Oleh:
Bandung,..........................2023
Menyetujui,
Asatidz Pengampu
Asatidz Pembimbing
Taufiq Hidayatuddin,S.Pd.I.,M.Pd
i
LEMBAR PERNYATAAN
Bandung,.................2023 M
Penulis
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “PENGARUH FENOMENA FEAR OF
MISSING OUT (FOMO) DALAM PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
MEDIA SOSIAL TERHADAP AKHLAQ SANTRI TINGKAT
MU’ALLIMIN” (Studi Kasus Pesantren Persatuan Islam 34 Cibegol) .
Penyusunan Tugas Laporan ini adalah untuk memenuhi mata pelajaran
Karya Tulis Ilmiah. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik di masa
mendatang.
Dalam penyelesaian tugas akhir ini, tidak sedikit hambatan serta rintangan
yang penulis hadapi. Namun, karena adanya dukungan serta bimbingan, penulis
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Dengan terselesainya tugas ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Allah
Swt. sebagai penolong utama atas terselesainya tugas ini, guru pengampu, serta
peran orang tua yang tak henti-hentinya memanjatkan do’a untuk penulis dalam
segenap langkahnya.
Akhirul kalam, penulis berharap mudah-mudahan dengan adanya Karya
Tulis Ilmiah ini dapat menambah pengetahuan bagi penulis dan dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang memerlukan.
Bandung,.................2023 M
Penulis
iii
UCAPAN TERIMA KASIH
iv
9. Seluiruh rekan seperjuangan, Sadulur 26 Generation yang senantiasa
mendukung penulis dalam karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Besar harapan penulis, semoga Karya Tulis ini bisa memberikan
manfaat bagi penulis sendiri dan semua pihak yang membutuhkan.
Bandung,.................2023 M
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
c. Ciri-Ciri Fear of Missing Out (FoMO)........................... 14
3. Media Sosial ........................................................................ 15
a. Pengertian Media Sosial ................................................. 15
b. Karakteristik Media Sosial ............................................. 16
c. Jenis-Jenis Media Sosial ................................................. 17
d. Faktor Penyebab Penggunaan Media Sosial ................... 19
e. Pengaruh Penggunaan Media Sosial............................... 24
4. Akhlaq ................................................................................. 26
a. Pengertian Akhlaq .......................................................... 26
b. Macam-Macam Akhlaq .................................................. 27
c. Proses Pembentukan Akhlaq .......................................... 31
d. Tujuan Pembentukan Akhlaq ......................................... 33
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akhlaq ................... 33
5. Santri ................................................................................... 34
a. Pengertian Santri ............................................................ 34
b. Konsep Santri ................................................................. 34
B. Pembahasan .............................................................................. 35
1. Profil Pesantren ................................................................... 35
2. Faktor-Faktor Penyebab Santri Tingkat Mu’allimin PPI 34
Cibegol Terpengaruh Fenomena Fear of Missing Out
(FoMO) ................................................................................. 38
3. Pengaruh Teknologi Media Sosial Terhadap Akhlaq Santri
Tingkat Mu’allimin PPI 34 Cibegol ..................................... 42
4. Upaya Penanggulangan/meminimalisir Fear of Missing Out
(FoMO) Terhadap Akhlaq Santri ........................................ 47
A. SIMPULAN ............................................................................... 49
B. SARAN ...................................................................................... 50
vii
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 52
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................. 55
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
Tim pusat Humas Kementrian Perdagangan RI. Panduan Optimalisasi, Hal.25
1
2
Rentang usia 18-34 tahun merupakan generasi milenial yang tidak bisa
berlama-lama tanpa menggunakan media sosial, karena generasi milenial
merupakan penduduk terbesar dengan usia produktif, dimana salah satu ciri utama
generasi milenial ditandai oleh peningkatan penggunaan dan keakraban
komunikasi, media dan teknologi digital. Selain itu generasi milenial dibesarkan
oleh kemajuan teknologi, generasi yang melibatkan teknologi dalam segala aspek
kehidupan.
