Anda di halaman 1dari 7

NOTULENSI

Kegiatan Side Event Working Groups SDGs & Humanitarian, C20 Indonesia
“Mendorong agenda interseksionalitas migrasi, ketenagakerjaan
dan disabilitas dalam pembahasan G20” (Rabu, 27 Juli 2022)
Tempat (HYBIRD) Hotel Le Meredien dan Zoom Meeting

Hari/Tanggal Rabu, 27 Juli 2022


Waktu 09.00-13.00 WIB
Peserta Daftar Terlampir
Narasumber William Gois (Migrant Forum in Asia), Mike
Verawati (Chair Working Group Gender Equality and Disability
C20), Daniel Awigra (Human Rights Working Groups), Suharto
(SIGAB Yogyakarta) dan DR. Sylvia Yazid (FISIP UNPAR
Bandung).
Moderator DR. Indriswati Dyah Saptaningrum (Peneliti Senior ELSAM/Unika
Atma Jaya) Jakarta
Penanggungjawab Panitia

Tujuan Kegiatan:
(1) Memperdalam pemahamanan mengenai aspek interseksionalitas kerentanan pekerja migran
perempuan, migrasi dan disabilitas bagi masyarakat sipil yang terlibat aktif dalam C20
(2) Mendorong kerentanan pekerja migran dan migrasi serta disabilitas sebagai agenda yang
dibicarakan baik dalam penyusunan intervensi C20 di dua prioritas agenda yang presidency G20
dan mendorong urgensi solusi regional dan internasional dalam merespon kerentanan pekerja
migran dan migrasi tenaga kerja.

Hasil :
Suharto (SIGAB Yogyakarta)
1. Permasalahan disabilitas pekerja migran semakin meningkat, karena populasi menua orang tua
memiliki risiko kecacatan yang lebih tinggi, peningkatan global dalam kondisi kesehatan kronis
yang terkait dengan kecacatan, seperti diabetes, penyakit kardiovaskular dan penyakit mental,
faktor lingkungan, seperti kecelakaan lalu lintas, bencana alam, dan masalah sosial-politik seperti
konflik dan perang.
2. Dalam negara berkembang terdapat sebanyak 80% - 90% disabilitas usia tidak bekerja, sedangkan
di negara industri angkanya mencapai antara 50% dan 70%. Disabilitas dan kemiskinan memiliki
keterkaitan, isu dalam lingkungan yang tidak sehat dan kehidupan yang tidak sehat menyebabkan
sanitasi dan transportasi yang tidak bisa dinikmati dengan baik, difabel bekerja diberikan upaya
rendah yang menyebabkan ketimpangan sosial yang parah. Dalam mendapatkan transportasi para
difabel perlu biaya lebih tinggi dibandingkan teman- teman yang lain.

William Gois (Migrant Forum in Asia)


3. Kekerasan seksual menjadi isu disabilitas, akses terhadap Pendidikan perlu ditingkatkan,
teknologi di dunia Pendidikan dan pekerjaan, difabel mendapatkan kesetaraan hukum yang
sama.
4. Migrasi sudah lama menjadi satu bagian dari perangkat pembangunan dan dalam konteks PMI
memperoleh upaya benefit dan manfaat dalam pembangunan, migrasi menjadi isu penting di
dalam dan di luar G20. Di luar G20 ada isu global, dan salah satu kunci dari G20 adalah kerangka
regular atau kerangka regular migrasi sebagai bagian dari G20 secara khusus tergabung dalam
G20.
5. Hubungan antara migrasi dan disabilitas, memberikan dukungan terhadap forum diskusi.
Sebagian yang bermigrasi adalah perempuan, sehingga menjadi putaran di G20. Urgensi
Pemerintah Indonesia memiliki sumber pengirim pekerja, dalam kebijakan migrasi berspektif
gender. Terdapat PR utama belum ada upaya yang cukup konsolidatif dan inklusi gender seperti
apa.
Mike Verawati (Chair Working Group Gender Equality and Disability C20)

6. Budaya patriarki, perempuan berangkat pada semua situasi atau impact budaya yang muncul
kitab isa bicara soal etnis, budaya ekonomi, usia. Nmun untuk perempuan disabilitas lapisan dan
situasi cukup banyak dan semakin kental atau buruk apabila jika tergabung dalam minoritas.
7. World Health Organization (WHO) mencatat 15 persen dari total penduduk dunia atau 1 miliar
orang adalah penyandang disabilitas. Dari jumlah tersebut, 80 persen tinggal atau tinggal di
negara berkembang. Pada masa pandemi, sebanyak 80% responden mengaku pernah mengalami
kekerasan, sedangkan 4% responden mengalami kekerasan hampir setiap hari. Kekerasan
tersebut meliputi kekerasan psikis dan kekerasan seksual.
8. Berdasarkan minat dan panduan dari C20, untuk memastikan komponen pembangunan tidak
hilang karena tidak diprioritaskan kepresidenan G20 di setiap negara lain. Komponen pengadaan
publik harus diadvokasi dan diarusutamakan ke platform standar global (seperti ISO, regulasi
teknis). Untuk membangun kapasitas OPD dan memungkinkan mereka untuk mengarusutamakan
masalah disabilitas di setiap sektor.
9. Gerakan perempuan penyandang disabilitas untuk mencapai hak atas kehidupan yang
bermartabat dan sejahtera merupakan perjuangan konsep feminis, yang juga sejalan dengan
semangat perjuangan gerakan perempuan.

Daniel Awigra (Human Rights Working Groups), Suharto (SIGAB Yogyakarta)

10. Kemajuan digital dapat membantu dalam penurunan biaya, sebuah pengiriman bisa diakses.
Bahwa dalam bekerja terdapat kemungkinan kecelakaan kerja. Stigma diskriminasi berujung
karena diskriminasi, ketika menyelesaikan persoalan tidak didengarkan.
11. Kebanyakan permasalahan Utama dari buruh migran ini adalah perlindungan dari negara yang
tidak hadir dan tidak dirasakan oleh kebanyakan buruh migran. Masih banyak kasus-kasus dari PT
penyalur tenaga kerja yang diskriminatif, melakukan kekerasan fisik dan emosional, terjadinya
beberapa kecurangan yang dilewatkan oleh negara, belum lagi agen yang selalu berpihak kepada
majikan, sehingga buruh migran baru akan kesulitan mendapatkan perlindungan ketika
mengalami kekerasan dan diskriminasi saat bekerja. akibatnya, banyak buruh migran yang
akhirnya mengalami gangguan jiwa: seperti depresi, anxiety, dsb. ketika buruh migran menjadi
PDM tidak ada pula layanan dan jaminan untuk kesehatan mental.
12. Manfaat migrasi yang nyata dan positif, seperti pendidikan untuk anak-anak, perumahan yang
lebih baik, dan makanan di atas meja dengan peningkatan status ekonomi dan sosial, telah
menjadi tolok ukur keberhasilan para migran.
DR. Sylvia Yazid (FISIP UNPAR Bandung)
13. Inclusive berarti "berjanji tidak akan ada yang tertinggal". Interseksionalitas atau kerentanan
muncul dan menguat ketika melihat kacamata yang melegalisir. Vulnerability hasil dari
generalisasi. Sehingga kebijakan dituntut dan harus mengakui adanya variasi – variasi itu. Sehingga
kebijakan menjadi semakin detail dan melihat kondisi spesifik dari kelompok marginality.
Kebijakan selama pandemic di tingkat global keluar pernyataan spesifik migrant worker, namun di
tingkat nasional tidak muncul spesifik tersebut. Maka dari itu menjadi tantangan di tingkat forum
G20 luar.
14. Migrasi dan employment memiliki kaitan yang jelas terdapat mobility, fasilitas, regulasi, dan
remitiens. Employment dan person disabilitas terdapat inklusif, aksesibilitas, dan training special
fasilitas.
15. Perempuan pekerja migran cenderung tidak terlihat dalam hal kebijakan, namun ada kondisi dan
kebutuhan tertentu yang secara khusus sangat penting bagi pekerja migran perempuan. Dilihat
dari perspektif global Kebijakan terkait pandemi yang mengidentifikasi dan menangani masalah
yang secara khusus dihadapi oleh pekerja migran perempuan sangat disarankan, namun jika
dilihat dari perspektif nasional Kebijakan terkait pandemi cenderung bersifat umum dan kebijakan
yang ditujukan untuk perempuan lebih banyak menangani isu-isu yang muncul dari pandemi
seperti penyalahgunaan, bukan pada pencegahan atau pemenuhan hak.
16. Vulnerability, Marginalization and Inclusiveness
a. Employment : Access to facilities, adequate living, mobility, regulations,
civil status, remittances
b. Migration : Women migrant workers
c. Gender : Women with disabilities
d. Persons with Disabilities : Inclusiveness, accessibility, assistance and training, special
facility
17. Strategi working group dalam orientasi khusus di presidensi selanjutnya terdapat 2 opsi yaitu
Swimming or Diving untuk jangka pendek dan jangka panjang.

Sesi Q & A

Bagaimana kami memperoleh pekerja mendapatkan pekerjaan sedangkan disabilitas dan peraturan
yang dilegalkan pekerja disabilitas bisa dipecat dan mendapatkan diskriminasi ? jika karyawan menjadi
disabilitas dia tidak di PHK dan akan dilakukan rehabilitasi dan diberikan akomodasi yang layak dan
mendapatkan lingkungan yang kondusif.

Hamong dari Migrant CARE

Isu Domestik reliabilizen dan remitansi sejak awal menjadi domestik,

Arsinta dari Hakung member dari Working Group Kesehatan dan Akses Hukum

Isu migrasi dukungan mental health sangat diperlukan, dan marginal ekonomi sangat dibutuhkan.
Bahwa G20 bukan mekanisme dalam pengambilan keputusan tapi hasil dari G20 bisa digunakan dalam
pengambilan keputusan. Sehingga implementasi kebijakan menjadi inklusif pada kelompok rentan.

Ira dari PGS Organisasi Mental

Pekerja migran banyak sekali mengalami kekerasan fisik dan mental di LN, namun di Indonesia
misalnya suami menggunakan uang kiriman untuk kawin lagi. Itu mengakibatkan Pekerja Migran
mengalami gangguan kejiwaan. Namun Pemerintah seakan akan menutup mata, dan kebanyakan
pekerja migran yang seperti hewan dipasung dalam keadaan gangguan mental. Jika di LN memiliki
social person tersendiri.

Arina dari Himpunan Wanita di Indonesia

Bahwa penyandang disabilitas memiliki inklusivitas tersendiri menjadi fokus yang diangkat tidak hanya
sekedar jargon. Indonesia saat ini sudah mulai dan menjadikan tolak ukur bahwa data disabilitas tidak
valid. Masih banyak penyandang disabilitas yang buta aksara dan buta huruf reil. Pekerjaan banyak
tertinggal untuk kaum disabilitas, namun saat ini Pendidikan untuk disabilitas sudah sangat banyak
namun data nya masih sangat sedikit dibandingkan non disabilitas.

Social security belum terjamin, sehingga disabilitas masih tertinggal dan membuat ketimpangan
semakin terjadi. Bahkan di beberapa kasus penyandang disabilitas masih cenderung rentan baik bagi
pemberi pekerjaan dan bagi kaum disabilitas sendiri.

Beberapa program vaksin disabilitas ada beberapa yg tidak memiliki identitas dan tidak terdaftar di
KK. Peluang kerja untuk disabilitas bisa bekerja online. Terdapat beberapa banyak platform untuk
disabilitas seperti belanja online, transportasi online. Namun saat ini setelah di update tidak bisa lagi
diakses oleh kaum disabilitas dan screen recording terhenti sementara.
DOKUMENTASI KEGIATAN

Anda mungkin juga menyukai