Anda di halaman 1dari 19

Pembuatan Model Prediksi Nilai Tanah Berbasis Bidang pada Daerah Potensi Konsolidasi Tanah

untuk Penanggulangan Bencana Banjir


Duty Kendartiwastra
Received: April 29, 2022 | Reviewed: June 19, 2022 | Accepted: July 29, 2022

PEMBUATAN MODEL PREDIKSI NILAI


TANAH BERBASIS BIDANG PADA DAERAH
POTENSI KONSOLIDASI TANAH UNTUK
PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR

LAND VALUE BASED ON LAND PARCEL


PREDICTION MODEL MAKING IN POTENTIAL
AREA OF LAND CONSOLIDATION FOR
FLOOD DISASTER MANAGEMENT

Duty Kendartiwastra1
1
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Bontang, Indonesia
Koresponden email: kendartiwastra@gmail.com

ABSTRAK
Pembangunan infrastruktur jaringan drainase menjadi solusi untuk bencana banjir yang sering terjadi di Kota Bontang.
Penyediaan ruang untuk pembangunan infrastruktur dilakukan melalui kegiatan konsolidasi tanah. Kegiatan konsolidasi tanah
tidak lepas dari proses penilaian tanah pada objek konsolidasi tanah, sehingga informasi nilai tanah menjadi faktor penting
yang harus diketahui sebelum pelaksanaan konsolidasi tanah. Ketersediaan informasi nilai tanah yang pada umumnya
berbasis zona memiliki berbagai kekurangan dan tidak cocok digunakan dalam terminologi konsolidasi tanah. Oleh karena
itu, diperlukan pembuatan model prediksi nilai tanah berbasis bidang di area potensi konsolidasi tanah. Pembuatan model
prediksi nilai tanah berbasis bidang dilakukan menggunakan metode penilaian massal dengan pendekatan harga pasar untuk
menentukan nilai tanah pada titik sample penilaian, metode network analysist untuk mencari jarak terdekat fasilitas umum
ke lokasi bidang tanah, dan geographically weighted regression (GWR) untuk melakukan prediksi nilai di setiap bidang tanah.
Data utama yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari kegiatan survei nilai tanah di Kota Bontang Tahun 2021 dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bontang Tahun 2019. Hasil pemodelan nilai tanah berbasis bidang menunjukkan bahwa
pembuatan informasi nilai tanah berbasis bidang mampu menjawab kelemahan yang sering ditemukan pada informasi nilai
tanah berbasis zona. Berdasarkan hasil permodelan, rata-rata koefisien determinasi (R2) sebesar 0,73 (mendekati nilai
akurat). Berdasarkan model tersebut sumbangan tanah untuk pembangunan (STUP) paling ideal adalah sebesar 48 m2 atau
iuran sebesar 48 dikalikan dengan nilai tanah pada masing-masing bidang.

Kata kunci : konsolidasi tanah, nilai tanah berbasis bidang, geographically weighted regression (GWR).

ABSTRACT
The construction of drainage network infrastructure is a solution for flood disasters that often occur in Bontang City. Provision
of space for infrastructure development is carried out through land consolidation activities. Land consolidation activities cannot
be separated from the land appraisal process on the land consolidation object, so that land value information is an important
factor that must be known before the implementation of land consolidation. Availability of land value information which is
generally based on zone, has various shortcomings and is not suitable for use in land consolidation terminology. Therefore,
it is necessary to make a prediction model of land value based on parcel in the potential area of land consolidation. The land
value based on parcel prediction model is made using the mass valuation method with a market price approach to determine
land value at the sample point, the network analysis method to find the closest distance of public facilities to the parcel location

69
JURNAL PERTANAHAN Vol. 12 No. 1 Juli 2022 69 - 87

and geographically weighted regression(GWR) to predict land value in each land parcel. The main data used in this research
are from land value survey activities in Bontang City in 2021 and Bontang City Spatial Plan in 2019. The result of field-based
land value modeling show that making field-based land value information is able to answer the weaknesses that are often
found in zone-based land value information. The model show an average determination coefficient (R2) of 0.73 (close to the
accurate value). Based on this model, the most ideal land contribution for development (STUP) is 48 square meters or the
contribution of 48 multiplied by the value of the land in each parcel.

Keywords : land consolidation, land value based on parcel, geographically weighted regression (GWR).

I. PENDAHULUAN 2012). Faktanya, sistem drainase di daerah rawan


banjir Kota Bontang masih kurang memadai. Daerah
Banjir merupakan bencana alam yang sering terjadi
rawan bencana banjir Kota Bontang dapat dilihat
di Kota Bontang, Kalimantan Timur. Sebagai kota
pada Gambar 1. Daerah tersebut membentang dari
yang mempunyai karakteristik topografi wilayah
Kelurahan Gunung Telihan Kecamatan Bontang
perbukitan, bencana banjir sering terjadi di daerah
Barat, Kelurahan Kanaan Kecamatan Bontang Barat,
dengan elevasi rendah akibat curah hujan tinggi.
sampai Kelurahan Gunung Elai Kecamatan Bontang
Sebagaimana berita yang sering muncul dalam
Utara, Kota Bontang, Provinsi Kalimantan Timur.
Tribun Kaltim, bahwa banjir rutin yang merendam
Pembangunan infrastruktur drainase pada daerah
wilayah Bontang disebabkan drainase tidak berfungsi
tersebut akan sangat membantu penanggulangan
normal karena elevasi drainase yang dibangun tak
bencana banjir di Kota Bontang.
menyesuaikan dengan bibir sungai. Akibatnya, aliran
air justru meluap ke rumah warga setiap hujan deras
(Udin, 2017). Volume air yang terjebak dalam elevasi
rendah ini seharusnya dialirkan ke daerah aliran
sungai (DAS) untuk menghindari genangan air yang
terjadi secara terus-menerus. Daerah aliran sungai
(DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan
satu kesatuan ruang dengan sungai dan anak-anak
sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan,
dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bontang Tahun 2019
ke laut secara alami (Peraturan Pemerintah Republik Gambar 1 Lokasi Penelitian
Indonesia Nomor 38 Tahun 2011). Dengan demikian, Dalam rangka mendukung pembangunan
keberadaan sungai sebagai penampung air alami infrastruktur sistem drainase, dibutuhkan penyediaan
sangat penting perannya dalam penanggulangan ruang dan/atau tanah yang cukup. Selain itu juga
banjir, salah satunya adalah Sungai Bontang yang diperlukan penaataan penguasaan, pemilikan,
mengalir sepanjang 12 km, melintasi 7 dari 15 penggunaan, dan pemanfaatan tanah di daerah
kelurahan di Kota Bontang (Badan Pusat Statistik rawan banjir agar manfaat dari terbangunnya fasilitas
Kota Bontang, 2020). Aliran Sungai Bontang berada umum (sistem drainase), dapat berdampak merata
di sepanjang daerah yang berdasarkan Rencana dan memberikan nilai manfaat secara menyeluruh.
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bontang Tahun Dengan demikian, konsolidasi tanah menjadi
2019 telah ditetapkan sebagai daerah rawan banjir. sarana yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut.
Keberadaan Sungai Bontang di daerah rawan banjir Konsolidasi tanah adalah kebijakan penataan
dapat dijadikan sebagai muara dari pengaliran kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan
genangan air melalui infrastruktur sistem drainase pemanfaatan tanah dan ruang sesuai rencana
yang baik. Sebagaimana diketahui bahwa bagian tata ruang serta usaha penyediaan tanah untuk
infrastruktur sistem drainase dapat didefinisikan kepentingan umum dalam rangka meningkatkan
sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya
untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan alam dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat
air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan (Peraturan Menteri ATR/BPN No. 12 Tahun 2019).
dapat difungsikan secara optimal (Kusumadewi et al., Pelaksanaan konsolidasi tanah meliputi kegiatan

70
Pembuatan Model Prediksi Nilai Tanah Berbasis Bidang pada Daerah Potensi Konsolidasi Tanah
untuk Penanggulangan Bencana Banjir
Duty Kendartiwastra

yang salah satunya adalah pengumpulan data fisik, dijadikan sebagai data sekunder untuk pertimbangan
yuridis, dan penilaian objek tanah. Penilaian objek dalam pemberian besaran nilai ganti rugi. Dengan
konsolidasi tanah dilakukan sebagai dasar adanya informasi nilai tanah yang tersedia sebelum
1. penetapan luas, bentuk, dan letak bidang tanah penetapan lokasi dan berbagai macam masalah
yang akan diperoleh kembali oleh peserta yang berpotensi timbul, maka bias permintaan
konsolidasi tanah; besaran ganti rugi terhadap nilai pasar asli dapat
diketahui, bahkan dapat diprediksi laju kenaikan
2. perhitungan aset masyarakat peserta
harganya melalui indeks kenaikan harga tanah yang
konsolidasi tanah;
terbentuk. Oleh karena itu, tidak hanya cakupan
3. pemberian ganti kerugian apabila dibutuhkan;
atau kuantitasnya saja yang perlu diperbesar, tetapi
dan
informasi tanah juga perlu pembaruan secara
4. nilai bidang tanah setelah konsolidasi tanah kontinu.
setidaknya sama dengan nilai bidang tanah
Pada umumnya, informasi nilai tanah disajikan
sebelum konsolidasi tanah.
dalam bentuk zona nilai tanah. Zona nilai tanah
(Peraturan Menteri ATR/BPN No. 12 Tahun 2019) adalah poligon yang menggambarkan nilai tanah
Mengingat pentingnya beberapa tujuan penilaian yang relatif sama dari sekumpulan bidang tanah di
objek konsolidasi tanah tersebut, sudah barang tentu dalamnya, yang batasannya bisa bersifat imajiner
informasi nilai tanah menjadi faktor penting yang ataupun nyata sesuai dengan penggunaan tanah
harus diketahui sebelum pelaksanaan konsolidasi dan mempunyai perbedaan nilai antara satu
tanah. Permasalahannya adalah ketersediaan dengan yang lainnya berdasarkan analisis petugas
informasi nilai tanah masih sangat minim di luar dengan metode perbandingan harga pasar dan
Pulau Jawa dan Bali. Cakupan peta zona nilai tanah biaya (Direktorat Penilaian Tanah ATR/BPN, 2020).
di Provinsi Kalimantan Timur adalah 5,1% dari total Tantangan dalam pembuatan informasi nilai tanah
keseluruhan luas wilayah administrasi (Puslitbang berbasis zona adalah bahwa sample penilaian
ATR/BPN, 2015). Sementara itu, kebutuhan akan tanah tidak bisa ideal tersebar merata dalam suatu
informasi nilai tanah mutlak dibutuhkan sebagai zona. Sudibyanung (2013) dalam penelitiannya
dasar penentuan penerimaan negara bukan pajak menjelaskan bahwa terjadi bias atau perbedaan
(PNBP) yang berlaku di Kementerian ATR/BPN nilai tanah dalam kutipan infromasi nilai tanah yang
(Peraturan Pemerintah No. 128 Tahun 2015). diterbitkan oleh Kantor Pertanahan terhadap nilai
Dalam konteks konsolidasi tanah, ketersediaan tanah pada kondisi realitanya. Hal ini terjadi karena
informasi nilai tanah dari waktu ke waktu (timeseries) sebaran titik sample yang tidak merata dikarenakan
sangat penting keberadaanya. Hal ini dikarenakan sulitnya mendapatkan sample penilaian tanah di
problematika yang umum terjadi dalam konsolidasi daerah yang kurang berkembang dan jarang terjadi
tanah yaitu tidak terdapat persesuaian harga, sehingga transaksi jual beli tanah (Sudibyanung et al., 2013).
menimbulkan turut campur tangannya pihak-pihak Kelemahan zona nilai tanah yang lain adalah
tertentu yang ingin mendapatkan keuntungan pribadi bahwa nilai tanah yang disajikan hanya terbatas
dengan memprovokasi masyarakat/warga pemilik pada jenis penggunaan tanah sehingga tidak dapat
tanah untuk meminta harga yang sangat tinggi/ mencerminkan variasi nilai pada bidang-bidang
tidak wajar, yang mengakibatkan musyawarah tidak tanah dalam satu zona tersebut. Sedangkan dalam
mencapai mufakat, dan pembangunan terhambat terminologi konsolidasi tanah, informasi nilai tanah
(Abuyazid & Barhamudin, 2020). Ketersediaan data akan menjadi acuan minimal atau gambaran umum
informasi nilai tanah juga menjawab permasalahan dalam pemberian ganti rugi pada masing-masing
yang sering dihadapi oleh penilai ketika terdapat objek konsolidasi tanah, sehingga informasi nilai
pihak yang melakukan penolakan terhadap proses tanah yang dibutuhkan pada proses persiapan
penilaian tanah sehingga penilai tidak dapat konsolidasi tanah idealnya juga harus berbasis bidang
melakukan penilaian secara langsung (Prima et atau persil. Edy Hartono dalam penelitiannya yang
al., 2019). Sebagai alternatif, keberadaan informasi berjudul “Aspek Sosial Ekonomi Konsolidasi Tanah
nilai tanah dari tahun-tahun sebelumnya dapat Perkotaan” mengemukakan bahwa perhitungan

71
JURNAL PERTANAHAN Vol. 12 No. 1 Juli 2022 69 - 87

iuran peserta konsolidasi tanah didasarkan pada dari perusahaan, sebagaimana yang tertuang dalam
tiga hal, yaitu berdasarkan luas tanah, berdasarkan Peraturan Presiden No. 13 Tahun 2010 tentang
nilai tanah, dan campuran antara luas tanah dan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Swasta
nilai tanah. Sebagai contoh, perhitungan iuran peran dalam Penyediaan Infrastruktur (Nurlinda, 2010).
serta di Kabupaten Badung, Bali, iuran 20% dari luas Keberadaan perusahaan-perusahan BUMN besar
tanah semula, dengan catatan bila luas tanah kurang di Kota Bontang seperti PT. Pupuk Kalimantan
dari 200 m2 dari luas tanah semula, iuran dapat Timur, PT. Badak NGL, dan PT. Indominco Mandiri
berupa uang (Edy, 2008). membuka peluang besar pelaksanaan konsolidasi
Selain itu, batas zona yang merupakan hasil tanah dengan melibatkan pihak ke-3 sebagai
asumsi penilai terhadap satu hamparan luasan yang pembantu penyediaan modal. Mempertimbangkan
nilai tanahnya dianggap sama akan menimbulkan nilai manfaat informasi nilai tanah berbasis bidang
subjektivitas terhadap hasil penilaian. Pada bagi seluruh pihak yang akan terlibat dalam kegiatan
praktiknya, tidak semua lokasi dapat didiskretkan konsolidasi tanah, maka pembuatan model prediksi
nilai tanahnya. Hal ini bergantung pada sebaran titik nilai tanah berbasis bidang pada daerah potensi
sample penilaian tanah. Semakin jauh lokasi suatu konsolidasi tanah untuk penanggulangan bencana
bidang tanah dari titik sample penilaian, seharusnya banjir menjadi penting untuk dilakukan.
tingkat faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tanah
juga semakin berbeda. Sehingga seharusnya batas II. METODE
zona tidak didasarkan pada penggunaan tanah, Dalam penelitian ini digunakan dua sumber data,
tetapi lebih kepada faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder
nilai tanah tersebut. Faktor yang mempengaruhi nilai seperti elevasi ketinggian topografi tanah, kawasan
tanah di suatu tempat sangat bervariasi, menurut rawan bencana, tutupan lahan, serta rencana
Kurdianto dalam (Sitorus et al., 2016) faktor- kawasan, didapatkan dari data spasial Rencana
faktor yang berpengaruh kuat terhadap nilai tanah Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bontang Tahun
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor terukur 2019. Metode sistem informasi geografis (SIG)
(misalnya, aksesibilitas dan jaringan infrastruktur seperti overlay, clip, dan union dilakukan terhadap
sarana dan prasarana kota) dan faktor tak terukur data-data tersebut untuk menentukan area potensi
(terdiri dari faktor adat, estetika, dan spekulasi). konsolidasi tanah. Selain itu, juga didukung dengan
Merujuk pada hal tersebut, maka salah satu faktor data citra satelit Google Earth untuk menganalisis
tak terukur berupa spekulasi yang mempengaruhi perkembangan area potensi konsolidasi tanah
nilai tanah salah satunya adalah risiko bencana menggunakan metode maximum likelihood
banjir. classification pada software ArcGIS. Citra satelit yang

Melihat berbagai kelemahan sistem penyajian digunakan terakuisisi pada tahun 2002, 2008, 2014,

informasi nilai tanah berbasis zona, maka dan 2020. Di sisi lain, data sekunder seperti batas

Kementerian ATR/BPN sebaiknya mengubah wilayah dan bidang tanah didapatkan dari aplikasi

paradigma pemetaan zona nilai tanah dari peta GeoKKP Kantor Pertanahan Kota Bontang pada

yang berskala kecil-sedang (1:250.000 – 1:25.000) Tahun 2021 juga digunakan untuk dasar pemodelan

yang berbasis bentang lahan menjadi pemetaan zona nilai tanah. Data primer diperoleh dari survei dan

nilai tanah berskala besar (1:5.000 – 1:500) yang pengamatan langsung di lokasi rawan bencana

berbasis bidang-bidang tanah (Pamularas, 2014). banjir di Kota Bontang pada Tahun 2021. Beberapa

Secara tidak langsung, ketersediaan informasi nilai data primer tersebut di antaranya adalah data hasil

tanah berbasis bidang yang lebih akurat dan presisi survei penilaian tanah, data foto atau gambar validasi

ini juga bisa memberikan kepercayaan bagi pihak tutupan lahan, dan koordinat fasilitas umum di sekitar

swasta untuk bekerja sama dengan pemerintah. daerah rawan banjir Kota Bontang.

Pembangunan sarana dan prasarana lingkungan Secara garis besar, pelaksanaan penelitian
wilayah yang dikonsolidasi dapat dibebankan pada dilakukan dengan beberapa macam metode, yaitu
badan usaha swasta yang menjadi partner, misalnya metode survei dan wawancara digunakan untuk
melalui bentuk corporate social responsibility (CSR) mendapatkan sample penilaian tanah. Selain itu,

72
Pembuatan Model Prediksi Nilai Tanah Berbasis Bidang pada Daerah Potensi Konsolidasi Tanah
untuk Penanggulangan Bencana Banjir
Duty Kendartiwastra

juga digunakan metode kuantitatif untuk menghitung Saragih, 2019). Untuk mendeteksi adanya cekungan
nilai tanah di setiap titik sample, pembuatan prediksi diperlukan analisis data digital elevation model
nilai tanah berbasis bidang, dan perhitungan (DEM). DEM adalah model digital yang memberikan
luas kawasan terbuka serta terbangun di area informasi bentuk permukaan bumi (topografi) dalam
potensi konsolidasi tanah melalui pengamatan bentuk data raster, vektor, atau bentuk data lainnya
citra satelit resolusi tinggi untuk mengetahui pola (Bambang, 2010). Bentuk topografi daerah rawan
dan laju pertumbuhan daerah. Sedangkan dalam bencana banjir ditunjukkan oleh Gambar 3 dengan
menentukan area potensi konsolidasi digunakan interval kontur 1 meter. Daerah rawan bencana banjir
pendekatan deskriptif kualitatif melalui analisis berada pada ketinggan 10 sampai 27 meter di atas
data-data sekunder yang didapatkan dan beberapa permukaan air laut namun didominasi oleh daerah
konsep serta dasar teori mengenai konsolidasi yang memiliki elevasi 10 sampai 16 meter di atas
tanah yang pernah ada. Hasil analisis deskriptif permukaan air laut. Berdasarkan bentuk topografi
kualitatif didukung menggunakan metode ekspos tersebut, dipilih daerah yang mempunyai elevasi
facto dengan melakukan pengamatan langsung di 10 sampai 12 meter di atas permukaan air laut
beberapa bagian area potensi konsolidasi tanah dan sebagai daerah yang mempunyai rentang ketinggian
dibuktikan dengan foto lapangan. Beberapa metode paling rendah di daerah rawan bencana banjir.
penelitian gabungan tersebut dilaksanakan sesuai Dengan demikian, potensi area konsolidasi tanah
urutan yang tertera dalam diagram pada Gambar 2. berada di wilayah yang ditunjukkan oleh Gambar 3.
Pada Gambar 3, dapat dilihat bahwa area tersebut
dilewati oleh 2 cabang daerahaliran Sungai Bontang
dan berada pada elevasi 10 sampai 12 meter dari
permukaan air laut sehingga pembangunan saluran
drainase diprediksi paling tepat dilakukan pada
cakupan area tersebut.

Gambar 2 Tahap Pelaksanaan Penelitian


Alat analisis statistik berupa perhitungan
koefisien determinasi (R ) dilakukan pada hasil
2

pembuatan model nilai tanah berbasis bidang


untuk mengetahui akurasi model prediksi nilai
tanah. Analisis statistik seperti perhitungan mean,
median, dan modus juga dipakai untuk mebaca
hasil pengolahan data, misalnya untuk melihat tren
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bontang Tahun 2019
kenaikan lahan terbangun, luas mayoritas bidang dan Hasil Analisis
tanah tanah di area potensi konsolidasi tanah, dan Gambar 3 Kontur Topografi Daerah Rawan Bencana Banjir
nilai tanah-rata di area potensi konsolidasi tanah, dan Area Potensi Konsolidasi Tanah

sehingga ditemukan skema ideal untuk penentuan Selain itu, dilakukan analisis deskriptif terhadap
sumbangan tanah untuk pembangunan (STUP) kondisi existing melalui survei langsung di area
dalam kegiatan konsolidasi tanah. potensi konsolidasi tanah seperti yang ditunjukkan
oleh poligon berwarna merah pada Gambar 3.
A. Penentuan Potensi Lokasi Foto kondisi eksisting dapat dilihat pada Gambar
Kegiatan Konsolidasi Tanah 4. Berdasarkan kondisi existing diketahui bahwa
Banjir genangan merupakan salah satu tipe bencana sering terjadi genangan air pada lokasi yang telah
yang berkaitan dengan topografi. Kondisi topografi ditetapkan. Kondisi saluran drainase yang ada juga
akan berpengaruh pada tempat akumulasi air yang tidak berfungsi optimal untuk mengalirkan air.
biasanya berkumpul pada satu cekungan (Miardini &

73
JURNAL PERTANAHAN Vol. 12 No. 1 Juli 2022 69 - 87

Sumber: Data Dasar RTRW Kota Bontang Tahun 2019

Gambar 5 Tutupan Lahan di Lokasi Daerah Potensi


Kegiatan Konsolidasi Tanah

Sumber: Survei Lapang Tahun 2021

Gambar 4 Kondisi Eksisting Lokasi Potensi Konsolidasi


Tanah

Sasaran konsolidasi tanah terutama ditujukan


pada wilayah perkotaan yang salah satunya meliputi
wilayah yang relatif kosong di bagian pinggiran kota
yang diperkirakan akan berkembang sebagai daerah
Sumber : Hasil Analisis
permukiman (Abuyazid & Barhamudin, 2020). Oleh
Gambar 6 Hamparan Bidang Tanah yang Berpotensi untuk
karena itu, dalam penelitian ini juga dilakukan Dikonsolidasi
analisis tutupan lahan di area potensi konsolidasi
tanah. Berdasarkan data dasar RTRW Kota Bontang
2019, tutupan lahan di area potensi konsolidasi tanah
adalah berupa lahan kosong yang terdiri dari ladang
dan semak belukar, sebaran spasialnya dapat dilihat
pada Gambar 5. Mengingat bahwa konsolidasi tanah
dilakukan terhadap satu hamparan bidang tanah yang
bersebelahan, maka lokasi dengan tutupan lahan berupa
semak belukar dan ladang dengan luas hamparan
paling besar, dipilih sebagai prioritas pelaksanaan
konsolidasi tanah sebagaimana yang ditunjukkan
oleh Gambar 6. Ketika dilakukan survei lokasi secara
langsung, ditemukan fakta sebagaimana ditunjukkan
oleh Gambar 7.

Sumber: Survei Lapang Tahun 2021

Gambar 7 Kondisi Tutupan Lahan di Lokasi Potensi


Konsolidasi Tanah

74
Pembuatan Model Prediksi Nilai Tanah Berbasis Bidang pada Daerah Potensi Konsolidasi Tanah
untuk Penanggulangan Bencana Banjir
Duty Kendartiwastra

Setelah dilakukan survei lokasi, diketahui ditunjukkan oleh Gambar 8 mempresentasikan


bahwa kondisi tutupan lahan di area potensi bahwa terjadi peningkatan luasan lahan terbangun
konsolidasi tanah adalah rawa dan permukiman yang cukup signifikan dari tahun 2002 sampai
yang tersebar secara sporadis atau acak. Gambar dengan tahun 2020.
7 memperlihatkan bahwa di area potensi konsolidasi
tanah tidak dibedakan peruntukan sistem saluran
airnya (jaringan irigasi atau jaringan drainase)
padahal kedua hal tersebut berbeda. Irigasi secara
umum didefinisikan sebagai kegiatan yang bertalian
dengan usaha untuk mendapatkan air guna
menunjang kegiatan pertanian seperti sawah, ladang,
atau perkebunan (Hariyanto, 2019). Sedangkan
secara umum drainase dapat didefinisikan sebagai
serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk
mengurangi dan/atau membuang kelebihan air
dari suatu kawasan/lahan, sehingga lahan dapat
difungsikan secara optimal (Rurung et al., 2019).
Wilayah permukiman seharusnya didukung dengan
jaringan drainase yang baik agar tidak terjadi
genangan banjir secara terus menerus. Sedangkan
area ladang seharusnya didukung dengan sistem Sumber : Hasil Analisis

irigasi yang baik untuk mengairi tumbuh-tumbuhan Gambar 8 Hasil Maximum Likelihood Classification
yang ditanam. Air hujan yang turun tidak langsung Apabila ditinjau dari segi arah kebijakan
dibuang, tetapi dikumpulkan dan dikelola dalam suatu pengembangan kota yang tertuang dalam rencana
sistem manajemen sumber daya air yang sistematis pola ruang RTRW Kota Bontang 2019, kawasan
dan terstruktur, misalnya melalui pembangunan tersebut ditetapkan sebagai kawasan perumahan
suatu infrastruktur penampungan air seperti kolam tetapi mayoritas tutupan lahannya masih berupa
dan/atau sumur resapan. ladang dan semak belukar. Hal ini dapat dilihat dari

Melihat kondisi existing di area potensi hasil overlay pada Gambar 9. Sehingga, dengan

konsolidasi tanah yang tidak sesuai dengan data adanya konsolidasi tanah akan meminimalisir

sekunder RTRW Kota Bontang 2019, dilakukan kemungkinan permasalahan penataan ruang di masa

penyelidikan melalui interpretasi citra satelit resolusi mendatang dan juga sebagai upaya pencegahan

tinggi. Terhadap beberapa citra satelit tersebut terhadap bencana alam yang dimungkinkan akan

dilakukan analisis maximum likelihood classifcation timbul, misalnya banjir.

untuk mengetahui perkembangan dan dinamika


sebaran spasial lahan terbuka serta lahan terbangun
di lokasi potensi konsolidasi tanah dari tahun 2002
sampai dengan tahun 2020. Jaya dalam Muhammad
et al., 2016 menjelaskan bahwa klasifikasi terbimbing
(maximum likelihood classifcation) adalah klasifikasi
di mana analis mempunyai sejumlah pixel yang
mewakili dari masing-masing kelas atau kategori
yang diinginkan. Dalam penelitian ini digunakan dua
jenis kelas melalui pengambilan sample pixel berupa
bangunan dan tanah terbuka (ladang dan semak Sumber : Hasil Analisis dan RTRW Kota Bontang

belukar). Hasil maximum likelihood classifcation Gambar 9 Hasil Overlay Pola Ruang RTRW Kota Bontang
2019

