Anda di halaman 1dari 2

Laju pertumbuhan penduduk yang cepat, tidak seimbang dengan naiknya produksi,

menyebabkan terjadinya tekanan terhadap sektor penyediaan pangan, sandang, perumahan,


lapangan pekerjaan, pelayanan kesehatan, pendidikan, pengangkutan, dan perhubungan.
Dengan ini akan menyebabkan ketegangan sosial dengan berbagai akibat yang luas (Laporan
Jawa Pos, 1977).

Besarnya jumlah penduduk diyakini akan menjadi salah satu potensi pembangunan disuatu
negara. Akan tetapi jumlah yang besar itu harus disertai dengan adanya kesejahteraan. Tanpa
adanya kesejahteraan angka populasi manusia yang jumlahnya besar, maka hanya menjadi
bencana yang sama besarnya. Masalah yang tidak diatasi maka menjadi bencana kesulitan
bagi generasi-generasi di masa depan. Akhirnya pertambahan jumlah penduduk yang tidak
sebanding dengan kenaikan produksi, menjadi dampak bagi kekuatan ekonomi di negeri
sendiri (Pidato Presiden, 1970).

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional dalam usaha meningkatkan pelaksanaan


Program Kependudukan Keluarga Berencana setiap tahunnya membuat rancangan. Pada
periode 1983/1984 disebutkan bertujuan untuk turut serta menciptakan kesejahteraan
ekonomi dan sosial bagi seluruh lapisan masyarakat melalui usaha-usaha perencanaan dan
pengendalian penduduk, agar mencapai keseimbangan yang baik antara jumlah dan
kecepatan pertumbuhan penduduk dengan perkembangan produksi dan jasa. Dengan kata
lain, menurunkan tingkat kesuburan fertilitas atau tingkat kelahiran kasar.

Akibat dari penyebaran yang tidak merata. Disebutkan bahwa 76 juta jiwa tinggal di pulau
Jawa yang makin sempit; sedang pulau lainnya sangat luas. Dimana hampir 64% dari seluruh
penduduk Indonesia tinggal mendesaki pulau yang luasnya hanya 7% dari luas seluruh
wilayah Indonesia (Pidato Presiden, 1973).

Tingginya laju pertumbuhan penduduk di beberapa negara di dunia yang menjadi penyebab
jumlah penduduk meningkat dengan pesat. Di beberapa negara di dunia sebagai dampaknya
telah terjadi kemiskinan dan kekurangan pangan (Mantra, 2006: 49).

Dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia (KEPPRES) Nomor 141 Tahun 1999
(141/1999) Tentang Sekretariat Presiden, tersirat bahwa tugas dari Ibu Negara dalam
melaksanaan tugas Kepresidenan. Tugas dari Ibu Negara terhadap tugas Presiden, antara lain
adalah menghadiri upacara kenegaraan, mengikuti acara perjalanan, menghadiri pertemuan,
rapat dan acara lain, penerimaan kunjungan tamu asing.

Selain dari itu, ditinjau dari upaya pemerintah dalam mewujudkan


terjadinya perubahan besar kegiatan Keluarga Berencana dari program pemerintah
menjadi gerakan masyarakat. Dimana kegiatan-kegiatan penunjang Keluarga
Berencana ditujukan sebagai pendorong minat masyarakat dan memberi jalan
dalam menaikkan laju akses terhadap kontrasepsi (Singarimbun, 1996: 136).
1. Teori Neo-Malthusianism
Aliran yang dicetuskan Oleh Thomas Robert Malthus tahun 1798.
Malthus mengatakan bahwa pertumbuhan penduduk harus dibatasi. Dengan dua
cara yaitu preventive checks, dan positive checks. Prevensive checks sendiri dimana
usaha pengurangan jumlah penduduk dengan penekanan angka kelahiran.
Preventive cheks kemudian dibagi menjadi dua, yaitu: moral restraint dan vice.
Moral restraint (pengekangan diri) ialah segala cara untuk menahan nafsu seksuil,
dan vice mengurangi kelahiran, macamnya ialah: pengguguran kandungan,
penggunaan alat-alat kontrasepsi, homoseksuil, promiscuity, adultery, dalam
(Yaukey, 1990). Meurut Malthus moral restraint adalah pembatasan kelahiran yang
paling penting, dibandingkan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi.
Positive checks adalah pengurangan jumlah penduduk berdasarkan
proses kematian. Jika disuatu wilayah jumlah penduduk melebihi jumlah
persediaan bahan pangan, maka tingkat kematian akan meningkat mengakibatkan
terjadinya kelaparan, wabah penyakit. Prosesnya akan berlangsung hingga jumlah
penduduk seimbang dengan persediaan pangan yang ada. Positive checks dapat
dibagi lagi menjadi dua yaitu: vice dan misery. Vice (kejahatan) adalah segala jenis
perbuatan penghilangan nyawa seseorang. Misery (kemelaratan) adalah keadaan
yang menyebabkan kematian akibat jenis penyakit dan epidemi, bencana alam,
kelaparan, kekurangan pangan, dan peperangan (Mantra, 2006: 51).

Teori Neo-Malthusianism yang eksis pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20
merupakan antitesis dari teori sebelumnya yaitu teori Malthusiansm. Teori Neo-
Malthusianism menyatakan bahwa disarankan untuk menggunakan cara-cara preventive
checks (penekanan kelahiran). Dapat dilakukan dengan penggunaan alat kontrasepsi, dengan
tujuan menurunkan angka kelahiran, pengguguran kandungan (abortions) (Mantra, 2006: 53).

Hartanto. 2008. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Anda mungkin juga menyukai