap bangsa
dari segala bentuk ancaman, sedangkan fungsi
pertahanan negara adalah untuk mewujudkan dan
mempertahankan seluruh wilayah NKRI sebagai
satu kesatuan pertahanan. Dalam upaya mencapai
tujuan pertahanan tersebut digunakan sistem
pertahanan yang bersifat semesta (Sishanta) yang
melibatkan seluruh warga negara, wilayah dan
sumber daya nasional serta dipersiapkan secara
dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara
total, terpadu, terarah dan berlanjut.
Kekuatan pendukung itu sendiri terdiri dari;
komponen cadangan dan komponen pendukung.
Komponen cadangan adalah sumber daya nasional
yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui
mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat
kekuatan dan kemampuan komponen utama
sedangkan komponen pendukung adalah sumber
daya nasional yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kekuatan komponen utama dan
komponen cadangan. Komponen pendukung
merupakan wujud dari wadah implementasi dari upaya
pembelaan negara dan pertahanan negara. Pada
saat sumber daya nasional dan sarana prasarana
nasional berdinamika membangun kesejahteraan
masyarakat maka komponen pendukung merupakan
tempat melaksanakan upaya pembelaan negara
melalui peran dan fungsinya, membentuk kekuatan
pertahanan nirmiliter. Sedangkan pada saat yang
sama sumber daya nasional dan sarana prasarana
nasional ditata sedemikian rupa sesuai kebutuhan
komponen cadangan dan komponen utama dalam
melaksanakan usaha pertahanan negara, komponen
pendukung memperkuat kekuatan pertahanan
militer. Komponen pendukung relatif tidak terstruktur
sebagai suatu satuan yang terintegrasi seperti
halnya komponen utama (TNI) dan komponen
cadangan, komponen pendukung melekat pada
keahlian, kemampuan teknis dan profesionalitas
warga negara serta fungsi dan kegunaan segenap
sumber daya nasional dalam dinamika kehidupan
bangsa. Oleh karena itu komponen pendukung
disegmentasikan menjadi; Garda Bangsa, Tenaga
Ahli/profesi, Industri Nasional, SDA/B, Sarana dan
Prasarana Nasional serta warga negara lainnya.

Harus disadari bahwa pembinaan dan


pemberdayaan kekuatan pendukung belum
dilaksanakan secara maksimal oleh TNI Angkatan
Laut untuk mendukung pelaksanaan tugas dalam
mengamankan perairan Indonesia dan menjaga
keutuhan NKRI, kurang maksimalnya dapat saja
disebabkan banyak faktor, salah satunya adalah
kurangnya pelaksanaan pembinaan kepada elemen
elemen kekuatan pendukung tersebut.
Penyelenggaraan Binpotmar.
Perlu disadari bahwa upaya untuk pengembangan
kekuatan Armada TNI Angkatan Laut sangat
bergantung pada kemampuan anggaran belanja
negara, oleh karena itu harus dibangun pula
kesadaran tentang betapa pentingnya untuk
melaksanakan tugas yang diamanatkan dalam
UU RI 34/2004 yaitu pemberdayaan wilayah
pertahanan laut (Dawilhanla) melalui Binpotmar
untuk menyiapkan RAK Juang yang tangguh dan
kemanunggalan TNI AL dan rakyat guna mendukung
pelaksanaan tugas pokok TNI AL.
Binpotmar pada hakikatnya adalah kegiatan
penyiapan wilayah pertahanan laut dan kekuatan
pendukungnya secara dini sesuai dengan Sishanta
serta upaya untuk membangun, memelihara,
meningkatkan dan memantapkan kemanunggalan
TNI AL dan rakyat. Sebagai landasan dalam
melakukan Binpotmar maka perlu adanya tujuan,
sasaran, dan metode dalam melakukan Binpotmar.
Terdapat tiga tujuan Binpotmar yang harus dicapai
yaitu; kepentingan pertahanan negara, kepentingan
masyarakat maritim dan kepentingan TNI AL.
Tujuan untuk kepentingan pertahanan negara
adalah menyiapkan wilayah pertahanan laut dan
kekuatan pendukungnya secara dini dalam rangka
memenangkan perang. Tujuan untuk kepentingan
masyarakat maritim adalah untuk membantu
mengatasi kesulitan masyarakat maritim (pesisir).
Tujuan untuk kepentingan TNI AL adalah tercapainya
tugas pokok TNI AL. Sedangkan sasaran yang
ingin dicapai dari penyelenggaraan Binpotmar yaitu:
terwujudnya Ruang Juang yang tangguh berupa
wilayah pertahanan laut yang siap sebagai mandala
perang atau mandala operasi dan mendukung
bagi kepentingan operasi laut. Terwujudnya alat
juang yang tangguh berupa tersedianya komponen
cadangan dan komponen pendukung yang
sudah terorganisir secara nyata dengan segenap

perangkatnya yang dapat dimobilisasi sebagai


kekuatan pengganda TNI AL untuk memenangkan
pertempuran di laut. Terwujudnya Kondisi Juang
yang tangguh berupa kondisi dinamis masyarakat
khususnya masyarakat maritim dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang
tercermin dalam sikap dan perilaku yang dijiwai
oleh kecintaan terhadap NKRI yang berdasarkan
Pancasila, dan UUD 1945, bertanggung jawab dan
rela berkorban dalam pengabdian kepada negara
dan bangsa. Dan terwujudnya kemanunggalangan
TNI AL dan rakyat berupa ikatan yang kokoh dalam
satu kesatuan baik fisik maupun non fisik.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut
maka penyelenggaraan Binpotmar harus dilakukan
secara terencana, terarah dan berkesinambungan
dengan subjek pelaksanaan Binpotmar terdiri dari
Satuan Komando Kewilayahan (Satkowil) TNI AL
yang meliputi Koarmabar/Tim, Lantamal, Lanal
dan Posal, Satuan non Kowil meliputi Lembaga
pendidikan TNI AL, Balakpus TNI AL, UPT Mabesal,
dan prajurit TNI AL secara perorangan. Dengan
metode penyelenggaraan Binpotmar yaitu; metode
Komunikasi Sosial (Komsos), metode Bhakti TNI
AL dan metode Pembinaan Perlawanan Wilayah
Maritim(Binwanwilmar).
a. Komunikasi Sosial (Komsos); merupakan
kegiatan penyampaian pikiran dan pandangan
TNI AL tentang perlunya pengembangan kekuatan
Armada TNI Angkatan Laut, perlunya keterlibatan
kekuatan pendukung dalam pelaksanaan tugas
TNI AL, menumbuhkan kesadaran bela negara
dan upaya pemberdayaan wilayah pertahanan
laut meliputi wilayah pertahanan dan kekuatan
pendukungnya serta membangun, memelihara, dan
memantapkan kemanunggalan TNI AL dan Rakyat.
Untuk melaksanakan tugas tersebut maka diperlukan
Komsos yang dilakukan sesuai dengan kepentingan
seperti dengan Pemerintah Daerah yang berkaitan
dengan RUTR Wilhan, dengan instansi terkait
yang berkaitan dengan pendataan potensi SDA/B
dan sarana prasarana maritim (Injasmar) serta
dengan berbagai elemen masyarakat yang pada
muaranya adalah untuk mewujudkan potensi
Geografi menjadi kekuatan pertahanan dalam
bentuk Ruang Juang yang tangguh sehingga
dapat diandalkan sebagai mandala operasi yang
dapat mendukung pelaksanaan operasi pertahanan
laut dan ketersediaan logistik wilayah yang cukup

untuk mendukung operasi pertahanan laut secara


berlanjut.
b. Bhakti TNI AL; merupakan pekerjaan dan
kegiatan yang diselenggarakan oleh TNI AL dalam
membantu penyelenggaraan kegiatan bantuan
kemanusiaan untuk menangani masalah-masalah
sosial atas permintaan instansi terkait dan atau
inisiatif sendiri dan terkoordinasi serta berbagai hal
yang terkait dengan penyiapan wilayah pertahanan
di laut dan kekuatan pendukungnya yang
dilaksanakan baik secara mandiri maupun bersamasama dengan instansi terkait dan komponen
masyarakat lainnya. Metode ini merupakan metode
paling efektif untuk dilakukan oleh Satkowil TNI AL
dalam penyelenggaraan Binpotmar di lapangan,
khususnya dalam mengelola dan menyiapkan
potensi demografi (SDM) menjadi kekuatan
pertahanan berupa alat juang, kondisi juang dan
kKemanunggalan TNI AL dan rakyat.
c. Binwanwilmar; merupakan kegiatan yang
diselenggarakan oleh TNI AL dalam rangka untuk
mewujudkan kekuatan pertahanan laut, baik yang
menyangkut wilayah pertahanan maritim maupun
kekuatan pendukung yang memiliki ketahanan dalam
semua aspek kehidupan dan memiliki kemampuan
dan keterampilan serta upaya bela negara, untuk
menangkal setiap ancaman dan gangguan yang
membahayakan kedaulatan dan keutuhan wilayah
NKRI yang dilaksanakan sesuai kewenangan dan
peraturan perundang-undangan.
Dari uraian tersebut disimpulkan bahwa hasil dari
penyelenggaraan Binpotmar adalah terwujudnya
RAK juang yang tangguh dan kemanunggalan
TNI AL dan rakyat sehingga dapat mendukung
pelaksanaan tugas pokok TNI AL.
Harus disadari bahwa dalam mempertahankan
NKRI dari segala bentuk ancaman harus
dilakukan secara mandiri, karenanya menjadi hak
dan kewajiban seluruh rakyat Indonesia untuk
mempertahankan NKRI. TNI tidak dapat berjuang
sendiri, harus mendapatkan bantuan dan dukungan
dari rakyat, karena bersama rakyat TNI jadi
kuat, oleh karena itu TNI AL perlu meningkatkan
kemampuan dalam penyelenggaraan Pembinaan
Potensi Maritim sebagai upaya Pemberdayaan
Wilayah Pertahanan Laut, guna mewujudkan RAK
juang yang tangguh dan kemanunggalan TNI AL
dan rakyat dalam rangka mendukung tugas pokok
TNI AL. Kolonel Laut (P) Syahbudi, S.E., M.AP.