75
JURNAL PERTANAHAN Vol. 12 No. 1 Juli 2022 69 - 87

B. Metode Penilaian Tanah Massal waran yang diperoleh dari wawancara bukan
harga kesepakatan, sering kali penjual menjual
Penilaian tanah dalam penelitian ini dilakukan
tanahnya berdasar penilaian sesuai asumsi
menggunakan metode penilaian massal. Menurut
penjual saja, tetapi cenderung lebih tinggi bila
Harjanto, penilaian massal adalah proses penilaian
dinilai dari pihak pembeli.
yang sistematis terhadap sekumpulan properti atau
objek untuk suatu tanggal penilaian tertentu dengan b. Penyesuaian status kepemilikan berkaitan
menggunakan metode yang baku atau standar, data- dengan jenis alas hak kepemilikan tanah.
data yang bersifat umum, dan pengujian statistik Persentase pengurangan harga penawaran
untuk uji keakurasiannya (Nita, 2009). Penelitian ini untuk setiap jenis kepemilikan adalah 0% untuk
melakukan survei terhadap beberapa titik sample hak milik, 10% untuk bidang tanah yang tidak
penilaian tanah berupa data penawaran. Objek bersertipikat, 5% untuk hak pakai, dan 5% un-
penilaian terdiri dari bidang tanah kosong dan bidang tuk hak guna bangunan. Sebagaimana dike-
tanah yang terdapat bangunan di atasnya. Survei tahui bahwa nilai tanah juga dipengaruhi oleh
objek penilaian tanah dilakukan pada tahun 2021 faktor legalitas karena mempengaruhi keterja-
dan didapatkan 32 titik sample di lokasi yang telah minan atas kepemilikan hak atas tanah. Apabila
ditetapkan menjadi daerah rawan banjir. Sebaran titik suatu bidang tanah telah bersertipikat, maka
sample penilaian dapat dilihat pada Gambar 10. sudah dipastikan bahwa batas-batas tanah,
ukuran, serta bentuknya jelas dan dijamin oleh
negara. Selain itu juga telah dipastikan peruntu-
kannya sesuai dengan tata ruang kota sehingga
sesuai dengan arah pengembangan wilayah.
Dengan demikian nilai terhadap suatu bidang
tanah juga akan meningkat.
c. Penyesuaian waktu bertujuan untuk
menyeragamkan waktu pengambilan sample
penilaian yang berbeda-beda. Tanggal adjust-
Sumber: Survei Lapang Penilaian Tanah Tahun 2021
ment yang dipakai dalam penelitian ini adalah
Gambar 10 Sebaran Titik Sample Penilaian Tanah
31 Desember 2021. Semakin jauh jarak waktu
penilaian dengan tanggal adjustment, maka
Terhadap 32 titik sample tersebut dilakukan
nilai tanah akan semakin tinggi sebagaimana
wawancara dengan penjual tanahnya untuk
rumus pada persamaan 1 berikut.
mengetahui harga yang ditawarkan serta informasi
spesifikasi mengenai objek penilaian dikaitkan
dengan aspek-aspek yang akan dinilai sebagai dasar
perhitungan nilai tanah. Aspek penilaian tanah yang Mengingat bahwa nilai tanah berubah-ubah
digunakan dalam penelitian ini tertuang dalam formulir terhadap waktu dikarenakan berbagai kondisi
penilaian tanah. Dalam hal ini perlu dibedakan definisi sosial, budaya, dan politik bahkan bencana
nilai tanah dan harga tanah. Nilai dimaknai sebagai maka proses penyesuaian waktu penilaian
apa yang “sepatutnya dibayar” oleh pembeli atau menjadi penting untuk dilakukan. Sebagai contoh
diterima penjual dalam sebuah transaksi, sedangkan realita di lapangan, misalnya pada masa pandemi
harga adalah nominal yang akhirnya disetujui (Budi Covid-19 di Indonesia. Kondisi ekonomi
& Wahyu, 2003). Oleh karena itu, dalam penelitian ini masyarakat sedang mengalami penurunan
dilakukan beberapa penyesuaian harga penawaran secara drastis sehingga tanah sebagai salah
berdasarkan perhitungan berikut. satu instrumen properti kekayaan seseorang
banyak dijual untuk menutup kerugian usaha.
1. Objek penilaian tanah berupa tanah kosong
Di sisi lain, minat pembeli menurun di masa
a. Penyesuaian jenis data dilakukan dengan
pandemi, sehingga nilai tanah menjadi menu-
mengurangi 0,05% dari harga penawaran, se-
run dalam suatu periode tertentu.
bagaimana diasumsikan bahwa harga pena-

76
Pembuatan Model Prediksi Nilai Tanah Berbasis Bidang pada Daerah Potensi Konsolidasi Tanah
untuk Penanggulangan Bencana Banjir
Duty Kendartiwastra

d. Perhitungan nilai tanah per meter persegi di- c. Nilai keseluruhan bangunan diperoleh dengan
lakukan dengan membagi nilai tanah setelah mengalikan nilai per meter persegi dengan luas
mengalami beberapa penyesuaian di atas, den- bangunan. Selain bisa didapatkan dari wawan-
gan luas tanah. Nilai tanah per meter persegi cara dengan penjual, informasi luas bangunan
yang diperoleh di setiap titik sample dapat dili- juga bisa didapatkan dari citra satelit resolusi
hat pada Tabel 1. tinggi yang up to date serta cross check dengan
2. Objek penilaian tanah yang terdapat bangunan foto objek penilaian.

a. Nilai tanah didapatkan dari pengurangan harga d. Nilai keseluruhan bangunan dikurangi nilai
penawaran dengan nilai bangunan atau disebut penyusutan bangunan. Persentase penyusu-
juga dengan proses land extractional. Maka tan bangunan didasarkan pada aspek tahun
dari itu, diperlukan perhitungan nilai bangunan. pembuatan bangunan dan tahun renovasi
suatu bangunan. Semakin lama umur bangu-
b. Estimasi nilai bangunan dilakukan dengan pen-
nan, maka persentase penyusutannnya akan
dekatan biaya. Hal pertama yang perlu diten-
semakin tinggi, sehingga nilai bangunan akan
tukan adalah biaya pembuatan bangunan per
turun. Persentase penyusutan bangunan di-
meter persegi. Informasi ini diperoleh dengan
dasarkan pada standar operasional prosedur
wawancara pada beberapa pengembang pe-
internal ATR/BPN. Nilai hasil pengurangan
rumahan maupun perorangan. Perlu dipahami
inilah yang digunakan sebagai parameter pen-
bahwa harga material konstruksi di masing-
gurang dalam proses land extractional.
masing kota/kabupaten berbeda-beda. Selain
hal tersebut, jenis bangunan juga diklasifikasi- e. Tahap akhir setelah dilakukan land extractional
kan menjadi kriteria jelek sekali sampai baik maka dilakukan penyesuaian seperti halnya
sekali. Hal ini berkaitan dengan penyusutan yang dilakukan pada objek penilaian berupa
nilai bangunan yang dialami. Bangunan yang tanah kosong.
memiliki spesifikasi material yang baik, maka
indeks penyusutan nilai bangunannya akan se-
makin kecil.
Tabel 1 Hasil Kalkulasi Nilai Tanah pada Titik Sample

Hasil
Jenis X Y Perhitungan
No Alamat Kelurahan Kecamatan
Sampel (Meter) (Meter) Nilai Tanah
(Rp)/Meter
Bontang
1 TK Jl. Brokoli Raya Gunung Elai 85782 1514864 942.626
Utara
Bontang
2 TK Jl. Brokoli 5 Gunung Elai 85842 1514615 1.129.329
Utara
Bontang
3 TK Jl. Abdurrahman Wahid Gunung Elai 85029 1514520 564.534
Utara
Bontang
4 TK Jl. Abdul Rahman Wachid Gunung Elai 84933 1514437 413.419
Utara
Bontang
5 B Jl. Labu Putih Gunung Elai 84652 1514812 591.239
Utara
Bontang
6 B Jl. Sawi Satimpo 85937 1514615 1.312.097
Selatan
Bontang
7 TK Jl. Tomat Satimpo 85922 1514514 1.528.230
Selatan
Bontang
8 R Jl. Brokoli Gunung Elai 85846 1514448 1.012.331
Utara
Bontang
9 B Jl. HM Ardans 4 Satimpo 85876 1514266 1.238.240
Selatan
Bontang
10 B Jl. HM Ardans 4 Satimpo 85872 1514318 894.301
Selatan
Bontang
11 TK Jl. HM Ardans 4 Satimpo 85907 1514361 1.150.122
Selatan

77
JURNAL PERTANAHAN Vol. 12 No. 1 Juli 2022 69 - 87

Hasil
Jenis X Y Perhitungan
No Alamat Kelurahan Kecamatan
Sampel (Meter) (Meter) Nilai Tanah
(Rp)/Meter
Bontang
12 TK Jl. Abdul Rahman Wachid Gunung Elai 85134 1514603 447.572
Utara
Bontang
13 B Jl. Taman Siswa Kanaan 83546 1513906 166.351
Barat
Bontang
14 B Jl. Damai Kanaan 84045 1514524 616.940
Barat
Bontang
15 TK Jl. Damai Kanaan 84155 1514452 620.701
Barat
Gunung Bontang
16 TK Jl. Soekarno Hatta 82824 1514717 564.274
Telihan Barat
Gunung Bontang
17 TK Jl.Bandung 83181 1515356 848.753
Telihan Barat
Gunung Bontang
18 TK Jl.Pontianak 83305 1515040 881.627
Telihan Barat
Gunung Bontang
19 B Jl. Pontianak 2 83418 1515100 790.133
Telihan Barat
Bontang
20 B Jl. Belibis Kanaan 84369 1514144 336.283
Barat
Gunung Bontang
21 B Jl. Semarang 3 83399 1515323 765.388
Telihan Barat
Gunung Bontang
22 TK Jl. Asmawarman 83615 1514676 581.193
Telihan Barat
Jl. Simon Tampubolon Bontang
23 B Gunung Elai 84975 1514579 431.621
Masuk Gang Utara
Bontang
24 B Jl. Brokoli 5 Gunung Elai 85851 1514590 979.904
Utara
Bontang
25 B Jl.Tomat 1 Gunung Elai 86261 1514541 1.029.520
Utara
Gunung Bontang
26 B Jl. Semarang 3 83421 1515317 702.362
Telihan Barat
Bontang
27 B Jl. Katu Gunung Elai 85477 1514578 717.420
Utara
Bontang
28 TK Jl.Belibis Kanaan 84410 1514146 394.870
Barat
Bontang
29 TK Jl. Soekarno Hatta Kanaan Selatan 82890 1514750 1.467.112

