Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN

HIDROSEFALUS

Disusun Oleh :

PRODI NERS REGULER B


INSTITUTE TEKNOLOGI KESEHATAN MUHAMMADIYAH
KALIMANTAN BARAT
2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................3
D. Manfaat Penulisan...................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI..........................................................................................5
A. Konsep Hidrosefalus...............................................................................5
B. Konsep Asuhan Keperawatan................................................................14
BAB III LAPORAN KASUS......................................................................................19
A. Pengkajian Keperawatan.......................................................................19
B. Diagnosa Keperawatan..........................................................................27
C. Intervensi Keperawatan.........................................................................27
D. Implementasi Keperawatan...................................................................29
E. Evaluasi Keperawatan...........................................................................29
BAB IV ANALISIS INTERVENSI BERDASARKAN EVIDENCE BASE
PRACTICE........................................................................................................34
BAB V PENUTUP........................................................................................................36
A. Kesimpulan............................................................................................36
B. Saran......................................................................................................36
Daftar Pustaka

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidrosefalus dapat memicu masalah serebral, kehilangan keterampilan
mental dan fisik sehingga pasien anak dengan hidrocephalia melakukan
kegiatan sehari-hari di tempat tidur. (Mendri & Prayogi, 2018). Hidrosefalus
adalah masalah pikiran obsesif yang mengakibatkan peningkatan cairan
serebrospinal dan peningkatan ketegangan intrakranial, menyebabkan
pembesaran ventrikel. Pembesaran ventrikel ini disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara pembentukan dan retensi cairan serebrospinal.
Hidrosefalus adalah tambahan sepanjang waktu, karena penyakit atau
kerusakan pikiran. Adanya kelainan tersebut membuat kepala menjadi besar
dan terjadi pemanjangan pada jahitan dan ubun-ubun.
Hidrosefalus yang terjadi dalam waktu beberapa hari dapat digolongkan
sebagai hidrosefalus berat yang terjadi dalam beberapa bulan atau cukup lama
dapat dikategorikan sebagai hidrosefalus permanen. Jumlah penderita
hidrosefalus di dunia sangat tinggi, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian
WHO untuk kawasan ASEAN jumlah penderita hidrosefalus di beberapa
negara adalah sebagai berikut, di Singapura pada anak usia 0-9 tahun: 0,5%,
Malaysia: anak-anak 5-12 tahun 15%, India: anak - anak 2-4 tahun 4%.
Prevalensi hidrosefalus di Belanda menunjukkan angka 0,65 per mil per
tahun dan di Indonesia mencapai angka 10 per mil (Satyanegara, 2014).
Negara berkembang memiliki kasus 10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
negara maju. Insiden kejadian hidrosefalus di Amerika Serikat adalah 3 dari
1000 kelahiran. Berdasarkan data yang diambil dari Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2018 sebanyak 20 bayi yang baru lahir terdiagnosa
menderita hidrosefalus dari setiap 10.000 kelahiran di Indonesia (Ageng,
2017).
Hidrosefalus merupakan kondisi patologis otak yang di picu masalah
aliran cairan di dalam otak (cairan serebrospinal) atau akumulasi cairan
serebrospinal dalam ventrikel serebral, ruang subarachnoid, atau ruang

1
2

subdural. Masalah ini mengakibatkan cairan semakin bertambah banyak yang


seterusnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya saraf pusat
yang vital. Kasus ini menjadi salah satu masalah yang sering ditemukan di
ranah bedah saraf, yaitu sekitar 40% hingga 50%. Prosedur tindakan
keperawatan yang diberikan pada anak dengan pasca operasi kepala
memerlukan perawatan yang intensive. (Satyanegara, 2014).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada An. R dengan diagnosa Hidrosefalus?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umun
Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk
mengetahui berbagai hal yang berhubungan dengan hidrosefalus dan
dapat melakukan asuhan pada kasus hidrosefalus.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian dari Hidrosefalus
b. Mengetahui etiologi Hidrosefalus
c. Mengetahui manifestasi klinis Hidrosefalus
d. Mengetahui pemeriksaan diagnostik Hiderosefalus
e. Mengetahui penataksanaan Hidrosefalus
f. Mengetahui asuhan keperawatan Hidrosefalus
D. Manfaat penulisan
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan
pengalaman tentang pemberian “asuhan
keperawatan pada bayi dengan
hidroseflaus”
2. Bagi Lahan Praktik
Sebagai masukan bagi perawat
pelaksana di unit pelayanan
keperawatan anak khususnya di Ruang
Anak dalam rangka mengambil
3

kebijakan untuk mutu pelayanan


kesehatan khususnya pada klien yang
mengalami masalah hidrosefalus.

3. Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai metode penilaian pada
mahasiswa dalam melaksanakan tugas
penyusunan laporan kasus,
membimbing dan mendidik mahasiswa
agar lebih terampil dalam memberikan
“asuhan keperawatan pada bayi dengan
hidrosefalus” serta sebagai masukan
dan sumber bacaan dan referensi untuk
memperluas wawasan mahasiswa
keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Hidrosefalus
1. Definisi
Hidrosefalus (kepala-air, istilah
yang berasal dari bahasa Yunani:
"hydro" yang berarti air dan "cephalus"
yang berarti kepala; sehingga kondisi
ini sering dikenal dengan "kepala air")
adalah penyakit yang terjadi akibat
gangguan aliran cairan di dalam otak
(cairan serebro spinal atau CSS).
Gangguan itu menyebabkan cairan
tersebut bertambah banyak yang
selanjutnya akan menekan jaringan otak
di sekitarnya, khususnya pusat-pusat
saraf yang vital (Suanarti, 2020).
Hidrosefalus merupakan suatu
masalah patologis otak yang
mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinalis, yang disebabkan baik
oleh produksi yang berlebihan maupun
gangguan absorpsi, dengan atau pernah
disertai tekanan intrakanial yang
meninggi (Suanarti, 2020).
Hidrocefalus adalah dimana
kondisi cairan di otak tidak dapat
mengalir secara normal sehingga dapat
menyebabkan menumpuknya cairan di
dalam otak (Kemenkes RI, 2019).

4
Hidrosefalus selalu bersifat sekunder,
sebagai akibat penyakit atau kerusakan
otak. Adanya kelainan-kelainan
tersebut menyebabkan kepala menjadi
besar serta terjadi pelebaran sutura-
sutura dan ubun-ubun (Dermawaty &
Oktaria, 2017).
Hidrocefalus adalah dimana
kondisi cairan di otak tidak dapat
mengalir secara normal sehingga dapat
menyebabkan menumpuknya cairan di
dalam otak sehingga perlu dilakukan
tindakan yang diebut VP shunt
(Kemenkes RI, 2019)

5
6

2. Etiologi
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan
serebrospinal (CSS) pada salah satu tempat antara tempat pembentukan
CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang
subaraknoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS
diatasnya. Teoritis pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan
kecepatan absorbsi yang abnormal akan menyebabkan terjadinya
hidrosefalus (Dermawaty & Oktaria, 2017). Namun dalam klinik sangat
jarang terjadi.
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi,
anak serta orang dewasa yaitu :
a. Kelainan Bawaan (Kongenital)
Hidrosefalus kongenital lebih sering tidak diketahui penyebabnya.
Hidrosefalus congenital ada yang bersifat terkait kromosom X (X-
linked hydrocephalus) sehingga hanya terjadi pada bayi laki-laki,
dengan kelainan anatomi yaitu stenosis aquaduktus. Ini adalah
kelainan yang sangat jarang terjadi, kurang dari 2% dari semua kasus
hidrosefalus congenital. Kelainan kromoson lain yang salah satu
manifestasi klinisnya hidrosefalus adalah trisomi dengan insidens
sekitar 4%.
b. Stenosis akuaduktus Sylvii
Stenosis akuaduktus Sylvii merupakan penyebab terbanyak pada
hidrosefalus bayi dan anak (60-90%). Aqueduktus dapat merupakan
saluran yang buntu sama sekali atau abnormal, yaitu lebih sempit
dari biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat sejak lahir atau
progresif dengan cepat pada bulan - bulan pertama setelah kelahiran.
c. Spina bifida dan kranium bifida
Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya yang berhubungan dengan
sindrom Arnould- Jhiari akibat tertariknya medulla spinalis dengan
medulla oblongata dan cerebellum letaknya lebih rendah dan
menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian
7

atau total.
d. Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital Luscha dan Magendie yang
menyebabkan hidrosefalus obtruktif dengan pelebaran system
ventrikel terutama ventrikel IV, yang dapat sedemikian besarnya
sehingga merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa posterior.
e. Kista araknoid dan anomali pembuluh darah
Dapat terjadi congenital tapi dapat juga timbul akibat trauma
sekunder suatu hematoma.
f. Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat
menyebabkan fibrosisleptomeningen terutama pada daerah basal
otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah
itu sendiri (Suanarti, 2020).
3. Manifestasi Klinik
Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada awitan dan
derajat ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS. Gejala-
gejala yang menonjol merupakan refleksi adanya hipertensi intrakranial.
Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada anak dikelompokkan menjadi
dua golongan, yaitu:
a. Hidrosefalus terjadi pada masa neonatus
Meliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrosefalus
kongenital dan pada masa bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya
adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan ukuran lingkar kepala terbesar
adalah selama tahun pertama kehidupan. Kranium terdistensi dalam
semua arah, tetapi terutama pada daerah frontal. Tampak dorsum
nasi lebih besar dari biasa. Fontanella terbuka dan tegang, sutura
masih terbuka bebas. Tulang- tulang kepala menjadi sangat tipis.
Vena-vena di sisi samping kepala tampak melebar dan berkelok.
1) Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3
tahun.
8

2) Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela


menjadi tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
3) Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial antara lain:
muntah, gelisah, menangis dengan suara ringgi, peningkatan
sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan
pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil, lethargi-stupor.
4) Peningkatan tonus otot ekstrimitas.
5) Dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh-pembuluh
darah terlihat jelas.
6) Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat seolah -
olah di atas Iris
7) Bayi tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”
8) Strabismus, nystagmus, atropi optic.
9) Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.
b. Hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak-kanak.
Pembesaran kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai
manifestasi hipertensi intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas.
Dapat disertai keluhan penglihatan ganda (diplopia) dan jarang
diikuti penurunan visus. Secara umum gejala yang paling umum
terjadi pada pasien-pasien hidrosefalus di bawah usia dua tahun
adalah pembesaran abnormal yang progresif dari ukuran kepala.
Makrokrania mengesankan sebagai salah satu tanda bila ukuran
lingkar kepala lebih besar dari dua deviasi standar di atas ukuran
normal. Makrokrania biasanya disertai empat gejala hipertensi
intrakranial lainnya yaitu:
1) Fontanel anterior yang sangat tegang.
2) Sutura kranium tampak atau teraba melebar.
3) Kulit kepala licin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial
menonjol.
4) Fenomena “matahari tenggelam‟ (sunset phenomenon).
Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih
9

besar dibandingkan dengan bayi. Gejalanya mencakup: nyeri kepala,


muntah, gangguan kesadaran, gangguan okulomotor, dan pada kasus
yang telah lanjut ada gejala gangguan batang otak akibat herniasi
tonsiler (bradikardia, aritmia respirasi). Kepala bisa berukuran
normal dengan fontanela anterior menonjol, lama kelamaan menjadi
besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik oleh
peningkatan dimensi ventrikel lateral dan anterior-posterior diatas
proporsi ukuran wajah dan bandan bayi. Ventirkulogram
menunjukkan pembesaran pada sistim ventrikel. CT scan dapat
menggambarkan sistim ventrikuler dengan penebalan jaringan dan
adanya massa pada ruangan Occuptional. Pada bayi terlihat lemah
dan diam tanpa aktivitas normal. Proses ini pada tipe communicating
dapat tertahan secara spontan atau dapat terus dengan menyebabkan
atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian,
jika anak hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik
(Subagio et al., 2019).
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui:
1) Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala,
adanya pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial kronik berupa imopressio digitate dan erosi
prosessus klionidalis posterior.
2) Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah
menutup maka dari foto rontgen kepala diharapkan adanya
gambaran kenaikan tekanan intrakranial.
b. Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka,
pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah
pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai lampu
senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus,
10

lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
c. Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan
lingkar kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart
(jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu.
Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini
disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan
suturan secara fungsional. Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum
penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura tidak akan
terjadi secara menyeluruh.
d. Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras
lainnya dengan alat tertentu menembus melalui fontanela anterior
langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung
difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang
melebar.
e. Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan
USG diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar.
Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita
hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan
keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak
dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti
halnya pada pemeriksaan CT Scan.
f. CT Scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya
pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di
atas ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar.
Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan
densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.
Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan
11

dilatasi ringan darisemua sistem ventrikel termasuk ruang


subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
g. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis
dengan menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk
membuat bayangan struktur tubuh (Dermawaty & Oktaria, 2017).
5. Penatalaksanaan
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live
sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang
dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan
menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan
hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
a. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus
koroidalis dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan
obat azetasolamid (diamox) yang menghambat pembentukan cairan
serebrospinal.
b. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi cairan serebrospinal
dengan tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan
subarachnoid
c. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial,
yakni:
1) Drainase ventrikule-peritoneal
2) Drainase Lombo-Peritoneal
3) Drainase ventrikulo-Pleural
4) Drainase ventrikule-Uretrostomi
5) Drainase ke dalam anterium mastoid
6) Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase
dilakukan setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius
total. Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan dilakukan
pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang
pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di
12

daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan,


antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan
selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari
luar.
7) Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt
atau pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus.
Ada 2 macam terapi pintas / “shunting“:
a) Eksternal CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan
bersifat hanya sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang
berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan normal.
b) Internal CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota
tubuh lain :
- Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna
(Thor-Kjeldsen)
- Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis
superior
- Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus.
- Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
- Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga
peritoneum.
c) “Lumbo Peritoneal Shunt”
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga
peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum
Touhy secara perkutan
13
14

6. Pathway
15

B. Konsep Asuhan Keperawatan Hidrosefalus


1. Pengkajian
a. Riwayat penyakit / keluhan utama: Muntah, gelisah nyeri kepala,
lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi
penglihatan perifer.
b. Riwayat Perkembangan Kelahiran: prematur. Lahir dengan
pertolongan, pada waktu lahirmenangis keras atau tidak.
c. Kekejangan: Mulut dan perubahan tingkah laku. Apakah pernah
terjatuh dengan kepalaterbentur. Keluhan sakit perut.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi :
- Anak dapat melihat keatas atau tidak.
- Pembesaran kepala
- Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat
jelas.
2) Palpasi :
- Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar
- Fontanela: Keterlamabatan penutupan fontanela anterior
sehingga fontanela tegang, keras dan sedikit tinggi dari
permukaan tengkorak.
3) Pemeriksaan Mata
- Akomodasi.
- Gerakan bola mata
- Luas lapang pandang
- Didapatkan hasil: alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa
melihat keatas. -Stabismus, nystaqmus, atropi optic.
4) Observasi Tanda-Tanda Vital
Didapatkan data – data sebagai berikut:
- Peningkatan sistole tekanan darah.
- Penurunan nadi / Bradicardia.
- Peningkatan frekwensi pernapasan.
16

2. Diagnosa dan Perencanaan


No Diagnosa Luaran Intervensi
1. Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238).
Agen Pencedera intevensi keperawatan Observasi
Fisiologis selama 2x24 jam maka - Identifikasi lokasi, karakteristik,
(D.0077) Tingkat nyeri menurun durasi, frekuensi, kualitas,
(L.08066) dengan kriteria intensitas nyeri
hasil : - Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri - Idenfitikasi respon nyeri non
menurun verbal
- Identifikasi faktor yang
2. Meringis menurun
memperberat dan memperingan
3. Sikap protektif
nyeri
menurun
- Monitor efek samping
4. Gelisah menurun
penggunaan analgetik
5. Kesulitan tidur Terapeutik
menurun - Kontrol lingkungan yang
6. Frekuensi nadi memperberat rasa nyeri (mis:
membaik suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
17

2 Penurunan Setelah dilakukan Manajemen Peningkatan Tekanan


Kapasitas intervensi keperawatan Intrakranial (I.06194)
Adaptif selama 3 x 24 jam, Observasi
Intrakranial maka kapasitas adaptif - Identifikasi penyebab
b.d obstruksi intrakranial meningkat, peningkatan TIK (misalnya: lesi,
aliran cairan dengan kriteria hasil: gangguan metabolism, edema
cerebrospinal - Tingkat kesadaran serebral)
((D.0066) meningkat - Monitor tanda/gejala
- Sakit kepala peningkatan TIK (misalnya:
menurun tekanan darah meningkat,
- Bradikaria menurun tekanan nadi melebar,
- Tekanan darah bradikardia, pola napas ireguler,
membaik kesadaran menurun)
- Tekanan nadi - Monitor MAP (mean arterial
membaik pressure)
- Pola napas - Monitor CVP (central venous
membaik pressure)
- Respon pupil - Monitor PAWP, jika perlu
membaik - Monitor PAP, jika perlu
- Refleks neurologis - Monitor ICP (intra cranial
membaik pressure)
- Monitor gelombang ICP
- Monitor status pernapasan
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor cairan serebro-spinalis
(mis. Warna, konsistensi)
Terapeutik
- Minimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang
tenang
- Berikan posisi semi fowler
- Hindari manuver valsava
- Cegah terjadinya kejang
- Hindari penggunaan PEEP
- Hindari pemberian cairan IV
hipotonik
- Atur ventilator agar PaCO2
optimal
- Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian sedasi
dan antikonvulsan, jika perlu
- Kolaborasi pemberian diuretik
osmosis, jika perlu
18

