6 80 2 PB
6 80 2 PB
Nugroho Susanto1*, Nur Alvira, Pascawati2, Sri Sahayati3, Hesti Yuningrum4, Setiawan5, Aline
Freyeseli Jeshelpsi6, Agry vrikli faat rasyid 7.
1,2,3,4,5,6,7
Program Studi Kesehatan Masyarakat Program Sarjana, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Respati Yogyakarta
*
Email: nugroho_susanto@respati.ac.id
*Alamat lengkap korespondensi: Universitas Respati Yogyakarta kampus 2, Jl. Raya Tajem km
1.5 Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta
PENDAHULUAN
Penyakit hepatitis masih merupakan masalah diberbagai daerah. Hepatitis akut terdiri dari virus
hepatitis A dan virus hepatitis E, sedangkan hepatitis kronis terdiri dari virus hepatitis B dan virus
hepatitis C. Di Indonesia penyakit Hepatitis yang paling banyak di derita adalah hepatitis A, B dan
hepatitis C. Perkembangan penyakit hepatitis tiap tahun mengalami penigkatan,hal ini bisa dilihat
berdasarkan data sekitar dua miliar penduduk dunia pernah terinfeksi virus Hepatitis B dan 360 juta
orang di antaranya terinfeksi kronis yang akan berpotensi menjadi sirosis dan karsinoma
hepatoselular dengan angka kematian sebesar 250.000 per tahun.
Sementara itu, jumlah penduduk yang pernah terinfeksi virus hepatitis B ditunjukkan dengan
angka Anti-HBc sebesar 34%, dan cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Ini berarti
penularan horizontal memegang peran yang penting dalam penyebaran hepatitis B. Untuk hepatitis C,
ditunjukkan dengan angka anti-HCV positif sebesar 0,8%, dengan angka tertinggi pada kelompok
usia 55-59 tahun yaitu sebesar 2,12%. Hepatitis Virus B (HBV) menyebabkan peradangan hati akut
atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.
Melihat perkembangan penyakit hepatitis dan Indonesia termasuk wilayah endemic, hal itu perlu
penanganan serius untuk menghambat perkembangan penyakit tersebut. Salah satu caranya adalah
memberikan informasi tentang penanganan penyakit hepatitis untuk masyarakat dan instansi yang
terkait, berdasarkan permasalahan tersebut diperlukan upaya peningkatan pengetahuan kepada
masyarakat.
Upaya pencegahan penyakit hepatitis akut dapat dilakukan melalui upaya peningkatan
pengetahuan pada masyarakat yang bersangkutan. Penguatan pada masyarakat menyebabkan
kemandirian masyarakat dalam upaya pencegahan terhadap penyakit khususnya penyakit
hepatitis akut. Tujuan pengabdian masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang penyakit hepatitis akut.
METODE PELAKSANAAN
Rancangan yang digunakan dalam pengabdian dengan pra eksperimen dengan melihat
pengetahuan partisipan sebelum dan setelah intervensi penyuluhan. Metode yang digunakan dalam
kegiatan dengan cemarah dan diskusi. Substansi materi yang diberikan dalam penyuluhan meliputi
Susanto,dkk. (Penguatan Pencegahan Penyakit Hepatitis Akut Melalui Penyuluhan di Kelurahan
Purwobinangun, Kapanewon Pakem)
2
https://jaskesmas.respati.ac.id/index.php/
Jurnal Pengabdian Kesehatan Masyarakat
Vol. 1 No. 1 Juni, Tahun 2022 p-issn: 2962-5874/e-issn:2962-5882
3 Pendidikan
SD 1 5,0
SMP 2 10,0
SMA 15 75,0
PT 2 10,0
4 Skor Pengetahuan
Pre 59,00±15,86 83,50±10,89
Post
Hasil analisis menunjukkan bahwa Sebagian besar partisipan yang mengikuti perempuan
sebesar 80%, rerata usia 42,95 dan Sebagian besar partisipan yang mengikuti berpendidikan setingkat
SMA sebesar 75%. Berdasarkan distribusi skor jawaban partisipan yang benar seperti terlihat pada
table berikut:
Tabel 2 Hasil analisis distribusi pesebaran skorjawaban responden yang meliputi pertanyaan 1 sampai
pertanyaan 10.
