Laporan Manajement Ruai Bab 1&2
Laporan Manajement Ruai Bab 1&2
DI SUSUN OLEH:
Assalamualaikum wr wb. Banyak nikmat yang Allah berikan, tetap sedikit sekali yang
kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat,
rahma, taufik, serta hidayah-NYA yang tiada terkira besarnya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan laporan dengan judul “Laporan Praktik klinik Manajemen Keperawatan
Di ruang ruai RSD Dokter Soedarso Pontianak Kalimantan Barat ”.
Dalam penyusunannya, kami mempeoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena iu
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua yang telah memerikan
dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal
smoga semua ini bisa menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Kami sadar, masih banyak kekurangan dalam penyelesaian laporan ini maka dari itu kami
mohon maaf atas kekurangannya dan dimohon kritik serta saran yang sifatnya membagun demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga apa yang diharapkan dari laporan ini dapat dicapai dengan
sempurna. Amiin.
Penulis
LEMBAR PERSETUJUAN
Hari :
Tanggal :
B. Tujuan
1. Tujuan
a. Tujuan Umum:
1) Untuk mengidentifikasi masalah yang ada dalam memanajemen Ruang Ruai
2) Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap penerapan komunikasi
yang dilakukan
b. Tujuan Khusus:
1) Untuk mengevaluasi saran dan masukan yang diberikan
2) Untuk meningkatkan kualitas mutu pelayaanan di Ruang Ruai
3) Untuk meminimalisir ketidakpuasan pasien
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
b. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga dapat
memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan
c. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan model manajemen keperawatan
yang diaplikasikan di ruang ruai
d. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan penerapan model manajemen
keperawatan di ruang Ruai
e. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dan menyusun rencana strategi (PoA)
f. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model asuhan keperawatan
professional di ruang Instalas
2. Bagi Ruangan
a. Melalui praktek profesi manajemen keperawatan dapat diketahui masalah – masalah yang
ada di ruangan Ruai yang berkaitan dengan pelaksanaan manajemen keperawatan
b. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
c. Terbinanya hubungan yang baik antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim
Kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga pasien
d. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat
3. Bagi Pasien dan Keluarga
a. Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang memuaskan
b. Tingkat kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan tinggi.
D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data di Ruang ruai Soedarso Pontianak, dalam rangka identifikasi masalah
dilakukan dengan metode :
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data kondisi fisik ruangan, proses pelayanan,
inventaris ruangan dan asuhan keperawatan yang langsung dilakukan ke pasien.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan, perawat dan keluarga pasien untuk
mengumpulkan data tentang proses orientasi pasien baru dan pelayanan pasien.
3. Studi dokumentasi
Kegiatan dilakukan untuk pengumpulan data mengenai karakteristik pasien, ketenagaan,
dokumentasi proses keperawatan, managemen ruangan, prosedur tetap ruangan dan
inventaris ruangan.
E. Waktu dan Tempat Praktik
Praktik stase managemen keperawatan ini dilaksanakan di ruang ruai rumah sakit soedarso UPT
Pontianak, selama 13 hari yaitu pada tanggal 18 september 2023 – September 2023.
F. Peserta
Mahasiswa program studi Ners tahap profesi Institut Teknologi dan Kesehatan
Muhammadiyah Kalimantan Barat, yang sedang menjalani tahap profesi manajemen periode 18
September 2023 – 29 September April 2023 di Ruang Ruai RSUD Soedarso Pontianak, dengan jumlah
6 anggota.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Manajemen
Rumah sakit merupakan lembaga pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelayanan
kesehatan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan rawat
darur at (Permenkes No 147 tahun 2010). Rumah sakit adalah suatu instansi dengan peran
utamanya adalah memberikan pelayanan kepada pasien. Rumah sakit bagian dari tatanan
yang memberikan jasa pelayanan kesehatan wajib mengadakan berbagai jenis pelayanan
kesehatan yang berkualitas, lembaga pelayanan kesehatan yang elusif (Kompleks), padat
(Karya pakar modal) (AHA (American Hospital Asosiation) ; Purwanto, & Pradiptha, 2020).
Manajemen keperawatan menggambarkan serangkaian penerapan pelayanan keperawatan
yang dilakukan oleh praktisi keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan, rasa aman
kepada pasien/keluarga serta masyarakat. Pengaruh yang berintegrasi dari sumber
keperawatan dengan mengaplikasikan prosedur manajemen dalam mencapai target
obyektifitas asuahan keperawatan dan pelayanan keperawatan merupakan suatu langkah
manajemen dalam keperawatan. Agar mampu mengaplikasikan manajemen keperawatan
diruang rawat inap dibutuhkan kepala ruangan yang memenuhi standart. Seorang manajer
diahrapkan mampu mengelola pelayanan keperawatan diruang rawat inap dengan
menggunakan pendekatan manajemen keperawatan (Purwanto, & Pradiptha, 2020).
