METODE PENELITIAN
Kabupaten Tapanuli Selatan yang berada pada 0°58’35’ sampai dengan 2°7’33’
Lintang Utara dan 98°42’50’ sampai dengan 99°34’16’ Bujur Timur dengan luas
daerah 439.204,75 hektar yang terdiri atas 14 Kecamatan, 36 Kelurahan dan 212
Desa. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2020.
dan Tapanuli Utara. Bagian Barat kabupaten Tapanuli Selatan berbatasan dengan
berbatasan dengan kabupaten Padang Lawas dan Padang lawas Utara. Bagian
15
Gambar 3.1. Peta Lokasi Penelitian
16
3.2. Alat dan Bahan
d. Kamera digital
a. Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1: 50.000 Tahun 2018 yang bersumber dari
d. Peta tutupan lahan Provinsi Sumatera Utara skala 1: 50.000 Tahun 2018
f. Data hasil penilaian panel pakar yang terdiri dari nilai koefisien ekoregion
analisis pendekatan penilaian peran penutupan lahan dan ekoregion terhadap jasa
17
ekosistem yang ada di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan yang bersumber dari
ekoregion dan penutupan lahan, indeks, peta, luasan, serta distribusi spasial dan
non-spasial. Penelitian ini menghasilkan 20 peta jasa ekosistem ataupun peta daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk setiap jasa ekosistemnya di
kepada peneliti untuk menggambarkan objek penelitia secara spesifik. Jenis data
1. Data kualitatif, adalah data yang tidak berbentuk angka yang berasal dari
2. Data kuantitatif, adalah data yang berbentuk angka yang terkait dengan
Sedangkan sumber data pada penelitian ini berupa data primer dan sekunder.
Data primer bersumber dari hasil pengecekan lapangan (ground check) kelas
berbagai instansi sesuai dengan atribut yang dikaji, yaitu dari Badan Pusat
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang meliputi peta rupa bumi
18
Indonesia, peta wilayah adminstrasi Kabupaten Tapanuli Selatan, peta penutup
lahan Provinsi Sumatera Utara, dan koefisien penilaian panel pakar ataupun
data sekunder. Data primer yang dikumpulkan berupa pengambilan data tutupan
lahan dari lapangan. Pengambilan data ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
akurasi interpretasi citra dengan melakukan metode ground check point, yakni
berupa penyesuaian data hasil intrepretasi citra satelit dengan hasil pengamatan di
pengamatan dengan menggunakan alat tulis menulis dan kamera digital. Hasil
membandingkan hasil ground check point dengan hasil interpretasi citra satelit
lain dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tapanuli Selatan, Badan
Kehutanan.
19
memiliki luas 439.204,75 hektar (BPS, 2018). Sedangkan sampel untuk penelitian
ini adalah pengambilan titik pengamatan sesuai dengan objek kelas tutupan lahan
yang ada berupa hutan lahan kering primer, hutan lahan kering sekunder, hutan
rawa, pertanian lahan kering, rawa pesisir, persawahan, semak belukar, hutan
waduk, kebun dan tanaman campuran, sungai, dan danau yang kemudian disertai
Salah satu fasilitas yang ada pada software ArcGIS 10.1 adalah analisis
potensi jenis ekoregion suatu wilayah dan kelas tutupan lahan yang ada pada
ekosistem.
lahan menggunakan Citra Google Earth Tahun 2020 dan berdasarkan klasifikasi
20
tutupan lahan yang dikeluarkan Badan Standarisasi Nasional SNI 7645-2014
warna dan tekstur. Selanjutnya jenis-jenis penutupan lahan yang sudah ditentukan
interpretasi citra pada peta penutupan lahan. Validasi ini bersifat purposif
berdasarkan tutupan lahan yang menjadi pewakil dari jenis tutupan lahan yang
interpretasi diuji dengan cara membuat matrik kontingensi yang sering disebut
dengan matrik kesalahan (error matrix) ataupun matrik konfusi (confusion matrix)
(Nawangwulan et al., 2013). Uji akurasi ini bertujuan untuk memperoleh nilai
kedekatan hasil interpretasi citra dengan data ukuran sebenarnya di lapangan. Uji
interpretasi perlu dilakukan uji ketelitian untuk menilai akurasi dari hasil yang
diperoleh.
keakuratan sebesar 85% dari hasil interpretasi citra pada wilayah yang beragam
21
(heterogen) merupakan tingkat akurasi yang baik dan dapat diterima pada suatu
menjadi pewakil pada setiap tutupan lahan. Titik sampel yang telah dipilih, dicatat
lapangan. Adapun proses uji akurasi yang digunakan yaitu Overall Accuracy
Keterangan :
3.7.3. Penilaian Peran Ekoregion dan Penutupan Lahan Terhadap Jasa Ekosistem
22
ini telah diverifikasi dan divalidasi oleh P3E Sumatera untuk seluruh kelas
tutupan lahan dan jenis ekoregion yang terdapat di seluruh wilayah Pulau
Sumatera. Maka dalam penelitian ini data yang digunakan berupa data sekunder
Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup terhadap jasa
relatif yang didapatkan dari nilai koefisien jasa ekosistem per kelas ekoregion
yang dikalikan dengan nilai koefisien jasa ekosistem per kelas penutupan lahan.
KJEeco X KJE LC
IJE =
maks KJEeco X KJE LC
Keterangan :
IJE : Indeks Jasa Ekosistem
KJEeco : Koefisien Jasa ekosistem ekoregion
KJELC : Koefisien Jasa ekosistem penutupan lahan
Maks : Nilai maksimum dari perhitungan hasil perkalian dan akar terhadap nilai indeks
jasa ekosistem penutupan lahan dan ekoregion
berdasarkan hasil klasifikasi geometrical interval setiap IJE dalam Software GIS.
Tiap jasa ekosistem memiliki rentang kelas yang berbeda, akibat dari nilai
23
minimum dan maksimum yang bervariasi. Nilai IJE yang didapatkan
Rendah (SR), Rendah (R), Sedang (S), Tinggi (T) dan Sangat Tinggi (ST).
geometrical interval memiliki interval yang berlipat pada setiap kelas. Data yang
paling cocok digunakan yaitu dengan perbedaan nilai terkecil dan besar yang
cukup lebar. Hal ini dimaksudkan jumlah data yang ada pada setiap kelas dapat
oleh digit angka dan pembulatan. Perbedaan pengambilan jumlah digit angka di
banyak digit angka yang diambil kelasnya akan semakin baik. Hal itu dikarenakan
n B 5 B
X = X = A
A
5 1,152
X = X = 1,442
0,185
Keterangan :
A : Nilai IJE Minimum
B : Nilai IJE Maksimum
n : Jumlah Kelas
Tabel 3.2. Contoh Perhitungan Interval Kelas dan Pewarnaan pada Peta Jasa
Ekosistem Pengaturan Perlindungan Bencana
Klasifikasi Rumus Interval Kelas IJE Keterangan Kelas Warna
Kelas I A - Ax 0,185 - 0,267 Sangat Rendah Merah
2
Kelas II A - Ax 0,267 - 0,384 Rendah Merah Muda
2 3
Kelas III Ax - Ax 0,384 - 0,554 Sedang Kuning
3 4
Kelas IV Ax - Ax 0,554 - 0,799 Tinggi Hijau Muda
Kelas V Ax4 - Ax5 0,799 - 1,152 Sangat Tinggi Hijau Tua
24
Adapun untuk pewarnaan nilai IJE, mengacu pada kelima rentang kelas
yakni sangat rendah (merah tua), rendah (orange), sedang (kuning), tinggi (hijau
muda) dan sangat tinggi (hijau tua). IJE dihitung untuk masing-masing jenis jasa
Indek Komposit Jasa Ekosistem adalah nilai gabungan dari indek jenis
jenis jasa ekosistem yang diperoleh dengan cara melakukan perhitungan rata-rata
IKJE i,x = IJE i,x + IJE j,x + IJE k,x + IJE l,x + IJE m,x
ΣIJE
Keterangan
IKJE i,x = Indek komposit jasa ekosistem kelompok jasa ekosistem i (Penyedia,
Pengaturan, Budaya, Pendukung) di wilayah x
IJE i,x = Indek jasa ekosistem i (misalnya pangan, air bersih, serat, bahan bakar
sumberdaya genetik) , diwilayah x
ΣIJE = Jumlah jasa ekosistem (misalnya untuk kelompok jasa pendukung=5 IJE)
Indek komposit jasa ekosistem dilakukan secara bertingkat pada empat jenis
budaya, dan pendukung serta gabungan 20 jenis jasa ekosistem yang disebut
dengan indek komposit daya dukung dan daya tampung lingkungan. Indek
25
3.7.6. Tahapan Pemetaan
Secara umum tahapan pemetaan memiliki tiga tahap proses yang harus
dilakukan, yaitu :
Langkah awal dalam proses pemetaan dimulai dari pengumpulan data. Data
merupakan suatu bahan yang diperlukan dalam proses pemetaan. Keberadaan data
sangat penting artinya, dengan data seseorang dapat melakukan analisis evaluasi
tentang suatu data wilayah tertentu. Data yang dipetakan dapat berupa data primer
atau data sekunder. Data yang dapat dipetakan adalah data yang bersifat spasial,
artinya data tersebut terdistribusi atau tersebar secara keruangan pada suatu
wilayah tertentu.
Pada tahap ini data yang telah dikumpulkan kemudian dikelompokkan dahulu
Pengenalan sifat data sangat penting untuk simbolisasi atau penentuan dan
pemilihan bentuk simbol, sehingga simbol tersebut akan mudah dibaca dan
ditentukan dulu jenis simbol yang akan digunakan. Untuk data kuantitatif dapat
sesuai.
Langkah pemetaan kedua berupa panyajian data. Tahap ini merupakan upaya
melukiskan atau menggambarkan data dalam bentuk simbol, supaya data tersebut
menarik, mudah dibaca dan dimengerti oleh pengguna (users). Penyajian data
26
pada sebuah peta harus dirancang secara baik dan benar supaya tujuan pemetaan
dapat tercapai.
keberhasilan pembuatan suatu peta. Peta yang dirancang dengan baik akan dapat
komunikasi, sehingga pada peta harus terjalin interaksi antar pembuat peta (map
maker) dengan pengguna peta (map users). Pembuat peta harus dapat merancang
peta sedemikian rupa sehingga peta mudah dibaca, diinterpretasi dan dianalisis
Pemetaan juga dapat diartikan sebagai proses pembuatan peta. Peta merupakan
atau media lain dalam bentuk dua dimensi. Melalui sebuah peta kita akan mudah
dalam hal waktu dan biaya (Setyawan et al., 2018). Sendow (2012) menambahkan
didapatkan hasil berupa softcopy maupun hardcopy peta yang berbentuk data
spasial vektor dan data spasial raster. Data raster merupakan model data yang
adalah model data yang menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial
dengan menggunakan titik-titik, garis-garis, atau kurva atau poligon. Data spasial
maupun non-spasial yang kemudian didapatkan, akan diolah dalam bentuk peta.
27