Anda di halaman 1dari 2

NOTULA RAPAT :

Rapat Koordinasi Teknis Pokja Land Subsidence

Tanggal : Jumat, 22 September


Pukul : 09.00 - selesai
DIREKTORAT Tempat : Qubika Boutique Hotel (Hybrid)
SUMBER DAYA AIR

Pimpinan Rapat : Henry Antonius Manahalu (Kepala Bidang Pengendalian Kebencanaan,


Kemenko Marves)
Agenda : Identifikasi faktor-faktor penyebab Land Subsidence di Wilayah Pesisir
serta Identifikasi program
Catatan Jalannya Rapat

 Land subsidence disepakati tetap menjadi perhatian, dalam rapat RPJMN 2025-2029.
Terutama dalam MP Pengamanan Pesisir Utara Jawa.
 Bu Dwi Sarah dari BRIN sudah melakukan identifikasi overpressure lempung untuk wilayah
Semarang.
 Dinas ESDM Jateng mempunyai kondisi muka air tanah realtime
http://siat.esdm.jatengprov.go.id/
 Pemetaan risiko bencana --> BNPB. Ada kebutuhan data yang perlu diidentifikasi : Penyiapan
peta ancaman dan risiko bencana kedalam integrasi satu peta dan satu data (peta ancaman,
risiko, pembentuk land subsidence).
 Perlu identifikasi parameter karena masih berjalan secara sektoral jadi belum ada datanya.
Integrasi berbagai instrumne untuk bisa ditetapkan secara bersama peta land subsidence
sehingga bisa digunakan teman2 BNPB untuk menyusun peta risiko bencana. Tahun depan
ada kegiatan untuk penyusunan standar dan membutuhkan pendapat para ahli. Semua data
bisa disatukan dalam bentuk spasial, tapi tingkat akurasi LS nya dipertanyakan.
 Walidata IGT Integrasi Land Subsidence belum teridentifikasi.. peta kerentanan penurunan
muka tanah.
 Penyelidikan penurunan tanah pantura jawa : Di tahun ini melakukan di pekalongan,
bandung, semarang dan demak, sidoarjo dan gresik juga, di tahun 2024 akan melakukan di
jakarta, bekasi (kolaborasi dengan BIG dan BRIN), rencana di Subang, Pekalongan dan
Semarang masih di monitoring.
 Perlu melakukan pemetaan penyebab penurunan tanah ... misal dari pengambilan air tanah
berapa %, kompaksi berapa %.
 Belum ada studi komprehensif terkait data nilai debit air berlebih yng diambil dan kapasitas
suplai air tanah pada lapisan akuifernya.
 Perlu adanya penguatan kebijakan dan wadah (dashboard) yang
menaungi/menampung/mengintegrasikan data & informasi dari setiap stakeholder secara
terpadu (seperti lokasi, status laju penurunan dan hasil kegiatan, serta krencana kegiatan
yang akan dilakukan di lokasi tersebut maupun hal lain yang diperlukan).
 Terdapat beberapa catatan mungkin terkait faktor antropogenik di Semarang. Apakah sudah
diidentifikasi faktor antropogenik tsb. Kegiatan apa saja yang boleh dan tidak boleh di
kawasan LS. Data LS mungkin perlu di kompilasi dan diinetgrasikan dan BIG.

 Untuk tanah musnah sudah diatur dalam ..... masyarakat yang terkena rob/abrasi masih sulit
untuk melepaskan haknya. sehingga saat KKP melakukan revitalisasi2 di pesisir menemukan
kendala. Untuk wilayah pantura saat ini sudah melakukan kegiatan revitalisasi peisisr
berbasis alam melalui pembangunan sabuk pantai (untuk menangkap sedimen) berharap
dapat mengembalikan garis pantai awal. Faktor sosial masih menjadi isu.
 Pembangunan sumur pantau bisa dilakukan di dekat bandara di Semarang. Bisa dibantu
untuk lokasi itu..akan melakukan pemantauan sumur pantau non aktif..
 Monitoring ada 3 metode. Sebagai dasar untuk menentukan mitigasi dan adaptasi yang
sesuai. Bagaimana data itu akan digunakan. Data Citra Radar LS, MoU dengan Jepang.. bisa
kolaborasi 50 sim data. Pergub No.93 tahun 2021 DKI Jakarta, sebagai langkah mitigasi
terkait kondisi LS di Jkt. Keterbatasannya saat ini, beberapa area urgent yang mengalami LS
spt di Jakut dan Jakbar belum bisa dilaksanakan karena belum ada pengganti distribusi air
permukannya. Daerah yang rawan ambles sebaiknya menjadi prioritas.
 Penyediaan air baku di P.Jawa sangat berat.. karena perlu mengakomodasi kebutuhan air
untuk indsutri. Penyediaan air di Jratunseluna masih kurang ada dua kemungkinan, airnya yg
kurang atau penduduknya yang meningkat. Untuk semarang masih cukup untuk perpipaan.
Belum bisa memenuhi kebuuthan DMI.
 Terdapat satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Air tanah adalah air yang mengisi sungai..
kalau sampai air tanah lebih rendah dari sungai, yang terjadi air sungai akan mengisi air
tanah. Ini bisa terjadi saat musim kemarau. Di gresik sungainya bisa kering. Penggunaan air
yang kurang bijak. Air yang kita pakai harus dibatasi.
 Direktorat Manajemen Penanggulangan Bencana dan Kebakaran. Melihat dari perspektif
pembinaan secara umum, didalam tusi sudah masuk divisi edukasi. Melihat beberapa OPD
diundang dalam rapat tapi tidak melihat ada BPBD. Tusi BPBD sangat berpengaruh untuk
kesiapsiagaan untuk Land Subsidence. Melibatkan BPBD dalam setiap forum dan rapat
terkait pembahasan teknis. Terus melakukan asistensi dan supervisi terkait Monev
Penanggulangan Bencana di Wilayah Pesisir.
 Kemendagri melihat proses LS ini menjadi sesuatu potensi bencana yang akan terjadi di
wilayah Indonesia. Upaya-upaya konkrit sesuai tusi kewenangan kemendagri sudah
dilakukan. Penguatan peran desa perlu digalakkan.Pemberdayaan desa dalam konteks
penanggulangan bencana.
 Sementara yang sudah disiapkan Kemenkomarves adalah membuat buku terkait apa yang
sudah dilakukan oleh Pokja LS sebagai keluaran dari Pokja. Harapannya buku ini bisa menjadi
simpul kegiatan yang sudah dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai