Anda di halaman 1dari 21

POROS

Poros merupakan salah satu komponen terpenting dari suatu mesin yang membutuhkan
putaran dalam operasinya. Secara umum poros digunakan untuk menumpu beban dan
meneruskan daya dalam putaran.
1. Jenis-jenis poros:
a. Poros transmisi
- Beban mengakibatkan terjadinya momen puntir dan momen lentur
- Daya dapat ditransmisikan melalui : kopling, roda gigi, belt, rantai.

b. Spindel
- Poros transmisi yang relatif pendek, misal : poros utama mesin perkakas
dengan beban utama berupa puntiran.
- Deformasi yang terjadi harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti.
c. Gandar
• Poros yang tidak berputar
• Tidak meneruskan daya
• Menerima beban lentur, misalnya pada roda-roda kereta

Pada kendaraan bermotor dengan transmisi Slidingmesh, proses pemindahan/transfer


tenaga/momen dilakukan di dalam sebuah transmisi kendaraan bermotor.
Skema sederhana model transmisi ini, dapat dilihat pada berikut ini. Transmisi ini menggunakan
roda gigi jenis spur dan dibuat dengan tiga poros yang terpisah, yaitu:
1. Poros primer (primary shaft), (4), yaitu poros yang menerima gerak putar pertama
dari kopling.
2. Poros perantara (layshaft/countershaft), (2), yaitu tempat roda gigi counter
ditempatkan.
3. Poros utama (mainshaft) atau difffrential shaft, (9), yaitu poros keluar dari transmisi,
ke komponen sistem pemindah tenaga lainnya.
Gambar. Transmisi dengan Sliding-mesh

2
3

4
17
5

7
8
16
9
10
15
11
14
12
13
Keterangan :
1. Cylinder head cover 10. Valve spring
2. Gasket 11. Spring seat
3. Camshaft sprocket 12. Valve seal
4. Camshaft 13. Exhaust valve
5. Seal 14. Intake valve
6. Cylinder head 15. Coolant outlet
7. Spark plug 16. Camshaft bearing
8. Collets 17. Rocker assembly
9. Retainer

Keterangan :
1. Ring piston 13. Connecting rod cap
2. Piston & piston pin 14. Nut
3. Engine block 15. Main bearing cap
4. Camshaft 16. 5th main bearing cap
5. Camshaft gear / camshaft sprocket 17. Thrust washer / thrust bearing
6. Timing chain 18. Pilot bearing
7. Camshaft bushing 19. Cooling driened plug
8. Crankshaft 20. Cooling driened plug
9. Crankshaft gear 21. Main bearing
10. Main bearing 22. Bolt
11. Connecting rod bearing 23. Connecting rod
12. 1st Main bearing cap 24. Lock pin

Gambar : Over head Cam shaft

POROS PROPELLER
Poros propeller berfungsi memindahkan tenaga dari transmisi ke differential dengan
gerakan putar.
Ujung depan poros propeller berhubungan dengan transmisi yang terpasang dengan kuat pada
body kendaraan. Ujung yang lain dihubungkan dengan rumah differential pada rakitan shaft
belakang. Bila kendaraan berjalan di jalan yang datar, rakitan shaft belakang bergerak turun naik
seperti pantulan pegas-pegas, sehingga poros propeller harus sangggup merubah sudut yang
terjadi. Perubahan ini dapat terjadi oleh sambungan universal yang dipasang pada tiap ujung
poros propeller. Oleh karena pergerakkan shaft pada pegas-pegas terus menerus berubah jarak
antara transmisi dan as belakang, maka sebuah sambungan luncur dipasang pada ujung depan
poros propeller untuk mengimbangi perubahan-perubahan jarak ini.
Suara getaran dapat terjadi jika tanda-tanda pemasangan pada poros prepeller dan differential
tidak bertemu.
DIFFERENTIAL
(PENGGERAK RODA-RODA BELAKANG)
Tenaga mesin yang dipindahkan melelui poros propeller diterukan ke roda-roda belakang
melalui gigi differential dan poros as belakang.
Differential mempunyai 3 (tiga) fungsi sebagai berikut :
(1). Pengurangan putaran, mengurangi putaran poros propelller sebanyak yang diperlukan
oleh roda-roda. Pengurangan diperoleh dari gigi ring.
(2). Merubah arah tenaga, dengan mempergunakan gigi pinion penggerak dan ring gear (roda
gigi) akan merubah arah tenaga 90°, lalu memindahkan tenaga tersebut ke poros as belakang.
(3). Membagi tenaga, bila kendaraan merubah halua, itu akan membuat roda belakang bagian
dalam berputar lebih lambat daripada roda belakang bagian luar sehingga tidak terjadi slip. Aksi
ini dilakukan oleh gigi differential yang terdiri dari side gear (gigi samping) dan pinion gear
(roda gigi pinion).

Pemeriksaan kebebasan arah aksial, Kebebasan maksimal adalah 1 mm. Dengan menggunakan
alat dial indikator.

Gambar 1. Pemeriksaan Gerak Bebas Aksial Poros Roda Belakang.

Jika kebebasan terlalu besar ganti bantalan dan biasanya kebebasan bantalan yang
terlalu besar akan terdengar suara gemuruh pada saat mobil berjalan.

Catatan:
Apabila bantalan roda rusak harus segera diganti, bila tidak maka akan menyebabkan:
1. Bahaya terhadap pengereman
2. Bantalan roda bisa pecah atau terbakar
3. Boros pemakaian bahan bakar

Gambar 2. Melepas Baut Pengikat Backing Plat dan Pipa Rem.

a. Dengan menggunakan SST lepas poros aksel belakang, hati-hati jangan sampai
merusak perapat oli.

Gambar 3. Melepas Poros Aksel Belakang.


Gambar 4. Menggederenda Penahan Bantalan.

Dengan menggunakan SST dan hydrolik pres lepas bantalan dari poros.

Gambar 5. Melepas Bantalan Dengan Pres Hydrolis.


Kerusakan oli seal bisa menyebabkan kebocoran oli differensial/ gardan. Hal ini bisa dilihat
sekitar backing plat terdapat tanda-tanda oli keluar.

Keausan oli seal bisa dilihat pada bagian yang berhubungan dengan poros, bila masih runcing
berarti baik, bila sudah rata berarti aus, ganti oli seal dengan yang baru bila sudah aus.

Gambar 6. Melepas Perapat Oli Dari Rumah Poros.

. Periksa poros roda belakang pada bagian dudukan penahan dalam dan bantalan dari
kemungkinan keausan.
Dengan menggunakan dial indikator periksa poros roda belakang dari kebengkokkan dan
keolengan pada flensnya.
Kebengkokkan/kelengkungan poros maksimum 1,5 mm Keolengan flens maksimum 0,1 mm.

Gambar 6. Memeriksa Kebengkokan Poros & Flens.


Pada poros roa belakang dan komponennya bila terdapat kerusakan tidak dapat
diperbaiki oleh karena itu harus kita ganti kecuali pada kebengkokkan ini bisa diperbaiki.

Catatan:
Pada saat memasukan poros roda belakang lakukan dengan hati-hati jangan
sampai marusak oli seal maupun deflektor oli yang terdapat didalam housing axle.

Poros Penggerak Roda Pada Suspensi Independent.


Kendaraan yang bersuspensi independent poros penggerak rodanya menggunakan
jenis CV joint. CV joint bisa dipakai pada kendaraan tipe poros penggerak roda depan
maupun poros penggerak roda belakang.

Gambar . Pemeriksaan Kebebasan Bantalan.

Periksa kebebasan bantalan dalam arah aksial dengan dial indikator.


Kebebasan maksimum 0,05 mm.
Gambar . Melepas Mur Pengikat Bantalan.

Gambar : Melepas Tie-rod End.

Gambar . Melepas Steering Knucle Dari Lower Arm.


Gambar. Melepas Poros Penggerak Roda Dari Hub.

Gambar 16. Memeriksa Poros Penggerak.

Komponen-komponen dari CV joint tidak bisa diperbaiki bila hasil pemeriksaan


menunjukkan adanya kerusakan maka harus diganti 1 unit CV joint.

Catatan :
1. Suspensi independent menggunakan poros penggerak roda jenis Constan Velocity
joint (CV joint).
2. Unit CV joint sangat sederhana dan jarang dilakukan pemeriksaan atau
perbaikkan.
3. Bila CV joint rusak tidak bisa diperbaiki harus diganti.
Perencanaan Poros
a. Kekuatan Poros :
• Beban poros transmisi : puntir, lentur, gabungan puntir dan lentur, beban tarikan
atau tekan (misal : poros baling-baling kapal, turbin)
• Kelelahan, tumbukan, konsentrasi tegangan seperti pada poros bertingkat dan
beralur pasak.
• Poros harus didesain dengan kuat.
b. Kekakuan Poros
• Untuk menerima beban lentur atau defleksi akibat pntiran yang lebih besar.
c. Putaran Kritis
• Jika suatu mesin putarannya dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu
dapat terjadi getaran yang luar biasa. Putaran ini disebut putaran kritis.
• Putaran kerja harus lebih kecil dari putaran kritis (n < ns)
d. Korosi
• Perlindungan terhadap korosi untuk kekuatan dan daya tahan terhadap beban.
e. Bahan Poros
• Disesuaikan dengan kondisi operasi.
• Baja konstruksi mesin, baja paduan dengan pengerasan kulit tahan terhadap
keausan, baja krom, nikel, baja krom molibden dll.
f. Standard diameter poros transmisi
• 25 s/d 60 mm dengan kenaikan 5 mm
• 60 s/d 110 mm dengan kenaikan 10 mm
• 110 s/d 140 mm dengan kenaikan 15 mm
• 140 s/d 500 mm dengan kenaikan 20 mm

Apabila daya P (kW) harus ditransmisikan dan putaran poros n (rpm), maka daya rencana Pd dapat
dihitung dengan persamaan :.

Pd =¿ f c P

Dimana :
Pd = daya yang direncanakan (kW)
fc = faktor koreksi
P = daya yang ditransmisikan pada putaran poros (kW)

Daya yang harus ditransmisikan ( P ) Faktor koreksi ( fc )


Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 – 2,0
Daya maksimum yang diperlukan 0,8 – 1,2
Daya normal 1,0 -1,5

Jika momen puntir adalah T (kg mm), P (kW), maka :

( T
P = 1000 ) n
(2 )
60
102
P❑
Sehingga : T = 9,74.105
n
Dimana :
P = daya yang ditransmisikan (kW)
T = momen torsi (kg mm)
n = putaran yang ditransmisikan (rpm)

atau :

Jika momen puntir adalah T (N m), P (W), maka :

2n T
P= ......(W)
60
atau :

Jika momen puntir adalah T (N mm), P (HP), maka :

(
T
P = 1000 )
(2 )
n
60 ...........(HP)
75
Sehingga :
P
T = 7,162.105 ❑
n
Dimana :
P = daya yang ditransmisikan (HP)
T = momen torsi (N mm)
n = putaran yag ditransmisikan (rpm)
(1 HP = 75 kg m/det)

Jenis beban pada poros :


1. Poros Dengan Beban Aksial
2. Poros Dengan Beban Torsi Murni
3. Poros Dengan Beban Lengkung/Bengkok Murni.
4. Poros Dengan Beban Kombinasi Puntir dan Lentur
5. Poros Dengan Beban Berfluktuasi
6. Poros Dengan Beban Aksial dan Kombinasi Torsi Lentur

1. Poros Dengan Beban Aksial


a. Poros bulat (pejal)

F ❑ 2
❑t = dan A = 4 d
A

Dimana :
❑t = tegangan tarik yang diijinkan (N/mm2)
F = gaya aksial murni (tarik/tekan) (N)
A = luas penampang poros pejal (solid shaft) (mm2)
d = diameter poros pejal (solid shaft) (mm)

Syarat pemakaian rumus :


• Beban aksial murni
• Poros bulat, pejal, masif
• Beban lain tidak diperhitungkan.
• Diameter poros yang dihasilkan merupakan diameter poros minimum, sehingga harus
diambil yang lebih besar.

b. Poros berlubang

F ❑
❑t = dan A = 4 ¿2 - d i 2)
A

Dimana :
❑t = tegangan tarik yang diijinkan (N/mm2)
F = gaya aksial murni (tarik/tekan) (N)
A = luas penampang poros berlubang (hollow shaft) (mm2)
do = diameter luar poros berlubang (hollow shaft) (mm)
di = diameter dalam poros berlubang (hollow shaft) (mm)

2. Poros Dengan Beban Torsi Murni


a. Poros bulat (pejal)
Bila momen puntir T dibebankan pada suatu diameter poros ds (mm),maka tegangan
geser (N/mm2) yang terjadi adalah :

16 T
= 3
d

Dimana :
= tegangan geser yang diijinkan (N/mm2)
T = momen torsi murni (N mm)
d = diameter poros pejal (solid shaft) (mm)

Syarat pemakaian rumus :


• Beban torsi murni
• Beban lain tidak diperhitungkan.
• Diameter poros yang dihasilkan merupakan diameter poros minimum, sehingga
harus diambil yang lebih besar.
Tegangan geser yang diijinkan untuk pemakaian umum pada poros dapat diperoleh dengan berbagai
cara, salah satunya dihitung atas dasar batas kelelahan puntir adalah 18% dari kekuatan tarik ❑t
(sesuai standar ASME).
Untuk harga 18% ini faktor keamanan diambil sebesar 1/0,18 = 5,6. Harga 5,6 ini diambil untuk
bahan SF dan 6,0 untuk bahan SC dan baja paduan. Faktor ini dinyatakan dengan Sf1.
Selanjutnya perlu ditinjau apakah poros akan diberi alur pasak atau dibuat bertangga,
karena pengaruh konsentrasi tegangan cukup besar. Pengaruh kekasaran permukaan juga harus
diperhatikan. Faktor-faktor ini dinyatakan dengan Sf2 dengan harga sebesar 1,3 sampai 3,0.
Dari hal-hal diatas maka besarnya dapat dihitung dengan :
❑t
= S xS
f1 f2

b. Poros berlubang

16 T d o
= 4 4
(d o −di )

di
Jika : perbandingan diameter dalam dan luar adalah k = , maka :
do
16 T
= d 3 (1−k 4 )
o

Dimana :
= tegangan geser yang diijinkan (N/mm2)
T = momen torsi murni (N mm)
do = diameter luar poros berlubang (hollow shaft) (mm)
di = diameter dalam poros berlubang (hollow shaft) (mm)

Contoh soal
1. Suatu poros berputar 2000 rpm untuk meneruskan daya 100 kW. Bahan poros adalah
mild steel dengan tegangan geser yang diijinkan 42 MPa. Tentukan diameter poros.

2. Suatu poros pejal terbuat dari baja untuk menerskan daya 50 kW pada putaran 1000
rpm. Tegangan tarik bahan poros 360 MPa dan SF = 8.
Tentukan : a. diameter poros.
b. diameter poros berlubang, bila k = 0,5.

3. Poros Dengan Beban Lengkung/Bengkok Murni.


a. Poros bulat (pejal)

32 M b
❑b = 3
d

Dimana :
❑b = tegangan lengkung yang diijinkan (N/mm2)
Mb = momen lengkung (N mm)
d = diameter poros pejal (solid shaft) (mm)

Syarat pemakaian rumus :


• Beban lengkung
• Beban lain tidak diperhitungkan.
• Diameter poros yang dihasilkan merupakan diameter poros minimum, sehingga
harus diambil yang lebih besar.

b. Poros berlubang

32 M b d o
❑b = 4 4
(d o −di )

Atau :
32 M b
❑b = 3 4
d o (1−k )

Dimana :
❑b = tegangan lengkung yang diijinkan (N/mm2)
Mb = momen lengkung (N mm)
do = diameter luar poros berlubang (hollow shaft) (mm)
di = diameter dalam poros berlubang (hollow shaft) (mm)

c. Contoh soal
1. Dua buah roda dihubungkan dengan poros, menerima beban masing-masing 50 kN, sejauh 100
mm dari bagian tengah roda. Jarak antar sumbu roda : 1400 mm. Tentukan diameter poros jika
tegangan lentur tidak boleh melebihi : 100 MPa.

4. Poros dengan beban kombinasi puntir dan lentur


• Teori penting yang digunakan :
1. Teori Guest : teori tegangan geser maksimum, digunakan untuk material yang ductile
(liat) misal mild steel.
2. Teori Rankine : teori tegangan normal maksimum, digunakan untuk material yang brittle
(getas) seperti cast iron.
1. Teori Guest : tegangan geser maksimum

2. Teori Rankine : tegangan normal maksimum :

Contoh soal
1. Poros dibuat dari mild steel untuk meneruskan daya 100 kW pada putaran 300 rpm
panjang poros 300 mm. Dua buah puli dengan beban masing-masing 1500 N diletakka
pada poros dengan jarak masing-masing 100 mm dari sisi luar poros. Jika tegangan geser
bahan poros : 60 MPa, hitung diameter poros berdasarkan Te dan Me.

5. Poros dengan Beban Berfluktuasi


Pembahasan yang telah dilakukan di atas adalah poros dengan beban torsi dan momen lentur
konstan. Jika terjadi fluktuasi beban baik torsi maupun lentur, maka perlu ditambahkan faktor
yang berkaitan dengan fluktuasi torsi maupun lenturan.
Jika :
• Km : faktor momen lentur akibat kombinasi beban shock dan fatigue.
• Kt : faktor torsi/puntiran akibat kombinasi beban shock dan fatigue
maka :

Tabel . Harga Km dan Kt Untuk Beberapa Beban

Contoh soal :
1. Sebuah poros terbuat dari Mild Steel digunakan untuk meneruskan daya 23 kW pada
putaran 200 r/min. Jika beban momen lentur yang diterima poros sebesar 562,5 x 103
Nmm, tegangan geser ijin 42 MPa dan tegangan tarik ijin 56 MPa, berapa diameter poros
yang diperlukan jika beban berupa beban fluktuasi dengan tipe gradually applied loads ?
Jawab :
P = 23 kW = 23 000 W
n = 200 r/min
M = 562,5 x 103 Nmm
τ = 42 MPa
σ = 56 MPa
Gradually applied loads, Km = 1,5 dan Kt = 1 (lihat table)
6. Poros Dengan Beban Aksial dan Kombinasi Torsi Lentur
• Contoh : poros baling-baling, poros worm gear.
Soal Latihan:
1. Sebuah poros digunakan untuk meneruskan daya 20 kW pada putaran 200 r/min.
Panjang total poros 3 meter, dengan kedua ujung poros ditumpu oleh masing-masing
satu bantalan. Poros menerima beban lentur yang berasal dari beban seberat 900 N
yang diletakkan di tengah-tengah poros tersebut. Jika poros dibuat dari bahan dengan
tegangan geser maksimum 126 N/mm2 dan Safety Factor (SF) = 3, hitunglah diameter
poros tersebut berdasarkan torsi ekuivalen yang terjadi.
2. Sebuah poros terbuat dari baja dengan tegangan tarik luluh (yield) 700 MPa menerima
beban momen lentur 10 kNm, beban torsi 30 kNm dan SF = 3.
a. Hitung diameter poros berdasarkan teori tegangan geser maksimum dan tegangan
geser minimum.
b. Jika beban berfluktuasi dengan tipe beban Suddenly applied load with major shock,
hitung diameter poros yang diperlukan.
3. Sebuah poros digunakan untuk meneruskan daya 10 kW pada putaran 400 r/min. Jika
poros terbuat dari bahan dengan tegangan geser ijin 40 MPa, hitung diameter poros
yang diperlukan.
4. Sebuah poros berlubang terbuat dari bahan baja dengan tegangan geser maksimum
62,4 MPa. Poros digunakan untuk meneruskan daya 600 kW pada putaran 500 r/min.
Hitung dimensi poros luar dan dalam jika diemeter luar dua kali lebih besar dari
diameter dalam dan torsi maksimum yang terjadi 20 % dari torsi normal.

Anda mungkin juga menyukai