Gunung Bontang
30 R Jl. Soekarno Hatta 82921 1514859 1.238.727
Telihan Selatan
Bontang
31 TK Jl. Bayam Satimpo 85548 1514681 714.789
Selatan
Bontang
32 TK Jl. Bayam Satimpo 85555 1514586 656.250
Selatan

Sumber: Hasil Survei Lapang dan Pengolahan Data Nilai Tanah Tahun 2021

(*) TK = Tanah Kosong, B = Bangunan

78
Pembuatan Model Prediksi Nilai Tanah Berbasis Bidang pada Daerah Potensi Konsolidasi Tanah
untuk Penanggulangan Bencana Banjir
Duty Kendartiwastra

C. Penilaian Berbasis Network tersedia. Sebaran titik lokasi fasilitas umum dan
Analysist bidang tanah dapat dilihat pada Gambar 11.

Nilai tanah tidak hanya tergantung pada karakteristik Naqi mengemukakan bahwa shortest path
fisik suatu bangunan tetapi juga tergantung pada analysist dapat membantu menghitung rute yang
lingkungan di sekitar bangunan tersebut. Dalam paling optimal dan proses optimasi rute merupakan
penilaian tanah, fungsi lokasi tanah, eksternalitas proses menentukan rute terbaik dari satu lokasi ke
tanah dan aksesibilitas adalah faktor yang paling lokasi lain dalam (Winn, 2014). Rute terbaik dapat
penting (Topçu, 2009). Wegener dalam (Maha & berupa rute terpendek atau tercepat bergantung
Harry, 2016) mendemonstrasikan bahwa lokasi pada bagaimana hal tersebut didefinisikan. Analisis
dengan aksesibilitas yang baik mempunyai peluang rute terpendek dapat dilakukan menggunakan salah
yang tinggi untuk dikembangkan, daripada lokasi satu tools pada software ArcGIS, yaitu network
yang minim akesesibilitas. Aksesibilitas yang baik analysist closest facilities dengan berdasar pada
dari suatu lokasi tanah dapat tercipta dengan adanya algoritma dijkstra. Algoritma ini dapat digunakan
infrastruktur jaringan jalan. Litchfield mengamati untuk mencari jarak dari titik awal ke setiap titik
bahwa daerah dengan fasilitas dasar seperti akses lainnya hingga mencapai titik tujuan dan memberikan
jalan, drainase yang baik, listrik, pasokan air umum, jalur terpendek yang memungkinkan. Hal ini
dan telepon menarik nilai properti yang tinggi (Ajibola memungkinkan untuk perhitungan rute yang paling
et al., 2013). Dengan demikian, dapat dikatakan tepat serta fungsi-fungsi lain seperti fasilitas terdekat.
bahwa keberadaan jalan menjadi salah satu faktor Model ini didasarkan pada data vektor. Garis vektor
penting yang dapat mendorong pertumbuhan nilai digunakan untukmenggambarkan jalan dan titik yang
tanah. terdistribusi secara spasial untuk mewakili lokasi
di sepanjang jaringan (rumah sakit, kecelakaan,
persimpangan) (Nicoară & Haidu, 2014).
Perhitungan rute terdekat digunakan untuk
mengalkulasi keterjangkauan lokasi suatu bidang
tanah ke fasilitas umum. Keterjangkauan suatu
lokasi bidang tanah terhadap fasilitas, sarana, dan
prasarana umum didasarkan pada kriteria yang
telah tertuang dalam SNI Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan di Perkotaan Tahun 2004
(Badan Standarisasi Nasional, 2004) seperti yang
Gambar 11 Sebaran Lokasi Fasilitas Umum dan Bidang
Tanah ditunjukkan oleh Tabel 2.

Tabel 2 Keterjangkauan Fasilitas Umum


Dalam penelitian ini dilakukan perhitungan
Radius
jarak terpendek atau shortest path analysist dari titik No. Jenis Fasilitas Keterjangkauan
tengah bidang-bidang tanah, ke lokasi fasilitas umum (meter)
1 Masjid 0-1000
seperti sarana kesehatan, sarana pendidikan, dan
2 Musala 0-100
pusat kegiatan ekonomi perdagangan. Beberapa
3 Klinik/Puskesmas 0-1500
parameter fasilitas umum tersebut dipilih karena
4 Rumah Sakit 0-3000
fenomena perkembangan wilayah akan berpengaruh
5 Gereja 0-500
terhadap perkembangan nilai tanah (Sutaryono,
6 SPBU 0-2000
2007). Sedangkan, ketersediaan fasilitas, sarana,
7 Pasar 0-2000
dan prasarana umum juga merupakan indikator
8 Sekolah Dasar (SD) 0-1000
berkembangnya suatu wilayah. Keberadaan fasilitas,
Sekolah Menengah
sarana, dan prasarana umum juga akan berdampak 9 0-1000
Pertama (SMP)
pada naiknya nilai tanah di sekitarnya. Shortest path
Sumber: SNI Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di
analysist dilakukan berdasarkan jaringan jalan yang Perkotaan

79
JURNAL PERTANAHAN Vol. 12 No. 1 Juli 2022 69 - 87

Perhitungan jarak dari titik tengah bidang ke tanah dilakukan oleh lebih dari satu orang, maka
fasilitas umum dilakukan pada setiap data bidang sering menimbulkan adanya subjektivitas penilai
tanah. Jarak titik tengah bidang tanah ke fasilitas dalam menaksir nilai aset atau tanah, sehingga
umum yang panjangnya lebih dari kriteria pada Tabel penilaian yang dihasilkan menjadi tidak konsisten.
2 maka nilainya 0 (nol) karena dapat dikatakan tidak Secara analitis, metode penilaian tanah manual
menjangkau suatu fasilitas tersebut. Selain jarak ke sulit digunakan dalam perhitungan nilai tanah
fasilitas umum terdekat, network analysist closest untuk serangkaian faktor penilaian tanah dan
facilities juga digunakan untuk mengetahui jarak membandingkannya pada ratusan bidang tanah.
titik tengah bidang tanah ke jalan utama. Gambar Solusi untuk kelemahan ini adalah penggunaan
12 menunjukkan salah satu hasil network analysist model penilaian otomatis (Demetriou, 2016). Dalam
closest facilities dari suatu titik tengah bidang tanah penelitian ini, model penilaian otomatis ini disebut
ke tempat ibadah (gereja) terdekat menunjukkan juga dengan model prediksi nilai tanah.
jarak tempuh sejauh 276,9 meter. Hasil perhitungan Model prediksi nilai tanah dapat dilakukan
jarak ini digunakan sebagai independent variable dengan metode geographically weighted regression
pada tahap pembuatan model prediksi nilai tanah (GWR). GWR merupakan salah satu bentuk regresi
dengan metode geographically weighted regression yang memiliki pembobotan berdasarkan kepada
(GWR). lokasi. Perbedaan yang mencolok antara regresi
linier dengan GWR adalah penggunaan model
matematisnya. Pada regresi linier satu model
dapat digunakan untuk semua data sampel atau
populasi yang ingin dicari nilainya. Pada GWR,
model yang dibuat berdasarkan jumlah nilai variabel
yang dicari dan diberikan bobot lokasi, sehingga tiap
nilai memiliki satu model matematisnya (Levana &
Edhi, 2016). Dalam metode geographically weighted
regression (GWR), persamaan baku yang digunakan
adalah sebagai berikut (Fotheringham et al., 2002).