TEKNOLOGI

Multicopter dengan 6 baling-baling

62

UAV SEDERHANA
DI SEKITAR KITA

UAV (Unmanned Aerial Vehicle) adalah wahana


udara bertenaga mesin yang tidak membawa
suatu operator manusia, menggunakan kekuatan
aerodinamika untuk menyediakan pengangkut
sebagai wahana, dapat terbang secara otonomi atau
dikendalikan dari jarak jauh, dapat diperbaiki atau
dimusnahkan dan dapat membawa suatu payload
yang bersifat lethal atau non lethal.
UAV merupakan suatu bentuk teknologi yang
mempunyai karakteristik khusus dan cocok untuk
berbagai macam medan penugasan. Karena tidak
berawak, maka UAV cocok untuk misi yang bersifat
3 D (Dirty, Dull, Dangerous) yang artinya misi yang
bersifat kotor, membosankan dan membahayakan.
UAV mampu melaksanakan misi-misi tradisional
seperti intelijen, pengawasan, pengintaian dan
penentuan posisi sasaran dengan hasil yang lebih
efektif dan efisien. Dalam perkembangannya
peran maupun fungsi UAV dapat diperluas sebagai
wahana untuk serangan udara hingga fungsi sebagai
pengganti satelit komunikasi.
Karena konstruksi yang tidak serumit
pesawat berawak memungkinkan banyak negara
mampu menguasai teknologi dan memproduksi UAV.
Bahkan di Indonesia sudah mampu memproduksi
sendiri UAV, baik oleh badan pemerintah maupun

swasta. Bahkan penghobi perorangan sudah


banyak yang merakit sendiri UAV sederhana
sebagai pengembangan dari hobi aeromodelling.
UAV rakitan perorangan tersebut digunakan
sekedar untuk kesenangan, namun ada pula
yang sudah menggunakannya secara profesional,
untuk membantu awak media terutama televisi
untuk peliputan dari udara, atau perusahaan yang
membutuhkan survei medan dari udara.
Secara garis besar UAV terbagi dua bagian yaitu
pesawat dan payload. Pesawat sebagai wahana
angkut, sedangkan payload adalah peralatan
untuk melaksanakan misi. Pesawat untuk UAV
yang digunakan sebagai wahana angkut biasanya
terdiri dari 2 jenis, fix wing dan rotari wing, masingmasing dengan kelebihan dan kelemahannya.
Untuk rotari wing sudah berkembang lebih pesat
berupa multicopter, yaitu helikopter yang balingbalingnya terdiri dari tiga atau lebih. Payload pada
UAV sederhana pada umumnya menggunakan
kamera, namun pada UAV yang lebih serius bisa
juga menggunakan berbagai macam sensor untuk
pendeteksi.
Pesawat UAV sendiri terdiri dari tiga bagian
yaitu; badan pesawat, tenaga penggerak dan sistem
kendali pesawat. Badan pesawat pada fix wing

pada umumnya berupa glider, karena dibutuhkan


kemampuan terbang yang relatif lama, tidak terlalu
cepat dan terbangnya stabil. Tenaga penggerak bisa
menggunakan antara lain; elektrik (menggunakan
baterai dan motor listrik), mesin bakar (menggunakan
bahan bakar metanol maupun gasolin), bahkan
mesin mikro jet. Sistem kendali pada umumnya
menggunakan radio control, tapi untuk misi jarak
jauh digunakan juga auto pilot, di mana pesawat
terbang tanpa kendali dari darat tapi mengikuti
check point yang sudah diprogram. Untuk sistem
kendali bisa ditambah dengan peralatan stabiliser
untuk bisa terbang stabil dan peralatan return to
home, di mana pesawat saat kehilangan kontak
dengan kendalinya atau mengalami masalah, secara
otomatis akan kembali ke titik pemberangkatan.
Payload terdiri dari peralatan pengintaian dan
sistem data link. Peralatan pengintai bisa berupa
kamera, maupun peralatan sensor untuk pendeteksi
sesuai kebutuhan. Sistem data link adalah sistem

pengendalian peralatan pengintai dan pengiriman


data hasil pengintaian ke basis. Pada pesawat
UAV tertentu tidak menggunakan sistem data link,
sehingga hasil pengintaian hanya bisa dibuka saat
pesawat sudah kembali ke basis.
Teknologi UAV terkesan rumit, tapi pada
kenyataannya tidaklah seperti itu. Di komunitas
aeromodelling
sudah
sangat
berkembang
penggunaan UAV sederhana berupa pesawat
model yang dipasangi kamera untuk memotret dari
udara. Bahkan sudah banyak pula yang dilengkapi
peralatan canggih berupa stabiliser maupun auto
pilot. Kamera juga tidak harus kamera khusus, tapi
kebanyakan menggunakan kamera saku, bahkan
juga kamera handphone.
Beberapa foto hasil pengintaian dengan
menggunakan pesawat model sederhana yang
dipasangi kamera saku, dengan mode video dirubah
menjadi foto. Letkol Mar CTO. Sinaga

Lapangan Apel Kodikmar Gunungsari dari ketinggian +150


meter.

Lapangan Doper Karang Tekok dari ketinggian 200 meter.

Peralatan kendali dan monitor misi.

Pesawat glider sederhana dengan mounting kamera kecil.

Cakrawala Edisi 417 Tahun 2013

63

OPINI

64

AKU MIMPI JADI POLITISI

ntah kenapa, suatu ketika dalam tidur saya


bermimpi menjadi seorang politisi. Sesuatu
yang selama ini tidak pernah saya impikan.
Saya ingin hidup ini tidak terkotak, berkawan
dengan siapa saja, berpikir bebas seperti burung
camar. Ada di mana-mana, tapi tidak ke manamana.
Jadi politisi saat ini serba repot. Jadi sorotan
orang kayak selebriti, maju kena, mundur pun
kena. Setiap hari selalu ada konstituen yang
minta sumbangan, menyodorkan proposal. Partai
yang tidak memungut iuran dari anggota butuh
dana yang tidak sedikit untuk biaya politik. Belum
lagi ketika musim kampanye tiba, dana yang
dibutuhkan pasti semakin membengkak. Padahal,

rezeki yang ada hanya cukup untuk hidup seharihari dan ongkos sekolah sang anak.
Tapi ya itu tadi. Kalau boleh memilih, lebih baik
mimpi jadi artis, wartawan, jaksa, atau pengacara.
Dan yang lebih aneh lagi, mengapa tiba-tiba
dalam mimpi itu saya merasa bangga jadi seorang
politisi? Mungkin karena dihormati orang di sanasini. Omonganku setiap kalimat didengar orang,
dimuat koran, majalah dan televisi. Yang paling
membuat hatiku berbunga-bunga adalah merasa
dapat berperan menentukan merah-hijaunya
bangsa, nasib masyarakat, dan martabat negara.
Menyadari posisi strategis tersebut, dalam
mimpi saya langsung masuk kamar, mengunci
pintu, dan membuka laptop. Saya menulis sebuah
konsep. Siapa tahu ada wartawan bertanya,
biar siap untuk menjawab. Atau diminta jadi
anggota Pansus ini, atau Panja itu di DPR, sudah
mengantongi konsep yang memadai.
Saya mulai menggali, bagaimana sikap yang
harus dimiliki sebagai politisi? Apa masukan yang
harus kuberikan kepada partai, dan tentunya kepada
parlemen? Saran kabinet yang bagaimana, yang
harus kuperjuangkan kepada presiden? Hitungan
anggraan apa yang harus diprioritaskan lewat
fraksiku? Saya coba menjawab semua itu satu per
satu, berangkat dari permasalahan dan tantangan
bangsa ini. Berbeda dengan anjuran Peter Senge,
dari MIT, dan temannya Peter F. Ducker, ahli
manajemen dari California, di era perubahan ini
jangan berangkat dari permasalahan, tapi mesti
mulai dari melihat kecenderungan, kata mereka.
Politisi Biru.
Mulailah kutulis warna diri dan sikap politikku.
Walau tak sadar, bahwa aku sedang dalam
dunia mimpi. Cuma saja, waktu kutulis sikap
yang pertama, layar laptopku berubah warna
menjadi biru. Pertama, kupahami bahwa negeriku
sebagian besar terdiri dari laut, belasan ribu pulau,
dengan pantai terpanjang di dunia. Nah, ini tentu
memiliki potensi yang menjanjikan, sekaligus
permasalahan yang sangat rumit. Maka aku harus
menganggap penting penumbuhan wawasan
maritim bagi bangsa, pejabat, dan masyarakat.

Daerah penangkapan udang di Laut Arafuru


yang terkenal sebagai Golden Fishing Ground tentu
menjanjikan lumbung ekonomi yang kaya raya.
Laut Banda yang menjadi lintasan perpindahan
ikan tuna antara Samudra Pasifik dan Samudra
Indonesia, memberikan peluang perikanan laut
dalam yang menguntungkan. Untaian pantai
yang panjang dan iklim tropis yang tak berubah
sepanjang tahun, memberikan kesempatan untuk
membudidayakan mutiara, kerapu, dan rumput
laut yang menggiurkan. Di hamparan pedesaan
pesisir, dioptimalkan budi daya udang, nila,
bandeng dan lain-lain unuk pasar domestik yang
terbukti menangguk keuntungan.
Namun
walau
dalam
mimpi,
realitas
permasalahan tetap menghantuiku. Pada banyak
lokasi, eksploitasi telah mendera daya dukung
potensi perairan yang mulai menipis. Karena
ketidaktahuan, penanganan di kapal, pelabuhan,
dan pasar, banyak yang masih jauh dari kaidah
bersih dan sehat. Karena harga es di negeri yang
panas ini masih dianggap mewah, maka rantai
dingin sungguh sulit untuk diwujudkan.
Memandang potensi dan permasalahan seperti
itu, dalam mimpiku seakan aku menafsirkan
arti revitalisasi perikanan sebagai hal yang
berbeda dengan yang selama ini kudengar di
alam sadar. Dalam mimpi seakan aku ingin untuk
menghidupkan kembali perikanan, semua pihak
harus memfokuskan upaya pada pengendalian
penangkapan ikan, agar perairan kita tidak
babak belur dan makin gersang oleh kelebihan
tangkap. Budi daya mesti dikembangkan secara
cerdas dan cermat, segenap lekuk pesisir dapat
termanfaatkan tanpa kebablasan yang akan
membebani daya dukung lingkungan. Secara
serius dilakukan pemaksaan, dibarengi pembinaan
dan pendampingan untuk meningkatkan mutu
penanganan dan pengolahan hasil perikanan.
Padahal, yang selama ini aku dengar dan baca,
revitalisasi perikanan adalah pengembangan
industri tuna. Pengembangan rumput laut yang
pasar globalnya sering tampak sumpek. Serta
pengembangan udang, yang secara teoritis
memberikan banyak harapan.
Politisi Merah Putih.
Pada saat saya mencoba menulis sikap yang
kedua, dalam mimpiku seakan layar laptopku
berubah menjadi merah dengan huruf berwana
putih. Sikap yang kedua ini berangkat dari realitas

bahwa bangsa ini terdiri dari berbagai unsur yang


beragam. Aneka suku, adat, budaya, agama,
politik dan sebagainya. Sikap yang diperlukan
ialah memandang semua perbedaan menjadi
karunia Tuhan yang harus disyukuri. Toleransi
ditumbuhkan, kebersamaan sang Garuda:
Bhinneka Tunggal Ika. Dalam teori sosiologi ibarat
Salad Bowl, yang memadukan berbagai unsur
menjadi indah, dengan tetap memiliki jati diri
masing-masing. Tidak menciptakan Melting Pot,
yang melebur menjadi satu entitas baru, dengan
menghilangkan wujud asli masing-masing.
Ketiga, terlintas dalam panggung kompetisi
antar bangsa. Di samping kebersamaan harus
dijalin, Indonesia Incorporated harus diwujudkan.
Pemerintah, masyarakat dan pengusaha harus
menjalin kepercayaan, tidak boleh basa-basi,
apalagi saling buruk sangka. Yang perlu dihadapi
bersama, tiada lain adalah persaingan antar
bangsa dan infeksi kemiskinan.
Keempat adalah memahami bahwa penduduk
bangsa kita masih banyak yang berada dalam
kesulitan ekonomi dan keterbelakangan sosial.
Politisi dan para pejabat harus mengubah sikap.
Keberpihakan harus ada, keikhlasan kerja
mestilah nyata. Para tokoh tak boleh hanya di atas
panggung sandiwara, para birokrat tak layak hanya
di belakang meja. Masyarakat diajak berbincang,
upaya dimusyawarahkan, kebesaran hati harus
dibuka untuk mendapatkan solusi bersama.
Politisi Hijau.
Saya dibuat kaget. Waktu menulis sikap yang
kelima, mendadak layar laptopku berubah warna
menjadi hijau. Siapa pun tak ragu, sebagai untaian
zamrud di khatulistiwa, alam negeriku berlimpah
ragam, beraneka hewan dan tumbuhan. Subur
tersebar mengungguli negeri lain. Berkah Tuhan
ini harus disikapi melestarikannya. Pemanfaatan
untuk kesejahteraan, tidak boleh sekaligus
memusnahkannya. Keserakahan diri harus
diperangi untuk memberi kehidupan di masa
depan.
Yang keenam, aku pahami negeri ini dibelit
penyakit korupsi. Keserakahan memiskinan anak
negeri, ketidakpastian menjadi penolak investasi.
Sikap jelas politisi tiada lain, korupsi harus
dihabisi. Lantaran penyakit sangatlah kronis, tak
mungkin hanya digarap pada aspek yuridis saja.
Bisa jadi malah orang yang lugu, yang tak mahir
bermain korupsi, yang terpilih masuk jeruji besi.
Cakrawala Edisi 417 Tahun 2013

65

OPINI

66
Apabila tatanan birokrasi tidak mampu menjawab
kebutuhan realitas manajemen, maka terpaksalah
berlaku langkah-langkah pelanggaran formalitas
hukum. Jalan kreatif ditempuh, asal tidak
melanggar pagar-pagar moralitas.
Oleh karenanya, di samping penegakan hukum
dijalankan, sistem birokrasi harus dibenahi, upaya
sosial, politik dan budaya mesti ditata. Tebang
pilih boleh-boleh saja, tapi dalam arti pohon yang
besar menggunakan mesin gergaji, semak belukar
memakai parang. Adapun rumput liarnya cukup
memakai sabit. Jangan pohon yang besar dan
angker itu tidak disentuh, atau malah diberi sesaji.

Mimpi Khalil Gibran.


Masya
Allah,
tiba-tiba
azan
subuh
membangunkanku. Padahal, masih banyak
coretan belum terungkapnya. Saya langsung turun
dari tempat tidurku, mengambil wudhu, shalat dua
rakaat dan berzikir.
Fajar masih menyingsing, aku kembali ke laptop,
membuka file kutipan sajak Khalil Gibran tenang
mimpi, dalam puisinya berjudul Segenggam Pasir
Pantai:

mereka menceritakan padaku


jika kamu melihat seorang budak tidur
jangan membangunkannya
karena ia sedang memimpikan kebebasan
kukatakan kepada mereka
jika kamu melihat seorang budak tidur
bangunkanlah dia
dan jelaskan padanya tentang arti kebebasan
Adapun dalam puisinya berjudul Perbatasan Baru penyair Lebanon ini menulis tentang politisi:

mendekatlah, dan perlihatkan


apa dan siapa kamu sebenarnya
apakah kamu seorang politisi yang bertanya
apa yang negara bisa berikan padamu
atau seorang aktivis yang tekun, yang menanyakan
apa yang bisa kamu berikan pada negerimu.
oleh : Soenan Hadi Poernomo

INFO

68
PANTAI MONANO KWANDANG
MENJADI SAKSI PUNCAK KEGIATAN
PELANTARA III/2013
Dispotmar selaku Badan Pelaksana Pusat TNI Angkatan Laut memiliki tugas pokok
untuk menyelenggarakan pembinaan kemampuan dan kekuatan sumber daya
nasional bidang maritim, diantaranya dengan melaksanakan kegiatan pembinaan
kepanduan/pramuka yang bertujuan untuk menumbuhkan tunas generasi muda
bangsa yang berkarakter sebagai bangsa bahari, guna mengisi kemerdekaan dan
membangun bangsa yang besar dan bermartabat.

elalui kegiatan Pelayaran Lingkar Nusantara


III (Pelantara III/2013) yang baru saja
dilaksanakan dapat dijadikan sebagai wadah
dan sarana bagi generasi muda untuk mengisi dengan
berbagai kegiatan-kegiatan yang sangat bermanfaat,
produktif dan inovatif guna menyiapkan generasi
muda yang cinta tanah air dan cinta bahari.
Kegiatan Pelantara III tahun 2013 diikuti 1.427
orang peserta dari 24 Kwarda se-Indonesia dalam
rangka memeriahkan Festival Derawan pada
rangkaian kegiatan Sail Komodo 2013 diawali dengan
upacara pemberangkatan Satuan Tugas Sail Komodo
2013 di dermaga JICT II Tanjung Priok Jakarta pada
tanggal 28 Agustus 2013 oleh Menkokesra RI Bapak
Agung Laksono dengan menyinggahi beberapa kota
dan pelabuhan di Indonesia diantaranya: Surabaya,
Jakarta, Makasar, Tanjung Batu Berau, Kwandang
Gorontalo dan kembali ke Jakarta pada tanggal 18
September 2013 di dermaga Kolinlamil Tanjung Priok
Jakarta dengan menggunakan Kapal Perang Republik
Indonesia jenis LPD ( KRI SBY-591) telah terlaksana
dengan aman dan sukses.
Embrionya kegiatan Pelantara itu sendiri adalah
dimulai dari kegiatan Perti Saka Nasional tahun 2009
di Pulau Nipah dan Batam Kepulauan Riau kemudian
dilanjutkan pada tahun 2011 dengan melaksanakan
Perkemahan Saka Bahari di Pulau Sebatik Kalimantan
Timur yang dikenal dengan Pelantara I kemudian
berlanjut tahun 2012 dengan Pelantara II di Mataram,
sedangkan Pelantara III 2013 itu sendiri melaksanakan
kegiatan berkemah di Tanjung Batu Berau selama
tiga hari dari tanggal 5 s.d. 7 September 2013 dan di
Kwandang Gorontalo selama empat hari dari tanggal
8 s.d. 11 September 2013 yang merupakan sebagai
wahana dalam menanamkan motivasi yang kuat untuk
membangun suatu generasi muda yang berkarakter.

Kegiatan ini cukup mengundang decak kagum


para peserta yang mengikutinya dengan mengunjungi
daerah-daerah wisata budaya dan sejarah di tempat
dimana KRI merapat dan berlabuh tentunya dalam
angan-angan dari peserta belum tentu bisa sampai
ke tempat atau daerah yang disinggahi itu tetapi
hanya dengan kegiatan Pelantara inilah peserta dapat
mewujudkannya. Bukan hanya dengan kegiatan
berekreasi dan berwisata saja tetapi para peserta
juga disuguhi dengan kegiatan pembekalan mental
dan kedisiplinan seperti PBB, kehidupan disiplin di
KRI selama pelayaran, pembekalan kebaharian, Bela
Negara dari berbagai pejabat Kementerian terkait
seperti Kemhan, KKP, ESDM, BUMN, Kwarnas,
Kwarda dan Pemerintah Daerah setempat serta
kegiatan
keterampilan-keterampilan
kebaharian
seperti pentas seni dan budaya, pionering, melukis
di pasir, membuat tenda terapung, semafor, pluit
sebagai ciri khas bahari, uji TKK, ada juga kegiatan
bersih-bersih pantai dan penanaman pohon, bakti
sosial, serta mandi khatulistiwa, sehingga kegiatan
Pelantara III tahun 2013 ini sangat dikenal dengan
kegiatan Festival Keterampilan Bahari. Dan yang tidak
kalah pentingnya lagi adalah berkibarnya bendera
merah putih 1000 m di bumi perkemahan pantai
Monano Kwandang Gorontalo pada ketinggia 100
m oleh peserta Pramuka, inilah yang membedakan
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada Pelantara
III dengan kegaitan-kegiatan yang dilaksanakan pada
Pelantara I dan II sebelumnya.
Pengibaran bendera merah putih 1000 m yang
digagas oleh Laksamana Pertama TNI Kingkin
Suroso, S.E. Kadispotmar selaku Kapinsaka Bahari
Tk. Nasional yang diawali dari pengangkatan bendera
merah putih 1000 m dari dasar laut di Situbondo Jawa
Timur, pengibaran Bendera merah putih 1000 m di

Pulau Sebatik pada Pelantara I dan pada Sail Morotai


tahun 2012 yang mana pengibarannya belum berhasil,
tiga tahun menunggu dalam penantian maka pada
Pelantara III tahun 2013 baru dapat terwujud bendera
merah putih 1000 m berkibar dengan sempurna di
pantai Monano Kwandang Gorontalo.
Selaku
Komandan
Satuan
Tugas
telah
mengantarkan kegiatan Pelantara III tahun 2013 ini
dengan Happy Ending, tinggal kenangan manis dan
pengalaman yang sangat berharga bagi seluruh
peserta dan kalangan yang terlibat guna membuka
mata semua orang tetapi kegiatan ini semua adalah
sebagai implementasi dari Deklarasi Djuanda pada
tanggal 13 Desember 1957 dan hasil perjuangan
anak bangsa pada konferensi hukum laut internasional
UNCLOS tahun 1982 di mana NKRI diakui oleh dunia
Internasional sebagai negara kepulauan (archipelago
state). Inilah yang menjadi dasar dan pedoman bagi
kita dalam membangun generasi muda bangsa yang
berkarakter untuk dapat berkumpul dan bersilahturahmi
serta melihat saudara-saudara kita dari berbagai adat
suku dan budaya disepanjang pesisir pantai yang kita
singgahi sehingga diharapkabuah negara kepulauan.
Komandan Satgas pelantara III/2013 dalam
membawa peserta dari berbagai daerah di Indonesia
untuk mengikuti kegiatan pelayaran bersama KRI dan
berkemah tersebut bertujuan untuk:
1. Menumbuhkan tunas generasi muda bangsa agar
menjadi generasi yang lebih baik dan bertanggung
jawab di masa depan serta mampu mengisi
kemerdekaan dan membangun bangsa menjadi lebih
baik.
2. Memberikan pemahaman tentang potensi kekayaan
kelautan sebagai sumber daya alam yang melimpah,
seperti kekayaan mineral, kekayaan hewani dan
nabati yang terdapat dilaut yang merupakan sumber
nutrisi dan gizi yang lebih menjanjikan di masa depan.
3. Sebagai wadah kepramukaan yang berorientasi
kebaharian yang selanjutnya diarahkan kepada
pembentukan komponen cadangan yang sangat
berpotensi dalam mendukung sistem pertahanan
negara di laut.
4. Sebagai implementasi pembinaan kader generasi
muda bangsa yang berkarakter dalam menjaga dan
membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia
sehingga diiharapkan melalui kegiatan Pelantara III
ahun 2013 ini para peserta memiliki wawasan dan
informasi serta ilmu pengetahuan yang bermanfaat
bagi pengembangan potensi diri untuk mengabdikan
diri kepada nusa dan bangsa dengan sasaran dari
kegiatan ini adalah:
a. Tertanamnya rasa cinta tanah air dan cinta
Bahari.

b. Terbentuknya sikap dan cara berpikir dalam


kerangka kebhinekaan NKRI sebagai negara
kepulauan serta tertanamnya rasa kesadaran bela
negara.
c. Memberikan pengalaman dan pemahaman
tentang kehidupan TNI Angkatan Laut, wawasan
maritim dan hukum laut nasional dan internasional
serta perbatasan laut NKRI.
d. Terbangunnya karakter generasi muda saka
bahari untuk menjamin keutuhan NKRI, yang
diaplikasikan dalam bentuk
yel-yel....,NKRI...!,
harga mati .....!
e.
Terbentuknya
kedisiplinan
dan
saling
menghormati antar peserta serta terjalinnya rasa
kebersamaan dan persaudaraan yang berasal dari
berbagai daerah dengan budaya yang berbeda,
bahasa dan adat istiadat serta kebiasaan, sehingga
setelah mengalami suka dan duka bersama dalam
satu kegiatan pelayaran dan perkemahan telah
menumbuhkan rasa persatuan, kebersamaan dan
persaudaraan serta kesetiakawanan yang tinggi.
f. Bakti sosial telah mengajarkan kepada
peserta tentang sikap saling membantu dan hidup
bergotong royong serta kepedulian kepada sesama
bahwa kita bangsa Indonesia adalah bersaudara
hal ini diwujudkan dalam bentuk renovasi 3 buah
mushollah, pembangunan MCK, dan fasilitas umum
lainnya, menyerahkan beberapa bantuan dari ibuibu SIKIB kepada masyarakat dan sekolah-sekolah
guna membangun citra positif bagi TNI Angkatan
Laut di tengah-tengah masyarakat.
g. Kegiatan penanaman pohon mangrove yang
dilaksanakan telah membangkitkan semangat
kepedulian kepada lingkungan oleh peserta
Pelantara III/2103.
Walaupun kegiatan Pelantara III/2013 telah
terlaksana dengan aman dan lancar tetapi kita sadari
sebagai manusia tentu masih ada kekurangan dan
hambatannya di sana-sini namun berdasarkan
pengalaman dan kebersamaan disemua pihak dapat
diselesaikan dan dicarikan jalan keluarnya diantaranya
adalah:
1. Kegiatan Pelantara III/2013 sesuai dengan judulnya
Festival keterampilan bahari cenderung menampilkan
ego sektoral atau kedaerahan sehingga sosialisasi
dan kebersamaannya kurang begitu dirasakan hal ini
disebabkan karena kegiatan Pelantara III/2013 lebih
cenderung mengedepankan aktivitas keterampilan
dan lomba kebaharian/kompetisi sehingga peserta
disibukan dengan menyiapkan kekompakan tim/
kontingennya masing-masing mengakibatkan waktu
dan jadwal kegiatan untuk kebersamaan boleh
dikatakan kurang.
Cakrawala Edisi 417 Tahun 2013

69

INFO

70
2. Kurang maksimalnya koordinasi dan kerja sama
antara panitia pusat dan daerah termasuk dengan
Kwarda/Kwarcab hal terlihat pada saat pelaksanaan
kegiatan di lapangan masih ditemukan kendalakendala yang membuat rencana kegiatan mengalami
perubahan seperti halnya transportasi, sarana
prasarana dan perlengkapan di bumi perkemahan,
hal ini dapat diatasi oleh tim dilapangan seperti:
a. Melaksanakan pendekatan dan pembinaan
secara terus menerus dengan mengisi kegiatankegiatan atau dinamika kelompok yang bersifat
membangun mental dan jiwa kebersamaan selama
mengikuti kegiatan Pelantara III/2013
b. Melaksanakan pendekatan dan koordinasi
secara intens kepada pemerintah daerah terkait
termasuk Kwarda/Kwarcab setempat serta pihak
ketiga agar kegiatan dapat berjalan sesuai dengan
yang diharapkan.
c. Secara terus menerus berkoordinasi dan
memperhatikan serta merevisi tentang rencana
kegiatan yang akan dilaksanakan termasuk pihakpihak pemapar/pemberi materi.
Pelantara III/2013 telah berakhir ada beberapa
hal yang menjadi catatan untuk dapat disimpulkan
dari berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan
diantaranya adalah:
1.
Secara
umum
penyelenggaraan
kegiatan
Pelantara III/2013 telah berjalan dengan aman, lancar
sesuai dengan rencana. Hambatan yang ditemui
dapat diatasi dengan melaksanakan koordinasi dan
penyesuaian dengan jadwal rencana pelaksanaan
kegiatan di lapangan.

2.
Penyelenggaraan
Pelantara
III/2013
telah
memberikan dampak kegiatan yang sangat positif
baik bagi TNI Angkatan Laut maupun para peserta
Pelantara III/2013, kementerian yang terlibat serta
masyarakat, dampak positif itu adalah:
a. Bagi TNI Angkatan Laut, memberikan citra
positif baik di lingkungan peserta Pelantara III/2013
maupun di lingkungan masyarakat di sekitar bumi
perkemahan dan di daerah lokasi kegiatan bakti
sosial.
b. Bagi peserta Pelantara III/2013. Cukup banyak
yang diperoleh dan didapatkan oleh peserta
dalam mengikuti kegiatan Pelantara III/2013 ini
diantaranya adalah:
1) Adanya rasa kesadaran untuk bela negara,
cinta tanah air, cinta bahari dan terbentuknya
karakter untuk mempertahankan NKRI.
2) Meningkatnya rasa kesatuan, persatuan,
kebersamaan dalam perbedaan (kebhinekaan),
dan persaudaraan.
3) Memiliki pengalaman bagaimana kehidupan
ABK di KRI dan memahami kesulitan TNI
Angkatan Laut dalam mengawal dan menjaga
kedaulatan NKRI di laut.
4)
Membangun rasa kepedulian terhadap
kelestarian lingkungan.
5) Membangun sikap mental dan fisik dalam
mengahadapi situasi dan kondisi yang sulit.
6) Terbinanya tingkat kedisiplinan yang tinggi,
serta terpeliharanya rasa kebersamaan antar
sesama peserta.

Untuk
menyukseskan
kegiatan
PelantaraPelantara berikutnya dimasa yang akan datang maka
berdasarkan kegiatan Pelantara I, II dan III ini maka
perlu disiapkan beberapa hal seperti:
1. Mengingat kegiatan Pelayaran Lingkar Nusantara
(Pelantara III/2013) ini sangat banyak manfaatnya baik
bagi TNI Angkatan Laut khususnya Dispotmar sesuai
dengan tugas pokoknya dalam rangka menyiapkan
komponen pendukung pertahanan di laut, mohon
penyelenggaraan kegiatan Pelantara ini dijadikan
sebagai agenda tetap tahunan TNI Angkatan Laut.
2. Penyelenggaraan Pelantara yang akan datang
diharapkan adanya tingkat koordinasi yang ketat
dan rutin sebelum kegiatan dilaksanakan mulai dari
pusat sampai dengan daerah oleh masing-masing
kementerian dan lembaga yang terkait mulai dari
tahap perencanaan sampai dengan pelaksanaan di
lapangan.
3. Mempersiapkan kegiatan Pelantara berikutnya
dengan baik termasuk dengan narasumber/materi
pembekalannya agar disesuaikan dengan tingkat
pendidikan para peserta begitu juga dengan kegiatankegiatan yang dilaksanakan agar tepat sasaran dan

bermanfaat sehingga kegiatan betul-betul dapat


dirasakan oleh peserta.
4. Agar dalam proses perekrutan/registrasi peserta
memiliki beberapa persyaratan terutama surat
keterangan sehat dari dokter dan surat persetujuan
dari orang tua.
5. Dalam penyusunan kegiatan/acara agar para
peserta yang mengikuti kegiatan Pelantara agar dibagi
atas beberapa kelompok di mana masing-masing
kelompok tersebut terdiri dari beberapa kontingen agar
sosialisasi antar peserta mengalir dengan sendirinya.
Demikian sekelumit kegiatan yang dilaksanakan
pada Kegiatan Pelantara III/2013 dalam rangkaian
kegiatan Sail Komodo tahun 2013 dalam rangka
memeriahkan Festival Derawan 2013, semoga
dapat memberikan wawasan dan pengetahuan para
pembaca, kami menyadari dalam penulisan masih
banyak kekurangannya untuk itu kami mohon dapatnya
saran dan masukan yang bersifat membangun demi
kesempurnaan tulisan ini dalam rangka meneruskan
pembangunan generasi muda yang berkarakter.
Kolonel Laut (P) Drs. Barkah Suheryanto, M.Si. (Han)

INFO

72
Kesalahan umum pengucapan
kata dalam Bahasa Inggris
Indonesia adalah suatu negara yang dalam segala
aspek kegiatan dan komunikasi, sebagian besar
masyarakatnya masih lebih suka menggunakan
bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia, daripada
bahasa Inggris. Sedangkan di beberapa negara yang
sedang berkembang lainnya sudah menggunakan
bahasa Inggris sebagai alat komunikasi baik dalam
ruang lingkup formal maupun dalam kegiatan seharihari. Oleh sebab itu kesalahan pronunciation, yaitu
kesalahan mengucapkan kata-kata dalam bahasa
Inggris merupakan kesalahan umum yang sering terjadi,
khususnya kata-kata yang menjadi tantangan buat
orang Indonesia untuk mengucapkannya, seperti katakata: determine, examine, analysis, dan designated.
Mereka lebih suka mengucapkan determine dengan
artikulasi [ditrmain], sedangkan pengucapan kata
determine yang benar berdasarkan Merriam-Webster
Online Dictionary adalah [ditrmn]. Demikian pula
dengan kata examine yang diartikulasikan [egzmain].
Pronunciation yang benar untuk kata tersebut adalah
[egzmn]. Selanjutnya kata analysis diucapkan
dengan [nlaisis], sedangkan pengucapan yang
benar untuk kata tersebut adalah [nlss], dan
designated diucapkan dengan [dezaintid] dan bukan
[dezigneitid]. Fenomena ini merupakan masalah umum
bagi orang Indonesia dalam mengucapkan kata-kata
dalam bahasa Inggris.
Banyak peneliti linguistik yang telah melakukan
penelitian terhadap kemampuan seseorang untuk
menguasai bahasa Inggris dan beberapa faktor yang
memengaruhi kemampuan orang tersebut untuk
menguasai bahasa Inggris. Beberapa diantaranya
adalah Stephen Krashen (1978), Scovel (1988), dan
Theo Bongaerts, et al. (1995). Peneliti-peneliti tersebut
meneliti second language learning (pembelajaran
bahasa asing) dan second language acquisition
(penguasaan bahasa asing) dalam beberapa
aspek yang meliputi linguistics, sociolinguistics,
dan psycholinguistics. Menurut Krashen (1978),
learning dan acquisition adalah merupakan proses
pembelajaran yang berbeda. Learning adalah suatu
proses pembelajaran di mana individu mempelajari
bahasa Inggris di dalam kelas dengan seorang guru
sebagai fasilitator. Misalnya murid-murid di Indonesia
belajar bahasa Inggris di dalam kelas. Sedangkan
acquisition adalah suatu proses pembelajaran dimana
individu mempelajari bahasa Inggris secara langsung
di lingkungan yang masyarakatnya menggunakan
bahasa asing tersebut. Hasil yang diperoleh dari proses

pembelajaran tersebut tentu saja sangat berbeda.


