Anda di halaman 1dari 40

PENERAPAN ZERO DQ DALAM

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
Roy Panagom Pardede, S.T., M.Tech.

Kamis, 23 November 2023


GSG Universitas Lampung
Tugas
Berdasarkan Peraturan Menteri PUPR No 16 Tahun 2020 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Kementerian
PUPR, Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung merupakan
UPT di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Sumber Daya Air yang
Memiliki Tugas dan Fungsi Sebagai Berikut :

Balai Besar Wilayah Sungai mempunyai tugas melaksanakan


pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai yang meliputi
penyusunan program, pelaksanaan konstruksi, operasi dan
pemeliharaan dalam rangka konservasi dan pendayagunaan
sumber daya air dan pengendalian daya rusak air pada sungai,
pantai, bendungan, danau, situ, embung, dan tampungan air
lainnya, irigasi, rawa, tambak, air tanah, air baku, serta
pengelolaan drainase utama perkotaan.
Fungsi
a. penyusunan pola pengelolaan sumber daya air dan rencana
pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai;
b. penyusunan program pengelolaan sumber daya air dan rencana
kegiatan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai;
c. pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan atau penerapan pola
pengelolaan sumber daya air dan rencana pengelolaan sumber
daya air;
d. penyusunan studi kelayakan dan perencanaan teknis atau desain
pengembangan sumber daya air;
a. pelaksanaan pengadaan barang dan jasa sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; pelaksanaan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja;
b. pengelolaan sumber daya air yang meliputi konservasi sumber daya
air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak
air pada wilayah sungai;
c. pengelolaan drainase utama perkotaan;
d. pengelolaan sistem hidrologi;
e. pengelolaan sistem informasi sumber daya air;
f. pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sumber daya air pada
wilayah sungai;
Fungsi
f. pelaksanaan pemberian bimbingan teknis pengelolaan sumber daya air
yang menjadi kewenangan provinsi dan kabupaten/kota;
m. penyusunan dan penyiapan rekomendasi teknis dalam pemberian izin
penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai;
n. penyusunan dan penyiapan saran teknis untuk pengalihan alur sungai
dan pemanfaatan bekas sungai;
o. penyusunan dan pelaksanaan kajian penetapan garis sempadan sungai,
garis sempadan danau, garis sempadan situ, dan garis sempadan
jaringan irigasi;
p. fasilitasi kegiatan tim koordinasi pengelolaan sumber daya air pada
wilayah sungai;
q. pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air;
r. pelaksanaan penyusunan laporan akuntansi keuangan dan akuntansi
barang milik negara selaku unit akuntansi wilayah;
s. pelaksanaan pemungutan, penerimaan, dan penggunaan biaya jasa
pengelolaan sumber daya air sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
t. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai serta
komunikasi publik;
u. penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja balai; dan
v. pelaksanaan pemantauan dan pengawasan penggunaan sumber daya air
dan penyidikan tindak pidana bidang sumber daya air.
Cakupan Wilayah Kerja BBWS
Mesuji Sekampung

BBWS Mesuji Sekampung memiliki cakupan


wilayah kerja, yaitu :
(Peraturan Menteri PUPR No 04 Tahun 2015)
• Wilayah Sungai Seputih Sekampung
• Wilayah Sungai Mesuji Tulang Bawang
Pengelolaan Sumber
Daya Air
Tantangan Pengelolaan SDA
Too
Much
Peningkatan Jumlah Penduduk

Perubahan Iklim
Too
Dirty

Ekploitasi Sumber Daya Alam

Alih Fungsi Lahan Too


Little
Skema Permasalahan SDA
LIMBAH

PENCEMARAN AIR SAMPAH


KUALITAS AIR

SEDIMENTASI

LAND
BANJIR SUBSIDENCE
KUANTITAS AIR

BERKURANGNYA
LEBAR SUNGAI

CATCHMENT
AREA
KEKERINGAN TERGANGGU
KONTINUITAS AIR
Grafik Kejadian Bencana di Prov. Lampung Tahun 2013-2022 (BNPB)

Berdasarkan grafik dapat dilihat kejadian


banjir memiliki frekuensi yang paling besar
Lalu bagaimana cara mengatasi banjir ?
Zero Delta Q

Ketersediaan sumber air dapat diperbaharui melalui siklus hidrologi akan tetapi perubahan fungsi
lahan dapat mengakibatkan perubahan drastis terhadap siklus hidrologi tersebut, sehingga
diperlukan pengendalian sumber air yaitu upaya adaptasi dan mitigasi dalam perencanaan
infrastruktur yang dalam mengantisipasi hal tersebut.
Perkembangan suatu wilayah menyebabkan perubahan tataguna lahan sehingga ruang air yang
sebelumnya ada berkurang dan beralih fungsi. Fenomena pengurangan ruang air terbukti dengan
berkurangnya jumlah situ di kawasan Jabodetabek dari 800 an buah di tahun 1960 an menjadi 400
an buah di tahun 1980 an dan saat ini jumlah situ yang ada sebanyak 208 buah (Hadi Susilo Arifin,
IPB). Pengurangan ruang air dan badan air tersebut berpengaruh pada aliran air permukaan (run
off) yang meningkat dan kejadian banjir yang semakin sering terjadi.
Prinsip Zero Delta Q adalah prinsip dimana keharusan pembuatan bangunan dan
infrastruktur yang tidak menyebabkan penambahan debit aliran di saluran drainase dan sungai.
Siklus Hidrologi
Konsep Penerapan Zero ΔQ

Puncak Banjir sebelum Puncak Banjir setelah Puncak Banjir setelah terjadi
eksploitasi lahan pada suatu terjadi eksploitasi lahan eksploitasi lahan dengan
DAS pada suatu DAS penerapan “Zero Delta Q”

Q (Debit) Q (Debit) Q (Debit)

t (waktu) t (waktu) t (waktu)


Dasar Hukum
▪ Undang Undang No. 17/2019 tentang Sumber Daya air
▪ Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional dan Perubahannya PP No. 13 Tahun 2017;
▪ Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi Dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota;
▪ Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 13/PRT/2021
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat;
▪ Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan
Sistem Drainase Perkotaan
▪ Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan yang dikeluarkan
oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2012
Implementasi Penerapan Kebijakan Zero ΔQ

Ditetapkan sebagai persyaratan dalam


PP 13/2017 TENTANG PERUBAHAN penerbitan izin pemanfaatan ruang
ATAS PP 26/2008 TENTANG RENCANA dalam suatu DAS
TATA RUANG WILAYAH NASIONAL Contoh:
Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
► Pasal 99 ayat (3) huruf (c): Izin Pemanfaatan Ruang Lainnya
Harus zero delta Q
“penerapan prinsip zero delta Q policy
terhadap setiap kegiatan budi daya
terbangun yang diajukan izinnya.”
► Penjelasan Pasal 99 ayat (3) huruf
(c):
“Yang dimaksud dengan ‘zero delta Q
policy’ adalah keharusan agar tiap Dukungan Pemerintah Pusat dan Daerah
bangunan tidak boleh mengakibatkan dengan pemberian insentif pajak
bertambahnya debit air ke sistem saluran
(pengurangan PBB) untuk individu yang
drainase atau sistem aliran sungai.”
menerapkan prinsip zero delta q
Agar Zero Delta Q Implementatif Diperlukan
Acuan Peraturan Daerah Sebagai Acuan
Pelaksanaanya
▪ Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 01 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Metro 2011-2031
”Pasal 19, Butir (9), d. Menerapkan prinsip zero delta q terhadap setiap kegiatan budidaya
yang terbangun yang diajukan izinnya”
▪ Peraturan Bupati Lampung Selatan Nomor 16 Tahun 2022 tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kawasan Pariwisata Terpadu Bakauheni Tahun 2022-2041
”Pasal 55, Butir (b), 3. Penerapan prinsip zero delta q policy terhadap setiap kegiatan
budidaya terbangun yang diajukan izinnya”
▪ Peraturan Daerah Kabupaten Pringsewu Nomor 01 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Tahun 2023-2043
”Pasal 92, Butir (1), b.3. Permukiman yang sudah terbangun didalam kawasan resapan air
dengan syarat harus memenuhi persyaratan intensitas bangunan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta menerapkan zero delta q”

Berdasarkan acuan diatas, belum semua daerah memiliki peraturan mengenai zero
delta q.
“IMPLEMENTASI ZERO ΔQ POLICY”
Memberikan ruang untuk air (Room for Water)

Cat: Mempertahankan efektivitas infrastruktur pengendali banjir yang terbangun sebelumnya


Tahapan Perencanaan Penyiapan Ruang Air Dengan Prinsip
Zero ΔQ
Prinsip penanganan aliran permukaan adalah :
a. Perencanaan yang mengoptimalkan kondisi alami yang ada secara terpadu
b. Fokus pada pengurangan aliran permukaan
• Mengurangi permukaan kedap air
• Memadukan atap ramah lingkungan dan pemanenan air hujan dalam desain bangunan
• Menjaga pepohonan yang ada dan desain lanskap yang menciptakan kanopi pohon
c. Penanganan hujan semaksimal mungkin di lokasi jatuhnya air hujan
• Mengurangi kemiringan lahan dan memperpanjang alur aliran
• Mempertahankan aliran alami dengan memanfaatkan drainase terbuka
d. Pembuatan lanskap multifungsi
• Memanfaatkan fasilitas yang memungkinkan terjadinya filtrasi, peredaman debit puncak,
peresapan
• Desain lanskap yang mengurangi aliran permukaan, udara panas
e. Edukasi dan pemeliharaan
Inovasi Penerapan
Zero ΔQ
Pemanenan Hujan
Pemanenan Air Hujan adalah proses menangkap, mengalirkan dan menyimpan air hujan untuk dapat dipergunakan
kembali. Hujan yang jatuh di permukaan misalnya atap bangunan, akan dikumpulkan dan dialirkan ke tangki
penampungan. Kapasitas tangki bervariasi dari kawasan permukiman (190 s.d. 400 Liter) sampai untuk kawasan
permukiman dan komersial ( 750 s.d. 40,000 Liter).
Dengan pretreatment minimal (misalnya saringan), air hujan yang ditampung tersebut dapat digunakan untuk pemakaian
selain air minum misalnya untuk penyiraman tanaman, atau untuk penyiraman toilet. Pemanenan hujan ini juga
mengurangi aliran air permukaan dan beban polutan dan pengambilan air tanah yang berlebihan.
Hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan pemanenan hujan yaitu:
• Ketersediaan lahan
• Topografi lokasi
• Tinggi tekan yang tersedia
• Tanah
• Lokasi Sumber Polutan
• Efek pada bangunan
• Utilitas bawah permukaan
• Beban Kendaraan
Besarnya pengurangan volume runoff untuk pemanenan hujan adalah sebesar 40 %.
Gambar Pemanenan Hujan

Perangkat Pra-Treatment sebelum menuju


tanngki

Jenis-Jenis Tangki untuk Penyimpanan


Air Hujan
Atap Ramah Lingkungan
Atap Ramah Lingkungan (Green Roof/ Living Roof/ Rooftop Gardens) berupa lapisan tipis tanaman dan
media tumbuhnya yang dipasang di atas atap konvensional yang berupa permukaan datar maupun
yang miring. Keuntungan dari atap ramah lingkungan adalah meningkatkan efisiensi energy,
mengurangi efek pemanasan dan memperindah lanskap dengan adanya lingkungan hijau. Dari sisi
hidrologi, atap ramah lingkungan dapat berfungsi seperti taman yang menyimpan air hujan di media
tumbuh tanaman. Air hujan yang berlebih akan mengalir ke jaringan drainase bangunan. Air hujan yang
tertampung juga akan mengalami evapotranspirasi oleh tanaman.
Ada 2 tipe atap ramah lingkungan yaitu intensif dan ekstensif. Atap Ramah Lingkungan Intensif berupa
lembaran media tumbuh dengan tebal lebih dari 15 cm, sehingga dapat ditanam oleh tanaman yg
berakar lebih dalam. Struktur atap yang mendukung untuk tipe intensif memerlukan kekuatan yang lebih
besar yang menimbulkan biaya yang lebih besar. Tipe ekstensif adalah tipe dengan lapis medium
tumbuh yang lebih tipis yaitu setebal 15 cm atau kurang.
Hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaannya yaitu:
• Kerusakan atap akibat airTopografi lokasi
• Pemeliharaan tanaman
• Biaya yang dikeluarkan

Batasan penerapan Atap Ramah Lingkungan:


• Persyaratan Struktur
• Kemiringan Atap
• Luas drainase dan volume aliran air
Atap Ramah Lingkungan
Gambar Skematik Atap Ramah Lingkungan Atap ramah lingkungan terdiri atas beberapa lapis
sebagai berikut: yang terdiri:
a. Struktur atap yang mampu menyokong beban dari
atap ramah lingkungan. Desain beban atap ramah
lingkungan minimal 80 kg per meter persegi.
b. Lapis kedap air yang didesain untuk melindungi
bangunan dan struktur akar
c. Lapis drainase yang terdiri atas medium poros
yang mampu menampung air untuk pertumbuhan
tanaman
d. Lapis filter untuk mencegah partikel halus dari
media tumbuh dan akar dari penyumbatan lapis
drainase
Operasi rutin yang dilakukan adalah: e. Tanaman dengan toleransi untuk kondisi atap dan
perakaran yang dangkal.
1. Pengairan/pembasahan tanaman
2. Deteksi Kebocoran
Besarnya pengurangan volume runoff untuk atap ramah lingkungan adalah sebesar 45 s.d. 55 %.
Contoh Atap Ramah lingkungan

Sekolah Umum Jackman di


Atap di Chicago City Hall York University di Toronto Toronto

Gedung Penjaga Bumi di Kantor Pusat Perlindungan


Café di Toronto Vaughan DAS di Toronto
Pengalihan Aliran Air Dari Atap

Pengalihan Airan Air dari Atap berfungsi mengalirkan aliran air dari atap menuju area poros yang
mengalir dari bangunan. Pengalihan Aliran air dari Atap minimal menempuh jalur aliran yang poros air
sepanjang 5 meter. Bila laju permeabilitas tanah kurang dari 15 mm/jam maka dilakukan penggantian
tanah dengan kedalaman 300 mm dan diisi kompos dengan kandungan berat organik 8 s.d. 15 % atau
volume 30 s.d. 40 %.
Hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaannya yaitu:
• Ketersediaan Lahan
• Topografi Lokasi
• Tanah
• Luas pengaliran
• Aliran dari sumber polutan

Besarnya pengurangan volume runoff untuk Pengalihan


Aliran Air dari Atap adalah tergantung dengan kondisi
permeabilitas tanah yang dilalui aliran air yaitu untuk
tanah permeable sebesar 50 persen dan tanah kurang
permeable sebesar 25 %.
Parit Perendaman, Parit Resapan, Bilik Resapan

Parit Perendaman (Soakaways) adalah galian berbentuk persegi atau lingkaran yang dilapisi oleh material geotekstil dan
diisi oleh batu granular bersih atau materi pengisi lainnya, yang menerima aliran permukaan dari pipa inlet berlubang dan
meresapkannya ke tanah asli. Parit peresapan (Infiltration Trenches) adalah parit berbentuk persegi yang dilapisi oleh
material geotektil dan diisi dengan material butiran batu bersih atau material pengisi lainnya. Kedua tipe struktur ini
melayani aliran air dari atap dan jalur jalan bangunan. Tipe ini cocok apabila lahan yang tersedia terbatas berupa jalur
sempit diantara bangunan dan property atau sepanjang jalur jalan.
Bilik Peresapan adalah variasi lain dari Parit perendaman (Soakaways) dengan bentuk berupa struktur modular yang
dipasang di bawah permukaan tanah, umumnya di bawah areal parker atau taman yang menciptakan ruang kosong yang
cukup untuk tampungan sementara dari aliran permukaan dan meresapkannya ke tanah asli. Strukturnya dapat berupa
tampungan yang memiliki dasar yang terbuka, dinding berlubang dan dasar lapisan batu (opsional). Struktur bilik
peresapan ini cocok bila lahan yang tersedia terbatas .
Hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaannya yaitu:
• Topografi
• Muka Air Tanah
• Tanah
• Area pengaliran
• Aliran dari Polutan
• Jarak dari pondasi bangunan
• Utilitas bawah tanah

Besarnya pengurangan volume runoff untuk parit


peresapan dan pipa berlubang adalah sebesar 85 %.
Parit Perendaman, Parit Resapan, Bilik Resapan

Parit Perendaman di North Dakota Parit Resapan


State University

Bilik Resapan yang dikembangkan


oleh Cultech Ltd
Bioretensi
Komponen utama dari Bioretensi adalah lapisan filter yang merupakan
campuran pasir, pasir halus dan material organik. Bagian penting lain dari
Bioretensi adalah mulsa dan tanaman yang beradaptasi dengan kondisi
genangan air.
Hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaannya yaitu:
• Pemeliharaan Tanaman
• Genangan air dan nyamuk
• Fondasi dan rembesan
• Stabilitas badan jalan
• Lalu lintas sisi pejalan kaki

Batasan penerapan Bioretensi:


• Topografi Lokasi
• Tinggi Tekan yang tersedia
• Tinggi Muka air tanah
• Tanah
• Luas pengaliran dan volume Runoff
• Areal yang potensi sumber polutan
• Utilitas Bawah Tanah
• Jarak dari bangunan

Besarnya pengurangan volume runoff untuk Bioretensi adalah sebesar 85 % bila


terdapat underdrain (pipa drainase bawah permukaan) dan 45 % bila tidak
terdapat underdrain.
Contoh Bioretensi (Bioretention)

Bioretensi di Taman Bioretensi di Halaman Rumah


(Riverwood Park, Mississauga, Bioretensi di Tempat Parkir
(City of Maplewood, Minnesota)
Ontario) (Ontario)

Bioretensi
(City of Portland)
Jalur Filter Tanaman
Jalur Filter Tanaman adalah area dengan tanaman yang
menurunkan kecepatan aliran air sehingga dapat meresap dalam
tanah. Jalur filter dapat berfungsi sebagai filter terhadap polutan
yang mungkin ada.
Hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaannya yaitu:
• Luas yang tersedia
• Topografi lokasi
• Tinggi muka air tanah
• Tanah
• Jalur aliran melewati permukaan kedap air
• Sumber Polutan

Panjang jalur maksimum dari aliran yang melewati permukaan


kedap air sebelum menuju jalur filter adalah 25 meter. Kemiringan
permukaan kedap air sebelum menuju jalur filter maksimal 3 %. Jalur
filter memiliki panjang minimal 5 meter untuk menyediakan
perbaikan kualitas air yang memadai.

Besarnya pengurangan volume runoff untuk Jalur Filter Tanaman


adalah sebesar 50 % untuk tanah permeable dan 25 % untuk tanah
kurang permeabel.
Contoh Jalur filter tanaman

Trinkaus Engineering Seattle Public Utilities

Pra Treatment Jalur Filter Pra Treatment Jalur Filter


Tanaman Tanaman
(Aquafor Beech) (CWP)
Perkerasan Jalan yang Permeable

Perkerasan jalan yang permeabel, sebagai alternative dari perkerasan kedap air tradisional,
memungkinkan air hujan terserap menuju tanah asli dibawahnya. Teknologi ini dapat digunakan untuk
jalan dengan lalu lintas yang tidak padat, areal parkir, pedestrian dan jalur pejalan kaki. Perkerasan
yang permeabel ideal untuk luas lahan yang terbatas. Berikut adalah beberapa tipe dari perkerasan
permeabel yaitu: Perkerasan permeabel dengan komponen yang saling mengunci (contohnya Paving),
Sistem grid beton atau plastic, Beton Poros, Aspal Poros
Hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaannya yaitu:
• Topografi Lokasi
• Tinggi Muka air tanah
• Tanah
• Area drainase dan volume pengaliran
• Potensi polutan
• Jarak dari Bangunan
• Utilitas bawah tanah

Besarnya pengurangan volume runoff untuk Perkerasan Permeabel adalah sebesar 85 % bila terdapat
underdrain (pipa drainase bawah permukaan) dan 45 % bila tidak terdapat underdrain.
Perkerasan Jalan yang Permeable

Perkerasan Jalan Beton


untuk Pejalan Kaki di Plaza
(Villanova Urban
Stormwater Partnership)

Aspal Berpori di Area


Parkir
(Villanova Urban
Stormwater Partnership)

Paving beton yang


berkombinasi dengan
bioretensi di Area Parkir
(ICPI)
Daerah Cekung Berumput

Daerah Cekung Berumput adalah saluran terbuka berumpu yang mengalirkan dan meredam aliran permukaan. Adanya
check dam dan vegetasi yang ada akan memperlambat aliran air, memungkinkan terjadinya sedimentasi, filtrasi melalui
zone perakaran, evapotranspirasi dan peresapan menuju tanah asli.
Hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaannya yaitu:
• Risiko kontaminasi air tanah
• Risiko kontaminasi tanah
• Pemeliharaan
• Erosi
• Genangan air dan nyamuk

Batasan penerapan Daerah Cekung Berumput:


• Ketersediaan lahan
• Topografi lokasi
• Tinggi muka air tanah
• Tanah
• Areal Pengaliran dan volume runoff
• Sumber polutan
• Jarak dari bangunan
• Utilitas bawah tanah
Besarnya pengurangan volume runoff untuk Daerah Cekung
Berumput adalah sebesar 20 % untuk tanah permeabel dan 10 %
untuk tanah kurang permeable.
Contoh Daerah cekung berumput

Penerapan Daerah cekung kering di Penerapan Daerah cekung kering di Penerapan Daerah cekung kering
Fasilitas umum dekat area parkir dengan menggunakan Check Dam
Daerah cekung kering
Daerah Cekung Kering adalah daerah cekung berbentuk saluran terbuka dengan rumput dan dasarnya adalah
media tumbuh dengan tambahan pipa tertanam sebagai pengurasan. Pada umumnya, Daerah Cekung Kering
adalah saluran terbuka yang didesain untuk mengalirkan dan meredam aliran permukaan. Vegetasi dan material
agregat di permukaan akan memperlambat aliran dan memungkinkan sedimentasi, filtrasi melalui zone perakaran
dan evapotranspirasi dan infiltrasi pada tanah dasarnya. Tanaman yang ditanam berupa rumput.
Hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaannya yaitu:
• Risiko kontaminasi air tanah
• Risiko kontaminasi tanah
• Pemeliharaan
• Erosi
• Genangan air dan nyamuk

Batasan penerapan Daerah Cekung Kering:


• Ketersediaan lahan
• Topografi lokasi Besarnya pengurangan volume runoff untuk Daerah
• Tinggi muka air tanah Cekung Kering adalah sebesar 85 % bila terdapat
• Tanah underdrain (pipa drainase bawah permukaan) dan 45 %
• Areal Pengaliran dan volume runoff bila tidak terdapat underdrain.
• Sumber polutan
• Jarak dari bangunan
• Utilitas bawah tanah
Contoh Daerah cekung kering (Dry Swales)

Penerapan Daerah cekung kering di


sepanjang jalan

Kota Portlad Danau County Illonois Sekolah Umum di Portland


Sistem Pipa Berlubang
Pipa Berlubang adalah parit peresapan panjang yang didesain untuk pengaliran dan peresapan aliran
permukaan. Desain berupa pipa berlubang yang dipasang di dalam butiran batu dengan kemiringan yang
landai dengan material geotekstil yang memungkinkan peresapan dari aliran permukaan ke dasar gravel dan
tanah asli.
Hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaannya yaitu:
• Risiko kontaminasi air tanah
• Risiko kontaminasi tanah
• Pemeliharaan
• Genangan air dan nyamuk
• Jarak dari Bangunan

Batasan penerapan Daerah Cekung Kering:


• Ketersediaan lahan
• Topografi lokasi Besarnya pengurangan volume runoff untuk Pipa
• Tinggi muka air tanah Perforasi adalah sebesar 85 % bila untuk tanah
• Tanah permeabel dan 45 % untuk tanah kurang permeable.
• Areal Pengaliran dan volume runoff
• Sumber polutan
• Jarak dari bangunan
• Utilitas bawah tanah
Sistem Pipa Berlubang
Sistem Pipa Berlubang (Perforated Pipe Systems)
Sistem Pipa Berlubang

Pemasangan Pipa Berlubang Penimbunan Pipa Berlubang


dengan Batu Kerikil
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai