6(2): 99-106
65
Sejarah artikel: Penderita DM di Indonesia menempati urutan ke-4 di dunia dan penyebab kematian ke-6 di Indonesia. Penderita
DM pada tahun 2017 di Kota Malang terdapat 29.108 kasus. Pada penelitian ini peneliti memilih metformin karena
Penerimaan penggunaan monoterapi atau kombinasi pada obat metformin dapat mencegah terjadinya komplikasi, namun pasien
DM yang menggunakan metformin seringkali menimbulkan efek samping karena penggunaan yang kurang tepat,
naskah: 5 Agustus
sehingga dibutuhkan pengetahuan dalam penggunaannya seperti indikasi, cara penggunaan, dosis, efek samping,
2020
frekuensi pemberian dan penyimpanan obat metformin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
Penerimaan faktor sosiodemografi dan tingkat pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Rawat Jalan dalam penggunaan metformin
naskah revisi: 11 di Puskesmas Ciptomulyo dan Puskesmas Kendalsari Kota Malang. Desain Penelitian ini berupa observasional
Agustus 2020 analitik dengan metode Cross Sectional. Pada pengambilan responden, pasien diabetes Melitus yang menggunakan
Disetujui untuk metformin dipilih berdasarkan purposive sampling sebanyak 30 responden. Pengambilan data dilakukan dengan cara
dipublikasikan: 3 pengisian kuisioner tingkat pengetahuan dalam penggunaan Metformin yang terdiri 8 pernyataan dengan pilihan
September 2020 jawaban “Benar” atau “Salah”. Data sosiodemografi dan tingkat pegetahuan dianalisis menggunakan Uji Chi-square
dan Somers’d. Hasil penelitian faktor sosiodemografi dan tingkat pengetahuan pasien Diabetes Melitus dalam
penggunaan metformin menunjukkan bahwa banyak responden yang tergolong dalam kategori baik (83,33%), cukup
Kata kunci : (13,33%) dan kurang (3,33%). Pada penelitian ini terdapat hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan
Sosiodemografi , yang menunjukkan (p=0,042). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan hanya faktor tingkat pendidikan yang
Tingkat berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengetahuan pasien Diabetes Melitus rawat jalan dalam penggunaan
pengetahuan , metformin di Puskesmas Ciptomulyo dan Kendalsari Kota Malang, didapatkan tingkat pengetahuan responden
Diabetes Mellitus, Diabetes Melitus rawat jalan dalam penggunaan Metformin pada kategori baik 83,33%, cukup 13,33% dan 3,3%
Metformin dengan kategori kurang. Sehingga sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih
besar dan daerah yang luas karena data diperoleh hanya dari 2 Puskesmas.
* Corresponding author: Sahafia, Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Jalan Kalimantan Malang. E-mail: darinsahafia42@gmail.com
Sahafia et al: Hubungan Antara Faktor Sosiodemografi dan Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus Rawat Jalan......................................................100
puskesmas yang memberi izin untuk pelaksaanaan sampel dilakukan dengan cara menghubungi pasien yang
penelitian dan puskesmas yang bersedia membantu mendapatkan resep obat metformin dari Puskesmas
menuliskan nomor telepon dari pasien yang mendapat Ciptomulyo dan Puskesmas Kendalsari yang dapat
metformin, sedangkan untuk kriteria inklusi sampel ditinjau ketersediaan nomor telepon yang dapat
penelitian yaitu pasien rawat jalan di puskesmas Kota dihubungi dan karyawan yang bersedia membantu untuk
Malang yang menderita Diabetes Melitus, pasien rawat membantu menuliskan nomor telepon/nomor hp pasien.
