Anda di halaman 1dari 46

PERAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAQ

PADA ANAK USIA DINI MENURUT PERSPEKTIF ISLAM

KARYA TULIS

Untuk Memenuhi Salah Satu Bidang Studi Karya Tulis Ilmiah Tingkat
Muallimin

Oleh:
ZULFA ZAKHIRA ILHAM
NIS: 0210221.2995

PESANTREN PERSATUAN ISLAM 34 CIBEGOL


BANDUNG
2023
LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH
PERAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAQ
PADA ANAK USIA DINI MENURUT PERSEPTIF ISLAM
Telah disetujui dan disahkan sebagai Prasyarat Pengajuan Tugas Akhir Karya
Tulis Ilmiah
Pesantren Persatuan Islam 34 Cibegol

Oleh:
Zulfa Zakhira Ilham
Nis:
0210221.2995
Bandung..........2023

Asatidz Pengampu:

Rahma Wilda S.KM,M.pd

Asatidz Pembimbing;

Rahma Wilda S.KM,M.pd

I
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Zulfa Zakhira Ilham

NIS : 0210221.2995

Tahun Akademik : 2023-2024

Dengan ini menyatakan Karya Tulis saya yang berjudul “Peran Orang Tua
Dalam Pembentukan Akhlaq Pada Anak Usia Dini Menurut Perspektif
Islam” adalah hasil karya saya sendiri dan saya tidak menjiplak dengan cara-cara
yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat akademis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, dan apabila di kemudian
hari terjadi segala sesuatu yang tidak diinginkan saya bersedia untuk menerima
segala resikonya.

Bandung,..........2023

Penulis

Zulfa Zakhira Ilham

II
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt karena atas rahmat dan
kaunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Peran
Orang Tua Dalam Pembentukan Akhlaq Pada Anak Usia Dini Menurut
Perspektif Islam” karena jika bukan berkat kasih saying dan campur tangan-Nya
belum tentu dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Walaupun selama proses
penyelesaian karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari berbagai kendala,
Alhamdulillah penulis mampu menjalaninya dengan penuh kesabaran.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mengikuti Ujian Akhir Tingkat Muallimien di Pesantren Persatuan Islam 34
Cibegol dan sebagai salah satu syarat kelulusan dari Pesantren Persatuan Islam 34
Cibegol.

Dengan karya tulis ilmiah ini, semoga dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Semoga karya tulis ilmiah ini dapat menyadarkan seluruh orang tua untuk lebih
memperhatikan pembentukan akhlaq terutama pada anak usia dini menurut
pandangan Islam.

Bandung,… 2023

Penulis

Zulfa Zakhira Ilham

III
UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt
karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah ini
dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terimakasih
yang setulus-tulusnya kepada:

1. Mami dan Papi tersayang yang selama ini telah membesarkan dan mendidik
penulis dengan penuh kasih sayang, mendoakan, memberi dukungan terbaik serta
berperan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini dalam segi material.

2. Al-Ustadz KH. Muhammad Romli selaku Mudirul ‘Am Pesantren Persatuan


Islam 34 Cibegol

3.Al-Ustadzah Rahma Wilda S.KM,M.PD, Al-Ustadz Taupik


Hidayatuddin,S.Pd.I.,M.Pd selaku asatidzah pengampu sekaligus pembimbing
yang telah memberikan bimbingan dan mengarahkan penyusunan karya tulis
ilmiah ini.

4. Al-Ustadz Zam Zam Al-Muzani selaku wali kelas yang senantiasa memberikan
dukungan.

5. Teteh, Adik dan keluarga tercinta yang selalu mendukung dan memberikan
motivasi dalam segala hal.

6. Dan juga Zahra Zakkiyah Ilham dan Fitriana Nurbayity Jannah yang telah
banyak mendukung dan membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiyah ini.

7. Dan tak lupa kepada teman dekat penulis Rian Khoerunisa dan teman
seperjuangan Sadulur 26 Generation, UG asrama yang tak luput dari saling

IV
mendoakan dan memberi dukungan satu sama lain selama penyusunan karya tulis
ilmiah ini.

8. Dan untuk diri saya sendiri yang telah berusaha menyelesaikan tugas akhir ini
sekuat tenaga dan berjuang sejauh ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Besar harapan penulis, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bernilai positif bagi
semua pihak yang membutuhkan.

Bandung… 2023

Penulis

Zulfa Zakhira Ilham

V
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ i

LEMBAR PERNYATAAN............................................................................ii

KATA PENGANTAR.................................................................................... iii

UCAPAN TERIMAKASIH........................................................................... iv

DAFTAR ISI................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah.................................................................. 1


B. Rumusan Masalah............................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian............................................................................. 3
D. Kerangka pemikiran.........................................................................3
E. Manfaat Penelitian............................................................................4
a. Manfaat Teoritis.........................................................................4
b. Manfaat Praktis..........................................................................4
F. Metode Penelitian............................................................................. 4
a. Metode Deskriptif...................................................................... 4
b. Tekhnik Penelitian..................................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN..................................6

A. Landasan Teori.............................................................................. 6
1. Pengertian Pendidikan............................................................... 6
2. Pengertian Pendidikan Dalam Islam..........................................7
a. Tujuan pendidikan Islam.....................................................10
b. Fungsi dan Peran Orang Tua.............................................. 11
3. Peran orang tua dalam pendidikan anak.................................... 12
4. Pengertian Akhlaq..................................................................... 14

VI
a. Tujuan dan Pendidikan Akhlaq ..........................................15
b. Tolak Ukur Akhlaq Dalam Islam....................................... 17
c. Peran orang tua dalam pembentukan Akhlaq..................... 19
5. Pengertian Anak Usia Dini........................................................ 23
a. Karakteristik anak usia dini................................................ 25
B. Pembahasan....................................................................................28
1. Peran orang tua dalam membentuk akhlaq pada anak usia dini
menurut Islam........................................................................... 28
2. Penerapan akhlaq pada anak usia dini menurut perspektif Islam.
.................................................................................................. 32

BAB III SIMPULAN DAN SARAN..............................................................35

A. Simpulan.......................................................................................... 35

B. Saran.................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 37

RIWAYAT HIDUP.........................................................................................38

VII
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk membantu seorang


anak untuk menjalani tugas hidupnya secara mandiri. Pendidikan juga menjadi
sarana yang paling strategis untuk mengangkat harkat dan martabat manusia
dalam berbagai bidang kehidupan. Karena pendidikan dapat mengembangkan
kemampuan dan membentuk kepribadian yang baik. Islam termasuk agama yang
sangat menekankan pendidikan bagi manusia, hal ini terbukti dari banyaknya
hadits dan ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang pendidikan.

Pendidikan Islam merupakan suatu sistem kependidikan yang mencakup


seluruh aspek kehidupan yang di butuhkan oleh hamba Allah untuk mencapai
keselarasan hidup di dunia maupun di akhirat. Dan pendidik juga memiliki peran
untuk bertanggung jawab dalam memberi pertolongan pada anak untuk
perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai kedewasaan.

Dalam perkembangan pendidikan anak, orang tua menjadi pendidik utama


dan pertama bagi anak anak nya, orang tualah yang memiliki peran untuk
mendorong anak dalam menerima pendidikan. karena pada setiap anak terdapat
suatu dorongan untuk meniru. Dalam islam akhlaq merupakan suatu keadaan yang
melekat pada jiwa, darinya muncul berbagai perbuatan secara spontan dan mudah,
tanpa memerlukan berfikir dan menimbang nimbang. Maka, membimbing, dan
memberi tauladan yang baik merupakan wujud nyata dari tanggung jawab orang
tua. Itulah mengapa peran orang tua sangat penting, karena sebagai pemegang
kunci utama bagi perkembangan anak selanjutnya.

Secara etimologi, kata akhlaq berasal dari bahasa Arab yang merupakan
jamak dari kata khuluq,yang berarti, muruah. Dengan demikian, akhlaq dapat di
artikan sebagai budi pekerti atau adab. Dengan itu akhlaq menjadi suau keadaan

1
2

yang penting untuk diperhatikan pada masa perkembangan anak. Karena pada
masa inilah anak mulai melakukan perbuatan perbuatan yang menjadi kebiasaan
sehingga terbentuklah akhlaq dari dalam dirinya.

Anak yang berusia 0-6 tahun merupakan anak berusia dini. Usia dini
merupakan masa yang sangat penting bagi perkembangan potensi anak, masa
anak usia dini tidak akan bisa diulang, karena masa usia dini merupakan masa
paling penting dalam pembentukan dasar-dasar kepribadian, kemampuan berpikir,
kecerdasan, adab kesopanan, keterampilan dan kemampuan bersosialisasi.

Tanggung jawab besar orang tua untuk mendidik anak menjadi pribadi
yang sholeh sebagaimana firman Allah SWT:

‫اُ ييَنأنيي نَا ٱّلِذيَن‬ ‫وا ُس َو اا َنَُس ن‬


‫َ سُ مْ نََ ن مَ ذِي سُ مْ َ ر‬
‫ناًا نَُسوُسَنا ٱّّل س‬ ‫اًُ س نَا نَّس ا‬ ‫نَ يَِنِذ نٌُد ذغ نَ د‬
‫ٌ ذَِناُد نَ مٱّ ذِ نَ ن‬
‫نَا َ َ ن نَ نُ سَ مْ نَين مُْنِسوَن نَا يسْم نَ سََُن لّ ين مْ س‬
‫ُوَن ل‬
‫ٱّن‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu


dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.” QS. At-Tahrim:6

Wahai orang-orang yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya serta


melaksanakan Syariatnya, lindungilah diri kalian dengan melaksanakan apa yang
Allah perintahkan kepada kalian dan meninggalkan apa yang Allah larang dari
kalian, serta lindungilah keluarga kalian dengan apa yang dengannya kalian
melindungi diri kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu. Yang menyiksa penghuninya adalah para malaikat yang kuat dan keras
dalam perlakuan mereka. Mereka tidak menyelisihi perintah Allah, sebaliknya
mereka senantiasa melaksanakan apa yang diperintahkan kepada mereka.

Dari tafsiran di atas dapat difahami bahwa agar setiap orang menjaga
dirinya dan anggota keluarganya dari siksa neraka. Tampaknya pendidikan dalam
3

keluarga memiliki nilai sangat penting untuk keberhasilan pendidikan


selanjutnya. Karena peran dan tugas tanggung jawab orang tua dalam mendidik
dan membentuk akhlaq anak tidaklah ringan, oleh karena itu sudah waktunya bagi
orang tua untuk menguasai ilmu ilmu cara mendidik yang baik. Orang tua diharap
kan memberikan pendidikan akhlaq kepada anak usia dini, karena anak usia dini
akan mudah dibimbing dan diajarkan perbuatan-perbuatan yang baik, sehingga
ketika nanti anak tumbuh dewasa perbuatan baik tersebut akan melekat dan
menjadi kebiasaan baik bagi anak.

Dari sebagaimana yang dikemukakan di atas, peneliti tertarik untuk


melakukan kajian secara mendalam tentang “PERAN ORANG TUA DALAM
PEMBENTUKAN AKHLAQ PADA ANAK USIA DINI MENURUT
PERSPEKTIF ISLAM”

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran orang tua dalam membentuk akhlaq pada anak usia
dini menurut Islam?
2. Bagaimana penerapan akhlaq pada anak usia dini menurut perspektif
Islam?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui peran orang tua dalam membentuk akhlaq anak usia
dini menurut Islam.
2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan akhlaq yang harus diterapkan
pada anak usia dini menurut perspektif Islam
D. Kerangka Pemikiran

Orang tua tentu memiliki cara mendidik yang berbeda beda yang biasanya
telah disesuikan dengan latar belakang dan kebutuhan anaknya. Tetapi penting
bagi orang tua muslim untuk mendidik anak dengan cara Islami.

‫َ ن مُ ذُ سَوا َ ن مَ نُّن سُ مْ نََنْم ذَّسوا آُناَن سَ ن‬


‫َُنا نَ نَِن مي ذِ اّ ل‬:}ْ
‫ُ نَُ س نَاَّ نلَم‬
4

“Nabi SAW bersabda: Muliakan lah anak anak kalian dan ajarilah mereka tata
krama.” (HR Ibnu Majah)

Mulianya dan berharganya seorang anak tidak bisa dilepaskan dari peran
orang tua, Memberikan pendidikan akhlak dan contoh yang baik serta adab, tata
krama yang baik pun termasuk tugas dan peranan orang tua. Dan dalam metode
pendidikan agama dalam Islam pada dasarnya mencontoh pada perilaku Nabi
Muhammad SAW dalam membina keluarga dan sahabatnya. Karena segala apa
yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW merupakan manifestasi dari
kandungan al-Qur’an. Adapun dalam pelaksanaannya, Nabi Muhammad SAW
memberikan kesempatan pada para pengikutnya untuk mengembangkan cara
sendiri selama cara tersebut tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
pelaksanaan pendidikan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Sehingga
disinilah peran dan tugas orang tua dalam mendidik anak terutama dalam hal
pendidikan akhlaq sangat diharapkan.

E. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis: Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan


pengetahuan mengenai pedidikan islam.
2. Manfaat praktis: Dapat memberi masukan/informasi bagi masyarakat
muslim untuk dapat mengetahui pendidikan anak brspektif islam yang
diterapkan orang tua kepada anak.

F. Metode dan Teknik Penelitian

1. Metode Deskriptif, yaitu menyatakan bahwa metode deskriptif adalah


suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk
membuat kesimpulan yang lebih luas. Menurut Sugiyono (2005: 21)
2. Teknik kepustakaan, yaitu Menurut beliau, studi kepustakaan adalah
teknik pengumpulan data dengan melakukan penelaahan terhadap
5

buku, literatur, catatan, serta berbagai laporan yang berkaitan dengan


masalah yang ingin dipecahkan. Menurut (Nasir)
BAB II

LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Landasan Teori

1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Definisi pendidikan dalam arti luas adalah hidup. Artinya bahwa


pendidikan adalah seluruh pengetahuan belajar yang terjadi sepanjang
hayat dalam semua tempat serta situasi yang memberikan pengaruh
positif pada pertumbuhan setiap makhluk individu. Bahwa pendidikan
berlangsung selama sepanjang hayat (long life education). Pengajaran
dalam pengertian luas juga merupakan proses kegiatan mengajar, dan
melaksanakan pembelajaran itu bisa terjadi di lingkungan mana pun
dan kapan pun (Amirin:2013:4)

Pendidikan menjadi sangat bertaraf dalam kehidupan bangsa ini


sehingga banyak para ahli berusaha menalar dan menyampaikan apa
artian pendidikan yang sesungguhnya dalam kehidupan ini. Selain itu,
pengertian pendidikan atau definisinya menurut para ahli yaitu:

a) Prof. Dr. M.J Langeveld: Pendidikan ialah pemberian


bimbingan dan bantuan rohani bagi yang masih
memerlukannya.

6
7

b) Prof. Zaharai Idris: Pendidikan ialah serangkaian kegiatan


komunikasi yang bertujuan, antara manusia dewasa dengan
si anak didik secara tatap muka atau dengan menggunakan
media dalam rangka memberikan bantuan terhadap
perkembangan anak seutuhnya.
c) H. Horne: Pendidikan adalah proses yang di lakukan terus
menerus dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk
manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental,
yang bebas dan sadar kepada tuhan, seperti termanifestasi
dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan
dari manusia.
d) Ahmad D. Marimba: Pendidikan adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh pendidik terdapat
perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama.

Dapat diartikan bahwa pengertian pendidikan adalah kegiatan


untuk saling berbicara mengenai wawasan yang diketahui guna menambah
landasan.didalam kehidupan. Landasan yang diterapkan dalam kehidupan
berguna memperbaiki sistem kehidupan agar lebih tertata dan sesuai
landasan agama. (Munandar, Pengertian pendidikan, Ilmu Pendidikan Dan
Unsur Unsur Pendidikan, 2022)

2. Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk


membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh
potensi manusia baik yang berbentuk jasmaniyyah maupun rohaniah,
menumbuhkan hubungan yang harmonis setiap pribadi manusia
dengan Allah, manusia dan alam semesta. (Daulay, M.A., 2019)
8

Adapun dalam perspektif Islam, pengertian pendidikan (pendidikan


Islam) merujuk pada beberapa istilah, yaitu al-tarbiyyah, al-ta’dib, al-
ta’lim. Dari ketiga istilah tersebut, yang paling populer digunakan
dalam menyebutkan praktik pendidikan Islam adalah terminologi al-
tarbiyyah, seperti penggunaan istilah at-Tarbiyah al-Islamiyah yang
berarti pendidikan Islam.

Syed Muhammad Al-Naquib Al-Attas seorang tokoh pemikiran


pendidikan Islam berpendapat bahwa sesungguhnya istillah yang
paling tepat untuk pendidikan Islam adalah ta’dib sebab struktur
konsep ta’dib sudah mencakup unsur-unsur ilmu instruksi (ta’lim), dan
Konferensi Internasional Islam I di Makkah tahun 1977 pendidikan
Islam mencakup tiga pengertian sekaligus, yakni tarbiyah, ta’lim, dan
ta’dib. (Kurniadin & Machali, 2016)

Achmadi mengemukakan bahwa: Pendidikan Islam adalah segala


usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta
sumber daya manusia yang ada padanya menuju terbentuknya manusia
seutuhnya sesuai dengan norma-norma Islam.

Berdasarkan pendapat achmadi tersebut dapatlah difahami bahwa


pendidikan Islam adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan dalam
kehidupan sebagai upaya untuk mengembangkan potensi yang ada
pada diri manusia agar nantinya potensi yang dimiliki oleh manusia
tersebut digunakan dan dimanfaatkan dalam kehidupan sesuai dengan
aturan-aturan dalam Islam atau agama Islam.

Berdasarkan pengertian pendidikan Islam secara kaedah bahasa


Indonesia tersebut dapatlah dipahami bahwa pendidikan Islam adalah
upaya-upaya yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan untuk
mengubah sikap dan tatalaku kelompok lewat pengajaran atau latihan
9

agar kehidupannya sesuai dengan ajaran agama Islam yang dibawa


oleh nabi Muhammad Saw.

Secara istilah Muhaimin dkk mengemukakan bahwa secara


sederhana istilah pendidikan islam dipahami dalam beberapa
pengertian, yaitu pendidikan menurut Islam atau pendidikan Islami,
pendidikan keIslaman atau pendidikan dalam Islam. Pendidikan
menurut Islam atau pendidikan Islami adalah pendidikan yang
dipahami dan dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental
yang terkandung dalam sumber dasarnya yaitu; Qur’an dan Sunnah.
Dalam pengertian yang pertama ini, pendidikan Islam dapat berwujud
pemikiran dan teori yang mendasarkan diri atau dibangun dan
dikembangkan dari sumber-sumber dasar tersebut.

Pendidikan Islam adalah rangkaian proses yang sisitematis,


terencana dan komprehensif dalam upaya mentransfer nilai-nilai
kepada anak didik, mengembangkan potensi pada diri anak didik
sehingga anak didik mampu menjalankan tugasnya di muka bumi
dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan nilai-nilai Ilahiyat yang
berdasarkan pada ajaran agama (al-Qur’an dan hadist) pada semua
dimensi kehidupan.

Zakiah Darajat dkk terkait dengan pengertian pendidikan Islam


mengemukakan sebagai berikut;

Pendidikan Islam berarti pembentukan pribadi muslim. Isi pribadi


muslim itu adalah pengalaman sepenuhnya ajaran Allah dan Rasul-
Nya. Tetapi pribadi muslim itu tidak akan tercapai atau terbina kecuali
dengan pengajaran dan pendidikan. Membina pribadi muslim adalah
wajib. Dan pribadi muslim tidak mungkin terwujud kecuali dengan
pendidikan maka itu menjadi wajib dalam pandangan Islam.
10

Berdasarkan pendapat Zakiah Darajat dkk tersebut dapatlah


dipahami bahwa pendidikan Islam adalah kegitan pendidikan yang
dilakukan terhadap peserta didik agar dalam kehidupan hidup sesuai
dengan aturan yang diatur dalam ajaran Islam dengan kata lain
menuntun perserta didik dalam kehidupan lewat proses pendidikan
agar nantinya ia hidup dengan kepribadian sebagai seorang muslim
dengan takaran aturan yang terdapat dalam ajaran Islam. (hanafi, La
Adu , & Zainuddin , 2018)

a. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya pribadi-


pribadi muslim yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam
sedangkan fungsi pendidikan Islam adalah mengembangkan
wawasan yang tepat dan benar tentang jati diri, membebaskan
manusia dari segala anasir yang dapat merendahkan martabat
dan mengembangkan ilmu pengetahuan pengetahuan untuk
menopang serta memajukan kehidupan. (hanafi, La Adu , &
Zainuddin , 2018)

Tujuan pendidikan dalam perkembangan yang seimbang


terhadap diri seseoerang melalui latihan pembinaan jiwa,
intelektualitis, perkembangan rasional, perasaan, dan kepekaan.
Pendidikan seharusnya dapat mencakup dalam segala
perkembangan manusia dalam berbagai aspek baik bersifat
speritual, intelektuan, imajinasi, fisik, pengetahuan linguistik,
baik secara individu atau kelompok, dan dapat menggertakan
semua aspek ini kearah kebaikan dan dapat menghasilkan
kesempurnaan. Tujuan keseluruhan pendidikan mengacu pada
kesadaran akan pemberian Allah yang sempurna pada setiap
tingkat kehidupan baik secara individual, komunitas setiap
manusia secara luas.
11

Rumusan tersebut menunjukan bahwa pendidikan Islam


mempunyai cakupan yang sama luasnya dengan pendidikan
umum, bahkan selebihinya. Oleh karna itu pendidikan islam
juga membina dan mengembangkan pendidikan agama dimana
titik beratnya pada internalisasi iman, Islam dan ihsan dalam
setiap pribadi muslim.

Dengan demikian, apa yang dikenal dengan pendidikan


agama Islam di negri kita adalah bagian dari pendidikan kita,
dimana tujuannya adalah membina dan mendasari kehidupan
anak didik dengan nilai-nilai agama dan sekaligus mengajarkan
ilmu agama Islam, sehingga mampu mengamalkan syari'at
Islam secara benar sesuai dengan pengetahuan agama.1

3. Fungsi, Tugas dan Peran Orang Tua

Adapun fungsi dan peran orang tua terlukis dalam salah satu sabdanya,
Rasul Allah Saw. Mengucapkan: “Apabila seorang anak Adam
mengiggal dunia, maka terputuslah segala (pahala) amalnya, kecuali
3 perkara: “sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh
yang meendo’akannya” (Sayyid Sabiq, 2010:417). Sosok anak saleh
tak dapat dilepaskan dari fungsi maupun peran orang tua.

Fungsi dan peran orang tua sangat menentukan dalam pembentukan


anak saleh. Sejalan dengan itu maka dalam konsep pendidikan Islam
fungsi peran orang tua tersebut dihubungkan dengan kewajiban yang
diamatkan oleh agama. Bagian dari kewajiban dan tanggung jawab
agama yang dibebankan kepada orang tua. Di dalamnya terkandung
proses pendidikan yang dalam pelaksanaannya mengacu kepada nilai-
nilai ajaran agama. (Jalaluddin, 2016)

1
Saharani, n. (2023). Nilai-nilai Pendidikan Anti Bullying Pada Anak Usia Remaja Dalam Sudut
Pandang islam.
12

a. Peran orang tua dalam pendidikan anak

Posisi strategis orang tua terutama peran ibu dan bapak


teramat penting bagi perkembangan kepribadian-kepribadian
kehidupan anak. Baik pertumbuhan jasmaniyyah (fisik) maupun
ruhaniyahnya (keagamaan). Keluarga merupakan lembaga
pendidikan non formal yang pertama dan utama dalam pembinaan
kepribadian anak. Bila orang tua menaruh benih dengan nilai-nilai
kebaikan dan norma-norma agama sejak anak usia dini sudah dapat
diprediksi akan memberi pengaruh positif bagi perkembangan anak
selanjutnya. Yaitu anak yang saleh dengan kepribadian yang
berakhlak sangat baik. Sebaliknya bila sejak dini orang tua kurang
memperhatikan nilai-nilai keagamaan dan akhlak anaknya bahkan
suasana keluarga yang tidak taat pada nilai-nilai agama, maka
pengaruh buruk sudah dapat diprediksi kedepan bahwa anaknya
akan memiliki kepribadian yang buruk dan berakhlak yang tidak
baik.

Hasil dari berbagai buku yang penulis baca kaitannya


tentang peran orang tua dalam pendidikan anak bahwa faktor
keteladanan merupakan peran yang terpokok dan terpenting bagi
orang tua.

Pendapat ini sesuai apa yang disampaikan ahlinya yaitu


Abu Abdullah Musthafa Ibn Al-Adawi beliau megatakan bahwa:

“Peran orang tua yang paling pokok adalah keteladanan.


Kesalehan jiwa dan prilaku orang tua memiliki andil besar dalam
membentuk kesalehan anak. Bahkan, akan membawa manfaat bagi
anak, baik didunia maupun di akhirat. Sebaliknya prilaku buruk
yang dimiliki orang tua bisa membawa pengaruh tidak biak dalam
pendidikan anak.”
13

Anak yang selalu melihat orang tuanya berdzikir,bertahlil,


bertahmid, bertasybih, dan bertakbir akan meniru ucapan la ilaha
illah, subhanallah, alhamdulillah, allahuakbar dari orang tuanya.
Anak yang selalu melihat orang tuanya membaca Al-Qur’an,
berpuasa senin kamis dan sholat berjamaah di masjid, tidaklah
sama dengan anak yang selalu melihat orang tuanya pergi
kebioskop dan ketempat-tempat hiburan.

Anak yang selalu mendengar adzan akan mengulang-ulang


adzan; dan anak yang selalu mendengar orang tua nya
menyanyikan akan selalu mengulang-ulang lagu.

Anak-anak cenderung meneladani perilaku orang tuanya.


Jika ia melihat kedua orang tuanya selalu berbuat baik terhadap
ibu-bapak mereka (nenek dan kakek si anak), selalu mendoakan
dan meminta ampunan Allah untuk mereka, selalu menenangkan
hati mereka, selalu memenuhi kebutuhan mereka dan
memperbanyak doa. “ Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka
berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai
Tuhanku, kasihilah keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil”. (QS: Al-Isra’ (17): 24)

Selalu memperbanyak silaturahmi dengan orang-orang


yang bersahabat dengan orang tua, selalu memberi kepada orang-
orang yang dulu sering diberi mereka, maka atas izin Allah SWT.
Anak tersebut akan meniru akhlaq mulia ini. Ia akan
memperlakukan kedua orang tuanya seperti perlakuan yang pernah
dilihatnya dari kedua orang tuanya. Ia akan meminta ampun untuk
orang tuanya seperti do’a yang diucapkan oleh orang tuanya baik
orang tuanya masih hidup maupun setelah meninggal dunia anak
selalu berdo’a meminta ampun untuk orang tuanya. Inilah hasil
14

atau buah pendidikan orang tua yang berhasil. (Ayuhan.M.A,


2016)

4. Pengertian Akhlaq

Secara etimologi, kata akhlaq berasal dari bahasa arab


“‫ ”ااَق‬bentuk jamak dari bentuk tunggalnya“‫ ”اِق‬yang berarti
“budi pekerti.” Persamaannya adalah etika dan moral. Etika berasal
dari bahasa latin, etos yang berartii ‘kebiasaan’, demikian juga
moral berasal dari bahasa latin, ‘mores’ artinya kebiasaan (Racmat
Djatnika, Sisetem Etika Islam, 1996 hal 26).

Ibnu Masnawih dalam bukunya Tahdzib al Akhlaq


mengatakan bahwa, akhlaq adalah:

“Akhlaq adalah keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah


melakukan perbuatan dengan tidak membutuhkan pikiran.” (Ibn
Maskawih Tahdzib al-Akhlaq wa al-Tahriq al’araq)

Imam al-Ghazali dalam buku (kitab) nya yang sangat


terkenal, Ihya ulum al-Din, mengatakan bahwa akhlaq adalah:

“Akhlaq adalah perangai suatu sifat yang tetap pada jiwa, yang
dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dan
tidak membutuhkan pikiran.” (Imam al-Ghazali Ilya ulum al-din,
juz 111 hal 52).

Ahmad Amin dalam bukunya al-Akhlaq, mengatakan:


“akhlaq adalah membiasakan kehendak.” (Ahmad Amin, al-
Akhlaq)

‘Adah atau “membiasakan” perbuatan yang selalu diulang-


ulang dengan syarat dan kecenderungan hati pada perbuatan itu
15

dan ada pengulangan yang cukup banyak sehingga mudah


mengerjakannya tanpa pemikiran lagi.

Iradah atau “kehendak” adalah menangnya keinginan


seseorang, setelah ia bimbang, dengan proses sebagai berikut: (1)
timbulnya berbagai keinginan yang cukup banyak, (2) timbul
kebimbangan keinginan mana yang harus dipilih, (3) mengambil
keputusan yang pasti, itulah iradah. (Hidayatullah , 2019)

Dengan kata lain, akhlak adalah keadaan seseorang yang


membuat orang tersebut melakukan sesuatu secara spontanitas.

Akhlaq suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang


dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa
melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Jika
keadaan (hal) tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji
menurut pandangan akal dan syara’ (hukum islam), disebut akhlaq
yang baik. (Ayuhan.M.A, 2016)

a. Tujuan dan Pendidikan Akhlaq

Pendidikan akhlaq bagi anak-anak merupakan keharusan,


dikarenakan mereka pasti akan memasuki gerbang masa depan,
untuk kemudian terjun ke arena kehidupan masyarakat dan
berinteraksi dengan berbagai tipe manusia. Mereka akan
ditemani dan sebagian anggota masyarakat. Dalam hal ini,
mereka akan berusaha memenuhi kebutuhan individual dan
sosialnya, seandainya tidak akhlaq, niscaya kehidupan
masyarakat akan berpijak di atas kaidah-kaidah egoisme dan
sikap tidak peduli.

Dapat dikatakan terkait dengan pentingnya pendidikan


akhlaq yang luhur bahwa akhlaq yang mencegah seseorang dari
16

kejerumusan kelembah kesesatan, akhlaq merupakan kekuatan


besar yang mampu menjaga seseorang serta mencegahnya
terjatuh kejurang kesesatan, kefakiran. Kehilangan akhlaq
merupakan penyakit yang sangat kronis serta mematikan. Jadi
dengan istilah lain akhlaq merupakan kewajiban dan kemestian
bila manusia ingin menempuh perjalan hidup dengan baik serta
berperilaku mulia.

Hal ini sesuai apa yang dikatakan. Ali Qaimi: “Pendidikan


bagi anak-anak merupakan keharusan, dikarenakan mereka
pasti akan memasuki gerbang masa depan, untuk kemudian
terjun ke arena kehidupan masyarakat dan berinteraksi dengan
berbagai tipe manusia. Mereka akan ditemani sebagian anggota
masyarakat, dalam hal ini, mereka akan berusaha memenuhi
kebutuhan individual dan sosialnya, seandainya tidak ada
akhlaq, niscaya kehidupan masyarakat akan berpijak di atas
kaidah-kaidah egoisme dan sikap tidak peduli. Dan ini
merupakan sikap binatang pada umumnya.

Dari pendapat di atas jelas sudah bahwa akhlaq memegang


peranan penting bagi prilaku seseorang. Oleh karna itu tujuan
pendidikan akhlaq pada diri anak agar dirinya berperilaku
berdasarkan pokok-pokok pemahaman dan keteladanan yang
bersumber dari agama. Nilai agama dalam akhlaq misalnya
anak memiliki sifat jujur, kebiasaan menepati janji, amanah
apabila diberi amanat dia dapat melaksanakan dengan baik,
siap membantu atau menolong orang yang memerlukan
pertolongan. Dan lain-lain.

Tujuan mendidik akhlaq pada diri anak adalah agar dirinya


berperilaku berdasarkan pokok-pokok pemahaman dan
keteladanan yang bersumber dari agama. Anak harus mampu
17

membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana


yang benar dan mana yang keliru, kecenderungan dan selalu
ingin berbuat baik, serta memahami hakikat dan mengikutinya.

Tujuan pendidikan akhlaq bagi anak-anak adalah


mengajarkan aturan-aturan dan kaidah-kaidah serta adat istiadat
demi membentuk dan mewarnai kehidupan mereka, secara
individual mau pun kolektif. Dalam hal ini, kita dapat
mengajarkan cara menghormati dan menghargai aturan serta
kaidah tersebut kepada anak.

Menanamkan kebiasaan pada diri anak secara umum dapat


terealisasi dengan cara memberikan suri tauladan dan contoh
yang baik. Juga secara terus menerus memintanya untuk
memperhatikan masalah itu sehingga menjadi kebiasaan
baginya, tujuan dari semua itu adalah menciptakan sarana yang
baik dalam menumbuhkan kebijakan sehingga itu tertanam
dalam diri anak, ia kan menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri.
Kata kunci dari uraian di atas tentang pembentukan akhlaq
yang mulia terlihat keberhasilan itu pada kata kuncinya dari
pendidikan akhlaq adalah suri tauladan orang tua ibu dan
bapaknya, juga strategi dan kiat-kiat yang disampaikan oleh
para pakar akhlaq untuk dapat diterapkan dalam praktik.
(Ayuhan.M.A, 2016)

b. Tolak ukur akhlaq dalam Islam

Allah Swt berfirman dalam QS. Al-Qalam:4 :

ٍ‫َ ظِ مي‬ ‫عو ظإّنَع َعَعُع ىٰ لُُل م‬


‫ٍ ع‬

“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti


yang luhur”.
18

Dalam ayat diatas, Allah Swt. Sudah menegaskan


bahwa nabi Muhammad Saw. Mempunyai akhlaq yang
agung. Hal ini menjadi syarat pokok bagi siapa pun yang
bertugas untuk memperbaiki ahklaq orang lain. Logikanya,
tidak mungkin bisa memperbaiki akhlaq orang lain kecuali
dirinya sendiri sudah baik ahklaqnya.

Karena akhlaq yang sempurna itu, Rasulullah Saw


patut dijadikan ushwah al- hasanah (teladan yang baik).
Firman Allah Swt dalam surah QS. Al-Ahzab [33]: 21:

‫اُ عَ عوَعَ ععَ ن‬


‫َّع‬ ‫َّ عو لََيع لو عٍ ل‬
‫َْ عَ ظ‬ ‫وا ن ع‬ ‫َّ ُلَ علوٌ ة عَ ع‬
‫َّعٌة ظَّ عََ عَاَع يع لَ لُ ا‬ ‫َنَع لْ عَاَع َع لَ لٍ ِظٰ عَ ل‬
‫َو ظْ ن ظ‬
‫عَ ظِ ر‬
‫يَا‬

“Sungguh, telah ada pada diri Rasulullah itu suri


teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat
dan banyak yang mengingat Allah”.

