Anda di halaman 1dari 6

Mikroorganisme Amoeba

a) Pengertian Amoeba
Amoeba merupakan organisme uniseluler yang memiliki kemampuan untuk
mengubah bentuknya. Mereka biasanya ditemukan di badan air seperti kolam, danau, dan
sungai yang berarus lambat. Terkadang, organisme uniseluler ini juga dapat masuk ke dalam
tubuh manusia dan menyebabkan berbagai penyakit.

b) Klasifikasi Amoeba

Secara tradisional, amuba dikelompokkan dalam Kingdom Protista karena tidak


diklasifikasikan sebagai tumbuhan, hewan, atau jamur. Namun, amuba termasuk dalam
eukariota karena mereka memiliki inti yang sebenarnya. Meskipun secara teknis bukan
amuba sejati, Naegleria fowleri, atau lebih umum disebut amuba pemakan otak, adalah
organisme amoeboid yang dapat masuk ke tubuh manusia melalui hidung. Ini terutama
memakan neuron, sehingga menghancurkan jaringan otak. Tidak mengherankan, tingkat
kematian akibat infeksi ini tinggi – 97%.
Domain : Eukaryota
(Tanpa Takson) : Unikonta
Kerajaan : Amoebozoa
Subfilum : Labosa
Kelas : Tubulinea
Subkelas : Sarcodina
Ordo : Tubulinida
Famili : Amoebidae
Genus : Amoeba

c) Struktur Morfologi Sel Amoeba

d) Sifat dan Krakteristik Amoeba

Sensitif terhadap Perubahan Cahaya dan Lingkungan: Amoeba memiliki sifat


yang sangat sensitif terhadap perubahan cahaya dan lingkungan tempat hidupnya. Ini
menunjukkan bahwa organisme ini dapat merespons perubahan dalam lingkungannya, yang
merupakan salah satu cara mereka untuk bertahan hidup.

Reproduksi Vegetatif dan Pembelahan Sel: Amoeba bereproduksi dengan cara


vegetatif atau melakukan pembelahan sel. Reproduksi vegetatif adalah cara reproduksi
aseksual di mana amoeba membelah diri menjadi dua individu baru. Proses ini dapat
mempercepat pertumbuhan populasi amoeba.

Tidak Memiliki Dinding Sel: Salah satu ciri khas amoeba adalah bahwa mereka
tidak memiliki dinding sel. Ini berarti tubuh amoeba tidak dilindungi oleh dinding sel yang
keras seperti pada banyak organisme lain. Ketidakberadaan dinding sel ini memungkinkan
amoeba untuk berubah-ubah bentuk dan bergerak dengan fleksibel.

Bersel Tunggal (Uniseluler): Amoeba umumnya terdiri dari satu sel tunggal.
Mereka adalah organisme bersel tunggal, yang berarti bahwa seluruh organisme terdiri dari
satu sel saja. Hal ini berbeda dari organisme bersel banyak (multiseluler) yang terdiri dari
banyak sel yang bekerja bersama dalam tubuh mereka.

Heterotrof: Amoeba bersifat heterotrof, yang berarti mereka tidak dapat


menghasilkan makanan mereka sendiri melalui fotosintesis atau proses anorganik lainnya.
Sebagai gantinya, mereka bergantung pada memakan partikel makanan kecil seperti bakteri
atau alga kecil yang ada di lingkungan mereka.

Berkembang Biak dengan Pembelahan Biner: Salah satu metode reproduksi


amoeba adalah melalui pembelahan biner. Proses ini melibatkan pembelahan sel amoeba
menjadi dua sel baru yang identik. Ini adalah cara umum reproduksi aseksual pada amoeba.

Eukariotik: Amoeba adalah organisme eukariotik, yang berarti mereka memiliki


membran inti. Membran inti ini mengelilingi materi genetik amoeba dan memisahkannya dari
sitoplasma. Ini adalah salah satu karakteristik utama organisme eukariotik.

Bergerak dengan Pseudopodia: Salah satu ciri unik amoeba adalah


kemampuannya untuk bergerak bebas. Mereka melakukan gerakan ini dengan menggunakan
alat gerak berupa kaki semu yang disebut pseudopodia. Pseudopodia memungkinkan amoeba
untuk mengubah bentuk tubuh mereka dan bergerak ke arah makanan atau menjauh dari
ancaman.

e) Cara Perkembangbiakan Amoeba

 Membelah Diri
amoeba berkembang biak dengan cara membelah diri atau fragmentasi. Proses
reproduksi aseksual amoeba ini tidak melibatkan materi genetik dari individu lain, karena
setiap sel amoeba memiliki materi genetiknya sendiri.

Proses reproduksi aseksual amoeba dimulai dengan replikasi materi genetik yang
terdapat dalam inti selnya. Selanjutnya, terjadi proses mitosis, nukleus sel membelah, dan
akhirnya, sitoplasma serta membran luar sel terbelah menjadi dua. Setiap sel baru yang
dihasilkan mengandung materi genetik yang identik dengan sel aslinya. Proses reproduksi ini
disebut pembelahan biner.

Tahap akhir dari reproduksi amoeba adalah ketika ada potongan sempit yang
menghubungkan dua sel baru. Melansir dari Sciencing, para ilmuwan di Institut Weizmann
menjelaskan bahwa terkadang proses reproduksi amoeba dapat berhenti pada tahap ini,
tergantung pada kondisi lingkungan.

