METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
yang bertujuan untuk memproses data berupa angka, yaitu data luasan lahan yang
terjadi konflik ruang daratan dan pesisir yang didapat dari lapangan. Selanjutnya
memetakan dan membuat data Konflik Pemanfaatan Ruang Daratan dan Pesisir
B. Lokasi Penelitian
data-data berupa data citra,/foto udara,dan data RDTR dari berbagai sumber
terkait.
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
C. Populasi dan Sample
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek dan subyek
yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk
diteliti. Sampel dari penelitian ini adalah data satuan lahan per titik koordinat
penelitian, yang akan digunakan dalam analisis kesesuaian lahan untuk wisata
No x y
1 660411 9860436
2 662701 9859682
3 661542 9860875
4 656283 9867954
5 659461 9862196
6 658910 9865905
7 659115 9867415
8 656147 9867990
9 656003 9869084
10 654874 9869550
11 654017 9869764
12 653924 9870286
13 653745 9870773
14 653717 9871069
15 654101 9872251
16 665484 9856891
17 664643 9857688
D. Variabel dan Data
1. Variabel
dalam penelitian ini yaitu data karakter fisik pesisir, peta penggunaan lahan,
2. Sumber Data
dilakukan dengan mengambil data sekunder dari Loka Riset Sumber Daya
didapatkan dari survei lapangan, serta data RDTR Kabupaten Pesisir Selatan
Pesisir Selatan.
E. Teknik Pengumpulan Data
cermat. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Pesisir Selatan.
data dalam tabel pivot. Data yang tak terstruktur akan menjadi data utuh
adalah penyajian data dalam tabel pivot. Proses pivot dilakukan dengan
didapat perhitungan dari pivot tabel maka dilakukan uji akurasi digunakan
atau matriks kesalahan yang membandingkan kategori per kategori (kelas per
kelas), hubungan antara data referensi (ground truth) dengan data hasil
nya:
(3)
Keterangan :
𝑋𝑖𝑖 = nilai diagonal matriks kontingensi baris ke-I dan kolom ke-i
𝑋𝑖+ = jumlah piksel dalam kolom ke-i
𝑋+𝑖 = jumlah piksel dalam baris ke-i
N = banyaknya piksel dalam contoh
∑𝑟 𝑋𝑖𝑖 = jumlah nilai diagonal matriks kontingensi baris ke-I dan kolom
ke-i
∑𝑟 𝑋𝑖+𝑋+𝑖= jumlah perkalian 𝑋𝑖+ dan 𝑋+𝑖
diterima yaitu 85% atau 0,85 (Anderson, 1976). Koefisien Kappa didasarkan
atas konsistensi Perhitungan akurasi ini guna melihat seberapa banyak konflik
jauh. Definisi citra banyak dikemukakan oleh para ahli, salah satu di
kamera atau sensor lainnya dan dipasang pada wahana satelit ruang angkasa
dengan ketinggian lebih dari 400 km dari permukaan bumi. Sensor dalam
kaitannya dengan penginderaan jauh merekam tenaga yang dipantulkan atau
berupa data digital atau data numerik untuk keperluan analisis menggunakan
resolusi yang digunakan, citra hasil penginderaan jarak jauh bisa dibedakan
ukuran terkecil yang dapat direkam oleh suatu sistem sensor, berarti sensor
itu semakin baik karena dapat menyajikan data dan informasi yang
semakin rinci. Resolusi spasial yang baik dikatakan resolusi tinggi atau
halus, sedang yang kurang baik berupa resolusi kasar atau rendah
(Suwargana, 2013).
Resolusi spasial pada citra terdapat tiga tingkat, antara lain sebagai
berikut:
mampu memperoleh data citra pada resolusi 0.61 meter), Citra Satelit
multispectral), Citra Satelit Pleaides (data citra dengan resolusi 0,5 meter)
dan Citra Satelit WorldView (data citra dengan resolusi 0.5 meter), Citra
meter untuk multispektral dimana citra ini diluncurkan pada 26 juni 2003
oleh GeoEye).
B7, B8A, B11, B12] dan resolusi spasial 60 m [untuk B1, B9, B10].
c. Citra satelit dengan resolusi spasial rendah memiliki resolusi sebesar >30
m, dengan contoh Citra satelit MODIS (yang memiliki tiga resolusi spasial
yaitu 250m, 500m, dan 1.000m), Citra Satelit Himawari (Resolusi spasial
untuk kesesuaian wisata kategori wisata bahari dan berenang terdiri dari 10
parameter.
Keterangan:
G. Diagram Alir
Kawasan Mandeh terdiri dari ruang daratan dan pesisir. Definisi dari
kawasan pesisir itu sendiri merupakan kawasan pertemuan antara darat serta laut,
dengan batasan kearah darat meliputi bagian daratan, baik kering ataupun
terendam air yang masih menemukan pengaruh sifat- sifat laut semacam angin
laut, pasang- surut dan perembesan/ intrusi air laut kearah laut mencakup bagian
perairan tepi laut hingga batasan terluar dari paparan daratan (continental shelf)
dimana identitas perairan tersebut masih dipengaruhi oleh proses- proses alamiah
yang terjalin di darat. Sementara yang dimaksud dari ruang daratan adalah
wilayah dari permukaan bumi yang berbentuk padat dan tidak di genangi air laut,
eksisting dari Kawasan Mandeh. Drone merupakan pesawat tanpa awak yang
digunakan untuk mengambil foto udara. Drone yang digunakan adalah DJI
Phantom 4. Selanjutnya, teknik analisis data yang digunakan adalah Matriks
Konsistensi. Teknik yang satu ini menggunakan bantuan pivot table dengan
memasukan data kondisi eksisting Kawasan Mandeh, dan data RDTR Kabupaten
Pesisir Selatan guna melihat keharmonisan maupun konflik ruang antara RDTR
setelah data tersebut dihasilkan lalu dilanjut dengan teknik analisis yang
selanjutnya.
dari beberapa data, guna menghasilkan peta dan analisis keseusian lahan di
wilayah konflik ruang Kawasan Mandeh. Matching method atau disebut juga
didasari atas klasifikasi parameter kemampuan lahan. Dari teknik analisis data
yang kedua ini menghasilkan peta dan analisis dari kesesuaian lahan di wilayah
konflik ruang Kawasan Mandeh. Untuk lebih jelasnya lagi untuk penginputan
data, langkah pemrosesan dan hasil yang ingin dicapai dapat dilihat dia
Gambar 2. Diagram Alir
BAB IV
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Umum Wilayah Penelitian
menjadi bagian wilayah Kabupaten Pesisir Selatan dan Kota Padang, yaitu
Bungus Teluk Kabung, Kota Padang. Kawasan Mandeh dapat dicapai melalui
jalan darat, yaitu arteri primer yang menghubungkan Padang dengan Provinsi
Bengkulu atau disebut sebagai Lintas Barat pada jarak ± 60 km hingga simpang
Tarusan. Dari simpang Tarusan dihubungkan oleh jalan ke arah Selatan berjarak
Pulai di bagian Selatan. Dari pertigaan menuju gerbang Mandeh dicapai dengan
jarak 1,5 km. Selain melalui jalan darat, Kawasan Mandeh dapat dicapai
melalui transportasi laut dari Kota Padang, melalui Sungai Pisang di Kecamatan
pulau nyamuk, marak, cubadak, sironjong kecil, sironjong gadang, setan kecil,
setan gadang, taraju, pagang, bintagor, sikuai, sirandah, pasumpahan, dan ular.
Kawasan ini meliputi kawasan pesisir dengan teluk yang relatif terlindung
Hindia, perairan laut yang tenang di kawasan teluk dalam, serta kawasan
Mandeh telah diarahkan sebagai objek ekowisata bahari sejak tahun 2002.
kawasan ini sebagai kawasan wisata nasional. Selama lima tahun terakhir
a. Sosial
sekitar 25.575,21 ton pada tahun 2008, dengan jumlah nelayan sekitar 18.775
orang. Sektor perikanan budidaya juga produktif, sekitar 103,6 ton dengan
b. Fisik
rapat terdapat di Pulau Cingkuak dan Penyu. Luas hutan mangrove yang
berupa gempa bumi, banjir, tanah longsor, luapan gelombang, dan tsunami
(Hermon, 2016). Hal ini dipengaruhi oleh posisi strategis kawasan ini yang
berada di dalam pertemuan lempeng benua. Perubahan tata guna lahan telah
18
Tabel. 5 Klasifikasi Penggunaan Lahan RDTR pada Kawasan Mandeh
kategori dengan total luas 3128,50 Ha dengan luas terbesar di peruntukan untuk
penggunaan lahan
Kawasan pariwisata dengan luas 1882,58 Ha. Selanjutnya diikuti dengan kawasan
pertanian dengan luasan 367,99 Ha, hal ini tidak dapat dipungkiri bahwasannya
ekowisata bahari di Kabupaten Pesisir Selatan yang memiliki prospek wisata yang
sangat baik untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata bahari. Hutan Lindung
juga menjadi kawasan yang terluas dengan luas 231,25 Ha , hal ini tentunya
400 Ha, yang dimanfaatkan sebagai kawasan wisata alam tepatnya di Kawasan
19
Wisata Mandeh. Kawasan hutan mangrove yang tersebar di semua kecamatan
Linggo Sari Baganti, Kecamatan Pancung Soal, Basa IV Hulu Tapan, Lunang dan
Silaut.
Kondisi Eksisting pada kawasan mandeh diambil dari interpretasi foto yang
secara visual dilakukan dengan melihat pola, warna, tekstur, bayangan, bentuk,
rona dan lain sebagainya yang sejenis dan dikelompokan sehingga didapat
Hasil analisis disajikan dalam bentuk peta penggunaan lahan eksisting pada
20
Gambar 4. Peta Penggunaan Lahan Eksisting pada Kawasan Mandeh
21
Tabel. 6 Klasifikasi Penggunaan Lahan Kawasan Eksistingpada Kawasan Mandeh
disekitar wilayah pesisir kawasan mandeh yang memiliki total luas penggunaan
lahan eksisting seluas 3135,41 Ha. Sebagian besar penggunaan lahan di dominasi
pada kawasan pariwisata dengan luas 1876,65 Ha dan juga kawasan pertanian
dengan luas 371,10 Ha, selain itu kawasan terluas juga dimiliki oleh kawasan
22
dan jasa yaitu dengan luas 538,66 Ha dari luas kawasan mandeh. Alokasi
selanjutnya yaitu kawasan pertanian dengan seluas 372,7 Ha, serta rencana
pemanfaatan hutan lindung seluas 237,8 Ha dari luas kawasan mandeh. Berikut
23
Tabel. 7 Hasil Perbandingan Luas Menggunakan Metode Pivot
C 3,
K 3, KT 1, R 3,
C 1, Perumahan Perkantora I 3, RTH, SPU 1, SPU 2, SPU 3, SPU 6,
HL, Hutan Perdaga Perkanto PL 1, PL 3, Rumah
dan n dan Industri Ruang Pendidi Transpo Keseh Periba
Penggunaan Lahan Lindung ngan ran Pertanian Pariwisata Kepadata Jumlah (Ha)
Perdagangan/Ja Perdagang Kecil Terbuka kan rtasi atan datan
(Ha) Deret Pemerint (Ha) (Ha) n Sedang
sa (Ha) an/Jasa (Ha) Hijau (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha)
(Ha) ah(Ha) (Ha)
(Ha)
C 1, Perumahan dan Perdagangan/Jasa 115,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,5 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 115,6