No Pertanyaan Jawaban
Pre N Persen N
1 Pertanyaan 1 Benar 16 20
Salah 4 0
2 Pertanyaan 2 Benar 11 18
Salah 9 2
3 Pertanyaan 3 Benar 13 18
Salah 7 2
4 Pertanyaan 4 Benar 14 19
Salah 6 1
5 Pertanyaan 5 Benar 9 20
Salah 11 0
6 Pertanyaan 6 Benar 4 14
Salah 16 6
7 Pertanyaan 7 Benar 14 14
Salah 6 6
8 Pertanyaan 8 Benar 15 15
Salah 5 5
9 Pertanyaan 9 Benar 5 11
Salah 15 9
10 Pertanyaan 10 Benar 17 18
Salah 3 2
Berdasarkan hasil jawaban benar Sebagian besar sebelum penyuluhan terdapat pada
pertanyaan 10 sebesar 17 partisipan yang menjawab benar sedangkan pertanyaan yang jawaban paling
banyak salah pada pertanyaan 9 sebesar 15 partisipan. Pada jawaban post test Sebagian besar yang
benar pada pertanyaan 5 sedangkan Sebagian besar salah pada pertanyaan 9. Berdasarkan hasil analisis
perbedaan pre dan post test pemberian penyuluhan hepatitis seperti terlihat pada table berikut:
Table. 3 Perbedaan skor pengetahuan hepatitis antara sebelum dan setelah pemberian penyuluhan di
Desa Purwobinangun.
Mean±SD t p
Pengetahuan Hepatitis
Berdasarkan hasil analisis didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan pengetahuan signifikan
antara sebelum dan setelah pemberian intervensi penyuluhan hepatitis t = 6,17; p = 0,000. Hal ini
menunjukkan hasil yang signifikan secara statistik.
PEMBAHASAN
Penyakit hepatitis akut merupakan penyakit yang saat ini menjadi isu utama di masyarakat
khususnya dan Indonesia pada umumnya. Kejadian hepatitis akut saat ini menjadi isu utama dan
merupakan penyebab kematian di Indonesia. Hasil pengabdian menyebutkan bahwa sebagian
partisipan peserta adalah perempuan 80%, rerata usia 42,95 dan pendidikan SMA 75%. Hasil
pengabdian sejalan dengan kondisi diberbagai belahan dunia yang menyebutkan bahwa di Asia
Tenggara yaitu 5-15% populasi merupakan karier hepatitis B kronik dan hampir 25% diantaranya
mengalami penyakit hati kronik seperti fibrosis hati hingga sirosis dan karsinoma hepatoseluler [12] .
Hasil pengabdian sejalan dengan kondisi masyarakat di Kalurahan Purwobinangun yang
Sebagian besar berpendidikan SLTA. Pendidikan sederajat tingkat SMA lebih memungkinkan untuk
penerimaan informasi sehingga mempermudah dan tepat sebagai agen perubahan dalam upaya
pencegahan penyakit hepatitis. Hasil berbagai kajian ilmiah sebelumnya (1) Pada lansia masalah
kesehatan cenderung lebih tinggi dibanding dengan usia muda. Keadaan ini menyebabkan usia muda
lebih dimungkinkan untuk upaya pencegahan dan perubahan perilaku berrisiko.
Pendapat 2022 menyebutkan bahwa angka kematian hepatitis E lebih rendah pada orang dengan
status Kesehatan baik tetapi lebih tinggi pada orang dengan penyakit sirosis. (11) Kajian sebelumnya
bahwa kejadian penyakit hati meningkat seiring dengan kondisi kejadian COVID-19 yang dialami
penderita. Penderita dengan terinveksi COVID-19 meningkatkan kerusakan sel hati. (12) Pencegahan
melalui imunisasi efektif menurunkan hepatitis B virus di Itali. Imunisasi dapat membuat kekebalan
bagi tubuh yang sudah mendapatkan imunisasi.(13)
Penyakit hepatitis kronik terbanyak disebabkan oleh virus hepatitis B. Prevalensinya sangat
tinggi di Kawasan. Keadaan ini dibutuhkan upaya pencegahan secara sistematis dan benar. Hasil
kajian keilmuan sebelumnya terkait dengan penyakit hepatitis menyebutkan bahwa (2) Upaya
pencegahan dapat juga dilakukan melalui perbaikan gizi, hasil telaah sebelumnya menyebutkan bahwa
pemberian bromelin dapat menurukan berbagai penyakit. Kajian sebelumnya (4) Upaya pencegahan
penyakit dapat dilakukan melalui upaya promotive dan preventive. Upaya promotive lebih mendorong
dalam upaya perubahan perilaku pada masyarakat. Upaya preventive lebih diupayakan dalam
pembatasan terkait gizi, perilaku konsumsi alkohol.
Hasil kajian ilmiah sebelumnya (5) Upaya pencegahan pada penyakit diabetes lebih berorientasi
pada penyakit kronis sehingga untuk upaya pencegahan lebih tepat pada aspek pembatasan gizi
dibanding dengan upaya pencegahan pada aspek perilaku. Pada penyakit hepatits dengan sifat penyakit
yang akut sehingga diperlukan upaya penanganan yang cepat dan tepat. Kajian ilmiah sebelumnya (6)
menyebutkan bahwa penyakit akut seperti ISPA upaya pencegahan berbeda dengan penyakit hepatitis.
Pendekatan pencegahan penyakit lebih berpegang pada penyebab penyakit. Penyakit hepatitis lebih
disebabkan oleh virus sedangkan penyakit ISPA lebih cenderung disebabkan oleh bacteri. Kajian
penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa diagnosis pentig dalam upaya pencegahan dan
pengendalian penyakit (7).
Masyarakat berpotensi terserang hepatitis dapat terjadi disemua lapisan masyarakat. Kajian
ilmiah sebelumnya terkait Penyakit hepatitis B disebabkan oleh virus HVB. Kajian ilmiah sebelumnya
(8) bahwa kejadian hepatitis dilingkungan pekerja sangat besar. Hepatitis pada pekerja lebih
cenderung disebabkan oleh hepatitis c dan d (9). Peningkatan penyakti hepatitis lebih sering terjadi
pada anak-anak khususnya hepatitis b. kajian ilmiah sebelumnya menyebutkan bahwa (2022) 11 %
bayi disomalia mengalami hepatitis akut. Hal ini dibutukan prosedur imunisasi hepatitis yang baik
bagi anak-anak.(10) Hepatitis E dapat berkembang menjadi kronis pada manusia. Pada hepatitis E
kejadian kerusakan hepar bisa parah (14). Kajian ilmiah sebelumnya (15) Pemberian pelatihan dapat
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman petugas, sehingga pemberian pelatihan efektif
meningkatkan ketrampilan bagi petugas surveilans.
Berdasarkan skor rerata pengetahuan antara sebelum dan setelah intervensi diperoleh hasil
bahwa terjadi peningkatan rerata skor pengetahuan sebelum dan setelah intervensi Pengetahuan terkait
dengan pengetahuan hepatitis. Kajian ilmiah sebelumnya (16) Faktor yang terkait dengan rujukan
penyakit dapat disebabkan pemahaman subjek terkait dengan informasi pelayanan kesehatan, sehingga
keadaan ini mempermudah masyarakat untuk merujuk pasien. Kajian sebelumnya (17) menyebutkan
bahwa pemberian pelatihan dzikir bagi pelajar dapat meningkatkan pengetahuan bagi pelajar dan
dapat menurunkan tingkat stressor bagi pelajar. Hasil kajian sebelumnya (18) Pemberian pelatihan
signifikan dapat mempengaruhi perubahan pengetahuan dan Tindakan petugas surveilans. Hal ini
memberikan kesimpulan bahwa pemberian pelatihan efektif meningkatkan pengetahuan responden.
Selain pencegahan melalui perilaku juga dilakukan pencegahan melalui pendekatan gizi seperti
bromelin pada buah nanas (2).
Upaya peningkatan pengetahuan (19) partisipan dapat meningkatkan perilaku dalam
pencegahan penyakit. Keadaan ini memberikan informasi bahwa peningkatan pengetahuan penting
dalam perubahan perilaku partisipan. Kajian ilmiah lainya terkait penyakit Covid-19 bahwa (20)
Penginkatan pengetahuan terkait covid-19 dapat mempengaruhi peningkatan subjek dalam
melaksanakan imunisasi
Covid-19. Kajian ilmiah sebelumnya menyebutkan bahwa untuk panduan diagnosis dan deskripsi dari
penyakit dan kondisi klinis untuk pelaksanaan prosedur transplantasi hati (21)
Untuk penyempurnaan dibutuhkan pengabdian lanjutan (3) terkait upaya penguatan terhadap
perilaku. Pada pengabdian ini masih terdapat kelemahan dalam jumlah partisipan dan Pada penelitian
ini terdapat kelemahan dalam jumlah partisipan yang masuk dalam penelitian.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengabdian dapat disimpulkan bahwa terjadi penigkatan rerata skor
pengetahuan hepatitis antara sebelum dan sesudah intervensi.
DAFTAR PUSTAKA
2021;21(1):1–7.