Abstract
Pontianak’s population continues to grow. The population growth rate in Pontianak was around 2.4% in the
2009-2015 period, and 1.6% in the 2015-2021 period. Population growth can drive changes in land cover
due to the increasing demand for built-up land. The purpose of this research is to calculate and analyze the
changes in Pontianak’s land cover in 2009, 2015 and 2021 using remote sensing method with Landsat,
satellite imagery with medium resolution. In this research, land cover divided into 8 (eight) classes namely
water, settlements, open land, grassland, shrub land, forest, paddy field and dry land agriculture. After the
analysis, results show that all 8 (eight) land cover classes in Pontianak experienced changes in the total
area. Green open space area consisting of grass, shrubs, forests, paddy fields and dry land agriculture
decreased, while the settlements are increased. Despite the decreased, green open space still covers 41% of
the Pontianak’s total area, passing the regulation of green open space minimum area in city based on Laws
of the Republic Indonesia number 26 of 2007, which is 30% minimum.
Abstrak
Kota Pontianak terus mengalami peningkatan jumlah penduduk. Laju pertumbuhan penduduk di Kota
Pontianak sebesar 2,4% pada periode 2009-2015, dan 1,6% pada periode 2015-2021. Pertumbuhan
penduduk yang terus meningkat dapat menyebabkan terjadinya perubahan tutupan lahan akibat
permintaan untuk lahan terbangun sebagai tempat tinggal. Tujuan dari penelitian ini adalah menghitung
dan menganalisis perubahan tutupan lahan Kota Pontianak pada tahun 2009, 2015 dan 2021
menggunakan metode penginderaan jarak jauh dengan citra satelit resolusi menengah Landsat. Tutupan
lahan pada penelitian ini terbagi menjadi 8 (delapan) kelas yaitu tubuh air, permukiman, tanah terbuka,
rumput, semak belukar, hutan, sawah, dan pertanian lahan kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 8
(delapan) kelas tutupan lahan di Kota Pontianak terus mengalami perubahan. Luas lahan RTH yang terdiri
dari rumput, semak belukar, hutan, sawah dan pertanian lahan kering terus mengalami penurunan,
sedangkan luas lahan permukiman terus mengalami peningkatan. Meski terus menurun, lahan RTH Kota
Pontianak masih menutupi sebesar 41% dari luas total wilayah kota, memenuhi luas minimal lahan RTH
pada wilayah kota menurut UU No. 26 Tahun 2007, yaitu sebesar 30% minimal.
184
Submitted : 10-07-2022 Revised : 20-07-2022 Accepted : 30-07-2022
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, Vol. 10, No. 2, 2022: 184 - 193
PENDAHULUAN
Kota Pontianak terus mengalami peningkatan jumlah penduduk. Disadur dari data BPS,
Kota Pontianak memiliki laju pertumbuhan sebesar 2,4% pada periode 2009-2015, dan
1,6% pada periode 2015-2021. Salah satu penyebab dari peningkatan jumlah penduduk
tersebut adalah daya tarik dari Kota Pontianak dalam berbagai aspek seperti aspek
ekonomi, pendidikan, dan lain-lain sehingga tingkat urbanisasi di Kota Pontianak cukup
tinggi (Bappeda, 2014). Saat jumlah penduduk di suatu kota meningkat, permintaan untuk
penggunaan lahan terbangun yang akan dipakai sebagai tempat tinggal juga akan
meningkat (Kafi, 2014).
Menurut Aklile (2014), perubahan penggunaan lahan dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti pemenuhan kebutuhan manusia, fitur lingkungan dan bencana alam.
Perubahan penggunaan lahan memiliki dampak yang menguntungkan dan merugikan.
Salah satu dampak merugikan dari pengaruh perubahan penggunaan lahan dapat terjadi
pada sistem ekologi lokal dan lingkungan yang akan mempengaruhi cadangan karbon di
daratan (Adrian, 2020). Untuk menganalisis perubahan tutupan lahan, informasi berupa
peta dapat diperoleh melalui teknik penginderaan jauh yang telah lama menjadi sarana
yang penting dan efektif dalam pemantauan tutupan lahan dengan kemampuannya
menyediakan informasi mengenai keragaman spasial di permukaan bumi dengan cepat,
luas, tepat, serta mudah. Data satelit Landsat biasanya digunakan dalam penginderaan
jauh untuk klasifikasi tutupan lahan. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai
upaya inventarisasi serta pembaruan data tentang tutupan lahan Kota Pontianak.