Fenomena kekhawatiran karena up to date terhadap apa yang terjadi
dikenal dengan istilah Fear of Missing Out atau disingkat dengan istilah FoMO.
Fenomena sindrom FoMO merupakan salah satu fenomena komunikasi
intrapersonal dimana seseorang merasakan kekhawatiran, kecemasan, hingga
ketakutan jika ketinggalan informasi yang tertinggal di media sosial.
Dikatakan FoMO apabila ia mengalami gejala-gejala seperti tidak dapat
melepaskan diri dari ponsel, cemas dan gelisah jika belum mengecek akun media
sosial, lebih mementingkan berkomunikasi dengan rekan-rekannya di media
sosial, terobsesi dengan status dan postingan orang lain, dan selalu ingin eksis
dengan men-share setiap kegiatannya dan merasa depresi jika sedikit orang yang
melihat akunnya. Hal tersebut sesuai dengan semua pernyataan subjek yang kami
teliti, bahwa mereka merasa tidak dapat lepas dari smartphone miliknya, selalu
mengecek media sosial, selalu memposting mengenai apapun, seperti kegiatan,
hal-hal yang disukai, perasaan yang sedang dirasakan, dan moment yang dianggap
berharga dan tidak boleh dilewatkan. Tidak dapat dipungkiri bahwa budaya Fear
of Missing Out (FoMO) membawa pengaruh terhadap kehidupan salah satunya
akhlaq santri.
Santri merupakan seseorang yang mempelajari atau memperdalam ilmu
agama dilingkungan pesantren. Masuknya budaya Fear of Missing Out (FoMO)
terhadap kehidupan santri tentu mempengaruhi akhlaq santri, baik pengaruh
positif maupun negatif, mengingat bahwasannya santri saat ini dituntut harus siap
dan mampu dalam menghadapi tantangan kehidupan dan pergaulan.
3
Dalam agama islam, akhlaq menduduki kedudukan yang istimewa, hal ini
berdasarkan kaidah Rasulullah Saw. menepatkan penyempurnaan akhlaq sebagai
misi pokok risalah islam. Seperti dalam hadits Rasulullah Saw. bersabda :
ِ َار َم األَ ْخ ُ ُ ِإنَّ َما ب ُِع ْث
الق ِ ت ألتَ ِّم َم َمك
“Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlaq
mulia.” HR. Al-Baihaqi pada As-Sunan Al-Kubra, No.20571, Al-Bazzar,
No.8949 dari Abu Hurairah
Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits diatas, Rasulullah Saw. diutus
untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia, maksud akhlaq yang mulia yaitu:
mematuhi perintah Allah, berkata baik, bersyukur kepada Allah, tolong menolong
terhadap sesama manusia, tawakal, dan ikhlas. Sebagaimana Allah Swt.
Berfirman:
ِ َّ َِر َوتُ ْؤ ِمنُونَ ب
َٱَّلل ۗ َولَوْ َءا َمن ِ ُوف َو َت ْنهَوْ نَ َع ِن ٱ ْل ُمنك ِ اس ت َْأ ُمرُونَ بِٱ ْل َم ْعر ِ َّت لِلن ْ ُكنتُ ْم َخ ْي َر أُ َّم ٍة أُ ْخ ِر َج
َب لَ َكانَ َخ ْيرًا لَّهُم ۚ ِّم ْنهُ ُم ٱ ْل ُم ْؤ ِمنُونَ َوأَ ْكثَ ُرهُ ُم ٱ ْل َٰفَ ِسقُون ِ َأَ ْه ُل ٱ ْل ِك َٰت
2
Samsul Munir Amin, ilmu akhlaq, hal 1
3
Suhayib, studi akhlaq, hal 7
4
Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa budaya Fear of Missing Out
(FoMO) dapat mempengaruhi akhlaq santri. Dengan demikian peneliti tertarik
untuk mengangkat judul “PENGARUH FENOMENA FEAR OF MISSING
OUT (FOMO) DALAM PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MEDIA
SOSIAL TERHADAP AKHLAQ SANTRI TINGKAT MU’ALLIMIN
(Studi Kasus Pesantren Persatuan Islam 34 Cibegol)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan faktor penelitian ini, maka yang menjadi faktor rumusan masalah
adalah:
1. Apa saja faktor-faktor penyebab santri Tingkat Mu’allimin PPI 34 Cibegol
terpengaruh fenomena Fear of Missing Out (FoMO)?
2. Bagaimana pengaruh teknologi media sosial terhadap akhlaq santri Tingkat
Mu’allimin PPI 34 Cibegol?
3. Bagaimana upaya penanggulangan/meminimalisir Fear of Missing Out
(FoMO) terhadap akhlaq santri?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh teknologi terhadap akhlaq santri Tingkat
Mu’allimin PPI 34 Cibegol
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab santri Tingkat Mu’allimin PPI 34
Cibegol terpengaruh fenomena Fear of Missing Out (FoMO)
3. Untuk mengetahui penanggulangan/meminimalisir Fear of Missing Out
(FoMO) terhadap akhlaq santri
D. Kerangka Pemikiran
Fear Of Missing Out (FOMO) jika dilihat dalam persfektif islam, hal ini
mengarah pada sifat hasad (iri hati); yaitu tidak mampu mengikuti atau memiliki
sesuatu yang orang lain miliki.
6
Jika hal ini terjadi, pada akhirnya menimbulkan kecemasan yang berlebih
atau rasa kesal dan gelisah dalam hati. Padahal sudah jelas di dalam Al-Qur’an itu
sendiri Allah Swt. memerintahkan kita untuk tidak iri hati.
Sebagaimana Allah ta’ala berfirman:
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan
Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada
bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian
dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-
Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.s An-Nisa (4) :32)
Allah telah menjelaskan di dalam Al-Qur’an. Iri hati ini memang pasti
akan rentan terjadi pada manusia. Secara istilah memang boleh berbeda, namun
hakikat value yang diajarkan itu sama. Untuk itu Allah telah memberikan pula
solusi dan obat untuk mencegah hal tersebut.
Di dalam ayat lain pun Allah menjelaskan agar kita terhindar dan tidak
terjebak dalam perasaan hasad atau Fear of Missing Out (FoMO) ini.
َك لِ ْل ُم ْؤ ِم ِنيْن ْ ك اِ َٰلى َما َمتَّ ْعنَا ِبهٖٓ اَ ْز َواجًا ِّم ْنهُ ْم َو َل تَحْ ز َْن َعلَ ْي ِه ْم َو
َ اخفِضْ َجنَا َح َ َل َت ُمدَّنَّ َع ْي َن ْي
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Toritis
Yakni hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya/menambah
wawasan/ konsep atau teori terutama dalam pendidikan islam mengenai
bahayanya menggunakan media sosial terlalu berlebihan sehingga dapat
menimbulkan Fear of Missing Out (FoMO).
2. Manfaat Praktis
Dapat memberikan masukkan bagi para pembaca dan masyarakat pada
umumnya untuk dapat mengetahui tentang pengaruh fenomena Fear of
Missing Out (FoMO) terhadap akhlaq santri yang dibutuhkan untuk
menghindari terjadinya penurunan akhlaq dikalangan santri.
A. Landasan Teori
1. Pondok Pesantren
a. Pengertian Pondok Pesantren
Kata pesantren secara etimologi berasal dari kata santri kemudian
mendapat awalan pe- dan akhiran -an, yang berarti “tempat tinggal para
santri.”
Kata santri merupakan penggabungan antara suku kata sant
(manusia baik) dan tra (suka menolong) sehingga kata pesantren dapat
diartikan sebagai tempat pendidik manusia yang baik. Dhofier
menyebutkan bahwa menurut Prof. Johns, istilah santri berasal dari Bahasa
Tamil, yang berarti guru mengaji. CC Berg berpendapat bahwa istilah
santri berasal dari istilah shastri yang dalam bahasa India berarti orang
yang tahu buku-buku suci Agama Hindu atau seorang sarjana ahli kitab
Agama Hindu. Kata Shastri berasal dari bahasa shastra yang berarti buku-
buku suci, buku-buku agama atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan.
Lebih jelas dan sangat terperinci, Nurcholish mengupas asal usul
perkataan santri. Ia berpendapat bahwa santri asal kata dari sastri
(sansekerta) berarti melek huruf, dikonotasikan sebagai kelas literary,
orang yang tahu tentang Agama (melalui kitab-kitab) paling tidak dapat
membaca Al-Qur’an sehingga membawa sikap lebih serius dalam
memandang Agama. Perkataan santri juga berasal dari bahasa Jawa,
Cantrik, yang berarti orang yang selalu mengikuti seorang guru kemana
guru itu menetap (ingat pada pewayangan) dengan tujuan untuk belajar
dari guru mengenai suatu keahlian.
9
10
َصالِحًا َوقَا َل إِنَّنِي ِمنَ ا ْل ُم ْسلِ ِمين ِ َّ َو َم ْن أَحْ َسنُ قَوْ ًل ِم َّم ْن َدعَا إِلَى
َ َّللا َو َع ِم َل
muda yang selalu merasa khawatir berlebihan dan merasakan takut akan
tertinggal tren yang sedang berjalan.
Fear of Missing Out (FoMO) mengacu pada pemahaman bahwa
seseorang tak tahu atau melewatkan informasi, peristiwa, pengalaman,
atau keputusan yang dapat membuat hidup mereka lebih baik. Ketika
media sosial mulai menunjukkkan efek negatifnya, istilah itu di rujukkan
pada keadaan pengguna media sosial yang memiliki perasaan atau
persepsi bahwa orang lain mengalami kehidupan lebih menyenangkan,
lebih baik, atau mengalami hal yang lebih dibanding dirinya.
Ada juga yang menyebutkan bahwa Fear of Missing Out (FoMO)
mengacu pada keadaan seseorang yang cemas atau khawatir jika suatu
kegiatan atau peristiwa berlangsung tanpa kehadirannya. Ini ditandai
dengan terus menerus dirinya memeriksa media sosial yang diikuti untuk
mengetahui apa yang dilakukan teman/ follower agar tidak ketinggalan.
Fear of Missing Out (FoMO) dikaitkan dengan suasana hati dan kepuasan
hidup yang lebih rendah dan tingkat keterlibatan media sosial yang lebih
tinggi. Penderitanya merasa tertekan yang menyebabkan perasaan cemas,
kesepian dan tidak mampu.
b. Indikator Penyebab Terjadinya Fear of Missing Out (FoMO)
Situs media sosial telah menjadi faktor yang berkontribusi besar
terhadap sensasi Fear of Missing Out (FoMO). Seseorang
mengembangkan perasaan dan emosi negatif dari situs media sosial karena
iri terhadap postingan dan kehidupan orang lain. Media sosial telah
menciptakan tempat yang mudah diakses dan pusat bagi orang yang
update untuk mencari tahu apa yang dilakukan orang lain pada saat itu.
Orang yang mengalami Fear of Missing Out (FoMO) lebih cenderung
menggunakan situs media sosial karena mereka perlu untuk selalu tetap
terhubung.
Berdasarkan penelitian Przybylski et al (2013) peneliti
mendapatkan 3 Indikator Fear of Missing Out (FoMO). Indikator-
14
Indikator ini didasarkan pada rangkuman dari tulisan populer dan survei
Industri oleh Przybylski et al tentang Fear of Missing Out (FoMO).
Indikator-Indikator tersebut sebagai berikut:
1) Ketakutan: diartikan sebagai keadaan emosional yang timbul pada
seseorang yang merasa terancam ketika seseorang sedang
terhubung atau tidak terhubung pada suatu kejadian, pengalaman,
atau percakapan dengan pihak lain.
2) Kekhawatiran: diartikan sebagai perasaan yang timbul ketika
seseorang menemukan bahwa orang lain sedang mengalami
peristiwa yang menyenangkan tanpanya dan merasa telah
kehilangan kesempatan tertentu dengan orang lain.
3) Kecemasan: diartikan respons seseorang terhadap sesuatu yang
tidak menyenangkan ketika seseorang sedang terhubung atau tidak
pada suatu kejadian, pengalaman serta percakapan dengan pihak
lain.
c. Ciri-Ciri Fear of Missing Out (FoMO)
Fear of Missing Out (FoMO) merupakan kondisi situasional saat
tidak terpenuhinya kebutuhan psikologis pada automomy (adanya
perasaan terpaksa). Compotence (ingin lebih baik dari orang lain) dan
relatedness (ingin selalu berhubungan dengan orang lain). Seseorang
apabila ketiga kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka Individu akan
merasa dirinya takut atau gagal sehingga timbul perasaan cemas yang
berlebihan (Pzybylski : 2013).
Seseorang dapat dikatakan Fear of Missing Out (FoMO) apabila ia
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Tidak mampu lepas dari gadget.
2) Merasa cemas jika tidak memeriksa akun media sosial.
3) Lebih menjalin komunikasi dengan orang lain di media sosial dari
pada di dunia nyata.
15
orang tua tidak tahu apa yang dilakukan anaknya, anak remaja justru
memberikan banyak informasi pribadi di dunia maya sehingga
orang lain bisa mengetahui lebih banyak tentang dirinya.
Media sosial memiliki beberapa pengaruh lain, pengaruh
media sosial dapat dilihat dari beberapa aspek:
1) Individu
Penggunaan media sosial akan mendapat pengaruh
besar jika menggunakan dengan intensitas tinggi. Di satu sisi,
pengguna bisa mengekspresikan segala ide, gagasannya
melalui media sosial, namun sisi lain, seseorang bisa menjadi
individualis jika menggunakan media sosial dengan intensitas
yang tinggi tanpa bersosialisasi dengan dunia nyata.
2) Ekonomi
Pengguna media sosial menunjang perkembangan
ekonomi melalui ecomerce atau komunikasi elektronik.
Penggunanya sangat memungkinkan adanya ruang
pemasaran dan marketing sendiri di media sosial. Selain itu
akses mendapatkan material atau bahan pun lebih mudah,
namun disisi yang berbeda juga dapat mengubah perilaku
masyarakat.
3) Politik
Howard menyampaikan bahwa internet merupakan
komponen baru dalam sistem komunikasi politik. Website
dapat digunakan untuk menyampaikan ide-ide dari politikus,
pejabat negara, dan sebagainya.
4) Sosial Kultural
Media sosial telah mengubah banyak komunikasi
yang dilakukan selama ini. Pola perilaku komunikasi ini juga
mampu mempengaruhi perubahan pada pola interaksi
26
B. Pembahasan
1. Profil Pesantren
Pesantren Persatuan Cibegol ini berdiri atas hasil kerja keras dan
usaha Al-Ustadz K.H M.Romli. Keinginan untuk mendirikan pesantren itu
pertama kali timbul ketika beliau mengajar di pesantren persis 34 Muara,
yang pada waktu itu, hanya memiliki jenjang Diniyyah Ula. Ustadz Romli
yang memang sejak kecil ketika masih sekolah di Pesantren Persis
Pajagalan tingkat Tsanawiyyah sudah ditugaskan oleh Al-Ustadz
K.H.E.Abdurrahman untuk mengajar, dan kemudian dipercaya oleh
Bapak H.E. Luthfi untuk mengajar anak-anak tingkat Diniyyah Ula di
Pesantren Persis Muara. Santrisantri yang belajar di Pesantren Persis
Muara ini bukan hanya berasal dari lingkungan Pesantren sekitar saja,
melainkan juga daerah-daerah yang jauh seperti Kampung Jereged, Desa
Jatisari dan daerah-daerah lain di sekitar kecamatan Soreang. Sehingga
bagi santri yang rumahnya sangat jauh sering sekali tiba ke rumah pada
malam hari. Karena kegiatan belajar mengajar yang berlangsung dari siang
hari hingga sore hari. Belum lagi kelelahan mereka yang tentu saja pada
pagi harinya harus Sekolah Dasar. Keadaan santri yang memprihatin inilah
yang mungkin mendorong beliau mendirikan Pesantren yang lebih dekat
bagi santri yang rumahnya jauh, sehingga mudah dijangkau dari berbagai
daerah.
36
Dari data diatas dapat dilihat bahwa 46% yang kecanduan media
sosial dan 44% tidak kecanduan media sosial Santri Tingkat Mu’allimien
Pesantren Persatuan Islam 34 Cibegol dari 50 informan.
A. SIMPULAN
Dari hasil penelitian dan juga wawancara yang telah dilakukan, peneliti
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
49
50
52
53
Hasanah. U.R. (2022). Pengaruh Media Sosial Terhadap Akhlaq Santri Tingkat
Mu’allimin PPI 34 Cibegol. Karya Tulis
Kristanto, VH (2018). Metodologi Penelitian Pedoman Penulisan Karya Tulis
Ilmiah (KTI), Yogyakarta : Deepublish.
Kurniahsih, A. (2021). Mengenal FOMO dalam Perspektif Islam. Inspirasi
Musslimah https://rahma.id/mengenal-fomo-dalam-perspektif-
islam/?amp=1 Diakses pada 22 Desember 2021
Nabhan, Abu (2012). Belajar Meneladani Akhlaq Rasulullah Saw. Bandung :
Makhtabah TSAQIB.
Nashrullah, Rulli (2015). Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya, dan
Sosioteknologi. Bandung : Siombiosa Rekamata Media.
Neliwati (2019). Pondok Pesantren Modern Sistem Pendidikan, Manajemen, dan
Kepemimpinan di Lengkapi dengan Studi Kasus. Depok : Rajawali Pers.
RI. Perdagangan. Kementrian. Humas. P.T (2014). Panduan Optimalisasi Media
Sosial untuk Kementrian Perdagangan RI. Jakarta Pusat : Pusat Hubungan
Masyarakat.
Suratnoaji Catur, Nurhadi, Candrasali Yuli. (2019). Buku Metode Analisis Medis
Sosial Berbasis Big Data. Purwokerto : Sasanti Institute.
Suhayib. (2016). Studi Akhlak. Depok Sleman Yogyakarta : Kalimedia.
Triastuti E, Adrianto D, Nurul a, (2017). Kajian Dampak Penggunaan Media
Sosial Bagi Anak dan Remaja. Depok : Puskakom.
RIWAYAT HIDUP
54
LAMPIRAN-LAMPIRAN
55
PROFIL PESANTREN
56
57
yang hangat atau viral, karena itulah semua ingin tahu informasi tersebut
hingga akhirnya fenomena Fear of Missing Out (FoMO) ini terjadi dan tidak
bisa dipungkiri meelainkan perubahan zamanlah yang membuat semua ini
terjadi.
2. Pengaruh Positifnya bagi akhlaq diantaranya, menambah wawasan, media
sosial dibuat ajang kebaikan, misalnya dakwah, memotivasi, berbagi pendapat
juga memperat silaturahmi. Dan Pengaruh Negatifnya seiring berkembangnya
zaman, pengaruh media sosial sering kali menjadikan akhlaq santri menurun,
seperti halnya dalam mengikuti tren, santri sering kali tidak mau tertinggal
untuk mengikutinya, dan lupa memandang apa yang diperbuatnya apakah
diperbolehkan dalam agama atau tidak.
kebutuhan primer bagi santri seehingga lupa akan waktu, yang seharusnya
waktunya melaksanakan Ibadah, karena sudah kecanduan menggunakan
media sosial dan menjadikannya lalai, cemas yang berlebihan (Iri hati).