3 Neusea b.d Setelah di berikan Manejemen Mual


peningkatan asuhan keperawatan ( I.03117)
tekanan selama 3x24 jam Observasi
intrakranial diharapkan tingkat - Identifikasi pengalaman
( D.0076 ) nausea menurun mual
dengan kriteria hasil : - Identifikasi syarat non
- Nafsu makan verbal ketidaknyamanan
meningkat ( mis bayi, anak- anak, dan
- Keluhan mual mereka yang tidak dapat
menurun berkomnikasi secara
- Perasaan ingin efektif )
muntah menurun - Identifkasi dampak mual
- Jumlah saliva terhadap kualitas hidup
menurun ( mis nafsu makan, aktivitas
- Pucat membaik kinerja, peran, dan tidur)
- Identifikasi factor penyebab
mual ( mis pengobatan dan
prosedur)
- Identifikasi antiemetic untuk
mencegah mual
- Monitor mual ( frekuesi,
durasi, tingkat keparahan )
- Monitor asupan nutrisi dan
kalori
Teraupetik
- Kendalikan faktor
lingkungan penyebab mual
(bau tak sedap, suara, dan
rangsangan visual yang
tidak menyenangkan)
- Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab mual
( mis, kecemasan, ketakutan,
kelelahan)
- Berikan makanan dalam
jumlah kecil dan menarik
- Berikan makanan dingin,
cairan bening, tidak berbau
dan tidak berwarna, jika
perlu
Edukasi
- Anjurkan istirahat dan tidur
yang cukup
19

- Anjurkan sering
membersihkan
mulut,kecuali jika
merangsang mual
- Anjurkan makanan tinggi
karbohidrat dan rendah
lemak
- Ajarkan taknik non
farmakologis untuk
mengatasi mual ( mis
biofeedback, hipnotis
relaksasi, terapi music,
akupresur)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
antiemetikm jika perlu
BAB III
LAPORAN KASUS

A. PENGKAJIAN

I. IDENTITAS KLIEN :
Nama : An. R
Nama Panggilan : An. R
Tgl.Lahir/Umur : 02 Agustus 2022
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Katolik
Bahasa : belum bisa bicara
Pendidikan : belum sekolah
Alamat : Dsn. Borang kunyit, Ds. Kambong Kec. Kapuas Kab. Sanggau
Telpon : 085346894007
Nama Ayah : Tn. R
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SD
Agama : Katolik
Nama Ibu : Ny. S
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SD
Agama : Katolik

II. RIWAYAT KLIEN


Tgl. Masuk : 20 Februari 2023
Tgl. Pengambilan data : 20 Februari 2023
Diagnosa Medis Waktu Masuk : Hydrosefalus Kongenital
Cara Masuk : IGD
Masuk ditemani oleh : perawat dan orangtua
Kiriman dari : RSUD Sanggau
Keadaan Waktu Masuk :
- Kesadaran : Compus Mentis
- Vital sign : TD : -
N : 129 x/menit
S : 38,6°C
RR : 29 x/menit
Keluhan yang dirasakan sekarang : Keluarga klien mengatakan kelapa anaknya
tampak membesar, Demam ± 2 hari yang
lalu, muntah. Makan anaknya berkurang dari
sebelumnya
Alergi : Keluarga mengatakan anaknya tidak ada alergi
Alat Bantu yang dipakai : klien masuk keruangan perawatan anak
menggunakan brangkar.
21

Apakah pernah sakit sebelum ini? : Keluarga Klien mengatakan tidak pernah sakit
sebelumnya hingga dirawat, hanya demam,
batuk, pilek dan minum obat dirumah. Orangtua
mengatakan kepala anaknya membesar baru
terlihat sekitar umur 5 bulan dan anaknya lahir
spontan dalam keadaan normal.
III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN
- Prenatal : Ibu dengan G1P0A0, lama kehamilan 39 minggu, ibu klien
mangatakan bahwa saat hamil, ibu klien jarang memeriksakan kehamilannya ke
bidan, ibu kilen mendapatkan imunisasi TT sebanyak 1 kali. Pada saat usia
kehamilan 0-4 bulan, ibu klien sering mual tapi tidak disertai muntah, nafsu
makan menurun. Tapi ibu klien tidak berobat ke fasilitas kesehatan.
- Natal : Ibu mengatakan melahirkan Normal di rumah dan di bantu oleh Bidan
Desa pada tanggal 2 Agustus 2022 dengan Berat Badan Lahir 2800 gram, PL :
47 cm dengan lahir spontan dan segera menangis.
- Post Natal : Ibu mengatakan setelah bayi lahir, tidak lama plasenta keluar, tidak
ada perdarahan setelah persalinan

IV. RIWAYAT IMUNISASI


Ibu Klien mengatakan pada saat lahir anaknya sudah di suntik imunisasi dan sampai
sekarang sudah mendapatkan 2x imunisasi yaitu BCG dan polio ( 1 bulan ) dan DPT
combo.

V. RIWAYAT KELUARGA

No Nama Umur Jenis Kelamin Keterangan


Sakit/Sehat
1 Tn. R 23 Tahun Laki-laki Sehat
2 Ny. S 15 Tahun Perempuan Sehat
3 An. R 6 bulan Laki-laki Sakit
22

Genogram Keluarga:

8,8 Th

Keterangan:

8,8 Th

Ket: Genogram minimal 3 generasi

VI. KEBUTUHAN KOMUNIKASI & EDUKASI


- Edukasi diberikan kepada : Orang Tua dan keluarga ( kakek dan nenek )
- Bicara : Normal ( orangtua )
- Bahasa Sehari-hari : Indonesia pasif dan Bahasa Daerah
- Perlu penterjemah : Tidak
- Bahasa Isyarat : Tidak
- Edukasi : Tidak ditemukan hambatan
- Cara edukasi yang disukai : Mendengar

VII. RIWAYAT KESEHATAN ANAK


a. Riwayat Perkembangan
1. Kognitif : Anak terlihat bisa merespon jika dipanggil atau
mendengar suara
2. Motorik Kasar : Anak belum bisa duduk dan merangkak, untuk anak
usia ± 6 bulan normalnya sudah bisa merangkak dan tengkurap
3. Motorik halus : Anak bisa memegang jari tangan kita dan benda-benda
kecil serta bisa menggerakkan kaki seperti menendang
4. Personal sosial : Anak tampak tersenyum jika di ajak bicara
5. Bahasa : Anak belum bisa bicara
23

b. Riwayat Keluarga/Sosial
1. Yang mengasuh : Kedua orang tua
2. Hubungan dengan anggota keluaga : Baik
3. Hubungan dengan teman sebaya :-
4. Sibling rivalry :-
c. Reaksi Hospitalisasi
Kondisi emosional/psikis anak dan orang tua
- Orang tua klien merasakan khawatir dan cemas keadaan anaknya saat ini.
- Anak tampak rewel
Emosional
- Orang tua klien mengatakan bahwa dirinya merasa cemas dengan keadaan
anaknya karena anaknya baru pertama kali sakit dan di rawat di Rumah
Sakit.
Proses adaptasi
- Ibu pasien mengatakan anaknya sering terbangun disaat tidur kemudian
menangis
VIII. KEBUTUHAN DASAR
1. Oksigenasi
- Klien tampak tidak sesak, Respirasi Rate Klien 30 kali / menit
- Klien tidak terpasang oksigen
2. Sirkulasi
- Sirkulasi udara ruang baik
- Ruangan terpasang AC
3. Makanan, cairan dan elektrolit
Sebelum MRS :
- Ibu klien mengatakan makan anaknya baik,yaitu minum susu jika haus dan
lapar
Setelah MRS :
- Ibu mengatakan minum susu berkurang
- Ibu pasien mengatakan anaknya kadang mual.
4. Keamanan/mobilisasi
- Ibu klien mengatakan sesekali klien di ajak ibunya untuk duduk – duduk di
kursi luar ruangan agar tidak jenuh
5. Kebersihan diri dan kulit
- Ibu klien mengatakan klien di bersihkan badannya 2 kali sehari, di sapu
menggunakan handuk yang dibasahkan dengan air hangat
- Kulit klien tampak bersih, segar dan hangat
- Bibir klien tampak kering
6. Kenyamanan
- Ibu pasien mengatakan anaknya sering terbangun disaat tidur kemudian
menangis
- Ibu mengatakan kadang anak nya tampak gelisah
7. Istrirahat/tidur
Sebelum MRS :
- Ibu klien menagatakan klien tidur teratur, malam hari tidur 6-8 jam dan
siang hari tidur 1-2 jam
24

Setelah MRS :
- Ibu pasien mengatakan anaknya sering terbangun disaat tidur kemudian
menangis
8. Eliminasi
- Ibu klien mengatakan klin BAB 1 -2 kali sehari dan BAK 2-3 kali sehari
- Ibu klien mengatakan bahwa sesekali perut klien terasa kembung

IX. SKALA NYERI METODE FLACC SCALE


Score Nilai Score
Kategori
0 1 2
Face (wajah) Tidak ada Menyeringai, Dagu gemetar, 0
ekspresi mengerutkan gerutu berulang
khusus, senyum dahi, tampak (sering)
tidak tertarik
(kadang-kadang)
Leg (kaki) Posisi normal Gelisah, tegang Menendang, 0
atau santai kaki tertekuk
Activity Berbaring Menggeliat, Kaku atau 0
tenang, tidak bisa diam, tegang
tegang
posisi normal,
gerakan mudah
Cry Tidak menangis Merintih, Terus menangis, 0
merengek, berteriak
kadang-kadang
Mengeluh
Consolability Rileks Dapat Sering 1
(konstability) ditenangkan mengeluh, sulit
dengan sentuhan, dibujuk
pelukan,
bujukan, dapat
Dialihkan

Total Score 1

Nyeri :
o Ya
o Tidak

X. AKTIVITAS BERMAIN
25

selama dirumah anak sering bermain dengan orangtua, sekarang terganggu


dikarenakan anak dirawat di Rumah Sakit.

XI. STATUS GIZI ANAK


BB : 6,4 Kg
TB/PB : 62 cm
BB ideal Anak : 6 – 10 Kg
Diet saat ini : MPASI dan ASI
Porsi makanan yang dihabiskan : kadang habis kadang tidak
Alergi Makanan :-

XII. KEBUTUHAN CAIRAN PADA ANAK


Intake : IVFD Asering asnet
ASI
Output : BAK normal
Balance cairan :-

XIII. PEMERIKSAAN FISIK

1. Kepala
- Inspeksi : Kepala tampak membesar, rambut tipis
- Palpasi : sutura teraba belum menutup sempurna sehingga
ubun-ubun tampak menonjol
2. Mata
- Inspeksi : tampak tidak ikterik, sklera tampak kemerahan
3. Leher
- Inspeksi : tidak tampak pembesaran vena jugularis
- Palpasi : tidak teraba benjolan
4. Dada
- Inspeksi : dada tampak simetris, tidak tampak retraksi dada saat
bernafas
- Palpasi : tidak teraba benjolan dan krepitasi
- Perkusi : terdengar suara sonor
- Auskultasi : terdengar suara nafas vesikuler
5. Abdomen
- Inspeksi : perut tampak membesar
- Palpasi : tidak teraba massa, dan nyeri tekan
- Perkusi : terdengan suara timpani
26

- Auskultasi : terdengar bising usus 10x per menit


6. Ekstremitas :
- Atas : gerakan aktif, bisa memegang dan menggenggam
barang-barang kecil, seperti jari tangan orang dewasa
- Bawah : tampak kedua kaki bergerak aktif

XIV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


- CT Scan
- Hematologi Lengkap
- Kimia Klinik Lengkap
XV. TERAPI DAN OBAT-OBATAN
- Inj. Ceftriaxone 2x250 mg
- Inj. Antrain 3x75 mg
- Inj. Phenitoin 65 mg Jika kejang
- Inj. PCT 1 cc per kg BB Jika demam

XIV. DISCHARGE PLANNING


- Berikan informasi wacana kebutuhan melaksanakan kegiatan sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak
- Jelaskan terapi yang diberikan : dosis, efek samping
- Menjelaskan gejala gejela kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan
untuk mengatasi hal tersebut
- Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan
27

Analisa Data
No Data (Tanda & Gejala) Etiologi Masalah Keperawatan
1 Data subjektif: Proses penyakit Hipertermia (D.0130)
- Ibu pasien mengatakan
anaknya demam sejak 3
yang lalu
- Ibu pasien mengataan
demam anaknya meningkat
disaat malam hari
Data Objektif:
- Pasien nampak lemas
- akral teraba hangat
- Bibir tampak kering
- Anak tampak gelisah
- TTV:
N : 129 x/menit
S : 38,6°C
RR : 29 x/menit
2 Data subjektif: Kurang Ansietas (D.0080)
- Ibu klien mengatakan terpapar
bahwa dirinya merasa informasi dan
cemas dengan keadaan krisis
situasional
anaknya karena anaknya
baru pertama kali sakit
dan di rawat di Rumah
Sakit
- Ibu mengatakan
khawatir dengan kondisi
anaknya
Data Objektif:
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak sering
bertanya tentang kondisi
anaknya
3 Data subjektif: Kurang Gangguan Rasa
- Ibu pasien mengatakan pengendalian Nyaman (D.0074)
anaknya sering terbangun situasional/ling
disaat tidur kemudian kungan
menangis
- Keluarga mengatakan suhu
ruangan agak panas
Data Objektif:
- Pasien nampak berkeringat
- Pasien nampak gelisah
- TTV:
N : 129 x/menit
S : 38,6°C
RR : 29 x/menit
28

B. Daftar Masalah Keperawatan Prioritas (SDKI)


1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi (D.0130)
2. Ansietas berhubungan dengan Kurang terpapar informasi dan krisis
situasional (D.0080)
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kurang pengendalian
situasional/lingkungan (D.0074)
C. Intervensi Keperawatan
No No diagnosa
keperawatan TUJUAN (SLKI)
RENCANA TINDAKAN
Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan perawatan Manajemen Hipertermia
dengan proses infeksi (D.0130) 3x24 jam di harapkan (I.15506)
termoregulasi membaik Observasi
dengan kriteria hasil: - Identifikasi penyebab
- Menggigil menurun hipertermia
- Suhu tubuh membaik - Monitor suhu tubuh
- Suhu kulit dari - Monitor haluaran urin
membaik - Monitor komplikasi
- Tekanan darah akibat hipertermia
membaik Terapeutik
- Sediakan lingkungan
yang dingin
- Longgarkan atau
lepaskan pakaian
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika
mengalami hyperhidrosis
(keringat berlebih)
- Lakukan pendinginan
eksternal (mis: selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas
Kurang terpapar informasi dan keperawatan selama 3 x 24 - Pantau perubahan tanda-
krisis situasional (D.0080) jam, ansietas teratasi dengan tanda vital dan kondisi
Kriteria Hasil: yang menunjukan
- Keluarga tidak peningkatan kecemasan
khawatir terhadap klien.
29

anaknya - Berikan informasi serta


- Wajah tampak tenang bimbingan antisipasi
tentang segala bentuk
kemungkinan yang akan
terjadi di masa yang akan
datang.
- Ajarkan teknik relaksasi
diri dan pengendalian
perasaan negatif atas
segala hal yang dirasakan
klien.
- Tingkatkan koping
individu klien.
- Berikan dukungan emosi
selama stres.
Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan Manajemen Kenyamanan
berhubungan dengan kurang keperawatan selama 2 x 24 lingkungan (I.08237)
pengendalian jam diharapkan status Observasi
situasional/lingkungan (D.0074) kenyaman meningkat - Idetifikasi sumber
( L.08064 ) dengan kriteria ketidaknyamanan
hasil: Terapeutik
- Keluhan sulit tidur - Berikan penerimaan
menurun dan dukungan
- Pasien tidak gelisah kepindahan ke
lingkungan baru
- Sediakan lingkungan
yang tenang dan
mendukung
- Fasilitas kenyamanan
lingkungan (mis. Atur
suhu, selimut, dan
kebersihan)
- Jadwalkan kegiatan
kunjungan
- Atur posisi yang
nyaman (mis. topang
dengan bantal)
Edukasi
- Jelaskan tujuan dari
manajemen lingkungan
30

D. Implementasi
No Tindakan Keperawatan EVALUASI TTD
No Dx Waktu Tindakan/Respon
klien
1 7 Maret 2023 D: S:
Jam 10.00 WIB - Tampak lemah - Ibu mengatakan
- Akral teraba hangat badannya panas
- TTV: O:
N : 129 x/menit - Kesadaran:
S : 38,6°C Compos mentis
RR : 29 x/menit - Tampak lemah
A: - Akral teraba
- Mengobservasi TTV hangat
- Menjelaskan kepada - TTV:
keluarga pengertian N : 124x/menit
tentang demam RR : 26x/menit
typhoid S : 38,0
- Monitor tanda-tanda A:
hipertermi Masalah Belum
- Anjurkan memakai Teratasi
baju tipis yang mudah P:
menyerap keringat Lanjutkan
- Memberikan kompres Intervensi
hangat

R:
- TTV:
N : 124x/menit
RR : 26x/menit
S : 38,0
- Akral hangat
- Pasien sudah
dilakukan kompres
hangat
- Keluarga mengerti
dengan kondisi
anaknya
2 10.30 WIB D: S:
- Ibu klien - Ibu Klien
mengatakan bahwa mengatakan
dirinya merasa semoga anaknya
cemas dengan sehat
keadaan anaknya - Keluarga klien
karena anaknya baru mengatakan
pertama kali sakit semoga penyakit
dan di rawat di yang diderita klien
Rumah Sakit tidak parah
- Ibu mengatakan O:
khawatir dengan - Wajah kelihatan
31

kondisi anaknya sedih


- Klien tampak - Tampak murung
gelisah A:
- Klien tampak sering Ansietas teratasi
bertanya tentang sebagian
kondisi anaknya
A: P:
- Mengkaji tingkat Lanjutkan
kecemasan klien intervensi
- Mengajarkan
teknik relaksasi
napas dalam
- Memberikan
dukungan
emosional
- Mengontrol
stimulus untuk
kebutuhan klien
yang dapat
memicu
kecemasan
- Memberikan
edukasi tentang
penyakitnya
R:
- Ibu Klien mengatakan
khawatir terhadap
kondisi anaknya
- Ibu Klien bertanya
tentang kondisi
anaknya
- Klien paham dan akan
melakukannya
- Klien tampak lebih
tenang
- Klien paham dengan
informasi yang
diberikan perawat
3 10.50 WIB D: S:
- Pasien nampak - Ibu pasien
berkeringat mengatakan
- Pasien nampak anaknya masih
gelisah gelisah
- Suhu ruangan terasa O:
panas - Pasien nampak
A: rileks setelah suhu
- Mengidentifikasi ruangan diatur
sumber A:
ketidaknyamanan Gangguan rasa
- Memfasilitasi nyaman belum teratasi
32

kenyamanan P:
lingkungan Lanjutkan intervensi
- Atur posisi yang
nyaman

R:
- Ibu pasien
mengatakan anaknya
sering terbangun jika
tidur karena
kepanasan
- Pasien nampak sedikit
lebih nyaman
- Pasien nampak
nyaman jika leher di
topang dengan bantal
1 8 Maret 2023 D: S:
08.00 WIB - Tampak lemah - Ibu mengatakan
- Akral teraba hangat badannya masih
- TTV: panas
N : 124x/menit O:
RR : 26x/menit - Kesadaran:
S : 38,0 Compos mentis
A: - Tampak lemah
- Mengobservasi TTV - Akral teraba
- Monitor tanda-tanda hangat
hipertermi - TTV:
- Memberikan kompres N = 126 x/menit
hangat jika demam RR = 26 x/menit
- Anjurkan klien S = 37,8
minum air putih A:
R: Masalah Belum
- Akral hangat Teratasi
- Pasien sudah P :
dilakukan kompres Lanjutkan
hangat Intervensi
- TTV:
N = 126 x/menit
RR = 26 x/menit
S = 37,8
2 08.30 D: S:
- Ibu Klien - Ibu Klien
mengatakan semoga mengatakan segera
anaknya sehat sembuh
- Keluarga klien - Keluarga klien
mengatakan semoga mengatakan
penyakit yang semoga penyakit
diderita klien tidak yang diderita klien
parah tidak parah
- Wajah kelihatan O:
33

sedih - Wajah kelihatan


- Tampak murung tenang
A: A:
- Mengkaji tingkat Ansietas teratasi
kecemasan klien
- Mengajarkan P:
teknik relaksasi intervensi
napas dalam dihentikan
- Memberikan
dukungan
emosional
- Mengontrol
stimulus untuk
kebutuhan klien
yang dapat
memicu
kecemasan
- Memberikan
edukasi tentang
penyakitnya
R:
- Ibu Klien
mengatakan masih
khawatir terhadap
kondisi anaknya
- Klien sudah tenang
sudah mendapat
penjelasan tentang
anaknya
- Klien paham dan
akan melakukannya
- Klien tampak lebih
tenang
- Klien paham dengan
informasi yang
diberikan perawat
3 09.00 WIB D: S:
- Ibu pasien - Ibu pasien
mengatakan anaknya mengatakan
masih terbangun jika anaknya sudah
tidur karena mulai nyenyak
kepanasan tidur pada malam
- Pasien nampak sedikit hari
lebih nyaman - Ibu pasien
- Pasien nampak mengatakan suhu
nyaman jika leher di ruangan sudah
topang dengan bantal terasa nyaman
A: O:
- Mengidentifikasi - Pasien nampak
sumber tenang selama
34

ketidaknyamanan diruangan
- Memfasilitasi - Tampak jarang
kenyamanan rewel
lingkungan A:
- Atur posisi yang Gangguan rasa
nyaman nyaman teratasi
P:
R: Intervensi
- Ibu pasien dihentikan
mengatakan anaknya
sudah mulai nyenyak
tidur pada malam hari
- Pasien nampak
nyaman dengan suhu
lingkungan
- Pasien nampak
nyaman jika leher di
topang dengan bantal
1 9 Maret 2023 D: S:
08.00 WIB - Ibu mengatakan - Ibu mengatakan
badannya masih panas badan anak nya
- Tampak lemah sudah tidak panas
- Akral teraba hangat O :
- TTV: - Kesadaran:
N = 124 x/menit Compos mentis
RR = 26 x/menit - Keadaan umum :
S = 37,8 cukup
A: - Akral teraba
- Mengobservasi TTV hangat
- Monitor tanda-tanda - TTV:
hipertermi N = 128 x/menit
- Memberikan kompres RR = 26 x/menit S
hangat jika demam = 37,7
- Anjurkan klien A : Masalah Terasi
minum air putih Sebagian
R: P : Melanjutkan
- Akral masih hangat Intervensi
- Pasien sudah
dilakukan kompres
hangat
- TTV:
N = 128 x/menit
RR = 26 x/menit
S = 37.7
35
BAB IV
ANALISIS INTERVENSI BERDASARKAN
EVIDENCE BASE PRACTICE

1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi


Pada masalah hipertermi, dari hasil monitoring suhu yang dilakukan
setiap 2 jam, didapatkan hasil suhu berada dalam rentang yaitu berkisar antara
37.7°C-38.6°C. Monitor haluaran urin juga dilakukan untuk mengetahui
jumlah cairan yang keluarg akibat hipertermi yang mengakibatkan proses
evaporasi. Tindakan selanjurnya adalah memberikan edukasi kepada keluarga
untuk melakukan kompres hangat kepada bayi untuk menurunkan panas pada
anak. Salah satu tindakan nonfarmakologi yang dapat dilakukan untuk
penurunan panas adalah dengan kompres.
Kompres adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu
tubuh anak yang mengalami demam. Pemberian kompres hangat
pada daerah pembuluh darah besar merupakan upayamemberikan
rangsangan pada area preoptik hipotalamus agar menurunkan suhu
tubuh. Sinyal hangat yang dibawa oleh darah ini menuju
hipotalamus akan merangsang area preoptik mengakibatkan pengeluaran
sinyal oleh sistem efektor. Sinyal ini akan menyebabkan terjadinya
pengeluarn panas tubuh yang lebih banyak melalui dua mekanisme
yaitu dilatasi pembuluh darah perifer dan berkeringat (Potter & Perry,
2012).
Dengan kompres hangat menyebabkan suhu tubuh diluaran akan
terjadi hangat sehingga tubuh akan menginterpretasikan bahwa
suhu diluaran cukup panas, akhirnya tubuh akan menurunkan
kontrol pengatur suhudi otak supaya tidak meningkatkan suhu pengatur
tubuh, dengan suhu diluaran hangat akan membuat pembuluh darah
tepi dikulit melebar dan mengalami vasodilatasi sehingga pori –pori
kulit akan membuka dan mempermudah pengeluaran panas. Sehingga
akan terjadiperubahan suhu tubuh (Purwanti, 2015).
37

2. Ansietas berhubungan dengan Kurang terpapar informasi dan krisis


situasional
Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah ansietas melalui
meningkatkan kemampuan klien dalam mengenal kecemasan,
mengajarkan klien mengontrol kecemasan secara mandiri, melalui teknik
distraksi dan relaksasi serta melalui teknik spiritual, menyampaikan
informasi faktual yang terkait penyakit Hidrosefalus yang dialami
anaknya, melibatkan keluarga dalam memberi penguatan positif tekait
perasaan , memberikan penguatan positif ketika klien mampu meneruskan
aktivitas yang positif selama di rawat di rumah sakit, serta melatih
keluarga untuk dapat mengenal dan mempunyai kemampuan merawat
terkait masalah ansietas. Hal tersebut sejalan dengan penelitian hidayat
(2015) yang menyampaikan beberapa upaya untuk mengurangi ansietas
adalah dengan olah raga, istirahat teratur, makan teratur dan salah satu
yang efektif untuk menurunkan ansietas dan strees adalah latihan
relaksasi. Pada pembahasan intervensi ini, penulis lebih lanjut membahas
teknik relaksasi tarik nafas dalam, walaupun teknik-teknik yang lain juga
digunakan untuk mengatasi kecemasan klien. Pada kasus, latihan tarik
napas dalam ini tidak hanya bertujuan menurunkan ansietas, tetapi juga
untuk mengurangi rasa nyeri yang merupakan sumber stressor munculnya
ansietas. Latihan tarik napas dalam merupakan salah satu teknik relaksasi
yang bertujuan untuk memberikan efek relaksasi pada klien.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengkajian pada An. R ditemukan data bahwa usia bayi 7 bulan, pada usia
kehamilan 38-39 minggu dengan berat badan lahir 2800 gr dan panjang badan
47 cm secara spontan. Klien masuk dengan kepala membesar, demam tinggi
kesadaran kompos mentis. Kondisi bayi R tampak sakit dan lemah. CRT < 2
detik, refelek hisap baik, Detak Jantung: 129x/menit, Frekuensi Pernapasan:
29x/menit, Suhu tubuh 38,6℃ terpasang infus Asering asnet.
Pada diagnosa keperawatan An. R dengan diagnosa medis Hidrosefalus
ada 3 diagnosa keperawatan dengan 2 aktual dan 1 risiko sesuai dengan
kondisi By. H yaitu: Hipertermi dan gangguan rasa nyaman. Salah satu
intervensi yang direncanakan untuk mengatasi diagnosa pertama yaitu
kompres air hangat dan monitor suhu tubuh.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari yaitu tanggal 7-9
Maret 2023, dilakukan evaluasi terakhir yaitu pada tanggal 10 maret 2023.
Hasil evaluasi keperawatan yang diperoleh dari tindakan keperawatan yang
telah dilakukan pada setiap diagnosa yang telah diangkat penulis diantaranya:
suhunya sudah mulai berangsur normal yaitu mendekati 37,5. Sebagai perawat
selalu mengingatkan intervensi yang sudah diberikan kepada keluarga untuk
melaksanakan nya kembali sehingga mempercepat proses penyembuhan
penyakit anaknya.
B. Saran
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Bagi pihak pelayanan kesehatan dapat lebih meningkatkan pelayanan
terkait bayi dengan masalah hidrosefalus.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil pengumpulan data ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan peserta didik yang lebih luas tentang asuhan keperawatan
pada bayi dengan hidrosefalus.
39

3. Bagi Klien dan Keluarga


Diharapkan keluarga dapat lebih memerhatikan kesehatan bayi, dan dapat
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Ageng, D. K. (2016). Gambaran pengetahuan ibu tentang perawatan metode


kanguru (PMK) pada bayi berat lahir rendah (BBLR) di Kota Semarang.
Faklutas Kedokteran, Departemen Keperawatan. Semarang: Universitas
Dipenegoro.
Dermawaty, D. E., & Oktaria, D. (2017). Hematom Intraventrikular Disertai
Hidrosefalus Obstruktif. Jurnal Medula Unila, 7, 13–18.
Mendri NK, Prayogi AS. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit dan
Bahaya Resiko Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Potter, P.A, Perry. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.

Priadi, S. (2018). Program Studi DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu


Kesehatan Perintis Padang Tahun 2018. 1–104.
Purwanti & Ambarawati (2013). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap
Perubahan Suhu Tubuh Pada Pasien Anak Hipertermia di Ruang Rawat Inap
RSUD Dr.MoewardiSurakarta. http://publikasiilmiah.umc.ac.i
Satyanegara. (2014). Ilmu Bedah Saraf. V ed. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Subagio, Y., Pramusinto, H., & Basuki, E. (2019). Faktor – Faktor Risiko
Kejadian Malfungsi Pirau Ventrikuloperitoneal Pada Pasien Hidrosefalus
Bayi Dan Anak Di Rumah Saikit Umum Pendidikan dr. Sardjito Yogyakarta.
Saintika Medika, 15(1), 69. https://doi.org/10.22219/sm.vol15.smumm1.8624
Suanarti, N. W. (2020). Hidrosefalus Dalam Biologi Molekuler. Jurnal Ilmiah
Kebidanan, 8(2), 95–115.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai