Anda di halaman 1dari 179

KONSEP DIRI ANGGOTA HIJAB COSPLAY

ISLAMIC OTAKU COMMUNITY EPISODE UIN JAKARTA


DALAM MEMPERTAHANKAN IDENTITAS KEISLAMAN

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh
Nurfitriani
1112051000033

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H./2016 M.
ABSTRAK

Oleh:Nurfitriani
Konsep Diri Anggota Hijab Costum Player (Hijab Cosplay) Islamic Otaku
Community Dalam Mempertahankan Identitas Keislaman

Kemunculan hijab costum player (cosplay) memunculkan pro kontra di


kalangan pecinta Jepang maupun masyarakat umum. mempengaruhi khalayak
yang beragama islam. Kelompok pro akan mendukung dengan alasan hijab
cosplay merupakan tren positif dan unik, sedangkan kelompok kontra beralasan
bahwa hijab cosplay dapat merusak karakter asli. Respon pro dan kontra ternyata
dapat mempengaruhi konsep diri yang dimiliki oleh cosplayer. Konsep diri
cosplayer bisa terbentuk dan berubah menjadi positif atau negatif tergantung dari
stimulus dari luar dan penilaian mereka terhadap diri sendiri. Konsep diri inilah
yang akan mempengaruhi cosplayer bersedia atau tidak untuk mempertahankan
identitas agamis yang mereka miliki.
Berdasarkan pada konteks di atas penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis dan menjawab pertanyaan mengenai: bagaimana konsep diri anggota
hijab cosplay Islamic Otaku Community (IOC) episode UIN Jakarta? Dan
bagaimana cara yang dilakukan oleh anggota hijab cosplay Islamic Otaku
Community (IOC) episode UIN Jakarta dalam mempertahankan identitas
keislaman sebagai Muslimah?
Teori yang akan dipakai ialah teori konsep diri William D.Brooks yang
menyatakan bahwa konsep diri dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor orang
lain, kelompok rujukan dan diri sendiri dan teori identitas spiritual menurut
Penney Upton bahwa identitas spiritual berupa keyakinan-keyakinan, sikap-sikap
dan spiritualitas. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dan
instrumen penelitian yang digunakan berupa observasi, Focus Group Discussion
(FGD), wawancara, studi dokumentasi dan partisipasi peneliti pada setiap acara
yang dihadiri oleh hijab cosplay IOC episode UIN Jakarta.
Berdasarkan hasil penelitian didapati bahwa hijab cosplay IOC episode
UIN Jakarta memiliki konsep diri yang positif. Hal itu disebabkan karena
kebanggaan dan kepercayaan diri mereka sebagai hijab cosplay, berupa keaktifan,
kekreatifan dan keinovatifan. Pada realitasnya IOC memberikan wadah kepada
pecinta Jepang yang beragama Islam dan ingin bercosplay memiliki kepercayaan
diri untuk berhijab cosplay atau beralih menjadi hijab cosplay.
Cara yang dilakukan oleh anggota IOC episode UIN Jakarta untuk
menjaga identitas keislaman berbentuk peraturan yang harus ditaati oleh seluruh
anggota. Diantaranya, menjaga perkataan, tidak boleh menghina dan bertengkar,
tidak membahas dan menyebarluaskan pornografi dalam bentuk apapun,
memanggil dengan panggilan yang tidak disukai dan menjaga jarak dengan lawan
jenis. Bagi cosplayer, pemilihan karakter, kostum yang sudah dimodifikasi agar
tidak melanggar etika berbusana dalam Islam dan cara berhijab menjadi acuan
dalam mempertahankan identitas keislaman. Selain itu, menunaikan sholat
menjadi kewajiban yang paten bagi mereka laksanakan dimanapun event cosplay
yang diadakan dan dalam keadaan apapun.
Kata kunci: konsep diri, identitas keislaman, cosplay, karakter, hijab
cosplay

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Alhamdulillah. Puji dan Syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan

rahmat, kasih sayang, dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu Allah curahkan kepada Nabi besar,

Nabi agung tauladan manusia, Nabi Muhammad SAW semoga kita termasuk

umatnya yang mendapatkan syafaatnya kelak di hari kiamat.

Alhamdulillah, berkat usaha dan do’a skripsi yang berjudul “Konsep Diri

Anggota Hijab Cosplay Islamic Otaku Community Episode UIN Jakarta

dalam Mempertahankan Identitas Keislaman” ini dapat penulis selesaikan.

Beribu-ribu ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang

telah membantu, mendukung, dan membimbing penulis selama proses

penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis ucapkan sedalam-dalamnya

kepada yang terhormat:

1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D selaku wakil Dekan I Bidang Akademik,

Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku wakil Dekan II Bidang Administrasi

Umum, serta Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang

Kemahasiswaan.

2. Drs. Masran, M.A dan Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris

jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

3. Drs. Hamdani, M.A selaku Dosen Pembimbing Akademik.

iii
4. Dr. Armawati Arbi, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah bersedia

membimbing dan banyak memberikan masukan serta saran kepada penulis

selama proses penulisan skripsi ini berlangsung.

5. Segenap Bapak/ Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

terima kasih atas keikhlasannya telah mengajari dan memberikan ilmu kepada

penulis. Penulis memohon maaf apabila dalam proses perkuliahan, ada sikap

atau sifat penulis yang kurang berkenan di hati Bapak/ Ibu. Penulis sangat

mengharapkan doa dari Bapak/ Ibu, semoga ilmu yang telah Bapak/ Ibu

berikan berkah dan bermanfaat baik bagi penulis maupun orang lain.

6. Seluruh karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta

pengelola perpustakaan Fakultas dan perpustakaan Umum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, terima kasih atas layanan dan kerja samanya. Semoga

pelayanan kepada mahasiswa menjadi lebih baik lagi kedepannya.

7. Bapak Ahmad Damyati dan Ibu Sukwati serta Teteh Yayah Fauziah, terima

kasih untuk berbait-bait do’a yang tak pernah berhenti terucap untuk penulis.

Terima kasih juga untuk motivasi, semangat dan dukungannya selama ini. I’m

so grateful to have you All

8. KLISE FOTOGRAFI yang telah banyak memberikan penulis pelajaran dan

pengalaman. IOC Episode UIN Jakarta yang sangat kooperatif,

menyenangkan dan baik sekali selama penelitian.

9. TIJEL (Dita, Keke, Epang, Tiray). TIWZ (Nunu dan Devi Jawir),

MaLoveSoul (Pammy dan Rween). KPI B angkatan 2012, KKN ORION

2015 dan teman-teman yang selalu menjadi penyemangat, kakak Dinda,

iv
Cotee, Fafa, Della, Malia, Bachan, Aish, Emei, Panji dan Aini. THANKYOU

DARLA!

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan penulis, dengan lapang dada

penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga segala apa

yang telah penulis lakukan dan hasilkan dapat membuahkan manfaat serta

memberikan nilai kebaikan baik untuk penulis maupun para pembaca sekalian.

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Jakarta, 20 September 2016

Penulis

Nurfitriani

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 8
D. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 10
E. Kerangka Konsep ...................................................................... 14
F. Metodologi Penelitian ............................................................... 18
G. Sistematika Penulisan ............................................................... 25

BAB II KERANGKA TEORITIS

A. Konsep Diri ............................................................................... 27


B. Identitas Diri.............................................................................. 35
C. Adab Berpakaian Bagi Wanita dalam Islam ............................. 40
D. Cosplay dan Model Cosplay .................................................... 47

BAB III GAMBARAN UMUM


A. Sejarah Islamic Otaku Community (IOC) ................................. 53
B. Visi dan Misi ............................................................................. 56
1. Visi ..................................................................................... 56
2. Misi .................................................................................... 56
C. Program-Program ...................................................................... 56
1. Program Jangka Panjang ..................................................... 56
2. Program Jangka Pendek ...................................................... 58

vi
D. Kegiatan IOC Episode UIN Jakarta periode 2015-2016 ........... 58
E. Peraturan Islamic Otaku Community ........................................ 61
F. Struktur Besar Kepengurusan Islamic Otaku Community ........ 63
G. Struktur Inti Kepengurusan IOC Episode UIN Jakarta ............. 64

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS ............................................................... 65


A. Konsep Diri Anggota Islamic Otaku Community (IOC)
Episode UIN Jakarta ................................................................. 65
1. Latar Belakang Subjek Focus Group Discussion (FGD) ..... 65
2. Konsep Diri Anggota Hijab Cosplay IOC Episode UIN
Jakarta ................................................................................... 68
a. Berdasarkan Penilaian Diri Sendiri ................................. 69
b. Berdasarkan Penilaian Orang Lain .................................. 83
c. Berdasarkan Penilaian Kelompok Rujukan ..................... 87
d. Konsep Diri Positif dan Negatif Hijab Cosplayer
Anggota IOC Episode UIN Jakarta ................................. 91
B. Cara Anggota Islamic Otaku Community (IOC) Episode
UIN Jakarta Mempertahankan Identitas Keislaman ................. 95

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 107
B. Saran ......................................................................................... 110

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 111


LAMPIRAN ...................................................................................................... 116

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Hatsune Miku, Japan Idol Star ................................................. 50


Gambar 2.2. Shinoa Dan Mitsuba dalam Anime Owari No Seraph ............... 51
Gambar 2.3. Cross Dress dari Anime Bleach .................................................. 51
Gambar 2.4. Harajuku Style............................................................................. 52
Gambar 2.5. Tokusatsu atau Superhero Fiksi dari Jepang .............................. 52
Gambar 3.1. Project Cosplay Tokyou Ghoul ..................................................59
Gambar 3.2. Cosplay Owari No Seraph, IOC Episode UIN Jakarta ............... 60
Gambar 3.3. Cosplayer IOC Episode UIN dalam IC Fest .............................. 60
Gambar 3.4. Cosplay Tokyo Ghoul pada Hello Fest 2015.............................. 60
Gambar. 3.5. Gathering IOC pada Acara di Pikologi UIN Jakarta ................. 61
Gambar 3.6. Struktur Kepengurusan Islamic Otaku Community ................... 63
Gambar 4.1. (Kanan) Gaya Berpakaian Dwi Sehari-Hari ............................... 70
Gambar 4.2. (Kiri) Dwi Saat Bercosplay Menjadi Shinoa .............................. 70
Gambar 4.3. (Kanan) Gaya Berpakaian Tina Sehari-Hari............................... 73
Gambar 4.4. (Kiri)Tina Bercosplay Mitsuba ................................................... 73
Gambar 4.5. (Kanan)Gaya Berpakaian Nada Sehari-Hari .............................. 76
Gambar 4.6. (Kiri) Nada Saat Bercosplay Menjadi Mito ................................ 76
Gambar 4.7. (Kanan) Mayya Saat Bercosplay Sebagai Shinon ...................... 78
Gambar 4.8. (Kiri) Gaya Berpakaian Mayya Sehari-Hari ............................... 78
Gambar 4.9. (Kanan) Rosi Yang Bercosplay Sebagai Silica .......................... 80
Gambar 4.10. (Kiri) Gaya Berpakaian Rosi Sehari-Hari................................. 80
Gambar 4.11. (Kiri)Gaya Berpakaian Rifka Sehari-Hari ................................ 81
Gambar 4.12. (Kanan) Rifka Saat Menjadi Hijab Cosplayer .......................... 81
Gambar 4.13. (Kiri) Dwi Berhijab Cosplay Sebagai Shinoa ........................ 101
Gambar 4.14. (Kanan) Karakter Shinoa Owari No Seraph .......................... 101
Gambar 4.15. (Kiri) Tina Berhijab Cosplay Sebagai Mitsuba ...................... 101
Gambar 4.16. (Kanan) Karakter Mitsuba Owari No Seraph ......................... 101
Gambar 4.17. (Kiri) Nada Berhijab Cosplay Sebagai Mito .......................... 101
Gambar 4.18. (Kanan) Karakter Mito Owari No Seraph .............................. 101
Gambar 4.19. (Kiri) Mayya Berhijab Cosplay Sebagai Sayuri ..................... 102
Gambar 4.20. (Kanan) Karakter Sayuri Owari No Seraph ............................ 102
Gambar 4.21. (Kiri) Rosi Berhijab Cosplay Sebagai Yukimi ....................... 102
Gambar 4.22. (Kanan) Karakter Yukimi Owari No Seraph .......................... 102
Gambar 4.23. (Kanan) Rifka Berhijab Cosplay Sebagai Kotori ................... 102
Gambar 4.24. (Kiri) Karakter Kotori Anime Love Live ................................ 102

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Kegiatan IOC Episode UIN Periode 2015-2016 ............................ 58


Tabel 4.1. Konsep Diri Anggota Hijab Cosplay IOC Berdasarkan
Penilaian Diri Sendiri ...................................................................... 69
Tabel 4.2. Ciri-Ciri Sifat Ekstrovert dan Introvert ........................................... 82
Tabel 4.3. Konsep Diri Anggoa Hijab Cosplay IOC Eps UIN Jakarta
Berdasarkan Penilaian Orang Lain .................................................. 84
Tabel 4.4. Konsep Diri Anggota Hijab Cosplay IOC Eps UIN Jakarta
Berdasarkan Penilaian Kelompok Rujukan ..................................... 87

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fenomena perkembangan budaya-budaya populer banyak

mempengaruhi dalam bidang seni yang membawanya melewati batas wilayah

negara. Majunya teknologi dan penyebaran informasi yang syarat akan

budaya yang terbawa di dalamnya membuat orang-orang yang berada di

bagian dunia lain dapat mengetahui, belajar, juga mengadopsi budaya luar

yang masuk untuk dijadikan landasan dalam perilaku juga gaya hidup.

Budaya asing dapat masuk kapan saja dan membuat perubahan yang

signifikan mulai dari pola pikir, perilaku maupun pola hidup masyarakat. Hal

itu berkaitan dengan konsep diri yang dibangun oleh individu dan cara

menyikapi masuknya budaya asing tersebut. Konsep diri yang positif akan

membawa individu pada keberhasilan dalam hidupnya, karena individu akan

lebih optimis dan menanggapi pendapat orang lain sebagai masukan untuk

memperbaiki dirinya. Berbanding terbalik dengan konsep diri yang dibangun

oleh individu itu negatif maka ia akan lebih pesimis menjalani hidup, lebih

banyak ketakutan dan berlaku inferior. Konsep diri sendiri bisa dilihat dari

sikap yang ditunjukkan oleh individu dalam menjalani kesehariannya.

Saat ini, budaya populer seperti costum player atau biasa disebut

dengan cosplay yang sudah menjadi tren di berbagai belahan dunia seperti,

Amerika, Jepang, Eropa, bahkan Indonesia. Fenomena cosplay (costum

player) atau dalam bahasa Jepang disebut dengan kosupure. Dan dalam

bahasa Indonesia dikenal dengan seni penampilan dengan mengenakan

1
2

kostum dan aksesoris yang terkonstruksi dari berbagai budaya populer seperti

manga (komik), anime (kartun) dan game. Cosplay biasanya mengidentifikasi

diri mereka dengan karakter-karakter fiksi melalui pakaian atau penampilan

yang berbeda dengan orang kebanyakan. Pakaian yang digunakan akan

terlihat mencolok begitupun dengan aksesoris dan riasan yang dipakai. Selain

itu para pelaku cosplay berusaha menirukan adegan-adegan atau gerakan

karakter yang sedang diperankannya untuk mendukung dan melengkapi

penampilan mereka agar semirip mungkin. Pelaku cosplay disebut dengan

cosplayer/ coser. Biasanya cosplayer akan berkumpul pada acara-acara

tertentu bersama cosplayer lainnya dan juga penikmat cosplay. Terdapat

beberapa jenis cosplay yang sering diperankan dan ditiru oleh banyak coser

diantaranya cosplay anime atau manga, cosplay game, cosplay gothic,

cosplay original, cosplay dongeng dan harajuku style.1

Hijab cosplay sendiri merupakan salah satu project atau program yang

dimiliki oleh Islamic Otaku Community yang ada pada tiap chapter maupun

tiap episodenya, salah satunya episode UIN Jakarta. Anggota-anggotanya

terdiri dari mahasiswi-mahasiswi dari berbagai fakultas. Latar belakang

terbentuknya Islamic Otaku Community di UIN Jakarta dikarenakan

banyaknya tanggapan miring mengenai pecinta Jepang yang bersumber dari

komunitas-komunitas Islam maupun dari civitas akademik UN Jakarta. Oleh

karena itu, dicetuskanlah Islamic Otaku Community yang menjawab bahwa

1
Nur Aini, Definisi Cosplay dan Jenisnya, artikel diakses pada 4 April 2016 dari
http://galleryotaku.blogspot.co.id/2014/05/cosplay-definisi-sejarah-dan-jenis.html
3

tidak semua pecinta Jepang dan cosplay melupakan identitas diri mereka

sebagai seorang muslim atau muslimah.2

Cosplayer atau coser meniru dan menggunakan berbagai

perlengkapan yang menunjangnya agar menyerupai bahkan sama dengan

karakter yang diperankannya, meninggalkan karakter asli mereka yang

biasanya dijalankan sehari-hari menjadi karakter lain yang disenangi dan

sedang diperankannya. Namun, banyak juga Cosplayer yang tidak hanya

mengubah penampilan saat menjadi karakter tertentu, tapi juga mengubah

perilaku dan gaya hidup cosplayer yang bersangkutan. Konsep diri yang

dibangun oleh seorang coser berubah dan berkembang sejalan dengan

akumulasi pengalaman seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Konsep diri mencakup keseluruhan persepsi individu tentang karakter dirinya,

citra tubuh, kemampuan yang dimiliki, emosi serta hubungan dengan orang

lain.

Keberadaan Islamic Otaku Community yang muncul akibat masuknya

budaya pop Jepang dianggap dapat membuat perubahan pada anggotanya

yang merupakan mahasiswi UIN Jakarta dan ikut terjun langsung menjadi

hijab cosplay, juga bagi dunia cosplay Jepang yang ada di Indonesia saat ini.

Dikarenakan UIN Jakarta merupakan instansi pendidikan Islam yang

didalamnya menegaskan dan mengharuskan setiap civitas akademiknya

menanamkan nilai Islam, baik dari segi fisik yang terlihat maupun nafs (jiwa).

Munculnya Islamic Otaku Community terutama Hijab cosplay memunculkan

terjadinya percampuran antara nilai-nilai Islam dengan budaya Pop Jepang

2
Observasi Awal, primary reaserch dilakukan pada bulan Januari 2016 di UIN Jakarta
4

yang dapat mengakibatkan perubahan pada identitas, gaya berpakaian,

perilaku, maupun gaya hidup hijab cosplay. Hal ini menjadi tantangan untuk

nilai-nilai dasar norma dan agama.3

Menurut William D.Brooks konsep diri adalah pandangan seseorang

tentang dirinya yang terdiri dari dua komponen yaitu kognitif dan afektif yang

dipengaruhi oleh persepesi orang lain dan dirinya sendiri. komponen kognitif

berupa citra diri dan komponen afektif yaitu harga diri. Seseorang yang

dinilai bodoh maka akan ada dua kemungkinan harga diri yang dimilikinya,.

Pertama, ia malu menjadi orang bodoh dan yang kedua dia tidak peduli

dengan dirinya yang bodoh.4

William H. Fitts berpendapat bahwa konsep diri berpengaruh kuat

terhadap tingkah laku seseorang. Perilaku, penampilan dan gaya hidup yang

dibawa dalam budaya Jepang berpengaruh terhadap pelaku-pelaku atau

generasi muda yang terpikat dan mengadopsi budaya dalam hal ini cosplay

Jepang dalam kehidupan mereka terutama dalam membangun konsep diri

mereka.5

Selain itu, konsep diri akan melahirkan identitas diri yang bermakna

kesamaan atau identifikasi dengan seseorang atau sesuatu. 6 Dalam hal ini

banyak cosplayer yang mengubah identitas diri mereka di kehidupan nyata

demi melebur dengan karakter yang sedang diperankannya. Tetapi tidak

sedikit pula yang menjadikan identitas dalam karakter yang diperankannya

3
Islamicotaku.co.id/profile diakses pada tanggal 31 Juli 2016 pukul 19.20 WIB
4
Armawati Arbi. Psikologi Komunikasi dan Tabligh. (Jakarta: Penerbit Amzah.2012). h.
160
5
Antar Venus dan Lucky Helmi, Budaya Populer Jepang di Indonesia: Catatan Studi
Fenomenologis Tentang Konsep Diri Anggota Cosplay Party Bandung. (Jurnal Aspikom:
Universitas Padjajaran, 2010), h. 76.
6
Jenkins, Richards, Identitas Sosial, (Medan: Bina Media Perintis, 2004), h. 47
5

menjadi identitas mereka yang terbawa hingga ke dunia nyata. Tapi

nyatannya menurut Lestari dalam Ganendra Widigdya menyatakan bahwa

terjadi skizofrenia sosial atau kepanikan yang menyebabkan seseorang

semakin menjauhi nilai identitas asal mereka. Sehingga tidak ada persamaan

antara karakter fisik maupun sifat orang yang melakukan cosplay dengan diri

mereka sehari-hari.7

Fenomena cosplay yang terus berkembang didukung dengan budaya

populer dari luar negeri yang juga masuk ke Indonesia tanpa hambatan

membuat akulturasi budaya yang saling mengkombinasi satu sama lainnya.

Di kutip dari Republika.co.id bahawa dalam catatan The Pew Forum on

Religion & Public Life 2010 menyatakan Indonesia berada di Peringkat

pertama sebagai negara dengan populasi orang Islam tertinggi di dunia

dengan persentase sekitar 88.1 persen penduduk memeluk agama Islam atau

hampir 12.7 persen dari populasi dunia.8 Sehingga tidak dipungkiri banyak

bermunculan orang Islam yang juga ikut menggemari dan menjadi pelaku-

pelaku cosplay. Tentu saja, hal ini memunculkan pertanyaan mengenai

konsep diri yang dibangun oleh pemuda-pemudi Islam yang juga ikut terjun

dalam seni berkostum ini. Mengapa demikian? Dan bagaimana identitas

keislaman terutama bagi muslimah yang menjadi hijab cosplay. Karena

tentunya ada perbedaan antara cosplay secara umum dengan cosplay

7
Lestari Indah, Cosplay: Postmodernisme and Japanese popular Culture in Indonesia,
terms paper: reading in literary Theory & Criticism, Jawaharlal Nehru University, New Delhi,
India, 2011.
8
Angga Indrawan, Inilah 10 negara dengan Populasi Muslim Terbesar di Dunia.
dipublikasikan pada 27 Mei 2015, pukul 06.16 WIB m.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-
nusantara/15/05/27noywh5-inilah-10negara-dengan-populasi-muslim-terbesar-di-dunia diakses
pada 1 Agustus 2016 Pukul 1.03 WIB.
6

Muslimah, juga konsep diri serta identitas diri seperti apa yang mereka

tonjolkan dalam kehidupan.

Perbedaan yang mendasar dari cosplay umum dengan cosplay

Muslimah diantaranya ialah cara berpakaian sesuai karakter yang mereka

perankan serta cara berhubungan dalam mendalami karakter yang sedang

mereka perankan di area bercosplay. Banyak di antara cosplay umum

memamerkan lekukan tubuh atau dengan pakaian yang minim yang sama

persis dengan karakter idola mereka. Sedangkan, pada cosplay Muslimah,

penampilan sexy dan membentuk lekuk tubuh sangat dihindari begitu juga

dengan penggunaan wig yang disiasati dengan memodifikasi hijab sehingga

menyerupai rambut pada karakter yang mereka perankan.

Karakter-karakter dalam cosplay sedikit banyak memamerkan lekuk

tubuh juga mempertontonkan aurat yang menurut ajaran dan konsep

berpakaian dalam Islam seharusnya ditutupi untuk menghindari dari berbagai

macam hal buruk. Adab berpakaian dalam Islam yang mengharuskan agar

setiap Muslimah agar tidak menampakan lekuk tubuh, juga tidak memakai

pakaian yang tipis sehingga tidak nampak kulit pemakainya agar terhindar

dari adanya fitnah.9

Komunitas-komunitas cosplay yang berbasis Islam memang belum

banyak bermunculan di Indonesia, namun eksistensi mereka saat ini juga

tidak dapat diabaikan. Komunitas yang mengatasnamakan komunitas Islam

dengan ciri khas cosplaynya yang memakai hijab diantaranya ialah Islamic

Otaku Community dan Hijab Cosplay Indonesia. Tentunya kemunculan

9
M.Quraish Shihab, Jilbab Pakaian Wanita Muslimah, (Jakarta: Lentera Hati, 2010),
h.124-127.
7

cosplayer-cosplayer Muslimah ini menimbulkan berbagai macam tanggapan

di masyarakat, baik dari sesama pelaku cosplay yang mendukung ataupun

cosplayer lain yang menganggap bahwa hijab cosplay dapat merusak karakter

asli (OOC atau out of Character). Stigma positif dan negatif yang diterima

oleh cosplayer Muslimah dengan upaya memodifikasi penampilan karakter

yang diperankan dengan hal yang dapat mempertahankan identitas keislaman

mereka dan tetap menjaga syariat agama, terutama dalam beebusana, beriskap

dan berperilaku.

Berdasarkan pada alasan-alasan di atas, maka penelitian ini diberi

judul “KONSEP DIRI ANGGOTA HIJAB COSPLAY ISLAMIC

OTAKU COMMUNITY EPISODE UIN JAKARTA DALAM

MEMPERTAHANKAN IDENTITAS KEISLAMAN”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Berdasarkan pada masalah di atas maka penelitian ini akan

membatasi masalah hanya pada member atau anggota dan pengurus

Islamic Otaku Community (IOC) sebagai individu. Sebaliknya, penelitian

ini tidak memfokuskan pada pesan berupa teks dan makna mengenai

Islamic Otaku Community (IOC), tidak juga pada organisasi yang

menaunginya dan dampak dari kegiatan bercosplay.


8

2. Rumusan Masalah

Adapun pokok masalah yang menjadi kajian berdasarkan pada

masalah penelitian di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti,

meliputi:

1. Bagaimana konsep diri yang dibangun oleh anggota hijab cosplay

Islamic Otaku Community (IOC) Episode UIN Jakarta berdasarkan

pada penilaian diri sendiri, orang lain, kelompok rujukan terkait

konsep diri milik William D.Brooks ?

2. Bagaimana cara Hijab cosplayer mempertahankan identitas keislaman

sebagai seorang Muslimah berdasarkan pada konsep identitas agamis

Penney Upton?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk memberikan gambaran mengenai konsep diri yang dibangun

oleh anggota hijab cosplay yang tergabung dalam Islamic Otaku

Community (IOC) Episode UIN Jakarta berdasarkan pada penilaian

diri sendiri, orang lain dan kelompok rujukan.

b. Untuk memberikan gambaran mengenai cara mempertahankan

identitas keislaman sebagai seorang hijab cosplayer berdasarkan

pada konsep identitas agamis Penney Upton.


9

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini, dibagi menjadi dua aspek

yaitu manfaat akademis dan manfaat praktis

a. Manfaat Akademis

Diharapkan dengan adanya skripsi mengenai konsep diri

dalam mempertahankan identitas keislaman dengan subjek Hijab

Cosplay Episode UIN Jakarta, penelitian ini akan menyumbangkan

dan menambah referensi pada penelitian yang sejenis dan referensi

Ilmu Komunikasi, terutama dalam bidang Psikologi Komunikasi,

yaitu komunikasi antar personal mengenai konsep diri (William D.

Brooks) dan identitas agamis (Penney Upton) dalam hal ini

identitas keislaman yang dibangun dan ditimbulkan dengan adanya

budaya pop Jepang yang mencampurkan antara budaya Jepang

yang bebas dengan etika Islam.

b. Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi anggota

Islamic Otaku Community (IOC) baik yang berada di dalam

dan di luar UIN Jakarta, maupun bagi cosplayer di luar Islamic

Otaku Community untuk memberikan gambaran terkait perihal

konsep diri anggota komunitas Islamic Otaku Community .

2. Menggambarkan upaya komunitas dan anggota dalam

mempertahankan identitas Islami dalam hal berbusana, bersikap

dan berperilaku bagi para pembaca dan peminat Hijab Cosplay.


10

D. Tinjauan Pustaka

Uraian berikut akan memaparkan beberapa penelitian yang sudah

dilakukan, sehingga menjadi jelas bagaimana penelitian ini relevan dan

penting dilakukan.

1. Genendra Widigdya membuat makalah individu singkat dengan dosen

pengampu Drs. Sudiyono S.U Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

dengan judul Komunitas Cosplay: Tantangan Bagi Identitas Sosial

Indonesia. Pada penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwasanya cosplay

menjadi tantangan bagi setiap bangsa terutama bagi bangsa di kawasan

Asia dikarenakan kegiatan bercosplay yang dianggap menjauhi identitas

diri di dunia nyata dengan identitas saat seseorang sedang melakukan

aktivitas cosplay. Cosplayer cenderung terfokus pada bagaimana menjadi

karakter ideal dan menjadi semirip mungkin dengan idola yang mereka

dengan melakukan transformasi dari segi fisik maupun karakter yang

berlawanan dengan identitas asli mereka yang bahkan tidak ada dalam

identitas asal cosplayer.

Pada penelitian yang dibuat oleh Genendra Widigdya diperoleh

persamaan dalam segi subjek yang diteliti yaitu mengnai identitas

cosplayer. Namun, pada penelitian ini cosplayer yang diteliti ialah

cosplayer secara umum atau konvensional dan subjek penelitiannya

hanya identitas bangsa, sedangkan pada penelitian ini akan menitikkan

pada konsep diri dan identitas cosplayer pada komunitas cosplay Islami.

2. Rizma Afian Azhiim dalam karya ilmiah yang dibuatnya mengenai

pengantar Antropologi dari Universitas Al-Azhar Indonesia tahun 2013,


11

dengan judul Identitas dan Subjektivitas Budaya Populer Cosplay di

Indonesia. Pada penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa budaya

populer Jepang dibawa akibat dari berkembangnya teknologi yang dapat

melintasi rruang dan waktu. Peran pemerintah Jepang melalui jalur

diplomasi membuat budaya juga nilai-nilai masyarakat Jepang ke seuruh

dunia. adanya cosplay secara bersamaan maupun bertahap merasuk ke

ranah subjektivitas dan identitas masyarakat Indonesia, contoh nyatanya

yaitu gaya berpakaian anak muda yang banyak meniru role model yang

disenanginya.

Pada penelitian ini, subjek yang diangkat ialah Cosplayer

Indonesia secara umum atau konvensional. Dan objek yang diteliti

mengenai subjektivitas dan identitas budaya yang dibawa oleh cosplayer.

Dan meenggunakan pendekatan psikoanalisis dengan teori subjektivitas

Foucault, dimana menurut Foucault subjectivitas muncul akibat sesuatu

yang dimunculkan atau bahkan dibuat-buat untuk membentuk suatu

produk historis.

3. Fidy Ramzielah F membuat Kajian Sastra dan Budaya, Fakultasi Ilmu

Budaya S2, Universitas Airlangga, Surabaya yang berjudul Komunitas

Hijab Cosplay Gallery: Representasi Komunitas SubkulturVirtual di

Indonesia. Pada penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa hijab

cosplay muncul akibat adanya akulturasi subkultural budaya yang masuk

dengan budaya yang menetap di dalamnya. Hijab cosplay gallery

menjadi wadah tersendiri bagi hijab cosplayer yang awal mulanya berada

pada komunitas cosplay konvensional. Namun komunitas hijab cosplay


12

gallery terkesan membatasi dirinya terjhadap cosplay konvensional dan

hanya pada orang-orang yang memiliki sambungan internet saja. karena

hanya dapat dilihat pada web atau social media mereka.

Subjek penelitian yang diangkat mengenai hijab cosplayer yang

ada di Indonesia maupun di mancanegara. Sedangkan objek penelitian

yang diangkat ialah bagaimana hijab cosplay gallery menyebarkan tren

cosplay berhijab, yaitu dengan menggunakan sosial media dan website

resmi dari hijab cosplay gallery dan menjadikannya sebagai wadah untuk

bersilaturahmi dan mensosialisasikan keutamaan dari berhijab bagi

wanita.

4. Diny Fitriawati membuat penelitian untuk Program Magister Ilmu

Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjajaran,

Bandung dengan judul “Konsep Diri Dan Pola Komunikasi Cosplayer :

Self Concept And Communication Patterns In Cosplayer”

Pada penelitian ini didapatkan bahwa konsep diri anggota cosplay

AEON cosplay team cenderung psitif karena baiknya interaksi yang

dialkukan oleh sesama anggota kelompk tersebut. hal itu dikarenakan

adanya kesamaan motif yang melatarbelakangi anggotanya untuk masuk

dan mengikuti kegiatan bercosplay. Konsep diri yang dibentuk oleh

AEON cosplay team dapat dilihat dari tindakan terlihat yang dilakukan

oleh anggotanya yang juga menyertakan pesan yang bersifat verbal

maupun non-verbal. Pola komunikasi AEON cosplay team terbentuk dari

motif, konsep diri dan simbolisasi anggotanya.


13

Metode penelitian yang dilakukan ialah metode penelitian

kualitatif dengan pendekatan fenomenologis dengan objek penelitian

mengenai konsep diri dan pola komunikasi anggota kelompoknya.

Sedangkan subjek penelitian yang diambil ialah anggota komunitas

AEON cosplay team Bandung.

5. Felicia Wonodihadrjo dalam jurnal E-komunikasi Volume 2 Nomor 3

Tahun 2014. Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu

Komunikasi, Universitas Kristen Petra, Surabaya dengan judul penelitian

“Komunikasi Kelompok yang Mempengaruhi Konsep Diri Dalam

Komunitas Cosplay “COSURA” Surabaya”. Kesimpulan yang didapat

pada penelitian ini bahwa konsep diri individu terbentuk dari komunikasi

yang dijalin antar anggota kelompok dalam kelompok itu sendiri. konsep

diri negatif biasanya dimiliki oleh anggota baru dalam kelompok cosplay

COSURA karena anggota baru belum banyak berkontribusi dan masih

tertutup terhadap anggota kelompok lainnya. Namun, bagi anggota yang

memiliki konsep diri negatif, setelah lama bergabung maka konspe diri

yang dimiliki berangsunr menjadi positif. Hal itu dikarenakan sudah

terciptanya komunikasi yang baik dan saling keterbukaan antar anggota

kelompok cosplay tersebut.

Objek penelitian ini menitik beratkan pada konsep diri anggota

cosplay dan juga teori konsep diri postif-negatif milik William D.

Brooks. Sedangkan subjek penelitian yang diambil ialah anggota cosplay

COSURA yang aktif mengikuti rapat mingguan ataupun event komunitas

tersebut. penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan


14

menggunakan metode survey dan berlandaskan pada teori mengenai

komunikasi kelompok, juga konsep diri.

E. Kerangka Konsep

KONSEP DIRI
(WILLIAM D.BROOKS)

IDENTITAS AGAMIS
(PENNEY UPTON)

COSPLAY DAN MODEL/ ETIKA BERPAKAIAN BAGI


TIPE COSPLAY WANITA DALAM ISLAM
(Antar Venus dan Lucky Helmi (Ibrahim Muhammad Al-
dalam Jurnal Aspikom: Jamal, Fiqh Wanita,)
Universitas Padjajaran)

1. Konsep diri

Konsep diri meliputi apa yang kita pikirkan dan apa yang kita

rasakan. Dalam hal ini seorang manusia akan mempersepsikan dirinya

sendiri berdasarkan apa yang dia rasakan dan juga berdasarkan atas

persepsi orang lain dalam melihat dan memandang dirinya. Penilaian

yang diberikan oleh diri sendiri dan penilaian dari orang lain memberikan

pengaruh terhadap konsep diri atau makna realitas diri yang dibangun

oleh manusia.10

William D. Brooks menyatakan konsep diri diartikan sebagai

persepsi tentang diri yang sifatnya fisik berupa penampilan dan bentuk

10
Nina Mutmainah, et al. Psikologi Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1997),
h.100.
15

tubuh yang dapat dilihat dan dirasakan oleh panca indera. Juga bersifat

psikologis berupa karakter diri, keadaan emosional dan juga bersifat

sosial yang berhubungan dengan interaksi yang dilakukan bersama

individu lainnya.11

2. Identitas

Hogg & Abram menyatakan bahwa identitas diri adalah konsep

yang digunakan oleh orang-orang untuk menyatakan mengenai tentang

siapakah mereka, orang macam apa mereka dan bagaimana mereka

berhubungan dengan orang lain.12 Sehingga akan terlihat identifikasi dan

kesamaan pada seseorang atau sesuatu tersebut yang diakui oleh banyak

orang yang melihatnya, dimana kita yang menjadi objek dalam

identifikasi tersebut diimajinasikan dan direpresentasikan kepada diri

sendiri untuk memberikan dan menampilkan identitas dirinya kepada

orang lain.

Sedangkan identitas spiritual atau identitas agamis berkaitan

dengan keyakinan-keyakinan, sikap-sikap, praktik dan perilaku-perilaku

agamis yang berkaitan dengan moral dan etik suatu agama.13

Dalam Islam, seorang Muslim atau Muslimah akan menampilkan

identitas keislaman mereka dengan menggunakan busana yang sesuai

dengan ajaran atau bagi Muslimah menggunakan jilbab atau hijab

sebagai penutup kepala yang merupakan aurat wanita.


11
Nina Mutmainah, et al, Psikologi Komunikasi, h. 100.
12
Hogg, Michael A & Abrams, D (1990). Social Identification; A Psychology of
Intergroup Relation and Group Process. [On-line]
http://books.google.co.id/books?id=50OV4gqcFA0C&printsec=frontcover&dq=Social+Identifica
ion%3B+A+Psychology+of+Intergroup+Relation+and+Group+Process&hl=en&sa=X&ei=kpnn
Yr9NMHrrQeAzIHwDQ&redir_esc=y diakses tanggal 9 Mei 2016. pukul 11.20.
13
Penney Upton. Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012), h. 194.
16

3. Etika Berpakaian Bagi Wanita dalam Islam

Menurut M. Quraish Shihab, adab berpakaian dalam Islam selain

menutup aurat bagi laki-laki maupun perempuan, juga yang dianjurkan

seharusnya ialah menutupi seluruh tubuh (aurat) selain wajah dan kedua

telapak tangan, sederhana dalam berpakaian dan berhias, menampakan

lekuk tubuh juga tidak tipis sehingga tidak nampak kulit pemakainya

agar terhindar dari adanya fitnah, dikenal oleh masyarakat Islam, tidak

menyerupai pakaian lelaki bagi wanita dan bagi lelaki tidak menyerupai

pakaian wanita 14 Sedangkan menurut Ibrahim Muhammad Al-Jamal,

dalam Fiqh Wanita, etika berpakian bagi wanita diantaranya menutupi

seluruh tubuh (aurat) selain wajah dan kedua telapak tangan, sederhana

dalam berpakaian dan berhias, tidak tipis menerawang sehingga warna

kulit masih bisa terlihat, dikenal oleh masyarakat islam, tidak menyerupai

pakaian lelaki bagi wanita dan bagi lelaki tidak menyerupai pakaian

wanita, dan berbeda dengan pakaian wanita kafir.15

4. Model dan Tipe Cosplay

Gerald S. Wilson dan Michael S. Hanna mengungkapkan

bahwasanya ada tiga hal yang menyebabkan seorang individu

memutuskan untuk menjadi atau masuk dalam keanggotaan kelompok

tertentu, yaitu daya tarik yang dimiliki oleh anggota kelompok yang akan

dimasukinya, kegiatan dan tujuan kelompok, terakhir berdasarkan atas

14
M.Quraish Shihab, Jilbab Pakaian Wanita Muslimah, h.124-127.
15
Ibrahim Muhammad Al-Jamal, Fiqh Wanita, (Bandung: Gema Insani Press, 2002),
h.130.
17

alasan-alasan individu tersebut, dapat berupa alasan yang menyangkut

pribadi, sosial, simbolik maupun ekonomi.16

Ada beberapa komponen yang membedakan seseorang masuk

dalam sebuah komunitas, diantaranya berdasarkan lokasi orang tersebut

tinggal, berdasarkan minat dan kesenangan dan terakhir berdasarkan

komuni atau ide-ide yang muncul saat mereka bersama.17 Dalam hal ini,

komunitas cosplay disatukan dengan persaaan akan minat dan

kesenangan yang sama dan mereka melakukan kegiatan bersama untuk

menyalurkan minat dan memberikan kesenangan sendiri bagi individu

yang melakukannya.

Terdapat beberapa jenis cosplay yang sering diperankan dan

ditiru oleh banyak coser diantaranya: pertama, cosplay anime atau

manga pada jenis ini coser meniru karakter yang terdapat dalam komik

maupun kartun. Kedua, cosplay game dimana pada jenis ini coser

memerankan dan meniru karter yang ada dalam game. Ketiga, cosplay

gothic bebeda dengan jenis sebelumnya. Pada jenis ini coser akan

menggunakan busana yang bernuansa gelap dan misterius, dalam jenis

ini juga terdapat jenis lainnya yang dinamakan gothic lollyta yang

menggnakan pakaian serba hitam namun kali ini dipadukan dengan

pakaian yang berenda dan imut. Keempat, cosplay original jenis ini

menampilkan karkter yang belum pernah ada baik dalam anime maupun

manga. Biasanya juga para coser menggabungkan karakter-karakter

yang ada dalam satu penampilan atau dapat dikatakan sebagai kombinasi.
16
Nina Mutmainah, et al. Psikologi Komunikasi, h. 144.
17
Rulli Nasrullah, Komunikasi Antarbudaya di Era Budaya Siber. (Jakarta: Kencana,
2012), h.138.
18

Kelima, cosplay dongeng seperti namanya jenis ini menjadikan dongeng

dan legenda sekitar sebagai modelnya. Terakhir, harajuku style.18

F. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan

pendekatan kualitatif. Pada pendekatan ini menekankan pada semua

temuan yang didapatkan saat melakukan penelitian dilandaskan pada data,

sehingga temuan tersebut lebih bisa dipercaya sebelum dikatakan sebagai

teori.19

Jenis penelitian yang digunakan ialan deskriptif kualitatif. Pada

metode jenis ini penulis mengumpulkan, pengklasifikasikan dalam hal ini

berdasarkan pada keaktifan anggota IOC episode UIN Jakarta dalam

kegiatan yang diadakan komunitas, lalu mendeskripsikan dan mencatat

hasil temuan di lapangan yang dikumpulkan dari observasi, FGD dan

wawancara. Selanjutnya, peneliti menganalisis data yang menggambarkan

situasi keadaan dan hasil temuan lapangan yang bersifat non hipotesis dan

menginterpretasikan konsep diri anggota hijab cosplay IOC episode UIN

Jakarta sesuai dengan apa yang dilihat, didengar dirasakan dan

ditanyakan.20

Penelitian deskriptif kualitatif dirancang untuk mengumpulkan

informasi mengenai keadaan yang ada dan sedang berlangsung. Jenis

penelitian ini dilakukan untuk meneliti sekelompok manusia taua objek

18
Nur Aini, Definisi Cosplay dan Jenisnya, artikel diakses pada 4 April 2016 dari
http://galleryotaku.blogspot.co.id/2014/05/cosplay-definisi-sejarah-dan-jenis.html .
19

yang bertujuan untuk menggambarkan suatu fenomena yang disellidiki

secara sistematis, faktual dan akurat.21

2. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian ialah 6

anggota Islamic Otaku Community yang berperan sebagai hijab

cosplay yang ditetapkan berdasarkan keaktifan dalam kegiatan yang

diadakan komunitas. 6 anggota yang menjadi subjek penelitian yaitu

Mayya (FAH), Dwi (FDK), Tina (Tarbiyah), Rifka (SAINTEK), Rosi

(FDK) dan Nada (FSH).

b. Objek Penelitian

Adapun objek penelitian dalam penelitian ini ialah konsep

diri dan cara anggota hijab cosplay Islamic Otaku Community

dalam mempertahankan identitas keislaman oleh anggota Islamic

Otaku Community yang turut aktif dalam kegiatan Cosplay.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yang didatangi oleh saya sebagai peneliti untuk

mendapatkan data-data yang akurat ialah UIN Jakarta, tempat anggota

Muslimah komunitas Islamic Otaku Community ini berkumpul dalam

melakukan kegiatan mereka dan beberapa kegiatan di luar kampus seperti

19
A Khaidar Alwasilah, Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan Melakukan
penelitian Kualitatif, (Jakarta: Pustaka jaya. 2002) cetakan ke- 1, h. 102
20
Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rodakarya.
2005), h. 9.
21
Convelo G. Cevilla, dkk, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: Universitas Indonesia,
1993), h.73
20

gathering cosplayer dan matsuri (festival Jepang) yang mereka hadiri dan

saat photo session.

Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2016 sampai

dengan September 2016. Intensitas pertemuan sebanyak 6 kali selama 5

bulan waktu penelitian.

4. Sumber Data

Ada dua data yang digunakan dalam penelitian yaitu data primer

dan data sekunder

a. Data primer yaitu data yang peneliti kumpulkan secara langsung yang

diperoleh saat penelitian berlangsung. Dalam hal ini, data tersebut

didapat saat melakukan wawancara dan observasi subjek penelitian

yaitu ikut pada kegiatan hijab cosplay dan mengamati perilaku hijab

cosplayer dari jarak dekat dan sedang. Data primer didapat dari 6

anggota Muslimah Islamic Otaku Community yang aktif berkegiatan

di komunitas. Selain itu, sebanyak 6 anggota lainnya dari komunitas

Islamic Otaku Community sebagai kelompok rujukan untuk menilai

konsep diri anggota hijab cosplay yang menjadi subjek penelitian

utama dan 6 orang mahasiswi UIN Jakarta yang merupakan sahabat

dari subjek penelitian.

b. Data sekunder yaitu data pustaka yang dihimpun dari sejumlah buku-

buku, jurnal, artikel-artikel dari internet dan sumber-sumber bacaan

lain yang berkaitan dengan masalah penelitian ini.

5. Tahapan Penelitian

Proses penelitian ini melalui beberapa tahapan penelitian, yaitu:


21

a. Pengumpulan Data

1. Observasi

Obesrvasi atau pengamatan ialah kegiatan yang dilakukan

peneliti untuk mendapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan fakta

di lapangan. Pengamatan yang dilakukan dengan cara sistematik

terhadap fenomena-fenomena yang akan diselidiki kebenarannya. 22

Dalam hal ini peneliti menempatkan diri sebagai obeservasi aktif,

dimana peneliti ikut melakukan kegiaatan yang dilakukan oleh subjek

penelitian, seperti pada acara-acara yang mereka hadiri dan berperan

sebagai fotografer cosplayer. Pada saat tertentu, saya sebagai peneliti

menempatkan diri sebagai bagian dari anggota hijab cosplay dan di

lain waktu, saya sebagai peneliti memberikan jarak dengan anggota

hijab cosplay untuk mendapatkan fakta dilapangan mengenai respon

nyata orang lain dalam menilai hijab cosplay.

2. FGD

FGD atau Focus Group Discussion ialah diskusi kelompok

terarah, dimana kegiatan diskusi ini dilakukan untuk pengumpulan

data dengan wawancara kelompok dan pembahasan yang dilakukan

secara berkelompok pula. FGD juga dikenal dengan teknik

pengumpulan data kualitatif dengan cara wawancara kelompok.

22
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2010), h. 56.
22

Wawancara yang dilakukan membahas tentang fokus permasalahan

tertentu yang dipandu oleh seorang fasilitator dan juga moderator.23

Brajtman dalam Yati Afiyanti menyatakan bahwa metode

FGD dilakukan untuk mengeksplorasi suatu fenomena yang terjadi

dalam kehidupan melalui interaksi sosial antara diri seseorang dengan

kelompoknya. Tujuannya ialah meningkatkan kedalaman informasi

yang diperoleh untuk menyingkap fenomena dan memberi penjelasan

terhadap fenomena tersebut. Umumnya metode FGD mengangkat

mengenai isu sosial yang berhubungan dengan syigma buruk terhadap

individu dan kelompok tertentu.24

Pada penelitian ini FGD yang dilakukan kepada 6 orang

anggota hijab cosplay IOC UIN Jakarta. yaitu, Mayya, Dwi, Nada,

Rosi, Rifka dan Tina mengenai konsep diri anggota cosplay dalam

mempertahankan identitas keislaman komuniats Islamic Otaku

episode UIN Jakarta. Setelah FGD terlaksana diadakan wawancara

kembali untuk memperteguh hasil FGD.

3. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan wawancara berdasarkan

pada laporan pribadi yang didapatkan peneliti dari hasil tanya jawab

yang dilakukan kepada repsonden yang menghasilkan pengetahuan

atau keyakinan pribadi dari responden tersebut. Pada penelitian ini,

23
Edi Indrizal. Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Sosial, Jurusan Antropologi. Universitas
Andalas, Padang. “Diskusi Kelompok Terarah: Focus Group Discuussion (FGD), Prinsip-Prinsip
dan Pelaksanaan di Lapangan”, Jurnal Antropologi FISIP UNAND, h. 75-76.
24
Yati Afiyanti, Staf Akademik Keperawatan Maternitas FIK UI. “Focus Group
Discussion (Diskusi Kelompok Terfokus) Sebagai Metode Pengumpulan Data Penelitian
Kualitatif”, Jurnal keperawatan Indonesia volume 12, nomor 1, Maret 2008. h.58-62.
23

peneliti melakukan wawancara dengan anggota Muslimah Islamic

Otaku Community yang aktif dalam kegiatan-kegiatan Jepang baik

yang dilakukan di area komunitas maupun di luar komunitas bahkan

di luar kampus. Selain itu juga peneliti melakukan wawancara dengan

sahabat dari anggota hijab cosplay IOC UIN Jakarta untuk

mendapatkan hasil yang maksimal, lalu wawancara dengan anggota

kelompok yang sama mengenai subjek (Hijab cosplayer) yang sedang

diteliti.

Dalam wawancara yang dilakukan kepada beberapa responden

akan membantu peneliti dalam mendapatkan hasil yang maksimal

dengan membandingkannya dengan hasil observasi yang dilakukan

oleh peneliti. Tanya jawab yang dilakuukan saat wawancara juga

memberikan gambaran atas pengetahaun responden terhadap konsep

diri, keyakinan, sikap dan perilaku yang selama ini dilakukannya.

4. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dari dokumen memanfaatkan

catatan peristiwa yang telah lalu. Dokumen dapat berbentuk tulisan

yang diambil dari blog-blog penikmat dan pelaku cosplay terutama

dalam web resmi Islamic Otaku Community

(Islamicotakucommunity.com), juga jurnal-jurnal mengenai budaya

pop Jepang, gambar atau foto diambil dari kegiatan yang dilakukan

oleh anggota cosplay IOC dan koleksi pribadi mereka, koleksi pribadi

peneliti dan karya-karya lainnya. Dokumen juga berguna sebagai

penguat atas hasil data yang didapat dari observasi dan wawancara
24

yang dilakukan oleh saya sebagai peneliti. Adapun dalam hal ini,

peneliti mendapatkan data dokumen dari hasil penelitian terdahulu,

buku psikologi komunikasi yang membahas mengenai konsep diri dan

data-data kegiatan yang ditulisakan dalam catatan kegiatan Islamic

Otaku Community, juga foto-foto kegiatan mereka dari tahun 2015

hingga 2016.

b. Analisa Data

Analisis data ialah teknik penyederhanaan hasil penelitian sehingga

lebih mudah untuk diinterpretasikan. Miles Hubermas membagi teknik

analisis data menjadi 3 yaitu, reduksi data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan. Dimana pada tahap reduksi data. Pada tahap ini peneliti

mengolah data hasil observasi dan wawancara ditajamkan, digolongkan

juga membuang data yang tidak perlu dan mengorganisirnya dan

kemudian dideskripsikan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan


25
dipahami. Jika pereduksian dan penarikan kesimpulan dari hasil

pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan dokumen telah

selesai. Maka dilanjutkan dengan pengolahan data dan penganalisisan data

yang diperoleh hingga menghasilkan laporan penelitian.

Tahap olah data yang dilakukan oleh penulis adalah menggunakan

pendekatan kualitatif deskriptif. Yaitu data-data yang ditemukan di

lapangan disimpulkan secara umum dengan cara menjabarkan,

menerangkan dan menginterpretasikannya dalam bentuk tabel. Data data

25
Ariesto Hadi Sutopo dan Andriana Arief, Terampil Mengolah Data Kualitatif dengan
NVIVO, (Jakarta: Prenada Media Grup. 2010), h. 78
25

tersebut diperoleh dari hasil observasi, FGD, wawancara dan dokumen-

dokumen yang berhubungan dengan objek penelitian.

c. Pedoman Penulisan Skripsi

Pada penelitian ini, teknik dan metode penulisan laporan penelitian

mengacu pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi” yang disusun oleh

Hamid Nasuhi, Ismatu Ropi dkk.

G. Sistematika Penulisan

Untuk lebih terarah dalam pembahasan skripsi ini, penulis membuat

sistematika penulisan sesuai sengan masing-masing bab. Penulis membaginya

menjadi 5 bab, yang masing-masing terdiri dari beberapa sub bab yang

merupakan penjelasan dari bab tersebut. Adapun sistematika penulisan adalah

sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan latar belakang penelitian mengenai konsep diri

yang dibangun dan dibentuk oleh anggota hijab cosplay Islamic Otaku

Community Episode UIN Jakarta dalam mempertahankan identitas keislaman

yang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu diri sendiri, orang lain dan kelompok

rujukan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

Bab ini menjelaskan mengenai konsep diri sebagai muslimah yang

terdapat dalam subjek Psikologi Komunikasi mengenai. Konsep diri menurut

William D. Brooks dan Identitas Spiritual menurut Penney Upton dalam

pandangan Islam dan juga ayat maupun hadist yang bersangkutan dengan

konsep dan identitas diri dalam Islam.


26

BAB III : GAMBARAN UMUM

Merupakan gambaran umum mengenai sejarah, kegiatan, visi misi

dan struktur kepengurusan Islamic Otaku Community yang menjadi subjek

penelitian ini.

BAB IV : ANALISIS DAN TEMUAN DATA

Bab ini berisikan pemaparan atas hasil analisa temuan yang

ditemukan oleh peneliti di lapangan, terkait dengan penelitian yang

dilakukan. Peneliti akan menganalisis mengenai konsep diri anggota

muslimah komunitas Islamic Otaku Community dan cara anggota maupun

pengurus dalam mempertahankan identitas keislaman

BAB V : PENUTUP

Bab ini merupakan bab akhir yang terdiri dari kesimpulan dari bab-

bab sebelumnya dan juga saran untuk penelitian yang akan datang. Bab ini

juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang

diperlukan dan berkaitan dengan penulisan skripsi


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Diri

Konsep Diri menurut Rudolph V. Verderber dalam buku Psikologi

Umum milik Alex Sobur didefinisikan sebagai:

“A collection of perception of every aspect of your being: your


appearance, physical and mental capabilities, vocational potencial, size,
strength and so forth”1

Dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimaksud ialah kumpulan

dari persepsi dari berbagai aspek yang ada dalam diri kita, baik dari segi

penampilan, kemampuan fisik dan mental yang dimiliiki, potensi

keterampilan yang berhubungan dengan ukuran kekuatan dan sebagainya.

Menurut Deaux, Dane dan Wrightsman, konsep diri merupakan

sekumpulan keyakinan dan perasaan seseorang mengenai dirinya sendiri,

berkaitan dengan minat, bakat, kemampuan, penampilan dan psikologis.2

William D. Brooks dalam bukunya Speech Communication yang

dikutip dalam buku Psikologi Komunikasi karya Jalaluddin Rakhmat

memberikan pengertian yang tidak jauh berbeda seperti Rudolph V.

Verderber, ia menyatakan bahwa:

“Those physical, social, and physicological perceptions of


ourselves that we have derived from experiences and our interaction with
others”3

1
Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003), h. 506.
2
Sarlito W. Sarwono, et,al, Psikologi Sosial, (Jakarta: Penerbit Salemba Humanika,
2009), h. 53.
3
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007),
h. 99.

27
28

Maksudnya ialah Brooks setuju konsep diri yang merupakan

persepsi, baik berupa pandangan dan perasaan seseorang yang bersifat

fisik, psikologis, maupun sosial. Persepsi diri yang berupa fisik dapat

berupa penampilan dan bentuk tubuh, sedangkan persepsi psikologis

berupa mental, emosi dan karakter. Dan sosial berupa hubungan dengan

indiviu lainnya atau dapat dibilang interaksi.4

Goss dan O’Hair berpendapat bahwa konsep diri mengacu pada

penilaian seseorang mengenai dirinya yaitu berdasarkan seberapa berharga

dirinya tersebut, penghargaan diri inilah yang dikatakan oleh Myers dan

Myers dalam buku Psikologi Umum karya Alex Sobur sebagai perasaan

yang diperoleh seseorang pada saat tindakan yang dilakukannya sesuai

dengan versi ideal orang tersebut mengharapkannya. 5 Dengan kata lain,

seseorang akan merasa berharga apabila suatu hal yang dilakukannya

mendapatkan penghargaan yang sama dengan apa yang diharapkannya

dari orang lain dan berdampak pada perasaan berharga pada dirinya

sendiri.

Persepsi yang membangun konsep diri seseorang berdasarkan

penilaian terhadap dirinya sendiri dan berdasarkan pada penilaian orang

lain mengenai dirinya menjadikan manusia sebagai objek sekaligus subjek

persepsi tersebut atau dalam istilah lainnya menurut Charles H. Cooley

adalah looking glass self. Yaitu dimana ia membayangkan dirinya sebagai

orang lain dan mulai melakukan penilaian bagaimana nantinya jika orang

lain melihat dirinya dan dirinya melihat dirinya yang lain tersebut dari
4
Nina Mutmainah, et,al. Psikologi Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1997), h.
100
5
Alex Sobur, Psikologi Umum, h. 507
29

sudut pandang sebagai objek penilaian. Dan kecenderungan untuk

berperilaku sesuai dengan konsep diri yang dimiliki disebut dengan self-

fulfilling prophecy. 6 Misalnya, seseorang yang memiliki konsep diri

dengan mempersepsikan dirinya bahwa ia kreatif, maka pada saat diminta

untuk mengumpulkan ide-ide cemerlang ia akan maemberikan ide

cemerlang yang dapat menyakinkan orang lain dengan idenya dan

membuat idenya terealisaasi. Namun, penilaian dan evaluasi dari orang

lain bukan satu-satunya hal yang membentuk konsep diri seseorang,

melainkan hasil tindakan dari orang tersebut juga lah yang dapat

mempengaruhi pembentukan konsep diri.7 Sebagai contoh, seseorang yang

belajar memainkan alat musik, menghafal not, menampilkannya hasil

latihannya. Maka ia akan menyadari, dirinya termasuk orang yang mudah

atau lambat dalam memahami dan belajar memainkan instrumen musik.

Ada dua komponen menggenai konsep diri, yang pertama ialah

komponen kognitif atau citra diri (self image) pengetahuan individu

menganai dirinya dan komponen afektif atau harga diri (self esteem)

penilaian individu terhadap diri. 8 Sebagai contoh, komponen kognitif

mengatakan, “saya orang miskin”. Komponen afektifnya bisa menjadi dua

kemungkinan. Pertama, “saya bahagia menjadi orang miskin, karena

mendapat banyak sumbangan dari orang kaya.” Atau” saya lelah menjadi

orang miskin karena kurang bekerja keras.”

6
Nina Mutmainah, et al. Psikologi Komunikasi, h. 100.
7
Sarlito W. Sarwono, et Al. Psikologi Sosial, h. 54.
8
Armawati Arbi. Psikologi Komunikasi dan Tabligh. (Jakarta: Penerbit Amzah.2012). H.
160.
30

Banyak faktor atau pihak-pihak yang dapat mempengaruhi konsep

diri seseorang, diantaranya:

1. Orang lain

Harry Stack Sullivan dalam buku Psikologi Komunikasi karya

Jalaluddin Rakhmat mengatakan bahwa seseorang dapat mengenal dirinya

sendiri dengan mengenal orang lain terlebih dahulu. Maksudnya ialah kita

akan lebih menghargai ataupun merasa diremehkan apabila orang lain

tersebut yang merasakan dan mepresepsikannya hingga diri kita tahu. 9

Intinya apabila cita diri kita positif pada penilaian orang lain dan sudah

terbentuk citra diri yag sedemikian rupa pada diri kita, maka secara

langsung ataupun tidak kita akan berusaha lebih baik ataupun

mempertahankan citra diri tersebut untuk diri kita demi mendapatkan

penghargaan yang sama dari orang lain.

Namun tidak semua orang dapat berpengaruh terhadap diri kita.

Seperti yang dikemukakan oleh Mead, orang-orang yang paling

berpengaruh ialah yang memiliki hubungan paling dekat dengan diri kita

atau dapat disebut dengan significant others. Orang-orang tersebut

diantaranya, keluarga, sahabat, orang yang tinggal satu rumah denga kita

atau bertemu setiap hari, saudara, guru dan sebagainya. Orang-orang yang

termasuk dalam significant other dapat mempengaruhu pikiran, perilaku

dan perasaan kita. Dapat juga termasuk seseorang yang diidolakan, seperti

bintang film, pahlawan, tokoh dan seseorang yang disukai.10

2. Kelompok Rujukan atau kelompok acuan (reference group)

9
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, h.101.
10
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, h. 101-103.
31

Semakin bertambah dewasa dan bertambah usia, significant others

yang tadinya berperan paling berpengaruh dalam pembentukan konsep

diri, kini tidak lagi menjadi satu-satunya pihak yang dapat mepengaruhi

konsep diri. Diri akan mulai bergaul secara luas di masyarakat, kita dapat

menjadi anggota sebuah kelompok hobi atau minat, maupun organisasi di

universitas maupun di masyarakat.

Pada kelompok atau organisasi tersebut ada yang mengikat

anggotanya berdasarkan pada peraturan serta norma yang menjadi acuan

dan pedoman kelompok atau organisasi tersebut, mengarajkan perilaku

dan menyesuaikan diri dengan ciri-ciri kelompoknya, sehingga dapat

mempengaruhi konsep diri anggotanya. Kelompok atau organisasi inilah

yang disebut dengan kelompok rujukan atau kelompok acuan.11

3. Diri Sendiri

Bagaimanapun persepsi dari orang lain dan kelompok rujukan,

konsep diri tetap dipengaruhi oleh persepsi individu sendiri. mereka akan

melakukan hal yang sejalan dengan harapan mereka, entah itu akan

berakhir dengan penilaian positif ataupun negatif. Individu Islami akan

berperilaku secara Islami dan menjaga dirinya agar selalu dan sesuai

dengan kepribadian Islam.12

Terdapat dua kualitas dalam menilai konsep diri seseorang, yaitu

konsep diri positif dan konsep diri negatif.tentu saja konsep diri yang

positif akan mendukung komunikasi dengan orang lain menjadi positif

pula. Terdapat beberapa indikator konsep diri menurut Islam, diantaranya:

11
Alex Sobur, Psikologi Umum, h. 521.
12
Armawati Arbi. Psikologi Komunikasi dan Tabligh, h.161
32

a. Sebagai makhluk basyariah atau sehat jasmani. Maksudnya ialah

dengan mengkonsumsi segala hal yang baik dan halal dan hidup di

lingkungan yang baik pula.

b. Sebagai makhluk isyaniah atau sehat rohani, dengan menerapkan

rukun islam. Profesional dalam menjalankan kepemimpinan

ataupun pekerjaannya dan selalu ingat akan jati diri sebagai otang

Islam.

c. Mengetahui potensi akal atau dapat dikatakan menjadi pemikir,

inovator, menjadi ulil albab.

d. Menjadi orang yang mensucikan diri (qalb) yang selalu

menghadirkan Allah dalam segala hal yang dilakukannya.

e. Potensi nafs. Berusaha ikhlas dalam menjadi juru damai dan hamba

Allah. Dalam setiap yang dilakukannya menanamkan keihlasan

karena Allah, sebagai muslim pasrah dengan segala kehendak

Allah.

f. Sebagai manusia yang sempurna dan utuh. Percaya akan dirinya

dengan segala potensi yang diberikan Allah kepadanya.13

Terdapat beberapa ciri yang menunjukan konsep diri yang

dibangun oleh seseorang termasuk konsep diri postif atau negatif. William

D. Brooks dan Philip Emmert mengemukakan ciri konsep diri positif

sebagai berikut :

a. Yakin dengan kemampuannya. Apabila ia menghadpi masalah atau

kegagalan ia yakin bisa mengatasi itu

13
Armawati Arbi. Psikologi Komunikasi dan Tabligh, h.162
33

b. Merasa sama dan setara dengan orang lain atau percaya diri

c. Menerima pujian tanpa rasa malu dan menerima penghargaan tanpa

rasa bersalah

d. Berusaha memperbaiki dirinya dan menyadari kesalahan yang

diperbuat

e. Menyadari bahwa setiap orang memiliki hal yang berbeda karena

mereka memiliki perasaan, keinginan dan juga perilaku yang tidak

sepeuhnya diterima dan disenangi oleh masyarakat.14

Sedangkan konsep diri yang negatif, juga mempengaruhi dan

mengganggu keberhasilan komunikasi dengan orang lain. Ciri dari

seseoranng yang memiliki konsep diri negatif, antara lain:

a. Peka terhadap kritik yang diterimanya. Mudah emosi akan kritik

tersebut dan sulit menerimanya

b. Antusias terhadap pujian yang diberikan kepada dirinya. Mudah

menjatuhkan dan menjelek-jelekan orang lain

c. Hiperkritis, ialah mereka akan sulit memberikan pujian kepada

orangg lain dan selalu saja mencari kekurangan. Penghargaan dan

pengakuan akan kelebihan orang lain menjadi hal yang sulit untuk

diberikan

d. banyak tidak disenangi orang lain karena sifatnya dan sulitnya

mereka akrab dengan orang lain, dan menganggap dirinya sebagai

korban dalam hubungan sosial masyarakat

14
Nina Mutmainah, et al. Psikologi Komunikasi, h.101.
34

e. enggan untuk bersaing, karena memiliki sifat pesimis. Dan tidak

mau melakukan hal yang merugikan bagi dirinya. 15

Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan persepsi

individu mengenai dirinya sendiri baik yang bersifat fisik, psikologis

maupun sosial, yang juga dipengaruhi oleh penilaian yang diberikan oleh

orang lain dan kelompoknya yang nantinya berpengaruh terhadap konsep

diri mereka akan bersifat positif atau negatif.

Menurut Ikhwan Lutfi dalam bukunya yang berjudul Psikologi

Sosial menyatakan bahwa konsep diri memberikan sumbangan terhadap

identitas seseorang sepanjang kehidupan yang dilaluinya. Konsep diri juga

mengandung impilkasi motivasi yang mempengaruhi diri seseorang

mengenai serangkaian konsep yang dikonstruksikan berdasarkan pada

pengalaman mereka yang dapat mempengaruhi pengalaman di masa

depan, yang berkorelasi antara rekasi dan akibat yang akan ditimbulkan

dari pengalaman yang dilaluinya. 16

Penggunaan teori konsep diri William D.Brooks dianggap peneliti

dapat mencakup berbagai aspek dari konsep diri seseorang yang dinilai

dari aspek fisik, psikologi dan sosial. Selain itu, Brooks juga menguatkan

teorinya dengan tiga faktor pembentukan dan perunbahan konsep diri yang

dipengaruhi oleh faktor diri sendiri, orang lain dan kelompok rujukan.

15
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, h.105.
16
Ikhwan Lutfi, et al. Psikologi Sosial. (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009),
h. 29-32.
35

B. Identitas

Sih Natalia Sukmi menyatakan bahwa identitas adalah konsepsi

diri atas keberadaan seseorang agar dapat dipandang sebagai human being,

maksudnya ialah manusia yang selalu mengapresiasikan hidupnya

dimanapun mereka berada dengan selalu mencurahkan yang terbaik

terhadap segala hal yang mereka lakukan dan kerjakan.17

Stephen W. Littlejohn dalam buku Encyclopedia of

Communication Therory dikatakan bahwa:

“Identity is defined as cultural, societal, relational, dan individual


images of self-conception and this composite identity has group
membership interpersonal and individual self-reflective implications”18

Stephen W. Littlejohn mendefinisikan identitas sebagai budaya ,

sosial , hubungan dengan masyarakat dan identitas merupakan gambaran

mengenai individu dari konsepsi diri dan identitas yang dibuatnya. Hal ini

tentu saja memiliki implikasi terhadap keanggotaan kelompok

interpersonal dan diri individu yang menjalaninya.19

Penney Upton meyatakan bahwa identitas dibentuk berdasarkan

pada interaksi sosial yang dilakukan oleh diri seseorang dalam kehidupan

mereka. Pandangan dan reaksi orang lain pada diri seseorang akan

memberikan respon terhadap diri orang tersebut, bisa dalam sebuah

tindakan ataupun perilaku. Identitas menyangkut tentang bagaimana

seseorang membangun dirinya berdasarkan pada bagaiman ia mamandang

dirinya sendiri, bagaimana ia ingin dipandang oleh orang lain dan

17
Sih Natalia Sukmi, Konstruksi Identitas pengguna media yang Konvergen, (Jakarta:
FISIP Universitas Indonesia, 2013), h.456.
18
Stephen W. Littlejohn, et, Al. Encyclopedia of Communication Theory, (Singapore:
Sage Publication Inc, 2009), h. 492.
19
Stephen W. Littlejohn, et, Al. Encyclopedia of Communication Therory, h. 492.
36

bagaimana orang lain memandang dia. Pada awalnya, identitas bisanya

dilakukan dengan merujuk pada orang lain dalam keadaan sadar dan

mengembangkan rasa diri yang berbeda sebagai individu. 20 Lalu hal ini

akan memberikan respon atau feed back dari orang lain atas dirinya yang

akan sangat berpengaruh terhadap identitas dan konsep diri yang dibangun

oleh seseorang.

Selain itu masih menurut Penney Upton, identitas personal akan

membuat seseorang menunjukan dirinya berdasarkan pada atribut atau ciri

khas yang membedakan dengan orang lain dan hubungan antar pribadi

yang dimiliki. 21 Sedangkan, Identitas spiritual atau identitas agamis

berkaitan dengan keyakinan-keyakinan, sikap-sikap, praktik dan perilaku-

perilaku agamis yang berkaitan dengan moral dan etik suatu agama.22

Dennis McQuail berpendapat bahwasannya identitas juga

dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya seperti, kebangsaan, bahasa,

pekerjaan, etnis, agama, kepercayaan, gaya hidup, dan lain-lain.23 Identitas

memiliki pemahaman yang berbeda-beda, di Asia identitas dianggap

sebagai usaha individu yang didapatkannya dari hubungan interaksi

dengan kelompok dan anatar manusia lainnya. Dan bagi orang Yunani,

identitas akan dianggap sebagai suatu hal yang sifatnya pribadi dan

melihat dirinya berbeda dengan orang lain.24

20
Penney Upton. Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012), h. 195.
21
Sarlito W. Sarwono, et Al. Psikologi Sosial, h. 55.
22
Penney Upton. Psikologi Perkembangan, h.194.
23
Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Penerbit Salemba Humanika,
2010), h. 163.
24
Stephen W. Littlejohn, et, Al. Teori Komunikasi, (Jakarta: Penerbit Salemba Humanika,
2009), h. 130.
37

Namun menurut Ervin Goffman, individu menjadikan identitas diri

mereka hanya sebagai ilustrasi atas apa yang ingin dilihat oleh orang lain

atau masyarakat di luar sana, hanya dengan tujuan untuk mendapatkan

pengakuan sosial. Individu mengkonstruksikan apa yang ingin dilihat,

diekspektasikan dan diinginkan masyarakat atas dirinya sendiri setelah itu

mereka akan menampilkan diri (self performance) demi mendapatkan

pengakuan sosial yang terkadang berlainan dengan identitas sebenarnya

yang sudah ada pada diri mereka.25

Hecht menguraikan bahwa identitas memiliki dimensi yang

menghubungkan antara dimensi diri dengan dimensi yang digambarkan

dan keduanya dibagi menjadi beberapa tingkatan dalam

mengidentifikasikannya. Pertama, personal layer yaitu rasa “eksis” atau

“ada” dalam berbagai situasi yang melibatkan diri individu. Maksudnya,

individu dapat merasakan siapa dirinya dan seperti apa dirinya saat dalam

situasi tersebut, entah individu tersebut saat berada bersama teman ataupun

keluarganya. Kedua, enacment layer dimana tingkatan ini merupakan

pemahamaan dan pengetahuan orang lain mengenai diri individu sebagai

subjeknya. Orang lain akan memahami dan mengetahui identitas individu

berdasarkan atas tindakan, apa yang dilakukan, dimiliki maupun dipakai

oleh individu tersebut. Ketiga, relational atau hubungan dengan individu

lain. Interaksi yang dilakukan berdasarkan peran tertentu yang saling

mengikat. Dan terakhir, communal dimana pada tingkatan ini identitas

dibentuk berdasarkan pada kelompok atau budaya yang dimiliki oleh

25
Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber, (Jakarta: Kencana Media Grup, 2014), h.
142.
38

individu tersebut, dan individu menyesuaikan diri pada identitas yang

dibuat oleh kelompok, budaya atau komunitas tersebut.26

Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa hal yang mempengaruhi

identitas diantaranya adalah agama, kepercayaan dan gaya hidup.

Begitupun dengan agama islam yang memiliki ciri-ciri dalam

menampilkan identitasnya untuk membedakan dengan agama-agama lain.