Manajemen didefinisikan sebagai tindakan menanganan atau mengendalikan sesuatu den
gan sukses atau penanganan keterampilan atau penggunaan sesuatu sebagai sumber daya. Ke
dua definisi tersebut menyiratkan bahwa manajemen adalah poses memimpin dan mengarahk
an semua atau sebagian organisasi, seringkali bisnis, melalui penyebaran dan manipulasi sum
ber daya ( Sihombing et al, 2021).
Manajemen berawal dari kata “To manage” yang mempunyai arti mengatur, mengurus, at
au mengelola. Sehingga secara substantive makna manajemen mengandung unsur-unsur keg
iatan yang bersifat pengelolaan. Manajemen berhubungan dengan proses perencanaan, peng
organisasian, kepemimpinan dan pengendalian yang didalamnya terdapat upaya anggota org
anisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi tersebut ( Athoillah, 201
7; Pramana, dkk, 2021).
Manajemen dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang terdiri dari konsep, prinsi
p, fungsi, dan proses. Pengetahuan yang digunakan untuk mencapai tujuan organisasi denga
n pemanfaatan sumber daya yang efektif dan segala usaha manusia yang terkoordinasi. Akhi
rnya, istilah tersebut dapat didefinisikan sebagai: manajemen adalah proses perencanaan, pe
ngorganisasian, penempatan staf, pengarahan, dan pengendalian dari upaya manusia untuk
mencapai tujuan organisasi secara efektif.(Rudani, 2020).
Manajemen keperawatan adalah suatu proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui
upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman
kepada pasien/ keluarga serta masyarakat (Triwibowo, 2013)
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka manejemen keperawatan adalah suatu proses
manajemen yang dilakukan oleh anggota staf keperawatan yang dilakukan dengan
merencanakan, mengorganisasikan danmenggunakan sumber daya manusia secara efektif
dan efisien guna mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan, oleh sebab itu pelayanan
keperawatan mempunyai tujuan yaitu dapat meningkatkan dan mempertahankan kualitas
pelayanan rumah sakit, meningkatkan penerimaan masyarakat akan pelayanan keperawatan,
mendidik perawat agar profesional dan bertanggung jawab, dapat meningkatkan hubungan
dengan pasien atau keluarganya dan masyarakat, meningkatkan kegiatan umum untuk
menciptakan kepuasan pasien, mampu meningkatkan komunikasi antar staf serta mampu
meningkatkan produktifitas dan kualitas kerja staf.
B. Prinsip Manajemen
Prinsip dalam ilmu manajemen menurut Henry Fayol 2013 :
1. Pembagian Kerja (Division of Work)
Prinsip manajemen yang pertama adalah division of work atau pembagian kerja. Pembagian
kerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian sehingga pelaksanaan kerja berjalan
efektif. Artinya penempatan karyawan harus disesuaikan dengan keahlian yang dimiliki, bukan
berdasarkan faktor emosional atau faktor non- teknis lainnya.
2. Wewenang dan Tanggung Jawab (Authority and Responsibility)
Selanjutnya ada prinsip authority and responsibility atau wewenang dan tanggung jawab.
Prinsip ini menjelaskan bahwa tiap karyawan harus memiliki wewenang dan tanggung jawab
yang seimbang. Setiap pekerjaan harus dapat memberikan pertanggungjawaban yang sesuai dan
seimbang dengan wewenang yang dimilikinya.
3. Disiplin (Dicipline)
Disiplin juga menjadi salah satu prinsip manajemen. Sikap disiplin merupakan perasaan taat
dan patuh terhadap pekerjaan yang sudah menjadi tanggung jawabnya. Sikap disiplin ini sangat
penting untuk ditanamkan bagi tiap karyawan agar manajemen perusahaan bisa berjalan dengan
baik dan benar.
4. Kesatuan Perintah (Unity of Command)
Unity of command atau kesatuan perintah menerangkan bahwa dalam melakasanakan
pekerjaan, karyawan harus memperhatikan kesatuan perintah dalam perusahaan.
Karyawan harus tahu kepada siapa ia harus bertanggung jawab sesuai dengan wewenang
yang diperolehnya dalam struktur perusahaan.