Pada persamaan (2), (ui,vi) menunjukkan


koordinat pada poin i, sedangkan untuk βk(ui,vi)
menunjukkan adanya realisasi dari fungsi kontinu
βk(u,v) pada poin i. Persamaan GWR menunjukkan
Sumber: Preview Pengolahan Data Network Analysist Closest adanya variasi spasial dalam hubungan antar
Facilities variabel dan perlu dijadikan bahan perhitungan dalam
Gambar 12 Rute Terdekat dari Tititk Sample Penilaian pembuatan model. Pada praktiknya, i dalam rumus
Tanah ke Gereja Terdekat
ini tidak hanya satu, bahkan bisa cukup banyak
bergantung kepada data yang dimiliki. Misalkan
D. Penilaian Berbasis Metode dalam penilaian harga tanah, ada sejumlah n harga
Geographically Weighted persil yang belum diketahui, akan tetapi diketahui
Regression (GWR) lokasinya. Maka model yang dibuat sebanyak n,
Metode penilaian tanah secara manual dan empiris karena adanya keunikan dari lokasi tersebut. Hanya
biasanya dilakukan oleh panitia kegiatan penilaian saja harus dibuat batasan mana saja variabel yang
tanah dengan menilai satu per satu bidang tanah diketahui yang akan dimasukkan ke dalam model
yang masing-masing mempunyai karakteristik (Fotheringham et al., 2002).
spesifik di area konsolidasi, untuk menetapkan nilai Nilai Tanah yang akan prediksi dalam
pasar. Hal tersebut cukup memakan waktu dan persamaan (2) didefinisikan oleh 𝑦𝑖 dan faktor yang
biaya yang mahal. Selain itu, dikarenakan penilaian mempengaruhi nilai tanah didefinisikan sebagai

80
Pembuatan Model Prediksi Nilai Tanah Berbasis Bidang pada Daerah Potensi Konsolidasi Tanah
untuk Penanggulangan Bencana Banjir
Duty Kendartiwastra

𝑥𝑖. Variabel 𝑥𝑖 merupakan variabel bebas atau rawan banjir. Secara visual dapat dilihat bahwa nilai
independen. Parameter independen yang digunakan tanah cenderung tinggi di daerah yang dekat dengan
dalam metode geographically weighted regression jalan raya kota.
(GWR) dalam penelitian ini adalah jarak titik
tengah bidang tanah ke masjid, musala, klinik atau III. HASIL DAN PEMBAHASAN
puskesmas, gereja, SPBU, pasar (pusat kegiatan
A. Area Potensi Konsolidasi Tanah
ekonomi dan perdagangan), sekolah dasar, sekolah
untuk Penanggulangan Banjir
menengah pertama, rumah sakit, jalan utama, lebar
Daerah rawan banjir membentang seluas 300,2
jalan yang terhubung dengan bidang tanah.
Ha, terletak di Kelurahan Gunung Telihan seluas
Melalui konsep algoritma yang sama, nilai
80,85 Ha, Kelurahan Kanaan Seluas 142,88 Ha,
𝛽𝑘 diperoleh dari nilai tanah yang telah diketahui
dan Kelurahan Gunung Elai seluas 76,45 Ha. Dari
pada 32 titik sample penilaian. Nilai 𝛽𝑘 pada titik
luasan tersebut, dipilih area dengan ketinggian
sample penilaian kemudian diinterpolasi pada
10 – 12 meter di atas permukaan air laut, sebagai
setiap koordinat bidang tanah (𝑢𝑖, 𝑣𝑖) yang akan
area potensi konsolidasi tanah. Luas area potensi
diprediksi nilainya. Semakin banyak variabel bebas
konsolidasi tanah adalah 63,37 Ha. Pada area
(independent variable) yang digunakan untuk
potensi konsolidasi tanah dipilih tutupan lahan berupa
memprediksi nilai tanah, maka jumlah sample
ladang dan semak belukar dengan hamparan paling
penilaian tanah yang dibutuhkan juga harus semakin
luas sebagai area yang paling mungkin dilakukan
banyak. Berdasarkan sebaran dan jumlah sample
kegiatan konsolidasi tanah. Maka, terpilihlah area
penilaian tanah yang diperoleh, pemodelan prediksi
sebagaimana terlihat pada Gambar 9. Area tersebut
nilai tanah pada penelitian ini kompatibel dijalankan
terdiri dari tutupan semak belukar seluas 12,16 Ha
menggunakan 11 variabel independen yang telah
dan ladang seluas 15,67 Ha. Hamparan tersebut
disebutkan di atas. Hasil prediksi nilai tanah berbasis
terpisahkan oleh Sungai Bontang sepanjang 0,8
bidang pada daerah rawan bencana banjir dapat
km. Bidang tanah terdaftar yang teridentifikasi di
dilihat pada Gambar 13.
area potensi konsolidasi tanah adalah sejumlah 392
bidang. Berdasarkan data dasar RTRW 2019 Kota
Bontang, 138 bidang tanah merupakan ladang, dan
254 Bidang tanah merupakan semak belukar. Luas
bidang tanah paling tinggi adalah 14.461,1 m2 dan
terkecil 42,29 m2. Sebaran spasial bidang tanah di
area potensi konsolidasi tanah merepresentasikan
bahwa hamparan bidang tanah belum tertata dengan
teratur.
Berdasarkan survei lokasi, realita tutupan
lahan di area potensi konsolidasi tanah tidak hanya
ladang dan semak belukar namun juga banyak
Sumber: Hasil Pengolahan Data
ditemukan kaveling-kaveling perumahan baru, baik
Gambar 13 Hasil Model Nilai Tanah Berbasis Bidang
kaveling yang telah didirikan rumah atau pun yang
Berdasarkan hasil pemodelan pada Gambar
belum didirikan rumah. Pada kaveling-kaveling
13 dapat diketahui bahwa kelebihan metode
tanah yang masih kosong, sebagian dimanfaatkan
geographically weighted regression (GWR) adalah
untuk kegiatan bercocok tanam dan sebagian lagi
meskipun titik sample nilai tanah tidak diperoleh
dibiarkan atau tidak dikelola, sehingga banyak
merata di seluruh lokasi pemodelan, nilai tanah di
ditumbuhi semak belukar. Penyelidikan lebih lanjut
setiap titik pemodelan tetap dapat diprediksi. Nilai
dilakukan melalui pengamatan citra satelit resolusi
tanah hasil prediksi di setiap bidang dapat secara
tinggi menghasilkan diagram penggunaan lahan
representatif menunjukkan variasi nilai tanah di lokasi
pada Gambar 14 dan Gambar 15 berikut.

81
JURNAL PERTANAHAN Vol. 12 No. 1 Juli 2022 69 - 87

Kegiatan konsolidasi tanah dalam rangka


penyediaan infrastruktur drainase akan sangat tepat
dilakukan di daerah tersebut untuk menambah nilai
tanah serta properti. Bila dilihat dari kondisi geografis,
area potensi konsolidasi tanah berada di tengah
Kota Bontang, tetapi nilai tanahnya cenderung
menurun dari nilai tanah yang ada di sekitarnya.
Penurunan nilai tanah ini dapat dilihat melalui
gradasi warna yang ditampilkan pada Gambar 16.
Adanya faktor risiko bencana banjir di area tersebut
Sumber : Hasil Analisis
membuat masyarakat enggan memilih membangun
Gambar 14 Persentase Penggunaan Lahan di Area
Potensi Konsolidasi Tanah permukiman. Dengan adanya pembangunan
infrastruktur drainase, dapat menghindarkan area
tersebut dari bencana banjir. Sehingga minat
masyarakat untuk membangun permukiman di area
tersebut meningkat, sebagaimana yang diharapkan
oleh penataan pola ruang Kota Bontang bahwa area
tersebut diperuntukkan untuk kawasan perumahan.

B. Prediksi Model Nilai Tanah


Berbasis Bidang

Sumber : Hasil Analisis

Gambar 15 Kenaikan Luas Lahan Terbangun


Diagram pada Gambar 14 menunjukkan
bahwa ruang terbuka di area potensi konsolidasi
tanah terus menurun luasannya dari tahun ke
tahun. Kenaikan persentase luas lahan terbangun
meningkat tajam pada 6 tahun terakhir, dengan
kenaikan 17% dari tahun 2014. Dengan demikian
dapat diindikasikan bahwa area potensi konsolidasi
Sumber: Hasil Analisis
tanah merupakan daerah yang mengalami
Gambar 16 Hasil Pemodelan Nilai Tanah Berbasis Bidang
pertumbuhan pesat. Hal ini dimungkinkan terjadi
di Lokasi Potensi Konsolidasi Tanah
akibat adanya urbanisasi dengan ditemukannya
Konsolidasi tanah termasuk ke dalam
pola permukiman-permukiman baru yang muncul
instrumen land development (pengembangan
di lokasi tersebut. Namun sayangnya pertumbuhan
tanah). Pengembangan yang dimaksud di sini adalah
tersebut tidak diimbangi dengan pembangunan
mengubah kawasan yang semula tidak teratur, tidak
infrastruktur manajemen sumber daya air yang baik.
produktif, nilai tanah rendah, manfaat rendah, dan
Berdasarkan survei lokasi, area potensi konsolidasi
tidak ada urban service menjadi kawasan yang
tanah merupakan tanah rawa yang jenuh air
teratur, produktif, nilai tanah tinggi, manfaat tinggi,
sehingga ketika turun hujan, air akan menggenangi
dan well service. Melalui konsolidasi, masyarakat
area tersebut apabila tidak dialirkan dengan sistem
tidak tergusur tetapi turut serta berpartisipasi
drainase yang baik. Arahan kegiatan konsolidasi
menyumbangkan tanahnya, turut serta menikmati
tanah yang memungkinkan untuk dilakukan di
hasil pembangunan, nilai tanahnya menjadi naik,
area potensi konsolidasi tanah adalah penataan
dan yang jelas memperoleh jaminan kepastian
kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan
hak atas tanah karena menerima sertipikat, serta
pemanfaatan tanah disesuaikan dengan site plan
memperoleh lingkungan yang tertata, serasi,
pembangunan infrastruktur drainase.
selaras, dan seimbang (Ihsan et al., 2014). Dalam