Individu yang tinggal di english speaking environment,
tidak hanya mempelajari bahasa asingnya tetapi juga
dapat mempelajari budaya negara tersebut, sehingga
proses menguasai bahasa asing tersebut dapat lebih
cepat. Dalam kondisi yang berbeda, individu yang
mempelajari bahasa Inggris di dalam kelas pada
umumnya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
dapat menguasai bahasa Inggris dengan baik.
Studi Kasus.
Artikel ini ditulis setelah dilakukan penelitian
terhadap lima belas mahasiswa yang mempelajari
dan menguasai bahasa Inggris secara learning,
yaitu dengan memperoleh materi bahasa Inggris
di dalam kelas. Lima belas mahasiswa tersebut
mempunyai background yang sama, yaitu mereka
mulai diperkenalkan dan mulai mempelajari bahasa
Inggris ketika duduk di bangku kelas I SD, dan tidak
seorangpun dari mereka yang mempunyai pengalaman
pernah tinggal di luar negeri.
Pada penelitian ini, lima belas mahasiswa tersebut
diberikan treatment yang sama, yaitu mereka membaca
artikel dalam bahasa Inggris. Ketika proses membaca
artikel bahasa Inggris berlangsung, suara mereka
direkam dan selanjutnya dianalisa. Karena fokus dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui kesalahan
umum pengucapan kata dalam bahasa Inggris, maka
yang dianalisa adalah pronunciation atau artikulasi
pengucapan kata-kata tersebut.
Vowel yang sering diartikulasikan salah.
Analisa
data
difokuskan
pada
kesalahan
pengucapan vowel pada kata-kata dalam bahasa Inggris
tersebut. Analisa dilakukan dengan membandingkan
kata-kata yang diucapkan oleh mahasiswa dengan
Merriam-Webster Online Dictionary. Hasil analisa
menunjukkan bahwa kata-kata bahasa Inggris yang
sering diartikulasikan salah oleh lima belas mahasiswa
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kesalahan pronunciation vowe
l [], pada kata-kata: examine, determine, dan analysis
Kata examine seharusnya diucapkan [gzmn],
namun kebanyakan mahsiswa tersebut mengucapkan
kata examine dengan pronunciation
[gzmain].
Kesalahan tersebut kemungkinan karena dalam
bahasa Inggris ada kata mine yang diartikulasikan

[main],
sehingga
mahasiswa
tersebut
juga
mengartikulasikan [main] untuk suku kata kedua dari
kata examine. Demikian pula dengan kata determine
yang seharusnya diartikulasikan [dtmn], diucapkan
dengan pronunciation yang salah, yaitu [dtman].
Kata analysis juga diartikulasikan salah. Analysis
seharusnya diucapkan [nlsis], dan bukan
[nlasis]. Kesalahan pronunciation ini terjadi karena
kemungkinan mereka memperhatikan bahwa huruf y
dalam bahasa Inggris sering diartikulasikan dengan
diftong [a] seperti y pada kata-kata: my, by, lying,
analyze, satisfy, magnify, type, why, cycle. Namun
tidak demikian pada kata analysis.
2. Kesalahan pronunciation vowel : [] , pada kata
opinion.
Kata opinion yang seharusnya diartikulasikan [pnjn]
menjadi [:pnn]. Mereka mengubah vowel [] pada
huruf o pertama dari kata opinion menjadi vowel [:].
Tampaknya kesalahan pronunciation tersebut karena
ada pengaruh mother tongue (bahasa Indonesia).
Dalam bahasa Indonesia huruf o diartikulasikan [:]
seperti pada kata-kata: tokoh, tomat, tongkat, pohon,
and bola.
3. Kesalahan pronunciation vowel [], pada kata :
rather than
Bahasa Indonesia mempunyai vowel: [a], [i], [u],
[e], [], [o], tetapi tidak mempunyai vowel []. Hal ini
mungkin yang membuat orang Indonesia lebih mudah
mengucapkan vowel [] daripada vowel []. Contoh
pada kata rather than, ada kesalahan pronunciation
yang diucapkan oleh mahasiswa tersebut. Mereka
cenderung mengucapkannya dengan [r n],
dan beberapa orang ada yang mengucapkan [rd
dn]. Padahal berdasarkan Merriam-Webster Online
Dictionary, pronunciation yang benar untuk kata rather
than adalah [r n]. Kemungkinan kesalahan
pronunciation tersebut karena ada pengaruh (transfer)
dari L1 (bahasa Indonesia) ke L2 (bahasa Inggris).
4. Kesalahan pronunciation vowel [], pada kata-kata:
result dan month,
Pronunciation yang benar untuk kata result adalah
[rzlt], dan kata month seharusnya diartikulasikan
[mn]. Namun beberapa mahasiswa mengartikulasikan
result dengan salah, yaitu dengan mengubah vowel []
menjadi vowel [u:], maka menjadi [rzu:lt]. Demikian
pula dengan month yang seharusnya [mn] diubah
menjadi [m:n]. Kesalahan pronunciation ini
terjadi kemungkinan karena mahasiswa tersebut
mengucapkan kata-kata dalam bahasa Inggris - result
dan month - sesuai dengan huruf seperti mengucapkan
kata-kata dalam bahasa Indonesia.
5. Kesalahan pronunciation vowel [], pada kata-kata:
book dan good.

bahasa Indonesia tidak mempunyai vowel []. Hal


inilah yang mungkin menyebabkan kesalahan artikulasi
untuk kata-kata: book dan good. Hampir semua
mahasiswa tersebut mengubah vowel [] menjadi [u:]
pada kata book dan good. sehingga kata book yang
seharusnya diartikulasikan [bk] menjadi [bu:k] dan
kata good yang seharusnya diucapkan [gd] menjadi
[gu:d].
6. Kesalahan pronunciation diphthong [o], pada katakata: most dan only.
Kata most seharusnya diucapkan [most], namun
hampir semua mahasiswa tersebut mengartikulasikan
salah menjadi [m:st]. Demikian pula dengan kata
only, yang seharusnya diucapkan [onli] menjadi
salah karena mereka mengucapkan kata tersebut
dengan bunyi yang berbeda, yaitu [:nli]. Hal
tersebut kemungkinan karena bahasa Indonesia tidak
mempunyai diphthong [o], sehingga mereka merasa
kesulitan untuk mengartikulasikan diphthong tersebut
pada kata most dan only.
7. Kesalahan pronunciation diphthong [a], pada
kata: allow
Hampir semua mahasiswa tersebut mengucapkan
allow dengan [lo] padahal pronunciation yang benar
untuk kata allow adalah [la]. Setelah dianalisa,
kemungkinan mereka merasa harus mengucapkan
kata allow sesuai dengan huruf yang terkandung
dalam kata tersebut, sama halnya ketika mengucapkan
kata-kata dalam bahasa Indonesia, sehingga mereka
mengartikulasikan dengan bunyi [o] daripada dengan
bunyi [a]. Alasan berikutnya mengapa ada kesalahan
pronunciation pada kata tersebut kemungkinan karena
mereka tidak memperhatikan bahwa pada umumnya
kata dalam bahasa Inggris yang mengandung vowel [o]
and consonan [w] diucapkan dengan [a] , seperti pada
kata-kata berikut ini: cow [ka], down [dan], gown
[gan], how [ha], dan now [na]. Walaupun ada
perkecualian untuk kata low dan row yang diucapkan
dengan [o], sehingga menjadi: low [lo], dan row
[ro].
Pembelajaran yang bagaimanakah yang dapat
diterapkan untuk dapat menguasai pronunciation? Ada
banyak metode yang dapat diterapkan, salah satunya
adalah dengan menggunakan online dictionary,
sehingga kita mendapat persepsi yang benar bagaimana
mengucapkan kata-kata tertentu dalam bahasa Inggris.
Apalagi dengan adanya perkembangan teknologi yang
maju pesat, semakin memberikan kemudahan bagi
individu untuk memperkaya ilmu. Nunung Widijantie
(*Penulis: Pengajar di Akademi Kimia Analisis Bogor
& anggota Jalasenastri Ranting E cabang 4 gabungan
Mabesal)