jalan di puskesmas Kota Malang yang mendapatkan Responden yang menuliskan nomor kemudian dihubungi
terapi obat Metformin monoterapi maupun kombinasi. dan peneliti memperkenalkan diri kemudian menjelaskan
Pasien sudah mengkonsumsi obat metformin selama tentang pengisian kuesioner, responden diminta untuk
lebih dari 1 bulan, pasien yang bersedia dihubungi menjawab pernyataan yang dinyatakan saat telepon
menjadi responden untuk menjawab pertanyaan dari berlangsung, kemudian kuesioner diisi oleh peneliti
kuesioner dan untuk kriteria eksklusi yaitu tidak dapat sesuai jawaban dari responden. Data responden yang
membaca dan menulis dan keluarga pasien. didapatkan berdasarkan faktor sosiodemografi ialah :
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini ialah
kuisioner tingkat pengetahuan dalam penggunaan Obat Tabel 1. Faktor Sosiodemografi
Metformin yang terdiri dari 8 pernyataan yang dibuat
oleh peneliti dengan pilihan jawaban benar dan salah, dan Sosiodemografi Frekuensi Presentase %
Jenis Kelamin
responden diminta untuk memilih jawaban benar atau 1. Laki-laki 20 66,7%
salah. Pada penyusunan kuisioner dilakukan dengan 2. Perempuan 10 33,3%
menggunakan kalimat awam yang mudah dipahami dan Usia
dimengerti oleh masyarakat. Untuk mengukur tingkat 1. 21-30 tahun 2 6,7%
2. 31-40 tahun 6 20%
pengetahuan pada soal nomor 1,3,5,7, bernilai 1 untuk 3. 41-50 tahun 8 26,7%
jawaban “benar” dan 0 untuk jawaban “salah” dan pada 4. 51-60 tahun 10 33,3%
soal nomor 2,4,6, dan 8 bernilai 0 untuk jawaban “benar” 5. 61-70 tahun 4 13,3%
dan 1 untuk jawaban “salah”, soal dihitung dengan cara Tingkat Pendidikan
1. SD/SMP 5 16,7%
menjumlahkan jumlah jawaban benar dibagi dengan 2. SMA/SMK 13 43,3%
jumlah soal kemudian dikali 100%. Setelah itu jawaban 3. PT/D3/D4 12 40%
responden akan direkap dan dikategorikan tingkat Pekerjaan
pengetahuannya yaitu kategori baik, cukup dan kurang 1. Ibu rumah 5 16,7%
tangga
berdasarkan penggolongan Arikunto, 2006 yaitu tingkat
2. Swasta 12 40%
pengetahuan tergolong baik jika nilai yang diberikan 3. Wiraswasta 4 13,3%
adalah ≥76-100%, cukup 60%-75%, dan kurang yaitu 4. PNS/TNI 2 6,7%
≤60%. 5. Pensiunan 1 3,3%
Untuk analisis data uji validitas kuisioner dikatakan 6. Lainnya 6 20%
Penghasilan
valid apabila nilai korelasi sig.2 tailed <0,05 dikatakan 1. Rendah 11 36,67%
valid dan untuk cronbach’s Alpha untuk uji reabilitas <2.600.000
disyaratkan 0,60. Setelah itu dilakukan uji normalitas 2. Menengah 19 63,3%
dengan menggunakan metode shapiro-Wilk karena <50 2.600.000-
6.000.000
sampel,apabila data Parametrik digunakan Lambda-
Spearman untuk uji analisis hubungan sedangkan jika Tabel 2. Hasil Kuisioner Tingkat Pengetahuan dalam Penggunaan
data non-Parametrik digunakan Chi-square dan Somers’d Obat Metformin
untuk data Faktor sosiodemografi yang diukur yaitu jenis Tingkat Pengetahuan Persentase (%) Frekuensi
kelamin,usia, tingkat pendidikan, pekerjaan dan
Baik 83,33% 25
Penghasilan dengan Tingkat Pengetahuan Pasien DM
dalam penggunaan Metformin. Pada penelitian ini dipilih Cukup 13,33% 4
analisis hubungan uji Chi-square dan Somers’d karena
Kurang 3,33% 1
data non-parametrik Untuk mengetahui hubungan antara
jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan dan Total 100% 30
penghasilan seseorang dengan tingkat pengetahuan
seseorang digunakan uji statistik. Untuk jenis kelamin
Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa hasi
menggunakan uji analisis Chi-square, untuk usia
kuisioner dibawah ini pada tabel 2 dapat diketahui
menggunakan uji Somers’d,untuk tingkat pendidikan
mengenai tingkat pengetahuan pasien Diabetes Mellitus.
menggunakan uji Somers’d untuk pekerjaan dengan uji
dilihat dari hasil jawaban kuisioner yang telah diisi.
Chi-square dan penghasilan menggunakan uji Somers’d.
Untuk perhitungan sendiri yaitu untuk jawaban benar
mendapat Hasil gambaran kategori tingkat pengetahuan
3. Hasil dan Diskusi responden yaitu seperti tabel 3.
Pada penelitian ini didapatkan 30 responden Pada tabel 3 dapat dilihat Hasil jawaban yang
penelitian dari Puskesmas Ciptomulyo dan Puskesmas diperoleh dari kuisioner Tingkat pengetahuan dalam
Kendalsari yang masing-masing 15 sampel. Pengambilan penggunaan Obat Metformin menunjukkan bahwa
Sahafia et al: Hubungan Antara Faktor Sosiodemografi dan Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus Rawat Jalan......................................................100
presentasi pada jawaban benar dan salah masing-masing dari dokter untuk diminum sebelum makan. Pada teori
88,75% dan 11,25%. Pada pernyataan nomor 1, menyatakan bahwa sebaiknya metformin diminum
menunjukkan bahwa 100% responden sudah mengetahui setelah makan untuk meminimalkan efek samping dari
mengenai definisi dari penyakit Diabetes Mellitus. Hal Metformin yaitu mual.6 Dilaporkan bahwa faktor risiko
ini dibuktikan dengan hasil kuisioner dari 30 responden terkait reaksi efek samping pada penggunaan metformin
yang menjawab dengan benar yaitu Diabetes Mellitus yang terjadi terutama gangguan gastrointestinal antara
adalah suatu kondisi meningkatnya kadar gula darah lain dipengaruhi cara minum obat. 7
dalam tubuh melebihi nilai normal. Pada pernyataan nomor 7, menunjukkan bahwa
Pada pernyataan nomor 2, menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak mengetahui adanya efek
sebagian besar responden sudah mengetahui faktor resiko samping pada penggunaan obat Metformin hal ini dapat
penyebab Diabetes Mellitus, hal ini dapat ditinjau dari dilihat dari hasil kuisioner yaitu 56,67% atau 17
hasil kuisioner yaitu sebanyak 96,67% atau 29 responden responden menjawab dengan benar dan 43,33% atau 13
menjawab dengan benar dan hanya 3,33% atau 1 responden menjawab salah. Karena pada beberapa
responden yang menjawab salah. Hal ini sejalan dengan responden yang mengkonsumsi obat Metformin tidak
teori yang menyatakan bahwa DM merupakan penyakit pernah merasakan gejala mual setelah meminum obat
multifaktorial yang melibatkan gen dan faktor Metformin dan ada pula yang merasakan mual saat awal
lingkungan seperti obesitas, minum alkohol dan meminum sebelum makan sehingga oleh dokter cara
merokok. 4 penggunaan diubah menjadi setelah makan. Hal ini
Pada pernyataan nomor 3, menunjukkan bahwa sejalan dengan teori menyatakan bahwa Metformin
responden sudah mengetahui mengenai indikasi atau sering menimbulkan reaksi obat yang merugikan (ROM)
fungsi dari obat yang dikonsumsi yaitu metformin, hal ini yang berupa efek samping gangguan gastrointestinal
dapat ditinjau dari hasil kuisioner yaitu sebanyak 100% seperti diare, mual, muntah, dan perut kembung.
atau 30 koresponden menjawab dengan benar, yaitu Obat Kejadian ini dilaporkan sehubungan dengan penggunaan
Metformin dapat membantu menurunkan kadar gula metformin tanpa disertai asupan makanan dan dosis yang
darah. Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan terlalu tinggi. 8
bahwa Obat Metformin dapat menurunkan produksi Pada pernyataan nomor 8, terkait dengan
glukosa hepatik, dengan meningkatkan penyerapan dan penyimpanan obat sebanyak 25 responden atau 83.33%
pemanfaatan glukosa perifer. responden menjawab dengan benar bahwa obat
Pada pernyataan nomor 4, menunjukkan bahwa Metformin tidak perlu di simpan di lemari es baik
responden sebagian besar sudah mengetahui mengenai sebelum digunakan atau sesudah digunakan dan 16,67%
frekuensi pemberian obat Metformin namun peneliti atau 5 responden menjawab salah. Pada responden yang
tidak dapat mencocokkan dengan resep yang diterima menjawab salah dikarenakan responden biasanya jika
oleh pasien, hal ini dapat ditinjau dari hasil kuisioner menyimpang obat tersebut biasanya di kulkas sehingga
yaitu 93,33% atau 28 responden menjawab dengan benar peneliti memberikan saran sebaiknya obat tersebut
dan 6,67% atau 2 responden menjawab salah. Pada disimpan pada suhu ruang tidak pelu disimpan di lemari
responden yang menjawab salah responden merasa es. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa sudah
terburu-buru saat dihubungi sehingga dimungkinkan banyak responden yang sudah mengetahui cara
jawaban salah tersebut dikarenakan responden kurang penyimpanan obat Metformin yang baik dan benar untuk
memperhatikan pernyataan yang diberikan dan menjawab menjamin kualitas sediaan obat tersebut.
benar. Teori menyatakan bahwa Initial dose 500 mg Pada tabel 2 menunjukkan bahwa responden
secara oral dua kali sehari setelah makan atau dosis 850 pasien Diabetes Mellitus termasuk kedalam kategori
mg secara oral satu kali sehari setelah makan. Dosis awal baik, karena presentase yang didapatkan yaitu sebanyak
untuk pasien yang mendapatkan metformin adalah 500 83,33% untuk kategori baik, untuk kategori baik
mg digunakan sehari dua kali. 5 sebanyak 13,33% dan kurang sebanyak 3,33%. Sehingga
Pada pernyataan nomor 5, menunjukkan bahwa dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
responden sudah mengetahui mengenai dosis dari Obat pasien Diabetes Mellitus rawat jalan yang menggunakan
Metformin 7 hal ini dapat ditinjau dari hasil kuisioner obat Metformin di Puskesmas Ciptomulyo dan
yaitu sebanyak 100% atau 30 responden menjawab Puskesmas Kendalsari memiliki tingkat pengetahuan
dengan benar, yaitu Obat Metformin harus diminum yang baik.
sesuai dengan dosis yang dianjurkan oleh dokter yaitu Pada tabel 4 tabel karakteristik sosiodemografi
dosis maksimum 2 g sehari dalam dosis terbagi . dan tingkat pengetahuan pasien Diabetes Mellitus dalam
Pada pernyataan nomor 6, menunjukkan bahwa penggunaan obat Metformin dapat dijelaskan bahwa dari
responden sebagian besar mengetahui cara penggunaan dari 20 responden dengan jenis kelamin laki-laki, 16
obat Metformin yang baik dan benar hal ini dapat dilihat responden termasuk dalam kategori baik, 3 responden
dari hasil kuisioner yaitu 80% atau 24 responden termasuk cukup dan 1 responden termasuk dalam
menjawab dengan benar dan 20% atau 6 responden kategori kurang. Sedangkan, untuk responden dengan
menjawab salah. Karena pada beberapa orang jenis kelamin perempuan yang berjumlah 10 responden,
mengonsumsi sebelum makan ditakutkan responden lupa 9 responden termasuk dalam ketegori baik dan 1 lainnya
saat minum obat setelah makan ataupun adanya anjuran termasuk dalam kategori cukup responden cukup.
Sahafia et al: Hubungan Antara Faktor Sosiodemografi dan Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus Rawat Jalan ..................................................... 100
Untuk karakteristik usia sendiri untuk usia 20-30 Karakteristik berdasarkan penghasilan
tahun berjumlah 2 responden yaitu 1 responden termasuk responden yaitu dibagi menjadi golongan rendah, sedang
kategori baik dan 1 lainnya termasuk kategori cukup. dan tinggi berdasarkan Badan Pendidikan dan Pelatihan
Usia 31-40 tahun berjumlah 6 orang,6 responden tersebut Keuangan Kementrian Keuangan, 2015. Pada kategori
masuk dalam kategori baik. Untuk usia 41-50 tahun rendah dengan penghasilan < 2.600.000 didapatkan
berjumlah 8 responden dengan 4 responden termasuk jumlah responden 11 responden dengan 10 responden
baik, 3 dengan kategori cukup dan 1 responden lainnya termasuk kategori baik dan 1 responden termasuk cukup.
kurang. Untuk usia Untuk penghasilan sedang dengan penghasilan
51-60 tahun berjumlah 10 responden yang termasuk 2.600.000-6.000.000 didapatkan jumlah responden 19
dalam kategori baik. Dan usia 61-70 tahun berjumlah 4 responden yaitu 15 responden dengan kategori baik, 3
responden yang termasuk dalam kategori baik. responden termasuk cukup dan 1 responden termasuk
Tabel 3. Tingkat Pengetahuan Responden kategori kurang.
baik. Usia adalah salah satu faktor yang dalam dengan rincian 10 responden tingkat pengetahuan yang
mengambil keputusan untuk melakukan pengobatan. baik dan 1 responden dengan tingkat pengetahuan cukup,
Semakin tua seseorang maka pengalaman yang diperoleh sedangkan pada responden dengan penghasilan sedang
juga akan semakin banyak dan akan meningkatkan terdapat 19 responden dengan 15 responden kategori
pengetahuan yang dimiliki orang tersebut. Namun baik, 3 responden kategori cukup dan 1 responden
berdasarkan hasil uji korelasi Somers’d pada Tabel 10 dengan kategori kurang. Hasil yang diperoleh
karakteristik usia dan tingkat pengetahuan didapatkan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
nilai sig. sebesar 0,069 yang menunjukkan bahwa usia penghasilan dan tingkat pengetahuan pasien Diabetes
tidak terdapat hubungan terhadap tingkat pengetahuan Mellitus rawat jalan dalam penggunaan obat Metformin.
pasien Diabetes Melitus. Hal ini dikarenakan baik muda Hal ini dilihat dari hasil korelasi somers’d nilai sig.
atau tua keduanya sama-sama memiliki tingkat 0,203. Hal ini dapat disebabkan karena Penghasilan
pengetahuan yang baik. Karena kemajuan teknologi saat rendah-menengah atau menengah-atas sesorang tidak
ini, masyarakat dengan usia muda akan lebih mudah menutup kemungkinan keduanya sama-sama memiliki
dalam memanfaatkan kemajuan teknologi sehingga dapat pengetahuan yang baik.
memperoleh informasi mengenai obat yang Oleh karena itu peran tenaga tenaga kesehatan
dikonsumsinya sehingga tidak menutup kemungkinan seperti apoteker, dokter dan lain-lain dalam pengobatan
responden berusia muda juga memiliki pengetahuan yang pasien sangatlah penting untuk meningkatkan
baik. pengetahuan pasien dalam menggunakan obat yang
Dari hasil uji korelasi Tingkat Pendidikan dan didapatkan yaitu dengan memberikan pharmaceutical
tingkat pengetahuan yang dilakukan dengan uji somers’d care, salah satunya dengan cara memberikan informasi
didapatkan nilai sig. 0,042 yang menunjukkan tingkat yang jelas kepada pasien mengenai indikasi, frekuensi
pendidikan terdapat hubungan terhadap tingkat pemberian, dosis obat, cara penggunaan yang baik dan
pengetahuan responden pasien Diabetes Melitus. Pada benar, efek samping yang mungkin timbul dan juga
penelitian ini, mayoritas responden berlatarbelakang penyimpanan obat yang baik dan benar dengan bantuan
Pendidikan menengah yang dapat berpengaruh terhadap gap atau alat bantu seperti leaflet atau berupa booklet,
pengetahuan responden. Notoatmojo 2003, menyatakan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
bahwa faktor pendidikan mendukung pengetahuan Yunisa,2012 tentang “Perbedaan Tingkat Pengetahuan
seseorang tentang sesuatu hal, sebab dengan pendidikan obat sebelum dan sesudah Pemberian Leaflet pada Ibu-
seseorang dapat lebih mengetahui sesuatu hal tersebut. ibu PKK Desa Pondowan di Pati.”yang menunjukkan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan bahwa pengetahuan ibu-ibu PKK Desa Pondowan di Pati
semakin mudah orang tersebut menerima informasi, sebelum pemberian Leaflet berpengetahuan sedang
sehingga umumnya memiliki pemahaman yang baik dengan nilai rata-rata 68,64 dan sesudah pemberian
tentang pentingnya perilaku perawatan diri dan leaflet terdapat peningkagtan pengetahuan yang
memanajemen diri untuk menggunakan informasi dari bermakna yaitu berpengetahuan tinggi dengan nilai rata-
berbagai media dibandingkan dengan tingkat pendidikan rata 75,68 sehingga pemberian informasi dengan media
rendah.13 Pada penelitian ini hanya tingkat pendidkan leaflet berpengaruh secara signifikan terhadap
yang terdapat hubungan terhadap tingkat pengetahuan peningkatan pengetahuan tentang obat pada ibu-ibu PKK
dikarenakan kemungkinan adanya faktor perancu seperti Desa Pondowan di Pati.
lama mengidap Diabetes Mellitus dan lama penggunaan
obat. 4. Kesimpulan
Dari pekerjaan, diperoleh hasil korelasi dengan
uji Chi-Square yang diperoleh nilai sig. 0,435 yang Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa pekerjaan tidak berpengaruh dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
terhadap tingkat pengetahuan responden pasien Diabetes siginifikan antara tingkat pendidikan dan tingkat
Melitus rawat jalan di Puskesmas Kota Malang, karena pengetahuan pasien Diabetes Mellitus rawat jalan dalam
walaupun pada penelitian ini terdapat responden yang penggunaan obat Metformin di Puskesmas Ciptomulyo
memiliki pekerjaan swasta namun pada responden ibu dan Puskesmas Kendalsari dan Didapakan tingkat
rumah tangga yang mengikuti penelitian ini juga pengetahuan responden pasien Diabetes Mellitus rawat
mendapatkan hasil tingkat pengetahuan dengan kategori jalan dalam penggunaan obat Metformin pada kategori
baik yang dimungkinkan karena ibu rumah tangga baik yaitu sebanyak 83,33% , kategori cukup 13,33% dan
didapatkan hasil bahwa sebagaian responden rajin 3,3 % dengan kategori kurang.
mengikuti kegiatan edukasi kesehatan dipuskesmas dan
kegiatan lain yang dapat meningkatkan pengetahuan
individu dalam mengambil keputusan.14 Sehingga 5. Daftar Pustaka
pekerjaan apapun sesorang tidak akan menutup 1. Dinas Kesehatan Kota Malang. 2017. Profil
kemungkinan memiliki pengetahuan yang sama-sama Kesehatan Kota Malang
baik. 2. Andi . 2009. Pengetahuan Praktis Ragam Penyakit
Mematikan yang Paling Sering Menyerang Kita.
Dari data tabel penghasilan, diperoleh responden
Jogjakarta: Buku Biru
dengan penghasilan rendah sebanyak 11 responden yaitu
Sahafia et al: Hubungan Antara Faktor Sosiodemografi dan Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus Rawat Jalan......................................................100
3. Ozcelik F., Yiginer O., Arslan E., et al., Association http://enprints.uns.ac.id [17 Februari 2020]
Between Glycemic Control and The Level of 15. Saenz A Fernandez, E., dkk . 2005. Metformin
Nnowledge and Disease Awareness in Type 2 Monotherapy for Type 2 Diabetes Mellitus
Diabetic Patients. Pol Arch Med International Journal of Clinical Pharmacology.
Wewn.2010;120(10): 399- 406. Retrieved from
4. Kaku K . 2010 . Pathophysiology of Type 2 https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/16034881/
Diabetes and its Treatment Policy, in Japan 16. Azoulay, L., dkk 2010. Combination Therapy With
Medical Association. Journal, vol. 53, no 1, Page Sulfonylureas and Metformin and the Prevention of
41-6. Death in Type 2 Diabetes: A Nested Case-Control
5. Green, L. W., & Kreuter, M. W. 1991. Health Study .International Journal of Clinical
promotion planning: an educational and Pharmacology. Retrieved from
environmental approach. In Health promotion https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/20052677/
planning: an educational and environmental 17. Carrillo Alarcon LC. 2015. Level of Knowledge in
approach. Mayfield. Patients with Type 2 Diabetes Mellitus and its
6. Schwartz S, Fonseca V, Berner B, Cramer M, Relationship with Glycemic Levels and Stages of
Chiang YK, Lewin A. Efficacy, tolerability, and Grief According to Kübler-Ross. J Diabetes
safety of a novel once- daily extended-release Metab.;06(02).
Metformin in patients with type 2 diabetes. Diabetes
Care. 2006;29(4):759–64. doi: 10.2337/
diacare.29.04.06.dc05-1967
7. Okayasu S,Kitaichi K, Hori A, Suwa T, Horikawa
Y, Yamamoto M, et al. 2012. The Evaluation of
Risk Factors Associated with Adverse Drug
Reaction by Metformin in Type 2 Diabetes Mellitus.
Biol Pharm Bull 35(6):933-7.
Doi:10.1248/bpb.35.933.
8. Bouchoucha M, Uzzan B, Cohen R. Metformin and
digestive disorders. Diabetes Metab.
2011;37(2):90–6. doi: 10.1016/j.diabet.2010.11.002
9. Nanda, et al. Amerta Nut . 2018. Hubungan
Kepatuhan Minum Obat Anti Diabetik dengan
Regulasi Kadar Gula Darah pada Pasien
Perempuan Diabetes Mellitus . Journal Open access
under CC BY – SA license : 340-348.
10. Brega, A.G. 2012. Mechanism Underlying the
Relationship Between Health Literacy and Glicemic
Control in American Indians and Alaska Natives.
Patient Education and Counseling 88 (2012) 61-68
11. Schnipper, JL, Jennifer, LK, Michael, CC,
Stephanie, AW, Brandon, AB, Emily, T, Allen, K,
Mark, H, Christoper, LR, Sylvia, CM, David, WB.
2006. Role of Pharmacist Counseling in Preventing
Adverse Drug Events After Hospitalization. USA :
Archives of Internal Medicine. Vol 166.565-571.
12. Wulandari, D. H. 2015. Analisis Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pasien
Tuberkulosis Paru Tahap Lanjutan Untuk Minum
Obat di RS Rumah Sehat Terpadu Tahun 2015’,
Jurnal Administrasi Rumah Sakit, 2, pp. 17–28
13. Abbasi,Y.F.,See,O.G.,Ping,N.Y., Balasubramanian,
G.P., Hoon, Y.C., & Paruchuri, S. 2018. Diabetes
knowledge, Attitude, and Practice Among type 2
Diabetes Mellitus Patients in Kuala Muda District,
Malaysia – A cross-sectional study. Diabetes &
Metabolic Syndrome: Clinical Research & Reviews,
1 2(6), 1057–1063. https://doi.org/
10.1016/j.dsx.2018.06.025.
14. Wati, R. 2009. Pengaruh Penyuluhan Terhadap
Peningkatan Pengetahuan. Diakses dari