Amoeba memiliki inti sel sebagai komponen utama dalam proses reproduksinya.
Masih mengutip dari sumber yang sama, inti sel amoeba nantinya akan membelah menjadi
dua bagian awalnya, dan kemudian dikelilingi oleh dinding dan cairan sel. Hasil dari
pembelahan ini akan menjadi dua amoeba baru yang mandiri.

 Membentuk Tunas

Selain menggunakan metode pembelahan biner, amoeba juga memiliki cara


reproduksi aseksual yang lain, yaitu dengan membentuk tunas. Cara berkembang biak ini
terjadi ketika amoeba berada dalam lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhan dan
perkembangbiakan yang optimal.

Pada saat-saat tertentu, amoeba yang telah mencapai tahap usia tertentu akan
memulai proses pembentukan tunas ini. Tunas ini dapat dianggap sebagai "anak" amoeba
yang baru akan tumbuh dan berkembang menjadi individu amoeba yang mandiri. Proses ini
mirip dengan perkembangan tunas pada tanaman, organisme baru tumbuh dari organisme
yang sudah ada.

Proses pembentukan tunas ini memberikan keunggulan adaptif kepada amoeba


dalam menghadapi perubahan lingkungan yang mungkin mengganggu reproduksi aseksual
mereka yang lainnya. Cara ini, membuat amoeba dapat mempercepat proses reproduksi
aseksual secara keseluruhan, sehingga mereka dapat berkembang biak lebih efisien dalam
kondisi yang tidak ideal.

Hal ini menunjukkan tingkat adaptabilitas yang luar biasa dari amoeba dalam
menjaga kelangsungan hidupnya. Mereka mampu mengubah strategi reproduksi mereka
sesuai dengan perubahan kondisi lingkungan, memastikan bahwa populasi amoeba dapat
bertahan dan berkembang bahkan di dalam lingkungan yang berubah-ubah.

f) Dampak mikroorganisme Moeba Bagi Kesehatan


 Komplikasi Disentri

Disentri adalah penyakit yang dapat berkembang menjadi kondisi serius apabila
tidak segera mendapatkan penanganan secara tepat. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi
akibat disentri adalah sebagai berikut:

Komplikasi yang paling sering terjadi pada penderita disentri adalah dehidrasi.
Diare yang berkepanjangan akibat disentri menyebabkan tubuh kehilangan cairan. Cairan
tubuh yang tidak terpenuhi dapat menimbulkan komplikasi berupa dehidrasi berat. Dehidrasi
berat termasuk dalam komplikasi yang berbahaya, terutama pada lansia dan anak-anak.

Disentri yang menyerang anak-anak sering kali menyebabkan komplikasi berupa


kejang. Hingga saat ini belum diketahui secara pasti tentang penyebab kejang pada anak-anak
penderita disentri. Ada kemungkinan kejang disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit
dalam tubuh. Namun, kondisi ini dapat hilang dengan sendirinya.

Penyakit disentri yang tidak ditangani secara tepat juga dapat menyebabkan
abses, baik itu abses hati, jantung, atau paru-paru. Pasalnya, infeksi amoeba dapat menyebar
hingga organ-organ tersebut. Inilah mengapa diperlukan penanganan sesegera mungkin untuk
mencegah terjadinya penyebaran.

Selain kondisi-kondisi di atas, beberapa komplikasi lain yang dapat terjadi akibat
disentri adalah sebagai berikut:

 Kekurangan kalium.
 Kekurangan nutrisi.
 Arthritis (radang sendi).
 Prolaps rektum.
 Sepsis (masalah kesehatan akibat reaksi tubuh terhadap infeksi yang terjadi
pada darah dan menyebar ke seluruh tubuh).
 Sindrom uremik hemolitik.

g) Cara Pengendalian Mikroorganisme Amoeba

Disentri dengan gejala ringan biasanya akan pulih dengan sendirinya meski tanpa
pengobatan khusus. Namun, penderita disentri wajib memperbanyak asupan cairan untuk
menggantikan cairan tubuh yang hilang akibat diare.Sementara itu, bagi pasien yang
membutuhkan perawatan biasanya akan menjalani beberapa pengobatan berikut ini:

 Antibiotik: Pemberian antibiotik bertujuan untuk melawan bakteri penyebab disentri.


Obat ini harus dihabiskan sekalipun Anda sudah merasa membaik atau sembuh untuk
mencegah resistensi.
 Memperbanyak minum air dan oralit: Pengobatan ini bertujuan untuk menggantikan
cairan tubuh yang hilang akibat diare. Larutan oralit bisa dikonsumsi oleh anak-anak.
Meski begitu, perlu diingat bahwa oralit bukanlah untuk menyembuhkan disentri
tetapi membantu mencegah terjadinya dehidrasi dan mengembalikan kadar elektrolit
yang hilang.
 Pemberian cairan infus: Pasien disentri yang mengalami dehidrasi berat
membutuhkan penanganan dengan segera sehingga dokter biasanya akan memberikan
cairan infus. Hidrasi melalui infus dapat memenuhi kebutuhan cairan tubuh dengan
cepat.
Disentri tidak hanya mudah menular, tetapi juga berisiko menimbulkan komplikasi
berbahaya.

Anda mungkin juga menyukai