Cakrawala Edisi 417 Tahun 2013

73

INFO

74

ADMM-Plus CTx TAHUN 2013

Securing Our People, Our Future Together

eningkatan keamanan negara-negara di


dunia setelah Insiden pemboman di World
Trade Centre (WTC) dan bom Bali menjadikan
ruang gerak pelaku aksi terorisme semakin
menyempit. Kondisi tersebut telah mendorong
para pelaku terorisme untuk mencari sasaran
teror yang berada dalam lingkup regional maupun
internasional. Sebagai akibatnya aksi terorisme
saat ini oleh dunia internasional telah dianggap
sebagai musuh bersama yang disebabkan
dampaknya yang menimbulkan bencana bagi
kemanusiaan. Hal ini semakin diperburuk oleh
maraknya transnational crime yang dilakukan oleh
non state actors. Aksi terorisme yang semakin
meningkat tersebut memerlukan kerja sama
berbagai negara dalam menangani aksi teror dan
tidak bisa diselesaikan oleh satu negara.
Untuk menghadapi aksi terorisme tersebut,
beberapa negara di dunia telah merumuskan
paradigma baru di bidang penanggulangan
terorisme
(Counter
Terrorism)
melalui
pencanangan konsep kerja sama antar negara
secara sinergis guna menghadapi kemungkinan
munculnya ancaman aksi terorisme yang
mengancam kepentingan nasional. Sidang
ASEAN Defence Ministers Meeting (ADMM-Plus)
pertama yang dilaksanakan di Hanoi Vietnam
pada tahun 2010 yang membahas tentang kerja

sama penanganan terorisme di Kawasan Asia


Pasifik sebagai bentuk kerja sama regional Negara
anggota ADMM-Plus yang terdiri dari sepuluh
negara ASEAN yakni Brunei Darussalam, Filipina,
Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar,
Singapura, Thailand dan Plus delapan negara
yakni Amerika, Australia, China, India, Jepang,
Korea, New Zealand, dan Russia. Pada saat itu
dibentuk 5 (lima) area kerja sama Experts Working
Group (EWG) dalam kerangka ADMM-Plus di
mana Indonesia dan AS sebagai ketua bersama di
bidang Counter Terrorism. Kemudian pada Sidang
Asean Defence Senior Officers Meeting (ADSOMPlus) pada tanggal 26 sampai dengan 30 April
2011 yang berlangsung di Yogyakarta, disahkan
lima area kerja sama praktis pada tingkat Experts
Working Group (EWG). Lima area tersebut antara
lain; EWG on Peace Keeping Operations (PKO)
dengan co-chair Filipina dan Selandia Baru, EWG
on Humanitarian Assistance and Disaster Relief
(HADR) dengan co-chair Vietnam dan China,
EWG on Counter Terrorism (CT) dengan co-chair
Indonesia dan AS, EWG on Military Medicine (MM)
dengan co-chair Singapura dan Jepang serta
EWG on Maritime Security (MS) dengan co-chair
Malaysia dan Australia.
Untuk mematangkan persiapan CTx 2013,
dilaksanakan
beberapa
pertemuan
antara

Indonesia dan AS yaitu; CT EWG kedua pada bulan


April 2012, pada bulan Oktober 2012 dilaksanakan
Pre-Final
Planning
Conference,
Desember
2012 Initial Site Survey, Januari 2013 Planning
Review, Maret 2013 EWG CT ketiga Final Planning
Conference, Mei 2013 Final Planning Review dan
Agustus 2013 Final Site Survey.
ADMM-Plus CTx tahun 2013 merupakan salah
satu bentuk kerja sama yang diambil negaranegara ASEAN dan negara di kawasan Asia
Pasifik lainnya dalam rangka menyusun dan
menumbuhkan kerja sama di antara negaranegara pesertanya guna menghadapi berbagai
kemungkinan serangan teroris yang terjadi.
ADMM-Plus CTx tahun 2013 dilaksanakan sebagai
wadah kerja sama, pertukaran informasi dan
peningkatan kemampuan satuan pasukan khusus
negara-negara yang tergabung didalamnya.
Adanya ancaman teror terhadap sasaran yang
melibatkan kerja sama antar dua negara atau lebih
dalam penanganan aksi teror tersebut sehingga
memerlukan pengetahuan dan penyesuaian
terhadap prosedur operasi, taktik dan teknik serta
interoperabilitas Negara peserta ADMM-Plus CTx
tahun 2013.
Diperlukannya
peningkatan
kemampuan,
taktik dan teknik Satuan Penanggulangan Teror
yang dimiliki dalam menghadapi aksi teror
melalui pertukaran informasi, teknologi dan
interoperabilitas Satuan Penanggulangan Teror
negara peserta ADMM Plus CTx 2013.
Adapun tema latihan yang diusung sesuai
dengan pertemuan pada ASEAN Defence Ministers
Meeting Retreat (ADMM Retreat) ke-6 di Brunei
Darussalam tanggal 29 Agustus 2013 yang dihadiri
oleh seluruh para Menteri Pertahanan yang

tergabung dalam ADMM-plus adalah: Securing


Our People, Our Future Together yang berarti
Mengamankan masyarakat dan masa depan kita
bersama.
TUJUAN LATIHAN.
Konsep umum pelaksanaan latihan dibagi
menjadi 3 (tiga) kegiatan, yang meliputi: Table Top
Exercise (TTX), Practical Exercise (PE) dan Full
Mission Profile (FMP).
Dari kegiatan-kegiatan yang sudah terbagi
tersebut, masing-masing kegiatan memiliki tujuan
latihan yang diharapkan, yaitu:
1. Table Top Exercise (TTX) : Untuk meningkatkan
pengetahuan peserta ADMM-Plus CTx 2013
tentang penanggulangan teror melalui pertukaran
informasi dan wawasan antar negara ADMM-Plus
yang di prioritaskan pada kemampuan CT kawasan
untuk mengembangkan berbagai kesempatan
kerja sama.
2. Practical Exercise (PE) : Untuk menyamakan
persepsi dan Standard Operating Procedure
kemampuan CT negara ADMM-Plus dalam
mendukung proses penegakan hukum atau usaha
lain yang dilakukan oleh institusi pemerintah yang
memiliki kewenangan.
3. Full
Mission
Profile
(FMP):
Sebagai
Implementasi hasil diskusi tentang penyamaan
persepsi dalam penggunaan Standard Operating
Procedure yang sama bagi negara-negara anggota
ADMM-Plus CTx 2013.
SASARAN LATIHAN.
Di samping itu juga, kegiatan latihan ADMMPlus CTx tahun 2013 memiliki sasaran yang ingin
dicapai dari berbagai bidang aspek, yang berupa:

Cakrawala Edisi 417 Tahun 2013

75

INFO

76

Latihan Counter Terorism Exercise (CTx) tahun 2013 ini diharapkan menjadi suatu
langkah awal bagi negara anggota ADMM-Plus untuk dapat mewujudkan kerja sama aktif
dalam menjaga keamanan wilayah asia tenggara, khususnya dari serangan terorisme.
Diharapkan para peserta latihan dapat mengambil manfaat dari pelaksanaan latihan CTx
tahun 2013 ini dan terus mengasah diri agar selalu siap menghadapi tantangan tugas
yang akan semakin berat.
1. Aspek Strategis.
a. Mendapatkan strategi yang tepat dalam
mencegah dan meningkatkan daya tangkal
(deterrent strategy) yang dirancang oleh negaranegara peserta dalam rangka menghadapi
ancaman teroris.
b. Terwujudnya kemampuan negara peserta
ADMM-Plus
dalam
melakukan
tindakan
menangani aksi teroris di wilayah masingmasing negara dan tempat-tempat strategis
yang menjadi kepentingan bersama dari
ancaman teror.
2. Aspek Operasional. Terwujudnya kerja sama
yang erat dalam menangani dan memberantas teror
yang diaplikasikan dalam menghadapi kondisi
nyata di lapangan. Meningkatnya interoperability
(kemampuan operasi bersama) dalam rangka
terwujudnya kesiapsiagaan bersama negara
peserta ADMM-Plus.
3. Aspek Psikologi.
a. Internal. Meningkatkan hubungan kerja
sama antara negara peserta ADMM-Plus
dengan komponen lainnya.
b. Eksternal. Meningkatkan hubungan kerja
sama antara negara peserta ADMM-Plus dan
stakeholder dengan masyarakat setempat.
c. Nasional. Adanya pemahaman masyarakat
yang semakin tinggi terhadap kemampuan
dan kapabilitas Satuan Gultor TNI di dalam
melaksanakan fungsi dan tugas pemberantasan
terorisme global.

4. Aspek Taktik, Teknik dan Prosedur. ADMMPlus beserta stakeholder terkait mampu
mengaplikasikan doktrin taktik, teknik dan
prosedur menangani aksi teroris.
PELAKSANAAN LATIHAN.
Indonesia dalam kerangka ADMM Plus
bekerjasama dengan Amerika Serikat sebagai
negara partner (plus country) akan melaksanakan
Counter Terrorism Exercise (CTx) yang akan
diikuti 10 negara ASEAN dan 8 negara partner
ASEAN di Kawasan Indonesian Peace and
Security Center (IPSC) Sentul, Bogor. Latihan
penanggulangan Terorisme diikuti 18 negara ini
akan dibuka pada tanggal 9 September 2013 oleh
Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko dan ditutup
oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro
pada 13 September 2013.
Latihan Counter Terrorism (CT) tahun 2013
dipimpin langsung oleh Direktur latihan Danjen
Kopassus Mayjen TNI Agus Sutomo dan Wakil
Direktur Latihan Danpasmar-2 Brigjen TNI (Mar)
Buyung Lalana. Latihan ini melibatkan penggunaan
alutsista, antara lain: Helikopter (Bell, Puma, MI17), Kendaraan Khusus, Perahu Karet dan Sea
Rider. Latihan penanggulangan Terorisme ini juga
melibatkan sekitar 100 orang pasukan elit dari
17 negara peserta dan 60 orang pasukan elit TNI
yang berasal dari pasukan Penanggulangan Teror
(Gultor) TNI dari ketiga angkatan, yaitu: Satuan
81/Gultor TNI AD, Denjaka TNI AL dan Den Bravo

TNI AU. Diharapkan ketiga pasukan Gultor TNI ini


dapat mengambil manfaat dari kegiatan latihan
ini dan terus mengasah diri agar selalu siap
menghadapi tantangan tugas yang akan semakin
berat. Dan penyelenggaraan kegiatan CTx tahun
2013 ini didukung oleh personel TNI, Kemhan,
Kemlu dan BNPT.
Adapun materi latihan yang akan dilaksanakan
adalah :
1. Ice Breaker.
a. Menembak Pistol dan Senapan SMG MP-5.
b. Halang Rintang (Obstacle Course).
c. Olahraga bersama.
2. Table Top Exercise (TTX)
a. Analisa penanganan skenario pembajakan
Kapal Tanker LNG.
b. Analisa penanganan skenario ancaman
terorisme terhadap kegiatan skala besar (Major
Events).

c.
Analisa
penanganan
skenario
penyelundupan senjata anti serangan udara
portabel/Man Portable Air Defense System
(MANPADS)
3. Practical Exercise (PE).
a.
Counter-Improvisasi Eksplosive Device
(C-IED).
b.
Vignette-1 Sport Hall/diskusi dan aplikasi.
` c.
Vignette-2 LNG/diskusi dan aplikasi.
4. Full Mission Profile (FMP).

a. Teknik fastroping, rapelling dan jumar.


b. Teknik Basra di Gedung.
c. Teknik infiltrasi secara sporadis dengan
rantis.
d. Teknik pembersihan, evakuasi sandera dan
teroris.
e. Teknik menembak atas bawah penembak
runduk.
f. Teknik deteksi dan evakuasi handak.
g.
Teknik serbuan menggunakan anjing
penyerang.
h. Teknik infiltrasi bawah air.
i. Teknik eksfiltrasi Stabo.
j. Teknik infiltrasi Freefall.
Indonesia berkeyakinan bahwa ke depan
Australia dan Singapura yang akan menjadi cochair CTx, akan lebih meningkatkan lagi dari
apa yang dicapai oleh Indonesia. Dengan latihan
penanggulangan terorisme tersebut, dapat dilihat
dan dievaluasi apa saja yang menjadi kelebihan dan
kekurangan pasukan khusus anti teror Indonesia
dan masing-masing negara saling melengkapi satu
dengan yang lainnya. Dengan kekuatan seperti
sekarang ini, merupakan peringatan kepada teroris
bahwa kita sudah mempunyai kekuatan bersama
dan kekuatan sendiri untuk menangkal terorisme.
Letkol Marinir Nanang Saefulloh

Cakrawala Edisi 417 Tahun 2013

77

PRESTASI

78

Geliat Dara Laut

jang Liga Voli Indonesia (Livoli) 2013


yang digelar di GOR Bhuana Patra
Singaraja, kabupaten Buleleng, Bali
belum lama ini mengantarkan tim putri TNI
AL masuk promosi ke Livoli Divisi Utama.
Menjadi runner up pada laga final berhadapan
tim TNI AU melalui perlawanan sengit dengan
hasil akhir 3-2.
Kiprah tim TNI AL yang dikomandani
Gunarti Indahyani (Ibun) sebagai pengumpan
ini mampu meladeni permainan TNI AU, kejarkejaran poin terjadi pada setiap set. TNI AU
yang pada babak penyisihan pernah dengan
susah payah mengalahkan TNI AL, di final
kembali harus berjuang untuk memenangi
laga bergengsi ini.
Dengan materi muda dipadu seorang setter/
pengumpan senior sekelas Ibun yang telah
malang melintang di ajang Proliga maupun
sebagai pemain SEA Games menjadi tim
yang patut diperhitungkan oleh klub peserta
di Livoli 2013 dari DKI Jakarta, Papua, Jawa
Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan
Kalimantan Selatan sebanyak tujuh klub.
TNI AL yang dikoordinatori oleh Kolonel
Mar Bambang Sutrisno yang seharihari menjabat sebagai Wakil Komandan

Lantamal V Surabaya, Pelatih Kepala Pelda


Eki Resmana, dan Asisten Pelatih Serda
Jas Warjita ini menjadi debutan baru yang
mampu menjegal tim unggulan. Bahkan
saat bertemu dengan TNI AU, setelah terjadi
kedudukan 2-2, pada set kelima/penentuan
hanya selisih dua angka yaitu 15-13.
Tim binaan Kadisfaslanal (Kepala Dinas
Fasilitas Pangkalan) Laksamana Pertama
TNI Lefrand Alanus Tuelah ini mulai unjuk
kebolehan pada tiga tahun terakhir, saat
kompetisi Kartini Cup 2011, 2012, dan 2013
di Mabes TNI menjadi Juara atau peringkat
kedua bersaing dengan Mabes TNI, TNI AD,
dan TNI AU dengan materi hasil rekrutan
pemain yang punya bekal pengalaman di
klubnya.
Gebrakan tim putri TNI AL pada cabang
Bola Voli ini berangkat dari pengalaman pada
ajang Piala Panglima TNI yang setiap tahun
diselenggarakan. TNI AL belum mampu
masuk final, hanya menduduki peringkat
ketiga di bawah TNI AD dan TNI AU yang
lebih dulu dihuni pemain-pemain yang sudah
jadi.
Persainganpun sekarang makin alot
setelah TNI AL juga tak mau kalah, dengan

menjaring pemain muda dari klub dan


melalui seleksi ketat untuk menjadi prajurit
TNI AL sekaligus pemain voli yang handal
memperkuat tim TNI AL pada even-even
resmi, baik di lingkup TNI maupun berjuang
pada ajang seperti Livoli.
Dengan menduduki peringkat kedua Livoli
2013, TNI AL masuk promosi ajang Livoli
Divisi Utama yang didalamnya bercokol
klub-klub voli ternama. Tantangan berat dan
peluang untuk bisa berlaga sekaligus upaya
meningkatkan citra di mata masyarakat
khususnya pecinta voli.
Cabang Bola Voli mungkin menjadi
pioneer untuk cabang olahraga yang lain
di lingkungan TNI AL, di mana untuk matra
lain sudah lebih dahulu dalam merektrut atlet
pada Sepak Bola, Bulutangkis, dan cabang
olahraga permainan lainnya.

Kesinambungan
pembinaan
sangat
diperlukan, walaupun terpisah dalam
penugasan sebagai prajurit, pada waktu
tertentu bisa menjadi satu tim yang tangguh
melalui pemusatan latihan yang terprogram.
Upaya yang berbuah hasil ini perlu adanya
campur tangan pemimpin dan kita semua
sebagai mitra kerja maupun penyemangat.
Dengan jadwal latihan yang terprogram
dalam menghadapi even-even tingkat
nasional, dan dukungan dari pemimpin,
kiranya kita bisa berprestasi ungkap Gunarti
Indahyani saat berkunjung ke redaksi
Cakrawala.
Harapan itu semoga terwujud, berlatih dan
terus berlatih untuk mengasah ketajaman
senjata pamungkas, pada akhirnya akan
tercipta kebanggaan apabila jagoan kita
berhasil memperoleh prestasi pada sebuah
kompetisi. Citra positif
akan menyusup pada
publik terus merebak
mengaharumkan institusi
TNI Angkatan Laut. Bravo
Dara Laut. Mujiyanto

Tim TNI Angkatan Laut


saat berlaga di ajang Liga
Voli Indonesia (Livoli)
2013 yang digelar di GOR
Bhuana Patra Singaraja,
kabupaten Buleleng, Bali.

Tentunya koridor standar seleksi


tetap kita junjung tinggi dalam pencarian
atlet nanti, terlebih mahir dalam
olahraga juga cakap bekerja di mana
ditugaskan. Namun jangan potensi
yang ada, hanya dalam beberapa
tahun saja sudah merosot prestasinya.

Anda mungkin juga menyukai