Anda di halaman 1dari 5

MINI PROPOSAL

JUDUL

STRATEGI BADAN PENASIHATAN PEMBINAAN DAN PELESTARIAN


PERKAWINAN (BP4) DALAM MEMINIMALISIR PERCERAIAN DI PEKANBARU

DISUSUN OLEH :

NADILLA

2063201117

SEMESETER VI

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

UNIVERSITAS LANCANG KUNING


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkawinan adalah hubungan permanen antara dua orang yang diakui sah oleh
masyarakat yang bersangkutan yang berdasarkan atas peraturan perkawinan yang berlaku.
Tapi umumnya perkawinan itu eksklusif dan mengenal konsep perselingkuhan sebagai
pelanggaran terhadap perkawinan. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
perkawinan yang tertuang dalam Pasal 1 yaitu perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan keluarga yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Perceraian merupakan putusnya ikatan dalam hubungan suami istri berarti putusnya
hukum perkawinan sehingga keduanya tidak lagi berkedudukan sebagai suami istri dan tidak
lagi menjalani kehidupan bersama dalam suatu rumah tangga.

Setelah perceraian ada penyesuaian-penyesuaian yang harus dilakukan oleh kedua


belah pihak ( mantan suami dan mantan istri ) terhadap kehidupan mereka yg baru. Terutama
masalah finansial, apalagi perkawinan dari mereka telah dilahirkan seorang anak. Perceraian
menimbulkan dampak tersendiri bagi perkembangan anak. Perceraian orang tua dapat
menimbulkan trauma pskilogis yang dapat mempengaruhi kesejahteraan anak.

Sepanjang Tahun 2022 Perceraian di Riau Mencapai 9.296 Kasus. “Dari 9.296 kasus
ini, pemicu paling tinggi perceraian adalah perselisihan dan pertengkaran terus menerus,
yaitu mencapai 7.469 kasus. “kata Humas Pengadilan Tinggi Agama (PTA) Pekanbaru.
Sementara itu daerah yang paling tinggi angka percerainnnya adalah Kota Pekanbaru, yakni
1.823 Kasus. Tentunya sudah menjadi taggung jawab pemerintah melalui Badan Penasihatan
Pembinaan Dan Pelestarian Perkawinan menjadi pelindung dan menjaga keutuhan rumah
tangga dan memberikan pembinaan keluarga sakinah.

Keputusan Menteri Agama No. 85 Tahun 1961 yang mengukuhkan pendirian BP4
guna mendukung kelancaran pelaksanaan UU No.1 Tahun 1974 tentang peraturan
perkawinan dipandang perlu menegaskan kembali pengakuan BP4, dimana lembaga tersebut
merupakan satu-satunya yang bergerak dibidang penasihatan perkawinan dan mencegah
terjadinya perceraian. Kurang efektifnya Pengadilan Agama dalam mempersulit
perceraian,Akhirnya melalui SK Menteri Agama No 85 Tahun 1961 dibentuklah Badan
Penasihatan Pembinaan Dan Pelestarian Perkawinan (BP4), yang berada dibawah naungan
Departemen Agama dengan tugas-tugas menyelesaikan berbagai masalah yang timbul dari
perkawinan.

Yang menjadi alat ukur Strategi Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian
Perkawinan yaitu Membuat Program seperti Meningkatkan pelayanan
konsultasi/koseling,mediasi dan penasihatan perkawinan dan keluarga di setiap tingkat
organisasi. dan menjaga keutuhan rumah tangga dan memberikan pembinaan keluarga
sakinah.

Berdasarkan dari permasalahan di atas perlunya Strategi Badan Penasihatan


Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan di Pekanbaru. Oleh karena itu di dalam tulisan ini
penulis akan membahas tentang Statregi Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian
Perkawinan di Pekanbaru.

1.2 Landasan Teori

Strategi merupakan sekumpulan cara secara keseluruhan yang berkaitan dengan


pelaksaan gagasan, sebuah perencanaan dalam kurun waktu tertentu. Pelaksanaan strategi
menurut Wheelen dan Hunger dalam Safi’i dan Satlita (2016:3) adalah proses mewujudkan
strategi yang telah diformulasikan ke dalam aksi melalui tiga indikator, yaitu
program,anggaran serta prosedur.

Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,


Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami isteri dengan membentuk keluarga (Rumah Tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Menurut R.Subekti perceraian adalah penghapusan perkawinan dengan keputusan


hakim, atau tuntutan salah satu pihak dalam perkawinan itu.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “meminimalisir” belum ditemukan namun
dipadankan dengan kata “meminimalkan” berarti menjadikan minimal.Jadi meminimalisir
dapat diartikan memperkecil atau biasa digunakan mengutarakan bahwa sesuatu itu memang
tidak dapat dihilangkan atau diselesaikan sepenuhnya tetapi hanya bisa beberapa persen yang
bisa terselesaikan

Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan Merupakan badan atau


lembaga yang telah mendapatkan pengakuan resmi dari pemerintah, yaitu dengan
dikeluarkannya surat keputusan (SK) Menteri Agama Nomor 85 Tahun 1961 yang telah
menetapkan BP4 sebagai satu-satunya badan atau lembaga yang bergerak pada bidang
penasihatan perkawinan dan pencegahan terjadinya perceraian.

Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan sebagai mitra departemen


Agama bertugas membantu dalam meningkatkan mutu perkawinan dengan mengembangkan
gerakan keluarga sakinah. Dalam tatanan konsep ideal peranan BP4 sangat diperlukan untuk
menciptakan iklim yang kondusif dalam upaya mempertahankan keutuhan rumah tangga.
1.3 Metode Penelitian

a. Jenis dan Tipe Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode


kualitatif. Metode Kualitatif menekankan pada pengamatan fenomena dan lebih
meneliti subtansi makna dari fenomena tersebut.Oleh karena itu,Basri (2014) fokus
penelitian kualitatif adalah prosesnya dan pemaknaan hasilnya. Data dihimpun dengan
pengamtan yang seksama, mencakup deskripsi yang detail disertai hasil wawancara
yang mendalam berupa catatan-catatan,hasil analisa dokumen.

b. Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan teknik penelitian kualitatif yang bertujuan untuk
mendeskripsikan,menjelaskan,menganalisis suatu keadaan dan situasi nyata tentang
Strategi Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan di Pekanbaru.
Dengan demikian teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi.

c. Teknik Analisis Data


Adapun langkah yang peneliti gunakan dalam menganalisis data sesuai dengan
prosedur dan tahap-tahapan berikut :

1. Observasi
Observasi dapat diartikansebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap gejala yang dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencataatan secara
sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Sugiyono,
2012:39). Dalam kegiatan Observasi ini yang menjadi obyek/sasaran observasi
adalah Statregi Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan di
Pekanbaru.

2. Wawancara
Wawancara merupakan alat pengumpulan data atau informasi, dengan cara
mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula oleh
informan (Maman, 2009:47). Dalam penelitian ini sesuai sasaran dan tujuan
penelitian yaitu untuk mengetahui bagaimana Statregi Badan Penasihatan
Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan di Pekanbaru.

3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan mempelajari
dokumen,laporan,gambar elektronik, ensiklopedia,artikel,peraturan, dan literatur
lainnya yang relevan dengan permasalahan penelitian.
Referensi

Hamidah, Zahrotul. (2019). Peran Badan Penasihatan, Pembinaan, Dan Pelestarian


Perkawinan (BP4) Dalam Mencegah Perceraian (Studi Kasus Di KUA
Kecamatan Klojen Kota Malang). Jurnal Ilmiah Hukum Keluarga Islam,Vol 1
No 1 Tahun 2019
.

Hikmah Amaliah. 2019. Strategi Bimbingan Dan Pengembangan Keluarga Sakinah


Di BP4 DI Kementerian Agama Provinsi Riau. Skripsi. Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Viki Rahmat illahi. 2019. Peran Badan Penasihatan Pembinaan Dan Pelestarian
Perkawinan (BP4) Dalam Mengurangi Tingkat Perceraian Di Kecamatan
Kunto Darussalam Di Kabupaten Rokan Hulu. Skripsi. Fakultas Ilmu
Ekonomi Dan Ilmu Sosial . Pekanbaru

Gandha Adiyasa Patria, Bambag Eko Turisno, Adya Paramita Prabandari.(2020).


Perkawinan dan Peranan Badan Penasihatan Pembinaan Dan Pelestarian
Perkawina (BP4). Notarius,Volume 13 Nomor 1.

Anda mungkin juga menyukai