Anda di halaman 1dari 11

TRI BRATA menjadi 

pedoman hidup Polri melalui sebuah penelitian yang panjang selama satu


dasa warsa setelah Republik ini diproklamirkan. Penelitiannya dipimpin langsung oleh Guru
Besar dan Dekan PTIK Prof. Djoko Soetono, SH menyongsong pra rancangan Undang-Undang
Kepolisian RI yang sedang digodok waktu itu.

Kata-kata Tri Brata pertama-tama dikemukakan oleh Maha Guru Sastra sekaligus Dekan
Fakultas Satra UI menangkap sebagai Mendikbud saat itu yaitu Prof. Dr. Priyono. Tri Brata
secara resmi diucapkan oleh seorang mahasiswa PTIK pada prosesi wisuda keserjanaan PTIK
angkatan II tanggal 3 MEi 1954. Selanjutnya TRi Brata diresmikan sebagai Kode Etik
pelaksanaan tugas Polri (yang dahulu disebut pedoman hidup) pada tanggal 1 Juli 1955

Selain pedoman hidup Tri Brata, Polri juga memiliki pedoman kerja yang disebut CATUR
PRASETYA sejak tahun 1961

Berikut pemahaman tentang Tribrata sebagai Pedoman Hidup Polri :


1. Pengertian Tri Brata, Tri Brata berasal dari Bahasa Sansekerta  yang  berarti; tri = tiga, dan
brata= kaul (nadar).  Kaul atau nadar adalah pernyataan seseorang/kelompok atas dasar
kemurnian/keikhlasan hati sanubarinya, (jadi  tidak dipakai oleh pihak manapun juga). Jadi Tri
Brata berarti tiga kaul (tiga nadar) yang telah diikrarkan oleh  Kepolisian Negara Republik
Indonesia untuk selanjutnya diamankan dan diamalkan oleh setiap anggotanya secara sungguh-
sungguh.
2. Sejarah singkat Tri Brata, Tri Brata pada awalnya berlaku hanya untuk mahasiswa PTIK,
namun dalam perkembangan sejarah Polri selanjutnya pada tanggal 1 Juli 1955 pada Upacara
Hari Bhayangkara IX di lapangan Banteng Jakarta  Tri  Brata diikrarkan oleh kepala kepolosian
Negara (KKN) Jenderal Polisi R. SAID SOEKANTO  TJOKRO DIATMODJO dan resmi
menjadi pedoman hidup Polri. Sebelumnya Tri Brata merupakan kaul dari Doktoral PTIK yang
pertama kali diucapkan oleh perwakilan doktoral PTIK Angkatan II,  yaitu Komisaris Polisi Drs.
Soeparno Soeriya Atmadja (Mayjen Polisi Purn) pada tanggal  8 Mei  1954.
Konsep Tri Brata disusun oleh Prof. Joko Soetono, SH., guru besar PTIK, dimaksudkan untuk
kaul para doktoral PTIK, namun diangkat menjadi pedoman hidup Polri. Sebagai pedoman hidup
Tri Brata diisi azas yang perlu penjabarannya lebih konkrit lagi untuk menjadi pedoman
pelaksanaan tugas Polri. Oleh karena itu dalam rapat Kepala Polisi Komisariat seluruh Indonesia,
pada 5 – 7 Mei 1958 diterbitkan 15 butir pedoman penjabarannya.
Adapun isi Tri Brata  adalah  sebagai berikut:
Polisi ialah:
1) Rastra Sewakottama (abdi utama daripada nusa dan bangsa);
2) Nagara Janottama (warga negara tauladan daripada negara);
3) Jana Anusasana Dharma (wajib menjaga ketertiban pribadi daripada rakyat)
Sebagai pedoman diharapkan bahwa makna yang terkandung di dalamnya dapat langsung
dilaksanakan oleh segenap anggota Polri, namun salah satu kendala yang dihadapi justru pada
pemahaman bahasa serta rumusan Tri Brata yang syarat dengan filsafat. Kemampuan anggota
Pori terutama pada tingkat bawah untuk mencerna nilai-nilai yang sifatnya filsafat ternyata sulit
dan oleh karenanya diperlukan rumusan dalam Bahasa Indonesia yang lebih sederhana dan
mudah dimengerti.

1. Pemaknaan Baru Tri Brata

1)  Dasar
a) Undang-undang no  2 tahun 2002 tentang  Kepolisian  Negara Republik Indonesia  (pasal  34)
b) Surat keputusan Kapolri No.Pol :  Skep/17/VI/2002, tanggal  24 Juni 2002,  tentang
pengesahan Pemaknaan baru  Tri Brata
c) Surat Perintah kapolri No.Pol.: sprin/829/IV/2002, tentang Sosialisasi pemaknaan baru Tri
Brata
2)  Sebagaimana  kita  ketahui  bahwa  isltilah  “Tribrata”  pada  Tri  Brata lama  merupakan dua
kata  yang ditulis secara terpisah dan diambil dari bahasa  Sansekerta,  Tri  yang berarti tiga dan
brata atau  wrata yang jalan  atau kaul.
Dalam  rumusan  Tribrata   yang baru:
a) “Tribrata” ditulis sebagai satu kata yang tidak terpisah
b) Berdasarkan Kamus Besar Bahas Indonesia, kata “Tribrata” telah diadopsi ke dalam Bahasa
Indonesia menjadi satu kata, yang artinya Tiga Azas kewajiban Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang dilambangkan dengan bintang.
3)  Adapun bunyi  dari  pemaknaan  “Tribrata” yang  baru  adalah  sebagai berikut: 
“TRIBRATA” KAMI POLISI  INDONESIA
SATU : BERBAKTI KEPADA NUSA DAN BANGSA DENGAN PENUH KETAQWAAN
TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA
DUA : MENJUNJUNG TINGGI KEBENARAN, KEADILAN DAN KEMANUSIAAN
DALAM  MENEGAKKAN HUKUM NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
YANG BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945
TIGA : SENANTIASA MELINDUNGI, MENGAYOMI DAN MELAYANI
MASYARAKAT DENGAN KEIKHLASAN  UNTUK MEWUJUDKAN KEAMANAN
DAN KETERTIBAN
4)  Rumusan Tribrata baru seluruhnya telah menggunakan bahasa Indonesia, demikian pula
hakekat makna yang  menggambarkan dimensi hubungan Polri yang semula  hanya tiga, kini
diatambah dimensi hubungan dengan Tuhan sehingga menjadi empat, yaitu  :
a) Dimensi hubungan dengan Tuhan
b) Dimensi hubungan dengan Nusa  dan Bangsa
c) Dimensi hubungan dengan Negara
d) Dimensi hubungan dengan  masyarakat

1. Pemaknaan Tribrata

“KAMI POLISI  INDONESIA”,  Mengandung  makna:


(1)  Menunjuk kepada Polisi  sebagai lembaga  maupun  sebagai individu anggota Polri
(2)  Merupakan  pernyataan  ikatan  jiwa  korps  yang  kuat  antar sesama  anggota Polri
(3)  Merupakan pernyataan netralitas  Polri  baik institusi  maupun pribadi, sepanjang hanyat
(4)  Menegaskan  sikap politik Polri, bahwa ketika  Negara Kesatuan Republik Indonesia
“bubar”  polisi tetap utuh di bawah Panji Tribrata,  membela Indonesia seperti dimaksud  para 
pemuda pada  tahun 1928
(5)  Menegaskan  bahwa  Polisi  telah  berperan  sebagai  pejuang kemerdekaan bersama rakyat,
dan  pada awal  berdirinya Repulik  Indonesia sebagai satu-satunya pasukan  bersenjata pada 
saat  itu  memproklamirkan  diri  sebagai Polisi  Indonesia

1. BRATA pertama: “KAMI  POLISI  INDONESIA  BERBHAKTI KEPADA  NUSA 


DAN  BANGSA  DENGAN  PENUH KETAQWAAAN TERHADAP TUHAN
YANG  MAHA  ESA”, mengandung makna:

(1)  Pernyataan setiap individu  Polri sebagai  insan hamba Tuhan


(2)  Pernyataan  Nasionalisme, kebangsan, sepanjang hanyat  ke-Indonesiaan
(3)  Mengadung  nilai-nilai kerokhanan yaitu   Satu  Nusa,  Satu Bangsa, Satu Bahasa, sebagi
perekat bangsa  yang harus dibela dan  dipertahankan
(4)  Nusa dan Bangsa  adalah  Indonesia  yang  dinyatakan  Politis pada  tanggal 28  Oktober
1928
(5)  Polisi bukan  alat politik/  alat kekuasaan

1. c) BRATA kedua: “KAMI POLISI  INDONESIA  MENUNJUNG TINGGI


KEBENARAN,  KEADILAN  DAN  DALAM MENEGAKKAN  HUKUM NEGARA 
KESATUAN  REPUBLIK INDONESIA YANG BERDASARKAN PANCASILA      
DAN UNDANG-UNDANG  DASAR  10945”,  mengandung makna:

(1)  Pernyataan  setiap  individu Polri sebagai  aparat  negara yang bertugas menegakkan  hukum
(2)  Negara  adalah negara  yang berdasarkkan  hukum  (rechtstaat) bukan kekuasaan
(machtstaat)
(3)  Merupakan  kesanggupan  anggota  Polri untuk  menjunjung tinggi kebenaran, keadilan dan 
hak  azasi  manusia yang merupakan ciri-ciri masyarakat  madani
(4) Kesanggupan Polri  mempertanggung  jawabkan pelaksanaan tugasnya  kepada rakyat/ 
masyarakat  sebagai wujud akuntabilitas  publik.
(5)  Merupakan  pernyataan  sikap politik Polri  yang  secara  tegas menyatakan  bahwa Republik
Indonesia yang diberla Polri adalah Negara  Kesatuan  Republik Indonesia  yang berdasarkan
pancasila dan UUD  1945

1. e) BRATA ketiga: “KAMI POLRI  INDONESIA  SENANTIASA MELINDUNGI,


MENGAYOMI DAN MELAYANII MASYARAKAT DENGAN KEIKHLASAN 
UNTUK MEWUJUDKAN  KEAMANAN  DAN  KETERTIBAN  ”, mengadung makna:

(1)  Pernyataan  setiap anggota Polri untuk  menlindungi  dan mengayomi masyarakat  dengan
ikhlas  tanpa  paksaan dari  luar dirinya
(2)  Menggambarkan tugas Polri secara  Universal yaitu   melindungi dan melayani masyarakat 
(to protect  and to service).
(3)  Masyarakat  menjadi  centrum/  pusat  pengabdian Polri
(4)  Polri  menempatkan diri  sejajar  dengan  masyarakat  yang dilayaninya.
Implementasi nilai-nilai  Tribrata
(1)  Guna  memudahkan implementasi nilai-nilai  dasar dan pedoman  moral dalam  Tribrata
bagi  setiap anggota Polri, berikut ini diberikan  contoh tata laku  yang  terkandung penelitian
pada  masing-masing  Brata:7 1.1  BRATA BERBAKTI KEPADA  NUSA  DAN  BANGSA,
merupakan dorogan  hati  nurani  yang berasal dari kesadarannya sendiri untuk  memberikan 
pengabdian tertinggi  dalam  upaya melindungi  seluruh tumpah darah  Indonesia dari sabang
samapai  merauke dengan kesiapan  kerelaan  mengorbankan jiwa  dan raga KETAQWAAN
TERHADAP  TUHAN YANG MAHA ESA,  merupakan pernyataan kesadaran sebagai 
insane  hamba  Tuhan yang  wajib melaksanakan  syariat agama  masing-masing  dalam
kehidupan sehari-hari  dan dilingkungan tugasnya
BRATA  II MENJUJUNG TINGGI  KEBENARAN  DALAM MENGAKKAN 
HUKUM, dengan tetap berbijak pada  fakta  yang  ada,  serta proses  penyelidikan  yang
profesioanl berdasarkan ketentuan perundangundangan yang ada. MENJUNJUNG  TINGGI
KEADILAN  DALAM MENEGAKKAN HUKUM,  dengan  tidak membedakan  perlukan
bagi  pencari  keadilan sehingga tercapai jaminan kepastian  hukum MENJUNJUNG TINGGI 
KEMANUSIAAN DALAM MENEGAKKAN  HUKUM, dengan  tetap memperhatikan hak 
azasi  seseorang  secara langsung/  tidak langsung dalam  proses  menegakkan
hukum BERDASARKAN  PANCASILA DAN UUD  1945, merupakan  indentitas bangsa
berdaulat dan bernegara,  dan bukan  bangsa  Indonesia yang indentitas lain  atau  akan  diubah 
dengan  indetitas lain  yang  bukan berdasarkan pancasila dan UUD 1945
BRATA  III
Sebagai  PELINDUNG,  meberikan  bantuan  kepada warga  masyarakat yang  merasa
terancam  dari gangguan fisik atau  psikis tanpa  perbedaan perlakuan.
Sebagai PENGAYOM,  dalam  setiap kiprahnya mengutaakan tindakan  yang bersifat 
persuasive edukatif
Sebagai PELAYAN,  melayani  masyarakat, dengan kemudahan,  cepat,  simpatik,  ramah  dan 
sopan  serta tanpa pembedaan biaya  yang tidak semestinya
Catur Prasetya (pedoman kerja)
Kandungan makna

1. “MENIADAKAN SEGALA BENTUK  GANGGUAN KEAMANAN” “Setiap Insan 


Bhayangkara” terpanggil untuk:

a) Menjaga keutuhan Negara Republik Indonesia


b) Bersama-sama dengan  masyarakat  meningkatkan  daya  cegah dan daya  penanggulangan 
gangguan  kamtibmas
c) Senantiasa berperan secara aktif  dalam  menanggulangi  setiap permasalah yang  timbul 
dalam  kehidupan  masyarakat  dan
d) Membangun kemitraan dengan mengemban  fungsi  keamanan lainya  dalam  rangka menjaga
dan  memelihara kewibawaan Pemerintah  Republik Indonesia

2. “MENJAGA KESELAMATAN JIWA RAGA, HARTA BENDA DAN HAK 


AZASI MANUSIA” Bermakna  : “Setiap Iinsan Bhayangkara” terpanggil  untuk:

a) Melindungi masyarakat  dari setiap  gangguan dan  ancamanb)  Menjamin  kelancaran 


aktivitas  masyarakat sehari-hari
c) Memberikan  pengayoman, perlindungan  dan pelayanan  secara optimal  kepada  masyarakat 
dan
d) Menghormati dan  menjujung tinggi  hak-hak  masyarakat dalam berbagai  bidang  kehidupan

3. “MENJAMIN KEPASTIAN  BERDASARKAN HUKUM” Bermakna  : “Setiap


Iinsan Bhayangkara” terpanggil untuk:

a) Menjunjung tinggi dan  menjamin tegaknya supermasi hukum


b) Memberikan kedaulatan  kepada  masyarakat  dalam  mematuhi dan mentaati  hukum
c) Memahami dan  menghormati  norma-norma  dan nilai-nilai  yang berlaku  dan  menjunjung 
tinggi  dalam  kehidupan  masyarakat dan
d) Melaksanakan asas-asas pertanganggungjawaban publik (keterbukaan,  serta menghormati 
hak asasi  manusia ) persamaan  di  hadapan  hukum  bagi  setiap  warga  masyarakat

4. “MEMELIHARA PERASAAN TENTRAM DAN DAMAI” Bermakna : “Setiap Insan


Bhayangkara” terpanggil untuk:

a) Meniadakan segala bentuk kehawatiran, keresahan, ketakutan dan ketidaknyamanan dalam 


kehidupan  masyarakat
b) Berkerja sama  dengan  masyarakat  dalam  upaya menjaga lingkungan  masing-masing dari
segala bentuk gangguan
c) Membangun kerja sama  dengan  mitra  kamtibmas dalam  rangka menciptakan persaan 
tentram  dan  damai
d) Berperan sebagai  pemelihara  kedamaian  dalam  kehidupan masyarakat,  berbangsa dan
bernegara.(*)

ARTI LAMBANG TRI BRATA


Lambang Polisi bernama Rastra Sewakottama yang berarti “Polri adalah Abdi Utama dari pada
Nusa dan Bangsa.” Sebutan itu adalah Brata pertama dari Tri Brata yang diikrarkan sebagai
pedoman hidup Polri sejak 1 Juli 1954.

Polri yang tumbuh dan berkembang dari rakyat, untuk rakyat, memang harus berinisiatif dan
bertindak sebagai abdi sekaligus pelindung dan pengayom rakyat. Harus jauh dari tindak dan
sikap sebagai “penguasa”. Ternyata prinsip ini sejalan dengan paham kepolisian di semua
Negara yang disebut new modern police philosophy, “Vigilant Quiescant” (kami berjaga
sepanjang waktu agar masyarakat tentram).

Prinsip itu diwujudkan dalam bentuk logo dengan rincian makna sbb:

 Perisai  bermakna pelindung rakyat dan negara.

 Tiang dan nyala obor  bermakna penegasan tugas Polri, disamping memberi sesuluh atau
penerangan juga bermakna penyadaran hati nurani masyarakat agar selalu sadar akan perlunya
kondisi kamtibmas yang mantap.

 Pancaran obor  yang berjumlah 17 dengan 8 sudut pancar berlapis 4 tiang dan 5 penyangga
bermakna 17 Agustus 1945, hari Proklamasi Kemerdekaaan yang berarti Polri berperan langsung
pada proses kemerdekaan dan sekaligus pernyataan bahwa Polri tak pernah lepas dari perjuangan
bangsa dan negara.

 Tangkai padi dan kapas  menggambarkan cita-cita bangsa menuju kehidupan adil dan
makmur, sedangkan 29 daun kapas dengan 9 putik dan 45 butir padi merupakan suatu pernyataan
tanggal pelantikan Kapolri pertama 29 September 1945 yang dijabat oleh Jenderal Polisi Raden
Said Soekanto Tjokrodiatmodjo.

 3 Bintang  di atas logo bermakna Tri Brata adalah pedoman hidup Polri. Sedangkan warna
hitam dan kuning adalah warna legendaris Polri.

 Warna hitam  adalah lambang keabadian dan sikap tenang mantap yang bermakna harapan
agar Polri selalu tidak goyah dalam situasi dan kondisi apapun; tenang, memiliki stabilitas
nasional yang tinggi dan prima agar dapat selalu berpikir jernih, bersih, dan tepat dalam
mengambil keputusan.
ARTI LAMBANG TERATAI

Dalam perkembangan jaman pertumbuhan Brimob bagian dari Polri sebagai Pelindung,
Pengayom dan Pelayan Masyarakat , dengan tanda induk kesatuan Brimob berupa gambar
perisai dengan warna merah dan hitam yang jelas dan ditengah tergambar teratai mempunyai arti
yang jelas , yaitu

1. Perisai segitiga dengan warna dasar merah dan hitam yang melambangkan dan
mempunyai arti bahwa Brimob dengan segala kemampuan profesionalismenya , sebagai
pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat , mempunyai sikap tegas untuk menyatakan
dan menegakkan keadilan dan hukum , menjunjung kesetiaaan kepada Negara dan hukum
Republik Indonesia, keteguhan hati, keberanian dalam melaksanakan , mengemban tugas
memberantas kejahatan berintensitas tinggi.Gambar teratai putih bertajuk tujuh helai dan
berkelopak empat helai melambangkan tekad dan kemampuan untuk merubah situasi yang
keruh menjadi tenang dan bersih , dan mampu hidup dimanapun juga meskipun ditempat
lumpur, tetapi bisa muncul dan mampu memberikan keharuman nama Polri.
2. Gambar teratai putih bertajuk tujuh helai dan berkelopak empat helai melambangkan
tekad dan kemampuan untuk merubah situasi yang keruh menjadi tenang dan bersih , dan
mampu hidup dimanapun juga meskipun ditempat lumpur, tetapi bisa muncul dan mampu
memberikan keharuman nama Polri.
ARTI LAMBANG DHUAJA SATYA SAKUNTA LOKA
 

BENTUK
SISI KIRI DHUAJA BERISI LAMBANG PATAKA POLDA KALTIM, SISI KANAN
DHUAJA BERISI LAMBANG BERBENTUK KEPALA BURUNG ENGGANG / RANGKOK
MENGHADAP KEKANAN
WARNA
KEPALA BURUNG BERWARNA HITAM DENGAN PARUH BERWARNA KUNING DAN
MAHKOTA BERWARNA MERAH
NAMA
SATYA SAKUNTA LOKA
ARTI
”PENJAGA KELESTARIAN DEMI KESINAMBUNGAN PEMBANGUNAN”.

KESATUAN BRIMOB YANG BERPERAN SERTA DALAM MEMELIHARA


KELESTARIAN ALAM DAN BUDAYA DALAM UPAYA MENDUKUNG TERCIPTANYA
KETENTRAMAN MASYARAKAT DIWILAYAH POLDA KALTIM, SERTA SENANTIASA
SETIA KEPADA ETIKA PROFESI POLRI.

PANCA PRASETYA KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA


KAMI ANGGOTA KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA, ADALAH INSAN YANG
BERIMAN DAN BERTAQWA KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA BERJANJI :

1. SETIA DAN TAAT KEPADA NEGARA KESATUAN DAN PEMERINTAH


REPUBLIK INDONESIA YANG BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG-
UNDANG DASAR 1945.
2. MENJUNJUNG TINGGI KEHORMATAN BANGSA DAN NEGARA, SERTA
MEMEGANG TEGUH RAHASIA JABATAN DAN RAHASIA NEGARA
3. MENGUTAMAKAN KEPENTINGAN NEGARA DAN MASYARAKAT DIATAS
KEPENTINGAN PRIBADI DAN GOLONGAN
4. MEMELIHARA PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA SERTA
KESETIAKAWANAN KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA.
5. MENEGAKKAN KEJUJURAN, KEADILAN DAN DISIPLIN SERTA
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN DAN PROFESIONALISME

KODE ETIK KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


SETIAP ANGGOTA POLRI INSAN RASTRA SEWAKOTTAMA :

1. Mengabdi kepada nusa dan bangsa dengan penuh ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
2. Berbakti demi keagungan nusa dan bangsa yang bersendikan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945, sebagai kehormatan yang tertinggi.
3. Membela tanah air, mengamankan dan mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 dengan tekad juang pantang menyerah
4. Menegakkan hukum dan meghormati kaidah-kaidah yang hidup dalam masyarakat secara
adil dan bijaksanan
5. Melindungi, mengayomi serta membimbing masyarakat sebagai wujud panggilan tugas
pengabdian yang luhur.

SETIAP ANGGOTA POLRI INSAN NAGARA JANOTTAMA :


1. Berdharma untuk menjamin ketentraman umum bersama-sama warga masyarakat
membina ketertiban dan keamanan demi terwujudnya kegairahan kerja dan kesejahteraan
lahir dan batin.
2. Menampilkan dirinya sebagai warga negara berwibawa dan dicintai oleh sesama warga
negara.
3. Bersikap disiplin, percaya diri, tanggung jawab, penuh keiklasan dalam tugas,
kesungguhan serta selalu menyadari bahwa dirinya adalah warga mesyarakat di tengah-
tengah masyarakat.
4. Selalu peka dan tanggap dalam tugas, mengembangkan kemampuan dirinya, menilai
tinggi mutu kerja, penuh keaktifan dan efisiensi serta menempatkanke pentingan tugas
secara wajar di atas kepentingan pribadinya.
5. Memupuk rasa persatuan, kesatuan dan kebersamaan serta kesetiakawanan dalam
lingkungan tugasnya maupun dalam lingkungan masyarakat.
6. Menjauhkan diri dari sikap dan perbuatan tercela serta memelopori setiap tindak
mengatasi kesulitan-kesulitan masyarakat sekelilingnya
 

SETIAP ANGGOTA POLRI INSAN YANA ANUCASANA DHARMA :


1. Selalu waspada, siap sedia dan sanggup menghadapi setiap kemungkinan dalam
tugasnya.
2. Mampu mengendalikan diri dari perbuatan-perbuatan penyalahgunaan wewenang.
3. Tidak mengenal berhenti dalam memberantas kejahatan dan mendahulukan cara-cara
pencegahan dari pada penindakan secara hukum.
4. Memelihara dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya memelihara
ketertiban dan keamanan masyarakat.
5. Bersama-sama segenap komponen kekuatan pertahanan keamanan lainnya dan peran
serta masyarakat memelihara dan meningkatkan kemanunggalan ABRI rakyat.
6. Meletakkan setiap langkah tugas sebagai bagian dari pencapaian tujuan pembangunan
nasional sesuai amanat penderitaan rakyat.

Anda mungkin juga menyukai