Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTEK MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG RUAI RSUD DOKTER SOEDARSO PONTIANAK


KALIMANTAN BARAT

PEMBIMBING AKADEMIK: Ns. INDRI ERWHANI, M.Pd.,M.Kep


PEMBIMBING KLINIK: ARDI WAHYUDI, SKM.,M.Kep

DI SUSUN OLEH:

INDAH PRATIWI NIM. SRP22319050

SULASTRI NIM. RP23320072

SYARIFAH AYU MONALISA NIM.RP23320035

TYA JUNIARSI NIM.RP23320012

WENI IRENE RINICAPUTRI NIM.RP23320033

YUSTINA ENIYATI NIM. RP23320066

PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATANMUHAMMADIYAH
KALIMANTAN BARAT
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr wb. Banyak nikmat yang Allah berikan, tetap sedikit sekali yang
kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat,
rahma, taufik, serta hidayah-NYA yang tiada terkira besarnya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan laporan dengan judul “Laporan Praktik klinik Manajemen Keperawatan
Di ruang ruai RSD Dokter Soedarso Pontianak Kalimantan Barat ”.

Dalam penyusunannya, kami mempeoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena iu
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua yang telah memerikan
dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal
smoga semua ini bisa menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.

Kami sadar, masih banyak kekurangan dalam penyelesaian laporan ini maka dari itu kami
mohon maaf atas kekurangannya dan dimohon kritik serta saran yang sifatnya membagun demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga apa yang diharapkan dari laporan ini dapat dicapai dengan
sempurna. Amiin.

Pontianak, September 2023

Penulis
LEMBAR PERSETUJUAN

Telah mendapat persetujuan dari pembimbing akademik (Clinical Teacher) dan


pembimbing klinik (Clinical Instructure)

Telah disetujui pada :

Hari :
Tanggal :

Preceptor Klinik Preceptor Akademik

Ardi Wahyudi, SKM, M.Kep Ns. Indri Erwhani, M.Pd M.Kep


NIP. 197602261999031002 NIDN. 1122097701
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Selain itu, pelayanan keperawatan merupakan faktor penentu baik buruknya mutu dan citra
dari rumah sakit, oleh karena itu kualitas pelayanan keperawatan perlu dipertahankan dan
ditingkatkan hingga tercapai hasil yang optimal. Dengan memperhatikan hal tersebut, proses
manajemen yang baik perlu diterapkan dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga
dicapai suatu asuhan keperawatan yang memenuhi standar profesi yang ditetapkan, sumber
daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien, efektif, aman
bagi pasien dan tenaga keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta
aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan
dihormati.
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Gillies, 1986).
Sejalan dengan yang dikemukan Nursalam, 2002 bahwa manajemen keperawatan merupakan
pelayanan keperawatan profesional dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan
empat fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, motivasi dan pengendalian.
Keempat fungsi tersebut saling terkait serta saling berhubungan dan memerlukan
ketrampilan-ketrampilan teknis, hubungan antar manusia dan konseptual yang mendukung
tercapainya asuhan keperawatan yang bermutu, berdaya guna dan berhasil guna kepada klien.
Dengan alasan tersebut, manajemen keperawatan perlu mendapat perhatian dan prioritas
utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan. Hal tersebut berkaitan dengan
tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan
pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi
terhadao proses.
Proses manajemen berlaku untuk semua orang yang mencari cara untuk mempengaruhi
perilaku orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Proses ini dilakukan dengan
menggunakan pendekatan proses manajemen dengan melibatkan semua anggota untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan rumah sakit.
Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat kompleks dan sangat penting dalam
upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Rumah sakit sebagai salah satu
penyelenggara pelayanan kesehatan, salah satunya adalah penyelenggara pelayanan asuhan
keperawatan senantiasa memberikan pelayanan yang memuaskan kepada klien maupun
keluarganya (Depkes, 1987). Oleh karena itu, diperlukan cara pengelolaan pelayanan
keperawatan yang mengikuti prinsip-prinsip manajemen.
Rumah Sakit Umum Daerah Soedarso sebagai salah satu penyelenggara pelayanan
kesehatan, pendidikan dan penelitian serta usaha lain dibidang kesehatan yang bertujuan
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan senantiasa berorientasi kepada kepentingan
masyarakat, maka rumah sakit perlu didukung adanya organisasi yang mantap dan
manajemen yang baik dengan berorientasi pada mutu pelayanan bagi masyarakat.
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk memiliki
kemampuan manajerial yang tangguh sehingga pelayanan yang diberikan mampu
memuaskan kebutuhan klien. Kemampuan manajerial yang dimiliki perawat dapat dicapai
melalui banyak cara. Salah satu cara untuk dapat meningkatkan keterampilan manajerial
yang handal selain didapatkan di bangku kuliah juga harus melalui pembelajaran di lahan
praktik.
Di indonesia saat ini, mutu pelayanan rumah sakit sering kali disoroti dan menjadi pusat
perhatian bagi seluruh masyarakat, sehingga pelayanan rumah sakit sangat memerlukan
manajement keperawatan, dalam memberikan kualitas mutu pelayanan yang baik bagi
masyarakat, pengorganisasi yang ada dalam suatu organisasi akan dianggap telah mencapai
tujuan apabila mampu melaksanakan manajement rumah sakit dengan baik
Salah satu bentuk pelayanan kesehatan dari RSUD Dokter Soedarso Pontianak guna
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat yaitu dengan menerapkan pro-cerah
yaitu professional, cepat, dan ramah. Profesional yaitu memiliki rasa tanggung jawab profesi
dan integritas yang tinggi dalam melaksanakan tugas nya untuk memberikan pelayanan
terbaik terhadap pasien tanpa membeda-bedakan pasien berdasarkan agama, suku, dan ras.
Semua pasien juga tentunya membutuhkan adanya pelayanan yang cepat dan tanggap. Untuk
itu semua tenaga medis sudah seharusnya dapat melayani dengan cepat. Apabila pasien sudah
terlalu lama menunggu, maka pasien merasa kurang puas akan pelayanan yang diberikan.
Selain itu, diharapkan juga sikap ramah dalam memberikan pelayanan terhadap pasien.
Pelayanan yang ramah merupakan kunci utama untuk menenangkan hati pasien. Dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya keperawatan, komunikasi yang baik
merupakan salah satu cara agar kepuasan pasien dan keluarga dapat tercapai. Perawat dapat
melakukan komunikasi teraupetik pada saat memberikan pelayanan. Berdasarkan hal tersebut
diatas, maka kami memberikan beberapa saran dan inovasi dalam bentuk komunikasi
terapeutik pelayanan kepada masyarakat, dengan Metode 5S .
Mahasiswa Program Studi Ners Reguler Karyawan Institut Teknologi dan Kesehatan
Muhammadiyah Kalimantan Barat (ITEKES Muhammadiyah Kalimantan Barat) dituntut
untuk dapat mengaplikasikan langsung pengetahuan manajerialnya di Ruang Ruai yang
berlangsung selama 13 hari yaitu pada tanggal 18 September 2023 – 29 September 2023
dengan arahan dari pembimbing lapangan maupun dari pembimbing pendidikan yang intensif.
Adanya praktik manajemen ini diharapkan mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang didapat
dan mengelola ruang perawatan dengan pendekatan proses manajemen.