82
Pembuatan Model Prediksi Nilai Tanah Berbasis Bidang pada Daerah Potensi Konsolidasi Tanah
untuk Penanggulangan Bencana Banjir
Duty Kendartiwastra

konteks ini, nilai tanah merupakan indikator pengukur


keberhasilan program konsolidasi tanah. Nilai
tanah pasca konsolidasi tanah seharusnya lebih
tinggi dibandingkan nilai tanah sebelum adanya
konsolidasi. Oleh karena itu, pemetaan informasi
nilai tanah dilakukan untuk mengetahui gambaran
umum nilai tanah prakegiatan konsolidasi tanah.
Gambar 16 menunujukkan hasil pemodelan prediksi
nilai tanah di area potensi konsolidasi tanah.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
penelitian ini menggunakan 11 parameter untuk
memprediksi nilai tanah. Parameter-parameter
tersebut adalah
1. jarak titik tengah bidang tanah ke masjid;
2. jarak titik tengah bidang tanah ke musala;
3. jarak titik tengah bidang tanah ke klinik atau
puskesmas;
4. jarak titik tengah bidang tanah ke gereja;
5. jarak titik tengah bidang tanah ke SPBU;
6. jarak titik tengah bidang tanah ke pasar; Sumber : Hasil Analisis

7. jarak titik tengah bidang tanah ke sekolah dasar; Gambar 17 Korelasi Parameter terhadap Nilai Tanah

8. jarak titik tengah bidang tanah ke sekolah


Nilai tanah pada 32 titik (𝑢𝑖, 𝑣𝑖) sample
menengah pertama;
didefinisikan sebagai 𝑌𝑖 dan jarak ke lokasi fasilitas
9. jarak titik tengah bidang tanah ke rumah sakit;
umum didefinisikan sebagai 𝑋𝑖. Maka berdasarkan
10. jarak titik tengah bidang tanah ke jalan utama; persamaan 2, didapatkan nilai beta (𝛽𝑘) untuk
dan masing-masing parameter. Nilai beta inilah yang
11. lebar jalan yang terhubung dengan bidang kemudian diinterpolasi di setiap bidang untuk
tanah. menjalankan model prediksi geographically weighted
Melalui scatter plot nilai tanah pada 32 titik regression di setiap titik bidang tanah berdasarkan
sample dan jaraknya ke fasilitas umum pada Gambar persamaan 2 (dua), di mana jarak lokasi bidang
17 dapat diketahui kekuatan atau pengaruh faktor ke fasilitas umum (𝑋𝑖) telah diketahui di masing-
yang mempengaruhi nilai tanah. Semakin miring masing bidang, maka prediksi nilai tanah (𝑌𝑖) akan
grafik yang dihasilkan, maka menunjukkan korelasi didapatkan. Salah satu indikator kebaikan suatu
yang kuat antara parameter pemodelan dengan nilai model dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi
tanah. Sebagai contoh korelasi nilai tanah dengan (R2). Nilai koefisien determinasi berkisar antara
jarak lokasi ke masjid berkorelasi negatif, artinya 0 sampai dengan 1. Semakin tinggi nilai R2, maka
semakin jauh jarak bidang tanah dengan masjid semakin baik model yang dihasilkan (Montgomery et
maka nilai tanahnya akan semakin turun. Hal ini al., 2012). Nilai R2 didapatkan dari formula berikut.
relevan terhadap kondisi area pemodelan yang
didominasi oleh penduduk yang beragama katolik
dan kristen, sehingga keberadaan gereja akan lebih
bernilai dibandingkan masjid.

83
JURNAL PERTANAHAN Vol. 12 No. 1 Juli 2022 69 - 87

(STUP) yang relevan. Sebagaimana telah dijelaskan


sebelumnya, iuran dalam rangka konsolidasi tanah
dapat didasarkan pada luas tanah, nilai tanah, atau
gabungan dari keduanya. Grafik pada Gambar 19
menunjukkan bahwa jumlah bidang paling tinggi
berada pada kisaran nilai Rp220.000,- sampai
dengan Rp340.000,-. Sementara menurut grafik
pada Gambar 20, luas bidang tanah di area potensi
Berdasarkan model prediksi, didapatkan rata- konsolidasi tanah terdistribusi pada kisaran luasan
rata koefisien determinasi model prediksi nilai tanah 401.550 m , dengan jumlah total 379 bidang. Rata-
2

2
(local R ) adalah 0,73, artinya setiap nilai tanah hasil rata luas tanah dari 379 bidang tanah ini adalah
diprediksi mendekati nilai tanah pada aslinya dengan 240 m2 dan rata-rata nilai tanah pada 379 bidang
tingkat kedekatan sebesar 73% atau dapat dikatakan (mayoritas) tersebut adalah Rp535.000,-.
27% hasil prediksi nilai tanah dipengaruhi oleh faktor
lain. Sebaran spasial koefisien determinasi model
prediksi nilai tanah dapat dilihat pada Gambar 18.
Nilai R2 0,75 termasuk ke dalam kategori kuat, nilai
R2 0,50 termasuk kategori moderat dan nilai R2
0,25 termasuk kategori lemah (Hair et al., 2011).

Sumber: Hasil Analisis

Gambar 19 Frekuensi Bidang Berdasarkan Kelas Nilai


Tanah

Sumber: Hasil Analisis

Gambar 18 Sebaran Spasial Koefisien Determinasi Model


Nilai Tanah

Rata-rata standar eror hasil pemodelan adalah


sekitar Rp160.000,-. Nilai total bidang tanah yang
teridentifikasi (terdaftar) di area potensi konsolidasi
adalah sekitar Rp102.000.000.000,- dengan total luas
Sumber: Hasil Analisis
sekitar 150.000 m2. Nilai tanah paling rendah adalah
Rp140.000,-/meter dan tertinggi Rp1.300.000,-/ Gambar 20 Nilai Berdasarkan Kelas Luas Tanah

meter. Nilai bidang tanah paling rendah adalah


Rp8.600.000,- dengan luas 42m2 dan paling tinggi
adalah Rp13.900.000.000,- dengan luas 14.000 m2.
Selain memberikan gambaran umum nilai tanah
prakonsolidasi tanah, model prediksi nilai tanah juga
dapat berperan dalam memprediksi kisaran besaran
iuran atau sumbangan tanah untuk pembangunan

84
Pembuatan Model Prediksi Nilai Tanah Berbasis Bidang pada Daerah Potensi Konsolidasi Tanah
untuk Penanggulangan Bencana Banjir
Duty Kendartiwastra

Tabel 3 Contoh Perhitungan Besaran Iuran untuk diperhitungkan, sehingga pelaksanaan konsolidasi
Konsolidasi Tanah
tanah dapat berjalan sesuai asas keadilan sosial.
STUDI KASUS Luas Kurang Luas Lebih dari
BIDANG
TANAH dari 240 m2 240 m2 IV. KESIMPULAN
Membayar iuran Membayar iuran Pembuatan informasi nilai tanah berbasis bidang
Tidak terkena
rencana drainase = 48 x nilai = 48 x nilai mampu menjawab kelemahan yang sering
bidang tanah bidang tanah
ditemukan pada informasi nilai tanah berbasis
Mendapat ganti
Mendapat ganti rugi zona. Melalui metode geographically weighted
rugi keseluruhan = (luas bidang
Terkena rencana regression nilai tanah yang dihasilkan dapat lebih
= luas bidang terkena rencana
drainase > 48m2
tanah x nilai – 48) akurat dengan memperhatikan parameter lokal
bidang tanah x nilai bidang
tanah seperti keterjangkauan suatu lokasi bidang tanah
Membayar iuran ke sarana dan prasarana umum. Sementara itu,
Membayar iuran
= (48x nilai = (48 – luas
penentuan area potensi konsolidasi tanah dapat
Terkena rencana tanah) – (luas
drainase < 48 m2 bidang terkena dilakukan terlebih dahulu menggunakan analisis
bidang terkena rencana) x nilai
rencana x nilai data-data sekunder seperti citra satelit, data digital
bidang tanah
bidang tanah)
elevation model (DEM), rencana tata ruang kota,
Sumber: Hasil Analisis
untuk kemudian didukung dengan eviden-eviden
yang ditemukan pada saat observasi. Setelah
Tabel 3 memberikan gambaran pemanfaatan ditemukan kawasan yang berpotensi, maka hasil
informasi nilai tanah berbasis bidang dalam pembuatan informasi nilai tanah berbasis bidang di-
kegiatan konsolidasi tanah. Luas rata-rata mayoritas overlay dengan kawasan tersebut untuk mengetahui
bidang tanah sebesar 240 m2 dapat dijadikan dasar gambaran umum nilai tanah di area potensi
kesepakatan. Dalam Tabel 3 dicontohkan apabila konsolidasi tanah. Hasil pemodelan nilai tanah
besaran iuran yang disepakati adalah 20% dari total berbasis bidang menunjukkan rata-rata koefisien
luas tanah, maka setiap pemilik bidang tanah wajib determinasi (R2) sebesar 0,73 (mendekati nilai
untuk memberikan iuran sebesar 48 m2 tanahnya, akurat). Berdasarkan model tersebut, sumbangan
atau uang yang setara dengan luasan tersebut pada tanah untuk pembangunan (STUP) paling ideal
bidang tanah miliknya. Nilai tanah yang dimaksud adalah sebesar 48 m2 atau iuran sebesar 48 dikalikan
dalam Tabel 3 adalah nilai tanah per meter persegi dengan nilai tanah pada masing-masing bidang.
pada bidang yang termuat dalam model prediksi nilai Pemodelan nilai tanah berbasis bidang di
tanah. area potensi konsolidasi tanah akan lebih baik bila
Dengan diketahuinya distribusi nilai tanah dan dijalankan (di-running) pada hamparan bidang
luas tanah mayoritas di area potensi konsolidasi tanah yang lengkap. Oleh karena itu, ke depannya
tanah, maka apabila ditemukan beberapa bidang dibutuhkan penelitian terkait inventarisasi pemilikan,
tanah yang nilai per meter perseginya jauh di atas penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah
nilai rata-rata dan tidak terkena rencana drainase, (IP4T) di area potensi konsolidasi tanah untuk
tentunya akan sangat memberatkan pemilik tanah mendukung ketersediaan data tersebut. Selain
bilamana harus memberikan iuran berupa uang, parameter fisiknya harus lengkap, pemetaan sosial
sehingga rawan terjadi penolakan penetapan secara lebih mendalam juga perlu dilakukan. Apabila
lokasi konsolidasi tanah. Peran pemerintah dan site plan pembangunan infrastruktur drainase telah
stakeholders mungkin akan sangat membantu untuk tersedia, pemetaan sosial akan bermanfaat untuk
memberikan subsidi atau keringanan terhadap menganalisis faktor nonfisik yang mempengaruhi
pemilik tanah pada kasus tersebut. Selain itu, nilai tanah di area potensi konsolidasi tanah,
dengan tersedianya informasi nilai tanah berbasis misalnya faktor emosional pemilik tanah terhadap
bidang, pemilik tanah atau calon peserta konsolidasi dampak lingkungan yang mungkin timbul.
tanah akan dimudahkan dalam penentuan
iuran. Berdasarkan mekanisme tersebut, maka
parameter unifikasi pada tiap bidang tanah dapat

