Anda di halaman 1dari 8

EKOPZI (EKONOMI PANGAN DAN GIZI)

RESUME PERILAKU KONSUMEN

DISUSUN OLEH:

ALVIN SEPTRIANDRA

PO.71.31.1.18.002

3A DIII GIZI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

PALEMBANG
PERILAKU KONSUMEN

Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup
lain dan tidak untuk diperdagangkan. Pengertian perilaku konsumen menurut Philip Kotler
adalah hasil yang dirasakan oleh pembeli yang mengalami kinerja sebuah perusahaan
yang sesuai dengan harapannya.

Sedangkan menurut Etat Swan pengertian dari perilaku konsumen adalah evaluasi
secara sadar atau penilaian kognitif menyangkut apakah kinerja produk relatif bagus atau
jelek atau apakah produk bersangkutan cocok atau tidak cocok dengan
tujuan/pemakaiannya

Pelanggan merasa puas kalau harapan mereka terpenuhi, dan merasa amat gembira kalau
harapan mereka terlampaui.

Teori perilaku konsumen menerangkan:

1. mengapa para konsumen akan membeli lebih banyak barang pada harga yang
rendah dan mengurangi pembeliannya pada harga yang tinggi, dan
2. Bagaimanakah seorang konsumen menentukan jumlah dan kombinasi barang yang
akan dibeli dari pendapatannya.

Pendekatan Teori Perilaku Konsumen

1. Pendekatan utiliti (nilaiguna) kardinal atau Marginal Utility


Pendekatan ini bertitik tolak pada anggapan bahwa kepuasan (utiliti) setiap
konsumen dapat diukur dengan uang atau dengan satuan lain (utiliti yang bersifat
kardinal) seperti kita mengukur volume air, panjang jalan, atau berat sekarung beras.
Pendekatan kardinal biasa disebut sebagai Daya guna marginal. Pada
pendekatan Kardinal terdapat beberapa asumsi yang dapat digunakan untuk
menunjukan bahwa tingkat konsumennya,yaitu:
a. Konsumen Rasional, konsumen bertujuan memaksimalkan kepuasannya dengan
batasan pendapatannya.
b. Diminshing marginal utility, tambahan utilitas yang diperoleh konsumen makin
menurun dengan bertambahnya konsumsi dari komoditas tersebut
c. Pendapatan konsumen tetap
d. Uang mempunyai nilai subyektif yang tetap
Dan juga asumsi dasar dari Pendekatan Konsumen Kardinal adalah :

a. Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan ukur.


b. Makin banyak barang dikonsumsi makin besar kepuasan
c. Terjadi hukum The law of deminishing Marginal Utility pada tambahan kepuasan
setiap satu satuan
d. Tambahan kepuasan untuk tambahan konsumsi 1 unit barang bisa dihargai
dengan uang, sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika
konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau
membayar mahal, sebaliknya jika kepuasan yang dirasakan konsumen redah
maka dia hanya akan mau membayar dengan harga murah.

2. Pendekatan utiliti ordinal atau kurve kepuasan sama (Indifference Curve)


Pendekatan ini bertitik tolak pada anggapan bahwa tingkat kepuasan
konsumen dapat dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah tanpa mengatakan berapa
lebih tinggi atau lebih rendah ( utiliti yang bersifat ordinal)

Pendekatan konsumen Ordinal adalah pendekatan yang daya guna suatu


barang tidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuat
urutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok
barang. Dalam teori perilaku konsumen dengan pendekatan ordinal asumsi dasar
seorang konsumen adalah:
a. Konsumen rasional, mempunyai skala preferensi dan mampu merangking
kebutuhan yang dimilikinya
b. Kepuasan konsumen dapat diurutkan, ordering
c. Konsumen lebih menyukai yang lebih banyak dibandingkan lebih sedikit, artinya
semakin banyak barang yang dikonsumsi menunjukkan semakin tingginya tingkat
kepuasan yang dimilikinya. Kelemahan pendekatan konsumen ordinal yaitu
terletak pada anggapan yang digunakan bahwa kepuasan konsumen dari
mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dari satu kepuasan.
Asumsi-Asumsi Model Kurva Indiferens

Teori kurva indeferensi dikembangkan oleh Francis Ysidro Edgeworth, Vilfredo


Pareto, dan kawan-kawan di awal abad ke-20. Teori ini diturunkan dari teori utilitas ordinal,
yang mengasumsikan bahwa setiap orang selalu dapat mengurutkan preferensinya. Dengan
kata lain, seseorang selalu dapat menentukan bahwa ia lebih menyukai barang A dibanding
barang B, dan lebih suka barang B dibanding barang C, lebih suka barang C daripada
barang D dan seterusnya.

Karena pendekatan marginal utility dinilai mempunyai kelemahan, karena


menganggap nilai utiliti/kepuasan dapat diukur dengan angka-angka. Kepuasan adalah
sesuatu yang tidak mudah diukur sehingga tidak mungkin diukur dengan angka. Untuk
menghindari kelemahan itu Sir John R. Hicks mengembangkan pendekatan baru, yang
dikenal dengan Pendekatan Kurve Kepuasan Sama (Indifference Curve).

Rumus Keseimbangan Kepuasan Konsumen

Maksimisasi Kepuasan konsumen dibatasi garis anggaran (budget line)

Bentuk Kurva Kepuasan Sama (Indifference Curve)

Qy

Y1 A

B
Y2 IC

0 Qx
X1 X2
Kurva indiferen mempunyai karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

1. Menunjukkan kepuasan sama diantara semua produk yang dikonsumsi.


2. Preferensi kepuasan konsumen bertingkat secara konsisten.
3. Kepuasan konsumen ditandai dengan semakin banyaknya barang yang dikonsumsi.
4. Kepuasan konsumen dicapai dari setiap kombinasi barang yang menghasilkan
kepuasan total.

Kurva indiferen juga mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Turun dari kiri atas ke kanan bawah untuk kombinasi antara barang X dan Y
2. Mempunyai slope yang negatif, cembung ke arah origin
3. Tidak saling berpotongan
4. Kumpulan kurva indiferens menjadi kurva indiferens map

Marginal Rate of Substitution (MRS)

Marginal Rate of Substitution (MRS) merupakan perbandingan antara perubahan


(pengurangan) suatu barang konsumsi tertentu terhadap perubahan (penambahan) barang
konsumsi yang lainnya agar mendapat kepuasan yang sama. Jadi dapat disimpulkan bahwa
MRS adalah tingkat dimana konsumen bersedia menukar satu barang untuk mendapatkan
barang lain agar mendapatkan kepuasan yang sama.

Nilai Marginal Rate of Substitution dapat dinyatakan dengan menggunakan


persamaan berikut
Contoh:

MRSMP =−(∆ M )/∆ P

MRSMP = -(MB – MA) / (PB-PA)

MRSMP = -(12-15) / (2-0)

MRSMP = -(-3) / 2

MRSMP =3/2

MRSMP = 1,5

Kurva Anggaran dan Kurva Perubahan

Kurva batas anggaran


menggambarkan berbagai kombinasi
barang yang mampu dibeli
konsumen dengan penghasilan yang
ia miliki.

Pergeseran pada kurva batas


anggaran disebabkan oleh adanya
perubahan pada penghasilan
dan/atau harga barang.
Y
Pergeseran garis anggaran dari A1 ke
A2 disebabkan oleh karena naiknya jumlah Y
dan jumlah X, disebabkan oleh naiknya anggaran
konsumen.

Kenaika income (pendapatan) yang dimiliki


oleh konsumen akan menggeser kurva awal (A1)
ke kanan (A2). Sedangkan berkurangnya
0 A1 A2 X income (pendapatan) konsumen akan

Kurva Perubahan Pada Penghasilan menggeser kurva ke arah kiri.

Pergeseran garis anggaran dari Q2” ke garis


Q2 diakibatkan naiknya jumlah X dengan
jumlah Y yang tetap. Dapat disimpulkan
bahwa adanya penurunan harga pada
barang X.

Jika penghasilan dan harga barang Y tidak


berubah, sementara harga barang X
berubah maka kurva batas anggaran akan
bergeser ke dalam atau keluar pada sumbu
horizontal sesuai dengan perubahan harga
X.
Menentukan Jumlah Kepuasan Konsumen
Y

D
B

Y* C IC3
A IC2
IC1

0 X*

IC1 dengan Titik A dan B menunjukkan kepuasan konsumen belum optimal.

IC2 dengan titik C meunjukkan konsumen telah mencapai titik optimum (anggaran
konsumen dan kepuasan konsumen berada pada satu garis).

IC3 dengan titik D menunjukkan bahwa konsumen tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan barang X dan Y.

Dalam kenyataannya, konsumen tidak dapat memperoleh semua barang


yang diinginkannya, sebab dibatasi oleh pendapatan yang dapat dibelanjakkan.
Analisis yang digunakan dengan menggambarkan garis anggaran (budget line) yang
menunjukkan berbagai gabungan barang-barang yang dapat dibeli oleh sejumlah
pendapatan tertentu

Anda mungkin juga menyukai