C 3, Perkantoran dan Perdagangan/Jasa 0,0 5,8 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 5,8
HL, Hutan Lindung 0,0 0,0 230,7 0,0 0,0 0,0 0,0 204,6 2,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 437,6
I 3, Industri Kecil 0,0 0,0 0,0 62,4 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 62,4
K 3, Perdagangan Deret 0,0 0,0 0,0 0,0 1,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1,3
KT 1, Perkantoran Pemerintah 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1,9 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1,9
PL 1, Pertanian 19,7 2,2 0,0 19,4 0,0 0,0 363,3 207,5 244,6 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 856,6
PL 3, Pariwisata 0,0 0,2 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 227,1 13,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 240,5
R 3, Rumah Kepadatan Sedang 0,0 0,0 0,7 0,0 0,0 0,0 3,6 13,6 77,1 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 95,0
RTH, Ruang Terbuka Hijau 4,8 0,3 6,4 4,6 0,0 1,4 5,9 1249,2 61,9 29,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1363,4
SPU 1, Pendidikan 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3 0,0 0,0 0,0 3,3
SPU 2, Transportasi 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 2,9 0,0 0,0 2,9
SPU 3, Kesehatan 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1 0,0 0,1
SPU 6, Peribadatan 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,6 0,6
Jumlah 139,4 8,5 237,8 86,4 1,3 3,3 372,7 1902,4 399,3 29,1 3,3 2,9 24 0,1 0,6 3186,95
Dari tabel diatas ditemukan ketidakkonsistenan antara kawasan eksisting
yang paling besar ada di peruntukan Pertanian dimana di peta dapat dilihat
berdasarkan hasil kappa bernilai 28,23% yang berarti hanya 28,23% kondisi
eksisting sesuai dengan RDTR pada kawasan mandeh. Untuk lebih jelasnya
25
Gambar 5. Peta Konflik Ruang di Kawasan Mandeh
26
Dari hasil overlay antara Peta Penggunaan Lahan Aktual dan Peta
ketidakkonsistenan dapat dilihat pada hasil peta, yaitu secara spasial tersebar
tidak berada pada tempatnya sehingga hal ini kedepanya akan memicu
27
5. Kesesuaian Lahan Wisata Bahari di Wilayah Konflik pada Kawasan
Mandeh
analisis menunjukan untuk wisata bahari diperoleh kawasan yang paling sesuai
(S1) mempunyai luasan 29,607 Ha, kategori Sesuai (S2) mempunyai luasan
20,595 Ha, dan kategori tidak sesuai (N) mempunyai luasan 12,319 Ha.
lahan untuk wisata panatai kategori rekreasi menurut Yulianda (2007) Hasil
parameter kesesuaian lahan untuk wisata bahari pantai kategori rekreasi untuk
28
Gambar 6. Peta Kesesuaian Lahan Wisata Bahari Kawasan Mandeh
29
a) Kedalaman Pantai
perairan yang sangat sesuai untuk aktivitas berenang. Perairan ini merupakan
lokasi yang paling ideal untuk melakukan kegiatan wisata wisata bahari
karena pengunjung dapat bermain air dengan aman akan tetapi tetap harus
b) Tipe Pantai
Kawasan Mandeh memiliki tipe pantai tipe pantai yang berpasir, dengan
tekstur pasir yang halus serta berwarna putih dan menjadi faktor penting
dalam wisata bahari jika dibandingkan pantai berbatu atau pantai berlumpur
Namun, jika dilihat pada aktivitas berenang hal ini merupakan salah satu
tetap terjaga.
c) Lebar pantai
tergolong cukup lebar dengan rata-rata 14 m., lebar pantai sangat berkaitan
rekreasi pantai karena kondisi lebar pantai yang luas membuat pengunjung
30
leluasa melakukan aktivitas rekreasi pantai hal ini berarti lebar pantai yang
dimiliki termasuk dalam kategori sangat sesuai dan sesuai dengan ketentuan
d) Material dasar
Pada umumnya substrat yang dimiliki oleh suatu pantai berbeda-beda, hal ini
serupa dengan material dasar yang dimilki oleh Pantai di Kawasan Mandeh
e) Kecepatan arus
dengan rata-rata 0,39 m/s. Kecepatan arus yang kecil memberikan keamanan
wisatawan untuk aktivitas berenang, bermain air dan aktivitas lainnya. Jika
dilihat pada matriks kesesuaian lahan untuk wisata pantai dapat dikatakan
bahwa hasil pengukuran arus tersebut sangat sesuai untuk aktivitas berenang
0,40 m/dt
f) Kemiringan Pantai
g) Kecerahan perairan
31
ini kecerahannya tidak sesuai dan parameter kecerahan perairan untuk
sesuai jika memiliki penutupan lahan pantai berupa kelapa dan lahan terbuka.,
i) Biota berbahaya
A. Pembahasan
1. Konflik Penggunaan Lahan Eksisting dan Perencanaan Detail di Kawasan Mandeh
terluas pada yang direncanakan dalam RDTR Kawasan Mandeh yaitu 1902,4 Ha dari luas
kawasan mandeh. Rencana pemanfaatan terluas kedua adalah rencanaa pemanfaatan ruang
pemukiman dan perdagangam dan jasa yaitu dengan luas 538,66 Ha dari luas kawasan
mandeh. Alokasi pemanfaatan ruang di kawasan mandeh secara berurutan dari yang terluas
32
selanjutnya yaitu kawasan pertanian dengan seluas 372,7 Ha, serta rencana pemanfaatan
hutan lindung seluas 237,8 Ha dari luas kawasan mandeh. Kawasan pariwisata yang
mempunyai luas lahan terluas karena pariwisata merupakan sektor unggulan di kawasan
mandeh hal ini sesuai dengan jurnal iftitah rahmi effendi dkk dengan judul penelitian
“Potensi Desa Wisata Nagari Mandeh Sebagai Destinasi Unggulan” yang menyatakan Saat
sekarang ini di Sumatera Barat, sektor pariwisata dijadikan sektor unggulan bagi pemerintah
daerah, karena sektor ini dapat memacu sektor lainnya, seperti peningkatan bisnis
transportasi, hotel, restoran, hiburan, perbankan, dan peningkatan permintaan terhadap hasil
pemerintah daerah akan mampu meraih keuntungan di bidang lainny dan di Kawasan
Mandeh terdapat 4 (empat) komponen yang harus dimiliki oleh sebuah objek wisata, yaitu:
attraction, accessibility, amenity dan ancilliary (Ardiansyah & Fortuna, 2020). Nagari
Mandeh sendiri sudah memiliki 4 (empat) komponen tersebut namun masih belum lengkap,
seperti pulau setan (soetan), hutan mangrove dan perahu wisata, sebagai komponen
attraction. Komponen accessibility seperti jalan raya menuju ke Nagari Mandeh, transportasi
ke pulau seperti perahu wisata. Kemudian adanya amenity (fasilitas) menginap seperti
homestay serta adanya rumah makan untuk wisatawan. Disamping itu juga ada komponen
ancilliary (pelayanan tambahan) yaitu terdapat makanan yang khas dari Nagari Mandeh yang
dapat diolah dan dikembangkan. Dengan keindahan alam yang dimiliki, jarak yang tidak
terlalu jauh dari pusat kota dan daya tarik yang memadai menjadikan Desa Wisata Nagari
Dari hasil overlay antara Peta Penggunaan Lahan Aktual dan Peta Rencana Detil Tata
33
ketidakkonsistenan seluas 2.181,63 Ha, dimana dominan ketidakkonsistenan disebabkan
karena tumbuhnya kawasan Pertanian yang tidak berada pada tempatnya. Hal ini umumnya
dikarenakan selain sektor pariwisata sektor pertanian juga menjadi sektor unggulan di
kawasan mandeh hal ini sesuai dengan pernytaan pada buku “Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021 – 2026” yang
menyatakan Sektor pertanian merupakan sektor unggulan kabupaten pesisir selatan, dimana
sekitar 18,3 % atau 1.052,08 km2 dari luas daratan. Akan tetapi hal tersebut menjadi konflik
karena kurangnya lahan yang diperuntukan untuk pertanian, sehingga membuat kawasan
Pola persebaran ketidakkonsistenan secara spasial tersebar hampir pada seluruh area
yang tersedia dengan rancangan peruntukan lahan pada RDTR, dimana akan berkurangnya
ketersediaan lahan untuk pemukiman dan kawasan pariwisata, karena sebagian besar
kawasan pertanian tidak berada pada tempatnya sehingga hal ini kedepanya akan memicu
Hasil analisis menunjukan untuk wisata bahari diperoleh kawasan yang paling sesuai
(S1) mempunyai luasan 29,607 Ha, kategori Sesuai (S2) mempunyai luasan 20,595 Ha, dan
kategori tidak sesuai (N) mempunyai luasan 12,319 Ha dan diketahui Hasil kesesuaian untuk
wisata bahari di Kawasan Mandeh disebabkan karena diperoleh nilai tertinggi pada parameter
kesesuaian yang diukur, seperti tipe pantai pasir dan material dasar dengan kemiringan yang
landai, baik di pulau maupun di dalam perairannya. Demikian pula dengan kecepatan arus
yang tidak terlalu kuat, perairan yang jernih sehingga dasar perairan yang dihuni oleh terumbu
34
karang dapat terlihat jelas keindahannya serta tidak adanya biota berbahaya dikawasan
Kriteria yang nilainya sedang dan rendah untuk Pantai di kawasan mandeh hanya
diperoleh pada kriteria kecerahan perairan dan penutupan lahan dikawasan tersebut yang
umumnya di dominasi oleh kawasan pemukiman. Untuk pantai yang tidak sesuai umumnya
disebabkan karena kriteria material dasar perairan yang rendah dan tipe pantai yang kurang
menarik. Kriteria pantai yang tidak lebar serta perairan pantai yang agak keruh (kecerahan
rendah) hal inilah yang menyebabkan pantai-pantai tersebut tidak memiliki kesesuaian untuk
wisata bahari.
35
BAB V
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kawasan Mandeh dengan judul penelitian
“Analisis Konflik Pemanfaatan Ruang Daratan Dan Pesisir Di Kawasan Mandeh Pesisir
mandeh. ketidakkonsistenan terjadi yang paling besar ada di peruntukan Pertanian. Pada
kepadatan sedang dengan cakupan luas 244,6 Ha. Selanjutnya ada ketidakkonsistenan
pada pertanian terjadi di kawasan pariwisata dimana luas pertanian 207,5 Ha di bagian
28,23% yang berarti hanya 28,23% kondisi eksisting sesuai dengan RDTR pada
Kawasan Mandeh. Dari hasil overlay antara peta penggunaan lahan aktual dan peta
pada tempatnya. Pola persebaran ketidakkonsistenan dapat dilihat pada hasil peta, yaitu
secara spasial tersebar hampir pada seluruh area Kawasan Mandeh. ketidakkonsistenan
tentunya menyebabkan konflik ruang lahan yang tersedia dengan rancangan peruntukan
lahan pada RDTR akan berkurangnya ketersediaan lahan untuk pemukiman dan
kawasan pariwisata.
36
2. Pantai di kawasan mandeh memiliki kriteria kesesuaian lahan wisata pantaiyang
tergolong dalam kategori S1 (sangat sesuai), S2 (Sesuai), dan S3 (Tidak sesuai) dengan
Hasil kesesuaian untuk wisata bahari di kawasan mandeh disebabkan karena diperoleh
nilai tertinggi pada parameter kesesuaian yang diukur, seperti tipe pantai pasir dan
material dasar dengan kemiringan yang landai, baik di pulau maupun di dalam
perairannya., Demikian pula dengan kecepatan arus yang tidak terlalu kuat, perairan
yang jernih sehingga dasar perairan yang dihuni oleh terumbu karang dapat terlihat jelas
keindahannya serta tidak adanya biota berbahay dikawasan tersebut. Faktor-faktor inilah
Kriteria yang nilainya sedang dan rendah untuk Pantai di kawasan mandeh hanya
diperoleh pada kriteria kecerahan perairan, dan penutupan lahan dikawasan tersebut
B. Saran
berikut:
1. Setiap rencana pembangunan pada kawasan mandeh harus sesuai dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah, dan Rencana Detail Tata Ruang maupun berbagai bentuk
area Agrowisata, dimana hal ini dapat meningkatkan pendapatan daerah kawasan
37
mandeh dan tetap mempertahankan sektor pariwisata dan pertaniannya yang
38