B. Tujuan
1. Tujuan
a. Tujuan Umum:
1) Untuk mengidentifikasi masalah yang ada dalam memanajemen Ruang Ruai
2) Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap penerapan komunikasi
yang dilakukan
b. Tujuan Khusus:
1) Untuk mengevaluasi saran dan masukan yang diberikan
2) Untuk meningkatkan kualitas mutu pelayaanan di Ruang Ruai
3) Untuk meminimalisir ketidakpuasan pasien
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
b. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga dapat
memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan
c. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan model manajemen keperawatan
yang diaplikasikan di ruang ruai
d. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan penerapan model manajemen
keperawatan di ruang Ruai
e. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dan menyusun rencana strategi (PoA)
f. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model asuhan keperawatan
professional di ruang Instalas
2. Bagi Ruangan
a. Melalui praktek profesi manajemen keperawatan dapat diketahui masalah – masalah yang
ada di ruangan Ruai yang berkaitan dengan pelaksanaan manajemen keperawatan
b. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
c. Terbinanya hubungan yang baik antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim
Kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga pasien
d. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat
3. Bagi Pasien dan Keluarga
a. Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang memuaskan
b. Tingkat kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan tinggi.
D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data di Ruang ruai Soedarso Pontianak, dalam rangka identifikasi masalah
dilakukan dengan metode :
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data kondisi fisik ruangan, proses pelayanan,
inventaris ruangan dan asuhan keperawatan yang langsung dilakukan ke pasien.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan, perawat dan keluarga pasien untuk
mengumpulkan data tentang proses orientasi pasien baru dan pelayanan pasien.
3. Studi dokumentasi
Kegiatan dilakukan untuk pengumpulan data mengenai karakteristik pasien, ketenagaan,
dokumentasi proses keperawatan, managemen ruangan, prosedur tetap ruangan dan
inventaris ruangan.
E. Waktu dan Tempat Praktik
Praktik stase managemen keperawatan ini dilaksanakan di ruang ruai rumah sakit soedarso UPT
Pontianak, selama 13 hari yaitu pada tanggal 18 september 2023 – September 2023.
F. Peserta
Mahasiswa program studi Ners tahap profesi Institut Teknologi dan Kesehatan
Muhammadiyah Kalimantan Barat, yang sedang menjalani tahap profesi manajemen periode 18
September 2023 – 29 September April 2023 di Ruang Ruai RSUD Soedarso Pontianak, dengan jumlah
6 anggota.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Manajemen
Rumah sakit merupakan lembaga pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelayanan
kesehatan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan rawat
darur at (Permenkes No 147 tahun 2010). Rumah sakit adalah suatu instansi dengan peran
utamanya adalah memberikan pelayanan kepada pasien. Rumah sakit bagian dari tatanan
yang memberikan jasa pelayanan kesehatan wajib mengadakan berbagai jenis pelayanan
kesehatan yang berkualitas, lembaga pelayanan kesehatan yang elusif (Kompleks), padat
(Karya pakar modal) (AHA (American Hospital Asosiation) ; Purwanto, & Pradiptha, 2020).
Manajemen keperawatan menggambarkan serangkaian penerapan pelayanan keperawatan
yang dilakukan oleh praktisi keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan, rasa aman
kepada pasien/keluarga serta masyarakat. Pengaruh yang berintegrasi dari sumber
keperawatan dengan mengaplikasikan prosedur manajemen dalam mencapai target
obyektifitas asuahan keperawatan dan pelayanan keperawatan merupakan suatu langkah
manajemen dalam keperawatan. Agar mampu mengaplikasikan manajemen keperawatan
diruang rawat inap dibutuhkan kepala ruangan yang memenuhi standart. Seorang manajer
diahrapkan mampu mengelola pelayanan keperawatan diruang rawat inap dengan
menggunakan pendekatan manajemen keperawatan (Purwanto, & Pradiptha, 2020).
Manajemen didefinisikan sebagai tindakan menanganan atau mengendalikan sesuatu den
gan sukses atau penanganan keterampilan atau penggunaan sesuatu sebagai sumber daya. Ke
dua definisi tersebut menyiratkan bahwa manajemen adalah poses memimpin dan mengarahk
an semua atau sebagian organisasi, seringkali bisnis, melalui penyebaran dan manipulasi sum
ber daya ( Sihombing et al, 2021).
Manajemen berawal dari kata “To manage” yang mempunyai arti mengatur, mengurus, at
au mengelola. Sehingga secara substantive makna manajemen mengandung unsur-unsur keg
iatan yang bersifat pengelolaan. Manajemen berhubungan dengan proses perencanaan, peng
organisasian, kepemimpinan dan pengendalian yang didalamnya terdapat upaya anggota org
anisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi tersebut ( Athoillah, 201
7; Pramana, dkk, 2021).
Manajemen dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang terdiri dari konsep, prinsi
p, fungsi, dan proses. Pengetahuan yang digunakan untuk mencapai tujuan organisasi denga
n pemanfaatan sumber daya yang efektif dan segala usaha manusia yang terkoordinasi. Akhi
rnya, istilah tersebut dapat didefinisikan sebagai: manajemen adalah proses perencanaan, pe
ngorganisasian, penempatan staf, pengarahan, dan pengendalian dari upaya manusia untuk
mencapai tujuan organisasi secara efektif.(Rudani, 2020).
Manajemen keperawatan adalah suatu proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui
upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman
kepada pasien/ keluarga serta masyarakat (Triwibowo, 2013)
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka manejemen keperawatan adalah suatu proses
manajemen yang dilakukan oleh anggota staf keperawatan yang dilakukan dengan
merencanakan, mengorganisasikan danmenggunakan sumber daya manusia secara efektif
dan efisien guna mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan, oleh sebab itu pelayanan
keperawatan mempunyai tujuan yaitu dapat meningkatkan dan mempertahankan kualitas
pelayanan rumah sakit, meningkatkan penerimaan masyarakat akan pelayanan keperawatan,
mendidik perawat agar profesional dan bertanggung jawab, dapat meningkatkan hubungan
dengan pasien atau keluarganya dan masyarakat, meningkatkan kegiatan umum untuk
menciptakan kepuasan pasien, mampu meningkatkan komunikasi antar staf serta mampu
meningkatkan produktifitas dan kualitas kerja staf.

A. Unsur Dasar Manajemen


Ada 6 unsur-unsur manajemen yang sangat sekali yaitu (6M) adalah man, money, materials,
machines, methods, dan market. Berikut unsur-unsur manajemen. (Amaliya, D. 2017)
1. Manusia (Man)
Manusia atau man adalah unsur manajemen yang pertama, manusia atau setiap individu
memegang peran penting pada suatu manajemen disetiap bidangnya., baik itu industri maupun
ekonomi. Segala sesuatu yang terkait pada perencanaan dan pelaksanaan produksi sangat
bergantung sekali pada manusia atau setiap individunya.
2. Uang (Money)
Pada proses di dalam manajemen, uang sangat dibutuhkan sekal, dalam menjalankan aktivitas
perusahaan, maka diperlukan biaya usaha dalam bentuk uang sebagai modal utama perusahaan.
Pemgelolaan unag yang terbaik sangat berpengaryh sekali pada suskses atau tidaknya
manajemen.
3. Bahan (Material)
Bahan atau material sebagai unsur manajemen selanjutnya. Pengontrolan bahan atau material
yang ada sangat dibutuhkan pada proses manajemen. Individu usaha harus dapat memanfaatkan
bahan-bahan material yang ada untuk sebaik mungkin memakainya.
4. Mesin (Machines)
Teknologi sebagai bagian penting pada proses manajemen perusahaan, seperti yang dapat dilihat
mesin dan alat. Mesin diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas yang lebih
dibandingkan menggunakan tenaga manusia saja.
5. Metode (Methods)
Pada saat melakukan proses manajemen, diperlukan langkah-langkah tertentu yang disebut
sebagai metode. Metode yang baik dan tepat pasti menjadi sebuah unsur manajemen yang sangat
penting agar pada setiap langkahnya berjalan efektif dan efisien.
6. Pasar (Market)
Pasar tidak dapat dilupakan dan memiliki keterkaitan pada manajemen perusahaan dan industri.
Tujuan pada perusahaan jelas harus mengikuti perkembangan pasar yang sudah ada pada
masyarakat, sehingga pasar dapat dikategorikan sebagai unsur manajemen.

B. Prinsip Manajemen
Prinsip dalam ilmu manajemen menurut Henry Fayol 2013 :
1. Pembagian Kerja (Division of Work)
Prinsip manajemen yang pertama adalah division of work atau pembagian kerja. Pembagian
kerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian sehingga pelaksanaan kerja berjalan
efektif. Artinya penempatan karyawan harus disesuaikan dengan keahlian yang dimiliki, bukan
berdasarkan faktor emosional atau faktor non- teknis lainnya.
2. Wewenang dan Tanggung Jawab (Authority and Responsibility)
Selanjutnya ada prinsip authority and responsibility atau wewenang dan tanggung jawab.
Prinsip ini menjelaskan bahwa tiap karyawan harus memiliki wewenang dan tanggung jawab
yang seimbang. Setiap pekerjaan harus dapat memberikan pertanggungjawaban yang sesuai dan
seimbang dengan wewenang yang dimilikinya.

3. Disiplin (Dicipline)
Disiplin juga menjadi salah satu prinsip manajemen. Sikap disiplin merupakan perasaan taat
dan patuh terhadap pekerjaan yang sudah menjadi tanggung jawabnya. Sikap disiplin ini sangat
penting untuk ditanamkan bagi tiap karyawan agar manajemen perusahaan bisa berjalan dengan
baik dan benar.
4. Kesatuan Perintah (Unity of Command)
Unity of command atau kesatuan perintah menerangkan bahwa dalam melakasanakan
pekerjaan, karyawan harus memperhatikan kesatuan perintah dalam perusahaan.
Karyawan harus tahu kepada siapa ia harus bertanggung jawab sesuai dengan wewenang
yang diperolehnya dalam struktur perusahaan.
5. Kesatuan Pengarahan (Unity of Direction)
Unity of direction atau kesatuan pengarahan berhubugan dengan prinsip pembagian
kerja dan kesatuan perintah. Seorang karyawan harus diarahkan menuju sasarannya
sesuai wewenang yang diberikan. Hal ini karena bisa saja karyawan memiliki dua
perintah yang berlawanan, sehingga harus ada kesatuan pengarahan yang jelas dalam
perusahaan.
6. Mengesampingkan Kepentingan Individu (Subordination of Individual Interest)
Prinsip ini bertujuan untuk mengesampingkan kepentingan individu dan
mendahulukan kepentingan organisasi. Tiap karyawan harus berkomitmen mengabdikan
diri pada perusahaan, sehingga rela untuk mementingkan kepentingan perusahaan
dibanding kepentingan pribadi jika keduanya saling berbenturan.
7. Penggajian (Remuneration)
Selanjutnya juga ada prinsip penggajian pegawai atau remuneration. Pada prinsip ini
menjelaskan bahwa tiap karyawan berhak mendapat gaji atau upah sesuai dengan
pekerjaannya. Sistem penggajian harus diperhitungkan agar menimbulkan kedisiplinan
dan antusiasme kerja dari para karyawan untuk membuat prestasi yang lebih besar.
8. Pemusatan (Centralization)
Prinsip manajemen berikutnya adalah centralization atau pemusatan. Adanya
pemusatan wewenang akan menimbulkan pemusatan tanggung jawab dalam suatu
kegiatan. Pemusatan juga bertujuan untuk menghindari wewenang yang berlawanan satu
sama lain, sehingga wewenang dan tanggung jawab menjadi terpusat.
9. Hierarki (Scalar Chain)
Hierarki atau scalar chain dimaksudkan pada rantai hierarki dari atas menuju ke
bawah. Hierarki dalam perusahaan ditentukan berdasarkan wewenang terbesar sampai
yang terkecil. Adanya hierarki membuat tiap karyawan tahu kepada siapa ia
bertanggungjawab dan kepada siapa ia mendapatkan perintah.
10. Ketertiban (Order)
Prinsip ketertiban atau order bertujuan agar tiap karyawan menjalankan
pekerjaannya dengan tertib dan sistematis. Hal ini juga berkaitan dengan prinsip disiplin.
Dua sikap ini harus dimliki oleh tiap karyawan agar terwujud ekosistem pekerjaan yang
tepat, lancar, dan tenang demi kemajuan perusahaan.
11. Keadilan dan Kejujuran (Equity)
Prinsip equity diartikan sebagai keadilan dan kejujuran atau kesetaraan. Prinsip ini
sangat penting karena berkaitan dengan moral karyawan. Karyawan harus bersikap jujur
dalam memberi laporan dan melaksanakan pekerjaan. Sebaliknya manajer juga harus adil
pada bawahannya. Kesetaraan harus diwujudkan dalam ruang lingkup pekerjaan.
12. Stabilitas Kondisi Karyawan (Stability of Tenure of Personnel)
Stabilitas kondisi karyawan berkaitan dengan kondisi fisik dan mental dari tiap
sumber daya manusia yang terlibat. Manusia merupakan makhluk yang rentan dan rapuh,
serta bisa mendapat guncangan saat bekerja, baik fisik maupun mental. Untuk kondisi
karyawan harus diperhatikan apakah dalam kondisi baik atau tidak.
13. Prakarsa (Initiative)
Berikutnya ada prinsip prakarsa atau initiative. Dalam prinsip ini, karyawan
didorong untuk mengembangkan ide-ide baru yang kreatif dan inovatif sesuai dengan
inisiatif masing-masing. Prakarsa menimbulkan kehendak untuk mewujudkan suatu yang
berguna bagi penyelesaian pekerjaan dengan sebaik-baiknya.
14. Kesatuan dan Semangat (Esprit de Corps)
Prinsip manajemen yang terakhir adalah esprit de corps atau kesatuan dan semangat.
Tiap karyawan dan staff lainnya harus memiliki rasa kesatuan dalam semangat
perjuangan yang sama. Sikap saling memiliki ini tentu akan mendorong relasi baik antar
individu dan berdampak positif bagi kemajuan perusahaan ke depannya.
C. Fungsi Dasar Manajemen
Fungsi manajemen merupakan elemen-elemen dasar yang melekat dalam proses-proses
manajerial. Fungsi manajemen selalu dijadikan acuan bagi seorang manajemen dalam melaks
anakan aktivitas organisasi ( Muhfizar et al, 2021).
Secara umum, fungsi dari manajemen dapat dikatakan sebagai serangkaian kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh manajemen di dalam hal untuk mencapai tujuannya. fungsi dari
manajemen juga dikenal dengan Istilah POAC menurut Muhfizar et al, 2021 yaitu:
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah kegiatan awal yang dilakukan dalam proses manajerial. Perencan
aan sebagai suatu proses penentuan tujuan organisasi yang menyajikan strategi-strategi
beserta taktik dan operasi yang jelas dan diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi
secara keseluruhan (Suandy, 2016 ; Muhfizar, 2021).
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian dapat diartikan sebagai tindakan pengaturan sumber daya manusia
dan sumber daya lainnya, agar secara efektif dan efisien dapat mengeksekusikan perenca
naan yang sudah ditetapkan dalam rencana. Pengorganisasian ini memiliki fungsi pembag
ian tugas secara menyeluruh berdasarkan struktur organisasi.
3. Pengarahan (Actuacting)
Pengarahan adalah suatu tindakan eksekusi terhadap rencana yang telah dituangkan d
alam bentuk plan (dokumen). Eksekusi ini dilakukan setelah fungsi pengorganisasian dip
ersiapkan dengan matang. Kualitas ketercapaian dari tujuan yang tertuang dalam plan, sa
ngat tergantung pada intensitas tindakan dari pengarahan ini.
4. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan adalah fungsi manajemen yang berperan melakukan koreksi selama pros
es manajerial berlangsung, mulai dari planning, organizing hingga actuating. Dengan ada
nya pengawasan ini maka kekeliruan dalam fungsi manajemen dapat dihindari. Disampin
g peran koreksi pengawasan ini juga melakukan evaluasi terhadap kinerja pegawai dan un
tuk kerja atau hasil kerjanya. Fungsi pengawasan ini dapat berjalan efektif dan efisien,jik
a tindakan dibawah ini dilaksanakan routing, scheduling dan dispatching.
D. Proses Manajemen
Proses manajemen terdiri dari POLC (Planning, Organizing, Leading, Controlling). Dalam hal ini
ada dua ide penting dalam definisi:
1. Empat fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian
2. Pencapaian sasaran organisasi dengan cara yang efektif dan efisien. Empat tahap dalam proses
manajemen, yakni:
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan definisi mengenai organisasi di masa depan dan cara mencapai
tujuannya. Perencanaan berarti penentuan sasaran sebagai pedoman kinerja organisasi di
masa depan, ditambah dengan penetapan tugas serta alokasi sumber daya yang diperlukan
untuk mencapai sasaran organisasi. Ketiadaan rencana atau perencanaan yang buruk dapat
menjatuhkan kinerja organisasi. Dalam proses manajemen, rencana jangka panjang untuk
kelangsungan organisasi (usaha) sangat diperlukan. Perkembangan organisasi sangat
bergantung salah satunya oleh perencanaan yang baik dan tepat sasaran untuk organisasi,
tanpa perencanaan, kelangsungan organisasi kedepannya tidak terjamin.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian biasanya mengikuti perencanaan dan mencerminkan organisasi yang
mencoba untuk menyelesaikan rencana itu. Pengorganisasian melibatkan penetapan dan
pengelompokan tugas ke departemen, dan alokasi berbagai sumber daya ke berbagai
departemen. Melalui pengorganisasian diharapkan organisasi bersifat lebih sistematik dan tim
lebih mempunyai tanggung jawab. Hal itu berguna untuk manajemen pribadi menempati
posisi yang seharusnya.
c. Kepemimpinan
Dalam organisasi memberikan kepemimpinan menjadi fungsi manajemen yang
semakin penting. Kepemimpinan (leading) adalah penggunaan pengaruh untuk memotivasi
karyawan agar mencapai sasaran organisasi. Memimpin berarti menciptakan budaya dan nilai
bersama, mengkomunikasikan sasaran kepada karyawan, dan memberikan inspirasi agar
karyawan berprestasi. Memimpin termasuk memotivasi seluruh departemen, divisi, dan juga
orang yang bekerja langsung dengan manajer. Kompetisi internasional, dan keragaman yang
meningkat dalam tenaga kerja, kemampuan untuk membentuk budaya, mengkomunikasikan
sasaran, dan memotivasi karyawan merupakan hal penting bagi kesuksesan bisnis. Selain itu,
anjuran untuk setiap karyawan memiliki tanggung jawab kepimpinan, memecahkan masalah,
dan membantu memotivasi orang lain akan membuat para karyawan merasa dihargai.
Kepemimpinan yang buruk akan menyebabkan pengaruh negatif terhadap sebuah organisasi.
d. Pengendalian
Pengendalian adalah fungsi keempat dalam proses manajemen dan yang terakhir dalam
proses manajemen. Pengendalian (controlling) artinya memantau aktivitas karyawan,
menjaga organisasi agar tetap berjalan ke arah pencapaian sasaran, dan membuat koreksi bila
diperlukan. Para manajer juga harus memastikan bahwa organisasi yang mereka atur bergerak
menuju tujuannya. Pelimpahan wewenang dan kepercayaan terhadap karyawan telah
membuat banyak perusahaan lebih menekankan pada pelatihan karyawan untuk memantau
dan mengoreksi diri sendiri. Terutama para karyawan pada lini depan dilatih dengan
menanamkan nilai inti dan standar kinerja yang diharapkan. Hal ini memungkinkan
perusahaan untuk memberikan kebebasan yang besar tanpa harus membahayakan standar
perusahaan yang tinggi. Namun, para manajer harus menyadari bahwa keberhasilan dalam
sebuah perusahaan atau situasi mungkin tidak sama terhadap yang lainnya.

E. Level Manajemen
Manajer dapat diartikan sebagai salah satu profesi dari suatu perusahaan yang bertugas
menjalankan fungsi dari manajemen dengan cara mengawasi dan mengkoordinasikan
pekerjaan yang dilakukan oleh karyawannya, sehingga dapat mewujudkan tujuan yang
diharapkan. Berikut ini beberapa tingkatan atau jenjang dari seorang manajer, yaitu
diantaranya adalah:
1. First-line, ini merupakan tingkatan yang paling rendah dari kategori manajemen didalam
tingkatan ini, seorang manajer diberikan tugas untuk mengelola suatu pekerjaan yang
dilakukan oleh para pekerja lainnya di luar tingkatan manajerial.
2. Middle-line, ini merupakan tingkatan yang berada ditengah-tengah dan bertugas untuk
mengelola pekerjaan dari first-line manajer dan akan mempertanggung jawab kannya
kepada seorang top manajer.
3. TOP Manajer, ini merupakan tingkatan yang paling tinggi di dalam suatu organisasi
yang memiliki tanggung jawab di dalam pengambilan keputusan terhadap organisasi
yang ia jalankan serta bertugas untuk menyusun rencana dan tujuan yang akan dicapai
oleh suatu perusahaan.
F. Perencanaan Dalam Manajemen Keperawatan
Dalam Hidaya dkk (2020) Perencanaan diawali dengan perumusan tujuan organisasi
yang dijelaskan dalam visi, misi, filosofi dan tujuan sebagai arah kebijakan organisasi.
Sebagai perawat tentu penting untuk memahami tujuan organisasi supaya dapat bersinergi
dalam mencapai cita-cita atau harapan organisasi.
1. Perumusan Visi
Dalam KBBI Visi dapat diartikan pandangan atau wawasan ke depan. Visi dijadikan
dasar dalam membuat perencanaan sehingga disusun secara singkat, jelas, dan mendasar
yang dilengkapi dengan batasan waktu untuk pencapaian.
Contoh visi:
"Menjadi ruang perawatan bedah yang profesional dan unggul dalam tindakan perawatan
luka modern di tahun 2025".
2. Perumusan Misi
Misi merupakan uraian yang berisi pernyataan operasional yang harus ditempuh untuk
mewujudkan visi yang telah ditetapkan (Bakri, 2017). Contoh :
a. Memberikan asuhan keperawatan pasien bedah secara holistik (bio-psiko-sosial dan
spiritual).
b. Melakukan tindakan perawatan luka modern.
c. Menyediakan sarana prasarana untuk menunjang manajemen perawatan luka
modern.
d. Melaksanakan peningkatan mutu berkelanjutan dan pelayanan keperawatan.
e. Melakukan penelitian bedah berdasarkan perkembangan dan trend isu perawatan
bedah
3. Perumusan Filosofi
Menurut Swanburg (1999) dalam Hidaya dkk (2020), filosofi merupakan nilai dan
keyakinan yang menyangkut keyakinan dan praktik keperawatan dalam suatu organisasi.
Contoh :
a. Manusia merupakan makhluk holistik (bio-psiko-sosial dan spiritual)
b. Pasien adalah individu yang unik dan bermartabat
4. Perumusan Tujuan
Perumusan tujuan penting sebagai arah kebijakan organisasi untuk menentukan apa yang
harus dilakukan dan cara untuk mencapainya. Oleh karena itu perumusan tujuan sesuatu
hal yang mutlak dan harus ada dalam organisasi pelayanan keperawatan. Dalam
perumusan tujuan harus memenuhi syarat antara lain :
a. Tujuan harus dapat menjelaskan arah
b. Tujuan harus memungkinkan untuk dicapai
c. Terukur artinya tujuan berisi ketentuan kwantitati
d. Teradapat batasan waktu untuk pencapaian target
e. Pencapaian akhir setiap tujuan dapat diterima semua anggota organisasi
f. Kriteria dibuat untuk melihat seberapa besar tujuan tercapai
g. Setiap tujuan mendukung sasaran organisasi (Gillies, 1994; Hidaya, 2020).
Contoh Rumusan tujuan :
Meningkatkan kualifikasi SDM (perawat) yang handal dan kompeten dalam perawatan bedah
melalui pendidikan dan pelatihan.

G. Rencana Kerja Dalam Manajemen Keperawatan


Dalam perencanaan di ruang perawatan biasanya yang digunakan adalah perencanaan jangka
pendek yaitu rencana harian, bulanan dan rencana tahunan. Menurut waktu pembuatan perencanaan
dapat diklasifikasikan dalam: 1) perencanaan reaktif yaitu perencanaan yang disusun ketika adanya
masalah aktual yang dihadapi saat ini. 2) perencanaan proaktif yaitu perencanaan yang disusun
sebelum masalah timbul, antisipasi terhadap perubahan kebutuhan dan meningkatkan kemampuan
organisasi, sedangkan menurut proses penyusunan perencanaan diklasifikasikan menjadi: pendekatan
perkembangan yang menguntungkan (Profitabel Growth Approach) dan pendekatan analisis SWOT
(Strength, Weakness, Opportunity, dan Treat). (Hardiansyah, 2014).
1. Pendekatan perkembangan yang menguntungkan PGA yaitu perencanaan yang dilakukan dengan
kebutuhan yang muncul dari lingkungan .
2. Pendekatan SWOT adalah rencana yang disusun dengan proses perencanaan, dimulai dengan
menganalisa faktor internal yang berhubungan dengan kekuatan dan kelemahan, selanjutnya
menganalisa faktor eksternal yang berhubungan dengan peluang dan tekanan/ ancaman.

H. Model Praktik Keperawatan Profesional


Dalam Pranata et al (2021) berikut adalah beberapa model penugasan dalam praktik keperawatan:
1. Fungsional
Model pemberian asuhan keperawatan fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam
pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia ke II.
Pelaksanaan model asuhan keperawatan tersebut berorientasi pada tugas di mana maka setiap
perawat hanya melakukan satu atau dua jenis intervensi keperawatan saja.
Misalnya perawat A bertugas untuk perawatan luka, perawat B bertugas untuk pemberian
obat-obatan dan perawat C bertugas untuk pemeriksaan TTV pasien. dalam model ini
dijelaskan bahwa tidak ada perawat yang bertanggung jawab penuh untuk perawatan pasien.
Prioritas utama yang dilaksanakan adalah pada kebutuhan-kebutuhan fisik dan kurang
memperhatikan pemenuhan kebutuhan holistik pasien (Suni, 2018).
Setiadi (2016) menjelaskan bahwa pada model asuhan keperawatan fungsional, seorang
perawat bertanggung jawab kepada manajer perawat. Perawat senior bertanggung jawab
dengan tugas manajerial dan perawat pelaksana fokus pada tindakan keperawatan. Model
fungsional ini dilaksanakan berdasarkan kriteria efisiensi, di mana pelaksanaan tugas
berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing perawat.
Kepala ruangan selaku manajer keperawatan mengidentifikasi kesulitan tindakan terlebih
dahulu, kemudian akan ditentukan perawat yang akan bertugas mengerjakan tindakan
tersebut.

Dalam pelaksanaannya, model asuhan keperawatan fungsional juga memiliki kelebihan dan
kekurangan. Nursalam (2016) dan Setiadi (2016) menguraikan kelebihan dan kekurangan
model asuhan keperawatan primer sebagai berikut:
Kelebihan:
a. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang baik
b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
c. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien
diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum berpengalaman
d. Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu singkat dengan
pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik.
e. Mudah memperoleh kepuasan kerja perawat setelah selesai kerja.
Kelemahan:
a. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.
b. Pelayanan keperawatan terpisah pisah, schingga tidak mampu mencrapkan proses
keperawatan.
c. Fokus perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja.
d. Tanggung jawab dan tanggung gugat perawat tidak begitu diperhatikan.
2. Metode Keperawatan Tim
Model keperawatan tim dikembangkan pada tahun 1950-an. Saat itu, metode ini
dikembangkan guna mengurangi masalah sistem asuhan pasien yang timbul akibat
penggunaan model fungsional. Model ini menekankan bahwa perawat bekerja sama
memberikan asuhan keperawatan kepada sekelompok pasien di bawah
arahan/pimpinan seorang perawat profesional (Marquis & Huston, 2010).
Douglas (1992) dalam Sitorus & Panjaitan (2011) mengungkapkan bahwa
metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, dengan seorang
perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada sekelompok pasien melalui upaya kooperation kolaboratif.
Model tim dipimpin oleh perawat profesional yang memiliki pengalaman kerja
dan pengetahuan yang luas dalam bidang keperawatan. Model asuhan tim terdiri dari
ketua tim dan anggota tim (perawat pelaksana). Ruang perawatan bangsal umumnya
menerapkan model tim dengan jumlah dua atau tiga tim, namun hal ini disesuaikan
lagi dengan rasio perawat yang ada di ruang rawat tersebut.
Pelaksanaan model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota um
mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan melaksanakan asuhan keperawatan
sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi. Sedangkan
perawat yang berperan sebagai ketua um bertanggung jawab untuk mengetahui
kondisi dan kebutuhan semua pasien yang ada dalam timnya dan merencanakan
perawatan pasien.
Dalam melaksanakan tugasnya, ketua tim juga mengkaji anggota tim, memberi
arahan perawatan untuk pasien, melakukan pendidikan keschatan serta
mengkoordinasikan aktivitas pasien (Setiadi, 2016)

Dalam pelaksanaannya, model asuhan keperawatan kasus juga memiliki


kelebihan dan kekurangan. Marquis & Huston (2010) dan Suni (2018) menguraikan
kelebihan dan kekurangan model asuhan keperawatan primer sebagai berikut:
Kelebihan:
a. Memungkinkan anggota tim untuk melakukan keahlian atau keterampilan yang
mereka miliki.
b. Asuhan keperawatan komprehensif dapat diberikan kepada pasien, melalui
komunikasi tim yang luas, meskipun jumlah petugas bantuan relatif banyak.
c. Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif.
d. Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.
e. Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk belajar.
f. Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal.
g. Memungkinkan peningkatan kemampuan anggota tim dalam hubungan
interpersonal.
h. Memungkinkan peningkatan kemampuan anggota tim yang berbedabeda secara
efektif.
i. Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim.
j. Menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan.
k. Memberikan motivasi perawat untuk selalu bersama pasien selama bertugas.
Kelemahan:
a. Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk melakukan koordinasi dan
supervisi sebagai anggota tim, serta harus memiliki keterampilan yang tinggi.
b. Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila konsepnya tidak
diimplementasikan dengan total.
c. Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan,
sehingga komunikasi antar anggota tim terganggu.
d. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau
berlindung kepada anggota tim yang mampu.
e. Akuntabilitas dari tim menjadi kabur.
f. Tidak efisien bila dibandingkan dengan fungsional karena membutuhkan tenaga
yang memiliki keterampilan tinggi.
3. Keperawatan Primer
Gillies (1996) menjelaskan bahwa model ini merupakan metode yang dikembangkan
pada awal tahun 1970-an, menerapkan beberapa konsep dan perawatan total pasien.
Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana
asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan
terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat (Nursalam,
2016). Penerapan model ini diterapkan di mana satu orang perawat bertanggung
jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien
masuk sampai keluar rumah sakit. Selama jam kerja, perawat primer memberikan
perawatan total secara langsung kepada pasien. Pada saat perawat primer sedang tidak
bertugas, tugas perawatan didelegasikan kepada perawat asosiet dalam
mengimplementasikan rencana keperawatan yang telah ditetapkan olch perawat
primer Setiap perawat primer biasanya bertanggung jawab kepada 4-6 orang pasien,
bertanggung jawab terhadap asuhan - keperawatan pasien. serta menginformasikan
keadaan pasien kepada kepala mangan, dokter dan stat keperawatan. Salah satu peran
penting perawat primer dalam metode ini adalah membangun komunikasi yang efektit
di antara pasien, dokter, perawat pelaksana dan anggota tim keschatan lain (Setiadi.
2016- Sun, 2018)

Dalam pelaksanaannya, model asuhan keperawatan primer juga memiliki kelebihan dan
kekurangan. Suni (2018) menguraikan kelebihan dan kekurangan model asuhan
keperawatan primer sebagai berikut.
Kelebihan:
a. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan untuk pengembangan diri.
b. Memberikan peningkatan otonomi pada pihak perawat, sehingga dapat meningkatkan
motivasi, tanggung jawab, dan tanggung gugat.
c. Pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhi kebutuhannya secara individu.
d. Asuhan keperawatan berfokus pada pasien.
e. Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
f. Meningkatnya hubungan antara perawat dan pasien; metode ini mendukung
pelayanan profesional.
g. Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan, tetapi
harus memiliki kualitas tinggi.
Kelemahan:
a. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
b. Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri, memiliki akuntabilitas dan
kemampuan untuk mengkaji, serta merencanakan asuhan keperawatan untuk pasien.
c. Akuntabilitas yang total dapat membuat jenuh
d. Perlu tenaga cukup banyak dan kemampuan dasar yang sama:
e. Biaya relatif tinggi dibandingkan dengan metode penugasan yang lain

4. Metode Keperawatan Kasus


Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab terhadap klien tertentu y
ang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu klien dengan pemberian perawatan kons
tan untuk periode tertentu. Klien dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan
tidak ada jaminan bahwa klien akan dirawat oleh perawat yang sama pada hari berikutnya. P
enangung jawab dalam model ini yaitu perawat manajer. Pada model ini perawat memberik
an asuhan keperawatan kepada seorang klien secara menyeluruh sehingga mengetahui apa
yang harus dilakukan terhadap klien dengan baik, sehingga klien merasa puas dan merasaka
n lebih aman karena mengetahui perawat yang bertanggung jawab atas dirinya. Dengan mo
del ini seluruh tenaga keperawatan dituntut mempunyai kualitas professional dan membutu
hkan jumlah tenaga keperawatan yang banyak.
Tujuan dari manajemen kasus adalah menetapkan pencapaian tujuan asuhan keperawatan y
ang diharapkan sesuai dengan standar, memfasilitasi ketergantungan klien sesingkat mungki
n, menggunakan sumber daya seefisien mungkin, memfasilitasi secara berkesinambunganas
uhan keperawatan melalui kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, pengembangan profesi
onalisme dan kepuasan kerja, memfasilitasi alih ilmu ( Nursalam, 2015; Manalu, et al, 2021).
Kelebihan:
a. Perawat lebih memahami kasus per kasus
b. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
c. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.
d. Memotivasi perawat untuk selalu bersama pasien selama bertugas.
e. Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai
Kelemahan:
a. Perawat penanggung jawab belum dapat diidentifikasi.
b. Perlu tenaga yang cukup banyak dengan kemampuan dasar yang sama
c. Beban kerja tinggi terutama jika jumlah pasien banyak schingga tugas rutin yang
sederhana terlewatkan.

I. Supervisi Dalam Keperawatan


Supervisi merupakan fungsi manajemen pada tahap pengendalian yang dilakukan untuk mengar
ahkan perawat agar bekerja secara efektif, efisien dan menurunkan potensi masalah dalam pekerjaan.
Supervisi merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk mengevaluasi dan mempertahankan upaya pe
njaminan mutu SDM keperawatan. Supervisi ini juga memainkan peran motivasi, membimbing dan
mendukung dalam pengelolaan aset manusia, material dan organisasi dari proses kerja keperawatan (
Chaves et al, 2017 ; Yuliana, dkk, 2021).
Supervisi dalam keperawatan merupakan suatu proses untuk meningkatkan pengetahuan,
kesadaran diri dan keterampilan profesional perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan pada
pasien sehingga mampu memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan aman bagi
masyarakat. Supervisi mencakup dimensi perilaku, pengetahuan dan kemampuan psikomotor perawat
juga membangun kesadaran diri perawat tentang perannya. Supervisi bukan untuk mencari kesalahan
seseorang tetapi untuk meningkatkan kompetensi perawat agar tujuan organisasi tercapai.

J. Komponen Model supervisi Klinis


1. Administrasi atau manajerial
Kadushin menggunakan supervisi administrasi untuk seleksi dan orientasi pegawai,
pengkajian kasus, pengawasan, evaluasi pegawai. Sedangkan proctor menggunakan istilah
normative atau manajerial untuk promotive dalam organisasi.
2. Pendidikan atau formatif
Pendidikan menurut kadishin merupakan aktivitas untuk mengembangkan kemampuan
profesional perawat yang di supervise dengan mengajarkan pengetahuan, keterampilan dan
pengembangan kesadaran diri, sedangkan menurut proctor, pendidikan dalam sepervise untuk
mengembangkan keterampilan praktek perawat.
3. Dukungan atau restorative
Kadushin menggunkan supervisi dukungan untuk membantu pegawai menyelesaikan
pekerjaannya yang berhubungan dengan stress, menormalkan hubungan pegawai, pemberian
penguatan dan melakukan diskusi untuk pengambilan keputusan yang sulit, komponen ketiga
menurut proctor adalah restorasi yang mempunyai pengertian pemberian dukungan untuk
membantu praktisi perawat untuk memanajemen stress emosional dalam melaksanakan praktek
keperawatan.

K. Model Supervise
Metode pelaksanaan supervise klinis menurut center of sdition and mental health, 2008 antara
lain:
1. Demonstrasi
Supervisior mengadakan pertemuan dengan perawat yang di supervisi dan mendiskusikan tentang
keterampilan yang harus dipelajari lagi oleh staf perawat. Supervisior bersama perawat yang
disupervisi melakukan wawancara bersama-sama kepasien. Supervisior memberikan kesempatan
pada perawat yang disupervise untuk membandingkan hasil wawancara supervisior.
2. Ko-terapi/ refleksi
Supervisior berada dalam ruangan dengan klien, sedangkan perawat yang di supervise diluar
ruangan mengamati dari luar.
3. Bermain peran
Supervisior dan perawat yang di supervise mengadakan roleplay. Perawat yang disupervise
berperan sebagai pasien sedangkan supervisior sebagai perawat. Dengan melakukan bermain
peran maka perawat yang disupervise akan mendapat gambaran yang jelas tentang cara
melakukan supervise pada klien.

4. Audio atau video


Supervisior menggunakan alat bantu tape atau video untuk memberikan gambaran yang jelas
tentang suatu keterampilan tertentu. Sedangkan perawat yang disupervise mengamati atau
mendengarkan dengan seksama. Kemudian mendiskusikan dengan supervisior.

L. Timbang terima

Beberapa istilah itu diantaranya handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross
coverage. Handover adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan oleh
perawat pada pergantian shift jaga. Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari handover
adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggung jawab dan tanggung gugat) selama
perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang tentang pelayanan, klasifikasi
dan konfirmasi tentang pasien. Handoffs juga meliputi mekanisme transfer informasi yang
dilakukan, tanggungjawab utama dan kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke perawat
yang akan melanjutkan perawatan.

a. Prosedur dalam timbang terima


1. Persiapan
2. Pelaksanaan dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing
penanggung jawab.
b. Faktor-faktor dalam timbang terima
1. Komunikasi yang objektif antar sesama petugas kesehatan
2. Pemahaman dalam penggunaan terminology keperawatan
3. Kemampuan menginterpretasi medical record
4. Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien
5. Pemahaman tentang prosedur klinik

M. Manajemen Konflik
Interaksi yang terjadi dalam ruang perawatan mempunyai kemungkinan terjadinya konflik.
Konfflik dapat terjadi antara individu dan individu, individu dengan kelompok, atau juga kelompok
dengan kelompok. Abidin (2015), menyatakan kegiatan-kegiatan yang ada di fungsi pengarahan ,
yaitu delegasi, supervisi, motivasi, manajemen konflik serta komunikasi dan kolaborasi.
1. Delegasi
Pendelegasian kegiatan melakukan pekerjaan melalui orang lain yang bertujuan agar aktivitas
organisasi tetap berjalan sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Bentuk delegasi diruang perawatan
antara lain kepala ruang mendelegasikan tugas kepada ketua tim/perawat primer atau penanggung
jawab shift. Sedangkan, ketua tim/perawat primer mendelegasikan tugas kepada perawat
pelaksana agar kegiatan pendelegasian dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diinginkan,
harus dilakukan komunikasi dengan baik, baik secara lisan maupun tulisan antara person yang
memberikan delegasi dan person yang diberikan delegasi. Kesumanjaya (2010), menyatakan
beberapa teknik khusus untuk membantu manajer melakukan delegasi dengan efektif yaitu
tetapkan tujuan, tegaskan tanggung jawab dan wewenang, berikan motivasi kepada bawahan,
manajer dapat memberikan dorongan bawahan melalui perhatian pada kebutuhan dan tujuan
mereka yang sensitif, meminta penyelesaian kerja, berikan latihan, adakan pengawasan yang
memadai.
2. Supervisi
Asmuji (2014), menyatakan supervisi merupakan bentuk komunikasi yang bertujuan untuk
memastikan kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan dengan cara melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. Supervisi dilakukan untuk memastikan
kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Supervisi keperawatan,
fokus utamanya bukan pada kegiatan pemeriksaan yang mencari-cari kesalahan, melainkan pada
kegiatan supervisi ini lebih mengarah pada pengawasan partisipatif. Kegiatan supervisi
keperawatan memungkinkan terjadinya pemberian penghargaan, diskusi dan juga bimbingan
yang bertujuan untuk mencari jalan keluar jika terjadi kesulitan dalam tindakan keperawatan.
3. Motivasi
Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi
merupakan konsep yang menggambarkan kondisi ekstrinsik yang merangsang perilaku tertentu
dan respons intrinsik yang menampakkan perilaku manusia. Motivasi merupakan proses
psikologis yang meningkatkan dan mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan. Motivasi
sebagai proses yang ikut menentukan intensitas, arah dan ketekunan individu dalam usaha
mencapai sasaran. Motivasi suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu
dan memberi arah serta ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Disimpulkan motivasi
suatu dorongan proses psikologis yang menimbulkan perilaku tertentu dan ikut menentukan
intensitas, arah, ketekunan dan ketahanan pada perilaku tersebut sesuai tujuan yang ditetapkan.
4. Manajemen konflik
Konflik merupakan proses yang bermula ketika satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah
memengaruhi secara negatif atau akan segera memengaruhi secara negatif. Konflik merupakan
masalah internal dan eksternal yang terjadi sebagai akibat perbedaan pendapat, nilai-nilai atau
keyakinan dua orang atau lebih. Konflik merupakan segala macam interaksi pertentangan atau
antagonistik antara dua pihak atau lebih. Disimpulkan konflik merupakan proses yang bermula
ketika interaksi pihak satu dengan yang lain memunculkan masalah internal maupun eksternal
sebagai akibat perbedaan pendapat, nilai - nilai atau keyakinan-keyakinan.
5. Komunikasi dalam kolaborasi
Marwansyah (2010), menyatakan komunikasi merupakan pertukaran pesan antar manusia dengan
tujuan pemahaman yang sama. Asmuji (2014), menyatakan komunikasi merupakan unsur penting
dalam menggerakkan atau mengarahkan bawahan. Amin (2008), menyatakan komunikasi
merupakan hubungan kontak antar manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan
sehari-hari disadari atau tidak komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia itu sendiri.
Manusia sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Suprapto (2011),
menyatakan komunikasi suatu proses interaksi yang mempunyai arti antara sesama manusia.
Disimpulkan komunikasi merupakan kegiatan interaksi yang dilakukan dari satu orang ke orang
lain untuk menciptakan persamaan makna dan mencapai satu tujuan yang sama. (Gitosudarmo &
Mulyono 1997 dalam Hatta, 2008), menyatakan kepala ruangan sebagai koordinator kegiatan
perlu menciptakan kerjasama yang selaras satu sama lain dan saling menunjang untuk
menciptakan suasana kerja yang menyenangkan.
N. Penjamin Mutu Asuhan Keperawatan
Peningkatan mutu pelayanan adalah derajat memberikan pelayanan secara efisien dan efektif
sesuai standar profesi, standar pelayanan yang dilaksanakan secara menyeluruh sesuai dengan
kebutuhan pasien, memanfaatkan teknologi tepat guna dan hasil penelitian dalam pengembangan
pelayanan kesehatan/keperawatan sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal. Persepsi tentang
mutu suatu organisasi pelayanan sangat berbeda-beda karena sangat bersifat subjektif, disamping itu
selera dan harapan pengguna pelayanan kesehatan selalu berubah-ubah.
Menurut Azwar (2006) kualitas pelayanan kesehatan adalah yang menunjukkan tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Makin
sempurna kepuasan tersebut makin baik pula kualitas pelayanan kesehatan.

O. Praktik Keperawatan Berbasis Bukti EBP


Evidence based practice (EBP) adalah proses penggunaan bukti-bukti terbaik yang jelas, tegas dan
berkesinambungan guna pembuatan keputusan klinik dalam merawat individu pasien. Dalam
penerapan EBP harus memenuhi tiga kriteria yaitu berdasar bukti empiris, sesuai keinginan pasien,
dan adanya keahlian dari praktisi.
Model EBP
1. Model Stetler
Model Stetler dikembangkan pertama kali tahun 1976 kemudian diperbaiki tahun 1994 dan revisi
terakhir 2001. Model ini terdiri dari 5 tahapan dalam menerapkan EBP nursing.
a. Tahap persiapan
b. Tahap validasi
c. Tahap evaluasi perbandingan/ pengambilan keputusan
d. Tahap translasi atau aplikasi
e. Tahap evaluasi

2. Model IOWA
Model IOWA diawali dengan adanya trigger atau masalah. Trigger bisa berupa knowlage focus
atau problem focus. Jika masalah yang ada menjadi prioritas organisasi, maka baru dibentuklah
tim. Tim terdiri atas dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain yang tertarik dan paham dalam
penelitian. Langkah berikutnya adalah minsintesis bukti-bukti yang ada. Apabila bukti yang kuat
sudah diperoleh, maka segera dilakukan uji coba dan hasilnya harus di evaluasi.
Implikasi EBP bagi perawat
Peran perawat melayani penting dalam memastikan dan menyediakan praktik berbasis fakta.
Mereka harus terus menerus mengajukan pertanyaan, “ apa fakta untuk intervensi ini?” atau “
bagaimana kita memberikan praktek terbaik?” dan “ apakah ini hasil terbaik yang dicapai untuk
pasien, keluarga dan perawat?” perawat juga posisi yang baik dengan anggota tim kesehatan lain
untuk mengidentifikasi masalah klinis dan menggunakan bukti yang ada untuk meningkatkan
praktek. Banyak kesempatan yang ada bagi perawat untuk mempertanyakan praktik keperawatan
saat itu dan penggunaan buktik untuk melakukan perawatan lebih epektif.
Pentingnya EBP
Mengapa EBP penting untuk praktik keperawatan:
1. Memberikan hasil asuhan keperawatan yang lebih baik kepada pasien
2. Memberikan kontribusi perkembangan ilmu keperawatan
3. Menjadikan standar praktek saat ini dan relevan
4. Meningkatkan kepercayaan diri dalam pengambilan keputusan
5. Mendukung kebijakan dan prosedur saat ini dan termasuk menjadi penelitian terbaru
6. Integrasi EBP dan praktik asuhan keperawatan sangat penting untuk meningkatkan kualitas
perawatan pada pasien.
Hambatan untuk menggunakan EBP
Hambatan dari perawat untuk menggunakan penelitian dalam praktek sehari-hari telah dikutif
dalam berbagai penelitian diantaranya (Cliffort & Murray, 2001) antara lain:
1. Kurangnya nilai untuk penelitian dalam praktek
2. Kesulitan alam mengubah praktek
3. Kurangnya dukungan administratif
4. Kurangnya mentor berpengetahuan
5. Kurangannya waktu untuk melakukan penelitian
6. Kurangnya pendidikan tentang proses penelitian
7. Kurangnya kesadaran tentang praktek penelitian atau berbasis bukti
8. Laporan penelitian/ artikel tidak tersedia
9. Kesulitan mengakses laporan penelitian dan artikel
10. Tidak ada waktu dalam bekerja untuk membaca penelitian
11. Kompleksitas laporan penelitian
12. Kurangnya pengetahuan tentang EBP dan kritik dari artikel

P. Konsep Komunikasi SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation).


Menurut rofii, (2013) SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasi informasi
penting yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi terhadap eskalasi yang
efektif dan meningkatkan keselamatan pasien. Sedangkan menurut sukesih. (20150 dalam the 2nd
university reseach coloquim, mengatakan komuniasi yang efektif adalah dengan menggunakan
komunikasi SBAR merupakan komunikasi dengan menggunakan alat yang logis untuk mengatur
informasi yang dapat ditransfer kepada orang lain secara akurat dan efesien teknik SBAR terdiri
sebagai berikut:
Situation: menjelaskan kondisi terkini dan keluhan yang terjadi pada pasien seperti penurunan
tekanan darah, gangguan irama jantung, sesak nafas, dan lainnya
Background: menggali informasi mengenai latar belakang klinis yang menyebabkan terjadinya
timbulnya keluhan klinis, seperti bagaimana riwayat kesehatan dahulu, riwayat
kesehatan sekarang, riwayat alergi obat obatan, hasil pemeriksaan laboraturium,
yang sidah dilakukan, hasil pemeriksaan penunjang dan lainnya.
Assessment : penilaian atau pemeriksaan fisik terhadap suatu kondisi pasien terkini sehingga
perlu diantisipasi agar kondisi pasien tidak memburuk.
Recommendation: merupakan usulan sebagai tindak lanjut, apa yang perlu dilakukan untuk
mengatasi masalah pasien saat ini seperti menghubungi dokter, mengarahkan pasien
untuk melakukan pemeriksaan penunjang, intervensi apa yang sudah dan belum
dilakukan untuk mengatasi masalah pasien
a). kelebihan dokumentasi SBAR
kelebihan dalam komunikasi ini yaitu menyediakan cara yang efektif dalam timbang
terima pasien. Lisbeth Blom et al(2015) dalam penelitian studi kuantitatif komparatif
menyebutkan komunikasi SBAR lebih efesien digunakan karena terdapat isi kalimat yang
terstruktur selsain itu menirut rina safitri (2012) menyebutkan bahwa pelatihan teknik komunikasi
SBAR berpengaruh berpengaruh dalam motivasi dan kepuasan perawat dalam melakukan operan.

b). manfaat dokumentasi SBAR


dapat meningkat keselamatan pasien, Triwibowo (2012) menyebutkan bahwa
keselamatan pasien meningkat dengan adanya handover yang baik, selain itu menurut Siti Nur
Qomariah (2014) pada penelitiannya, menyebutkan terdapat hubungan komunikasi yang baik
antar sejawat, dokter,dapertemen penunjang medis, pasien dengan insiden keselamatan pasien

Anda mungkin juga menyukai