Muhammad Fajar
Muhammad Fajar
HALAMAN JUDUL
PROPOSAL MINI
Oleh
MUHAMMAD FAJAR
NIM: 23010198
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstiil dalam substansi otak
luas yang menggambarkan sejumlah cedera yang terjadi pada kulit kepala,
oleh kejadian jatuh yang tidak disengaja memiliki prevalensi tertinggi yaitu
bermotor memiliki prevalensi 20,4% dari total keseluruhan pasien rawat inap
Indonesia berada pada angka 11,9%. Cedera pada bagian kepala menempati
posisi ketiga setelah cedera pada anggota gerak bawah dan bagian anggota
trauma yang dapat menyebabkan cedera kepala antara lain kejadian jatuh
1
2
dan tumpul, benturan dari objek yang bergerak, serta benturan kepala pada
benda yang tidak bergerak. Berdasarkan GCS (Glasgow Coma Scale) cedera
kepala dapat dibagi menjadi 3, yaitu cedera kepala ringan dengan GCS 13-15,
cedera kepala sedang dengan GCS 9-12, dan cedera kepala berat dengan GCS
Cedera kepala sedang memiliki tanda dan gejala sebagai berikut, yaitu
kranium (tanda battel, mata rabun, hemotmpanum, otore, atau rinore cairan
serebrospinal) juga merupakan tanda dan gejala yang muncul pada pasien
penderita cedera kepala harus cepat, tepat dan cermat serta sesuai dengan
cedera kepala juga menjadi acuan penting untuk mencegah kematian dan
yang komplit karena akan terjadi masalah pada otak dan saraf. Penyebab
kematian atau kecacatan yang dapat terjadi apabila pasien cedera kepala tidak
besarnya dampak yang dapat diakibatkan dari cedera kepala perlu adanya
yang ada dapat teratasi dan komplikasi yang mungkin terjadi dapat dihindari
tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek
Abidin diketahui bahwa jumlah perawat yang ada di Instalasi Gawat Darurat
dengan pendidikan S1, dan 38 orang dengan pendidikan DIII. Usia perawat
BTCLS, namun belum semua perawat mengikuti pelatihan tersebut dan ada 4
Sakit Umum Daerah Tgk. Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie, beliau
dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil, dari 5 pasien yang masuk ke IGD, 2
pasien dilayani dengan waktu tanggap kurang dari 5 menit dan 3 pasien
dilayani dengan waktu tanggap lebih dari 5 menit. Pasien yang dilayani
dengan waktu tanggap lebih dari 5 menit dikarenakan jumlah perawat saat itu
secara berurutan.
Aceh, selama periode Juli sampai Oktober 2017 di ruang IGD didapatkan
terbanyak yang dirawat dalam kurun waktu Juli sampai Oktober 2017 di
ruang IGD dengan total sebanyak 46% kasus dari keseluruhan pasien yang
Data pasien cedera kepala di RSUD Teuku chik di Tiro dari bulan
januari s/d Desember 2023 dengan jumlah pasien cedera kepala 95 orang.
5
Dengan proporsi cedera kepala ringan 82%, cedera kepala sedang 9%, cedera
kepala berat 6% dan pasien yang meninggal 3% (RSUD Tgk. Chik Ditiro
Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Tgk Chik Di Tiro Kabupaten Pidie.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Cedera Kepala di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Tgk Chik Di Tiro
Kabupaten Pidie.
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dapat mengaplikasikan semua ilmu yang telah peneliti dapat selama ini
2. Bagi Responden
3. Bagi Perawat
referensi dan hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam melakukan
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Teori
benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran
Cedera kepala adalah cedera yang terjadi pada kulit kepala, tengkorak dan
normal otak karena trauma baik trauma tumpul maupun trauma tajam.
2. Etiologi
mobil.
8
9
sifatnya.
3. Manifestasi klinik
cedera.
laku.
minggu atau lebih lama setelah konkusio cedera otak akibat trauma
ringan.
tersebut.
4. Patofisiologi
pada asumsi bahwa kerusakan otak pada awalnya disebabkan oleh kekuatan
fisik yang lalu diikuti proses patologis yang terjadi segera dan sebagian besar
bersifat permanen. Dari tahapan itu, Arifin (2017) membagi cedera kepala
menjadi dua :
akibat langsung dari efek mekanik dari luar pada otak yang
Cedera otak sekunder (COS) yaitu cedera otak yang terjadi akibat
dimulai segera setelah trauma tetapi tidak tampak secara klinis segera
setelah trauma. Cedera otak sekunder ini disebabkan oleh banyak faktor
antara lain kerusakan sawar darah otak, gangguan aliran darah otak,
kerusakan otak.
5. Klasifikasi
a. Cedera kepala ringan (CKR) : GCS 13– 15, dapat terjadi kehilangan
retrograde, tidak ada faktur tengkorak, tidak ada contusia cerebral dan
hematoma.
amnesia retrograd lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam, dapat
c. Cedera kepala berat (CKB) : GCS lebih kecil atau sama dengan 3-8,
12
kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam, juga
Membuka Mata:
Spontan 4
1. Terhadap rangsangan suara 3
Terhadap nyeri 2
Tidak ada 1
Verbal:
Orientasi baik 5
Orientasi terganggu 4
2.
Kata-kata tidak jelas 3
Suara tidak jelas 2
Tidak ada respon 1
Motorik:
Mampu bergerak 6
Melokaliasasi nyeri 5
3. Fleksi normal 4
Fleksi abnormal 3
Ekstensi 2
Tidak mampu bergerak 1
Total 3-15
Sumber : (Astuti & Sulastri, 2019)
Skor GCS:
11 - 12 : Delirium 1- 4 : Koma
6. Komplikasi
pada tekanan diatas 25 mmHg. Tekanan darah yang mengalir dalam otak
anterior dekat sinus frontal atau dari fraktur tengkorak basilar bagian
d) Kejang pasca trauma : Kejang yang terjadi setelah masa trauma yang
h) Agitasi : Agitasi pasca cedera kepala terjadi > 1/3 pasien pada stadium
awal dalam bentuk delirium, agresi, akatisia, disinhibisi, dan emosi labil.
pertama, 30% pada 3 bulan pertama dan 15% pada tahun pertama.
14
7. Pemeriksaan Penunjang
kepala adalah :
tanda perangsangan meningen, yang berupa tes kaku kuduk yang hanya
normal.
b) Pemeriksaan radiologis.
c) Foto Rontgen Polos : Pada cedera kepala perlu dibuat foto rontgen
kepala dan kolumna vertebralis servikalis. Film diletakkan pada sisi lesi
akibat benturan.
(Sastrodiningrat, 2016).
8. Pencegahan
membuat jalanan yang lebih aman dan nyaman (tidak macet, kondisi
9. Penatalaksanaan Medik
16
adalah :
vasodilatasi.
c. Pemberian analgetik.
f. Makanan atau caioran infus dextrose 5%, aminousin, aminofel (18 jam
makanan lunak.
g. Pembedahan
10. Penanganan cedera kepala menurut tingkat berat cedera kepala, yaitu;
amnesia lebih dari 3bulan,dan skore 7 tidak ada amnesia. Rab (2017)
1) Risiko ringan : tidak ada gejala nyeri kepala, muntah dan dizziness
trauma
3) Risiko tinggi : nyeri kepala hebat, mual yang menetap dan muntah
korban gawat darurat di unit emergensi sesuai dengan beratnya trauma yaitu
yaitu:
tindakan-tindakan berikut :
a. Airway
b. Breathing
kanan dan kiri simetris. Bila ada gangguan pernafasan, cari penyebab
apakah terdapat gangguan pada sentral (otak dan batang otak) atau
c. Circulation
inotropic.
d. Disabillity
(Tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu) Skala koma Glosgow, Pupil
oksigen dengan oksimeter Jangan biarkan SaO2 menjadi kurang dari 90%.
pada tingkat sekitar satu nafas setiap 6 sampai 8 detik (8 sampai 10 kali
jalan napas tidak dapat dipertahankan atau Jika Anda tidak dapat
4. Pasien yang mengalami agitasi dan agresif yang melawan hambatan atau
dalam hal ini Situasi, meski sadar bahwa sedasi akan menyulitkan
arah medis. Agen lain yang cocok untuk digunakan meliputi fenitoin.
5. Catatlah pengamatan awal. Catat tanda vital (jelaskan tingkat dan pola
cedera tulang belakang. Setiap pasien dengan status mental yang berubah
masa lalu diperkirakan bahwa cairan harus dibatasi pada pasien yang
pembengkakan otak dengan memberi cairan jauh lebih sedikit dari pada
larutan garam hipertonik lebih dari kristaloid saat ini untuk pengobatan
hipotensi pada pasien TBI. Administrasi rutin steroid untuk TBI belum
sebagai berikut :
1. Pengetahuan
pengalaman. Selain itu juga dari informasi yang berasal dari orang lain (WHO,
2019).
a) Tahu (Know)
kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dielajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan
b) Memahami (Comprehension)
tersebut secara benar. Seseorang dikatakan telah paham terhadap obyek atau
c) Aplikasi (Application)
yang telah dipelajari pada suatu kondisi tertentu atau kondisi real
d) Analisis (Analysis)
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dalam
e) Sintesis (Synthesis)
f) Evaluasi (Evaluation)
penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
2. Pengalaman kerja
Masa kerja adalah lama seorang perawat bekerja pada suatu organisasi
rumah sakit. Masa kerja perawat merupakan salah satu faktor yang
kerja dan kepuasan serta kinerja berkaitan secara positif. Pendapat ini di
dukung oleh Mulyadi & Rivai (2019) karyawan yang lebih lama bekerja akan
Motivasi yang kuat akan berdampak pada perubahan yang lebih baik (Aziz,
2016).
a. ˂5 tahun
b. 5 – 10 tahun
25
c. >10 tahun
C. Karakteristik Perawat
1. Usia
Daya tangkap dan pola pikir seseorang akan semkin berkembang sejalan
2. Jenis kelamin
3. Tingkat pendidikan
pengetahuan.
4. Status kerja
yang bekerja pada satu sarana pelayanan kesehatan dengan status dan
penggajian yang berbeda. Selain itu bagi perawat yang tidak honorer
peluang ini makin terasa dengan pemberlakuan angka kredit bagi perawat
26
dengan cepat dan teliti, resusitasi dan stabilisasi pasien menurut prioritas,
D. Kerangka Teori
Sutandi, 2018
- Pengetahuan
- Pengalaman
Notoatmodjo, 2017
- Pengetahuan Manajemen Penanganan Cedera Kepala
- Pengalaman Di Ruang Instalasi Gawat Darurat
Siagian, 2017
- Lama Bekerja
- Kepuasan
Keterangan:
1. Baik
Pengetahuan 2. Cukup
3. Kurang
Perawat IGD
1. Ya
Pengalaman
2. Tidak
B. Pertanyaan Penelitian
29
30
C. Definisi Operasional
manusia
setelah
melakukan
pengamatan
dan
memahami
suatu objek
tertentu.
2. Pengalaman Kuesioner Membagi Nominal 1. Berpeng
Pen yang diperoleh kuesioner alaman
gala seseorang 2. Tidak
ma berdasarkan berpeng
n kenyataan alaman
yang pasti dan
berulang-
ulang dapat
menyebabkan
terbentuknya
pengetahuan.
Dan
pengalaman
yang
didapatkan
responden
dapat
menunjang
kehidupannya
di IGD.
31
1. Pengetahuan perawat
(Nursalam, 2017):
2. Pengalaman
METODELOGI PENELITIAN
pada waktu yang sama (poin time approach). Yaitu suatu metode penelitian
1) Populasi
2) Sampel
Gawat darurat RSUD Tgk Chik Di Tiro Kabupaten Pidie. Penelitian ini
ekslusi.
1) Tempat
2) Waktu
D. Etika Penelitian
serta memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk
consent).
34
and confidentiality)
nama maupun alamat asal subyek dalam kuesioner dan alat ukur apapun
identitas responden.
gender dan hak subyek untuk mendapatkan perlakuan yang sama baik
penelitian ini adalah kuesioner yang akan dibagikan pada responden tentang
menjawab “Ya” atau benar mendapatkan skor 1 dan bagi responden yang
untuk mengumpulkan data. Untuk itu, kuesioner tersebut harus dilakukan uji
coba (trial) di lapangan (Notoatmodjo, 2017). Uji yang dilakukan adalah uji
coba instrument yang akan dilakukan di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD
orang responden dilakukan dari tanggal 6 sampai dengan 10 Januari 2023. Uji
coba instrumen ini berupa uji validitas dan reliabilitas, dan dianalisis dengan
menggunakan komputer.
36
1. Uji Validitas
tabel dengan nilai r hasil. Menentukan nilai r tabel dapat dilihat pada nilai r
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat ukur dapat
di percaya atau diandalkan. Hal ini berarti menunjukan sejauh mana hasil
pengumpulan itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua atau lebih
terhadap masalah yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama dengan
(Sugiyono, 2017).
37
G. Pengumpulan Data
yaitu:
a. Data primer
b. Data sekunder
Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari data di ruang Instalasi
Diklat RSUD Tgk Chik Di Tiro Kabupaten Pidie setelah itu meminta izin
Setelah mendapat izin dari kepala ruang IGD RSUD Tgk Chik Di
memberi surat izin penelitian dari Kepala IGD Tgk Chik Di Tiro Kabupaten
38
H. Pengolahan Data
1. Editing
2. Coding
kuesioner) ke dalam bentuk yang mudah dibaca oleh mesin pengolah data
3. Prosessing / Entry
pengolah data.
4. Cleanning
mesin pengolah data sudah sesuai dengan yang sebenarnya, yaitu data
distribusi frekwensi.
5. Tabulating
memindahkan data dari kartu kode sesuai dengan kelompok data kedalam
satu tabel.
I. Analisa data
F
x 100 %
P= n
Dimana :
P = Persentase
F = Frekuensi teramati
J. Penyajian Data
dinarasikan.
DAFTAR PUSTAKA