Dari Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa: Ayat yang


mulia ini adalah pokok yang agung tentang mencontoh
Rasulullah Saw dalam berbagai perkataan, perbuatan dan
perilakunya. Untuk itu Allah Tabarraka wa Ta’ala
memerintahkan manusia untuk mensuritauladani Nabi Saw
pada hari ahzab kesabaran, keteguhan, kepahlawanan,
perjuangan dan kesabarannya dalam menanti pertolongan
dari Rabb-nya.

Berdasarkan ayat di atas, orang yang benar benar


ingin bertemu dengan Allah dan mendapatkan kemenangan
19

di akhirat, maka Rasulullah Saw adalah contoh dan teladan


yang paling baik untuknya.

Tampak jelas bahwa akhlaq itu memiliki dua


sasaran:

1) Pertama, akhlaq dengan Allah Swt.


2) Kedua, akhlaq sesama dengan makhluk.

Oleh karena itu, tidak benar kalau masalah


akhlaq hanya dikaitkan dengan hubungan antara
manusia saja. Atas dasar itu, maka benar akar
akhlaq adalah aqidah dan pohonnya adalah
syariah. Akhlaq itu menjadi buahnya. Buah itu
akan rusak jika pohonnya rusak, dan pohonnya
akan rusak jika akarnya rusak. Oleh karena itu
akar, pohon, dan buah harus dipelihara dengan
baik. Bagi nabi Muhammad Saw, Al- Qur’an
sebagai cerminan berakhlaq. Orang-orang yang
berpegang teguh pada Al-Qur’an adan
melaksankan dalam kehidupan sehari-hari, maka
sudah termasuk meneladani akhlaq Rasulullah
Saw. (Huda, 2021)

c. Peran orang tua dalam pembentukan akhlaq

keluarga merupakan tempat tumbuh kembang anak, dimana


ia akan memndapatkan berbagai pengaruh langsung terutama
saat masa-masa emas anak. Orang tua, terutama ibu akan
memberi pengalaman tersebut akan sealu memberikan dampak
yang istimewa dan berarti dalam kehidupannya di masa
mendatang. Dalam hadis nabi diisebutkan, “al-umm
20

madrasatul uulaa...”. ibu adalah madrasah (tempat belajar)


pertama bagi anak-anaknya.

Islam memandang bahwa ujung tombak dari kemakmuran


suatu masyarakat, bangsa maupun negara adalah akhlakul
karimah. Tanpa adanya akhlaq yang baik, dalam masyarakat
tidak akan tercipta ketenangan dan kedamainan, yang ada
kriminalitas terjadi dimana-mana. Akhlaq yang baik akan
membentengi masing-masing individu dari pengaruh buruk
untuk menjadi pribadi yang unggul. Dengan demikian peran
orang tua sangat dibutuhkan dalam pembentukan akhlaq anak.
Peran tersebut bertujuan agar anak dapat tumbuh dan
berkembang sesuai dengan usianya, maupun bersosialisasi dan
menjadi pribadi yang sholih (Padjrin, 2016: 5).

Sayangnya sampai saat ini belum ada ‘kurikulum’ yang


bisa digunakan sebagai acuan pendidikan dalam keluarga.
menurut Dadang sebagaimana yang dikutip suyatno, bahwa
anak yang dibesarkan dalam keluarga yang harmonis dan
keluarga yang tidak harmonis memiliki resiko yang berbeda.
Resiko anak mengalami gangguan kepribadian menjadi
berkepribadian anti sosial dan berprilaku menyimpang lebih
besar berasal dari keluarga tidak harmonis dibandingkan
dengan anak yang berasal dari keluarga harmonis.

Adapun kriteria keluarga tidak harmonis yang dirangkum


Slamet Suyanto (2005:4), sebagai berikut.

1. Keluarga tidak utuh


2. Kesibukan orang tua
3. Hubungan interpersonal keluarga yang tidak baik
4. Gangguan fisik / mental dalam keluarga
21

5. Substansi kasih sayang yang cenderung ke bentuk


meteri dari pada psikologis
6. Orang tau jauh dari rumah
7. Hubungan ayah ibu yang tidak sehat
8. Sikap orang tua yang acuh pada anak
9. Sikap kontrol yang kurang konsisten
10. Kurang stimulus kognitif dan sosial.

Pada dasarnya kriteria-kriteria tersebut diatas dapat


diminimalisir resikonya dengan memberikan pengasuhan yang
berkualitas. Kualitas tersebut mengacau pada nilai stimulasi
tumbuh kembang yang diberikan orang tua kepada anak dalam
waktu-waktu kebersamaannya, yakni bisa dilalui dengan berbagai
aktivitas pemberian stimulasi atau penyediaan kesempatan belajar
sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak (laily Hidayati, 2017:
31). Dengan kata lain mendidik anak tidak bergantung pada
kuantitas kebersamaan orang tua dengan anak melainkan kualitas
pengasuhan itu sendiri.

Anak yang sholih tidak dilahirkan secara alami, melainkan


dengan bimbingan dan arahan yang terprogram dan bersifat
kontinu. Sebeb anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan
tidak sama dengan orang dewasa. Mereka selalu aktif, dinamis,
antusias serta memiliki rasa keingintahuan yang besar terhadap apa
yang ia lihat, dengar dan rasakan (Yuliani Nurani Sudiono, 2011:
6). Mereka akan terus berekplorasi dan belajar untuk menjawab
rasa keingintahuannya.

Dalam teori belajar bandura juga dijelaskan bahwa manusia


dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan
antara kognitif, perilaku adan pengaruh lingkungan (Sugihartono,
2007). Teori bandura ini menunjukan pentingnya proses
22

mengamati dan meniru perilaku, sikap serta reaksi emosi orang lain.
Hal inilah yang kemudian menjadi landasan bahwa akhlaq tidak
bisa diajarkan, melainkan harus ditanamkan melalui proses imitasi
dan keteladan.

Adapun faktor model / keteladanan menurut teori bandura


(Sugiyatno, 2013:9) memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh


dengan cara mengkonsep perilaku sejak awal kemudian
mengulangi perilaku secara simbolik.
2. Individu lebih menyukain perilaku yang ditiru jika
sesuai dengan dirinya.
3. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika
model/panutan tersebut disukai/dihargai dan
perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.

Oleh karenanya, orang tua haruslah membiasakan akhlaq


yang baik pada anak sejak usia dini bahkan sejak dalam
kandungan. Pembiasaan-pembiasaan tersebut akan terpatri
langsung dalam hati anak. Semakin baik pula akhlaqnya
nanti ketika ia dewasa.

Adapun kewajiban orang tua dalam pembinaan akhlaq anak


menurut Mansur (2009:271) adalah sebagai berikut.

1. Memberi contoh kepada anak dalam berakhlakul


karimah atau menjadi suri tauladan yang baik.
2. Memberikan kesempatan pada anak untuk
mempraktikan akhlaq mulia dalam keadaan
bagaimana pun.
3. Memberi tanggungjawab sesuai dengan
perkembangan anak.
23

4. Mengawasi serta mengarahkan anak dalam


pergaulan. (Fitri, 2017)

Dengan pembekalan nilai-nilai agama dan akhlaq atau adab


pada anak usia dini, pengaruh positifnya akan sanagat terlihat
sekaali dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Kebiasaan
yang baik yang telah diterima di lingkungan keluarga terus
berlanjut sehingga menjadi suatu kebiasaan positif bahkan akan
terpatri dalam kepribadian anak. Pancaran dari akhlaq yang
keliatan itu bisa dilihat dari “kelakuan” atau “muamalah” kelakuan
ialah gambaran dan bukti adanya akhlaq. (Ayuhan.M.A, 2016) 5.

5. Pengertian Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah individu yang istimewa dengan


berjuta potensi pada diri. Berbagai hal yang didengar dan yang
didapatkannya akan lekang dan diingat selama hidupnya. Anak
usia dini terlahir dengan potensi yang merupakan kemampuan
(Inherent component of ability) yang berbeda-beda. Anak usia dini
lahir dengan potensi, yakni kemampuan (Inherent component of
ability) dari beragam kemampuan yang muncul akibat interaksi
dinamis antara keunikan individu anak dan pengaruh lingkungan.
Anak usia dini berada pada masa emas atau masa kritis. Pada usia
inilah, yang menentukan perkembangan bagi kehidupannya kelak
dan hanya satu kali keberlangsungannya selama hidup manusia.
Maka dari itu, pendidikan, perawatan, dan pengasuhan yang
optimal merupakan hal utama yang hendaknya diperoleh anak
sejak dia masih dalam kandungan.

Beberapa ahli anak usia dini mengklarifikasi periode anak


usia dini menjadi lima grup, yaitu:

1. Grup bayi (infancy) berusia pada 0-1 tahun,


24

2. Grup awal berjalan (toodler) dengan rentang usia 1-3


tahun,
3. Grup prasekolah (preschool) dengan rentang usia 3-4
tahun,
4. Grup usia sekolah kelas awal SD dengan rentang usia 5-
6 tahun, dan
5. Grup usia sekolah lanjut SD dengan rentang usia 7-8
tahun (Suryana dan Mahyudin, 2019).

Namun, beberapa mengklarifikasi rentang usia anak usia


dini dalam hal perkembangan berbagai aspek yang ada pada anak,
yaitu perkembangan motorik halus, perkembangan motorik kasar,
perkembangan sosioal, perekembangan kognitif, dan peningkatan
perilaku bermain pada minat pada permainan. Kedua kategori
tersebut pada dasarnya pengelompokan periode kehidupan manusia
yang memasuki tahap pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karna
itu orang dewasa harus dapat memahami bahwa anak merupakan
individu yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan
dalam berbagai unsur, yang mana sumua hal tersebut akan
membutuhkan rangsangan dan stimulus yang optimal demi
kehidupan yang lebih baik.

Anak usia dini merupakan individu yang memiliki


segudang daya, baik daya fisik, biologis, kognisi, maupun sosio-
emosi, sehingga membutuhkan pembelajaran yang aktif dan
energik. Para ahli menyebutkan bahwa pada masa golden age,
anak-anak membutuhkan stimulasi pendidikan dan pengajaran
yang diperlukan guna memberikan rangsang terhadap seluruh
aspek perkembangan. Jika pendidikan diberikan sedini mungkin,
maka anak akan mendapatkan rangsangan yang lebih cepat dalam
mengembangkan potensi yang dimilikinya, yang mana hal ini akan
25

berpengaruh terhadap proses selanjutnya. (Inten, Mulyani, Aziz, &


Permatasari, 2022).

a. Karakteristik anak usia dini

Berbeda dengan fase usia anak lainnya, anak usia dini memiliki
karakteristik yang khas. Beberapa karakteristik untuk anak usia
dini tersebut adalah sebagai berikut (Hartati, 2005).

1. Memiliki rasa ingin tahu yang besar

Anak usia dini sangat tertarik dengan dunia


sekitarnya. Dia ingin mengetahui segal sesuatu yang terjadi
di sekelilingnya. Pada masa bayi, ketertarikan ini
ditunjukan dengan meraih dan memasukkannya ke dalam
mulut benda apa saja yang berada dalam jangkauannya.
Pada anak usia 3-4 tahun, selain sering membongkar
pasang segala sesuatu untuk memenuhi rasa ingin tahunya,
anak juga mulai gemar bertanya meski dalam bahasa yang
masih sangat sederhana. Pertanyaan anak usia dini ini
biasanya diwujudkan dengan kata ‘apa’ atau ‘mengapa’.

2. Merupakan pribadi yang unik

Meskipun banyak terdapat kesamaan dalam pola


umum perkembangan, setiap anak meskipun kembar
memiliki keunikannya masing-masing, misalnya dalam hal
gaya belajar, minat, dan latar belakang keluarga. keunikan
ini dapat brasal dari faktor jenis genetis (misalnya dalam
hal ciri fisik) atau berasal dari lingkungan (misalnya dalam
hal minat).

3. Suka berfantasi dan berimajinasi


26

Anak usia dini sangat suka membayangkan dan


menegmbangkan berbagai hal jauh melampaui kondisi
nyata. Anak dapat menceritakan berbagai hal dengan sangat
meyakinkan seolah-olah dia melihat atau mengalaminya
sendiri, padahal itu adalah hasil fantasi atau imajinasinya
saja. Kadang, anak usia dini juga belum dapat memisahkan
dengan jelas antara kenyataan dan fantsi, sehingga orang
dewasa mnganggapnya berbohong.

4. Masa paling potensial untuk belajar

Anak usia dini sering juga disebut dengan istilah


golden age atau usia emas, karena ada rentang usia ini anak
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
pesat pada berbagai aspek. Pada perkembangan otak
misalnya, terjadi proses pertumbuhan otak sangat cepat
pada 2 tahun pertama usia anak. Ketika lahir, berat otak
bayi 350 gram, umur 3 bulan naik menjadi 500 gram dan
pada umur 1,5 tahun naik lagi menjai 1 kg. Setelah bayi
lahir, jumlah sel saraf tidak bertambah lagi karena sel saraf
tidak dapat membelah diri lagi.

5. Menunjukkan sikap egosentris

Egosentris berasal dari kata ego dan sentris. Ego


artinya aku, sentris artinya pusat. Jadi egosentris artinya
“berpusat pada aku”, artinya bahwa anak usia dini pada
umumnya hanya memahami sesuatu dari sudut pandangnya
sendiri, bukan sudut padangan orang lain. Anak yang
egosentris lebih banyak berpikir dan berbicara tentang diri
sendiri dari pada tentang orang lain dan tindakannya
terutama bertujuan menguntungkan dirinya (Hurlock, 1993).
27

6. Sebagai bagian dari mahluk sosial

Anak usia dini mulai suka bergaul dan bermain


dengan teman-teman sebayanya. Ia mulai belajar berbagi,
mengalah, dan antri menunggu giliran saat bermain dengan
teman-temannya. Melalui interaksi sosial dengan teman
sebaya ini, anak terbentuk konsep dirinya. Anak juga
belajar besosialisasi dan belajar untuk dapat diterima di
lingkungannya. Jika dia bertindak mau menang sendiri,
teman-temannya akan segera menjauhinya. Dalam hal ini
anak akan belajar untuk berperilaku sesuai harapan
sosialnya karena ia membutuhkan orang lain dalam
kehiduapannya.

7. Datang ke dunia yang diprogram untuk meniru

Anak usia dini secara konstan mencontoh apa yang


dilihat dan didengarnya. Semua kata, perilaku, sikap,
keadaan, perasaan, dan kebiasaan anak atau orang dewasa
di sekitarnya akan dia amati, dicatat dalam pikirannya,
kemudian akan ditirunya. Imitasi atau peniruan ini
merupakan salah satu cara belajat utama anak usia dini.
Oleh karena itu, pemberian teladan atau contoh merupakan
hal yang paling penting dalam mendidik anak usia dini.

8. Membutuhkan latihan dan rutinitas

Melakukan sesuatu secara berulang-ulang


merupakan suatu keharusan sekaligus kesenangan bagi
anak usia dini. Mereka tak pernah bosan berulang-ulang
melakuakan sesuatu, misalnya: memungut kerikil,
28

menempel gambar, atau mendengarkan cerita, dan lain-lain.


Pengulangan ini merupakan latihan bagi anak untuk
menguasai keterampilan tertentu.

Selain itu, rutinitas juga merupakan proses belajar


yang penting bagi kehidupan anak karena anak
mengembangkan berbagai kebiasaan baik melalui rutinitas
ini, misalnya: melatih kebiasaan mencuci tangan sebelum
makan, berdo’a sebelum dan sesudah melakukan kegiatan,
mengucapkan terimakasih pada orang lain, dan sebagainya.
(Sudirman, 2021)

B. Pembahasan

1. Peran orang tua dalam membentuk akhlaq pada anak usia dini menurut
Islam.

Pendidikan Islam merupakan segala usaha untuk memelihara dan


mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk
jasmaniyyah maupun rohaniah. pendidikan Islam pun memiliki upaya-
upaya yang dilakukan oleh manusia untuk mengubah sikap dan
tatalaku seseorang atau kelompok lewat pengajaran atau latihan agar
kehidupannya sesuai dengan ajaran agama Islam yang dibawa oleh
nabi Muhammad Saw. Tujuan pendidikan Islam merupakan upaya
untuk membentuk pribadi muslim yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran
Islam. Pendidikan ini lebih menitik beratkan pada internalisasi iman,
Islam, dan Ihsan dalam setiap pribadi muslim, tujuannya untuk
membina dan mendasari kehidupan dengan nilai-nilai agama sehingga
mampu mengamalkan syariat-syariat Islam.

Maka dari itu pendidikan Islam berupa pendidikan yang


melakukan kegiatan-kegiatan yang membawa kehidupan sesorang
29

sesuai dengan aturan yang diatur dalam ajaran Islam. Dalam


pendidikan Islam orang tua berperan penting untuk mengajarkan ilmu
agama kepada anak, terutama pendidikan akhlaq.

Fungsi dan peran orang tua sangat menentukan dalam


pembentukan anak yang sesuai dengan syariat Islam, adapun fungsi
dan peran orang tua tertulis dalam salah satu sabda Rasulallah Saw:

‫َ نَ نَ نَِسِس اذ لّ ذَ مَ ث ن نَ ث‬
ٍ ‫ َ ن مَ نَّن ثَ ن‬،ِ‫ َ ن مَ ذَ مِ ثْ يس مَّنُن سَ َذ ذ‬،‫اًينٌث‬
‫اذَنا نَاَن اَمَس آُن نم ا مََن ن‬: ‫َا ذٍّث‬ ‫ََنُن ثٌ نَ ذ‬ ‫ن‬
‫َو ّنِس‬ ‫ين مَ س‬. ‫سَ مَ ذِ دْ نً نَاُس‬

"Apabila anak adam (manusia) telah meninggal dunia, maka


terputuslah amalnya darinya, kecuali tiga perkara, yaitu sedekah
jariyah (sedekah yang pahalanya terus mengalir), ilmu yang
bermanfaat, atau anak saleh yang selalu mendoakannya." (H.R
Muslim No. 1631).

Sejalan dengan itu fungsi peran orang tua dihubungkan dengan


kewajiban yang diamanatkan untuk mengacu kepada nilai-nilai ajaran
agama. Mengajarkan kepada anak tentang arti penting mencintai Allah
Swt dan Rasulullah Saw diatas cinta kepada yang lain. Sejak dini
orang tua juga harus mengajarkan dan membiasakan kepada anak sifat-
sifat seperti sabar, syukur, ikhlas dan rendah hati.

Akhlaq berasal dari bahasa arab “ ‫ “ااَق‬dan bentuk jamak dari


“‫ ”اِق‬yang memiliki arti budi pekerti, etika atau moral yang dapat
dimaksud juga dengan suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia,
yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa
melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Akhlaq juga
merupakan suatu sifat atau sikap yang dibiasakan, jika perbuatannya
baik dan terpuji menurut logika dan hukum syar’i maka hal tersebut
merupakan akhlaq yang baik. Allah Swt sudah menegaskan bahwa
Nabi Muhammad Saw mempunyai akhlaq yang agung, hal ini menjadi
30

syarat pokok bagi siapa pun yang bertugas memperbaiki ahklaq kepada
orang lain untuk meneladani sikap Rasulullah Saw yang patut dicontoh
untuk dijadikan ushwah al-hasanah. Akhlaq dibagi menjadi 2 yaitu,
Akhlaq kepada Allah seperti beriman, bertaqwa, ikhlas, bersyukur,
bertaubat, berdzikir, berdo’a dan bertawakal. Dan adapun akhlaq
sesama dengan makhluk seperti, berkata jujur, berprasangka baik
(husnudzon), menolong sesama dan tidak meremehkan orang lain.

Tujuan pendidikan akhlaq yaitu untuk mencegah seseorang dari


melakukan hal-hal yang tidak baik yang menjerumuskan kepada
kesesatan dan kefakiran. Karena akhlaq memegang peranan penting
bagi diri seseorang oleh karena itu anak membutuhkan pendidikan
akhlaq agar dirinya berperilaku berdasarkan nilai-nilai agama. Nilai
agama dalam akhlaq misalnya anak memiliki sifat jujur baik dalam
ucapan mau pun perbuatan, kebiasaan menepati janji, amanah apabila
diberi amanat dia dapat melaksanakan dengan baik, siap membantu
atau menolong orang yang memerlukan pertolongan, memilii kesopan-
santunan terhadap orang yang lebih tua. Menanamkan kebiasaan pada
diri anak dapat teralisasikan dengan cara memberi contoh yang baik
kepada anak, maka dari itu pendidikan akhlak dapat dilakukan melalui
keteldanan. Faktor yang mempegaruhi ketaladan mengkonsep
pendidikan dan nilai-nilai apa saja yang akan di terapkan, lalu karena
individu lebih menyukai meniru hal-hal yang sesuai dengan
keinginannya maka perilaku baik atau akhlaq baik perlu dibiasakan
sejak masih anak-anak. Dengan itu anak akan dan tumbuh berkembang
dengan pendidikan yang baik.

Anak usia dini adalah individu yang istimewa dengan berjuta


potensi pada diri. Berbagai hal yang didengar dan yang didapatkannya
akan lekang dan diingat selama hidupnya.

Periode anak usia dini dapat terbagi menjadi lima grup, yaitu:
31

1. Grup bayi (infancy) berusia pada 0-1 tahun, anak pada usia ini
memiliki berbagai keterampilan motorik seperti berguling,
merangkak, duduk, berjalan, dan lain-lain. Dan pada usia ini
juga sang anak akan belajar menggunakan panca inderanya.
2. Grup awal berjalan (toodler) dengan rentang usia 1-3 tahun,
anak pada usia ini akan memiliki kemampuan berjalan lebih
lancar, melakukan lompatan kecil, dan lain-lain.
3. Grup prasekolah (preschool) dengan rentang usia 3-4 tahun,
anak pada usia ini sedang aktif-aktifnya bergerak, ia sudah
fasih berjalan maju mundur, berlari, membungkuk dan melopat
tanpa terjatuh.
4. Grup usia sekolah kelas awal SD dengan rentang usia 5- 6
tahun, anak pada usia ini akan mulai mengenali beberapa
simbol dan tanda termasuk bahasa dan gambar. Penguasaan
bahasa anak sudah sitematis.
5. Grup usia sekolah lanjut SD dengan rentang usia 7-8 tahun,
anak pada usia ini pasti dapat berbicara lebih baik dengan
kosakata yang banyak. Selain itu, pada usia ini juga anak dapat
melakukan berbagai gerakan rumit, termasuk menari dan
berolah raga.

Anak usia dini memiliki berbagai karakteristik yang secara


konstan meniru apa yang anak lihat dan yang anak dengar, apapun
yang ada disekitar nya akan dia amati dan akan ditiru oleh anak, dan
karena itu, pemberian teladan merupakan hal yang paling penting
dalam mendidik anak usia dini. Selain itu melakukan suatu kegiatan
secara berulang-ulang merupakan suatu keharusan dan kesenangan
bagi anak usia dini seperti menggambar, menyusun balok-balok dan
mendengarkan cerita. Orang tua pun harus membiasakan rutinitas-
rutinitas yang baik seperti melatih berdo’a sebelum dan sesudah makan,
32

mengucapkan maaf dan terimakasih kepada orang lain sebagai bentuk


kesopanan.

Pada tahapan usia-usia anak dini diatas dapat difahami bahwa,


penting bagi orang tua untuk mulai menanamkan pendidikan-
pendidikan akhlaq pada anak untuk perkembangan kepribadian-
kepribadian kehidupan anak kedepannya. Jika orang tua sudah
menanamkan nilai-nilai kebaikan sejak anak berusia dini pastilah akan
memberi pengaruh positif pada perkembangan anak selanjutnya yang
akan melahirkan anak yang sholeh. Orang tua harus menjadi teladan
dan contoh bagi anak-anaknya, kesholehan jiwa dan perilaku orang tua
memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk akhlaq anak yang
sholeh, karena seorang anak cenderung meneladani perilaku orang
tuanya. Anak yang selalu diajari sholat oleh orang tuanya akan berbeda
dengan anak yang diajari menonton film, mendengarkan musik dan
bermain bola. Anak yang melihat orang tuanya sholat dimalam hari
berdo’a kepada Allah Swt dan membaca Al-Qur’an, pasti akan
mempertanyakan hal tersebut, sebagai orang tua sebuah keharusan
untuk menjelaskan hal tersebut dan mengajarkannya kepada anak-anak.
Ketika sang anak sudah paham akan hal tersebut anak akan meniru
akhlaq mulia tersebut, dengan itu akhlaq orang tua menjadi tiruan
pertama bagi anak-anaknya. Maka inilah hasil atau buah pendidikan
orang tua yang berhasil.

2. Penerapan akhlaq pada anak usia dini menurut perspektif Islam

Islam mengajarkan bahwa kemakmuran suatu masyarakat dapat


tercipta dengan adanya akhlaq yang baik. Karena akhlaq yang baik
akan membentengi masing-masing individu dari pengaruh buruk untuk
menjadi pribadi yang unggul, dengan demikian orang tua berperan
penting dalam pembentukan akhlaq anak yang memiliki tujuan agar
anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya dan
33

menjadi pribadi yang sesuai dengan syariat Islam. Maka dari itu orang
tua memiliki kewajiaban untuk membimbing akhlaq anak seperti,
orang tua memberikan tanggung jawab sesuai dengan perkembangan
anak, memberi contoh kepada anak yang berakhlaqul karimah,
memberi kesempatan pada anak untuk memperbaiki akhlaq yang mulia
dalam keadaan apapun, dan mengawasi serta mengarahkan anak agar
tidak masuk kedalam pergaulan yang bebas.

Akhlaq itu bersatu dengan perilaku atau perbuatan. Jika perilaku


yang melekat itu buruk, maka disebut akhlak yang buruk. Sebaliknya,
apabila perilaku tersebut baik disebut akhlak baik. Akhlaq merupakan
kekuatan besar yang mampu menjaga dan mencegah seseorang terjatuh
kejurang kesesatan, maka dari itu akhlaq memiliki tolak ukur yang
mencontoh pada prilaku nabi Muhammad Saw, Karena akhlaq beliau
yang sempurna itu, Rasulullah Saw patut dijadikan ushwah al- hasanah
(teladan yang baik).

Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab


[33]: 21:

‫اُ عَ عوَعَ ععَ ن ع‬


‫َّ عَِظ ر‬
‫يَا‬ ‫َّ عو لََيع لو عٍ ل‬
‫َْ عَ ظ‬ ‫وا ن ع‬ ‫َّ ُلَ علوٌ ة عَ ع‬
‫َّعٌة ظَّ عََ عَاَع يع لَ لُ ا‬ ‫َنَع لْ عَاَع َع لَ لٍ ِظٰ عَ ل‬
‫َو ظْ ن ظ‬

“Sungguh, telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari Kiamat dan banyak yang mengingat Allah”.

Dari Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa: Ayat yang mulia ini adalah
pokok yang agung tentang mencontoh Rasulullah Saw dalam berbagai
perkataan, perbuatan dan perilakunya. Untuk itu Allah Tabarraka wa
Ta’ala memerintahkan manusia untuk mensuritauladani Nabi Saw
pada hari ahzab kesabaran, keteguhan, kepahlawanan, perjuangan dan
kesabarannya dalam menanti pertolongan dari Rabb-nya.
34

Penerapan akhlaq ini bisa di mulai dengan kita menanamkan ke


imanan kepada anak, dengan membiasakan membaca kalimat
“Bismillah” sebelum memulai melakukan suatu kegiatan dan di akhiri
dengan kalimat “Alhamdulillah”. Dan seperti yang kita ketahui bahwa
ada 4 sifat baik Nabi Muhammad Saw yang bisa teladani yaitu: Sidiq,
amanah, fatonah dan tablig. Dari sifat Nabi tersebut bisa kita terapkan
kepada sang anak, dengan membiasakan anak bersifat jujur, dengan
membiasakan anak menetapi janji semisal janji sang anak kepada
teman nya, anak harus dibiasakan menjadi pribadi yang amanah bila
dia diberi amanat bisa menyampai kan nya dengan baik sehingga dapat
dipercaya, dan masih banyak sifat-sifat lain nya yang harus kita
terapkan kepada anak ketika anak masih berusia dini.

Pada masa usia dini anak memiliki karakteristik seperti rasa ingin tahu
yang besar, dia ingin mengetahui segala sesuatu yang terjadi
disekelilingnya anak akan mulai gemar bertanya seperti pertanyaan
“mengapa” atau pun “apa”. Dan merupakan masa yang paling
potensial untuk menerima pembelajaran karena terjadinya
perkembangan otak anak dengan cepat sehingga anak menjadi mudah
menyerap apa yang dia dapat dari pembelajaran disekitarnya. Dengan
itu untuk nerapkan pendidikan akhlaq pada anak usia dini bisa dengan
memberikan nasihat-nasihat seperti membimbing anak untuk
mendirikan sholat, berbuat baik kepada orang disekitarnya dan
menjauhi kejelekan.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Peran orang tua dalam membentuk akhlaq pada anak usia dini menurut
Islam.

Pendidikan Islam adalah usaha merawat potensi manusia, baik


jasmani maupun rohani, dengan mengubah perilaku sesuai ajaran
Islam. Orang tua memegang peran kunci dalam mengajarkan akhlaq
kepada anak usia dini. Tahapan perkembangan anak dari bayi hingga
usia sekolah awal memerlukan penanaman nilai-nilai agama untuk
membentuk kepribadian. Akhlak orang tua menjadi contoh utama bagi
anak-anaknya, mempengaruhi perilaku mereka. Keberhasilan
pendidikan orang tua terlihat dari perubahan positif dalam akhlak dan
perilaku anak.

2. Penerapan akhlaq yang harus diterapkan pada anak usia dini menurut
perspektif Islam

Akhlaq adalah cermin perilaku seseorang. Jika perilaku buruk,


akhlaqnya buruk; jika baik, akhlaqnya baik. Mencontoh akhlak Nabi
Muhammad Saw adalah tolak ukur, seperti yang disebutkan dalam Al-
Qur'an (Al-Ahzab [33]: 21). Anak-anak dapat dibimbing dengan
mengajarkan iman, membiasakan bacaan "Bismillah" dan
"Alhamdulillah," serta menanamkan sifat-sifat baik Nabi seperti
kejujuran dan amanah. Tindakan ini penting saat anak masih usia dini.

35
36

B. SARAN

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan


dan wawasan tentang peran orang tua dalam pembentukan akhlaq anak
usia dini menurut persepktif Islam.

2. Bagi pembaca

Diharapkan bagi pembaca dan orang tua dapat membentuk akhlak


anak sesuai ajaran Islam dengan lebih efektif.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan perbandingan


dan referensi untuk penelitian, dan sebagai bahan perbandingan untuk
memeperdalam penelitian selanjutnya baik itu variabel maupun
metode penelitiannya.
DAFTAR PUSTAKA

Ayuhan.M.A, D. (2016). Konsep Pendidikan Anak Salih Dalam Perspektif Islam.


DEEPUBLISH .

Daulay, M.A., P. P. (2019). Pendidikan Islam Di Indonesia Historis Dan


Eksistensi. Kencana (Divisi dari PRENADAMEDIA).

Fitri, N. L. (2017). Peran orang tua dalam pembentukan akhlaq anak sejak dini. Al
Hikmah: Indonesian Journal Of Early Chillod Islamic Education, Vol, 1 ,
158 - 160.

hanafi, h., La Adu , & Zainuddin . (2018). Ilmu Pendidikan Islam. (Grup
Penerbitan CV BUDI UTAMA).

Hidayatullah , D. S. (2019). Islam Pedoman Hidup Dan Kehidupan. Edwrite


Publishing.

Huda, M. (2021). Reformasi Ahklaq: "Sebuah Risalah Untuk Semesta". CV Jejak.

Jalaluddin, P. D. (2016). Pendidikan Islam Pendekatan Sistem Dan Proses.


Rajawali Press.

Kurniadin , D., & Machali, D. (2016). Manjemen Pendidikan Konsep Dan Prinsip
Pengelolaan Pendidikan . AR-RUZZ MEDIA.

Munandar, S. A. (2022). pengertian pendidikan, ilmu pendidikan dan unsur unsur


pebdidikan. Al Urwatul Wutsqa: Kajian pendidikan, Vol.2 , 2-3.

Munandar, S. A. (2022, juni). Pengertian pendidikan, Ilmu Pendidikan Dan Unsur


Unsur Pendidikan. Al Urwatul Wutsqa: Kjian Pendidikan Islam, Vol.2, 2-3.

Ranita, M., Hasmalena, D., & Nengsih, K. Y. (2020). Buku Panduan Stimulasi
Dan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Usia (0-6) Tahun. EDU
Publisher.

Sudirman, I. (2021). Modul Karakteristik dan Kompetensi Anak Usia Dini.


Nilacakra.

37
RIWAYAT HIDUP

Zulfa Zakhira Ilham merupakan nama penulis karya


tulis ini. Penulis merupakan anak ke tiga dari 4
bersaudara dari pasangan Ayah Ilham dan Ibu Emma.
Ia lahir di Purwakarta, 19 Mei 2006. Penulis
menyelesaikan Pendidikan TK di TK Islam Iqro
Purwakarta ( 2010-2012), dan melanjutkan pendidikan
ke jenjang sekolah dasar di SD Islam Al-Ghozali Purwakarta (lulus tahun
2018), dan melanjutkan ke jenjang Tsanawiyyah di MTS PERSIS 34
CIBEGOL (pada tahun 2018 dan lulus tahun 2020), Kemudian
melanjutkan ke MA PERSIS 34 CIBEGOL (Sekarang).
Kiranya tidaklah akan sampai pada titik ini jika bukan atas
pertolongan Allah SWT. yang memberikan keteguhan dan semangat yang
tinggi dalam mencari ilmu dan dijadikan sebagai motivasi bagi dirinya
hingga akhirnya atas izin dan ridho-Nya penulis bisa menyelesaikan tugas
akhir berupa Karya Tulis Ilmiah. Penulis berharap Karya ini dapat
bermanfaat dan memberikan kontribusi yang positif bagi dunia
Pendidikan.
Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya atas
penyelesaian Karya Tulis yang berjudul “PERAN ORANG TUA
DALAM PEMBENTUKAN AKHLAQ PADA ANAK USIA
DINI MENURUT PERSPEKTIF ISLAM

38

Anda mungkin juga menyukai