5. Kesatuan Pengarahan (Unity of Direction)
Unity of direction atau kesatuan pengarahan berhubugan dengan prinsip pembagian
kerja dan kesatuan perintah. Seorang karyawan harus diarahkan menuju sasarannya
sesuai wewenang yang diberikan. Hal ini karena bisa saja karyawan memiliki dua
perintah yang berlawanan, sehingga harus ada kesatuan pengarahan yang jelas dalam
perusahaan.
6. Mengesampingkan Kepentingan Individu (Subordination of Individual Interest)
Prinsip ini bertujuan untuk mengesampingkan kepentingan individu dan
mendahulukan kepentingan organisasi. Tiap karyawan harus berkomitmen mengabdikan
diri pada perusahaan, sehingga rela untuk mementingkan kepentingan perusahaan
dibanding kepentingan pribadi jika keduanya saling berbenturan.
7. Penggajian (Remuneration)
Selanjutnya juga ada prinsip penggajian pegawai atau remuneration. Pada prinsip ini
menjelaskan bahwa tiap karyawan berhak mendapat gaji atau upah sesuai dengan
pekerjaannya. Sistem penggajian harus diperhitungkan agar menimbulkan kedisiplinan
dan antusiasme kerja dari para karyawan untuk membuat prestasi yang lebih besar.
8. Pemusatan (Centralization)
Prinsip manajemen berikutnya adalah centralization atau pemusatan. Adanya
pemusatan wewenang akan menimbulkan pemusatan tanggung jawab dalam suatu
kegiatan. Pemusatan juga bertujuan untuk menghindari wewenang yang berlawanan satu
sama lain, sehingga wewenang dan tanggung jawab menjadi terpusat.
9. Hierarki (Scalar Chain)
Hierarki atau scalar chain dimaksudkan pada rantai hierarki dari atas menuju ke
bawah. Hierarki dalam perusahaan ditentukan berdasarkan wewenang terbesar sampai
yang terkecil. Adanya hierarki membuat tiap karyawan tahu kepada siapa ia
bertanggungjawab dan kepada siapa ia mendapatkan perintah.
10. Ketertiban (Order)
Prinsip ketertiban atau order bertujuan agar tiap karyawan menjalankan
pekerjaannya dengan tertib dan sistematis. Hal ini juga berkaitan dengan prinsip disiplin.
Dua sikap ini harus dimliki oleh tiap karyawan agar terwujud ekosistem pekerjaan yang
tepat, lancar, dan tenang demi kemajuan perusahaan.
11. Keadilan dan Kejujuran (Equity)
Prinsip equity diartikan sebagai keadilan dan kejujuran atau kesetaraan. Prinsip ini
sangat penting karena berkaitan dengan moral karyawan. Karyawan harus bersikap jujur
dalam memberi laporan dan melaksanakan pekerjaan. Sebaliknya manajer juga harus adil
pada bawahannya. Kesetaraan harus diwujudkan dalam ruang lingkup pekerjaan.
12. Stabilitas Kondisi Karyawan (Stability of Tenure of Personnel)
Stabilitas kondisi karyawan berkaitan dengan kondisi fisik dan mental dari tiap
sumber daya manusia yang terlibat. Manusia merupakan makhluk yang rentan dan rapuh,
serta bisa mendapat guncangan saat bekerja, baik fisik maupun mental. Untuk kondisi
karyawan harus diperhatikan apakah dalam kondisi baik atau tidak.
13. Prakarsa (Initiative)
Berikutnya ada prinsip prakarsa atau initiative. Dalam prinsip ini, karyawan
didorong untuk mengembangkan ide-ide baru yang kreatif dan inovatif sesuai dengan
inisiatif masing-masing. Prakarsa menimbulkan kehendak untuk mewujudkan suatu yang
berguna bagi penyelesaian pekerjaan dengan sebaik-baiknya.
14. Kesatuan dan Semangat (Esprit de Corps)
Prinsip manajemen yang terakhir adalah esprit de corps atau kesatuan dan semangat.
Tiap karyawan dan staff lainnya harus memiliki rasa kesatuan dalam semangat
perjuangan yang sama. Sikap saling memiliki ini tentu akan mendorong relasi baik antar
individu dan berdampak positif bagi kemajuan perusahaan ke depannya.
C. Fungsi Dasar Manajemen
Fungsi manajemen merupakan elemen-elemen dasar yang melekat dalam proses-proses
manajerial. Fungsi manajemen selalu dijadikan acuan bagi seorang manajemen dalam melaks
anakan aktivitas organisasi ( Muhfizar et al, 2021).
Secara umum, fungsi dari manajemen dapat dikatakan sebagai serangkaian kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh manajemen di dalam hal untuk mencapai tujuannya. fungsi dari
manajemen juga dikenal dengan Istilah POAC menurut Muhfizar et al, 2021 yaitu:
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah kegiatan awal yang dilakukan dalam proses manajerial. Perencan
aan sebagai suatu proses penentuan tujuan organisasi yang menyajikan strategi-strategi
beserta taktik dan operasi yang jelas dan diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi
secara keseluruhan (Suandy, 2016 ; Muhfizar, 2021).
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian dapat diartikan sebagai tindakan pengaturan sumber daya manusia
dan sumber daya lainnya, agar secara efektif dan efisien dapat mengeksekusikan perenca
naan yang sudah ditetapkan dalam rencana. Pengorganisasian ini memiliki fungsi pembag
ian tugas secara menyeluruh berdasarkan struktur organisasi.
3. Pengarahan (Actuacting)
Pengarahan adalah suatu tindakan eksekusi terhadap rencana yang telah dituangkan d
alam bentuk plan (dokumen). Eksekusi ini dilakukan setelah fungsi pengorganisasian dip
ersiapkan dengan matang. Kualitas ketercapaian dari tujuan yang tertuang dalam plan, sa
ngat tergantung pada intensitas tindakan dari pengarahan ini.
4. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan adalah fungsi manajemen yang berperan melakukan koreksi selama pros
es manajerial berlangsung, mulai dari planning, organizing hingga actuating. Dengan ada
nya pengawasan ini maka kekeliruan dalam fungsi manajemen dapat dihindari. Disampin
g peran koreksi pengawasan ini juga melakukan evaluasi terhadap kinerja pegawai dan un
tuk kerja atau hasil kerjanya. Fungsi pengawasan ini dapat berjalan efektif dan efisien,jik
a tindakan dibawah ini dilaksanakan routing, scheduling dan dispatching.
D. Proses Manajemen
Proses manajemen terdiri dari POLC (Planning, Organizing, Leading, Controlling). Dalam hal ini
ada dua ide penting dalam definisi:
1. Empat fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian
2. Pencapaian sasaran organisasi dengan cara yang efektif dan efisien. Empat tahap dalam proses
manajemen, yakni:
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan definisi mengenai organisasi di masa depan dan cara mencapai
tujuannya. Perencanaan berarti penentuan sasaran sebagai pedoman kinerja organisasi di
masa depan, ditambah dengan penetapan tugas serta alokasi sumber daya yang diperlukan
untuk mencapai sasaran organisasi. Ketiadaan rencana atau perencanaan yang buruk dapat
menjatuhkan kinerja organisasi. Dalam proses manajemen, rencana jangka panjang untuk
kelangsungan organisasi (usaha) sangat diperlukan. Perkembangan organisasi sangat
bergantung salah satunya oleh perencanaan yang baik dan tepat sasaran untuk organisasi,
tanpa perencanaan, kelangsungan organisasi kedepannya tidak terjamin.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian biasanya mengikuti perencanaan dan mencerminkan organisasi yang
mencoba untuk menyelesaikan rencana itu. Pengorganisasian melibatkan penetapan dan
pengelompokan tugas ke departemen, dan alokasi berbagai sumber daya ke berbagai
departemen. Melalui pengorganisasian diharapkan organisasi bersifat lebih sistematik dan tim
lebih mempunyai tanggung jawab. Hal itu berguna untuk manajemen pribadi menempati
posisi yang seharusnya.
c. Kepemimpinan
Dalam organisasi memberikan kepemimpinan menjadi fungsi manajemen yang
semakin penting. Kepemimpinan (leading) adalah penggunaan pengaruh untuk memotivasi
karyawan agar mencapai sasaran organisasi. Memimpin berarti menciptakan budaya dan nilai
bersama, mengkomunikasikan sasaran kepada karyawan, dan memberikan inspirasi agar
karyawan berprestasi. Memimpin termasuk memotivasi seluruh departemen, divisi, dan juga
orang yang bekerja langsung dengan manajer. Kompetisi internasional, dan keragaman yang
meningkat dalam tenaga kerja, kemampuan untuk membentuk budaya, mengkomunikasikan
sasaran, dan memotivasi karyawan merupakan hal penting bagi kesuksesan bisnis. Selain itu,
anjuran untuk setiap karyawan memiliki tanggung jawab kepimpinan, memecahkan masalah,
dan membantu memotivasi orang lain akan membuat para karyawan merasa dihargai.
Kepemimpinan yang buruk akan menyebabkan pengaruh negatif terhadap sebuah organisasi.
d. Pengendalian
Pengendalian adalah fungsi keempat dalam proses manajemen dan yang terakhir dalam
proses manajemen. Pengendalian (controlling) artinya memantau aktivitas karyawan,
menjaga organisasi agar tetap berjalan ke arah pencapaian sasaran, dan membuat koreksi bila
diperlukan. Para manajer juga harus memastikan bahwa organisasi yang mereka atur bergerak
menuju tujuannya. Pelimpahan wewenang dan kepercayaan terhadap karyawan telah
membuat banyak perusahaan lebih menekankan pada pelatihan karyawan untuk memantau
dan mengoreksi diri sendiri. Terutama para karyawan pada lini depan dilatih dengan
menanamkan nilai inti dan standar kinerja yang diharapkan. Hal ini memungkinkan
perusahaan untuk memberikan kebebasan yang besar tanpa harus membahayakan standar
perusahaan yang tinggi. Namun, para manajer harus menyadari bahwa keberhasilan dalam
sebuah perusahaan atau situasi mungkin tidak sama terhadap yang lainnya.
E. Level Manajemen
Manajer dapat diartikan sebagai salah satu profesi dari suatu perusahaan yang bertugas
menjalankan fungsi dari manajemen dengan cara mengawasi dan mengkoordinasikan
pekerjaan yang dilakukan oleh karyawannya, sehingga dapat mewujudkan tujuan yang
diharapkan. Berikut ini beberapa tingkatan atau jenjang dari seorang manajer, yaitu
diantaranya adalah:
1. First-line, ini merupakan tingkatan yang paling rendah dari kategori manajemen didalam
tingkatan ini, seorang manajer diberikan tugas untuk mengelola suatu pekerjaan yang
dilakukan oleh para pekerja lainnya di luar tingkatan manajerial.
2. Middle-line, ini merupakan tingkatan yang berada ditengah-tengah dan bertugas untuk
mengelola pekerjaan dari first-line manajer dan akan mempertanggung jawab kannya
kepada seorang top manajer.
3. TOP Manajer, ini merupakan tingkatan yang paling tinggi di dalam suatu organisasi
yang memiliki tanggung jawab di dalam pengambilan keputusan terhadap organisasi
yang ia jalankan serta bertugas untuk menyusun rencana dan tujuan yang akan dicapai
oleh suatu perusahaan.
F. Perencanaan Dalam Manajemen Keperawatan
Dalam Hidaya dkk (2020) Perencanaan diawali dengan perumusan tujuan organisasi
yang dijelaskan dalam visi, misi, filosofi dan tujuan sebagai arah kebijakan organisasi.
Sebagai perawat tentu penting untuk memahami tujuan organisasi supaya dapat bersinergi
dalam mencapai cita-cita atau harapan organisasi.
1. Perumusan Visi
Dalam KBBI Visi dapat diartikan pandangan atau wawasan ke depan. Visi dijadikan
dasar dalam membuat perencanaan sehingga disusun secara singkat, jelas, dan mendasar
yang dilengkapi dengan batasan waktu untuk pencapaian.
Contoh visi:
"Menjadi ruang perawatan bedah yang profesional dan unggul dalam tindakan perawatan
luka modern di tahun 2025".
2. Perumusan Misi
Misi merupakan uraian yang berisi pernyataan operasional yang harus ditempuh untuk
mewujudkan visi yang telah ditetapkan (Bakri, 2017). Contoh :
a. Memberikan asuhan keperawatan pasien bedah secara holistik (bio-psiko-sosial dan
spiritual).
b. Melakukan tindakan perawatan luka modern.
c. Menyediakan sarana prasarana untuk menunjang manajemen perawatan luka
modern.
d. Melaksanakan peningkatan mutu berkelanjutan dan pelayanan keperawatan.
e. Melakukan penelitian bedah berdasarkan perkembangan dan trend isu perawatan
bedah
3. Perumusan Filosofi
Menurut Swanburg (1999) dalam Hidaya dkk (2020), filosofi merupakan nilai dan
keyakinan yang menyangkut keyakinan dan praktik keperawatan dalam suatu organisasi.
Contoh :
a. Manusia merupakan makhluk holistik (bio-psiko-sosial dan spiritual)
b. Pasien adalah individu yang unik dan bermartabat
4. Perumusan Tujuan
Perumusan tujuan penting sebagai arah kebijakan organisasi untuk menentukan apa yang
harus dilakukan dan cara untuk mencapainya. Oleh karena itu perumusan tujuan sesuatu
hal yang mutlak dan harus ada dalam organisasi pelayanan keperawatan. Dalam
perumusan tujuan harus memenuhi syarat antara lain :
a. Tujuan harus dapat menjelaskan arah
b. Tujuan harus memungkinkan untuk dicapai
c. Terukur artinya tujuan berisi ketentuan kwantitati
d. Teradapat batasan waktu untuk pencapaian target
e. Pencapaian akhir setiap tujuan dapat diterima semua anggota organisasi
f. Kriteria dibuat untuk melihat seberapa besar tujuan tercapai
g. Setiap tujuan mendukung sasaran organisasi (Gillies, 1994; Hidaya, 2020).
Contoh Rumusan tujuan :
Meningkatkan kualifikasi SDM (perawat) yang handal dan kompeten dalam perawatan bedah
melalui pendidikan dan pelatihan.
Dalam pelaksanaannya, model asuhan keperawatan fungsional juga memiliki kelebihan dan
kekurangan. Nursalam (2016) dan Setiadi (2016) menguraikan kelebihan dan kekurangan
model asuhan keperawatan primer sebagai berikut:
Kelebihan:
a. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang baik
b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
c. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien
diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum berpengalaman
d. Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu singkat dengan
pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik.
e. Mudah memperoleh kepuasan kerja perawat setelah selesai kerja.
Kelemahan:
a. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.
b. Pelayanan keperawatan terpisah pisah, schingga tidak mampu mencrapkan proses
keperawatan.
c. Fokus perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja.
d. Tanggung jawab dan tanggung gugat perawat tidak begitu diperhatikan.
2. Metode Keperawatan Tim
Model keperawatan tim dikembangkan pada tahun 1950-an. Saat itu, metode ini
dikembangkan guna mengurangi masalah sistem asuhan pasien yang timbul akibat
penggunaan model fungsional. Model ini menekankan bahwa perawat bekerja sama
memberikan asuhan keperawatan kepada sekelompok pasien di bawah
arahan/pimpinan seorang perawat profesional (Marquis & Huston, 2010).
Douglas (1992) dalam Sitorus & Panjaitan (2011) mengungkapkan bahwa
metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, dengan seorang
perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada sekelompok pasien melalui upaya kooperation kolaboratif.
Model tim dipimpin oleh perawat profesional yang memiliki pengalaman kerja
dan pengetahuan yang luas dalam bidang keperawatan. Model asuhan tim terdiri dari
ketua tim dan anggota tim (perawat pelaksana). Ruang perawatan bangsal umumnya
menerapkan model tim dengan jumlah dua atau tiga tim, namun hal ini disesuaikan
lagi dengan rasio perawat yang ada di ruang rawat tersebut.
Pelaksanaan model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota um
mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan melaksanakan asuhan keperawatan
sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi. Sedangkan
perawat yang berperan sebagai ketua um bertanggung jawab untuk mengetahui
kondisi dan kebutuhan semua pasien yang ada dalam timnya dan merencanakan
perawatan pasien.
Dalam melaksanakan tugasnya, ketua tim juga mengkaji anggota tim, memberi
arahan perawatan untuk pasien, melakukan pendidikan keschatan serta
mengkoordinasikan aktivitas pasien (Setiadi, 2016)
Dalam pelaksanaannya, model asuhan keperawatan primer juga memiliki kelebihan dan
kekurangan. Suni (2018) menguraikan kelebihan dan kekurangan model asuhan
keperawatan primer sebagai berikut.
Kelebihan:
a. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan untuk pengembangan diri.
b. Memberikan peningkatan otonomi pada pihak perawat, sehingga dapat meningkatkan
motivasi, tanggung jawab, dan tanggung gugat.
c. Pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhi kebutuhannya secara individu.
d. Asuhan keperawatan berfokus pada pasien.
e. Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
f. Meningkatnya hubungan antara perawat dan pasien; metode ini mendukung
pelayanan profesional.
g. Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan, tetapi
harus memiliki kualitas tinggi.
Kelemahan:
a. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
b. Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri, memiliki akuntabilitas dan
kemampuan untuk mengkaji, serta merencanakan asuhan keperawatan untuk pasien.
c. Akuntabilitas yang total dapat membuat jenuh
d. Perlu tenaga cukup banyak dan kemampuan dasar yang sama:
e. Biaya relatif tinggi dibandingkan dengan metode penugasan yang lain
K. Model Supervise
Metode pelaksanaan supervise klinis menurut center of sdition and mental health, 2008 antara
lain:
1. Demonstrasi
Supervisior mengadakan pertemuan dengan perawat yang di supervisi dan mendiskusikan tentang
keterampilan yang harus dipelajari lagi oleh staf perawat. Supervisior bersama perawat yang
disupervisi melakukan wawancara bersama-sama kepasien. Supervisior memberikan kesempatan
pada perawat yang disupervise untuk membandingkan hasil wawancara supervisior.
2. Ko-terapi/ refleksi
Supervisior berada dalam ruangan dengan klien, sedangkan perawat yang di supervise diluar
ruangan mengamati dari luar.
3. Bermain peran
Supervisior dan perawat yang di supervise mengadakan roleplay. Perawat yang disupervise
berperan sebagai pasien sedangkan supervisior sebagai perawat. Dengan melakukan bermain
peran maka perawat yang disupervise akan mendapat gambaran yang jelas tentang cara
melakukan supervise pada klien.
L. Timbang terima
Beberapa istilah itu diantaranya handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross
coverage. Handover adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan oleh
perawat pada pergantian shift jaga. Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari handover
adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggung jawab dan tanggung gugat) selama
perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang tentang pelayanan, klasifikasi
dan konfirmasi tentang pasien. Handoffs juga meliputi mekanisme transfer informasi yang
dilakukan, tanggungjawab utama dan kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke perawat
yang akan melanjutkan perawatan.
M. Manajemen Konflik
Interaksi yang terjadi dalam ruang perawatan mempunyai kemungkinan terjadinya konflik.
Konfflik dapat terjadi antara individu dan individu, individu dengan kelompok, atau juga kelompok
dengan kelompok. Abidin (2015), menyatakan kegiatan-kegiatan yang ada di fungsi pengarahan ,
yaitu delegasi, supervisi, motivasi, manajemen konflik serta komunikasi dan kolaborasi.
1. Delegasi
Pendelegasian kegiatan melakukan pekerjaan melalui orang lain yang bertujuan agar aktivitas
organisasi tetap berjalan sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Bentuk delegasi diruang perawatan
antara lain kepala ruang mendelegasikan tugas kepada ketua tim/perawat primer atau penanggung
jawab shift. Sedangkan, ketua tim/perawat primer mendelegasikan tugas kepada perawat
pelaksana agar kegiatan pendelegasian dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diinginkan,
harus dilakukan komunikasi dengan baik, baik secara lisan maupun tulisan antara person yang
memberikan delegasi dan person yang diberikan delegasi. Kesumanjaya (2010), menyatakan
beberapa teknik khusus untuk membantu manajer melakukan delegasi dengan efektif yaitu
tetapkan tujuan, tegaskan tanggung jawab dan wewenang, berikan motivasi kepada bawahan,
manajer dapat memberikan dorongan bawahan melalui perhatian pada kebutuhan dan tujuan
mereka yang sensitif, meminta penyelesaian kerja, berikan latihan, adakan pengawasan yang
memadai.
2. Supervisi
Asmuji (2014), menyatakan supervisi merupakan bentuk komunikasi yang bertujuan untuk
memastikan kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan dengan cara melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. Supervisi dilakukan untuk memastikan
kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Supervisi keperawatan,
fokus utamanya bukan pada kegiatan pemeriksaan yang mencari-cari kesalahan, melainkan pada
kegiatan supervisi ini lebih mengarah pada pengawasan partisipatif. Kegiatan supervisi
keperawatan memungkinkan terjadinya pemberian penghargaan, diskusi dan juga bimbingan
yang bertujuan untuk mencari jalan keluar jika terjadi kesulitan dalam tindakan keperawatan.
3. Motivasi
Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi
merupakan konsep yang menggambarkan kondisi ekstrinsik yang merangsang perilaku tertentu
dan respons intrinsik yang menampakkan perilaku manusia. Motivasi merupakan proses
psikologis yang meningkatkan dan mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan. Motivasi
sebagai proses yang ikut menentukan intensitas, arah dan ketekunan individu dalam usaha
mencapai sasaran. Motivasi suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu
dan memberi arah serta ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Disimpulkan motivasi
suatu dorongan proses psikologis yang menimbulkan perilaku tertentu dan ikut menentukan
intensitas, arah, ketekunan dan ketahanan pada perilaku tersebut sesuai tujuan yang ditetapkan.
4. Manajemen konflik
Konflik merupakan proses yang bermula ketika satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah
memengaruhi secara negatif atau akan segera memengaruhi secara negatif. Konflik merupakan
masalah internal dan eksternal yang terjadi sebagai akibat perbedaan pendapat, nilai-nilai atau
keyakinan dua orang atau lebih. Konflik merupakan segala macam interaksi pertentangan atau
antagonistik antara dua pihak atau lebih. Disimpulkan konflik merupakan proses yang bermula
ketika interaksi pihak satu dengan yang lain memunculkan masalah internal maupun eksternal
sebagai akibat perbedaan pendapat, nilai - nilai atau keyakinan-keyakinan.
5. Komunikasi dalam kolaborasi
Marwansyah (2010), menyatakan komunikasi merupakan pertukaran pesan antar manusia dengan
tujuan pemahaman yang sama. Asmuji (2014), menyatakan komunikasi merupakan unsur penting
dalam menggerakkan atau mengarahkan bawahan. Amin (2008), menyatakan komunikasi
merupakan hubungan kontak antar manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan
sehari-hari disadari atau tidak komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia itu sendiri.
Manusia sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Suprapto (2011),
menyatakan komunikasi suatu proses interaksi yang mempunyai arti antara sesama manusia.
Disimpulkan komunikasi merupakan kegiatan interaksi yang dilakukan dari satu orang ke orang
lain untuk menciptakan persamaan makna dan mencapai satu tujuan yang sama. (Gitosudarmo &
Mulyono 1997 dalam Hatta, 2008), menyatakan kepala ruangan sebagai koordinator kegiatan
perlu menciptakan kerjasama yang selaras satu sama lain dan saling menunjang untuk
menciptakan suasana kerja yang menyenangkan.
N. Penjamin Mutu Asuhan Keperawatan
Peningkatan mutu pelayanan adalah derajat memberikan pelayanan secara efisien dan efektif
sesuai standar profesi, standar pelayanan yang dilaksanakan secara menyeluruh sesuai dengan
kebutuhan pasien, memanfaatkan teknologi tepat guna dan hasil penelitian dalam pengembangan
pelayanan kesehatan/keperawatan sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal. Persepsi tentang
mutu suatu organisasi pelayanan sangat berbeda-beda karena sangat bersifat subjektif, disamping itu
selera dan harapan pengguna pelayanan kesehatan selalu berubah-ubah.
Menurut Azwar (2006) kualitas pelayanan kesehatan adalah yang menunjukkan tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Makin
sempurna kepuasan tersebut makin baik pula kualitas pelayanan kesehatan.
2. Model IOWA
Model IOWA diawali dengan adanya trigger atau masalah. Trigger bisa berupa knowlage focus
atau problem focus. Jika masalah yang ada menjadi prioritas organisasi, maka baru dibentuklah
tim. Tim terdiri atas dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain yang tertarik dan paham dalam
penelitian. Langkah berikutnya adalah minsintesis bukti-bukti yang ada. Apabila bukti yang kuat
sudah diperoleh, maka segera dilakukan uji coba dan hasilnya harus di evaluasi.
Implikasi EBP bagi perawat
Peran perawat melayani penting dalam memastikan dan menyediakan praktik berbasis fakta.
Mereka harus terus menerus mengajukan pertanyaan, “ apa fakta untuk intervensi ini?” atau “
bagaimana kita memberikan praktek terbaik?” dan “ apakah ini hasil terbaik yang dicapai untuk
pasien, keluarga dan perawat?” perawat juga posisi yang baik dengan anggota tim kesehatan lain
untuk mengidentifikasi masalah klinis dan menggunakan bukti yang ada untuk meningkatkan
praktek. Banyak kesempatan yang ada bagi perawat untuk mempertanyakan praktik keperawatan
saat itu dan penggunaan buktik untuk melakukan perawatan lebih epektif.
Pentingnya EBP
Mengapa EBP penting untuk praktik keperawatan:
1. Memberikan hasil asuhan keperawatan yang lebih baik kepada pasien
2. Memberikan kontribusi perkembangan ilmu keperawatan
3. Menjadikan standar praktek saat ini dan relevan
4. Meningkatkan kepercayaan diri dalam pengambilan keputusan
5. Mendukung kebijakan dan prosedur saat ini dan termasuk menjadi penelitian terbaru
6. Integrasi EBP dan praktik asuhan keperawatan sangat penting untuk meningkatkan kualitas
perawatan pada pasien.
Hambatan untuk menggunakan EBP
Hambatan dari perawat untuk menggunakan penelitian dalam praktek sehari-hari telah dikutif
dalam berbagai penelitian diantaranya (Cliffort & Murray, 2001) antara lain:
1. Kurangnya nilai untuk penelitian dalam praktek
2. Kesulitan alam mengubah praktek
3. Kurangnya dukungan administratif
4. Kurangnya mentor berpengetahuan
5. Kurangannya waktu untuk melakukan penelitian
6. Kurangnya pendidikan tentang proses penelitian
7. Kurangnya kesadaran tentang praktek penelitian atau berbasis bukti
8. Laporan penelitian/ artikel tidak tersedia
9. Kesulitan mengakses laporan penelitian dan artikel
10. Tidak ada waktu dalam bekerja untuk membaca penelitian
11. Kompleksitas laporan penelitian
12. Kurangnya pengetahuan tentang EBP dan kritik dari artikel