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat. Lokasi penelitian
terdiri atas 6 kecamatan meliputi Kecamatan Pontianak Barat, Kecamatan Pontianak
Kota, Kecamatan Pontianak Selatan, Kecamatan Pontianak Tenggara, Kecamatan
Pontianak Timur, dan Kecamatan Pontianak Utara
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah GPS, perangkat keras
(hardware) berupa seperangkat komputer dan perangkat lunak (software) untuk
interpretasi data berupa ArcGIS 10. Bahan yang digunakan adalah Citra Satelit Landsat
8 OLI perekaman 25 September 2021 dan 31 Januari 2015, serta Citra Satelit Landsat 7
ETM+ perekaman 18 Oktober 2009.
Klasifikasi Tutupan Lahan Kota Pontianak
Klasifikasi dimulai dengan tahapan preprocessing berupa koreksi radiometrik. Untuk
koreksi geometrik tidak dilakukan karna citra yang digunakan merupakan citra yang telah
melalui koreksi. Tahapan preprocessing mengacu pada SNI 8940:2020 mencakup 2 (dua)
koreksi: Koreksi puncak atmosfer (top of atmosphere correction) dan Koreksi atmosfer
(atmospheric correction). Untuk citra Landsat, metode Dark Object Subtraction (DOS)
merupakan metode koreksi yang terbukti efektif (Dang, 2021) sehingga metode DOS
dipilih untuk penelitian ini. Koreksi DOS dilakukan dengan menggunakan tool Dark
Subtraction yang ada di software Envi. Koreksi topografi tidak perlu dilakukan untuk
daerah dengan kontur topografi yang datar (Banskota, 2014). Karena Kota Pontianak
termasuk daerah dengan kontur yang relatif datar, maka koreksi topografi tidak
dilakukan.
Setelah tahap preprocessing dilanjutkan dengan tahap klasifikasi. Pada penelitian ini
klasifikasi dilakukan dengan metode supervised classification menggunakan software
ArcGIS. Tutupan lahan di Kota Pontianak pada penelitian ini terdiri dari 8 (delapan) kelas,
mengacu pada publikasi Statistik Penggunaan lahan Kota Pontianak yang dikeluarkan
oleh BPS, yang kemudian disesuaikan dengan penamaan kelas tutupan lahan yang
dikeluarkan oleh KLHK. Detail tutupan lahan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
1 dibawah ini.
Tabel 1. Kelas Tutupan Lahan Kota Pontianak
Nomor Tutupan Lahan Kota Pontianak1 Disesuaikan/Dipecah Menjadi2
1 Lahan Pertanian Sawah Sawah
2 Lahan Pertanian Bukan Sawah Pertanian Lahan Kering
3 Lahan Non Pertanian Permukiman
Badan Air
Lahan Terbuka
Hutan
Semak
Rumput
Sumber: 1Badan Pusat Statistik, 2017; 2KemenLHK, 2020.
Hasil klasifikasi kemudian diuji akurasinya untuk mengetahui tingkat ketepatan
klasifikasi dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Uji akurasi klasifikasi pada penelitian
ini mengacu pada SNI 8202-2019. Pertama-tama ditentukan jumlah titik sampel (n) yang
akan diuji. Jumlah sampel ditentukan menggunakan persamaan berikut:
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2
Keterangan: n = jumlah sampel; N = total populasi (total poligon tutupan lahan); e =
persen error yang masih di toleransi (untuk akurasi 85%, nilai e sebesar 15%)
Jumlah sampel ground check untuk tiap tahunnya (2009, 2015 dan 2021) sebanyak 44
titik. Titik-titik tersebut kemudian disebar menggunakan metode tool stratified random
sampling yang ada di software ArcGIS. Untuk tutupan lahan Kota Pontianak tahun 2021
menggunakan data hasil ground check dengan mengunjungi titik-titik sampel, sedangkan
untuk tutupan lahan tahun 2009 dan 2015 pengecekan dilakukan dengan citra resolusi
tinggi Maxar. Setelah semua titik dicek, penelitian dilanjutkan dengan perhitungan
akurasi menggunakan rumus overall accuracy yaitu
𝐷
𝑂𝑣𝑒𝑟𝑎𝑙𝑙 𝐴𝑐𝑐𝑢𝑟𝑎𝑐𝑦 = 𝑥 100%
𝑁
Keterangan: D = total sampel yang diklasifikasikan dengan benar; N = total sampel
Mengutip SNI 8841:2019, ketelitian peta adalah nilai yang menggambarkan tingkat
kesesuaian antara posisi dan atribut sebuah objek pada peta terhadap posisi dan atribut
yang dianggap sebenarnya di lapangan. Minimal akurasi pada penelitian ini mengacu
pada SNI 8841:2019, yaitu minimal 85%
pengolahan tidak dilakukan dan proses klasifikasi langsung dimulai dari tahap pemilihan
sampel latih.
Metode klasifikasi yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Maximum
Likelihood Classification, mengikuti Pedoman Pengolahan Data Satelit Multispektral
Secara Digital Supervised Untuk Klasifikasi yang dikeluarkan oleh LAPAN. Tutupan
lahan terdiri darasi 8 kelas yaitu permukiman, badan air, lahan terbuka, rumput, semak,
hutan, sawah dan pertanian lahan kering. Untuk tutupan bervegetasi yaitu rumput, semak,
hutan, sawah dan pertanian lahan kering dikelompokkan menjadi satu tutupan yaitu lahan
ruang terbuka hijau, mengacu pada pasal 1 UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, bahwa RTH adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara
alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Setelah proses klasifikasi dilanjutkan dengan uji overall classification accuracy untuk
menguji tingkat ketelitian peta. Mengutip SNI 8841:2019 yang menjadi acuan metode
proses klasifikasi, ketelitian peta adalah nilai yang menggambarkan tingkat kesesuaian
antara posisi dan atribut sebuah objek pada peta terhadap posisi dan atribut yang dianggap
sebenarnya di lapangan. Tingkat ketelitian klasifikasi minimum harus tidak kurang dari
85%. Uji akurasi menggunakan data ground check dan citra resolusi sangat tinggi sebagai
data pendukung. Dari 44 titik yang diambil secara acak, didapatkan akurasi peta tutupan
lahan tahun 2009, 2015, dan 2021 berturut-turut sebesar 86%, 87% dan 90%. Karena telah
memenuhi syarat (mininum 85%), peta hasil klasifikasi dapat dianalisis lebih lanjut. Peta
hasil klasifikasi dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 4 menunjukkan salah satu lahan terbuka di Kota Pontianak, berada pada
koordinat 0°1'36.69"S, 109°19'18.43"E yang merupakan lahan proyek pembangunan.
Sebelum terkonversi menjadi terbuka, pada tahun 2015 titik ini masih berupa lahan RTH.
Konversi tutupan lahan menjadi lahan terbangun dapat membawa berbagai dampak
negatif terhadap lingkungan, diantaranya menurunnya biodiversitas (Neldner, 2018),
perubahan suhu serta pola iklim (Thapa, 2021), penurunan tingkat infiltrasi dan
peningkatan aliran permukaan (Septriana, 2020), serta peningkatan emisi gas rumah kaca
terutama CO2 (Adrian, 2020).
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil analisis citra satelit Kota Pontianak pada tahun 2009, 2015 dan 2021,
ditemukan bahwa tutupan lahan Kota Pontianak mengalami perubahan luas. Tutupan
lahan permukiman terus mengalami penambahan luas dari sebesar 37% pada tahun 2009
menjadi sebesar 43% pada tahun 2015 dan 52% pada tahun 2021. Sedangkan tutupan
RTH yang terdiri dari pertanian lahan kering, semak, rumput, hutan dan sawah terus
mengalami penurunan dari sebesar 56% pada tahun 2009 menjadi sebesar 51% pada
tahun 2015 dan 40% dari luas total Kota Pontianak pada tahun 2021. Meski terus
menurun, lahan RTH Kota Pontianak masih memenuhi luas minimal lahan RTH pada
wilayah kota yang diatur dalam UU No. 26 Tahun 2007 yaitu 30% dari luas total wilayah
kota.
Saran
Lahan RTH Kota Pontianak didominasi oleh tutupan pertanian lahan kering,diikuti
dengan semak, rumput, hutan dan terakhir sawah dengan luas tiap kelas yang semakin
menurun karena konversi tutupan lahan. Diasumsikan menurunnya pertanian lahan kering
dan sawah disebabkan oleh pertumbuhan penduduk Kota Pontianak. Menurut Green
(1992) dalam Wiyono (1998) pertumbuhan penduduk dalam perkotaan memiliki
beberapa dampak, salah satunya adalah berubahnya lahan pertanian menjadi lahan
industri dan pemukiman. Selain lahan permukiman dan RTH, tutupan lahan lain yang ada
di Kota Pontianak adalah badan air dan lahan terbuka. Badan air di Kota Pontianak berupa
aliran sungai kapuas dan aliran sungai landak yang menutupi 5% dari luas total Kota
Pontianak. Lahan terbuka menutupi sekitar 3% dari luas total Kota Pontianak pada tahun
2009, berubah secara fluktuatif dengan hanya menutupi sekitar 1% pada tahun 2015 dan
2% pada tahun 2021. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, saran yang dapat
diberikan untuk pengembangan penelitian adalah dilakukannya analisis dampak serta
mitigasi yang dapat dilakukan dari perubahan tutupan lahan yang terjadi di Kota
Pontianak.
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, Nugratama, S., (2020). Estimasi Besaran Emisi Karbon Di Kabupaten Banyumas
(Studi Kasus Tahun 2005-2016). GEOGRAPHIA Jurnal Ilmiah Pendidikan
Geografi. 1(1), 32-45.
Badan Pusat Statistik. (2020). Kota Pontianak Dalam Angka 2020. Pontianak: BPS Kota
Pontianak.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. (2014). Peraturan Daerah Kota Pontianak
Nomor 6 Tahun 2014. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota
Pontianak Tahun 2015-2019. Pontianak: Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah.
Badan Standarisasi Nasional. (2020). SNI 8940:2020. Pengolahan data penginderaan jauh
– Koreksi radiometrik data optik satelit penginderaan jauh. Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional.
Badan Standarisasi Nasional. (2019). SNI 8202:2019. Ketelitian peta dasar. Jakarta:
Badan Standarisasi Nasional.
Badan Standarisasi Nasional. (2019). SNI 8841:2019. Pengolahan data penginderaan jauh
– Proses klasifikasi terbimbing penutup lahan menggunakan citra optik resolusi
rendah dan menengah. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Banskota, A., Kayastha, N., Falkowski, M.J., Wulder, M.A., Froese, R.E., & White, J.C.
(2014). Forest Monitoring Using Landsat Time Series Data: A Review. J. Remote
Sens. 40(5), 362–384.
Direktorat Inventarisasi Dan Pemantauan Sumber Daya Hutan. (2020). Petunjuk Teknis
Penafsiran Citra Satelit Resolusi Sedang Untuk Update Data Penutupan Lahan
Nasional. Jakarta: Direktorat Inventarisasi Dan Pemantauan Sumber Daya Hutan.
Firdaus, Z. (2019). Pemetaan Perubahan Suhu Permukaan sebagai Dampak Pembangunan
di Kota Pontianak Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis. PRISMA
FISIKA. 7(2), 149-157
Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup. (2018). Indonesia Second Biennial
Update Report. Jakarta: Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup
Lillesand, Thomas, M., & Kiefer, R.W. (1997). Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.
Diterjemahkan: Dulbahri, Prapto Suharsono, Hartono, Suharyadi. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Maksum, Z.U., Prasetyo, Y., Haniah. (2016). Perbandingan Klasifikasi Tutupan Lahan
Menggunakan Metode Klasifikasi Berbasis Objek Dan Klasifikasi Berbasis Piksel
Pada Citra Resolusi Tinggi Dan Menengah. Jurnal Geodesi Undip.
Melati, D.N. (2019). Estimasi Emisi Karbon Akibat Perubahan Penutup Lahan pada
Lanskap Hutan Tropis di Provinsi Jambi. Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi
Bencana, Vol. 14, No. 1. Tangerang Selatan.
Neldner, V. (2018). The Impacts of Land Use Change on Biodiversity in Australia. Land
Use in Australia: Past, Present and Future.
Nurhidayati, E., Fariz, & Trida, R. (2020). Analisis Regresi Logistik Untuk Identifikasi
Faktor Pendorong Pertumbuhan Lahan Terbangun Secara Spasial di Kota
Pontianak. Journal of Urban and Regional Planning. 1(1), 40-4
Septiani, R, Citra, I.P.A., & Nugraha, A.S.A. (2019). Perbandingan Metode Supervised
Classification dan Unsupervised Classification terhadap Penutup Lahan di
Kabupaten Buleleng. Jurnal Geografi: Media Informasi Pengembangan dan
Profesi Kegeografian, 16(2), 90-96.
Submitted : 10-07-2022 Revised : 20-07-2022 Accepted : 30-07-2022
192
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, Vol. 10, No. 2, 2022: 184 - 193
Septriana, F., Alnavis, N., Gustia, R., Wirawan, Rivaldo, Putri, N., Hasibuan, H.,
Tambunan, R. (2020). Dampak Perubahan Penutupan Lahan Terhadap Sistem
Hidrologi Di Jakarta. Majalah Ilmiah Globe. 22(1), 50-59
Tosiani, A. (2015). Buku Kegiatan Serapan dan Emisi Karbon. Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan, Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata
Lingkungan, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan.
Jakarta.
Thapa, P. (2021). The Relationship between Land Use and Climate Change: A Case Study
of Nepal. The Nature, Causes, Effects and Mitigation of Climate Change on the
Environment. IntechOpen.
Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.