Natsir bin Muhammad abu Laits As-Samarqandi dalam kitabnya Tanbihul

Ghaafiliin menyebutkan terdapat tujuh indikator yang dapat mencirikan

sebagai identitas seorang muslim, yaitu mengawali aktivitas dengan

membaca basmallah dan mengakhirinya dengan membaca hamdallah,

membaca istighfar ketika melakukan kekhilafan, mengucapkan insya

Allah ketika akan membuat janji atau suatu keputusan kepada orang lain

yang membutuhkan tanggung jawab, laa haula walaa kuwwata illaa

billaahil ‘aliyyil ‘adzim sebagai tanda ketawakalan kepada Allah, berdzikir

dan mengingat Allah, mengingat dan mempercayai bahwa segala sesuatu

yang berada di bumi hanya milik Allah dan suatu saat akan kembali

kepada-Nya.27

Syekh Abdurrahman As-Sudais yang merupakan Imam Masjidil

Haram Mekkah dalam ceramahnya mengatakan bahwa ada beberapa hal

penting yang dapat dilakukan demi mengokohkan identitas keislaman

seorang muslim dan muslimah diantaranya ialah menjalankan aqidah islam

yang benar karena aqidah merupakan landasan utama seorang muslim

26
Stephen W. Littlejohn, et, al. Teori Komunikasi, h. 131-132.
27
Al Faqih, Identitas Seorang Muslim,
http://artikelalfaqihwarsono.blogspot.co.id/2011/08/identitas-seorang-muslim.html diakses pada 11
Mei 2016. Pukul 22.29.
39

dalam melakukan perbuatannya. Lalu, asas pertengahan dan keadilan

maksudnya ialah hendaklah seorang yang beragama Islam menjadi

penengah dalam menegakan keadilan bukan menjadi kalangan yang

membuat perselisihan. Selanjutnya, menjaga dan menghidupkan Sunnah

Rasul. Kemudian, menjadikan Al-Qur’an sebagai panduan dalam

melakukan setiap perbuatan. Selain itu, ilmu. Menyelaraskan Ilmu dengan

Amal. Berdakwah, dan berakhlah islami.28

Bahruddin menyatakan bahwa kepribadian seorang muslim

mengacu pada struktur jasmani dan rohani yang akan bertahan apabila

berada dan selalu diarahkan pada bingkai fitrah yang dimiliki, yaitu

dimana manusia sudah memfungsikan beberapa dimensi di dalam dirinya

seperti, al-ruh, al- qalb, al-nafsu, dan al-jism. 29 Keseimbangan akan

kepribadian muslim tampak terlihat dari penampilan jasmani, ruhani dan

lingkungannya, maka dari itu terdapat ciri fisik yang dapat membedakan

identitas seorang muslim atau Muslimah dengan non-muslim salah satunya

ialah pakaian yang dikenakan.30

Dalam hadits riwayat Abu Dawud, Rosulullah pernah bersabda:

‫َم ْن تَ َشبَّهَ بِقَوْ ٍم فَه َُو ِم ْنهُم‬

“Barangsiapa menyerupai (meniru-niru) tingkah-laku suatu kaum


maka dia tergolong dari mereka.” 31

28
Forum tarbiyah IIUM. Mengokohkan Identitas Keislaman.
Kliktarbiyah.blogspot.com/2011/04/mengokohkan-identitas-keislaman.html?m=1 diakses pada 9
Mei 2016. Pukul 23.14.
29
Bahruddin, Paradigma Psikologi Islam, (Yogyakarta: Penata Aksara, 2007), h. 287,
364, 380.
30
Armawati Arbi. Psikologi Komunikasi dan Tabligh. (Jakarta: Penerbit Amzah.2012).
h. 157.
31
Yhouga Pratama https://muslim.or.id/22750-fatwa-ulama-batasan-dalam-menyerupai-
orang-kafir.html diakses pada tanggal 31 Mei 2016 pukul 13.10
40

C. Adab Berpakaian Bagi Wanita Dalam Islam

Islam memberikan pedoman dalam berbagai hal dalam Al-quran

dan hadits, salah satunya ialah pedoman dalam berbusana. Tentu saja

busana merupakan salah satu petunjuk yang membedakan identitas orang

muslim dengan non-muslim. Busana dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) ialah pakaian. 32 kain penutup yang dapat melindungi

tubuh dari sinar matahari, binatang ataupun digunakan untuk

mempercantik diri.

Dijabarkan oleh Nina Surtiretna dalam bukunya yang berjudul

Anggun Berjilbab, Pakaian Wanita Muslimah bahwa busana merupakan

suatu benda yang melekat di badan seperti baju, celana, kain yang

menutupi tubuh. Busana juga berupa semua benda yang gunanya untuk

melengkapi pakaian bagi si pengguna, seperti topi, ikat pinggang dan

sarung kaki atau tangan. Selain itu busana juga berupa segala sesuatu yang

berguna untuk mempercantik dan memberikan keindahan, seperti

perhiasan dan juga aksesoris.33

Dalam artian sederhana busana dapat dikatan sebagai sesuatu yang

melekat pada diri seseorang yang berguna untuk melindungi diri juga

tubuhnya dan melekat dari ujung kepala hingga ujung kaki. Sebenarnya

kewajiban memakai pakaian muslimah tidak hanya sebagai penutup aurat,

tetapi juga memiliki manfaat lainnya yaitu terhindar dari panas matahari

yang menyengat dan debu juga kotoran. Selain itu, busana muslimah

32
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia; Edisi Kedua, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h.160.
33
Nina Surtiretna et, Al. Anggun Berjilbab, Pakaian Wanita Muslimah, (Bandung:
Mizan, 1995), h. 27-28.
41

menghindari dari berbagai kejahilan dan fitnah yang memungkinkan akan

terjadi, namun yang terpenting pemakaian busana msulimah memberikan

identitas fisik kepada kita sebagai perempuan muslimah.34

           

           
Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu
supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di
ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.35
Busana atau pakaian selain digunakan sebagai pelindung tubuh, ia

juga digunakan sebagai alat komunikasi non verbal karena dalam pakaian

atau busana yang dipakai oleh seseorang mengandung banyak simbol yang

bersifat multi-makna. Seperti yang diketahui dalam pembahasan mengenai

identitas, bahwa identitas seorang muslim atau muslimah dilihat dari

akhlak yang mereka miliki. Akad dalam berapakaian merupakan salah satu

dari bagian akhlak seorang muslim dan muslimah. Jilbab ialah sejenis baju

kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada. Terdapat

aturan yang tercantum baik dalam al-Quran maupun hadist mengenai akad

berpakaian bagi wanita-wanita muslimah. menurut Ibrahim Muhammad

Al-Jamal dalam bukunya, Fiqh Wanita, mengatakan bahwa seorang

muslimah dalam berbusana hendaknya memperhatikan adab atau

aturannya, Diantaranya sebagai berikut: 36

34
Indria Rusman Dani, Pintar Membuat Abaya, (Jakarta: Qultum Media, 2009), h. 3.
35
Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya, Al- Ahzab: 59.
36
Ibrahim Muhammad Al-Jamal, Fiqh Wanita, (Bandung: Gema Insani Press, 2002), h.
130.
42

a. Menutupi seluruh tubuh (aurat) selain wajah dan kedua telapak

tangan.

Menggunakan pakaian hijab atau dapat dikatakan sebagai

pakaian yang menyembunyikan aurat, tersurat dalam arti hijab

yang artinya bersembunyi dari penglihatan. 37 Aurat merupakan

bagian tubuh manusia yang tidak boleh dibuka dan dilihat oleh

orang lain. Batasan aurat laki-laki antara pusar sampai lutut,

sedangkan perempuan adalah semua anggota tubuh kecuali muka

dan telapak tangan.

           

         


“Hai anak Adam, Sesungguhnya kami Telah menurunkan
kepadamu Pakaian untuk menutup auratmu dan Pakaian indah
untuk perhiasan. dan Pakaian takwa. Itulah yang paling baik. yang
demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah,
Mudah-mudahan mereka selalu ingat. 38(Al-Araf:26)
Seorang perempuan tidak dilarang untuk menjadi cantik

dengan busana yang digunakannya, namun di dalam Islam ada

batasan bahwa busana yang dikenakan haruslah tidak merangsang

lawan jenis. Dan penggunaan jilbab untuk menutupi kepala kecuali

wajah merupakan salah satu contoh anjuran mengenai busana

penutup aurat, bahkan dianjurkan untuk menjulurkannya hingga ke

dada agar tidak menampakan lekuk tubuh.

37
Fatimah Mernissi, Wanita di dalam Islam:,terj, Yeziar Redianti (Bandung: Pusaka,
1991), h. 118.
38
Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahannya, Al- Araf: 26.
43

        

            

          

           

            

           

           


“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah
mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak
dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung
kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali
kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka,
atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau
Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara
lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka,
atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki,
atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang
aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar
diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah
kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman
supaya kamu beruntung.39
Seorang perempuan terlihat dan dipandang terhormat, mulia

dan cerdas dan diangkat derajatnya. Karena sesungguhnya wanita-

wanita hanya dianjurkan untuk memamerkan perhiasan mereka

kepada suami dan keluarganya saja. hal itu bertujan agar tidak

terjadi hal-hal yang tidak diinginkan40

b. Sederhana dalam berpakaian dan berhias

39
Departemen Agama Ri, Al-Qur-an dan Terjemahnnya, An-Nuur: 31.
40
Farid L. Ibrahim, Perempuan dan Jilbab, (Jakarta: Mitra Aksara Panaitan, 2011), h.24.
44

Keserasian atau keseimbangan dalam berpakaian dan

berhias bagi kaum wanita bertujuan agar menjauhi dari pemicu-

pemicu terjadinya fitnah. Muslimah wajib berpegangan pada

perhiasan lahir seperti pewarna tangan, celak mata dan sedikit

wewangian baik di dalam ataupun di luar rumah. 41 Tidak

berlebihan dalam berpakaian bagi wanita ialah tidak menarik

peratian bagi lawan jenis dan tidak juga membangkitkan syahwat

lawan jenis (tabarruj). 42

c. Tidak tipis menerawang sehingga warna kulit masih bisa terlihat.

Dari abdullah bin umar r.a, dia menceritakan , aku pernah

mendengar rasulallah saw bersbda:

“Pada akhir umatku nanti akan ada beberapa orang laki-


laki yang menaiki pelana, mereka singgah di beberapa pintu
masjid yang wanita-wanita mereka berpakaian tetepi seperti
telanjang, diatas kepala mereka terdapat sesuatu seperti punuk
unta yang miring. Laknat mereka, karena mereka semua
terlaknat.” (HR. Ibnu Hibban).43

d. Dikenal oleh masyarakat Islam

Orang Islam dianjurkan untuk menggunakan pakaian yang

dikenal oleh orang islam lainnya, dengan tidak mengenakan

pakaian yang menyimpang dari pakaian masyarakat islam dengan

masud menarik perhatian dan menjadi populer. Namun, apabila ada

dorongan atas suatu kepentingan baik yang menjadi keperluan dan

tidak bertentangan dengan syariat islam maka mengenakan pakaian

41
Abdul Halim Abu Syuqqoh, “Kebebasan Wanita”, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997),
h. 333.
42
Abdul Halim Abu Syuqqoh, Kebebasan Wanita, h. 342.
43
Ibrahim Muhammad Al-Jamal, Fiqh Wanita, h. 660.
45

yang berbeda dengan kebiasaan manusia, tidak dilarang. 44 Seperti

yang terdapat dalam hadist berikut:

Abdullah bin Umar berkata, Rasulallah bersabda:

“Barangsiapa yang memakai pakaian kemahsyuran di


dunia, maka Allaha akan memakaikan kepdanya pakaian kehinaan
pada hari kiamat, kemudian dinyalakan untuknya api
neraka.”45(HR. Abu Dawud)

e. Tidak menyerupai pakaian lelaki bagi wanita dan bagi lelaki tidak

menyerupai pakaian wanita

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, beliau


berkata : " Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-
laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-
laki".46 (HR. Bukhari)

Dan di dalam lafazh yang lain:


"Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki
yang berperilaku layaknya wanita dan wanita yang berperilaku
layaknya laki-laki. Dan berkata keluarkanlah mereka dari rumah-
rumah kalian.”47

Penyerupaan tersebut bisa dalam artian gaya berpakaian,

gaya berbicara dan gaya berjalan. Dan apabila penyerupaan gaya

berpakaian tersebut sesuai dengan idola atau orang lain, terdapat

hadist yang juga meriwayatkan bahwa:

“Ibnu Hajar bekata : “ Adapun seseorang yang


penyerupaan tersebut merupakan sifat aslinya maka ia hanya
diperintahkan agar berupaya meninggalkan sifat tersebut dan
membiasakan untuk meninggalkan kebiasaannya itu secara
bertahap, apabila dia tidak melaksanakannya dan terus menerus
bersifat seperti itu maka dia masuk ke dalam celaan, terlebih lagi
apabila nampak darinya apa yang menunjukkan akan keridhaan

44
Abdul Halim Abu Syuqqoh, Kebebasan Wanita, h. 372.
45
Shahih sunan abu dawud, kitab al-libas, bab fi labsisi-syuhrah, hadits nomor 3399.
46
Abdul Halim Abu Syuqqoh, Kebebasan Wanita, h. 373.
47
HR. Al-Bukhari (5885) (5886) Ahmad (1983) At-Tirmidzi (2783) Abu Daud (4097)
Ibnu Majah (1904) dan Ad-Darimi (2649). (al bukhari, kitab al-libas, bab al mutasyabbihina bin
Nisa’ wal mutasyabbihati bir Rijal, juz 12, h. 452.
46

akan sifat tersebut. Hal ini merupakan perkara yang jelas dari
lafazh Al-Mutasyabbihin”

Menyerupai dalam hal ini, bahwa pada tiap negeri terdapat

perbedaan dalam tradisi yang dijalaninya, kadang pakaian yang

dikenakan oleh wanita sedikit atau bahkan tidak memiliki

perbedaan dengan kaum laki-laki. Tetapi kaum wanitanya tetap

berhijab dan menutup tubuh mereka. Penggunaan hijab dan

penutup tubuh inilah yang dapat membedakan mereka dengan

kaum lelaki. 48

f. Berbeda dengan pakaian wanita kafir

Abdullah bin umar bin abi al ash berkata, “rasulallah saw


melihat aku mengenakan dua pakaian yang keduanya bercelup
kuning. Maka beliau berkata, “seseungguhnya ini termasuk
pakaian orang-orang kafir, maka janganlah engkau
49
memakainya.” (HR. Muslim)

Dalam hadits ini memberikan nabi memberikan peringatan

untuk menjauhi hal yang akan menyamakan umat islam dari kaum

kafir, karena persamaan lahir akan memungkinkan untuk

menjadikan orang yang menyerupai orang kafir tersebut melakukan

penyimpangan akidah dan merusak akhlak orang tersebut.50

Hikmah membedakan dengan pakaian wanita-wanita kafir

menurut Abdul Halim Abu Syuqqoh ialah agar muslimah menjauhi

segala hal yang memungkinkan terjadinya persamaan lahir yang

akan menjadikan seorang muslim menyerap akidah dan akhlak

yang menyimpang dari diri orang yang diserupai olehnya. Dalam

48
Abdul Halim Abu Syuqqoh, Kebebasan Wanita, h. 376.
49
Abdul Halim Abu Syuqqoh, Kebebasan Wanita, h. 378-379.
50
Ibrahim Muhammad Al-Jamal, Fiqh Wanita, h. 660.
47

hal ini berupa keadaan umum muslimah yang bila dilihat

menyerupai orang kafir dalam hal berpakaian.51

D. Cosplay Dan Model Cosplay

Cosplay atau singkatan dari costum player dalam bahasa Jepang

disebut dengan kosupure merupakan seni penampilan dan berperan dengan

kostum dan aksesoris yang terkonstruksi dari berbagai budaya populer

seperti manga (komik), anime (kartun), game dan juga dapat berasal dari

berbagai tokoh fiksi. Cosplay biasanya mengidentifikasi diri mereka

dengan karakter-karakter fiksi melalui pakaian atau penampilan yang

berbeda dengan orang kebanyakan.52

Pakaian yang dikenakan oleh cosplayer, sebutan untuk orang yang

melakukan cosplay, biasanya dilengkapi dengan aksesoris-aksesoris

pendukung juga pakaian-pakaian yang sama seperti tokoh fiksi yang

sedang diperankannya. Akesoris yang dipakai dapat berupa wig, bahkan

ditambahkan dengan aksesoris tambahan seperti pedang, panah, tongkat,

topeng dan lain-lain, sesuai dengan tokoh yang sedang diperankannya.

Seorang cosplayer selain berpakaian sesuai dengan karakter yang

diperankan, mereka juga merias wajah mereka semirip mungkin dengan

karakter tersebut, bertingkah laku dan beradegan sesuai dengan ciri khas

karakter yang mereka jadikan role model.Di Indonesia, cosplay mulai

muncul dan dikenal sekitar tahun 2004 saat diadakannya acara festival

Jepang. Hal itu pun bermula dari kota besar seperti Jakarta, lalu mulai

51
Abdul Halim Abu Syuqqoh, Kebebasan Wanita, h. 380.
52
Noviy Hasanah dan Meirisyah Eldinah, Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan
Budaya; Profil Tiga Cosplayer pada Komunitas Sebagai Pembentuk Identitas Diri Remaja.
(Program Studi Pendidikan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, 2015), h.
82.
48

menyebar luas dan di kenal luas oleh masyarakat di kota-kota besar

lainnya, seperti Bandung dan Surabaya. 53 Cosplayer biasa ditemui pada

acara-acara Jepang atau J-Fest (Japan Festival) yang sudah tersebar hampir

di banyak kota besar di Indonesia. Bahkan acara-acara Jepang di Indonesia

khususnya Jakarta intensitasnya lumayan banyak, sebagai ajang para

cosplayer menyalurkan hobi dan kreativitas diri mereka. Festival tersebut

diadakan oleh instansi sekelas perkumpulan orang-orang Jepang yang

menetap di Indonesia, maupun kedutaan besar Jepang, bahkan banyak juga

universitas-universitas yang memiliki jurusan Sastra Jepang dan Sekolah

Menengah. Beberapa festival Jepang yang sudah terkenal dan banyak di

datangi oleh cosplayer diantaranya ialah Jakarta-Japan Matsuri (JJM),

CLAS:H, Gelar Jepang UI (GJUI), Hellofest, Ennichisai Blok M,

Harumatsuri UHAMKA, Jiyuu Matsuri UNJ dan masih banyak lagi.

Bahkan sekarang ini sudah banyak Sekolah Menengah Pertama yang

mengadakan Festival Jepang dan tidak terlepas dari keberadaan cosplay di

dalamnya.

Pada awalnya cosplay bukan dicetuskan oleh orang-orang Jepang,

melainkan oleh orang Amerika pada sekitar tahun 1960-an. Hal ini terjadi

karena banyaknya fiksi ilmiah yang menjadi sorotan oleh orang Amerika,

seperti star trek. Dimana dengan hadir dan banyaknya fiksi ilmiah tersebut

diadakanlah sebuah konvensi mengenai fiksi ilmiah yang menghruskan

setiap orang yang datang mengenakan kostum seperti karakter fiksi

53
Antar Venus dan Lucky Helmi, Budaya Populer Jepang di Indonesia: Catatan Studi
Fenomenologis Tentang Konsep Diri Anggota Cosplay Party Bandung. (Jurnal Aspikom:
Universitas Padjajaran, 2010), h. 74.
49

mereka. Selanjutnya, pada sekitar tahun 1970-an tradisi memakai kostum

ini pun masuk ke Jepang dengan diadakannya konvensi fiksi ilmiah tahun

1978 di Ashinoko, Prefektur Kanagawa dalam acara pesta topeng Nihon

SF Taikai ke-17.54

Seorang kritikus fiski ilmiah Mari Kotani yang saat dalam

konvensi fiksi ilmiah berkostum seperti tokoh dalam gambar sampul

cerita“A Fighting Man of Mars” karya Edgar Rice Burroughs, disalah

artikan oleh orang-orang yang melihatnya sebagai tokoh manga “Triton off

the Sea” karya Osamu Tezuka. Sehingga banyak media menyatakan

bahwa saat itulah pertama kalinya tokoh manga (komik Jepang) pertama

kali di cosplay kan.55 Setelahnya banyak cosplay-cosplay dengan tokoh-

tokoh manga (komik) maupun anime dan game yang bermunculan.

Pemilihan karakter-karakter yang bermacam-macam juga didukung

dengan industri kreatif dunia, terutama Jepang yang sangat pesat dan

mendunia sehingga memberikan banyak pilihan bagi cosplayer untuk

menentukan tokoh yang akan diperankannya.

Hijab Cosplay baru muncul di Indonesia dimulai sekitar tahun

2012. Hijab cosplay merupakan modifikasi dari cosplay konvesional yang

sudah umum ada. Namun, pada hijab cosplay pakaian dari karakter fiksi

yang mereka kenakan mengalami modifikasi dari segi penggunaan wig

yang diganti dengan hijab bagi para wanita dan modifikasi pada kostum

54
Cosplay Bukan Sekedar Pakai Kostum, http://www.loop.co.id/articles/cosplay-bukan-
sekedar-pakai-kostum (LOOP KITA - Posted by on 2015-09-17) diakses pada 12 Mei 2016. Pukul
00.57.
55
Noviy Hasanah dan Meirisyah Eldinah, Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan
Budaya; Profil Tiga Cosplayer pada Komunitas Sebagai Pembentuk Identitas Diri Remaja.
(Program Studi Pendidikan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, 2015), h.
81-83.
50

lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan para cosplayer dalam menurut

aurat dan tetap pada etika berbusana dalam Islam.56 Cara yang dilakakukan

oleh hijab cosplayer untuk menutup aurat saat bercosplay bermacam-

macam. Salah satunya ialah dengan memanjangkan kostum yang

seharusnya pendek tanpa menghilangkan sifat karakter aslinya.

Terdapat berbagai jenis cosplay yang dikenal secara umum dan

banyak dilihat saat acara-acara Jepang diadakan, diantaranya:

1. Cosplay Japanese Star, yang dibagi menjadi dua yaitu J-Pop dan J-

Rock, pada cosplay jenis ini cosplayer selaku orang yang

menggunakan kostum dan berperan meniru Japanese Star baik

yang termasuk dalam Band Jepang ataupun artis.

Gambar 2.1 Hatsune Miku, Japan Idol Star57

2. Cosplay Anime, yaitu cosplay yang terinspirasi dari anime (kartun

Jepang), baik dari segi kostum dan aksesoris yang dipakai, maupun

karakter yang didalami.

56
Fidy Ramzielah F, Komunitas Hijab Cosplay Gallery: Representasi Komunitas
Subkultur Virtual di Indonesia, (S2 Kajian Sastra dan Budaya, Universitas Airlangga Surabaya), h.
68.
57
Animesecret.org diakses pada tanggal 7 Oktober 2016, pukul 21.33 WIB.
51

Gambar 2.2 Shinoa dan Mitsuba dalam anime Owari No Seraph

3. Cross play atau bisa disebut juga cross dress. Pada cosplay jenis

ini, cosplayer laki-laki berdandan seperti perempuan dan

sebaliknya

Gambar 2.3 cross dress dari anime Bleach

4. Cosplay Original, yaitu jenis cosplay yang lebih bebas dalam

menentukan kostum yang akan dipakai dan karakter yang

dicosplaykan. Pada cosplay original, cosplayer dapat memodifikasi

dan memadupadankan kostum yang dipakainya dengan ciri utama

berdasarkan pada aliran tertentu. Misalnya gothic, lolita, atau

harajuku style
52

Gambar 2.4 Harajuku style58

5. Tokusatsu, jenis cosplay yang meniru superhero Jepang, seperti

power ranger, gundam, mask rider dan sebagainya. Namun, tidak

menutup kemungkinan cosplayer yang menggunakan kostum

superhero asli negera mereka. Misal, Indonesia dengan Gatot

Kaca.59

Gambar 2.5 tokusatsu atau superhero fiksi dari Jepang

58
s-media-cache-ak0.pinimg.com diakses pada tanggal 7 Oktober 2016, pukul 21.37
WIB.
59
Antar Venus dan Lucky Helmi, Budaya Populer Jepang di Indonesia: Catatan Studi
Fenomenologis Tentang Konsep Diri Anggota Cosplay Party Bandung. (Jurnal Aspikom:
Universitas Padjajaran, 2010), h. 74.
BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Islamic Otaku Community (IOC)

IOC atau singkatan dari Islamic Otaku Community adalah sebuah

wadah untuk para penggemar hal-hal yang berhubungan dengan Jepang,

namun disajikan dengan nilai-nilai keislaman di dalamnya. Kemunculan

komunitas hobi berbasis Islam ini, tentunya berdasarkan pada perkembangan

budaya-budaya pop Jepang yang semakin tumbuh di masyarakat.

Latar belakang terbentuknya Islamic Otaku Community dikarenakan

semakin mengakarnya budaya pop Jepang yang masuk ke Indonesia dan

mempengaruhi perilaku juga gaya hidup terutama pada remaja. Indonesia

yang memiliki penduduk islam sebagai mayoritas, menjadi tantangan

tersendiri terutama bagi remaja-remajaMuslimah yang kian banyak

mengadopsi budaya dari luar.

Komunitas-komunitas hobi yang berhubungan dengan Jepang

tentunya sudah banyak bermunculan, stigma mengenai komunitas penyuka

dan hobi Jepang tidak sedikit mendapatakan pandangan negatif yang

mengatakan tentang ke-hedonisan padara anggotanya. Islamic Otaku

Community berupaya membuat sebuah wadah bagi remaja Muslimah yang

juga menyukai budaya pop Jepang, namun tetap mempertahankan dan tidak

meninggalkan identitas mereka sebagai seorang Muslimah. Islamic Otaku

Community beusaha menggabungkan keduanya, dimana “otaku” (sebutan

untuk orang-orang yang menyukai hal tertentu seperti, game, anime, manga,

cosplay) tetap bisa memiliki wadah yang tepat untuk mengapresiasikan

53
54

dirinya juga memberikannya ruang menyalurkan hobi dengan tetap

mempertahankan identitas mereka sebagai seorang Muslimah.1

Islamic Otaku Community beranggapan bahwa dakwah dan syiar

Islam tidak melulu dibalik mimbar ataupun di dalam masjid, tetapi mereka

memanfaatkan globalisasi yang tidak dapat dihentikan dengan masuknya

budaya dari luar untuk menjadi senjata ampuh dalam menyebarkan dakwah

dengan cara yang lebih kreatif dan inovatif. Masuknya budaya pop Jepang,

seperti manga (komik), anime (kartun), dan Japan Style, dimodifikasi

kedalam kultur-kultur Islam seperti yang sekarang sudah banyak

bermunculan. Contohnya, islamic manga (komik Islam), islamic Japanase

style (gaya berpakaian yang memadu padankan antara gaya Jepang namun

tidak menyalahi aturan berpakaian secara Islami) dan tentu saja Hijab

Cosplay (costum Player , namun tetap memepertahankan identitas mereka

sebagai Muslimah).2

Islamic Otaku Community sudah memiliki beberapa cabang di

antaranya, Jakarta, Depok, Lampung, Bekasi, Bogor, Bandung, Jawa Tengah,

Jogja dan Jawa Timur. Beberapa di antaranya bertempat dalam instansi

pendidikan seperti IOC episode UIN Jakarta, IOC episode UHAMKA dan

IOC episode MAN 6. 3

IOC episode UIN Syarif Hidayatullah Jakarta resmi terbentuk pada

tanggal 20 Mei 2015, dilatar belakangi dengan cukup bayakanya mahasiswa-

1
Islamicotaku.co.id/profile diakses pada tanggal 31 Juni 2016, pukul 19.43 WIB
www.islamicotaku.com.
2
Sekilas Tentang Islamic Otaku Community.
http://www.islamicotaku.com/2015/03/sekilas-tentang-islamic-otaku-community.html diakses
pada 14 Mei 2016.
3
Islamic Otaku Community Profile, dokumen pribadi komunitas.
55

mahasiwi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menyukai budaya pop

Jepang, terutama dibidang seni kostum atau COSPLAY. Banyaknya event

Jepang yang diadakan dari berbagai kalangan dan besarnya minat mahasiswa

UIN Jakarta untuk menghadiri acara-acara Jepang tersebut, maka tercetuslah

pikiran untuk membuat IOC episode UIN Jakarta yang tujuan awalnya hanya

sebagai teman berangkat ke acara bernuansa Jepang. Sebutan untuk episode

diberikan untuk grup-grup IOC yang tidak berada di daerah-daerah,

melainkan di instansi pendidikan, salah satunya ialah episode UIN Jakarta.4

Karena pada dasarnya kata otaku di negara asalnya bermakna negatif.

IOC menjadikan Komunitas otaku yang memiliki ciri khas yang bernilaikan

Islam di dalamnya dan menjadikan nilai Islam sebagai sifat yang harus

dijunjung oleh setiap anggotanya.5

Islamic Otaku Community ingin memberikan gambaran bahwasannya

Islam merupakan agama yang universal, dimana setiap bidang kehidupan

dapat dimasukinya. baik dalam bidang keilmuan (ekonomi, sosial, politik,

hukum, dan sebagainya), maupun dalam bidang kesenian dan hobi. Juga

gambaran pembuktian mengenai hijab bukan sebuah penghalang seorang

Muslimah untuk bertindak kreatif dan penghambat dalam melakukan hobi

mereka.

4
Wawancara Pribadi dengan Wakil Ketua Islamic Otaku Community, Zia. Pada tanggal 27
Juli 2016 di UIN Jakarta.
5
Akulturasi Islam dan Jepang dalam IOC | LPMINSTITUT.COM - UIN JAKARTA diakses
pada 12 Juli 2106, pukul 11.26.
56

B. Visi dan Misi

1. Visi

“Menikmati Hobi Tanpa Melupakan Kewajiban Agama Sebagai Yang

Utama”.

2. Misi

Komunitas otaku yang menanamkan nilai-nilai islam,

menyesuaikan hobi dengan syariat islam. Juga menjaga karakter Islam

dalam setiap kegiatannya.6

C. Program –Program

1. Program Jangka Panjang

Karena pada dasarnya IOC episode UIN merupakan cabang dari

Islamic Otaku Community, maka program jangka panjang yang dimiliki

Islamic Otaku Community episode UIN mengikuti IOC wadah utamanya,

di antara program-program jangka panjang yang dimilikinya. Yaitu:

a. Islamic Mangaka Indonesia

Kegiatan ini ditujukan untuk para anggota IOC yang hobi

menggambar, dan bertujuan untuk menciptakan mangaka-mangaka

(komikus) Muslim yang dapat bersaing dengan komikus lainnya.

b. IOC Cosmaker

Wadah yang dieberikan oleh IOC untuk para anggotanya yang

memiliki keterampilan dan keratifitas dalam bidang pembuatan

kostum dan Armor (senjata) untuk cosplay. Divisi ini menjadi salah

6
Islamic Otaku Community Profile, dokumen pribadi komunitas.
57

satu bisnis yang menjadi sumber penghasilan bagi kerator maupun

IOC.

c. IOC Merchandizer

Salah satu yang juga menjadi sumber pendapatan untuk IOC

karena merupakan bagian dari divisi bisnis seperti IOC cosmaker.

Dimana pada IOC merchandizer menjual berbagai merrchandise

anime (kartun), manga (komik) dan merchandise official Islamic

Otaku. Seperti kaos, Pin, mug dan lain sebagainya.

d. IOC Writing

IOC writing ditujukan untuk para member (anggota) IOC yang

gemar menulis. Hasil dari tulisan para anggota dapat dilihat dan

dibaca pada web resmi Islamic Otaku Community. Dengan

berbagai tema yang menarik tiap minggunya.

e. IOC Akhwat

IOC memberikan wadah bagi para akhwat yang menjadi

anggotanya untuk mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan

perempuan, juga mengadakan workshop kegiatan untuk

perempuan.

f. IOC Berbakti

Merupakan kegiatan sosila yang diadakan oleh IOC. Hal ini

bertujuan untuk membuktikan bahwa IOC tidak hanya

memprioritaskan hobi saja tetapi juga memberikan perhatian lebih

pada hal agama dan lingkungannya. 7

7
Islamic Otaku Community Profile. Dokumen milik Komunitas. h. 8-9
58

Selain yang di atas IOC berupaya memiliki butik yang menjual

kostum-kostum untuk coser (orang yang melakukan cosplay), baju dengan

tema Japanese Style dan harajuku namun tetap dengan prinsip modifikasi

dalam mode syar’i, dengan harapan orang Muslimah yang menyukai hobi

semacam ini tidak lagi kesulitan untuk mendapatkan kostum yang mereka

inginkan namn tetap syar’i.

2. Program Jangka Pendek

Islamic Otaku Community juga memiliki program bakti sosial

dengan memebagi-bagikan hijab dan mengajarkan macam-macam cara

memanfaatkan hijab syar’i. Selain itu untuk per episode cabang, terutama

pada cabang UIN Jakarta, diadakan kuis pada tiap malam minggu oleh

admin media sosial per cahpter atau episode. Dan pada malam selasa

diadakan sharing pengetahuan tentang Jepang, baik berupa sejarah,

bahasa, budaya, anime, manga, dan lain sebagainya.8

D. Kegiatan Islamic Otaku Community Periode 2015-2016

Tabel 3.1
Kegiatan IOC episode UIN periode 2015-20169

Nama Kegiatan Waktu


Project Cosplay Team Tokyo Ghoul September 2015
di Jakarta-japan Matsuri
Bakti sosial membagikan hijab di 14 februari 2016
Monas dan Bundaran HI
Buka Puasa bersama antar Juni 2015
Komunitas Jepang UIN Jakarta 2015
Cosplay team Tokyo Ghoul di Jiyuu November 2016
Matsuri, UNJ pada

8
Wawancara dengan wakil ketua 2 IOC episode UIN, Roma Febrianto, Pada tanggal 27 Juli
2016 di UIN Jakarta.
9
Wawancara dengan Wakil Ketua 1 IOC Episode UIN Jakarta, Zia. Pada tanggal 27 Juli
2016 di UIN Jakarta.
59

Gathering akbar IOC UIN Jakarta 31 Oktober 2015


Event Cosplay team Tokyo Ghoul di Januari 2016
Bintaro Xchange
Media partner pada event Sekolah Januari 2016
Alam Bintaro
Cosplay Owari No Seraph di Mei 2016
Ennichisai Blok M
1st anniversary IOC episode UIN 20 Mei 2016
Jakarta
Buka puasa bersama IOC episode Juli 2016
UIN Jakarta
Event Cosplay International Culture Mei 2015
Festival di SC UIN Jakarta
Gathering Event Psikologi UIN Agustus 2015
Jakarta
Open recruitment anggota baru September- Oktober 2015
FISIP Cmmunity EXPO Oktober 2015
Narasumber RDK FM September 2015
Narasumber DNK TV April 2015
Pawai bersama No Tobacco April 2016
Community
Pawai bersama dalam acara IC Fest 31 Agustus 2016
UIN Jakarta
Cosplay Project dalam acara BEM-U 6 September 2016
bersama Sing Out Asia
Kegiatan Origami 15 September 2016
Cosplay Perform acara penutupan IC 17 Sepptember 2016
Fest

Gambar 3.1Project Cosplay Tokyo Ghoul10

10
Dokumentasi Pribadi Anggota Islamic Otaku Community
60

Gambar 3.2 Cosplay Owari No Seraph, IOC episode UIN Jakarta11

Gambar 3.3 Cosplayer IOC episode UIN dalam IC Fest12

Gambar 3.4 cosplay tokyo Ghoul pada Hello fest 201513

11
Dokumentasi Pribadi Peneliti Photo Session Owari No Seraph Cosplay
12
Akulturasi Islam dan Jepang dalam IOC | LPMINSTITUT.COM - UIN JAKARTA diakses
pada 12 Juli 2106, pukul 11.26.
13
Dokumentasi Pribadi Anggota Islamic Otaku Community
61

Gambar. 3.5 Gathering IOC pada Acara di Psikologi UIN Jakarta14

Kegiatan rutin yang dilakukan oleh IOC episode UIN Jakarta untuk

tetap menjaga komunikasi dan silaturahimi antar anggota, diantaranya:

a. Re-Gath atau kumpul bersama yang dilakukan oleh anggota IOC

episode UIN setelah masa liburan semester

b. Gathering bulanan yang diadakan untuk membahas project penting

untuk rencana selanjutnya

c. Gathering mingguan, bertujuan untuk diskusi dan saling menukar

informasi mengenai ke-Jepangan. Juga saling bertukar anime, dan

sebagainya.15

E. Peraturan Islamic Otaku Community

Islamic Otaku Community memiliki peraturan yang menggharuskan

para anggotanya untuk mematuhinya selama menjadi member, diantaranya:

1. Member diwajibkan menjaga kedamaian di Islamic Otaku community

2. Wajib menjaga perkataan, tidak mengganggu lawan jenis

3. Dilarang melakukan penghinaan dan pertengkaran sesama member di

lingkungan internal Islamic Otaku Community

14
IslamicOtaku.com diakses pada 12 Juni 2016
15
Wawancara dengan wakil ketua 1 IOC episode UIN Jakarta, Zia
62

4. Dilarang keras membahasa dan menyebarkan pornografi ataupun yang

menjurus pada pornografi

5. Tidak memanggil member lain dengan nama yang tidak diridhainya.

Apalagi dengan istilah mengejek.

6. Semua kegiatan resmi (rombongan event/ gathering/ project/

pembukaan cabang baru/ cosplay) diumumkan oleh para admin

Islamic Otaku Community

7. Cosplay Islamic Otaku adalah cosplay yang memenuhi syarat desain

khusus cosplay islamic otaku

8. Member dilarang menyentuh member lawan jenis

9. Member yang melanggar peraturan-peraturan diatas akan dikenai

perringatan, phingga tidak diterima lagi dalam Islamic Otaku

Community.16

16
Islamic Otaku Community Profile. Dokumen milik Komunitas. H. 15
63

F. Struktur Kepengurusan Islamic Otaku Community

Gambar 3.6 Struktur Kepengurusan Islamic Otaku Community17

17
Dokumen Komunitas Islamic Otaku Community
64

G. Struktur Inti Kepengurusan IOC Episode UIN Jakarta

KETUA/ CAPTAIN

ISTIANA

WAKIL KETUA 1 WAKIL KETUA 2

ZIA ROMA

SEKRETARIS BENDAHARA

ZIA SUCI
Gambar 3.7 Struktur Kepengurusan Inti Islamic Otaku Community Episode UIN
Jakarta 18
Islamic Otaku Community menyematkan panggilan Captain sebagai

pengganti panggilan ketua pada IOC episode UIN Jakarta. IOC episode UIN

Jakarta sendiri di ketuai oleh Istiana atau yang biasa dikenal dengan panggilan

Isma. Kestrukturan IOC episode UIN Jakarta memiliki dua wakil captain atau dua

wakil ketua, yaitu Zia sebagai wakil captain 1 dan Roma sebagai wakil captain 2.

Selain sebagai wakil ketua, Zia juga merangkap sebagai sekretaris, ditambah

dengan Suci sebagai bendahara yang mengatur keuangan IOC episode UIN

Jakarta.

18
Dokumen Komunitas Islamic Otaku Community
BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS

A. Konsep Diri Anggota Islamic Otaku Community (Ioc) Episode UIN

Jakarta

1. Latar Belakang Subjek Focus Group Discussion (FGD)

a. Zuhroh Annada atau biasa dipanggil dengan nama Nada, mahasiswi

semester 9 Fakultas Syariah dan Hukum, Jurusan Perbankan Syariah.

Kesibukan yang sedang digeluti Nada selain menyusun tugas akhir

atau skripsi ia juga masih aktif dalam kegiatan IOC dan berhijab

cosplay. Usianya saat ini menginjak 21 tahun. Ia memiliki hobi

menggambar dan membuat doodle. Anak kedua dari tiga bersaudara

ini paling dekat dengan kakak pertamanya yang juga sesama

perempuan. Saat ini Nada tinggal di Depok bersama keluarganya.

Dengan Ayah dan Ibu yang asli keturunan Jawa.

b. Nabilah Sumayyah, berusia 19 tahun. Mahasiswi fakultas Adab dan

Humaniora, jurusan Ilmu Perpusatakaan ini biasa dipanggil Mayya

atau Nabilah. Namun, semenjak SMP karena banyaknya nama

Nabilah dan ada kekhawatiran akan membingungkan apabila ada yang

memanggil dirinya, maka mulai dibiasakanlah panggilan Mayya.

Mayya, panggilan anak IOC pada dirinya ini memiliki hobi bermain

badminton, makan dan “tenggelam” di dunia maya alias browsing.

Saat ini maya bertempat tinggal di Tanjung Priok. Biasanya ia naik

kereta atau transjakarta untuk pergi dan pulang dari kampus. Sama

seperti Nada, maya merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Ayah

65
66

dan ibunya bersuku Sunda. Menurutnya kedekatan dengan

keluarganya itu berimbang, tidak ada yang lebih dominan.

c. Astina Riyana, banyak panggilan untuk perempuan berusia 20 tahun

ini. Astina, untuk teman-teman akademiknya dan teman di UKM

FLAT. Tina, panggilan bagi teman-teman di IOC UIN. Shin, bagi

teman-teman yang mengenal dirinya sebagai “pecinta” Jepang dan Tin,

penggalan dari nama akhirnya. Tina, memiliki hobi yang sangat

terlihat dari karakternya yang pendiam. Ia lebih suka membaca buku

baik novel maupun komik, menjahit dan tentunya hobi makan seperti

Mayya. Saat ini, ia sedang menempuh pendidikan di Fakultas tarbiyah

dan Ilmu Keguruan, jurusan Manajemen pendidikan. Sebenarnya Tina

merupakan mahasiswi ali Lampung yang tinggal dengan cara nge-kost

di daerah sekitar kampusnya. Ia merupakan anak pertama dari 3

bersaudara dan merasa dirinya paling dekat denggan Ibu, jika sedang

berada di rumah.

d. Dwi Rahmah Najiibah alias Dwi dan teman-temannya sering menulis

namanya dengan “Dvvi” atau “Dui”. Mahasiswi berumur 19 tahun

yang sedang melanjutkan pendidikan semester 5 di Fakultas Ilmu

Dakwah dan Komunikasi, jurusan Jurnalistik ini memiliki hobi tidur

dan bermain game. Dwi merupakan warga asli Jakarta dan menetap di

Jakarta bersama ayah, ibu, adik dan saudara kembar yang menurutnya

tidak mirip dengan dirinya. Namun, walaupun ia memiliki saudara

kembar sesama perempuan, Dwi mengatakan kalau dirinya lebih dekat

dengan Ibu, saat di rumah.


67

e. Rifka Miftahul Aini, memiliki dua panggilan yang berbeda saat berada

di lingkungan sekolah (pendidikan) dan saat berada di rumah. Rifka

merupakan panggilan yang tersemat pada dirinya sejak memasuki

jenjang SMP karena “Rifka” merupakan nama depannya dan mudah

diingat. Sedangkan, panggilan Mita hanya digunakan oleh keluarga

dan orang-orang di lingkungan rumahnya saja. Rifka saat ini masih

berusia 18 tahun dan berkuliah di Fakultas Sains dan teknologi,

Jurusan Matematika. Seperti kebanyakan penyuka Jepang, Rifka juga

memiliki hobi yang sama dengan teman-teman sejenisnya yaitu

menggambar. Ia merupakan suku asli Jawa yang menetap di daerah

Kampung Makassar, Jakarta Timur. Berbeda dengan Mayya yang

kedekatannya dengan keluarga berimbang. Menurut rifka, dirinya

merupakan orang yang introvert saat berada di rumah. Karena

kesehariannya lebih banyak dihabiskan di luar rumah dan kamar saja.

Rifka merupakan kakak tertua dari kedua adik laki-lakinya.

f. Rosiana Pratama Efendi, mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan

Komunikasi, Juruusan Komunikasi Penyiaran Islam semester 5.

Dirinya biasa dipanggil Oci oleh teman-teman dan keluarga. Anak

pertama dan anak satu-satunya dari ayah dan ibu yang berasal dari

tanah Sumatera. Keluarga Oci sekarang menetap di Tangerang,

sedangkan dirinya hidup nge-kost di dekat kampus UIN Jakarta. Saat

ini Oci berumur 20 tahun dan hobinya membaca novel sebelum tidur.

Di dalam keluarga Oci paling dekat dengan ibunya.


68

Berdasarkan latar belakang keenam subjek diatas dapat

disimpulkan bahwa 5 dari 6 subjek penelitian memiliki kedekatan

dengan keluarganya baik ibu atau kakak perempuan yang dimilikinya

dan hanya Rifka saja yang memiliki sifat tertutup dalam keluarga

karena ia anak pertama dari tiga adik laki-laki yang dimilikinya. Rifka

dan nada bersuku Jawa, lalu Tina dan Rosi berasal dari tanah

Sumatera. Sedangkan Dwi bersuku Betawi dan Mayya bersuku Sunda.

2. Konsep Diri Anggota Hijab Cosplay IOC Episode UIN Jakarta

Konsep diri merupakan bagian dari komunikasi interpersonal

yang memiliki pengaruh terhadap perilaku seseorang. Karena seseorang

akan bertingkah laku sesuai dengan konsep diri yang dimilikinya dan

label yang melekat pada diri orang tersebut. Selain itu, konsep diri yang

dibentuk oleh seseorang baik yang bernilai positif maupun negatif dapat

mempengaruhi kesuksesan dalam berkomunikasi interpersonalnya.1

Jalaluddin Rahmat dalam bukunya yang berjudul Psikologi

Komunikasi mengemukakan sebuah dalil yang berbunyi:

“anda hanya mendengar apa yang anda mau dan anda tidak akan
mendengar, apa yang tidak ingin anda dengar.”

Seseorang akan bereaksi seperti dalil diatas apabila ada kritikan

ataupun stimulus yang mengancam atau membuatnya tidak senang

terhadap apa yang didengar maupun diberikan oleh orang lain yang tidak

sesuai dengan harapan dan keinginan kita.2

1
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999),
h.104.
2
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, h. 90.
69

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dalam

pembentukan konsep diri seseorang, yaitu:

a. Berdasarkan penilaian diri sendiri

Pengalaman-pengalaman yang datang dan kita lalui dapat

berpengaruh terhadap perubahan dan pembentukan konsep diri seseorang.

Walaupun tidak semua pengalaman tersebut memiliki pengaruh yang

dominan. Karena hanya pengalaman yang sesuai dengan nilai dan konsep

diri kita sajalah yang dapat diterima. Berdasarkan pada pengalaman

tersebut maka akan timbul keinginan dalam diri kita untuk

mempertahankan atau ingin mengubah konsep diri yang kita miliki

sebelumnya.3

Bagan dibawah ini memaparkan mengenai konsep diri secara

umum yang dilakukan berdasarkan penilaian diri sendiri oleh anggota

Hijab Cosplayer IOC episode UIN Jakarta

Tabel 4.1
Konsep diri anggota hijab cosplay IOC berdasarkan penilaian diri
sendiri4

NAMA
FAKULTAS KONSEP DIRI
ANGGOTA
1. Cerewet
2. Jahil
DWI FIDKOM
3. Percaya diri
4. Kekanak-kanakan
1. Ramah
2. Percaya diri
MAYA FAH 3. Pendengar dan pemberi tanggapan
yang baik
4. Cuek dengan penampilan
1. Introvert
ROSI FIDKOM 2. Solitary (lebih suka sendiri)
3. Kurang Percaya Diri
3
Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003), h. 516.
4
wawancara dengan Anggota Hijab Cosplay IOC episode UIN pada tanggal 31 Mei 2016.
70

4. Mudah terbawa lingkungan


1. Pendiam
2. Susah akrab dengan orang baru
TINA TARBIYAH
3. Cuek
4. Kurang percaya diri
1. Kekanak-kanakan
2. Berani mengambil sikap
NADA FSH 3. Ceria
4. Percaya diri
5. Humoris
1. Tomboy
RIFKA SAINTEK 2. Pendiam kalau di rumah
3. Banyak bicara kalau di luar rumah

Dwi sudah dikenal sebagai hijab cosplayer oleh teman-teman

terdekatnya bahkan dosen di kampusnya. Hal ini memunculkan identitas

baru bagi Dwi sebagai “Pecinta Jepang”. Kepercayaan diri Dwi terbentuk

dari respon-respon positif yang diberikan orang lain saat melihat dirinya

berhijab cosplay, respon tersebut berbentuk applause, orang-orang yang

meminta foto bersama dirinya, dan beberapa media komunitas yang turut

serta mewawancarai dirinya saat menjadi hijab cosplayer. Hal itulah yang

membuat diirinya merasa diterima di masyarakat. Namun, ada saatnya

kepercayaan diri Dwi menjadi turun saat ia merasa cemas dengan

penampilannya dan tatapan-tatapan sinis yang diberikan oleh orang lain

saat melihat dan menganggapnya out of character.

Gambar 4.1: (kanan) Gaya berpakaian dwi sehari-hari


Gambar 4.2: (kiri) Dwi saat bercosplay menjadi Shinoa Owari No Seraph
71

Sesungguhnya saat seseorang mendapatkan respon atau

tanggapan negatif yang ditujukan kepada dirinya, maka dibutuhkan

waktu untuk mengembalikan kesadaran diri seseorang untuk kembali ke

fitrahnya. Karena sedikit banyak respon atau tanggapan negatif akan

mempengaruhi pola pikir juga karakter seseorang. Untuk

menyeimbangkannya maka dibutuhkan pengalaman positif untuk

menetralkan kembali hati serta pikiran yang sudah terpengaruh oleh

dampak yang ditimbulkan dari lingkungan tempat anggota hijab

cosplayer melakukan pertunjukan. 5 Itulah yang terjadi pada Dwi dan

anggota hijab cosplayer lainnya. Saat ada tanggapan negatif yang

menerpanya, salah satu energi positif yang didapatnya untuk menetralkan

kembali kepercayaan diri mereka adalah dengan respon positif dan

apresiasi yang ditunjukan oleh masyarakat yang menerimanya. Selain itu,

dukungan dari anggota kelompok lainnya juga memberikan dampak

positif bagi diri cosplayer.

Pada kesehariannya Dwi dikenal dengan pribadi yang cerewet

dalam arti kata ia seseorang yang suka sekali berbicara (bukan pendiam)

dan ceria, tetapi saat ia sudah menjadi karakter yang dicosplaykan, maka

karakter asli Dwi tergantikan dengan karakter yang sedang dimainkannya.

Konsep diri yang dibangun oleh Dwi di kehidupan nyata tidak

berpengaruh terhadap dirinya yang sedang bercosplay, hal itu

dikarenakan karakter cosplay dengan karakter asli Dwi memiliki

perbedaan dan Dwi tidak mencampur-adukan keduanya saat ia

5
Ary Ginanjar Agustian. ESQ (Emotional Spiritual Quotient). ( Jakarta: Penerbit Arga,
2005). h.282.
72

bercosplay maupun di kesehariannya. Seperti petikan beberapa

wawancara berikut wawancara berikut:

“.....Kalo saat bercosplay sih biasanya sesuai sama karakter yang


lagi di cosplay-in, misalnya karakter yang sekarang tuh lebih ke pendiem,
suka senyum. Tapi senyumnya tuh senyum palsu.”6
“....Pas lagi cosplay ya pada keget juga. “ini dwi, kok gini sih?”
biasanya lo cerewet kok jadi diem?”7
“karakternya sih engga mempengaruhi, jadi masing-masing.
Cosplaynya gimana, akunya gimana.”8
Selain itu, kepercayaan diri saat Dwi berhijab cosplay bersama

lebih tinggi dibanding saat ia berhijab cosplay sendiri. Karena dirinya

masih merasa canggung bila berhijab cosplay sedirian pada sebuah event.

Pada lingkungan sosial dan keluarga, orang tua Dwi hanya tahu

bahwa dirinya suka dengan hal yang berhubungan dengan Jepang,

begitupun dengan dosennya. Tetapi mereka tidak tahu bahwa Dwi adalah

seorang hijab cosplayer. Hanya teman-teman terdekatnya dan teman

komunitas sajalah yang mengetahui bahwa dirinya seeorang hijab

cosplayer.

Awal mula Tina bercosplay karena rasa iri melihat orang lain bisa

bercosplay, sedangkan dirinya terhalang dengan dirinya yang memakai

jilbab. Tetapi setelah tahu akan adanya hijab cosplay dan masuk menjadi

anggota IOC, Tina bertemu dengan teman-teman yang memiliki kendala

sama dengan dirinya dan IOC menjadi wadah untuk dirinya membentuk

diri sebagi hijab cosplayer profesional.

6
Wawancara langsung dengan Dwi saat photo session ke 2, tanggal 11 Juni 2016 di UIN
Jakarta.
7
Wawancara langsung dengan Dwi saat photo session ke 2, tanggal 11 Juni 2016 di UIN
Jakarta.
8
Wawancara langsung dengan Dwi saat photo session ke 2, tanggal 11 Juni 2016 di UIN
Jakarta.
73

Gambar 4.3: (kanan) gaya berpakaian Tina sehari-hari


Gambar 4.4: (kiri)Tina bercosplay sebagai Mitsuba

Tina merupakan tipe orang yang pendiam dan sulit akrab dengan

orang-orang yang baru ataupun sebentar dikenalnya. Bahkan kepada

sesama anggota IOC pun masih tidak terlalu akrab, hal itu dikarenakan

intensitas dirinya ikut dalam kegiatan IOC terbagi dengan organisasi lain

yang diikutinya. Tina termasuk orang yang cuek dengan respon negatif

yang ditujukan orang lain kepada dirinya saat menjadi hijab cosplayer.

Walaupun seperti itu, terkadang ia juga merasakan takut dengan

tanggapan orang lain yang ditujukan kepada dirinya, hal itu disebabkan

karena dirinya pernah merasakan langsung pandangan “aneh” dan tidak

suka saat dirinya menjadi hijab cosplay. Hal ini diperkuat dengan hasil

wawancara berikut:

“....kalo omongan orang sih biarin aja, engga usah dimasukin ke


hati.”
“di luar nge-cosplay sih orang-orang ya cuek aja, sebenernya kalo
pas nge-cosplay takut di bilang out of character sih, takutnya dibilang
“kok lo jauh banget sih dari karakter yang lo cosplay-in”9

9
Wawancara langsung dengan Tina saat photo session ke-2, pada tanggal 11 Juni 2016 di
UIN Jakarta.
74

Namun, tidak sedikit juga menurutnya yang memberikan

tanggapan positif terhadapnya. Selain itu, Tina termasuk orang yang suka

belajar untuk memperbaiki dirinya menjadi yang lebih baik, hal itu

diketahui dari dirinya yang rajin membuka tutorial di Youtube tentang

cara-cara membuat karakter cosplay yang mirip. Tina, melakukan

introspeksi atau peninjauan terhadap apa yang sudah dilakukannya pada

kejadian yang telah lalu dan kemudian berkaca dengan dirinya sendiri

untuk menghasilkan pemahaman dari perilaku yang sudah dilakukannya

terhadap perilaku yang akan dilakukan selanjutnya.10

Tina bukan seorang pemula dalam bercosplay, namun dirinya

masih merasa tidak percaya diri dan takut. Karena hijab cosplay dalam

project ONS IOC merupakan debut pertamanya bercosplay dengan

memakai hijab. Sebelumnya ia bercosplay namun tidak memakai hijab,

walaupun kostum yang dipakainya tidak mengumbar aurat. Keikutsertaan

Tina dalam hijab cosplay mempengaruhi dirinya dalam hal merawat dan

memperbaiki diri dalam keseharian dan meningkatkan kemampuannya

dalam menampilakan karakter cosplay yang lebih baik agar lebih percaya

diri saat behijab cosplay.

Motif yang melatarbelakangi keikutsertaan Nada menjadi anggota

IOC dan menjadi hijab cosplay disebabkan menjadi cosplayer memang

sudah keinginannya sejak lama, tetapi hal itu terkendala dengan masih

sedikitnya komunitas hijab cosplay yang diketahui dan berada dekat

dengannya. Namun, setelah mengetahui adanya IOC epiisode UIN yang

10
Agus Abdurrahman. Psikologi sosial: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan
Pengetahuan Empirik. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013) h. 51.
75

mewadahi para pecinta Jepang terutama bagi wanita berhijab untuk tetap

bercosplay, maka Nada tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk ikut

menjadi bagian dari Hijab cosplay IOC episode UIN.

Karakter Nada sehari-hari yang dikenal kekanak-kanakan

mempengaruhi dirinya dalam memilih karakter yang ingin

dicosplaykannya, seperti karater yang “moe” atau imut-imut. Terkadang

pengaruh atas respon negatif yang diberikan oleh orang lain saat Nada

sedang berhijab cosplay membuat dirinya tidak percaya diri. Namun,

dukungan dari teman-teman dan anggota komunitas IOC membuat

dirinya tidak terlalu terpengaruh dengan respon negatif tersebut.

Selain kekanak-kanakan, menurut dirinya ia orang yang ceria,

percaya diri, dapat memimpin dan ia tidak suka sendirian, lebih suka

suasana ramai. Selain itu, Nada juga menyukai kekompakan, seperti yang

dikatakannya:

“.....kadang satu tim engga bisa kumpul jadi satu. Jadi kurang
lengkap. Padahal maunya kita harus lengkap. Tapi sayangnya engga bisa
lengkap.”11
Teman-teman dan lingkungan sekitarnya mengenal Nada sebagai

seseorang yang humoris dan ceria, hal itu terlihat dari dirinya yang selalu

bisa membuat orang lain tertawa dengan kelakuan yang dibuatnya. Itu

terlihat jelas dari beberapa kali peneliti ikut dalam berbagai kegiatan IOC

episode UIN. Nada sering kali melakukan hal yang dapat membuat

teman-temannya tertawa.Walaupun demikian, Nada ialah orang yang

berani mengambil sikap terhadap apa yang dikatakannya.

“Pantaslah, makanya aku berani ngecosplay”12


11
Wawancara langsung dengan Nada saat photo session ke-2, pada tanggal 11 Juni 2016
di UIN Jakarta.
76

Itulah yang dikatakannya saat ditanya mengenai kepantasannya

menjadi seorang hijab cosplay. Ia berani membuktikan bahwa dirinya

pantas bercosplay dan tampil di depan publik. Hal yang tidak diketahui

oleh banyak orang ialah Nada yang seorang lulusan pondok pesantren,

tetapi karena penampilannya yang biasa saja maka tidak ada yang

menyangka dirinya dahulu seorang santriwati.

Gambar 4.5: (kanan)gaya berpakaian Nada sehari-hari


Gambar 4.6: (kiri) Nada saat bercosplay menjadi Mito

Kepercayaan diri Nada terbentuk karena dukungan penuh oleh

keluarga, terutama ibunya. Menurut ibunya Nada termasuk orang yang

ambisius terhadap hobinya menjadi hijab cosplay. Ia tidak pernah

menyesali membeli kostum dan aksesoris yang mendukungnya untuk

menjadi hijab cosplayer. Ia juga membuktikan kepada ibunya bahwa

tanpa menanggalkan hijabnya ia masih bisa menekuni hobinya menjadi

cosplayer. Hal itu membuat kebanggan tersendiri untuk dirinya dan juga

ibunya. Selain itu, menjadi hijab cosplayer memberikan dampak positif

pada kepercayaan diri dan kreatifitasnya, juga mengajarkan untuk

merawat dan menghias diri sebagai perempuan.

12
Wawancara langsung dengan Nada saat photo session ke-2, pada tanggal 11 Juni 2016
di UIN Jakarta.
77

Keputusan yang diambil oleh Mayya untuk menjadi hijab

cosplayer dikarenakan dirinya memang sudah menyukai hal-hal tentang

Jepang dan budayanya. Salah satu hal baru yang ingin dicobanya ialah

menjadi seorang hijab cosplay. Ia beralasan bahwa dengan menjadi hijab

cosplay dirinya juga ikut berdakwah melalui hobinya.

Mayya dikenal sebagai seseorang yang ramah dan percaya diri, ia

paling tidak suka bila dirinya dihiraukan dan tidak ada yang bisa

mengimbangi pembicaraannya. Mayya mudah berbaur dan beradaptasi

dengan lingkungannya, oleh sebab itu ia menjadi teman yang baik saat

diajak berkomunikasi. Saat bercosplay, Maya tipe orang yang tidak

peduli dengan cibiran negatif yang diberikan untuknya, selagi masih ada

orang-orang yang selalu mendukung dan mengapresiasi dirinya sebagai

hijab cosplayer. Mayya lebih peduli pada respon orang tua apabila

dirinya yang pulang larut saat dirinya menghadiri event cosplay.

Walaupun begitu, Maya terkadang masih merasa canggung apabila ada

temannya yang baru tahu dan melihat dirinya saat menjadi hijab

cosplayer.

“Mereka ngeliat aku, ya aku asik, kata mereka yaa. Bukan kata
aku. Soalnya kata mereka aku nyambung mau diajak ngobrol apa aja aku
bisa. Soalnya aku mengikuti mereka juga, temen aku ada yang suka korea,
aku suka. Suka Jepang, suka thailand, aku juga suka. Jadi aku
mengimbangi juga ke mereka.”13
Mayya yang di cap “asyik” oleh lingkungannya berusaha menjadi

sesorang yang “asyik” untuk diajak membicarakan banyak hal dengan

orang lain. Karena ia bertingkah laku berdasarkan apa yang dilihat dan

13
Wawancara langsung dengan Mayya saat photo session, pada tanggal 11 Juni 2016 di
UIN Jakarta.
78

dirasakan oleh lingkungan sekitarnya. Sehingga secara sadar, mayya

mengikuti dan menjadikan cap “asyik” dari lingkungannya menjadi

konsep dirinya.

Gambar 4.7 Mayya saat bercosplay sebagai Shinon


Gambar 4.8 gaya berpakaian Mayya sehari-hari

Hampir semua teman sekelas Maya sudah mengetahui bahwa

dirinya hijab cosplayer, mereka mendukung Mayya dengan cara datang

ke event dimana Maya ikut berpartisipasi menjadi hijab cosplayer.

Demikian itulah yang memotivasi Mayya untuk tetap bercosplay.

Dukungan juga diperoleh Mayya dari orang tua dan neneknya yang

sudah mengetahui mengenai hobi menggunakan kostum karakter-

karakter fiksi dan beradu peran ini. Ia beranggapan bahwa menjadi hijab

cosplayer membuat dirinya bangga karena dapat menyebarkan trend

positif ke masyarakat luas. Walaupun penampilan sehari-hari yang

ditunjukan oleh Maya terkesan cuek. Namun, Maya merasa pantas dan

yakin akan dirinya saat menjadi hijab cosplayer.


79

“aku pantas, karena aku memang merasa pantas” 14 Imbuhnya


dengan percaya diri saat ditanyakan mengenai kepantasannya menjadi
seorang hijab cosplay.
Lain halnya dengan latar belakang Rosi ikut dalam kegiatan hijab

cosplay, alasan atas dasar ajakan teman dan tidak ingin mengecewakan

teman yang sudah mengajaknya untuk terjun ke hobi yang terbilang baru

baginya membuat Rosi masuk dalam IOC episode UIN Jakarta dan mulai

mencoba berhijab cosplay.

Rosi mengenal dirinya sebagai pribadi yang introvert, suka

melakukan segala hal sendiri, agak sedikit pendiam, kurang percaya diri,

mudah terbawa suasana, suka menyenangkan dirinya sendiri, cuek

terhadap penampilan dan mudah sekali kepikiran dengan banyak hal.

Dalam petikan wawancara berikut, Rosi mengungkapkan bahwa dirinya

yang kurang percaya dengan dirinya sendiri dan mudah merasa cemas:

“....Pas lagi ngecosplay sedihnya, yaa karena engga bisa make up


banget yaa, jadi minta dandanin sana-sini. Aku ngerasa, kok aku engga
punya bakat banget jadi cewek. Bahagianya karena temen-temennya mau
nolong, asik-asik, temen-temennya care gitu.”15
“cemas kalau waktu yang bertabrakan aja sih gitu, misalnya
cosplay kapan dan saat itu ada tugas yang penting juga. Padahal
duaduanya pengen selesai bareng-bareng.”16
Tetapi walaupun seperti itu, Rosi mudah beradaptasi dengan

teman-temannya dikarenakan dirinya yang dapat menempatkan diri pada

kelompok pertemanan dengan baik, terutama di lingkungan yang

membuatnya nyaman. Rosi akan mudah dekat dengan teman-teman yang

menurutnya menyenangkan dan dapat diajak susah maupun senang

14
Wawancara langsung dengan Mayya saat photo session, pada tanggal 11 Juni 2016 di
UIN Jakarta.
15
Wawancara langsung dengan Rosi saat photo session, pada tanggal 11 Juni 2016 di
UIN Jakarta.
16
Wawancara langsung dengan Rosi saat photo session, pada tanggal 11 Juni 2016 di
UIN Jakarta.
80

bersama. Rosi suka melakukan banyak hal sendiri disebabkan oleh

dirinya yang merupakan anak tunggal dikeluarganya, namun saat ia

merasa sendiri dan butuh teman, dirinya tidak akan segan mengajak

teman dekatnya yang lain untuk menemaninya.

Gambar 4.9: (kanan) Rosi yang bercosplay sebagai


Gambar 4.10: (kiri) Gaya berpakaian Rosi sehari-hari
Sejauh ini, hanya sedikit orang yang mengetahui identitas Rosi

sebagai seorang hijab cosplay. Seperti, teman dekatnya di universitas dan

teman-teman dari IOC saja. Hal itulah yang membuat Rosi kurang

percaya diri saat dirinya sedang menjadi hijab cosplyer selain hijab

cosplay pada project ONS ini merupakan debut pertamanya sebagai hijab

cosplayer, walaupun menurutnya teman-teman dekatnya suka akan

dirinya yang menjadi hijab cosplayer dan hanya orang lain (asing atau

tidak dikenalnya) yang berbisik dibelakang dengan guyonan mereka

tentang karakter cosplay yang dihijabkan.

Sama halnya dengan Rosi yang menilai dirinya sebagai pribadi

yang introvert. Rifka pun menilai dirinya sebagai pribadi yang introvert,

namun ia menjadi pribadi yang tertutup dan pendiam hanya saat berada

di rumah saja. ia lebih banyak menghabiskan waktu di kamar apabila


81

sedang berada di rumah. Rifka menyadari hal itu dan memberikan alasan

bahwa jika di rumah ia tidak memiliki teman berbagi cerita layaknya

teman. Rasa tidak enak membagi cerita terutama hal “percintaan” dengan

orang tua membuatnya lebih suka menyimpannya saja jika berada di

rumah. Ditambah ia merupakan anak pertama dari dua adik yang

semuanya laki-laki.

Selain mengenal dirinya sebagai seorang yang ambievert. Ia juga

menilai dirinya agak sedikit tomboy. Walaupun gaya busananya selama

tiga tahun terakhir ini hanya menggunakan pakaian berjenis rok. Banyak

teman-temannya yang tidak percaya kalau dirinya sering bercosplay

dengan karakter-karakter yang berkebalikan dengan karakter yang

ditunjukan Rifka sehari-hari. apa yang ditunjukan Rifka di depan teman-

temannya menganai pribadinya yang tomboy berbanding terbalik dengan

keinginan hatinya yang selalu menginginkan menjadi wanita yang lebih

manis.

Gambar 4.11 gaya berpakaian Rifka sehari-hari


Gambar 4.12 Rifka saat menjadi hijab cosplayer

Setiap orang memiliki sifat ekstrovert dan introvert dalam diri

masing-masing. Yang membedakan hanya lebih dominan sikap mana


82

yang terdapat dalam diri orang tersebut.baukan berarti buruk dan

introvert bukan berarti baik. Keduanya sama saja, tergantung pada


17
kondisi dan pada aspek apa sifat itu diuntungkan. Eysencek

mengelompokan ciri dua kepribadian berikut menjadi:

Tabel 4.2
Ciri-ciri sifat ekstrovert dan introvert18
Ekstrovert Introvert
Banyak teman, Butuh teman Pendiam, Tenang, Introspektif,
bicara, Tidak menyukai Lebih senang membaca buku
kesendirian, Menyukai daripda berhubungan degan
kegembiraan, Senang bercanda, orang lain, Tidak mudah marah,
Mudah berteman, Optimistik, Mengambil jarak kecuali pada
aktif, berani mengambil resiko, teman dekat, Menjaga perasaan,
bebas, menyukai perubahan pesimistik, serius, hidup teratur.19

Oci, orang yang kurang bisa membanggakan dirinya akan lebih

membutuhkan persetujuan sosial dari lingkungannya dan lebih sensitif

terhadap bentuk-bentuk penolak yang ditujukan kepadanya.20Perubahaan

suasana hati dapat mendorong seseorang mengubah atau mengatur

dirinya. Saat suasana hati menjadi buruk maka hal itu akan mendorong

seseorang untuk mencari teman atau merileksasikan dirinya

Dari pemaparan tindakan, sikap, respon dan latar belakang enam

hijab cosplayer IOC episode UIN diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

baik Rosi, Tina maupun Rifka memiliki pribadi introvert pada situasi dan

lingkungan tertentu dan mereka akan berubah menjadi pribadi ekstrovert

di lingkungan yang membuat mereka nyaman sehingga membawa

17
Rafy Sapuri, Psikologi Islam.: Tuntunan Jiwa Manusia Modern, (Jakarta: Rajawali Pers,
2009) h. 168.
18
Rafy Sapuri , Psikologi Islam.: Tuntunan Jiwa Manusia Modern, h. 168.
19
Rafy Sapuri . Psikologi Islam: Tuntunan Jiwa Manusia Modern, h. 155.
20
Agus Abdul Rahman. Psikologi Sosial., h. 14.
83

mereka menjadi lebih terbuka dan dapat secara lepas mengekspresikan

diri tanpa takut mendapatkan respon negatif ataupun tidak mendapatkan

dukungan. Sedangkan bagi ketiga cosplayer lainnya yang memiliki

pribadi yang dominan ekstrovert dan memiliki kepercayaan diri tinggi,

selain disebabkan oleh dukungan dari orang-orang terdekat terutama

keluarga, lingkungan komunitas yang membuat mereka nyaman juga

membantu dalam meningkatkan kepercayaan diri hijab cosplayer.

b. Berdasarkan Penilaian Orang Lain

Orang lain dapat memberikan penilaian terhadap diri kita baik

secara langsung dengan cara memberikan feedback secara aktif mengenai

diri kita, juga penilaian secara tidak langsung yaitu dengan cara

melakukan refleksi terhadap reakasi yang diberikan oleh orang lain

menyangkut perilaku yang kita lakukan. Maksudnya ialah mengamati

cara orang lain bersikap dan memandang diri kita saat bersama

dengannya, lalu memasukan pandangan tersebut ke dalam konsep diri

yang kita miliki.21

Tabel 4.3
Konsep diri anggoa hijab cosplay IOC Eps UIN Jakarta
berdasarkan penilaian orang lain22
NAMA
FAKULTAS KONSEP DIRI
ANGGOTA
1. Pendengar dan pemberi tanggapan yang
baik
DWI FIDKOM
2. Pintar
3. Banyak bergerak/ aktif

21
Agus Abdurrahman. Psikologi sosial: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan
Empirik,. h. 54.
22
Hasil Wawancara dengan Sahabat dari Anggota Hijab Cosplay IOC Episode UIN
Jakarta.
84

4. Baik
1. Menyenangkan
MAYA FAH 2. Antusias dalam bercerita
3. Tekun dengan hobinya
1. Ceria dalam situasi tertentu
2. Mudah panik dan nangis
ROSI FIDKOM
3. Peduli
4. Jahil
1. Baik
2. Menyenangkan
TINA TARBIYAH
3. Humoris
4. Introvert
1. Baik
NADA FSH 2. Pintar
3. Tekun dengan hobinya
1. Tomboy
RIFKA SAINTEK 2. Humoris
3. Tertutup kalau di rumah

Sifat Dwi yang kekanak-kanakan ternyata juga dirasakan oleh

teman sepermainan dan seperjalanan pulang dari kampus. Aida

mengatakan bahwa Dwi memiliki sifat yang tidak bisa diam.

“Dwi sehari-hari baik, enak diajak ngobrol, menurut saya dia


termasuk mahasiswi pintar di kelas, Cuma gara-gara dia suka banget
sama anime dan Jejepangan jadi suka “lebay” sendiri kak. Suka joget-
joget engga jelas kayak JKT 48, tiap pulang kampus...”23
Hal serupa pun dirasakan oleh teman dekat Mayya. Mega

menguatkan bawasannya Mayya memang sudah sangat mengenal dirinya

sendiri. Menurut Mega, Mayya pribadi yang menyenangkan untuk diajak

berkomunikasi dan berteman. Walaupun terkadang, ia merasa Mayya

menjadi orang yang berbeda saat sedang dihadapkan dengan hobinya.

“Mayya itu asik, seru, terus selalu antusias kalau lagi cerita. Tapi
kalau udah berurusan sama anime di laptopnya dia kayak punya dunia
sendiri. ”24 Ungkap Mega saat diwawancarai

23
Wawancara dengan Aida (teman dekat Dwi), pada tanggal 20 Juni 2016.
24
Wawancara dengan Mega (teman dekat Mayya), pada tanggal 19 Juni 2016.
85

Berbeda dengan Rosi yang menilai dirinya pribadi yang introvert,

sedangkan Ica (teman dekatnya) mengatakan bahwa Rosi memiliki

kepribadian ceria, suka menjahili temannya, namun tetap peduli dengan

teman. Walaupun ia sangat mudah panik dan menjadi pendiam saat

sedang ada masalah. Pribadi menutup diri dan mudah terbawa suasana,

secara tidak sadar dirasakan oleh Ica sebagai teman dekat Rosi, biarpun

Rosi tidak memberitahukannya secara terang-terangan.

Sama halnya dengan Tina yang menilai dirinya lebih banyak

dengan sifat yang menujurus pada sifat negatif. Pipit, teman dekat Tina

sejak SMA memberikan penilaian yang bertolak belakang dengan

penilaian Tina atas dirinya.

“Astina orang yang baik, seru, kocak. Cuma terkadang dia


orangnya tidak terlalu terbuka kalau tidak dipaksa untuk bercerita. Dan
cenderung nyimpen masalahnya sendiri. dan lebih senang ngabisin waktu
dengan hobinya”25
Namun begitu, sifat Tina yang introvert dan cenderung

menyimpan masalah sendiri jika tidak dipaksa untuk bercerita , sesuai

dengan penilaian Tina atas dirinya. Tina sendiri mengatakan bahwa

dirinya memang lebih terbuka dengan teman yang sudah dianggapnya

dekat saja. Maka dari itu, Pipit yang sudah berteman dengan Tina sejak

SMA dapat merasakan sifat Tina yang lain seperti Tina yang memiliki

pribadi menyenangkan dan humoris.

Tina yang memiliki sifat introvert disebabkan oleh tingkah laku,

perasaan dan pikiran orang dengan sifat ini akan lebih dipengaruhi oleh

dirinya sendiri, tidak banyak tingkah dan cenderung pendiam. Emosi

25
Wawancara dengan Pipit (teman dekat Tina), pada tanggal 20 Juni 2016.
86

yang dimiliknya tidak mencolok, tenang, pemalu dan suka menyendiri. Ia

juga kurang menarik perhatian orang lain, karena ia merasa canggung

dan mudah khawatir. 26 Selain itu, orang-orang yang cenderung lebih

memiliki sifat introvert, mereka akan sulit berkomunikasi dengan orang

baru dan tertutup mengenai diri mereka. 27

Sedangkan, Nada dinilai sebagai teman yang baik dan pintar oleh

teman dekatnya, Ayu. Namun, Ayu yang tidak begitu tahu tentang hijab

cosplay. Ia hanya merasakan perubahan sedikit dari cara berpakaian

Nada yang dinilainya terbawa ketika sedang bercosplay. Berbeda dengan

Rifka yang dinilai oleh sahabat selama 4 tahun bersamanya hingga

bangku perguruan tinggi, Alifia. Bahkan banyak yang mengatakan bahwa

Alifia sebagai kembaran Rifka karena selalu bersama. Bedanya, Alifia

memiliki sikap lebih feminin dan lembut dibanding Rifka yang sedikit

tomboy. Alif menilai karakter yang ada pada Rifka sama persis sama

dengan penilaian Rifka terhadap dirinya sendiri.

“Engga terlalu feminin, kuat banget tenaganya apalagi kalau lagi


bercanda, lucu banget kalau lagi ngasih guyonan........ Kalau lagi
bercosplay biasanya dia jadi jaga image gitu, karena situasi juga soalnya.
Dan di rumah dia tuh, pendiam. Lebih banyak di kamar.”28 Ungkapnya
saat ditanyakan bagaimana Rifka pada kesehariannya dan saat sedang
bercosplay
Kesimpulannya, sebagian besar dari sahabat dekat para cosplayer

mengetahui dengan eksistensi temannya sebagai hijab cosplayer dan

mendukung juga memotivasi mereka dengan berbagai cara. Mulai dari

memberikan masukan mengenai pemilihan karakter dan kostum yang

26
Agus Abdurrahman, Psikologi sosial: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan
Empirik, h.154.
27
Rafy Sapuri . Psikologi Islam: Tuntunan Jiwa Manusia Modern, h. 168.
28
Wawancara dengan Alifia pada tanggal 17 September 2016 di acara IC Fest.
87

akan dibuat, dandanan atau make up yang akan digunakan, bahkan

samapai datang menyemangati saat temannya sedang menjadi hijab

cosplay di event tertentu. Namun didapati ada beberapa cosplayer yang

memiliki perbedaan pendapat mengenai penilaian diri menurutnya dan

sahabatnya. Perbedaan tersebut disebabkan cosplayer yang memiliki sifat

introvert juga sekaligus ambievert, dimana mereka akan merasa lebih

nyaman, percaya dan lebih terbuka dengan teman-teman yang sudah

dekat dan mengenalnya sejak lama, seperti Rifka yang nyaman dengan

Alifia, Rosi yang percaya pada Ica dibanding teman lain di luar

komunitas dan Tina yang menunjukan sifat menyenangkan juga

humorisnya kepada Pipit.

c. Berdasarkan Penilaian Kelompok Rujukan

Kelompok rujukan dalam hal ini IOC episode UIN Jakarta

memiliki norma-norma tertentu yang mengatur tingah laku para

anggotanya, sehingga setiap anggota menyesuaikan diri dengan nilai-

nilai yang dimiliki kelompok rujukan dan menyesuaikannya dengan ciri

dari kelompok tersebut. Menurut Al-Ghazali, kekurangan yang dimiliki

oleh diri seseorang dapat diketahui melalui pergaulan yag dilakuan oleh

orang tersebut dengan teman-teman atau kelompok yang menjaga nilai

keagamaan. Karena pemahaman kita mengenai penilaian diri yang

membentuk konsep diri kita terjadi karena adanya sosialisasi dalam

kelompok maupun masyarakat.29

29
Agus Abdurrahman. Psikologi sosial: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan
Empirik, h. 56.
88

Tabel 4.4
Konsep Diri Anggota Hijab Cosplay IOC Eps UIN Jakarta
Berdasarkan Penilaian Kelompok Rujukan30
NAMA FAKULTAS KONSEP DIRI
ANGGOTA
1. Cerewet
2. Suka bergerak/ aktif
DWI FIDKOM
3. Responsif
4. Heboh
1. Ramah
2. situasional (tidak terlalu cerewet
ataupun hiperaktif)
MAYA FSH
3. Responsif
4. Dewasa menghadapi masalah
5. Heboh
1. Keingintahuan Tinggi
2. Cerewet
ROSI FIDKOM
3. Responsif
4. Heboh
1. Pendiam
TINA TARBIYAH 2. Kalem
3. Tertutup (introvert)
1. Tidak bisa diam/ aktif
2. Heboh (saat-saat tertentu)
NADA FSH
3. Dewasa menghadapi masalah
4. Cepat mengendalikan diri
1. Aktif
2. Cerewet
RIFKA SAINTEK 3. Mudah berteman
4. Penurut
5. Ceria

Kesamaan yang didapati dari penilaian kelompok dan diri Dwi,

Mayya dan Rosi ialah yang menyatakan bahwa ketiganya memiliki

pribadi yang cerewet dan tidak suka diam. Walaupun Mayya lebih

dewasa dari dua lainnya dalam menempatkan diri dan menghadapi

masalah. Anggota kelompok yang lainpun sepakat bahwa Dwi, Mayya

dan Rosi termasuk anggota yang responsif dengan segala hal yang terjadi

baik dalam grup komunikasi kelompok maupun kegiatan yang dibuat


30
Hasil Wawancara dengan Pengurus Pada Tanggal 31 Mei 2016 pada aacara Sing Out
Asia.
89

oleh IOC. Mereka akan cepat memberikan tanggapan dan feedback atas

umpan yang dilempar oleh pengurus maupun anggota yang lain.

Pernyataan tersebut didapat dari wawancara dengan sekretaris

sekaligus wakil kapten IOC episode UIN Jakarta, Zia:

“Kalau lagi engga cosplay, yang sering muncul di kegiatan IOC


itu, Rosi, Dwi dan Mayya. Biar Cuma di grup whatsapp juga, mereka
rajin banget munculnya.bahkan bisa dibilang berisik banget kalo udah
ngumpul bertiga.”31
“...Nada, rosi, dwi dan Maya bisa heboh banget. Dwi apalagi, bisa
saingan hebohnya ama Rosi dan Mayya.... Kalau Nada sih hebohnya pas
di awal-awal doang. Sambil pake kostum atau dandan dan dia bisa kalem
sendiri kok nantinya”32

Hal itu diperkuat oleh Isma yang merupakan Kapten IOC episode

UIN Jakarta, menurutnya:

“Maya, Dwi, Nada, Oci itu karakternya mirip-mirip dalam


kesehariannya.”33
Rifka dinilai oleh pengurus IOC episode UIN sebagai anggota

yang aktif karena dirinya selalu datang pada kegiatan yang IOC adakan

dan aktif ikut bercosplay pada setiap kesempatan yang ada. Dirinya

disebut sebagai seorang yang ceria dan penurut. Walaupun Isma, kapten

dari IOC UIN mengatakan kalau Rifka termasuk orang yang boros

karena suka traktir teman-teman komunitas.

“Rifka tuh baik, penurut, periang, suka trakir juga. Makanya dia
anggota paling boros dan paling polos.”34

31
Wawancara dengan wakil kapten sekaligus sekretaris IOC episode UIN Jakarta, Zia.
Pada tanggal 27 Juli 2016.
32
Wawancara dengan wakil kapten sekaligus sekretaris IOC episode UIN Jakarta, Zia.
Pada tanggal 27 Juli 2016.
33
Wawancara dengan kapten IOC episode UIN Jakarta, Isma. Pada tanggal 6 september
2016.
34
Wawancara dengan kapten IOC episode UIN Jakarta, Isma. Pada tanggal 6 september
2016.
90

Dari 6 anggota cosplay yang menjadi subjek pengamatan konsep

diri, memang hanya Tina yang memiliki kepribadian yyang berbeda

dibanding yang lain. Begitupun yang dirasakan oleh pengurus dan

anggoa IOC episode UIN. Bahkan Zia menyatakan dalam wawancaranya

kalau ia harus mengingat wajah dan suara Tina, karena kepribadian Tina

yang pendiam dan sulit diingat.

Dalam kasus ini, Rosi yang dinilai oleh dirinya sendiri bahwa

memiliki pribadi introvert, berubah menjadi pribadi ekstrovert apabila

berada di dalam IOC episode UIN Jakarta. Hal itu terjadi demikian

karena konsep diri berkembang sejalan dengan interaksi dan timbal balik

yang diberikan oleh orang lain terhadap diri kita. Segala hal yang

dirasakan dan dialami oleh diri selama perjalanan hidup dapat

mempengaruhi terbentuk, berubah dan berkembangnya konsep diri yang

sudah ada.35

Lingkungan yang seringkali tidak sesuai dengan keinginan dan

harapan seseorang akan membuat orang tersebut merasa kecewa bahkan

depresi akibat ketidaksesuaian atas harapan yang dimilikinya dengan

kenyataan sesungguhnya. Selain itu, menarik diri dan menjaga jarak

berarti kita telah kehilangan kecerdasan emosional dan kreatifitas dalam

menghadapi masalah. 36 Lingkungan komunitas, anggota-anggota dan

program-program yang menyenangkan membuat Rosi yang biasanya

kaku dengan teman-teman perkuliahannya merasa lebih bisa

mengekspresikan diri di dalamnya.

35
Agus Abdurrahman, Psikologi Sosial, h. 63.
36
Ary Ginanjar Agustian, ESQ (Emotional Spiritual Quotient), h. 284.
91

Kesimpulannya, tingkah laku, sikap dan tindakan yang dilakukan

oleh anggota hijab cosplay yang tergabung dalam IOC episode UIN

Jakarta menunjukan tingkah laku yang positif dan terbuka. Lima dari

enam anggota selalu menunjukan keaktifannya dalam berbagai

kesempatan yang ada, mulai dari event maupun memberikan respon

terhadap topik di grup komunikasi. Lingkungan komunitas yang

menyenangkan membantu anggota hijab cosplay untuk lebih terbuka

dengan sesama anggota lainnya dan membentuk konsep diri baru apabila

sedang bersama komunitas tersebut.

d. Konsep Diri Positif Dan Negatif Hijab Cosplayer Anggota IOC

Episode UIN

Konsep diri tidak ada yang sepenuhnya bersifat negatif maupun

positif. Hanya saja seiap orang pasti memiliki konsep diri mana yang

lebih dominan dimilikinya. Kesuksesan komunikasi interpersonal dan

keefektifannya tergantung pada konsep diri yang dimiliki oleh orang

yang bersangkutan.

Berikut ini merupakan tabel yang berisikan pertanyaan mengenai

konsep diri positif yang dimiliki oleh anggota hijab cosplay IOC episode

UIN Jakarta berdasarakan karakteristik yang disebutkan oleh D.E

Hamchek.

Berdasarkan pada tabel yang berisikan pertanyaan mengenai

konsep diri positif dan negatif anggota hijab cosplay IOC episode UIN

Jakarta dapat ditarik kesimpulan bahwa anggota hijab cosplay memiliki

konsep diri positif. Karena hanya didapati ada 3 dari 10 pertanyaan yang
92

dijawab ragu oleh anggota hijab cosplay, yaitu mengenai kesetaraan

dengan cosplayer konvensional, perasaan diterima oleh masyarakat luas

dan kepekaan tiap anggota terhadap anggota lainnya pada saat bercosplay.

Selebihnya, tiap anggota meyakini akan nilai dan prinsip keislaman

berkaitan dengan busana dan perilaku, bersedia memepertankan diri

sebagai hijab cosplayer, tidak merasa berlebihan baik dalam berbusana

maupun bersikap, optimis dapat menyelesaikan persoalan yang datang

dari masyarakat mengenai respon negatif yang aditerima saat menjadi

hijab cosplayer, percaya diri dengan masa depan hijab cosplay, tetap

menikmati hobi sebagi hijab cosplay dan merasakan kebahagiaan atas

pujian yang diberikan masyarakat terhadap usaha mereka bercosplay

dengan menggunakan hijab. Beginilah yang dikatakan Nada saat ditanya

mengenai tekanan yang diberikan oleh kelompok lain.

“iya, karena perempuan Muslimah wajib berhijab, dan bercosplay


adalah hobi saya, saya tidak akan berhenti menekuni hobi hanya karena
tekanan kelompok lain”37
Selain itu hijab cosplayer IOC UIN, juga meyakini bahwa mereka

dapat mengatasi persoalan mengenai pro-kontra masyarakat dengan gaya

bercosplay yang terbilang masih minoritas bahkan di kalangan pecinta

Jepang tanah air.

“ya tentu, dengan meyakinkan lingkungan sekitar tentang hijab


cosplay dan dibantu teman-teman dari komunitas, saya yakin suatu saat
nanti hijab cosplay akan mendapat tempat dihati seluruh masyarakat dan
penikmat Jejepangan”38 imbuh Nada kembali
Keragu-raguan dirasakan oleh Tina bahwa masih ada

ketidaksetaraan yang diberikan oleh para pecinta Jepang dan cosplayer

37
Hasil FGD pada tanggal 6 September 2016 di UIN Jakarta.
38
Hasil FGD pada tanggal 6 September 2016 di UIN Jakarta.
93

konvensional saat melihat hijab cosplay di sekeliling mereka. Walaupun

itu hanya sekedar tatapan tidak suka atau guyonan. Seperti yang

dikatakannya:

“kalau dimata orang secara umum dan belum terbiasa dengan


hijab cosplay itu masih banyak komentar negatif, jadi masih agak sedikit
terhina. Tapi kalau sama teman-teman di lingkungan hijab cosplay kita
sangat dihargaian dan malah merasa lebih tinggi dari cosplay lain. Yaa
tergantung lingkungan sih.”39

Sedangkan, Dwi merasa diterima di masyarakat dengan apresiasi

yang diberikan saat menjadi hijab cosplay, tetapi dirinya masih belum

merasakan kalau hijab cosplay dianggap penting pada event-event yang

ada. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Dwi, sebagai berikut:

“merasa diterima sih iya. Tapi kalau dianggap penting sih biasa
aja. Pasti orang-orang lebih mentingin yang mirip banget dengan
karakternya. Ya kalau kita sih karena pakai hijab seperti ini, diterima
alhamdulillah. Tapi belum merasa dipentingkan”40
Namun, semuanya sepakat bahwa mereka tidak merasa

berlebihan dengan hijab cosplay yang digunakan maupun dengan

penampilan mereka, karena hal itu mereka anggap tidak menyalahi

aturan dalam Islam maupun dalam cosplay sendiri. selain itu, tidak ada

kecemasan bagi mereka akan nasib dari hijab cosplay kedepannya,

karena pada saat ini hijab coplay sudah mulai dikenal oleh masyarakat

luas. Seperti yang tersurat dalam petikan diskusi dengan Mayya berikut:

“Berlebihan sih engga ya. Soalnya apa yang kita pakai udah
sesuai aturan dalam islam. Kita bukan memakai pakaian yang terbuka,
kita malah pakai yang menutup aurat.”41

39
Hasil FGD pada tanggal 6 September 2016 di UIN Jakarta.
40
Hasil FGD pada tanggal 6 September 2016 di UIN Jakarta.
41
Hasil FGD pada tanggal 6 September 2016 di UIN Jakarta.
94

Nada, Dwi, Oci, Tina, Rifka dan Mayya memiliki sifat terbuka

terhadap kritik dan saran membangun yang diberikan kepada meraka saat

bercosplay, selagi saran itu lebih baik. Namun, keenamnya menyatakan

apabila saran tersebut ternyata tidak lebih baik. Masing-masing dari

mereka akan menyeleksi, memilih lebih mengikui keyakinan sendiri,

kembali kepada peraturan komunitas yang sudah ada, memadukan saran-

saran yang ada atau bahkan tidak memedulikannya.

“Dia mengatur pasti ada alasannya kan, karena saat kita bercoplay
kan mereka yang lihat. Mungkin mereka melihatnya engga cocok atau
kurang, yaudah kita terima saran. Kalau misal kita engga suka dengan
sarannya, kita buat bagaimana pendapat dia dengan pendapat kita dapat
disatukan” ungkap Mayya di hadapan kelima anggota hijab cosplayer
lainnya saat FGD
Sedangkan, sewajarnya manusia mereka akan merasa senang

apabila menerima pujian atas hasil jerih payah mereka

mengkonstruksikan karakter-karakter fiksi secara nyata tanpa

melepaskan nilai-nilai Islam dengan bercosplay hijab. Merekapun

merespon sewajarnya dan mengucapkan terimakasih apabila ada yang

meminta foto bersama. Karena bagi para cosplayer, permintaan berfoto

bersama sama saja apresiasi, energi positif dan bentuk penerimaan

terhadap mereka.

Initinya, dari keenam anggoat hijab cosplay yang mengikuti

diskusi terarah diatas dihasilkan bahwa anggota hijab cosplay memiliki

konsep diri positif walaupun ada beberapa yang menyatakan keraguan

terhadap jawabannya. Namun sebagian besar dari jawaban yang

diberikan oleh keenamnya menunjukan sikap tegas terhadap penolakan

akan dominasi kelompok lain. Penerimaan terhadap saran yang


95

membangun. Kepercayaan diri atas gaya, perilaku dan sikap yang mereka

tunjukan saat bercosplay dan keyakinan bahwa dirinya tidak menyalahi

aturan Islam maupun aturan bercosplay, juga keyakinan dapat

memberikan pemahaman dann membuat masyarakat dapat menerima

hijab cosplay.

B. Cara Anggota Islamic Otaku Community (IOC) Episode UIN Jakarta

Mempertahankan Identitas Keislaman

Identitas agamis berupa keyakinan anggota hijab cosplay IOC

episode UIN yang meyakini bahwa diri mereka ialah cosplayer Muslimah

yang tetap memegang prinsip dan aturan dalam Islam. Keyakinan yang

dimiliki oleh tiap anggota menghasilkan sikap yang bersifat positif, negatif,

optimis, pesimis, fanatis, toleran, tradisional maupun modern, sikap inilah

yang berasal dari konsep diri yang dibangun oleh anggota hijab cosplay IOC

episode UIN Jakarta. Sikap terbentuk dari persepsi mengenai diri tiap

anggota baik berupa fisik, psikologis maupun sosila dan berasal dari

penilaian yang diberikan oleh orang lain yanng memiliki ikatan emosional

dengan para anggota dalam hal ini sahabat yang mereka miliki, penilaian

yang berasal dari kelompok rujukan, dan peneilaian yang berasal dari diri

sendiri. penilaian yang berasal dari diri sendiri berdasarkan pada hasil

tindakan orang yang bersangkutan. Pembahasan mengenai sikap dapat

dilihat dalam sub mengenai konsep diri anggota hijab cosplay IOC episode

UIN Jakarta.

Hasil dari sikap ialah motif anggota hijab cosplay dalam bertindak

dan berperilaku. Motif yang dimiliki oleh hijab cosplayer untuk berdakwah
96

melalui hobi menuntun anggota hijab cosplay IOC episode UIN Jakarta

tetap mempertahankan identitasnya sebagai seorang Muslimah. Motif

tersebut menghasilkan perilaku yang dijadikan anggota hijab cosplay dalam

bertindak, diantaranya perilaku tersebut seperti yang terlihat dalam tahap-

tahap sebelum bercosplay, saat bercospaly dan selesai bercosplay.

Anggota cosplay memiliki tahapan sampai dirinya terjun langsung

dalam suatu event, tahapan yaitu:

Pertama, sebelum bercosplay anggota Hijab Cosplay IOC episode

UIN Jakarta memilih karakter-karakter yang baik dan sesuai dengan

keinginan cosplayer. Karakter anime, manga, game atau original yang akan

dicosplaykan memiliki kriteria-kriteria yang harus diperhatikan oleh

cosplayer, seperti yang dikatakan oleh Isma sebagai kapten dari IOC

episode UIN Jakarta berikut:

“IOC itu punya karakteristik tersendiri yang ada dalam rules IOC.
Pertama, dia bukan dari anime yang echi (kalau kita nyebutnya yang
mesum). Dan karakternya juga bukan karakter mesum. Kalau dari kostum
sebenarnya itu tidak jadi masalah, soalnya kita konvert dari yang bukan
hijab menjadi berhijab. Jadi kalau dari segi kostum karakter apa aja bisa.
Kalau dari segi sifat dan karakteristik karakternya itu yang biasanya kita
permasalahkan. Karena yang namanya bercosplay itukan tidak hanya
membawa kostum aja, tapi harus sesuai dengan karakter juga.”42
Langkah senajutnhya yang dilakukan sebelum terjun langsung di

lapangan yaitu pembuatan kostum. Pada tahap ini, sebelum pembuatan

kostum, cosplayer akan meminta saran kepada anggota lain untuk

memodifikasi kostum yang akan digunakan dan dipadukan dengan hijab.

Seperti penuturan Dwi berikut ini:

42
Wawancara dengan kapten IOC episode UIN Jakarta, Isma. Pada tanggal 6 september
2016.
97

“di IOC sendiri kan ada rulesnya. Jadi kalau mau cosplay nanya dulu,
kalau karakter tersebut boleh atau engga, kalau misalnya engga boleh atau
kurang baik ya lebih baik engga di cosplaykan. Terus ganti, tapi dikasih
saran untuk kostumnya untuk dipanjangin dikit kalau udah dapet
persetujuan baru deh ke cosmaker”43
Lalu hal tersebut dikuatkan dengan ucapannya yang terekam dalam

wawancara berikut:

“sebenernya roknya engga panjang sebetis (sambil ngasih liat rok


cosplay yang sedang dipakai). Ini tuh sebenernya roknya di atas lutut ya
pendek banget, terus bajunya yang ngepas banget dibuat agak longgarin,
terus roknya juga panjangin.” 44
Seorang perempuan tidak dilarang untuk menjadi cantik dengan

busana yang digunakannya, namun di dalam Islam ada batasan bahwa

busana yang dikenakan haruslah tidak merangsang lawan jenis. Dan

penggunaan jilbab untuk menutupi kepala kecuali wajah merupakan salah

satu contoh anjuran mengenai busana penutup aurat, bahkan dianjurkan

untuk menjulurkannya hingga ke dada agar tidak menampakan lekuk

tubuh.45

Selain pemilihan karakter yang menutupi aurat, pemilihan kostum

dalam bercosplay pun tidak dianjurkan untuk melakukan cross dress, yaitu

anggota wanita hijab cosplay yang menggunakan kostum karakter pria dan

sebaliknya. Seperti yang dikatakan Roma yang berperan sebagai wakil ketua

2 IOC episode UIN Jakarta, berikut:

“Misalkan kalau dia nge-cosplay yang penting engga boleh


ngebentuk banget. Ketika dia ngebikin kostum ya enggak boleh fit body
khusus cewek. Ya maksudnya di hijab itu sendiri ngeconvertnya di share
dulu gitu “gue nanti kayak gini, gimana? Ada perbaikan engga?” misalnya
buatnya engga terlalu ketat, terus kalo couple harus sama mahrom. Engga

43
Hasil FGD pada tanggal 6 September 2016 di UIN Jakarta.
44
Hasil FGD pada tanggal 6 September 2016 di UIN Jakarta.
45
Fatimah Mernissi, Wanita di dalam Islam:,terj, Yeziar Redianti (Bandung: Pusaka,
1991), h. 118.
98

boleh kalo tiba-tiba couple aja. Terus misal cross dress, cowok engga boleh
kayak cewek, kalo cewek mau jadi cowok, aturannya auratnya harus tetep
ketutup.”
Sesungguhnya dalam hadits sahih telah terdapat larangan mengenai

perempuan yang menyerupai laki-laki dan laki-laki yang menyerupai

perempuan

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiallahu‘anhuma, beliau berkata :


"Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang
menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki".46 (HR. Bukhari)
Namun, sejauh penelitian ini berjalan. Anggota hijab cosplay IOC

belum ada yang melakukan cross dress atau bisa disebut sebagai

membalikan karakter.

Lalu sebagai seorang muslimah yang bercosplay Tina, Dwi, Maya,

Nada, Rifka dan Oci tidak merasa berlebihan dalam berpakaian atau

berhias.seperti kutipan Mayya berikut:

“berlebihan sih engga ya. Soalnya apa yang kita pakai udah sesuai
aturan dalam islam. Kita bukan memakai pakaian yang terbuka, kita malah
pakai yang menutup aurat. Jadi saya rasa itu engga berlebihan sih”47
Tidak berlebihan dalam berpakaian bagi wanita ialah tidak menarik

peratian bagi lawan jenis dan tidak juga membangkitkan syahwat lawan

jenis (tabarruj).48 Karena pada dasarnya kostum yang dipakai oleh cosplayer

tidak juga menampilkan lekuk tubuh yang dapat membangkitkan syahwat

dan juga tidak menerawang. Hijaab cosplayer sebisa mungkin memodifikasi

kostum mereka dengan berbagai cara, bisa dengan baju manset, celana

panjang, atau rok yang dipanjangkan dan baju yang dibuat lebih besar dari

ukuran tubuh.
46
Abdul Halim Abu Syuqqoh, Kebebasan Wanita, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h.
373.
47
Hasil FGD pada tanggal 6 September 2016 di UIN Jakarta.
48
Abdul Halim Abu Syuqqoh, Kebebasan Wanita, h. 342.
99

Tahap kedua, setelah membuat baju ke cosmaker dengan

memperhatikan batasan-batasan dan saran yang sudah diterima dari anggota

dan pengurus lainnya. Maka, cosplayer siap untuk tampil di depan umum

dengan kostum yang sudah dimodifikasi agar pantas dipadukan dengan

hijab sebagai pengganti wig. Pada tahap ini cosplayer akan berdandan sesuai

dengan karakter asli. Disinilah kepekaan terhadap lingkungan dan teman

sesama cosplayer di uji. Hijab cosplay IOC episode UIN memiliki cara

untuk menjaga lingkungan selama bercosplay diantaranya mengumpulkan

dan membuang sampah tisu sisa berdandan, bekas makan minum ke plastik

yang biasanya selalu mereka sediakan selama bercosplay. Selain itu, bada

memberikan tambahan mengenai cinta lingkungan saat dirinya sedang

bercosplay

“sejauh ini yang aku tahu temen-temen cosplayer cinta lingkungan


kok, tiap kita abis kumpul kumpu kita beresin lagi tempatnya, kita juga
kalau kumpul tetep menjaga ketertiban berusaha enggak mengganggu
sekitar. Terus kita juga kadangan manfaatin limbah kertas untuk bikin
weapon gitu”49
“kita kan hijab cosplayer dan kita muslim, kita tau
kalau :annadhofathu minal iman” kalau kebersihan itu sebagian dari iman,
ada sampah ya kita kumpulin dan kalau kita pindah dibuang dulu. Karena
kita datang tempat itu bersih, jadi pas kita tinggaalin juga tempat itu harus
bersih.”50 Timpal Mayya
Selektif dalam memilih makanan yang halal dalam event yang

mereka hadiri pun menjadi salah satu tindakan yang mereka pilih untuk

menjaga identitas mereka sebagai muslimah yang taat bahkan pada makanan

yang akan masuk kedalam tubuh mereka. Seperti yang terdapat dalam

peraturan IOC besar, bahwa selama bercosplay, hijab cosplay IOC

dianjurkan untuk menjaga jarak saat ada lawan jenis yang ingin meminta

49
Hasil FGD pada tanggal 6 September 2016 di UIN Jakarta.
50
Hasil FGD pada tanggal 6 September 2016 di UIN Jakarta.
100

foto bersama mereka. Tahap ketiga setelah bercosplay ialah evaluasi.

Apabila melanggar peraturan yang sudah dibuat oleh komunitas maka

cosplayer bersangkutaan akan mendapatkan teguran dari pengurus dengan

tiga tahap peneguran. Kartu kuning, kartu merah dan danger.

Perilaku hijab cosplayer menghasilkan prraktik di lapangan dan

pengaplikasian yang dilakukan oleh anggota hijab cosplay IOC episode UIN

Jakarta. Berikut cara yang dilakukan oleh 6 anggota hijab cosplay IOC

episode UIN dalam mempertahankan identitas mereka sebagai Muslimah.

Dwi, Tina, Nada, Rifka, Oci dan Mayya berupaya memodifikasi

kostum agar tetap berada pada koridor etika berpakaian dalam Islam yaitu

busana yang menutup aurat dan tidak membentuk lekuk tubuh, Dwi

menyatakan bahwa hijab jangan dibuat terlalu mirip dengan wig, hal itu

tidak dianjurkan oleh komunitasnya karena menyamakan dengan rambut asli.

Maka, hijab cosplay yang diperankannya memakai jilbab seperti biasa dan

hanya menambahkan aksesoris seperti di karakter aslinya. Rosi

mengungkapkan bahwa memakai pakaian yang besar dan tidak

menampakan lekuk tubuh sudah menjadi keseharian, dirinya akan merasa

tidak nyaman apabila memakai busana yang terlalu ketat di badan.

Berikut merupakan perbandingan antara karakter asli yang

dicosplaykan dengan modifikasi kostum yang dilakukan anggota hijab

cosplay IOC episode UIN Jakarta:


101

Gambar 4.13: (kiri) Dwi berhijab cosplay sebagai Shinoa


Gambar 4.14: (kanan) Karakter shinoa Owari no Seraph

Gambar 4.15: (kiri) Tina berhijab cosplay sebagai Mitsuba


Gambar 4.16: (kanan) google.com/ Mitsuba Owari No Seraph

Gambar 4.17: (kiri) Nada berhijab cosplay sebagai Mito


Gambar 4.18: (kanan) Karakter Mito Owari No Seraph
102

Gambar 4.19: (kiri) Mayya berhijab cosplay sebagai Sayuri


Gambar 4.20: (kanan) Karakter sayuri Owari No Seraph

Gambar 4.21: (kiri) Rosi berhijab cosplay sebagai Yukimi


Gambar 4.22: (kanan) karakter Yukimi Owari No Seraph

Gambar 4.23: (kanan) Rifka berhijab cosplay sebagai Kotori


Gambar 4.24: (kiri) Karakter Kotori anime Love Live
103

Selain itu, peraturan yang dibuat oleh IOC pusat dianggapnya

melindungi anggota-anggota IOC terutama untuk anggota wanitanya.

Peraturan IOC menurut Tina membantunya mempertahankan identitasnya

sebagai seorang Muslimah dengan adanya kriteria bagi Muslimah yang akan

bercosplay dan aturan lainnya seperti tidak diperbolehkannya berpacaran

antar sesama anggota IOC, tidak diperbolehkan meledek maupun bercanda

yang bisa menyakiti hati orang lain. Upaya lainnya yang dilakukan anggota

untuk mempertahankan identitas sebagai seorang Muslimah ialah menjaga

jarak dengan lawan jenis saat bercosplay maupun saat tidak bercosplay. Hal

terpenting yang dilakukan oleh anggota hijab cosplay IOC episode UIN

Jakarta dalam mempertahankan identitas mereka sebagai Muslimah yaitu

menjaga wudhu dan melaksanakan sholat kapanpun mereka bercosplay.

Hijab cosplayer mengambil wudhu terlebih dahulu sebelum menggunakan

make-up dan terus menjaga wudhu mereka.

Maya pun mengungkapkan dengan tegas mengenai dirinya yang

selalu melaksanakan sholat walaupun dirinya sedang bercosplay.

“Alhamdulillah selama bercosplay saya tidak meninggalkan sholat.


Kalau make up yang luntur bisa diperbaiki, tapi kalau sholat ditinggalkan
kan tidak bisa diperbaiki.”
Sholat menciptakan pengalaman batiniah sekaligus fisik yang akan

memberikan makna. Selain itu, solat juga memberikan pengalaman yang

mendorong ke arah positif karena segala hal yang dilakukan berulang-ulang

dan rutin akan mennciptakan kebiasaan dan pembentukan nilai. 51 Shalat

adalah salah satu cara untuk menampung dorongan energi positif yang akan

menghasilkan daya, semangat, energi, stamina dan kegigihan. Karena saat


51
Ary Ginanjar Agustian, ESQ (Emotional Spiritual Quotient), h. 283.
104

seseorang shalat itu berarti ia menyeimbangkan dan menyelaraskan hati,

pikiran dan perasaanya dalam satu waktu yang akan menambah energi baru

untuk mendorong dirinya agar berkarya dan mengaplikasikan pemikirannya

ke dalam kehidupan nyata.52

Tujuan IOC mempublikasikan hijab cosplay di dalam UIN maupun

di luar UIN yaitu sebagai saran berdakwah kreatif melalui hobi. Selain

menekuni hobi menjadi cosplayer, IOC hijab cosplayer juga ikut

berkontribusi dalam menyiarkan dakwah Islam untuk menutup aurat dan

mengenakan hijab bagi perempuan Muslimah. Bahwa berjilbab bukan jadi

penghalang untuk menekuni hobi, begitupun sebaliknya. IOC juga berusaha

mengenalkaan Islam melalui hijab cosplay dan membuat cosplayer Islam

lainnya tertarik juga terinspirasi untuk berubah dari cosplayer konvensional

menjadi cosplayer yang tetap mempertahankan identitas mereka sebagai

seorang Muslimah dengan cara tetap memakai hijab saat bercosplay.

Sejauh ini, pengurus dan anggota merasakan bahwa hijab cosplay

diterima baik di kalangan cosplayer lain dan masyarakat yang menyukai

“jejepangan”. Dilihat dari apresiasi penikmat dengan meminta berfoto

bersama, media yang meliput dan jurnal ilmiah yang membahasnya.

Walaupun masih ada juga orang-orang yang memberikan sindiran maupun

guyonan saat mereka sedang berhijab cosplay. Tetapi hanya ditanggapi

dengan baik dan senyum saja oleh hijab cosplayer IOC UIN.

Manusia yang dapat menyadari bahwa dirinya diciptakan oleh Allah

dengan membawa sifat-sifat Allah untuk memberi kemajuan dan

52
Ary Ginanjar Agustian, ESQ (Emotional Spiritual Quotien), h. 285.
105

kesejahteraan dan selalu memupuk sifat-sifat tersebut agar tidak menjadi

seorang yang kalah lagi gagal dalam hidupnya, maka akan menghasilkan

motivasi yang besar untuk dirinya sendiri. Seseorang dengan motivasi yang

tinggi dan sadar akan potensi diri tidak akan menyia-nyiakan peluang yang

datang pada dirinya. Karena tantangan yang datang kepadanya menjadi

ajang pembuktian atas kualitas dirinya.

Bagi para anggota hijab cosplay didapati bahwa keaktifan mereka

dilihat dan dihitung dari seberapa sering mereka datang dan ikut

meramaikan menjadi hijab cosplay dalam event-event yang ada. Aspek

kreatif yang mereka dapati yaitu kemampuan mereka dalam membuat

senjata (palsu) dan aksesoris untuk bercosplay, meningkatkan kempuan

modifikasi hijab dari tutorial di internet dan mendesain baju sendiri yang

pantas dipadukan denga hijab. Sedangkan menurut mereka hijab cosplay

sendiri sudah termasuk inovasi dalam hal bercosplay.

Bagi pengurus, keaktifan anggota dilihat dari intensitas pertemuan

dan kehadiran dalam berbagai event yang melibatkan IOC. Baik dalam

project besar yang masuk dalam program IOC maupun kegiatan luar yang

mengundang hijab cosplay IOC untuk ikut memeriahkan acara mereka.

Kreatifitas anggota hijab cosplay IOC dapat dilihat dari kreatifitas

anggotanya dalam membuat weapon (senjata), aksesoris cosplay sendiri

dengan memanfaatkan barang-barang yang lebih terjangkau harganya dan

ada di sekeliling mereka. Selain itu, anggota dan pengurus belajar

memodifikasi dan mengkrasikan hijab untuk mendukung penampilan

mereka saat bercosplay. Inovasi dalam berhijab cosplay dilihat secara nyata
106

dari kostum yang sebenarnya tidak layak untuk di cosplaykan dengan

memakai hijab diubah agar layak dipadukan dengan jilbab bahkan dibuat

tutorial hijabnya yang dibagikan untuk hijab cosplayer yang membutuhkan.

Dari keenam hijab cosplay yang menjadi subjek penelitian ini dapat

ditarik kesimpulan bahwa cara mereka mempertahankan identitas keislaman

mereka dengan berbagai cara, seperti, menjaga jarak dengan lawan jenis,

tidak menggunakan kaa-kata kasar, bergaya hidup sehat dengan makan-

makanan yang halal, menjaga lingkungan sekitar dan yang terpenting ialah

tetap berbusana sesuai dengan etika berbusana dalam Islam dengan tidak

memamerkan aurat dan lekuk tubuh, tidak berlebihan dalam berbusana yang

akan mengundang nafsu orang yang melihat, tidak berbusana menyerupai

wanita bagi lelaki dan sebaliknya. Selain itu, hal wajib yang tidak mereka

tinggalkan ialah menjalankan sholat 5 waktu dimanapun dan kapanpun.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan BAB I sampai dengan BAB IV mengenai konsep

diri dan cara memepertahankan identitas keislaman anggota hijab cosplay

IOC episode UIN Jakarta, penulis menyimpulkan hasil penelitian sebagai

berikut:

1. Konsep diri anggota hijab cosplay IOC episode UIN Jakarta

Ke enam anggota hijab cosplay yang mengikuti diskusi terarah

diatas dihasilkan bahwa anggota hijab cosplay memiliki konsep diri

positif walaupun ada beberapa yang menyatakan keraguan terhadap

jawabannya. Namun, sebagian besar dari jawaban yang diberikan oleh

keenamnya menunjukan sikap tegas terhadap penolakan akan dominasi

kelompok lain. Penerimaan terhadap saran yang membangun.

Kepercayaan diri atas gaya, perilaku dan sikap yang mereka tunjukan

saat bercosplay dan keyakinan bahwa dirinya tidak menyalahi aturan

Islam maupun aturan bercosplay, juga keyakinan dapat memberikan

pemahaman dann membuat masyarakat dapat menerima hijab cosplay.

Motivasi atau dukungan dari keluarga dan teman-teman terdekat

memberikan dorongan bagi keenam anggota yang menjadi subjek

penelitian ini, untuk terus berkreatifitas dan menyalurkan hobi mereka

untuk bercosplay. Karena menurut mereka, gaya bercosplay yang mereka

bawa ke masyarakat tidak menyalahi batasan dalam bercosplay maupun

agama

107
108

Tidak banyak tindakan atau kepribadian karakter dalam bercosplay

ikut terbawa hingga kehidupan sehari-hari, dikarenakan karakter saat

bercosplay memiliki perbedaan dengan karakter mereka sehari-hari.

Hanya saja, kepercayaan diri dan menjaga citra diri saat anggota IOC

berhijab cosplay, sedikitnya terbawa hingga keseharian mereka

Konsep diri dapat dibentuk dan diubah seiring berjalannya waktu

dan bertambahnya pengalaman, selain itu, lingkungan dimana anggota

bersosialisasi juga berpengaruh terhadap konsep diri mereka. Tiga

anggota yang menyatakan bahwa dirinya sebagai pribadi yang introvert

pada kehidupan sehari-hari, nyatanya memiliki kepercayaan diri dalam

menghadapi respon negatif dan persoalan penerimaan hijab cosplay di

hati masyarakat dan tidak membuat mereka ingin berhenti menyebarkan

trend positif sebagai hijab cosplay.

Penilaian mengenai sifat introvert yang dimiliki oleh tiga anggota

yang menjadi subjek penelitian oleh dirinya sendiri, nyatanya tidak

disetujui secara penuh oleh teman dekat mereka yang memberikan

penilaian terhadap karakter hijab cosplayer tersebut sehari-hari. Karena

pada dasarnya karakter introvert yang ditunjukan oleh hijab cosplayer

tersebut disebabkan oleh lingkungan yang tidak begitu mendukung untuk

membuat keterbukaan sifat mereka dan mereka lebih memilih untuk

terbuka dan menujukan sifat ceria juga humorisnya hanya pada teman

dekat ataupun lingkungan yang membuatnya nyaman saja


109

2. Cara Anggota Hijab Cosplay Mempertahankan Identitas Keislaman

Latar belakang dan tujuan hijab cosplay selain sebagai identitas

bagi komunitas dan diyakini sebagai cara berdakwah dan

menyebarluaskan tren positif mengenakan hijab melalui hobi.

Hijab cosplayer IOC memiliki peraturan sendiri yang mengharuskan

anggotanya, terutama yang bercosplay untuk menjaga identitas agamis

yang mereka bawa. Diantaranya, menjaga jarak dengan lawan jenis, baik

saat berada alam komunitas maupun sedang bercosplay. Tidak

menggunakan kata-kata kasar saat berbicara dan memanggil dengan

panggilan yang tidak disukai oleh orang tersebut, karena bagi cosplayer

IOC mereka tidak hanya membawa kostum untuk ditampilkan saja tetapi

membawa karakter baik sebagai seorang Muslimah. Menggunakan

kostum yang menutup aurat dan tidak menunjukan lekuk tubuh cosplayer

dan tetap menjalankan sholat kapan dan dimanapun mereka bercosplay

Anggota maupun pengurus mengungkapkan bahwa keaktifan,

kekreatifan dan keinovatifan dibuktikan dengan intensitas kehadiran

anggota dalam setiap event dan keikutsertaan dalam project yang dibuat

oleh komunitas. Lalu, kekeratifan dapat dilihat dari kostum modifikasi

dan peralatan juga akseseris yang dibuat sendiri oleh anggotanya.

Sedangkan, menjadi hijab cosplay sudah menjadi inovasi tersendiri untuk

dunia hobi berkostum ini.


110

B. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian penulis terhadap konsep

diri anggota hijab cosplay IOC UIN Jakarta dalam mempertahankan identitas

keislaman. Penulis menyarankan agar:

1. Bagi IOC Episode UIN Jakarta, selama penelitian peneliti belum

pernah melihat cosplayer IOC UIN yang menggunakan karakter asli

Indonesia yang di cosplaykan pada acara yang dihadiri. Karena kita

tinggal di Indonesia, mungkin sedikitnya karakter fiksi asli Indonesia

juga ikut di cosplaykan. Selain itu IOC diharapkan dapat

meningkatkan sosilalisai mengenai Hijab cosplay karena saat ini

masih orang-orang tertentu saja yang mengetahui mengenai Hijab

Cosplay.

2. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan melengkapi pembahasana

mengenai hijab cosplay secara lebih luas. Tidak hanya di UIN saja

dan menambahkan subjek penelitian agar lebih valid dan kaya

informasi. Diharapkan penelitian selanjutnya juga menambah dan

kembangkan mengenai teori identitas spiritual.


DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Agus. PSikologi Sosial: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan


Pengetahuan Empirik . Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2013.

Agustian, Ary Ginanjar. ESQ (Emotional Spiritual Quotient. Jakarta : Penerbit


Arga, 2005.

Al-Jamal, Ibrahim Muhammad. Fiqih Wanita. Bandung : Gema Insani Press,


2002.

Alwasilah, A. Khaidar. Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan


Melakukan Penelitian Kualitatif. cetakan ke-2. Jakarta : Pustaka Jaya,
2002.

Arbi, Armawati. Psikologi Komunikasi dan Tabligh. Jakarta : Penerbit Amzah,


2012.

Ardianto, Elvinaro. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung : Simbiosa, 2007.

Arief, Ariesto Hadi Sutopo dan Andriana. Terampil Mengolah Data Kualitatif
dengan NVIVO. Jakarta : Prenada Media Grup, 2010.

Bahruddin. Paradigma Psikologi Islam. Yogyakarta : Penata Aksara, 2007.


Dani, Indria Rusman. Pintar Membuat Abaya. Jakarta : Qultum Media, 2009.
Frank Jefkins, Daniel Yadin. Public Relations. United Kingdom : Penerbit
Erlangga, 2004.

Gamble, T. Kwal. Communication Work. New York : The McGraw-Hill


Companies, 2005.
G. Cevilla, Convelo, dkk. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta : Universitas
Indonesia. 1993.
Ibrahim, Farid L. Perempuan dan Jilbab. Jakarta : Mitra Aksara Panaitan, 2011.

Jenkins, Richard. Identitas Sosial. Medan : Bina Media Perintis, 2014.

Kottak, Conrad Phillip. Mirror for humanity: A concise Introduction to Cultural


Anthropology. New York : McGraw- Hill Companies, 2010.

LittleJohn, Stephan. W. Teori Komunikasi. Jakarta : Salemba Humanika, 2009.

Littlejohn, Stephen W. Encyclopedia of Communication Theory. Singapore :


Saga Publication Inc, 2009.

Lutfi, Ikhwan. Psikologi Sosial. Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.

McQuail, Dennis. Teori Komunikasi Massa. Jakarta : Penerbit Salemba


Humanika, 2009.

111
112

Mernissi, Fatimah. Wanita dalam Islam. [trans.] Yeziar Redianti. Bandung :


Pusaka, 1991.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja


Rosdakarya, 2005.

Mulyana, Dedy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja


Rosdakarya, 2008.

Mutmainah, Nina. Psikologi Komunikasi. Jakarta : Universitas Terbuka, 1997.

Nasrullah, Rulli. Komunikasi Antarbudaya di Era Media Siber. Jakarta :


Kencana, 2012.

—. Teori dan Riset Media Siber. Jakarta : Kencanaa media Grup, 2014.

Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya,


2007.

Ritzer & Goodman. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Prenada, 2004.

Sapuri, Rafy. Psikologi Islam: Tunyunan Jiwa Manusia Modern. Jakarta :


Rajawali Press, 2009.

Sarwono, Sarlito W. Psikologi Sosial. Jakarta : Penerbit Salemba Humanika,


2009.

Shihab, M. Quraish. Jilbab Pakaian Wanita Muslimah. Jakarta : Lentera Hati,

2010.

Sobur, Alex. Psikologi Umum. Bandung : CV Pusaka Setia, 2003.

Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan. pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan


R&D. Bandung : Alfabeta, 2010.

Sukmi, Sih Natalia. Konstruksi Identitas Pengguna Media yang Konvergen.


Jakarta : FISIP Universitas Indonesia, 2013.

Surtiretna, Nina. Anggun Berjilbab: Pakaian Wanita Muslimah. Bandung :


Mizan, 1995.

Syuqqoh, Abdul Halim Abu. Kebebasan Wanita. Jakarta : Gema Insani Press,
1997.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus


Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 1995.

Upton, Penney. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Penerbit Erlangga, 2012.


113

Yulianita, DR. Neni. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung : P2U-LPPM


UNISBA, 2007.

PENELITIAN DAN JURNAL

Indrizal, Edi. Diskusi Kelompok Terararh: Focus Group Discuussion (FGD),


Prinsip-Prinsip Dan Pelaksanaan Di Lapangan. Fakultas Ilmu Politik
dan Ilmu Sosial, Jurusan Antropologi. Universitas Andalas, Padang.

Afiyanti, Yati. Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok Terfokus) Sebagai


MetodePengumpulan Data Penelitian Kualitatif, Staf akademik
keperawatan maternitas FIK UI. Jurnal Keperawatan Indonesia volume
12, nomor 1, Maret 2008.

Venus, Antar dan Lucky Helmi. Budaya Populer Jepang di Indonesia: Catatan
Studi Fenomenologis Tentang Konsep Diri Anggota Cosplay Party
Bandung Jurnal Aspikom: Universitas Padjajaran, 2010.

Hasanah, Noviy dan Meirisyah Eldinah. Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial


dan Budaya; Profil Tiga Cosplayer pada Komunitas Sebagai Pembentuk
Identitas Diri Remaja.. Program Studi Pendidikan Antropologi, Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, 2015.

F, Ramzielah Fidy. Komunitas Hijab Cosplay Gallery: Representasi Komunitas


Subkultur Virtual di Indonesia, Tesis, S2 Kajian Sastra dan Budaya,
Universitas Airlangga, Surabaya.

ONLINE

Aini, Nur. 2014. Definisi Cosplay dan Jenisnya. [Online] Mei 2014. [Cited: April
4, 2016.] http://galleryotaku.blogspot.co.id/2014/05/cosplay-definisi-
sejarah-dan jenis.html

Azhiim, Rizma Afian. 2015. Identitas dan Subjektivitas Budaya Populer Cosplay
di Indonesia. [Online] November 2015. [Cited: Februari 16, 2016.]
http://www.academia.edu/4240627/identitas dan subjektivitas budaya
populer cosplay di Indonesia.

Faqih, Al. 2011. Identitas Seorang Muslim. [Online] Agustus 2011. [Cited: Mei
11, 2016.] http://artikelalfaqihwarsono.blogspot.co.id/2011/08/identitas
seorang muslim.html.

IIUM, Forum Tarbiyah. 2011. Mengokohkan Identitas Keislaman. [Online]


April 2011. [Cited: Mei 9, 2016.]
Kliktarbiyah.blogspot.com/2011/04/mengokohkan-identitas
keislaman.html?m=1.

Indrawan, Angga. 2015. Republika Online. Inilah 10 Negara dengan Populasi


Muslim Terbesar di Dunia. [Online] Mei 27, 2015. [Cited: Agustus 1,
2016.]
114

m.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam nusantara/15/05/27noywh5
inilah 10negara-dengan-populasi-muslim terbesar-di-dunia.

Islamic Otaku Community. 2015. Sekilas Mengenai Islamic Otaku Community.


[Online] Maret 2015. [Cited: Mei 14, 2016.]
http://www.islamicotaku.com/2015/03/sekilas-tentang-islamic-otaku
community.html.

LOOP KITA. 2015. loop.co.id. [Online] September 17, 2015. [Cited: Mei 2016,
2016.] http://www.loop.co.id/articles/cosplay-bukan-sekedar-pakai
kostum.

LPM INSTITUT. Akulturasi Islam dan Jepang dalam IOC. [Online] [Cited: Juli
12, 2016.] Akulturasi Islam dan Jepang dalam IOC |
LPMINSTITUT.COM - UIN JAKARTA.

FGD DAN WAWANCARA

Wawancara dengan kapten IOC episode UIN Jakarta, Isma. Pada tanggal 6
September 2016 di UIN Jakarta

FGD pada tanggal 6 September 2016 di UIN Jakarta

Wawancara langsung dengan Dwi saat photo session ke 2, tanggal 11 Juni 2016 di
UIN Jakarta

Wawancara langsung dengan Tina saat photo session ke-2, pada tanggal 11 Juni
2016 di UIN Jakarta

Wawancara langsung dengan Nada saat photo session ke-2, pada tanggal 11 Juni
2016 di UIN Jakarta

Wawancara langsung dengan Mayya saat photo session, pada tanggal 11 Juni
2016 di UIN Jakarta

Wawancara langsung dengan Rosi saat photo session, pada tanggal 11 Juni 2016
di UIN Jakarta

Wawancara dengan Aida ( Sahabat Dwi), pada tanggal 20 Juni 2016

Wawancara dengan Mega (Sahabat Mayya), pada tanggal 19 Juni 2016

Wawancara dengan Pipit (Sahabat Tina), pada tanggal 20 Juni 2016

Wawancara dengan Alifia (Sahabat Rifka) pada tanggal 17 September 2016 di


acara IC Fest

Wawancara dengan Ayu (Sahabat Nada), pada tanggal 20 Juni 2016


115

Wawancara dengan wakil kapten sekaligus sekretaris IOC episode UIN Jakarta,
Zia. Pada tanggal 27 Juli 2016

DOKUMENTASI

Dokumentasi Pribadi Anggota Komunitas

Dokumentasi Pribadi Peneliti

Google.com/Owari NoSeraphCosplay

Google.com/CrossdressCosplay

Google.com/tokusatsu

Google.com/idolstar \cospaly
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA DAN FGD

Pertanyaan penelitian yang disusun sebagai panduan wawancara untuk


menggali informasi mengenai konsep diri dan identitas keislaman dari responden
Hijab Cosplayer Islamic Otaku Community, antara lain:

Pertanyaan Konsep Diri

1. Apakah anda meyakini akan nilai-nilai keislaman dan prinsip keislaman?


(dalam hal ini berkaitan dengan etika berbusana bagi wanita)
2. Apakah anda bersedia mempertahankan untuk menjadi hijab cosplayer,
walaupun menghadapi tekanan dari kelompok yang lebih kuat?
3. Apakah anda merasa berlebihan ataupun bersalah ketika menjadi hijab
cosplayer?
4. Apakah anda merasa cemas dengan masa depan hijab cosplay? Apakah
anda merasa bangga menjadi bagian dari hijab cosplay itu sendiri?
5. Apakah anda bisa mengatasi persoalan, apabila hijab cosplay belum
mendapat tempat di hati masyarakat?
6. Apakah anda merasa setara atau sama dengan cosplayer-cosplayer lain saat
anda sedang menjadi seorang hijab cosplayer?
7. Apakah anda merasa diterima oleh orang lain atau dianggap penting oleh
orang lain saat sedang bercosplay?
8. Bagaimana respon dan sikap anda apabila menerima pujian dari orang lain
saat sedang bercosplay?
9. Apa respon anda, apabila ada orang lain yang mengatur model cosplay
yang anda pilih?
10. Apakah anda merasa bahagia dan puas ketika karater yang anda
cosplaykan sesuai dengan impian anda?
11. Apakah anda menikmati menjadi hijab cosplayer (dalam berbagai kegiatan,
persahabatan dan waktu luang)?
12. Apakah anda peka terhadap kebutuhan (gagasan/koreksi/saran/motivasi)
yang dubutuhkan oleh teman anda sebagai sesama cosplayer?

Pertanyaan Identitas Keislaman

1. Apakah cosplayer merasa bergaya hidup sehat dengan asupan makanan


halal?
2. Apakah cosplayer termasuk orang yang cinta dengan lingkungannya?
Contohnya?
3. Bagaimana cara anda mempertahankan menjadi hijab cosplayer
profesional?
4. Bagaimana cara anda menjadi aktif, kreatif dan inovatif dalam bercosplay?
5. Apa upaya yang anda lakukan apabila ada orang yang mencaci maki
karakter yang anda perankan?
6. Apakah tindakan dalam bercosplay yang terbawa hingga dalam kehidupan
sehari-hari?
7. Bagaimana cara anda mengimbangi antara menjadi hijab cosplayer
profesional sekaligus mempertahankan keislaman?
PEDOMAN WAWANCARA DAN FGD

Pertanyaan penelitian yang disusun sebagai panduan wawancara untuk


menggali informasi mengenai konsep diri dan identitas keislaman hijab cosplayer
dari responden Pengurus Islamic Otaku Community, antara lain:

Pertanyaan Konsep Diri

1. Apakah yang anda ketahui juga pahami mengenai hijab cosplay?


Dimanakah perbedaan antar hijab cosplay dengan cosplay secara umum?
2. Bagaimana sikap dan tanggapan anda terhadap hijab cosplay?
3. Apakah niat yang dimiliki kelompok dalam mempublikasikan hijab
cosplay?
4. Bagaimana cara dan upaya kelompok mempertahankan identitas keislaman
anggotanya yang menjadi hijab cosplayer?
5. Batasan-batasan cosplay seperti apakah yang bisa berubah dan tidak bisa
berubah saat menjadi hijab cosplayer?
6. Apakah menjadi hijab cosplayer merubah tindakan dan perilaku dari hijab
cosplayer itu sendiri?

Pertanyaan Identitas Keislaman

1. Bagaimana cara kelompok dalam mempertahankan menjadi hijab


cosplayer profesional?
2. Bagaimana cara menjadi aktif, kreatif dan inovatif dalam bercosplay?
3. Apa upaya yang anda lakukan apabila ada orang yang mencaci karakter
yang sedang diperankan oleh hijab cosplayer?
PEDOMAN WAWANCARA DAN FGD

Pertanyaan penelitian yang disusun sebagai panduan wawancara untuk


menggali informasi mengenai konsep diri dari responden Sahabat anggota IOC,
antara lain:

1. Apakah yang anda ketahui juga pahami mengenai hijab cosplay?


Dimanakah perbedaan antar hijab cosplay dengan cosplay secara umum?
2. Bagaimana sikap dan tanggapan anda terhadap hijab cosplay?
3. Dampak seperti apakah yang ditimbulkan dari munculnya hijab cosplay?
4. Bagaimanakah karakter (subjek) dalam kehidupan sehari-hari?
5. Adakah tindakan (subjek) saat bercosplay yang terbawa hingga kehidupan
sehari-hari?
Tabel 4.5
Karakteristik Konsep Diri Positif Berdasarkan Modifikasi
Hamachek1

Pertanyaan Nada Dwi Tina Maya Rosi Rifka

1 Apakah anda YA YA YA YA YA YA
meyakini akan nilai-
nilai keislaman dan
prinsip keislaman?
(dalam hal ini
berkaitan dengan etika
berbusana bagi
wanita)
2 Apakah anda bersedia YA YA YA YA YA YA
mempertahankan
untuk menjadi hijab
cosplayer, walaupun
menghadapi tekanan
dari kelompok yang
lebih kuat?
3 Apakah anda merasa TD TD TD TD TD TD
berlebihan ataupun
bersalah ketika
menjadi hijab
cosplayer?
4 Apakah anda merasa TD TD TD TD TD TD
cemas dengan masa
depan hijab cosplay?
Apakah anda merasa
bangga menjadi
bagian dari hijab
cosplay itu sendiri?
5 Apakah anda bisa YA YA YA YA YA YA
mengatasi persoalan,
apabila hijab cosplay
belum mendapat
tempat di hati
masyarakat?
6 Apakah anda merasa YA YA R YA YA YA
setara atau sama
dengan cosplayer-
cosplayer lain saat
anda sedang menjadi
seorang hijab
cosplayer?

1
hasil FGD yang dilakukan pada 11 September 2016.
7 Apakah anda merasa R YA YA YA YA YA
diterima oleh orang
lain atau dianggap
penting oleh orang
lain saat sedang
bercosplay?
8 Apakah anda merasa YA YA YA YA YA YA
bahagia dan puas
ketika karakter yang
anda cosplaykan
sesuai dengan impian
anda?

9 Apakah anda YA YA YA YA YA YA
menikmati menjadi
hijab cosplayer (dalam
berbagai kegiatan,
persahabatan dan
waktu luang)?
10 Apakah anda peka YA YA R YA R R
terhadap kebutuhan
(gagasan/koreksi/sara
n/motivasi) yang
dubutuhkan oleh
teman anda sebagai
sesama cosplayer?

Tabel 4.6
Sikap dan Tindakan Anggota Hijab Cosplay IOC Episode UIN

No Pertanyaan Nada Dwi Tina Maya Rosi Rifka

1 Apakah cosplayer YA YA YA YA YA YA
merasa bergaya hidup
sehat dengan asupan
makanan halal?
2 Apakah cosplayer YA YA YA YA YA YA
termasuk orang yang
cinta dengan
lingkungannya?
3 Apakah tindakan YA TD YA YA TD YA
dalam bercosplay yang
terbawa hingga dalam K K
kehidupan sehari-hari?
TRANSKRIP HASIL FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)
Narasumber:
1. Zuhroh Annada (Fakultas Syariah dan Hukum/ Perbankan Syariah)
2. Nabilah Sumayyah (Fakultas Adab dan Humaniora/ Ilmu Perpustakaan)
3. Astina Riyana (Fakultas Tarbiyah/ Manajemen Pendidikan)
4. Dwi Rahmah Najiibah(Fakultas Dakwah dan Komunikasi/ Jurnalistik)
5. Rifka Miftahul Aini (Fakultas Sains dan Teknologi/ Matematika)
6. Rosiana Pratama Efendi (Fakultas Dakwah dan Komunikasi/ KPI)
Waktu dan Tempat : 6 September 2016/ Student Center
Pertanyaan Konsep Diri
1. Apakah anda meyakini akan nilai-nilai keislaman dan prinsip keislaman?
(dalam hal ini berkaitan dengan etika berbusana bagi wanita)
OCI: iya, soalnya di IOC kayak ada rulesnya, ada peraturannya sendiri.
walaupun kita cosplay, kerudung itu harus menutupi dada, walaupun bercosplay
juga kita engga boleh melanggar peraturan-peraturan keislaman itu sendiri.
DWI: kalo menurut aku sih iya. Soalnya kan dalam IOC sendiri itu
banyak banget larangannya, misalnya engga boleh anime yang echi atau anime
yang terbuka. Jadi tuh kita harus cati anime yang aman-aman, yang udah tertutup
rapat jadi kita cosplaynya engga usah di vermak-vermak lagi.
RIFKA: kalo menurut saya, dalam islam sendiri itu kan wanita memang
diwajibkan untuk menggunakan hijab dengan menutup aurat. Nah, walaupun kita
otaku tapi kita mau cosplay. Jadi kita harus tetap menutup aurat juga. Engga yang
buka-tutup gitu. Kalo misal masalah kostum, misalnya di karakter itu dia terbuka
contoh rok mini, ya kita akalin aja, misalnya roknya jadi panjang.
TINA: tentu saja saya meyakininya, terlebih lagi saat cosplay kita memilih
dari awal akan memakai karakter yang seperti apa. Kalau mau memilih karakter
yang terbuka, pasti akan dipikir berulang kali untuk mengcosplaykannya.
NADA: ya, saya nilai-nilai dalam etika berbusana, namun bukan berarti
dalam berbusana kita harus mengikuti tradisi orang arab, karena indonesia
memiliki ciri khas berbusana sendiri.
2. Apakah anda bersedia mempertahankan untuk menjadi hijab cosplayer,
walaupun menghadapi tekanan dari kelompok yang lebih kuat?
OCI: kepercayaan diri masing-masing aja sih, jdi kita hijab cosplay juga
engga sendiri, bareng teman-teman. Saat teman-teman percaya diri, kita juga jadi
ikutan percaya diri. Mau orang ngomong apa juga, kita tutup kuping, toh kita juga
engga menyalahi aturan apapun. Kita hijab cosplay tetap dalam aturan islami dan
kita engga merugikan mereka, engga merugikan siapapun jadi kita biasa aja
DWI: kalo saya sendiri waktu itu pernah ada yang ngjudge juga. Pernah
ada yang bikin postingan-postingan negatif. Tekanannya sih biasa aja. Karena
kitta berpikir, ini hobi saya, dan saya bisa kok memisahkan yang mana agama
yang mana hobi saya. Jadi tenang aja, engga perlu dibesarin, kita juga udah sadar
kok.
RIFKA: mereka itu kan haters ya, dia lagi mengumbar-umbar keburukan
kita. Anggap aja dia lagi promosiin kita, jadi semacam promosi gratis gitu kan.
Kalo masalah dijelek-jelekin gitu, misal yang jelek-jelekin non islam, ya
pegangannya ya “la kum diinukum wa liyadin”.
MAYA: aku memilih jadi hijab cosplayer karena itu pilihan akku. Mereka
engga berhak marah-marah atas pilihan aku
TINA: insya Allah bersedia. Kalau disini (FLAT) baru tahu kalau saya
ikut cosplay dan mereka bilang kalau saya di IOC lebih terhormat, lebih dihargain.
Kalau di organisasi lain (FLAT) mereka udah tahu banget aku kayak gimana, jadi
udah akrab banget. Kalau di IOC saat cosplay merasa dihargainnya dengan
mereka nyebut kalau kita itu cosplayer
NADA: iya, karena perempuan muslim wajib berhijab, dan bercosplay
adalah hobi saya, saya tidak akan berhenti menekuni hobi hanya karena tekanan
kelompok lain
3. Apakah anda merasa berlebihan ataupun bersalah ketika menjadi hijab
cosplayer?
OCI: engga merasa berlebihan, kan yang kita pakai kostumnya bukan
yang membuka diri ataupun buka-bukaan banget gitu. Emang udah tertutup,
misalnya itu rok mini yaa roknya dipanjangin.
DWI: kalo berlebihan sih engga. Soalnya kan kita udah sadar sendiri
karakternya seperti itu. Misal ada orang yang bilang “ih berlebihan banget, masa
roknya dipanjang-panjangin”, kita sih nanggapinnya “yaudah terserah kamu, ini
kan gaya cosplay saya. Dan saya tidak menyalahi aturan dalam islam.”
RIFKA: engga berlebihan sih, malah ngerasa seneng banget karena hijab
cosplay.
MAYA: berlebihan sih engga ya. Soalnya apa yang kita pakai udah sesuai
aturan dalam islam. Kita bukan memakai pakaian yang terbuka, kita malah pakai
yang menutup aurat. Jadi saya rasa itu engga berlebihan sih
TINA: kadang ada perasaan begitu. Tapi kalau saya, kalau mau cosplay ya
milih-milih gitu juga karakternya yang sesuai dan background dari karakternya
engga nyeleneh juga. Jadi saat orang lain melihat kita cosplay dengan hijab tidak
memandang dengan tatapan yang terlalu aneh. Yaa walaupun ada guyonan-
guyonan yang bilang langsung bakalan bilang karakter yang sedang kita
cosplaykan dengan versi pakai “gamis”. Tapi after all, engga ngerasa berlebihan
sih.
NADA: menurut saya tidak berlebihan karena saya hanya mengganti wig
dengan jilbab, saya merasa bersalah jika kostumnya kurang totalitas seperti engga
ada weapon atau senjata kurang maksimal terus warna kostum engga mirip seperti
di anime
4. Apakah anda merasa cemas dengan masa depan hijab cosplay? Apakah anda
merasa bangga menjadi bagian dari hijab cosplay itu sendiri?
OCI: oh engga cemas, solanya hijab cosplay jadi sesuatu yang unik. Jadi
kita malah bersemangat untuk membuat hijab cosplay sebagi suatu trending
fasihion tersendiri. Dan tentunya bangga menjadi hijab cosplay, karena jarang ada
dan kita yang mempelopori
DWI: kalo cemas sih engga, soalnya kan dari kepercayaan diri kita sendiri.
misalnya kalo kita udah ada orang ang ngejudge kita tutup kuping, jadi dibawa
santai aja. Kalo bangga pasti, apalagi kalau lagi dalam event-event gitu terus ada
yang bilang “eh liat deh ada yang syariah”, tapi mereka bukan ngatain kita tapi
malah minta foto sama kita. Jadi agak bingung sih, tapi ikutin aja.
RIFKA: mungkin kalau untuk para cosmaker hijab cosplay dapat
menambah penghasilan mereka sih, banyak cosplay hijab yang mesan baju ke
mereka. Bahkan saya sendiri ingin belajar bikin costum.
MAYA: aku sih engga cemas yaa. Tapi justru kita bisa ajak teman-teman
yang tidak berhijab untuk mencoba hijab cosplay. Lama-lama mereka akan ikut
hijab beneran. Terus kita kan menyebarkan syiar islam juga, jadi biar sekali
mendayung dua tiga pulau terlampaui. Yaa pencapaiannya sekaligus, hobinya
dapet dakwahnya juga ada.
TINA: kalau menurut saya, hijab cosplay sudah mulai terangkat, tidak
dipandang sebelah mata lagi dan udah banyak yang kreatif juga dengan pakai
hijab cosplay. Bangga juga menjadi hijab cosplay, tapi kalau di lingkungan UIN
sendiri sih masih agak malu untuk memperkenalkan diri sebagai cosplayer, karena
sedikit pesimisi dan takut diejek tapi kenyataannya mengga diejek juga. Sekarang
sih mencoba untuk engga malu.
NADA: saat ini saya tidk cemas, karena semakin banyak yg bisa
menerima hijab cosplay selain itu sudah banyak teman teman yg tertarik juga
untuk berhijab cosplay. Tentu saya bangga karena bisa menikmati hobi tanpa
harus keluar dari nilai nilai islam.
5. Apakah anda bisa mengatasi persoalan, apabila hijab cosplay belum
mendapat tempat di hati masyarakat?
OCI: tergantung seleera masyarakat masing-masing yaa. Jadi mereka
memiliki pendapat yang berbeda-beda ada yang suka ada yang engga. Toh waktu
pertama kita cosplay banyak yang minta foto. Berarti alhamdulillah kita diterima
baik di masyarakat.
DWI: kita ngajak dan memperkenalkan budaya kita aja sih, terutama
karena mayoritas kita islam jadi mencampurkannya dengan budaya jepang. Islam
kan identik dengan baju panjang, sopan, kita ikutin syariat islam. Sekaligus kita
memperkenalkan pada masyarakat yang belum tahu.
RIFKA: tanya ke orang terdekat dulu, mereka tahu cosplay atau tidak.
misal mereka bilang “tahu” terus bilang deh kalau kita cosplay hijab, lalu jelasin
cosplay hijab itu apa, lama-lama mereka jadi mengenal dan menerima hijab
cosplay itu sendiri.
MAYA: semua orang punya selera masing-masing, kalau mereka belum
bisa terima ya engga apa-apa yang penting kita udah ngasih pemahaman kalau
hijab cosplay itu seperti ini. kalau mereka bisa terima ya alhamdulillah, kalau
mereka belum bisa terima yasudah itu hak mereka
TINA: secara umum sih kalau menurut saya biar bisa diterima di
masyarakat yaa dengan nunjukin prestasi. Kalau hijab cosplay dan untuk orang
yang paham dengan cosplay tunjukin kalau kita tidak OUT OF CHARACTER
NADA: ya tentu, dengan meyakinkan lingkungan sekitar tentang hijab
cosplay dan dibantu teman-teman dari komunitas, saya yakin suatu saat nanti
hijab cosplay akan mendapat tempat dihati seluruh masyarakat dan penikmat
jejepangan
6. Apakah anda merasa setara atau sama dengan cosplayer-cosplayer lain saat
anda sedang menjadi seorang hijab cosplayer?
OCI: kita engga pernah dapet diskriminasi kalo untuk masalah cosplay
hijab maupun cosplay konvensional. Sewaktu cosstreet, lomba ataupun tampil kita
punya hak yang sama dengan cosplayer-cosplayer lainnya
DWI: kita sama sih dengan cosplayer-cosplayer lainnya. Contohnya aja
dalam event ennichisai kemarin, panitianya malah nyuruh kita untuk naik ke atas
panggung, kita kan hijab apa bisa diterima? Ternyata respon yang bagus tuh
banyak. Pas naik ke atas panggung tuh udah seru jadi kita ngerasa setara dengan
yang lainnya
RIFKA: setara aja. Tapi pandangan orang kan beda-beda sesuai kreasinya
sendiri. kayak semakin bagus kreasinya, semakin unik semakin tinggi antusias di
masyarakat dan otaku-otaku yang lain
MAYA: setara. Karena kita sama-sama cosplayer Cuma bedanya kita
pakai hijab. Ya mungkin mentalnya saja yang masih beda, perlu ditingkatin lagi.
TINA: kalau dimata orang secara umum dan belum terbiasa dengan hijab
cosplay itu masih banyak komentar negatif, jadi masih agak sedikit terhina. Tapi
kalau sama teman-teman di lingkungan hijab cosplay kita sangat dihargaian dan
malah merasa lebih tinggi dari cosplay lain. Yaa tergantung lingkungan sih.
NADA: kalau dalam bercosu saya merasa sama dengan cosplayer
lain,sama-sama memerankan karakter dari suatu anime, sama sama menghayati
karakter, sama sama berusaha totalitas. Yang membedakan disini saya muslim
saya tidak bisa meinggalkan kewajiban saya untuk berhijab. Oleh karena itu saya
berjilbab, saya tidak merasa dengan berjilbab maka pribadi saya lebih baik dari
cosplayer lain. Saya menyadari bahwa saya juga manusia yangg tidak sempurna,
setidaknya dengan berhijab cosplay saya bisa menjaga diri agar tidak lupa dengan
nilai islam.
7. Apakah anda merasa diterima oleh orang lain atau dianggap penting oleh
orang lain saat sedang bercosplay?
OCI: ya masih tergantung responnya di masyarakat. Misalnya mereka
suka kita ya kita dianggap spesial, dengan minta foto. Terus misal mereka engga
suka samakita, belum diterima, ya itu hak mereka kita engga bisa maksa juga.
DWI: merasa diterima sih iya. Tapi kalau dianggap penting sih biasa aja.
Pasti orang-orang lebih mentingin yang mirip banget dengan karakternya. Ya
kalau kita sih karea pakai hijab seperti ini, diterima alhamdulillah. Tapi belum
merasa dipentingkan
RIFKA: diterima dan dianggap penting itu biasanya di event-event
komunitas islam gitu, biasanya kita selalu diundang, hijab cosplay selalu diundang
untuk ikut dalam parade di cfd atau di UIN. Jadi merasa penting kita tuh
MAYA: saya merasa diterima melihat dari antusias yang kemarin kita di
event ennichisai. Dianggap penting sih mungkin bukan kitanya, tetapi hijab
cosplay secara keseluruhan. Seperti nanti akan ada acara hijab solidarity, disitu
akan mengundang hijab cosplayer juga, nanti kita akan parade dan berkeliling
membagi-bagikan hijab
TINA: yaa ngerasa.
NADA: sejauh ini sih saya merasa diterima aja ya. Soalnya pas ngecosu
tuh gak cuma satu atau dua orang yangg minta foto tapi banyak sampai cape.
Selain itu temen temen hijab cosplay juga banyak diundang untuk meriahkan
acara, kayak acara ihsd itu loooh lupa panjangannya, terus kemaren juga kita
diundang di acara seminar tentang jejepagan di kampus. Terus baru kemaren tgl 6
kalo tidak salah diundang buat meriahin pawai untuk pembukaan acara ICFest
kampus. Saya tidak ikut tapi hahaha hiatus dulu mau nyekrip
8. Bagaimana respon dan sikap anda apabila menerima pujian dari orang lain
saat sedang bercosplay?
OCI: kalau dapet pujian kita seneng, kita syukurin aja. Kita juga kan
bukan model yang benar-benar dibayar. Biasanya kita bilang “makasih” engga
berlebihan juga. Senengnya dalam hati
DWI: senengnya banget, dapet energi positif. Saat ada yang bilang cantik
dengan menggunakan cosplay hijab, seneng aja.
RIFKA: dipuji atau engga kan hak mereka ya. Saya kkan sering upload
foto di instagram pake hastag, banyak orang luar negeri yang komen “nice” atau
“awesome” ya kita jadi bangga sendiri. kadang di repost sama akun cosplayer
indonesia, yaa jadi seneng banget.
MAYA: ya kalau dipuji Alhamdulillah. Tapi jangan karena kita dipuji jadi
ngerasa kayak diatas angin, karena ada yang muji dan ada juga sebagian orang
yang engga suka sama kita. Jadi kita harus tetap bersyukur
TINA: senang sih kalau dipuji. Kalau saat dipuji bersikap sewajarnya aja
dengan bilang “terima kasih” gitu aja sih
NADA: namanya juga dipuji ya seneng, dan makin semangat buat
ngecosu chara lain.
9. Apa respon anda, apabila ada orang lain yang mengatur model cosplay yang
anda pilih?
OCI: kita terima saran, misal kita engga cocok cosplay ini tapi cocoknya
karena karakter asli kita seperti ini maka cocoknya seperti ini. ada yang saran
kayak gitu. Kalau misalnya kita masih suka saran mereka ya kita ikutin, tapi
misalnya kita tetep engga suka ya kita bisa pikir ulang, salahnya dimana. Apa
salah di karakter animenya atau di karakter kita sendiri, atau di desain bajunya.
Jadi kalau misalnnya seperti itu kita lihat dari berbagai sisi. Sejauh ini pada saat
milih karakter sih diterima-terima aja, belum ada yang protes.
DWI: di IOC sendiri kan ada rulesnya. Jadi kalau mau cosplay nanya dulu,
kalau karakter tersebut boleh atau engga, kalau misalnya engga boleh atau kurang
baik ya lebih baik engga di cosplaykan. Terus ganti, tapi dikasih saran untuk
kostumnya untuk dipanjangin dikit kalau udah dapet persetujuan baru deh ke
cosmaker.
RIFKA: awalnya aku tuh cosplay yang bajunya kayak gaun gitu, terus
cosplay ke dua aku pakai kostum yang potongan atas dan bawah. Ada teman yang
komentar, kalau aku lebih bagus pakai yang gaun, karena lebih anggun. Tapi
menurut aku, sesuai sama diriku sendiri sih, aku ngeliat dari bajunya lucu atau
engga, ngeliat karakternya, sifatnya baik atau engga, kalau engga baik ya engga
aku pilih
MAYA: dia mengatur pasti ada alasannya kan, karena saat kita bercoplay
kan mereka yang lihat. Mungkin mereka melihatnya engga cocok atau kurang,
yaudah kita terima saran. Kalau misal kita engga suka dengan sarannya, kita buat
bagaimana pendapat dia dengan pendapat kita dapat disatukan
TINA: kalau sudah milih karater kan itu tergantung dari kita, sukanya
yang mana, cocoknya yang mana. Ehm.. kalau diatur banget sih engga suka tapi
kalau misalnya diusulkan dan diberi masukan lebih cocok yang mana, itu bisa
saya terima. Dan kalau “dia” mau mengatur cara saya makai hijab, misal “dia”
ngajarin yaa saya terima aja. Tapi kalau ternyata saya sudah bisa dan yang dia
ajarkan ternyata tidak lebih bagus saya lebih milih megatur sendiri. lebih selektif
aja
NADA: kalo ngaturnya buat kebaikan sendiri sih seneng banget itu artinya
kan kita dibimbing biar engga salah. Tapi kalo ngaturnya sok-sokan gitu atau
engga bener gitu ya paling engga di dengerin
10. Apakah anda merasa bahagia dan puas ketika karater yang anda cosplaykan
sesuai dengan impian anda?
OCI: jadi sekiranya kita cocok. Hampir mirip, engga mungkin banget
kalau mirip. Seneng apalagi kalau liat bajunya cosplay yang lucu-lucu dan bagus-
bagus. Jadi, kalau bajunya bagus kita jadi percaya diri gitu makainya.
DWI: bahagia dan puas pati dan tentunya. Karena kita udah mengeluarkan
banyak biaya untuk bikin kostum dan beli aksesoris. Bagngga, puas terus
disandingin dengan cosplay karakter kita, diedit dan di share.
RIFKA; puas atau engganya sih tergantung kostumnya. Misalnya
desainku roknya agak ngembang eh pas udah jadi ternyata engga ngembang. Itu
bikin sedikit kecewa sih tapi harus diterima aja. Tapi kalo misalkan ada yang
cosmakernya kerjanya maksimal banget. Itu seneng banget.
MAYA: yang pasti bahagia. Kita hijab cosplay dilihat dari kostumnya
sendiri. kalau kostumnya udah “fua-fua” banget atau udah “wow” banget tinggal
kita sendiri bagaimana mengkombinasikan hijab dan make upnya. Yang pasti
seneng banget.
TINA: ya banget! Pasti seneng banget.
NADA: puas banget....bahagianya sampe gabisa diungkapin dengan kata
kata.
11. Apakah anda menikmati menjadi hijab cosplayer (dalam berbagai kegiatan,
persahabatan dan waktu luang)?
OCI: menikmati setip event. Tapi ada saatnya kita cape juga, dimana saat
kita mau keliling di event tapi engga bisa keliling karena kecegat sama teman-
tteman yang suka sama kita dang ngajak foto-foto. Lellah juga mungkin, karena
harus memaksakan senyum setiap ada yang ngajak foto
DWI: menikmati banget. Tapi dalam arti kata menikmatinya ingin ngeliat
orang bahagia saat melihat kita gitu
RIFKA: saya menikmati. kalau mau pergi kemana-mana event bilang
sama orang tua kalau ada acara. Orangtua tau banget kalau aku cosplay, jadi
bilang aja mau ngisi acara.
MAYA: menikmati. Karena saat kita terjun menjadi hijab cosplay kita
sudah menentukan kalau kita memang mau hijab cosplay.
TINA: kalau dalam pertemanan menikmati. Sebenarnya lebih menikmati
menjadi hijab cosplay soalnya kita lebih tertutup dan tidak terekspos. Sama aja
seperti kalau berhijab sehari-hari
NADA: ya menikmati banget, kegiatannya seruu, temen-temennya asik
asik, kalau kumpul juga pas banget waktunya cuma kadang males aja berangkat
dari rumahnya. Tapi pas ketemu atau kumpul mah hilang malesnya
12. Apakah anda peka terhadap kebutuhan (gagasan/koreksi/saran/motivasi)
yang dubutuhkan oleh teman anda sebagai sesama cosplayer?
OCI: lebih sering dalam hal make up yaa kalau itu. Mungkin kita lebih
membantu satu sama lain. Yang engga bisa pakai make up ya diratain, kalau
engga bisa pakai alis ya kita pakaikan. Terus apalagi yang engga bisa pakai hijab,
soalnya hijabnya kan beda, butuh penanganan khusus, susah dipakai sendiri. jadi
kita saling membantu aja satu sama lain. Saling support. Terus kita sering bareng,
jadi kita harus kompak.
DWI: kita saling mengingatkan aja sih. Misal ada barang atau aksesoris
yang belum punya, terus kita ngumpulin uang untuk beli. Selain itu soal make up
soalnya kan ribet dan beda dengan make up sehari-hari, jadi yang lebih mengerti
akan ngasih tau cara yang benar dalam make up karakter. Di IOC sendiri ada IOC
cantik, dia akan ngasih tutorial untuk make up dan pakai hijab. Mereka dateng
kalau kita butuh, kita akan dipinjamkan alat-alat make up punya mereka untuk
belajar
RIFKA: biasanya aku sih yang lebih ngeberatin mereka. Kayak misalnya
“jarum pentul” aku suka banget lupa bawa dan mereka yang akan pinjemin ke aku.
Kalau aku bantuinnya kalau ada yang mita tolong ke aku.
MAYA: tergantung orang-orangnya sih. Kalau aku hanya sekedar
mengingatkan saja, misall aksesorisnya sudah lengkap atau belum. Misal belum
ada ya aku bantu belikanan atau subsidikan.
TINA: misalnya saya lagi engga ngelihat teman-teman yang cosplay dan
dia lagi butuh bantuan, kadang saya engga peka. Jadi harus ada yang nanya atau
misal saya secara langsung ngelihat dia kesusahan, baru saya bantu. Itupun kalau
saya melihat secara langsung. Tapi kalau saya lagi engga merhatiin dia dan dia
engga minta tolong juga yaa saya engga bisa apa-apa.
NADA: Mungkin kadang saya lebih suka mengkoreksi dalam berhijabnya,
soalnya tuh kan suka ada tuh yang hijabnya masih berantakan atau jilbabnya
kependekan gitu.
Pertanyaan Identitas Keislaman
1. Apakah cosplayer merasa bergaya hidup sehat dengan asupan makanan
halal?
OCI: kalau makan yang setau kita makanannya engga harus label halal sih
tapi kita tahu komposisinya tidak ada yang haram aja. Kita kan makan biasanya
bareng-bareng gitu, jadi untuk label halalnya diyakini aja. Soalnya kan teman-
teman yang lain juga ikutan makan.
MAYA: kalau makanan jepang yang di Indonesia, kan Insya Allah ini di
Indonesia yaa yang haram tuh tabu banget disini. Jadi bisanya makanan yang
komposisinya daging babi diganti dengan dengan danging ikan atau daging ayam.
Liat komposisinya juga kalo makan-makanan apalagi yang dari luar negeri gitu
DWI: untuk makanan yang baik dan halal sih, banyak temen juga yang
sering beli makanan langsung dari jepang dan makan bareng. Emang sih engga
ada label halalnya juga, pas dilihat komposisinya ternyata ada alkoholnya. Pernah
engga tau dan nyoba-nyobain aja saat itu. Sekali itu aja sih, engga lagi. Takut dosa.
RIFKA: aku sih liat dulu dari komposisinya, terbuat dari apa aja.
Misalnya terbuat dari minyak babi, yaa engga usah dimakan.
TINA: kita selektif aja sih untuk diri sendiri. soalnya kan kita udah ngerti
peraturan dalam islam mengenai makanan, jadi pili-pilih lah mana yang halal dan
mana yang tidak boleh. Jangan beli yang macem-macem juga
NADA: sejauh ini sih kayaknya saya makan makanan halal terus, soalnya
jarang jajan di restoran yang make bahasa asing gitu hampir engga pernah malah
paling cuma sekali dua kali. Seringnya makan di warteg.
2. Apakah cosplayer termasuk orang yang cinta dengan lingkungannya?
Contohnya?
OCI: kita pasti menjaga lingkungan tempat kita ngecosplay. Kalau kita
buang sampah dan berantakin tempat sehabis make up, terus kita kumpulin dalam
plastik dan buang ke tempat sampah. Ya walaupun sewaktu make up berserakan
dimana-mana tapi kalau sudah selesai ya kita bereskan kembali semuanya
DWI: kadang aku suka lupa, buang tisu sembarangan. Kadang teman
ingetin buat buang sampah milik sendiri. yaa saling ingetin aja sih, solanya kan
aku orangnya suka lupa, kadang bahkan botol minum sering ketinggalan
RIFKA: kalau aku misalnya selesai dandan yang membutuhkan tisu, pasti
aku simpan di dalam tas. Terus masalah kalau lagi ngumpul-ngumpul di event,
kita pasti sedia plastik sampah untuk mungutin kembali sampah di sekitar situ.
MAYA: kita kan hijab cosplayer dan kita muslim, kita tau
kalau :annadhofathu minal iman” kalau kebersihan itu sebagian dari iman, ada
sampah ya kita kumpulin dan kalau kita pindah dibuang dulu. Karena kita datang
tempat itu bersih, jadi pas kita tinggaalin juga tempat itu harus bersih.
TINA: sedikit peka. Kadang kalau sampah orang lain saya akan nyuruh
orang itu untuk membuang sampahnya sendiri. tapi kalau dia engga mau buang,
ya saya yang buang.
NADA: sejauh ini yang aku tahu temen-temen cosplayer cinta lingkungan
kok, tiap kita abis kumpul kumpu kita beresin lagi tempatnya, kita juga kalau
kumpul tetep menjaga ketertiban berusaha enggak mengganggu sekitar. Terus kita
juga kadangan manfaatin limbah kertas untuk bikin weapon gitu.
3. Bagaimana cara anda mempertahankan menjadi hijab cosplayer
profesional?
RIFKA: kan ada hijab cosplay yang dia Cuma pakai daleman ninja doang,
terus dia pakai wig llagi. Nah dia itu menurutku kurang profesional, soalnya dia
cosplaynya setengah-setengah. Maksudnya dia ingin cosplay hijab tapi dia tetap
pakai wig. Auratnya tetap kelihatan, kalau misalnya hijab cosplay kan tetap
menutup aurat, dada tertutup, bagian kakai bisasanya celana dibuat longgar. Kalau
hijab kurang profesional, biasanya mereka hanya pakai legging atau stocking dan
roknya pendek. Ih sebal banget lihatnya.
MAYA: banyak juga hijab cosplay yang dia pakai daleman ninja dan
hijabnya sudah dibentuk-bentuk tapi hijabnya tidak menutupi dada, tidak sesuai
dengan anjuran islam. Nah kalau kita tetap sesuai dengan syariat namun berusaha
agar karakter yang kita cosplaykan keluar (all out)
OCI: aku belum tahu profesinalnya hijab cosplay tuh seperti apa dan
batasan-batasannya juga
DWI: pasti hijab cosplay ada aja yang kritik untuk buat hijabnya semacam
rambut. Kalau begitu sekalian aja kita pakai wig, tapi kita tidak maau seperti itu.
Makanya kita pakai hijab seperti biasa, tinggal memakai aksesooris. Dan menurut
kapten IOC IUN jangan terlalu mirip dengan wig, karena itu tidak dianjurkan
banget. Alasannya kerena terlalu dimirip-miripkan dengan rambut asli.
TINA: kalau saya, dari diri sendiri misal pakai hijab yang tidak menutupi
dada agak merasa engga nyaman. Nah kalau kita cosplay dan berhijab, itu kan
dipandang oleh orang lain baik yang islam maupun yang non-islam. Misal dia
islam dan mengerti agama, saat melihat hijab cosplay tapi malah hijabnya pendek
jadi ngerasa malu sendiri sih
NADA: ya terus meningkatkan skill modifikasi jilbab biar makin mirip
sama karakter, belajar make up jugaa. Terus cari cosmaker yang terpercaya dan
memuaskan hasilnya. Kalo bisa sih pengen jahit sendiri. Yang paling penting
mendalami karakter yang di cosplaykan biar makin woow.
4. Bagaimana cara anda menjadi aktif, kreatif dan inovatif dalam bercosplay?
DWI: aktifnya kita sering-sering ikut event, kreatifnya kita belajar buat
weapon dan aksesoris sendiri. kita belajar make up sendiri
MAYA: kreasi hijabnya juga kan kita mengkreasikannya sendiri. terutama
karakter cosplaynya kan tidak berhijab, jadi kita mengkreasikannya hijabnya
sesuai dengan karakter dan batasan-batasan dalam islam juga.
OCI: kita juga belajar menawar harga kostum di cosmaker
RIFKA: ya sama seperti yang lain
TINA: kalau dari segi kreatif sih belajar dari tutorial yang ada di youtube
atau google. Soalnya saya sering lihat tutorila hijab cosplay yang rambutnya
dibentuk-bentuk, jadi pengen nyoba. Aktifnya dengan ikut berbagai kegiatan, aku
dateng ke evemt sih udah lumayan sering. Dan dalam setahun ini kaku hijab
cosplay di event udah sekitar 4 kali.
NADA: yah gimana yak .mungkin pertama bikin weapon sendiri, terus
ngedesain baju sendiri soalnya kan kadang bajunya tuh kebuka gitu jadi dibikin
sendiri gitu versi hijabnya baru pesen di penjahitnya nah itu kadang penjahitnya
suka salah, makannya pengennya sih ngejahit sendiri maybe next time kalo ada
waktu luang.
5. Apa upaya yang anda lakukan apabila ada orang yang mencaci maki
karakter yang anda perankan?
OCI: kalau ada yang mencaci pasti kita merasa kecewa dan sakit hati.
Upayanya ya diam aja sih, show must go on sih. Engga mau cari ribut, masa
mentang-mentang dia engga suka dengan kita jadi kita harus ribut dengan dia. Ya
engga kan
DWI: kita jangan memusuhi dia tapi kita balas dengan mencintai dia.
Misalnya dia ngejudge kita karena pakai karakter waifunya dan dia ngerasa kalau
kita ngerusak citra karakternya, yaudah mau diapain. Kalau dia tidak terima tapi
kan masih ada orang lain yang terima kita
RIFKA: tergantung karakternya yaa, ada karakter yang menyimpang gitu
kalau kata aku itu wajar sih dihina. Ada yang karakternya echi gitu, karakternya
aja engga baik dan engga pantas untuk ditiru. Ngapain juga di cosplaykan, kalau
itu sih wajar kata aku. Kalau menurut kita itu karakternya baik-baik aja, paling
kayak introspeksi sih emang karakter di animenya ada yang salah atau engga baik
untuk cosplaykan
MAYA: kalau mencaci kata aku sih wajar yaa, kalau ada yang engga suka
mungkin dia belum rela aja karakternya. Jangan terima caci maki itu sebagai
penurun percaya diri. Tetapi jadikan cavi maki sebagai motivasi untuk bisa lebih
baik lagi. Supaya nanti kita bisa lebih baik dan siapa tahu lambat-laun dia bisa
menerima hijab cosplay
TINA: aku tipe yang “yaudah” diam aja. Terserah orang lain mau
komentar apa aja. Kalau didepan mereka yang menghina, saya diam aja. Soalnya
kalau di lawan nanti malah jadi ribut. Yaudah jadi dipendem aja, kadang
ngomongin sama temen-temen hijab cosplay yang lain. Karena mereka juga
ngalamin yang seperti itu
NADA: aku sih engga peduli dengan cacian orang, aku lebih peduli sama
orang yang ngedukung akuh.
6. Apakah tindakan dalam bercosplay yang terbawa hingga dalam kehidupan
sehari-hari?
OCI: aku sih engga ada yaa
DWI: aku juga engga ada. Kenapa engga ada? Soalnya kan karakter yang
kita cosplay-in dan karakter di dunia nyata beda. Kalau aku, karakter yang aku
cosplay-in egois, pendiam yaa saat cosplay aku menjadi karakter itu. Padahal
kalau di duniaa nyata, aku orangnya engga bisa diam, hiperaktif dan reaktif gitu.
RIFKA: kalau dari segi berpakaian sempat kebawa sih. Pernah ke sekolah
bawa dasi untuk cosplay, terus coba-coba dan foto-foto untu dipakai di seragam.
Kadang juga kerudungnya diiket-iket semacam kunciran.
MAYA: yang kebawa di aku sih make up. Di hijab cosplay kita make up
sendiri, jadi pas lagiengga cosplay bisa make up sendiri. kemarin pas teman aku
wisuda, aku make up in dia dan hasilnya bagus. Aku seneng banget. Dari hijab
cosplay itu aku bawa pulang pengalaman
TINA: mungkin lebih ke menjaga image aja kali yaa, karena kan kalau
nge-cosplay kita juga menjaga image karakter
NADA: Mungkin kan pas cosplay tuh kita mek up-an naah sehari hari jadi
gatel gitu belanja alat mekup padahal dipake cuma buat ngecosu doang.
7. Bagaimana cara anda mengimbangi antara menjadi hijab cosplayer
profesional sekaligus mempertahankan keislaman?
RIFKA: selain kita hijab cosplay, dibalik itu kita harus menjaga ibadah.
Walaupun sering ikut event tapi sholat harus tetap dijaga. Sholatnya engga
bolong-bolong, ngajinya juga. Dari perkataan juga, engga boleh menggunakan
kata-kata kasar pada saat jadi hijab cosplayer. Menjaga pandangan orang juga
kalau cosplay hijab bicaranya engga kasar.
DWI: selagi kita engga melanggar batas-batas dan membelokan akidah
kita, kita aman-aman aja. Wajar saja kalau banyak yang ngejudge kita, tapi selagi
kita engga ngelanggar batas-batas keislaman yang ada. Engga perlu takut
MAYA: seperti saat ini, mendekati waktu zuhur. Sebelum make up kita
wudhu dan jaga wudhu. Jadi kita tetap sholat. Jangan gara-gara kita udah make up
tebal dan belum wudhu pas diajak sholat kita engga mau. Kalau kita mampu ya
kita harus kerjakan. Kita hijab cosplayer harus menjaga identitas yang udah kita
buat sebagai orang islam.
OCI: ya sama seperti yang mereka sudah katakan kak
TINA: dengan kita menjadi hijab cosplay sendiri aja sudah mengimbangi
keislaman kita. Hijab cosplay dengan tidak mengumbar aurat atau jilbab yang
terbuka, yang sesuai dengan islam dan bajunya juga engga ketat dan sebagainya,
masa kita udah islam dan berhijab tapi ga ngimbangin dengan pakaiannya juga.
NADA: kalo ngecosu ya gitu yang penting kostumnya nutup aurat dan
engga lupa biasanya kalo ada ngefen kan sampai malam ya jangqn sampai lupa
lah sama sholatnya. Terus kalau saya pribadi sih kalo bisa sebelum adzan isya
udah harus dirumah. Itu kebiasaan dari dulu sih.
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA BERSAMA PENGURUS ISLAMIC
OTAKU COMMUNITY EPISODE UIN JAKARTA

Narasumber:
Istiana (kapten IOC eps UIN Jakarta)
Zia (wakil Kapten dan Sekretaris IOC eps UIN Jakarta)
Suci (bendahara IOC eps UIN Jakarta)
Roma (wakil Ketua 2 IOC eps UIN Jakarta)
Annas (anggota IOC eps UIN Jakarta)
Waktu dan tempat : 27 Juli 2016 dan 6 September 2016/ UIN Jakarta
Pertanyaan Konsep Diri
1. Apakah yang anda ketahui juga pahami mengenai hijab cosplay?
Dimanakah perbedaan antar hijab cosplay dengan cosplay secara umum?
ISMA: hijab cosplay tuh seperti identitas untuk komunitas kita. Karena
yang membedakan kita dengan yang lainnya itu ya hijab cosplaynya. Komunitas
lain walaupun dia berhijab tetapi tidak mewajibkan cosplayernya untuk berhijab
tapi kita dengan segala aturannya sudah menjadikan hijab cosplay sebagai
identitas IOC itu sendiri
SUCI: secara tidak langsung dengan adanya hiijab cosplay, IOC
mengenalkan islam kepada orang lain. Jadi jika sebelumnya ada orang islamyang
juga ikut bercosplay namun dengan cosplay yang terbuka, dengan
diperkenalkannya hijab cosplay ini membuat dia tertarik dan terinspirasi untuk
berubah dan menjadi hijab cosplayer.
2. Bagaimana sikap dan tanggapan anda terhadap hijab cosplay?
ANNAS: oke-oke aja, soalnya engga ada yang salah dari mereka gitu.
Soalnya engga nyalahin aturan islam juga. Daripada mereka hobi tapi engga hijab,
mendingan ngelanjutin tetep make hijab ya engga apa-apa.
3. Apakah niat yang dimiliki kelompok dalam mempublikasikan hijab cosplay?
ISMA: niatnya pastinya untuk berdakwah
SUCI: niatnya yaitu berdakwah melalui hobi. jadi kita bercosplay itu
bukan semata-mata hanya hobi, tapi kita juga menyiarkan islam dengan cara
bercosplay hijab. Yang pastinya sesuai dengan syariat islam
4. Bagaimana cara dan upaya kelompok mempertahankan identitas keislaman
anggotanya yang menjadi hijab cosplayer?
ISMA: kalau kita bercosplay kan biasanya ada foto session dan foto
bareng. Itu ada batasannya, seperti dia engga boleh pegang-pegang, sentuh-
menyentuh dan engga boleh berpasangan cosplaynya. Karena itukan salah satu
identitas kita sebagai seorang muslim. Untuk menjaga jarak antara laki-laki dan
perempuan, tidak berdekatan, beduaan yang melebihi batas kalau sedang foto-foto.
5. Batasan-batasan cosplay seperti apakah yang bisa berubah dan tidak bisa
berubah saat menjadi hijab cosplayer?
ISMA: IOC itu punya karakteristik tersendiri yang ada dalm rules IOC.
Pertam, dia bukan dari anime yang echi (kalau kita nyebutnya yang mesum). Dan
karakternya juga bukan karakter mesum. Kalau dari kostum sebenarnya itu tidak
jadi masalah, soalnya kita konvert dari yang bukan hijab menjadi berhijab. Jadi
kalau dari segi kostum karakter apa aja bisa. Kalau dari segi sifat dan karakteristik
karakternya itu yang biasanya kita permasalahkan. Karena yang namanya
bercosplay itukan tidak hanya membawa kostum aja, tapi harus sesuai dengan
karakter juga.
ROMA: kita punya dua aturan. Pertama, aturan di grup. Yaa engga boleh
melanggar SARA, memanggil orang dengan panggilan yang dia engga suka,
engga boleh berkata kotor. Yaa, kayak-kayak anak gaul yang ngomong “anjay”,
ya secara “anjay” kalo di grup-grup biasa itu no problem, Cuma “anjay” itu
kesannya, gimanaa gitu. Kalo aturan selain di Grup, itu aturan cosplayer. Jadi,
misalkan kalo dia nge-cosplay yang penting engga boleh ngebentuk banget.
Ketika dia ngebikin kostum ya enggak boleh fit body khusus cewek. Ya
maksudnya di hijab itu sendiri ngeconvertnya di share dulu gitu “gue nanti kayak
gini, gimana? Ada perbaikan engga?” misalnya buatnya engga terlalu ketat, terus
kalo couple harus sama mahrom. Engga boleh kalo tiba-tiba couple aja. Terus
misal cross dress, cowok engga boleh kayak cewek, kalo cewek mau jadi cowok,
aturannya auratnya harus tetep ketutup.
6. apa sanksi untuk yang melanggar aturan-aturan tersebut?
ROMA: mereka akan kena tegur. Istilah kita tuh ada kartu kuning, kartu
merah, dan grup danger. Kartu kuning itu misalkan, si anggota caper (cari
perhatian) ke cewek dan intens banget. Kalo sekedar PM (personal message) sih
engga apa-apa, tapi kalo misalkan belom kenal, baru ketemu tiba-tiba nge PM
intens dan ngebuat risih, nah itu yang bersangkutan boleh lapor ke admin dan
adminnya nanti bakal nindak. Dapet kartu merah, misalkan kalo omongannya
udah kotor dan berani meluk-meluk. Misal lagi Gathering tiba-tiba meluk cewek.
Nah kalo udah dapet kartu merah otomatis lo masuk ke grup Danger, di danger
yang bersangkutan Cuma berdua dengan kaichou (ketua) doang, disana akan
diceramahin terus sama dia. Misal kita left group bakalan dimasukin lagi, tersu
misal kita nge-blokir, admin lain yang bakalan masukin kita lagi dalam grup itu,
engga bakalan bisa kabur. Kalo mau kabur ya ganti nomer. Itu sampe kita tobat,
minta maaf dan engga mau ngulang lagi. Dari IOC Episode UIN sih belom ada
yang masuk grup Danger.
7. Apakah menjadi hijab cosplayer merubah tindakan dan perilaku dari hijab
cosplayer itu sendiri?
ANNAS: sikap dari saat menjadi cosplay dan tidak menjadi cosplay tentu
beda. Soalnya mereka saat jadi cosplay menjadi karakter yang diperankan, engga
Cuma penampilan tapi juga karakter dalam tokoh yang diperankan. Yang aslinya
orangnya all out banget tapi saat jadi cosplayer misalnya karakternya pendiam dia
jadi pendiam juga. Soalnya kan mereka cosplay karakter juga engga penampilan
doang.
8. Bagaimana cara menjadi aktif, kreatif dan inovatif dalam bercosplay?
ISMA: kalau keaktifan kan diliatnya dari itensitas kita bertemu dan ikut
event yaa. Untuk project besar sendiri IOC UIN udah 3 kali ada project cosplay.
Pertama tokyo ghoul. Kedua ONS dan yang ketiga sedang on going dengan
project dororonpa.
ISMA: kalau kekreatifan kayak kita buat project dan weapon bareng.
Sama-sama belajar mengkreasikan jilbab ada tutorialnya untuk meningkatkan
kreatifitas teman-teman. Jadi kita tidak langsung ke cosmaker, jika kita bisa buat
sendiri, ya kita usahakan untuk buat sendiri.
ISMA: inovatifnya seperti kita membuat karakter yang tadinya bukan
hijab cosplay menjadi hijab. Seperti yang project cosplay ONS ini, tadinya kan
tidak ada tutorialnya, tetapi kita buat sendiri tutorialnya. Gimana yang itu
harusnya wig tapi dibuat dari hijab dan pas untuk karakternya dan diulang-ulang
supaya yang copplay bisa bikin hijabnya sendiri.
9. Apa upaya yang anda lakukan apabila ada orang yang mencaci karakter
yang sedang diperankan oleh hijab cosplayer?
ISMA: sejauh ini, dalam projek ONS maupun tokyo ghoul belum pernah
kejadian ada yang mencaci langsung paling kita hanay diteriaki “cosplayer
barokah”. Atau pas ada teim SAO disebutnya SAO versi ramadhan. Adanya sih
guyonan seperti itu. Kita tanggapannya paling hanya senyum-senyum aja. Kalau
ada yang minta foto tetep kita layanin juga. Kita tetap berkreasi semampu kita.
Kita merasa tidak merugikan orang lain dan kita juga merasa tidak dirugikan
10. Tanggapan anda mengenai karakter dari 5 hijab cosplayer (maya, dwi, oci,
nada, rifka dan Tina) pada saat bercosplay dan sehari-hari di komunitas?
ZIA: well kalo keseharian mereka beda-beda. Banget. NADA, keliatannya
pendiem tapi suka heboh sendiri kadang malah hiperaktif. TINA, yang pendiem
banget, sampai harus diingetin muka plus suaranya. ROSI, yang banyak tanya
plus banyak ngemil. DWI, yang banyak makan plus paling bawel dan rada-rada.
MAYA, yang ditengah-tengah, maksudnya engga terlalu kalem tapi juga engga
terlalu bawel. Tapi mereka sama untuk satu hal. Mereka kalau udah cosplay, bisa
banget pas sama karakter yang di cosplay-in. Maksudku bisa banget “masuk” ke
karakternya. Eh gimana ya, mungkin kayak, they really into it. They really turn
into the character. Misalanya kayak waktu pada cosplay karakter owari no seraph,
pas siap-siap ganti kostum dan danda. Nada, rosi, dwi dan Maya bisa heboh
banget. Dwi apalagi, bisa saingan hebohnya ama rosi dan maya. Sementara Tina
kalem-kalem aja tuh. Yah, walau akhirnya Tina suka engga sengaja ketinggalan
didandanin atau dibatu ngurus aksesoris cosplaynya. Kalo nada sih hebohnya pas
di awal-awal doang. Sambil pake kostum atau dandan dan dia bisa kalem sendiri
kok nantinya. Nah, pas udah kelar dandan, mereka siap. Dan tiba-tiba aja image
heboh, berisik atau apalah itu, ilang. Langsung berubah jadi karakter yang mereka
cosplay-in. Salut deh sama mereka.
Kalo lagi engga cosplay, yang sering muncul bataang hidungnya di kegiatan IOC
itu, Rosi, dwi dan maya. Biar Cuma di grup whatsapp juga, mereka rajin banget
munculnya.bahkan bisa dibilang berisik banget kalo udah ngumpul bertiga. Lain
sama nada dan tina. Nada bisanya baru muncul kalo obrolan di grup lagi seru dan
bisa diikutin. Sementara tina lebih milih jadi reader aja. Kalau untuk kumpul-
kumpul, nada biasanya menyesuaikan. Bolak-balik soalnya jadi engga pernah bisa
kumpul sampai malem. Sementara IOC kalo kumpul suka lupa waktu. Dan kalo
Tina sebisanya, soalnya tina punya kegiatan lain yang menurut dia lebih penting
dari kumpul IOC.bukan gimana-gimana, tapi dari awal IOC engga pernah
mengikat kok. Kita engga ngeharusin buat kumpul kalau engga bisa. Karena ada
yang lebih di prioritaskan sama masing-masing member IOC.
ISMA: maya sehari-hari karakternya periang, selalu tersenyum, baik,
sering traktir, intinya sih baik. Maya, dwi, nada, oci itu karakternya mirip-mirip
dalam kesehariannya. Cuma Tina yang agak lebih pendiam, tidak banyak bicara.
Kalau pas cosplay sama aja, karakter mereka engga berubah. Kecuali pada saat
photo session, atau saat memerankan karakter di lomba, atau saat ada yang
meminta foto bareng di event. Biasanya akan mengikuti karakter dari yang
dicosplaykan.
Selain itu, yang berbeda dari mereka itu kedewasaan menghadapi atau
menanggapi masalah. Kalo diurut dari yang paling dewasa sapai yang kurang
dewasa itu, Maya, nada, dwi, oci. Kalo Tina saya belum terlalu tahu banyak
karakternya. Ketemu juga belum lebih dari sepuluh kali. Karena tina baru masuk
saat project ONS.
HASIL WAWANCARA BERSAMA 6 ANGGOTA HIJAB COSPLAY
ISLAMIC OTAKU COMMUNITY EPISODE UIN JAKARTA
Narasumber:
1. Zuhroh Annada (Fakultas Syariah dan Hukum/ Perbankan Syariah)
2. Nabilah Sumayyah (Fakultas Adab dan Humaniora/ Ilmu Perpustakaan)
3. Astina Riyana (Fakultas Tarbiyah/ Manajemen Pendidikan)
4. Dwi Rahmah Najiibah(Fakultas Dakwah dan Komunikasi/ Jurnalistik)
5. Rifka Miftahul Aini (Fakultas Sains dan Teknologi/ Matematika)
6. Rosiana Pratama Efendi (Fakultas Dakwah dan Komunikasi/ KPI)
Waktu dan Tempat : 31 Juli 2016 dan 17 September 2016/ Student
Center

Narasumber 1: Dwi (FDK UIN Jakarta)


Pertanyaan Latar Belakang
Q: Apakah alasan yang membuat anda tertarik untu ber-hijab cosplay
pertama kali?
A: alasannya ya mungkin karena hobi dan suka sama hal yang begituan. Awalnya
ragu takut ditolak banyak orang tapi apresiasinya lumayan dan seneng juga dapet
banyak temen yang pengertian. Daya tarik, lebih ke penasarankarena suka
mencoba hal baru
Q: adakah pengaruh yang ditimbulkan dari persepsi orang lain saat
bercosplay terhadap diri anda di kehidupan sehari-hari?
A: orang lain khususnya temen-temen di kampus pada manggil dwi-chan. Jadi
lucu gitu sih, sering juga ditanya-tanya mereka “kenapa suka gituan sih, wi? Kan
modalnya lumayan”. Aku Cuma jawab, “namanya juga hobi”
Pertanyaan psikologis
Q: bagaimana watak anda pada kehidupan sehari hari dan pada saat ber-
cosplay?
A: kalo dalam kehidupan sehari-hari sih orangnya lebih ke cerewet, lebih aneh
sikapnya, terus suka jailin orang. Kalo saat bercosplay sih biasanya sesuai sama
karakter yang lagi di cosplay-in, misalnya karakter yang sekarang tuh lebih ke
pendiem, suka senyum. Tapi senyumnya tuh senyum palsu.
Q: Apa yang membuat anda bahagia juga sedih saat bercosplay dan di luar
bercosplay?
A: bahagianya sih pas pengen ngebuat alat-alatnya, pas prosesnya. Terus pas hari-
harinya mau selesai berasa engga rela gitu.
Q: bagaimana pengaruh kesan atau persepsi orang lain saat anda bercosplay
terhadap diri anda di kehidupan nyata ?
A: kemarin sih pas cosplay di event ennichisai yang lihat seneng semua, banyak
applause, banyak yang di wawancarain juga. Ngebuat lebih percaya diri aja dan
diterima.
Q: apa yang dapat membuat anda cemas saat bercosplay dan di luar
bercosplay?
A: takut waktu itu di mal pastikan banyak yang liat, sinis gitu. Terus deg-degan,
bisa enggak nih. gitu
Pertanyaan Sosial
Q: bagaimana orang lain memandang anda dalam kegiatan sehari-hari dan
saat anda bercosplay?
A: kalo di luar cosplay sih orang lain mandang saya ya biasa aja. Pas lagi cosplay
ya pada keget juga. “ini dwi, kok gini sih?” biasanya lo cerewet kok jadi diem?
Q: apakah mereka menghargai atau merendahkan anda di kehidupan nyata
atau saat anda sedang bercosplay?
A: merendahkan paling orang-orang yang pasti terlalu “kok kayak gini sih? Kan
engga boleh pake hijab. Denger-denger dari orang sih, belum pernah denger
sendiri. ini juga bukan yang pertama kali saya ber-cosplay, yang pertama tuh pas
ada event-event JDC ikut jadi cosplaynya Silica, terus ikut GGO jadi Asuna dan
sekarang jadi Shinoa.
Q: apakah mereka membenci atau meyukai anda di kehidupan nyata atau
saat anda sedang bercosplay?
A: pasti ada, tatapan-tatapan sinis gitu.
Peratanyaan Fisik
Q: Bagaimana pandangan anda terhadap penampilan anda pada kehidupan
sehari-hari dan saat anda bercosplay?
A: sehari-hari ya biasa, kayak jilbab, kaos sama celana panjang udah keluar, kalo
neg-cosplay harus pake make up pake segala macem, ribet banget. Kalo misal
sehari-hari ya biasa aja.
Q: apakah anda merasa pantas dengan penampilan anda sehari-hari dan
apakah anda juga merasa pantas dengan penampilan anda saat bercosplay?
A: kadang-kadang sih kalo bercosplay sesuai dengan karakter kita, ada juga yang
bertolak belakang. Kalo misalnya “ah gue mau cosplay ini” tapi tanya dulu ke
orang “ eh cocok engga?” kalo engga cocok ya udah ganti.
Pertanyaan identitas
Q: bagaimana cara anda mempertahankan identitas anda sebagai seorang
muslimah dalam kehidupan sehari-hari dan saat bercosplay?
A: sebisa mungkin kita menunjukan kalo kita muslim, ya kita pake jilbab.
Pastinya tetep sholat, sebelum make up kita wudhu dulu
Q: tahukah anda batasan-batasan berpakaian bagi wanita dalam Islam?
Apakah anda masih dalam koridor penamiplan yang disayaratkan dalam
Islam?
A: tahu, ini sebenernya roknya engga panjang sebetis (sambil ngasih liat rok
cosplay yang sedang dipakai). Ini tuh sebenernya roknya di atas lutut yang pendek
banget, terus bajunya yang ngepas banget dibuat agak longgarin, terus roknya juga
panjangin.
Q: bagaimana anda menyisipkan nilai-nilai rukun Iman, Islam dan
menghadirkan Allah dalam setiap kegiatan sehari-hari juga saat bercosplay?
A: sebisa mungkin kita tetap tertutup tapi sesuai dengan apa yang di cosplay-kan
gitu. Karakternya, sifat-sifatnya dan baju-bajunya kita harus kreasi dengan hijab
Q: Apakah anda bangga menjadi seorang muslimah yang bercosplay atau
dalam kata lain hijab cosplayer?
A: bangga sih, pas di panggung ennichisai pas AFAID naik panggung terus
banyak yang applause juga. Tapi kalo bareng-bareng percaya diri, kalo sendiri-
sendiri kadang ngerasa “kok gue sendiri ya pake jilbab terus nge-cospalya, gimana
ya pandangan orang-orang?” gitu
Q: bagaimana pendapat teman, guru atau keluarga anda di kehidupan nyata
dan saat anda menjadi cosplayer?
A: kalau orang tua sih, aku engga bilang kalo aku ikut gini-gini-an. Kalo temen-
temen, pengen minta foto, soalnya hampir tau semua malah. Di kelas aku
dipanggil Dwi-chan malah. Kalo dosen statistika manggil aku kawaii karena aku
kelepasan ngomong bahasa Jepang.
Q: apakah bercosplay mempengaruhi diri anda di kehidupan nyata?
A: karakternya sih engga mempengaruhi, jadi masing-masing. Cosplaynya gimana,
akunya gimana.
Narasumber 2: Tina (Tarbiyah UIN Jakarta)
Pertanyaan latar belakang
Q: Apakah alasan yang membuat anda tertarik untu ber-hijab cosplay
pertama kali?
A: pertamanya tertarik cosplay aja kak. Pas ke event kadang envy liat orang bisa
cosplay keren. Dan aku selalu ngejar foto kan kalau ke event. Nah, tertarik untuk
cosplay dan mikir-mikir sih jilbabnya mau dikemanain. Awalnya sebelum aku
gabung sama anak ONS udah pernah punya kostum tapi engga versi hijab dan wig,
tapi lengan panjang tertutup gitu dan engga pernah aku pakai event. Tertarik
karena hijab cosplay bisa mewujudkan keinginan awal aku cosplay dan engga
ngebuat aku pakai kostum yang terbuka, tetap tampil muslimah gitu sih kak.
Q: adakah pengaruh yang ditimbulkan dari persepsi orang lain saat
bercospay terhadap diri anda di kehidupan sehari-hari?
A: ada sih kak, jadi lebih hati-hati bersikap dan berpikir untuk engga buang-buang
waktu, karena ada seseorang yang bilang secara langsung ke aku, kalau aku
ngecosplay Cuma buang-buang waktu dan malah engga fokus kuliah.
Pertanyaan psikologis
Q: bagaimana watak anda pada kehidupan sehari hari dan pada saat ber-
cosplay?
A: aku tuh rada pendiam, kalo dengan orang baru itu susah akrab. Kalo sama
temen-temen di IOC sih udah lumayan akrab, soalnya sering bareng.
Q: Apa yang membuat anda bahagia juga sedih saat bercosplay dan di luar
bercosplay?
A: bahagia kalau urusannya lancar, terus kalo tugas juga lancar, bahagia juga
kalau punya temen yang engga “wacana” doang. Terus kalo sedih biasanya karena
nunggu kelamaan, terus engga pasti. Kalo pas lagi nge-cosplay bahagianya kalau
bisa make-up sesuai sama karakternya, terus dapet cos-maker yang harganya
engga mahal, ya kayak hitu. Sedihnya sih kalo dengar kata-kata yang engga enak
di denger.
Q: apa yang dapat membuat anda cemas saat bercosplay dan di luar
bercosplay?
A: kalau lagi nge cosplay cemasnya tuh mikirin waktu buat pulang, terus kalo
omongan orang sih biarin aja, engga usah dimasukin ke hati.
Pertanyaan Sosial
Q: bagaimana orang lain memandang anda dalam kegiatan sehari-hari dan
saat anda bercosplay?
A: di luar nge-cosplay sih orang-orang ya cuek aja, sebenernya kalo pas nge-
cosplay takut di bilang out of character sih, takutnya dibilang “kok lo jauh banget
sih dari karakter yang lo cosplay-in”
Q: apakah mereka menghargai atau merendahkan anda di kehidupan nyata
atau saat anda sedang bercosplay?
A: kalau untuk temen sih mereka ngehargain, ada orang lain yang minta foto juga
seneng sih. Tapi ada juga yang ngeliat aneh. Pernah ngerasain sendiri juga sama
yang ngeliatinnya aneh gitu.
Q: apakah mereka membenci atau meyukai anda di kehidupan nyata atau
saat anda sedang bercosplay?
A: kalau untuk secara langsung bilang benci atau engga suka sih engga pernah,.
Tapi pas di comic fest kemarin ketemu juga sama yang hijab tapi dia engga
dimodifikasi, hijabnya make hijab biasa doang. Dia ngomong, “ka, keren yaa bisa
nge-cosplay”. Dia muji doang sih, aku engga kenal juga sama orang itu.
Peratanyaan Fisik
Q: Bagaimana pandangan anda terhadap penampilan anda pada kehidupan
sehari-hari dan saat anda bercosplay?
A: simple, pake kerudung, biasa aja sih. Pas ngecosplay “Kayaknya bukan gue.”
sebenernya kadang engga pede sih takut gitu
Q: apakah anda merasa pantas dengan penampilan anda sehari-hari dan
apakah anda juga merasa pantas dengan penampilan anda saat bercosplay?
A: kalau di postifi-in pantes-pantes aja. Pernah sih ngerasa engga PD juga.
Padahal ini bukan yang pertama kali juga aku nge-cosplay, kalo yang pake hijab
baru yang ONS ini, sebelumnya sih nge cosplay tapi engga pake hijab dan belum
masuk IOC juga.
Pertanyaan identitas
Q: bagaimana cara anda mempertahankan identitas anda sebagai seorang
muslimah dalam kehidupan sehari-hari dan saat bercosplay?
A: kalau menurut aku sih, IOC itu beda banget sama komunitas luar, yang bebas
terus peraturan Yang engga boleh pacaran sesama member atau ngeledekin terlalu
parah. Nah menurut aku tuh kayak ngelindungin kita banget. Yaa, jadi karakter
islaminya tetap terjaga.
Q: tahukah anda batasan-batasan berpakaian bagi wanita dalam Islam?
Apakah anda masih dalam koridor penamiplan yang disayaratkan dalam
Islam?
A: iya tahu, ya kalau menurut aku sih masih yaa. Yang dipake sekarang juga
masih (sambil memperlihatkan kostum yangg dipakai). Soalnya kan jilbab masih
menutupi, baju kita engga ketat.
Q: bagaimana anda menyisipkan nilai-nilai rukun Iman, Islam dan
menghadirkan Allah dalam setiap kegiatan sehari-hari juga saat bercosplay?
A: pas ngecosplay kita masih ngajak dan diajak sholat, biasanya diakalinnya tuh
ngambil wudhu dulu sebelum make up. Dan kita kan engga boleh bersentuhan
sama lawan jenis juga pas lagi nge-cosplay, jadi masih bisa sholat.
Q: Apakah anda bangga menjadi seorang muslimah yang bercosplay atau
dalam kata lain hijab cosplayer?
A: Bangga
Q: bagaimana pendapat teman, guru atau keluarga anda di kehidupan nyata
dan saat anda menjadi cosplayer?
A: wah, kalau orang tua engga tau, engga izin orang tua sih, belum bilang. Lagian
kayaknya orang tua engga paham banget sama cosplay. Kalau temen, ada yang tau.
Waktu kemarin sih ketemu katanya, “keren tau”. Tapi, sama temen yang jauh
bukan sahabat, takut sih. Takut dibilang aneh.
Q: apakah bercosplay mempengaruhi diri anda di kehidupan nyata?
A: sedikit sih, mungkin semenjak aku nge-cosplay. Baru sih baru dari semester 3.
Semenjak tertarik cosplay aku jadi pengen beli make up, pengen belajar dandan,
terus belajar cara-cara bikin karakter biar mirip. Terus makin percaya diri juga.
Q: perbedaan cosplay biasa dengan hijab cosplay?
A: kalo hijab cosplay kan aslinya roknya pendek tapi kalo di hijab misal roknya
pendek dia make celana atau nanti roknya dipanjangin. Terus kalo bajunya
terbuka, diakalinnya make manset, engga ketat. Kalo dari simbol-simbol sih sama
kalo kita ngebuat kostum
Narasumber 3: Nada (FSH UIN Jakarta)
Pertanyaan latar belakang
Q: Apakah alasan yang membuat anda tertarik untu ber-hijab cosplay
pertama kali?
A: pertama ya karena saya berhijab, dan dulu saya ingin sekali bercosplay. Cuma
dulu kan engga ada tuh hijab cosplay. Dan pas diajakin untuk cosplay berhijab
ttentu aja mau.
Q: adakah pengaruh yang ditimbulkan dari persepsi orang lain saat
bercospay terhadap diri anda di kehidupan sehari-hari?
A: kan ada orang-orang yang ngedukung itu, jadi semangat banget mau
ngecosplay karakter lain. Tapi juga kadang ada hater hijab cosplay itu kadang
sedikit bikin engga PD (Percaya Diri). Cuma karena temen-temen dari komunitas
nyemangatin, jadi engga begitu terpengaruh banget
Pertanyaan psikologis
Q: bagaimana watak anda pada kehidupan sehari hari dan pada saat ber-
cosplay?
A: watak saya di luar cosplay sih kekanak-kanakan, Cuma kalau kata teman teman
sih bisa memimpin misal di kelompok. Kalau di coslpay yang dipilih yang saya
suka, tergantung sih. Kalau yang ini (ONS maksudnya) berbanding terbalik
banget, dulu pernah nge cosplay, sukanya sama karakter yang imut-imut gitu.
Ceria juga, percaya diri.
Q: Apa yang membuat anda bahagia juga sedih saat bercosplay dan di luar
bercosplay?
A: sedih itu kalau saya harus sendirian, bahagia tuh kalo udah bareng teman-
teman. Kalau lagi ngecosplay sedihnya kalo costumnya engga sesuai harapan,
atau make up nya engga sesuai sama ekspektasi kita lah. Bahagianya juga kalau
dapet dukungan dari orang-orang sekitar.
Q: apa yang dapat membuat anda cemas saat bercosplay dan di luar
bercosplay?
A: misal sekarang, kan kita ber-tim yak, kadang satu tim itu engga bisa kumpul
jadi satu, jadi kurang lengkap. Padahal kan pinginnya kita harus lengkap. Tapi
sayangnya engga bisa lengkap. Cemasnya karena kurang uang kali yaa, tapi kalo
untuk beli kostum sih selalu ada dan bebrapapun engga ada penyesalan.
Pertanyaan Sosial
Q: bagaimana orang lain memandang anda dalam kegiatan sehari-hari dan
saat anda bercosplay?
A: kalau kata temen-temen mereka biasa bilang kalau ada saya pasti bikin ketawa,
soalnya saya “engga jelas” anaknya. Kadang suka bikin heboh sendiri dan tanpa
sadar di tonton sama temen-temen yang lain.
Q: apakah mereka menghargai atau merendahkan anda di kehidupan nyata
atau saat anda sedang bercosplay?
A: kalau dari saya, justru mereka bilang, “Ih keren banget sih lo bisa cosplay”.
Padahal kata saya biasa aja, temen-teman saya tuh kayak terkagum-kagum, “eh
bagi dong fotonya, gue mau liat foto lo. Nanti foto bareng dong.” Saya ngerasa
kaget, sampai segitunya mereka ngedukung saya.
Q: apakah mereka membenci atau meyukai anda di kehidupan nyata atau
saat anda sedang bercosplay?
A: kalo di depan kita sih bilangnya pada suka semua sih.
Peratanyaan Fisik
Q: Bagaimana pandangan anda terhadap penampilan anda pada kehidupan
sehari-hari dan saat anda bercosplay?
A: penamilan saya tuh, “ancur” kalo kata saya. Engga syar’i. Biasa aja. Yaa
walaupun saya aluumni pondok tapi engga syari juga, senyamannya saya make
jilbab ya gitu.
Q: apakah anda merasa pantas dengan penampilan anda sehari-hari dan
apakah anda juga merasa pantas dengan penampilan anda saat bercosplay?
A: pantaslah, makanya aku beransi ngecosplay.
Pertanyaan identitas
Q: bagaimana cara anda mempertahankan identitas anda sebagai seorang
muslimah dalam kehidupan sehari-hari dan saat bercosplay?
A: jaga jarak dari lawan jenis, malah terkadang yang lawan jenis itu pada paham
sendiri, engga deket-deket kalau foto
Q: tahukah anda batasan-batasan berpakaian bagi wanita dalam Islam?
Apakah anda masih dalam koridor penamiplan yang disayaratkan dalam
Islam?
A: tahu, dan menurut saya sih masih. Masalahnya pakaian cosplay saya dan
pakaian sehari-hari malah lebih ketat-an pakaian sehari-hari. terus jilbab saya juga
engga pernah tuh sampai sini (nunjuk jilbab kostum yang sedang dipakianya yang
sampai dibawah dada)
Q: bagaimana anda menyisipkan nilai-nilai rukun Iman, Islam dan
menghadirkan Allah dalam setiap kegiatan sehari-hari juga saat bercosplay?
A: alhamdulillah, insya Allah. Salah satunya kita menyempatkan untuk sholat
walaupun lagi nge cosplay dan engga ngebuka aurat juga.
Q: Apakah anda bangga menjadi seorang muslimah yang bercosplay atau
dalam kata lain hijab cosplayer?
A: yang jelas bangga sih. Apalagi masih sedikit juga.
Q: bagaimana pendapat teman, guru atau keluarga anda di kehidupan nyata
dan saat anda menjadi cosplayer?
A: saya sih tahu dari nyokap yaa. Kalo saya itu karena bercosplay yaa, kata
nyokap tuh sangat ambisius sama hobi saya yaa. Dan mendukung sih, nyokap juga
udah tahu dari awal kalo gue suka jejepangan kan dan dari awal juga gue bilang
kalo mau ngecosplay. Tapi kata ibu kan kalo cosplay itu kan harus pake wig dan
baju pendek-pendek, dan sekarang saya ngebuktiin ke ibu kalo cosplay tuh engga
harus kayak gitu. Dan beliau bangga sih, tapi tetep ngingetin.
Q: apakah bercosplay mempengaruhi diri anda di kehidupan nyata?
A: aku yang dulunya engga kenal nama make up dan engga bisa make up, pas
ngecosplay jadi belajar-belajar make up sendiri. percaya diri pasti, ekspresif,
kreatif juga sih. Soalnya kan pas ngecosplay juga kita dituntut kreasiin kostum
Narasumber 4: Maya (FAH UIN Jakarta)
Pertanyaan latar belakang
Q: Apakah alasan yang membuat anda tertarik untu ber-hijab cosplay
pertama kali?
A: alasannya karena aku mau nyoba hal baru dalam kesukaan aku ini. pengen ikut
berkreasi juga. Waktu itu liat foto hijab cosplay keren-keren banget, mereka engga
menjadikan hijab itu sebagai batasan, tapi justru bisa bikin makin kreatif dan bisa
jadi sarana dakwah juga tentang pentingnya hijab itu sendiri
Q: adakah pengaruh yang ditimbulkan dari persepsi orang lain saat
bercospay terhadap diri anda di kehidupan sehari-hari?
A: pengaruhnya sih aku jaddi lebih PD (Percaya Diri) aja kali yaa. Jadi lebih
berani gitu kalo ngomong di depan publik
Pertanyaan psikologis
Q: bagaimana watak anda pada kehidupan sehari hari dan pada saat ber-
cosplay?
A: aku pikir aku ramah, aku PD (percaya diri) orangnya, tapi pas nge-cosplay ya
agak canggung dikit, takut ketauan temen.
Q: Apa yang membuat anda bahagia juga sedih saat bercosplay dan di luar
bercosplay?
A: aku sedih kalo dicukein, aku udah ngomong panjang lebar tapi engga
ditanggepin. Bahagia banget kalo ada yang aku ajak ngobrol terus nyambung, itu
bahagia banget. Terus ketawa bareng. kalo pas ngecosplay ada yang tiba-tiba
mencibir, ya aku bodo amatlah. Lebih banyak yang mengapresiasi jadi aku biasa
aja.
Q: apa yang dapat membuat anda cemas saat bercosplay dan di luar
bercosplay?
A: aku cemas kalo orang tua mikirin aku, abis kan kalo kaya gini kan aku
pulangnya malem, engga enak. Kadang mereka mau tidur masih nungguin aku
buat bukain pintu. Paling engga aku jam 9 harus udah sampai di rumah.
Pertanyaan Sosial
Q: bagaimana orang lain memandang anda dalam kegiatan sehari-hari dan
saat anda bercosplay?
A: temen-temen sekals ku sih pada tahu. Mereka ngeliat aku, ya aku asik, kata
mereka yaa. Bukan kata aku. Soalnya kata mereka kau nyambung mau diajak
ngobrol apa aja aku bisa. Soalnya aku mengikuti mereka juga, temen aku ada yang
suka korea, aku suka. Suka jepang, suka thailand, aku juga suka. Jadi aku
mengimbangi juga ke mereka.
Q: apakah mereka menghargai atau merendahkan anda di kehidupan nyata
atau saat anda sedang bercosplay?
A: temen-temen aku mandang aku pas nge cosplay yaa keren gitu. Karena pas
kemarin ennichisai mereka rela dateng Cuma buat ngeliat aku doang, terharu,
senang akunya juga.
Q: apakah mereka membenci atau meyukai anda di kehidupan nyata atau
saat anda sedang bercosplay?
A: aku engga pernah mendengar orang-orang membicarakan benci aku sih. Di
depan aku mereka baik semua sih.
Peratanyaan Fisik
Q: Bagaimana pandangan anda terhadap penampilan anda pada kehidupan
sehari-hari dan saat anda bercosplay?
A: kalau aku, pernah aku pakai rok tapi jalannya tetap aaja kayak cowok. Aku sih
cuek sama penampilan. Baju yang pertama aku lihat, yaa itu yang aku pakai.
Q: apakah anda merasa pantas dengan penampilan anda sehari-hari dan
apakah anda juga merasa pantas dengan penampilan anda saat bercosplay?
A: aku ngerasa pantas karena aku ngerasa pantas.
Pertanyaan identitas
Q: bagaimana cara anda mempertahankan identitas anda sebagai seorang
muslimah dalam kehidupan sehari-hari dan saat bercosplay?
A: kita kan cosplay berhijab, ya pastinya kita pakai hijabnya sesuai syari, yang
menutup dada, menutup aurat. Terus juga kalo misal kita lagi “turun” terus ada
yang minta foto dan itu lawan jenis, ya kita tidak bisa, mmh berusaha tidak
bersentuhan malah jangan bersentuhan.
Q: tahukah anda batasan-batasan berpakaian bagi wanita dalam Islam?
Apakah anda masih dalam koridor penamiplan yang disayaratkan dalam
Islam?
A: iya tahu. Kalau menurut aku masih dalam koridor islam. Aku juga engga
pernah sih pakai yang ketat-ketat dan ga suka juga. Aku juga biasa pakai jilbab
yang segi empat dan dilipat biasa, beda ama cosplay yang sampai segini . ( sambil
nunjukin jilbabnya yang samapi sebawah dada)
Q: bagaimana anda menyisipkan nilai-nilai rukun Iman, Islam dan
menghadirkan Allah dalam setiap kegiatan sehari-hari juga saat bercosplay?
A: alhamdulillah selama cosplay engga ninggalin sholat. Yaaa kalo make up
luntur bisa diperbaiki, tapi kalo sholat ditinggalkan kan tidak bisa di perbaiki.
Q: Apakah anda bangga menjadi seorang muslimah yang bercosplay atau
dalam kata lain hijab cosplayer?
A: bangga. Karena kita menyebarkan trend positif
Q: bagaimana pendapat teman, guru atau keluarga anda di kehidupan nyata
dan saat anda menjadi cosplayer?
A: kalau temen aku sih ngedukung banget. Yaa kayak yang tadi aku bilang “ih
keren lo, akhirnya lo bisa juga ngelakuin yang kayak gitu”. Orangtua aku tau
kalau aku suka jejepangan tapi mereka engga tau kalau aku ngecosplay, soalnya
engga ada waktunya. Tapi nenek aku tau kok kalau aku ngecosplay, aku bilang
aku pakai kostum sekarang.
Q: apakah bercosplay mempengaruhi diri anda di kehidupan nyata?
A: kalau aku mempengaruhi sih, jadi sekarang aku tahu ini namanya make up apa,
ini make up apa gitu. Percaya diri dan Jadi lebih kreatif juga.
Narasumber 5: Rosi (FDK UIN Jakarta)
Pertanyaan latar belakang
Q: Apakah alasan yang membuat anda tertarik untu ber-hijab cosplay
pertama kali?
A: sebenernya hijab cosplay itu keisengan yang tidak disengaja. Jadi ketika dwi
dan teman-teman yang lain nyari member buat hijab cosplay, mereka nawarin ke
rosi dan rosi terima begitu aja tanpa mikir. Dikirain ujungnya bakalan engga jadi,
kan biasanya suka gitu talk more do less. Eh ternyata jadi dan serius. Karena
teman-teman serius dan engga mau ngecewain yang lainnya, jadi diseriusin deh
hijab cosplaynya.
Q: adakah pengaruh yang ditimbulkan dari persepsi orang lain saat
bercosplay terhadap diri anda di kehidupan sehari-hari?
A: sebenernya waktu cosplay beberapa ada yang nyindir sih, misalnya “wah owari
no seraph versi insaf”dan lain-lain. Tapi kalo temen-temen yang rosi kenal,
mereka pada interest dan appreciate kak. Ada yang beberapa malah kepengen
nyoba cosplay jadinya.
Pertanyaan psikologis
Q: bagaimana watak anda pada kehidupan sehari hari dan pada saat ber-
cosplay?
A: realitanya aku introvert, suka-suka yang sendiri-sendiri, lebih diem aja, terus
kurang PD gitu. Tapi karena cosplay emang diharuskan PD gitu, terus temen-
temennya pada asik-asik jadi terbawa suasan gitu. Kalo di karakter cosplay yang
sekarang (ONS) kan poker face yaa, engga bisa kebaca, agak berbanding terbalik
juga sih. Aku sih suka bersenang-senang sendiri gitu sih (sambil ketawa)
Q: Apa yang membuat anda bahagia juga sedih saat bercosplay dan di luar
bercosplay?
A: di luar cosplay, misal engga ada temen yang mau diajak susah bareng.
Makanya aku sering tarik dwi sama maya. Terus ya senengnya gitu, karenna
mereka mau diajak susah bareng jadi aku bahagia juga. Pas lagi ngecosplay
sedihnya, yaa karena engga bisa make up banget yaa, jadi minta dandanin sana-
sini. Aku negrasa, kok aku engga punya bakat banget jadi cewek. Bahagianya
karena temen-temennya mau nolong, asik-asik, temen-temennya care gitu.
Q: apa yang dapat membuat anda cemas saat bercosplay dan di luar
bercosplay?
A: apa ya, cemas kalau waktu yang bertabrakan aja sih gitu, misalnya cosplay
kapan dan saat itu ada tugas yang penting juga. Padahal duaduanya pengen selesai
bareng-bareng. Tugas jadi, cosplay juga jadi.
Pertanyaan Sosial
Q: bagaimana orang lain memandang anda dalam kegiatan sehari-hari dan
saat anda bercosplay?
A: kalau sendiri sih engga enak yaa. Tapi kalau ada teman-teman yang ternyata
senang jadi kebawa senang gitu. Ehm, belum ada yang tau aku nge cosplay juga
sih. Kalo di luar cosplay teman-temen aku pada biasa-biasa aja sih. Tergantung
teman-temannya gimana. Aku ikut aja. Misalnya temen-temennya kalo bercanda
pake bahasa-bahasa apa, ya ngikut. Kalo disini mereka kayak sok-sok imut, yaa
ikut juga.
Q: apakah mereka menghargai atau merendahkan anda di kehidupan nyata
atau saat anda sedang bercosplay?
A: aku sedih teman-teman aku engga ada yang tau jejepangan gitu. Engga ada
yang tau cosplay itu apa, jadi mungkin walaupun aku nge-cosplay engga da yang
tertarik gitu.
Q: apakah mereka membenci atau menyukai anda di kehidupan nyata atau
saat anda sedang bercosplay?
A: pas ngecosplay mungkin kalau bisik-bisik sih ada. Kayak mba-mba Mall yang
bilang mau ngaji atau apalah itu. Kalo realita sih, temen-teman aku suka-suka aja.
Engga ada yang langsung bilang benci.
Peratanyaan Fisik
Q: Bagaimana pandangan anda terhadap penampilan anda pada kehidupan
sehari-hari dan saat anda bercosplay?
A: penampilan biasa aja, aku kan tomboy. Kalo make baju tuh yang bajunya gede-
gede, kerudung juga yang Cuma kerudung di lipat dua terus di lilit, udah selesai.
Kadang kemeja sama levis, udah. Di bilang syari sampai dada juga, engga. Aku
pakai rok paling kalo dosen ada yang nyuruh pake rok.
Q: apakah anda merasa pantas dengan penampilan anda sehari-hari dan
apakah anda juga merasa pantas dengan penampilan anda saat bercosplay?
A: pantas, dan aku karena suka aja sama bajunya.
Pertanyaan identitas
Q: bagaimana cara anda mempertahankan identitas anda sebagai seorang
muslimah dalam kehidupan sehari-hari dan saat bercosplay?
A: kita memang pakaian sehari-hari engga syari, malah etrkesan tomboy. Tapi
tetep make kerudungan dan make hijabnya tuh yang nutupin dada dan tetap
menutup aurat. Pakaiannya pun menutup aurat. Yaa walaupun harus di modifikasi
dari karakter aslinya.
Q: tahukah anda batasan-batasan berpakaian bagi wanita dalam Islam?
Apakah anda masih dalam koridor penamiplan yang disayaratkan dalam
Islam?
A: insya Allah masih. Aku juga engga suka pakai yang ketat-ketat. Lebih suka
yang kegedean gitu. Kalau pas cosplay jilbab bisa sampai bawah dada, tapi kalau
sehari-hari pakai jilbab biasa aja.
Q: bagaimana anda menyisipkan nilai-nilai rukun Iman, Islam dan
menghadirkan Allah dalam setiap kegiatan sehari-hari juga saat bercosplay?
A: alhamdulillah kita tetep sholat wlaupun lagi ngecosplay. Yaa kayak sekarang
kan tadi make up tapi setelah itu sholat. Sebelum make up kita udah wudhu, jadi
waktu sholat ya sholat jalan.
Q: Apakah anda bangga menjadi seorang muslimah yang bercosplay atau
dalam kata lain hijab cosplayer?
A: Bangga.
Q: bagaimana pendapat teman, guru atau keluarga anda di kehidupan nyata
dan saat anda menjadi cosplayer?
A: temen aku engga ada yang tahu, jadi aku biasa-biasa aja. Maksudnya identitas
rosi sebagai cosplayer jadi belum ada yyang tau gitu. Oranggtua juga engga da
yang tau, jadi Cuma teman-teman yang sekomunitas aja yang tau, kalau rosi
kayak gini.
Q: apakah bercosplay mempengaruhi diri anda di kehidupan nyata?
A: Mempengaruhi dalam hal percaya diri sama kenal nama-nama make up
sih.
Narasumber 6: Rifka (SAINTEK UIN Jakarta)
Q: bagaimana watak anda pada kehidupan sehari hari dan pada saat ber-
cosplay?
A: aku kalau di luar rumah lebih ekstrovert, banyak omong, bawel orangnya.
Sedangkan kalau di dalem rumah introvert gitu jarang ngomong, pendiam.
Mungkin karena engga ada teman curhat juga kali yaa. Kalau curhat sama
orangtua agak kurang enak.
Q: apakah bercosplay mempengaruhi diri anda di kehidupan nyata?
A: kalau karakter sih engga deh kayaknya, karena aku cosplay hanya berkostum
aja. Engga sampai mendalami karakter aslinya
Q: Apa yang membuat anda bahagia juga sedih saat bercosplay dan di luar
bercosplay?
A: karena percintaan aja kal yaa. Selebihnya aku ngerasa seneng-senang ja
Q: Bagaimana pandangan anda terhadap penampilan anda pada kehidupan
sehari-hari dan saat anda bercosplay?
A: karena udah tiga tahun engga pakai celan dan makai rok terus selama di MAN.
Terus kebawa deh sampai kuliah, engga pernah pakai celana jadinya
Q: bagaimana pendapat teman, guru atau keluarga anda di kehidupan nyata
dan saat anda menjadi cosplayer?
A: keluarga pada tau, Cuma respon mereka biasa aja, engga ngelarang juga.
Teman tahu, paling mereka suka ngeledek aku aja, karena aku yang biasanya
tomboy pas cosplay karakternya imut-imut gitu. Padahal aku emang suka yang
karakternya lucu dan imut-imut.
Q: Apakah anda bangga menjadi seorang muslimah yang bercosplay atau
dalam kata lain hijab cosplayer?
A: bangga karena bisa berkarya, setidaknya ada sesuatu yang bisa
ditunjukin.
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA BERSAMA TEMAN DEKAT
KEENAM HIJAB COSPLAYER
Narasumber:
Ica (Teman Dekat Rosi)
Mega (Teman Dekat Mayya)
Pipit (Teman Dekat Tina)
Aida (Teman Dekat Dwi)
Ayu (Teman Dekat Nada)
Alifia (Teman Dekat Rifka)
Waktu : 20 Juli 2016

Narasumber: ICA
Q: apa pendapat anda mengnai karakter Rosi sehari-hari?
A: Oci ceria kalo lagi engga ada masalah. Mudah panik saat ada masalah kecil.
Kalo masalahnya gede yang engg bisa ditanganin sendiri, ngeluapinnya dengan
nangis dulu. Care sama temennya, tapi suka ngusilin temennya juga, sampe
kadang bikin gondok. Mungkin dia caper biar temennya selalu ama dia. Maklumin
sih anak tunggal
Q: bagaimana pendapat anda mengenai Rosi yang menjadi hijab cosplayer?
A: dia emang suka anime, terus pas join jadi cosplay bagus sih biar bayak
kesibukan. Saya setuju Oci iku dalam hijab cosplay, karena kegiattan itu juga
engga negatif buat dia. Yah paling sih oci jadi ribet dengan risk of cosplayer hijab
Q:bentuk dukungan dan motivasi seperti apa yang anda berikan kepada
Rosi saat dirinya sedang ber-hijab cosplay?
A: saya kasih tanggapan positif dengan keinginan menjadi cosplay hijab dan
nyemangatin pas ada event cosplay
Q: apakah ada perbedaan karakter yang mencolok saat Rosi sedang menjadi
hijab cosplayer dan kesehariannya?
A: mungkin atmosphere ramai saat jadi cosplay hijab yang bikin dia jadi sedikit
berbeda
Q:pendapat anda mengenai hijab cosplay?
A: hijab cosplay menurut saya postif, karena sebagai umat muslim kita engga
boleh keluar syariat.tapi namanya manusia ada rasa ketertarikan dengan naime
yang kadang cukup besar untuk membuat diri ingin bergaya seperti karakter
anime. Dari hijab cosplay kita juga bisa sambil menyebarkan ajaran islam bahwa
islam sangat open mind tentang tren asal tetap di jalurnya. Jujur saya juga ada
keinginan jadi cosplayer hijab.
Narasumber: AIDA
Q: apa pendapat anda mengnai karakter Dwi sehari-hari?
A: dwi sehari-hari baik, enak diajak ngobrol, menurut saya dia termasuk
mahasiswi pintar di kelas, Cuma gara-gara dia suka banget sama anime dan
kejepangan jadi suka “lebay” sendiri kak. Suka joget-joget engga jelas kayak JKT
48, tiap pulang balik, dia kan selelu tuh sama saya, engga di lobi kampus, di
busway juga
Q: bagaimana pendapat anda mengenai Dwi yang menjadi hijab cosplayer?
A: bagus kok dwi ikut cosplay, meyalurkan hobinya yang suka jepang lebih dalam.
Di kelas yang tau tentang Jepang, dia deh orangnya. Engga diragukan
Q:bentuk dukungan dan motivasi seperti apa yang anda berikan kepada Dwi
saat dirinya sedang ber-hijab cosplay?
A: ya selaku teman dekat dia saya support apa yang dwi lakuin. Kalo ikut cosplay
hijab menurut saya bagus, ya setuju aja asal jangan ganggu aktivittas yang lain
juga seperti kuliah atau yang lain. Tapi sejauh iini saya liat have fun aja kok kaa.
Malah dia jauh lebih rajin dari saya dan temen yang lain
Q: apakah ada perbedaan karakter yang mencolok saat Dwi sedang menjadi
hijab cosplayer dan kesehariannya?
A: kalau dwi sih engga berubah walau dia ikut cosplay hijab kok
Q:pendapat anda mengenai hijab cosplay?
A: menurut saya hijab cosplay salah satu kegiatan yang positif. Bagi mahasiswa
khususnya muslimah yang suka dengan Jepang seperti Dwi. Mereka bisa
menyalurkan hobi dan mengetahu banyak hal. Biasanyakan cosplay itu
pakaiannyaterbuka, jadi karena adanya hijab cosplay ini membantu buat
mahasiswa UIN yang ingin cosplay tanpa harus melepas jilbabnya, tanpa rasa
malu dan ikut kekinian.
Narasumber: MEGA
Q: apa pendapat anda mengnai karakter Maya sehari-hari?
A: maya itu asik, seru, terus selalu antusias kalau lagi cerita. Tapi kalau udah
berurusan sama anime di laptopnya dia kayak punya dunia sendiri. kayak engga
berasal dari bumi lagi
Q: bagaimana pendapat anda mengenai Maya yang menjadi hijab
cosplayer?
A: hijab cosplay itu menarik, keren. Dan si Maya bisa menghayati perannya
dengan baik. Jadi engga ada yang salah sih dengan itu
Q:bentuk dukungan dan motivasi seperti apa yang anda berikan kepada
Maya saat dirinya sedang ber-hijab cosplay?
A: dateng ke tempat dia cosplay. Ingetin kalau mau cosplay barang-barang yang
dibutuhin udah lengkap atau belum
Q: apakah ada perbedaan karakter yang mencolok saat Maya sedang
menjadi hijab cosplayer dan kesehariannya?
A: sedikit. Dia menghayati perannya pas lagi di foto. Tapi kalo diajak ngobrol, dia
tetaplah Maya.
Q:pendapat anda mengenai hijab cosplay?
A: keren! Karena cosplay engga harus mengumbar-ngumbar aurat
Narasumber: AYU
Q: apa pendapat anda mengnai karakter Nada sehari-hari?
A: nada baik, dia juga pintar
Q: bagaimana pendapat anda mengenai Nada yang menjadi hijab cosplayer?
A: saya setuju kalau di cosplay diadain hijab cosplay. Kalau bisa diekspansiin tuh
hijab cosplay. Masih minoritas menurut saya
Q:bentuk dukungan dan motivasi seperti apa yang anda berikan kepada
Nada saat dirinya sedang ber-hijab cosplay?
A: supaya para anggotanya yang cosplay bisa mengembangkaan hijab cosplay.
Sekalian menjalankan kewajiban kita sebagai umat muslim untuk menutup aurat
Q: apakah ada perbedaan karakter yang mencolok saat Nada sedang
menjadi hijab cosplayer dan kesehariannya?
A: ada dikit sih, mungkin menyesuaikan dengan pakaiannya.
Q:pendapat anda mengenai hijab cosplay?
A: saya suka dengan cosplay apalagi jika dicampur dengan hijab. Saya sangat
setuju dengan hijab cosplay, bila perlu buat komunitas khusus untuk hijab cosplay.
Narasumber: PIPIT
Q: apa pendapat anda mengnai karakter Astina sehari-hari?
A: astina orang yang baik, seru, kocak. Cuma terkadang dia orangnya tidak terlalu
terbuka kalau tidak dipaksa untuk bercerita. Dan cenderung nyimpen masalahnya
sendiri. dan lebih senang ngabisin waktu dengan hobinya
Q: bagaimana pendapat anda mengenai Rosi yang menjadi hijab cosplayer?
A: senang pas lihat dia jadi hijab cosplay, tambah cantik
Q:bentuk dukungan dan motivasi seperti apa yang anda berikan kepada
Rosi saat dirinya sedang ber-hijab cosplay?
A: kalau aku kasi saran sih, yang penting kalau dia pakai jilbab itu sesuai sama
aturan syari, tidak kkeleat batas
Q: apakah ada perbedaan karakter yang mencolok saat Rosi sedang menjadi
hijab cosplayer dan kesehariannya?
A: astina jadi terlihhat lebih feminim, lebih cantik tentunya kalau pakai hijab
dibanding kebalikannnya
Q:pendapat anda mengenai hijab cosplay?
A: menarik dan unik aja saat aku lihat astina jadi hijab cosplay
Narasumber: ALIFIA
Q: apa pendapat anda mengnai karakter Rifka sehari-hari?
A: Engga terlalu feminin, kuat banget tenaganya apalagi kalau lagi bercanda, lucu
banget kalau lagi ngasih guyonan tapi kadang juga engga lucu sama sekali. Kalau
lagi bercosplay biasanya dia jadi jaga image gitu, karena situasi juga soalnya. Dan
di rumah dia tuh, pendiam. Lebih banyak di kamar.
Q: bagaimana pendapat anda mengenai Rifka yang menjadi hijab cosplayer?
A: awalnya aneh kan, soalnya rifka pakainya hijab engga pakai wig gitu. Tapi
ternyata seru dan lucu juga. Sekarang kalau liat rifka ngecosplay jadi “kawaii”
gitu
Q:bentuk dukungan dan motivasi seperti apa yang anda berikan kepada
Maya saat dirinya sedang ber-hijab cosplay?
A: ngasih saran aja paling. Misal Rifka nanya, cocok atau lucu untuk dia
cosplaykan atau tidak, yaa aku kasih masukan yang bagus dan cocok yang mana.
Q: apakah ada perbedaan karakter yang mencolok saat Maya sedang
menjadi hijab cosplayer dan kesehariannya?
A: mungkin jadi lebih feminin dan imut yaa. Karena kebawa pas lagi jadi karakter
nge-cosplay
Q:pendapat anda mengenai hijab cosplay?
A: awalnya aneh karena cosplay pakai hijab. Tapi semuanya ada positif dan
negatifnya kan. Dan engga semua cosplayer harus seksi-seksi dan pendek-pendek
bajunya. Yang muslim jadi bisa nunjukin hobinya seperti yang lain
FOTO KEGIATAN

Foto saat FGD berlangsung pada tanggal 6 September 2016 di UIN Jakarta. FGD
digunakan untuk untuk mengumpulkan data pada penelitian kualitatif. FGD ini
dilakukan kepada 6 orang anggota Hijab cosplay Islamic Otaku Community
Episode UIN Jakarta.

Foto bersama acara IC Fest UIN Jakarta, 17 September 2016. IC Fest merupakan
acara yang terakhir diikuti oleh peneliti dalam usahanya untuk mengmpulkan data
mengenai hijab cosplay IOC episode UIN Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai