Kata-kata Tri Brata pertama-tama dikemukakan oleh Maha Guru Sastra sekaligus Dekan
Fakultas Satra UI menangkap sebagai Mendikbud saat itu yaitu Prof. Dr. Priyono. Tri Brata
secara resmi diucapkan oleh seorang mahasiswa PTIK pada prosesi wisuda keserjanaan PTIK
angkatan II tanggal 3 MEi 1954. Selanjutnya TRi Brata diresmikan sebagai Kode Etik
pelaksanaan tugas Polri (yang dahulu disebut pedoman hidup) pada tanggal 1 Juli 1955
Selain pedoman hidup Tri Brata, Polri juga memiliki pedoman kerja yang disebut CATUR
PRASETYA sejak tahun 1961
1) Dasar
a) Undang-undang no 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (pasal 34)
b) Surat keputusan Kapolri No.Pol : Skep/17/VI/2002, tanggal 24 Juni 2002, tentang
pengesahan Pemaknaan baru Tri Brata
c) Surat Perintah kapolri No.Pol.: sprin/829/IV/2002, tentang Sosialisasi pemaknaan baru Tri
Brata
2) Sebagaimana kita ketahui bahwa isltilah “Tribrata” pada Tri Brata lama merupakan dua
kata yang ditulis secara terpisah dan diambil dari bahasa Sansekerta, Tri yang berarti tiga dan
brata atau wrata yang jalan atau kaul.
Dalam rumusan Tribrata yang baru:
a) “Tribrata” ditulis sebagai satu kata yang tidak terpisah
b) Berdasarkan Kamus Besar Bahas Indonesia, kata “Tribrata” telah diadopsi ke dalam Bahasa
Indonesia menjadi satu kata, yang artinya Tiga Azas kewajiban Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang dilambangkan dengan bintang.
3) Adapun bunyi dari pemaknaan “Tribrata” yang baru adalah sebagai berikut:
“TRIBRATA” KAMI POLISI INDONESIA
SATU : BERBAKTI KEPADA NUSA DAN BANGSA DENGAN PENUH KETAQWAAN
TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA
DUA : MENJUNJUNG TINGGI KEBENARAN, KEADILAN DAN KEMANUSIAAN
DALAM MENEGAKKAN HUKUM NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
YANG BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945
TIGA : SENANTIASA MELINDUNGI, MENGAYOMI DAN MELAYANI
MASYARAKAT DENGAN KEIKHLASAN UNTUK MEWUJUDKAN KEAMANAN
DAN KETERTIBAN
4) Rumusan Tribrata baru seluruhnya telah menggunakan bahasa Indonesia, demikian pula
hakekat makna yang menggambarkan dimensi hubungan Polri yang semula hanya tiga, kini
diatambah dimensi hubungan dengan Tuhan sehingga menjadi empat, yaitu :
a) Dimensi hubungan dengan Tuhan
b) Dimensi hubungan dengan Nusa dan Bangsa
c) Dimensi hubungan dengan Negara
d) Dimensi hubungan dengan masyarakat
1. Pemaknaan Tribrata
(1) Pernyataan setiap individu Polri sebagai aparat negara yang bertugas menegakkan hukum
(2) Negara adalah negara yang berdasarkkan hukum (rechtstaat) bukan kekuasaan
(machtstaat)
(3) Merupakan kesanggupan anggota Polri untuk menjunjung tinggi kebenaran, keadilan dan
hak azasi manusia yang merupakan ciri-ciri masyarakat madani
(4) Kesanggupan Polri mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada rakyat/
masyarakat sebagai wujud akuntabilitas publik.
(5) Merupakan pernyataan sikap politik Polri yang secara tegas menyatakan bahwa Republik
Indonesia yang diberla Polri adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
pancasila dan UUD 1945
(1) Pernyataan setiap anggota Polri untuk menlindungi dan mengayomi masyarakat dengan
ikhlas tanpa paksaan dari luar dirinya
(2) Menggambarkan tugas Polri secara Universal yaitu melindungi dan melayani masyarakat
(to protect and to service).
(3) Masyarakat menjadi centrum/ pusat pengabdian Polri
(4) Polri menempatkan diri sejajar dengan masyarakat yang dilayaninya.
Implementasi nilai-nilai Tribrata
(1) Guna memudahkan implementasi nilai-nilai dasar dan pedoman moral dalam Tribrata
bagi setiap anggota Polri, berikut ini diberikan contoh tata laku yang terkandung penelitian
pada masing-masing Brata:7 1.1 BRATA BERBAKTI KEPADA NUSA DAN BANGSA,
merupakan dorogan hati nurani yang berasal dari kesadarannya sendiri untuk memberikan
pengabdian tertinggi dalam upaya melindungi seluruh tumpah darah Indonesia dari sabang
samapai merauke dengan kesiapan kerelaan mengorbankan jiwa dan raga KETAQWAAN
TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA, merupakan pernyataan kesadaran sebagai
insane hamba Tuhan yang wajib melaksanakan syariat agama masing-masing dalam
kehidupan sehari-hari dan dilingkungan tugasnya
BRATA II MENJUJUNG TINGGI KEBENARAN DALAM MENGAKKAN
HUKUM, dengan tetap berbijak pada fakta yang ada, serta proses penyelidikan yang
profesioanl berdasarkan ketentuan perundangundangan yang ada. MENJUNJUNG TINGGI
KEADILAN DALAM MENEGAKKAN HUKUM, dengan tidak membedakan perlukan
bagi pencari keadilan sehingga tercapai jaminan kepastian hukum MENJUNJUNG TINGGI
KEMANUSIAAN DALAM MENEGAKKAN HUKUM, dengan tetap memperhatikan hak
azasi seseorang secara langsung/ tidak langsung dalam proses menegakkan
hukum BERDASARKAN PANCASILA DAN UUD 1945, merupakan indentitas bangsa
berdaulat dan bernegara, dan bukan bangsa Indonesia yang indentitas lain atau akan diubah
dengan indetitas lain yang bukan berdasarkan pancasila dan UUD 1945
BRATA III
Sebagai PELINDUNG, meberikan bantuan kepada warga masyarakat yang merasa
terancam dari gangguan fisik atau psikis tanpa perbedaan perlakuan.
Sebagai PENGAYOM, dalam setiap kiprahnya mengutaakan tindakan yang bersifat
persuasive edukatif
Sebagai PELAYAN, melayani masyarakat, dengan kemudahan, cepat, simpatik, ramah dan
sopan serta tanpa pembedaan biaya yang tidak semestinya
Catur Prasetya (pedoman kerja)
Kandungan makna
Polri yang tumbuh dan berkembang dari rakyat, untuk rakyat, memang harus berinisiatif dan
bertindak sebagai abdi sekaligus pelindung dan pengayom rakyat. Harus jauh dari tindak dan
sikap sebagai “penguasa”. Ternyata prinsip ini sejalan dengan paham kepolisian di semua
Negara yang disebut new modern police philosophy, “Vigilant Quiescant” (kami berjaga
sepanjang waktu agar masyarakat tentram).
Prinsip itu diwujudkan dalam bentuk logo dengan rincian makna sbb:
Tiang dan nyala obor bermakna penegasan tugas Polri, disamping memberi sesuluh atau
penerangan juga bermakna penyadaran hati nurani masyarakat agar selalu sadar akan perlunya
kondisi kamtibmas yang mantap.
Pancaran obor yang berjumlah 17 dengan 8 sudut pancar berlapis 4 tiang dan 5 penyangga
bermakna 17 Agustus 1945, hari Proklamasi Kemerdekaaan yang berarti Polri berperan langsung
pada proses kemerdekaan dan sekaligus pernyataan bahwa Polri tak pernah lepas dari perjuangan
bangsa dan negara.
Tangkai padi dan kapas menggambarkan cita-cita bangsa menuju kehidupan adil dan
makmur, sedangkan 29 daun kapas dengan 9 putik dan 45 butir padi merupakan suatu pernyataan
tanggal pelantikan Kapolri pertama 29 September 1945 yang dijabat oleh Jenderal Polisi Raden
Said Soekanto Tjokrodiatmodjo.
3 Bintang di atas logo bermakna Tri Brata adalah pedoman hidup Polri. Sedangkan warna
hitam dan kuning adalah warna legendaris Polri.
Warna hitam adalah lambang keabadian dan sikap tenang mantap yang bermakna harapan
agar Polri selalu tidak goyah dalam situasi dan kondisi apapun; tenang, memiliki stabilitas
nasional yang tinggi dan prima agar dapat selalu berpikir jernih, bersih, dan tepat dalam
mengambil keputusan.
ARTI LAMBANG TERATAI
Dalam perkembangan jaman pertumbuhan Brimob bagian dari Polri sebagai Pelindung,
Pengayom dan Pelayan Masyarakat , dengan tanda induk kesatuan Brimob berupa gambar
perisai dengan warna merah dan hitam yang jelas dan ditengah tergambar teratai mempunyai arti
yang jelas , yaitu
1. Perisai segitiga dengan warna dasar merah dan hitam yang melambangkan dan
mempunyai arti bahwa Brimob dengan segala kemampuan profesionalismenya , sebagai
pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat , mempunyai sikap tegas untuk menyatakan
dan menegakkan keadilan dan hukum , menjunjung kesetiaaan kepada Negara dan hukum
Republik Indonesia, keteguhan hati, keberanian dalam melaksanakan , mengemban tugas
memberantas kejahatan berintensitas tinggi.Gambar teratai putih bertajuk tujuh helai dan
berkelopak empat helai melambangkan tekad dan kemampuan untuk merubah situasi yang
keruh menjadi tenang dan bersih , dan mampu hidup dimanapun juga meskipun ditempat
lumpur, tetapi bisa muncul dan mampu memberikan keharuman nama Polri.
2. Gambar teratai putih bertajuk tujuh helai dan berkelopak empat helai melambangkan
tekad dan kemampuan untuk merubah situasi yang keruh menjadi tenang dan bersih , dan
mampu hidup dimanapun juga meskipun ditempat lumpur, tetapi bisa muncul dan mampu
memberikan keharuman nama Polri.
ARTI LAMBANG DHUAJA SATYA SAKUNTA LOKA
BENTUK
SISI KIRI DHUAJA BERISI LAMBANG PATAKA POLDA KALTIM, SISI KANAN
DHUAJA BERISI LAMBANG BERBENTUK KEPALA BURUNG ENGGANG / RANGKOK
MENGHADAP KEKANAN
WARNA
KEPALA BURUNG BERWARNA HITAM DENGAN PARUH BERWARNA KUNING DAN
MAHKOTA BERWARNA MERAH
NAMA
SATYA SAKUNTA LOKA
ARTI
”PENJAGA KELESTARIAN DEMI KESINAMBUNGAN PEMBANGUNAN”.
1. Mengabdi kepada nusa dan bangsa dengan penuh ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
2. Berbakti demi keagungan nusa dan bangsa yang bersendikan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945, sebagai kehormatan yang tertinggi.
3. Membela tanah air, mengamankan dan mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 dengan tekad juang pantang menyerah
4. Menegakkan hukum dan meghormati kaidah-kaidah yang hidup dalam masyarakat secara
adil dan bijaksanan
5. Melindungi, mengayomi serta membimbing masyarakat sebagai wujud panggilan tugas
pengabdian yang luhur.