85
JURNAL PERTANAHAN Vol. 12 No. 1 Juli 2022 69 - 87

DAFTAR PUSTAKA Ihsan, P., Sawitri, S., & Putra, W. A. (2014). Evaluasi
Perubahan Nilai Tanah dan Penggunaan
Abuyazid, B. & Barhamudin. (2020). Konsolidasi
Tanah Pasca Program Konsolidasi Tanah
Sebagai Alternatif Penyediaan Tanah
Perkotaan (KTP). Jurnal Geodesi UNDIP,
untuk Pembangunan Sarana dan Fasilitas
1– 16.
Umum. Solusi, 18, 46–63.
Kusumadewi, D. A., Djakfar, L., & Bisri, M. (2012).
Ajibola, M. O., Awodiran, O.O., & Salu-Kosoko,
Arahan Spasial Teknologi Drainase untuk
O. (2013). Effects of Infrastructure on
Mereduksi Genangan di Daerah Aliran
Property Values in Unity Estate, Lagos,
Sungai Watu Bagian Hilir. Jurnal Teknik
Nigeria. International Journal of Economy,
Pengairan (Vol. 3, Issue 2).
Management and Social Sciences, 2(5).
www.waprogramming.com. Levana, A. & Edhi, L. B. (2016). Pengembangan
Model Nilai Tanah dengan Geographically
Badan Pusat Statistik Kota Bontang. (2020). Kota
Weighted Regression (GWR) dalam
Bontang Dalam Angka 2020. Badan Pusat
Pengujian Kualitas Nilai Tanah pada
Statistik Kota Bontang.
Lingkungan Terpengaruh Keberadaan
Badan Standarisasi Nasional. (2004). Standar Transportasi Darat dan Udara (Studi
Nasional Indonesia Tata cara perencanaan Kasus: Kelurahan Campaka, Kecamatan
lingkungan perumahan di perkotaan Badan Andir, Kota Bandung). Jurnal Pendidikan
Standardisasi Nasional. Geografi, 16, 1–15.

Bambang, T. (2010). Pengembangan Metode Maha, A. M. & Harry, E. D. R. (2016). Modelling the
Ekstraksi DEM (Digital Elevation Model) Impacts of Road Construction on Land
dari Data Alos Prism. Values. https://www.researchgate.net/
publication/335505130.
Budi, H., & Wahyu, H. (2003). Konsep Dasar
Penilaian Properti. BFE. Miardini, A., & Saragih, G. S. (2019). Penentuan
Prioritas Penanganan Banjir Genangan
Demetriou, D. (2016, June 1). A Spatially Based Berdasarkan Tingkat Kerawanan
Artificial Neural Network Mass Valuation Menggunakan Topographic Wetness
Model for Land Consolidation. Sage Index Studi Kasus di DAS Solo. Jurnal
Journal. https://journals.sagepub.com/doi/ Ilmu Lingkungan, 17(1), 113. https://doi.
abs/10.1177/0265813516652115. org/10.14710/jil.17.1.113-119.

Direktorat Penilaian Tanah ATR/BPN. (2020). Standar Montgomery, D. C., Peck, E. A., & Vining, G. G.
Operasional Prosedur Internal. (2012). Introduction to Linear Regression
Analysis.
Edy, H. (2008). Aspek Sosial Ekonomi Konsolidasi
Tanah Perkotaan. QISTIE, 1, 69–75. Muhammad, A. M., Rombang, J. A., & Saroinsong, F.
B. (2016). Identifikasi Jenis Tutupan Lahan
Fotheringham, A. S., Brunsdon, C., & Charlton,
di Kawasan KPHP Poigar dengan Metode
M. (2002). Geographically Weighted
Maximum Likelihood.
Regression: The Analysis of Spatially
Varying Relationships. Wiley. Nicoară, P.-S. & Haidu, I. (2014). A GIS based
network analysis for the identification
Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., & Anderson, R.
of shortest route access to emergency
E. (2011). Multivariate Data Analysis.
medical facilities (Vol. 9, Issue 2). Cluj
Hariyanto. (2019). Analisis Penerapan Sistem Irigasi University Press. https://hal.univ- lorraine.
untuk Peningkatan Hasil Pertanian di fr/hal-02488179.
Kecamatan Cepu Kabupaten Blora. Jurnal
Untida, 2, 1–6.

86
Pembuatan Model Prediksi Nilai Tanah Berbasis Bidang pada Daerah Potensi Konsolidasi Tanah
untuk Penanggulangan Bencana Banjir
Duty Kendartiwastra

Nita, Y. (2019). Analisis Pengaruh Rencana Rurung, M. A., Riogilang, H., & Hendratta, L. A.
Pembangunan Jalan Lingkar Luar Timur (2019). Perencanaan Sistem Drainase
(JLLT)/ Outer East Ring Road (OERR) Berwawasan Lingkungan dengan Sumur
Kota Surabaya terhadap Nilai Tanah di Resapan sdi Lahan Perumahan Wenwin
Sekitarnya. - Sea Tumpengan Kabupaten Minahasa.
Jurnal Sipil Statik, 7(2), 189–200.
Nurlinda, I. (2010). Metode Konsolidasi Tanah untuk
Pengadaan Tanah yang Partisipasif dan Sitorus, L. P. M., Subiyanto, S., & Yuwono, D.
Penataan Ruang yang Terpadu. Jurnal (2016). Pembuatan Peta Zona Nilai
Hukum, 2, 161–174. Tanah Berdasarkan Harga Pasar dengan
Metode Pendekatan Penilaian Massal di
Pamularas, K. (2014). Prospek Penerapan Peta
Kecamatan Mijen Kota Semarang. Jurnal
Zona Nilai Tanah BPN bagi Pemerintah
Geodesi UNDIP Januari (Vol. 5, Issue 1).
Kabupaten/Kota (Studi di Kabupaten
Sleman). Sudibyanung, Bambang, S., & Retno, D.A. (2013).
Kesesuaian Hasil Penilaian yang Tertuang
Prima, P. S., Senthot, S., & Rofiq, L. (2019). Mekanisme
di Kutipan Informasi Nilai Tanah dengan
Penilaian Tanah dan Konsinyasi dalam
Nilai Pasar Tanah (Studi di Kabupaten
Kegiatan Pengadaan Tanah (Studi Kasus
Sukoharjo Tahun 2013).
Terhadap Bidang Tanah yang mengalami
Penolakan dari Pihak yang Berhak pada Sutaryono. (2007). Dinamika Penataan Ruang dan
Pembangunan Bandara Baru Yogyakarta). Peluang Otonomi Daerah. Tugu Jogja
Jurnal Tunas Agraria, 2, 60–82. Grafika.

Puslitbang ATR/BPN. (2015). Penelitian Topçu, M. (2009). Accessibility Effect on Urban Land
Pemanfaatan Zona Nilai Tanah Berbasis Values. Scientific Research and Essay,
Penataan Ruang. Pusat Penelitian dan 4(11), 1–6. http://www.academicjournals.
Pengembangan Kementerian ATR/BPN. org/SRE.

Republik Indonesia. (2011). Peraturan Pemerintah Udin, D. (2017, November 18). 14 Tahun Jadi
Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011, Langganan Banjir, Kepada Anggota
Pub. L. No. 38, Jakarta. DPRD Bontang, Warga Gunung Elai
Minta Ini. https://kaltim.tribunnews.
Republik Indonesia. (2015). Peraturan Pemerintah
com/2017/11/28/14-tahun-jadi- langganan-
Republik Indonesia Nomor 128 Tahun
banjir-kepada-anggota-dprd-bontang-
2015, Pub. L. No. 128.
warga-gunung-elai-minta-ini?page=all.
Republik Indonesia. (2019). Peraturan Menteri ATR/
Winn, M. T. (2014). A Road Network Shortest Path
BPN No. 12 Tahun 2019, Menteri Agraria
Analysist: Applying Time-Variying Travel-
dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Time Costs for Emergency Response
Nasional.
Vehicle Routing, Davis County, Utah.

87

Anda mungkin juga menyukai