Askep Hidrosefalus
Askep Hidrosefalus
HIDROSEFALUS
Disusun Oleh :
DAFTAR ISI.....................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................3
D. Manfaat Penulisan...................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI..........................................................................................5
A. Konsep Hidrosefalus...............................................................................5
B. Konsep Asuhan Keperawatan................................................................14
BAB III LAPORAN KASUS......................................................................................19
A. Pengkajian Keperawatan.......................................................................19
B. Diagnosa Keperawatan..........................................................................27
C. Intervensi Keperawatan.........................................................................27
D. Implementasi Keperawatan...................................................................29
E. Evaluasi Keperawatan...........................................................................29
BAB IV ANALISIS INTERVENSI BERDASARKAN EVIDENCE BASE
PRACTICE........................................................................................................34
BAB V PENUTUP........................................................................................................36
A. Kesimpulan............................................................................................36
B. Saran......................................................................................................36
Daftar Pustaka
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidrosefalus dapat memicu masalah serebral, kehilangan keterampilan
mental dan fisik sehingga pasien anak dengan hidrocephalia melakukan
kegiatan sehari-hari di tempat tidur. (Mendri & Prayogi, 2018). Hidrosefalus
adalah masalah pikiran obsesif yang mengakibatkan peningkatan cairan
serebrospinal dan peningkatan ketegangan intrakranial, menyebabkan
pembesaran ventrikel. Pembesaran ventrikel ini disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara pembentukan dan retensi cairan serebrospinal.
Hidrosefalus adalah tambahan sepanjang waktu, karena penyakit atau
kerusakan pikiran. Adanya kelainan tersebut membuat kepala menjadi besar
dan terjadi pemanjangan pada jahitan dan ubun-ubun.
Hidrosefalus yang terjadi dalam waktu beberapa hari dapat digolongkan
sebagai hidrosefalus berat yang terjadi dalam beberapa bulan atau cukup lama
dapat dikategorikan sebagai hidrosefalus permanen. Jumlah penderita
hidrosefalus di dunia sangat tinggi, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian
WHO untuk kawasan ASEAN jumlah penderita hidrosefalus di beberapa
negara adalah sebagai berikut, di Singapura pada anak usia 0-9 tahun: 0,5%,
Malaysia: anak-anak 5-12 tahun 15%, India: anak - anak 2-4 tahun 4%.
Prevalensi hidrosefalus di Belanda menunjukkan angka 0,65 per mil per
tahun dan di Indonesia mencapai angka 10 per mil (Satyanegara, 2014).
Negara berkembang memiliki kasus 10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
negara maju. Insiden kejadian hidrosefalus di Amerika Serikat adalah 3 dari
1000 kelahiran. Berdasarkan data yang diambil dari Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2018 sebanyak 20 bayi yang baru lahir terdiagnosa
menderita hidrosefalus dari setiap 10.000 kelahiran di Indonesia (Ageng,
2017).
Hidrosefalus merupakan kondisi patologis otak yang di picu masalah
aliran cairan di dalam otak (cairan serebrospinal) atau akumulasi cairan
serebrospinal dalam ventrikel serebral, ruang subarachnoid, atau ruang
1
2
A. Konsep Hidrosefalus
1. Definisi
Hidrosefalus (kepala-air, istilah
yang berasal dari bahasa Yunani:
"hydro" yang berarti air dan "cephalus"
yang berarti kepala; sehingga kondisi
ini sering dikenal dengan "kepala air")
adalah penyakit yang terjadi akibat
gangguan aliran cairan di dalam otak
(cairan serebro spinal atau CSS).
Gangguan itu menyebabkan cairan
tersebut bertambah banyak yang
selanjutnya akan menekan jaringan otak
di sekitarnya, khususnya pusat-pusat
saraf yang vital (Suanarti, 2020).
Hidrosefalus merupakan suatu
masalah patologis otak yang
mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinalis, yang disebabkan baik
oleh produksi yang berlebihan maupun
gangguan absorpsi, dengan atau pernah
disertai tekanan intrakanial yang
meninggi (Suanarti, 2020).
Hidrocefalus adalah dimana
kondisi cairan di otak tidak dapat
mengalir secara normal sehingga dapat
menyebabkan menumpuknya cairan di
dalam otak (Kemenkes RI, 2019).
4
Hidrosefalus selalu bersifat sekunder,
sebagai akibat penyakit atau kerusakan
otak. Adanya kelainan-kelainan
tersebut menyebabkan kepala menjadi
besar serta terjadi pelebaran sutura-
sutura dan ubun-ubun (Dermawaty &
Oktaria, 2017).
Hidrocefalus adalah dimana
kondisi cairan di otak tidak dapat
mengalir secara normal sehingga dapat
menyebabkan menumpuknya cairan di
dalam otak sehingga perlu dilakukan
tindakan yang diebut VP shunt
(Kemenkes RI, 2019)
5
6
2. Etiologi
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan
serebrospinal (CSS) pada salah satu tempat antara tempat pembentukan
CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang
subaraknoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS
diatasnya. Teoritis pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan
kecepatan absorbsi yang abnormal akan menyebabkan terjadinya
hidrosefalus (Dermawaty & Oktaria, 2017). Namun dalam klinik sangat
jarang terjadi.
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi,
anak serta orang dewasa yaitu :
a. Kelainan Bawaan (Kongenital)
Hidrosefalus kongenital lebih sering tidak diketahui penyebabnya.
Hidrosefalus congenital ada yang bersifat terkait kromosom X (X-
linked hydrocephalus) sehingga hanya terjadi pada bayi laki-laki,
dengan kelainan anatomi yaitu stenosis aquaduktus. Ini adalah
kelainan yang sangat jarang terjadi, kurang dari 2% dari semua kasus
hidrosefalus congenital. Kelainan kromoson lain yang salah satu
manifestasi klinisnya hidrosefalus adalah trisomi dengan insidens
sekitar 4%.
b. Stenosis akuaduktus Sylvii
Stenosis akuaduktus Sylvii merupakan penyebab terbanyak pada
hidrosefalus bayi dan anak (60-90%). Aqueduktus dapat merupakan
saluran yang buntu sama sekali atau abnormal, yaitu lebih sempit
dari biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat sejak lahir atau
progresif dengan cepat pada bulan - bulan pertama setelah kelahiran.
c. Spina bifida dan kranium bifida
Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya yang berhubungan dengan
sindrom Arnould- Jhiari akibat tertariknya medulla spinalis dengan
medulla oblongata dan cerebellum letaknya lebih rendah dan
menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian
7
atau total.
d. Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital Luscha dan Magendie yang
menyebabkan hidrosefalus obtruktif dengan pelebaran system
ventrikel terutama ventrikel IV, yang dapat sedemikian besarnya
sehingga merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa posterior.
e. Kista araknoid dan anomali pembuluh darah
Dapat terjadi congenital tapi dapat juga timbul akibat trauma
sekunder suatu hematoma.
f. Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat
menyebabkan fibrosisleptomeningen terutama pada daerah basal
otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah
itu sendiri (Suanarti, 2020).
3. Manifestasi Klinik
Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada awitan dan
derajat ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS. Gejala-
gejala yang menonjol merupakan refleksi adanya hipertensi intrakranial.
Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada anak dikelompokkan menjadi
dua golongan, yaitu:
a. Hidrosefalus terjadi pada masa neonatus
Meliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrosefalus
kongenital dan pada masa bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya
adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan ukuran lingkar kepala terbesar
adalah selama tahun pertama kehidupan. Kranium terdistensi dalam
semua arah, tetapi terutama pada daerah frontal. Tampak dorsum
nasi lebih besar dari biasa. Fontanella terbuka dan tegang, sutura
masih terbuka bebas. Tulang- tulang kepala menjadi sangat tipis.
Vena-vena di sisi samping kepala tampak melebar dan berkelok.
1) Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3
tahun.
8
lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
c. Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan
lingkar kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart
(jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu.
Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini
disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan
suturan secara fungsional. Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum
penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura tidak akan
terjadi secara menyeluruh.
d. Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras
lainnya dengan alat tertentu menembus melalui fontanela anterior
langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung
difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang
melebar.
e. Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan
USG diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar.
Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita
hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan
keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak
dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti
halnya pada pemeriksaan CT Scan.
f. CT Scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya
pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di
atas ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar.
Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan
densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.
Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan
11
6. Pathway
15
- Anjurkan sering
membersihkan
mulut,kecuali jika
merangsang mual
- Anjurkan makanan tinggi
karbohidrat dan rendah
lemak
- Ajarkan taknik non
farmakologis untuk
mengatasi mual ( mis
biofeedback, hipnotis
relaksasi, terapi music,
akupresur)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
antiemetikm jika perlu
BAB III
LAPORAN KASUS
A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN :
Nama : An. R
Nama Panggilan : An. R
Tgl.Lahir/Umur : 02 Agustus 2022
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Katolik
Bahasa : belum bisa bicara
Pendidikan : belum sekolah
Alamat : Dsn. Borang kunyit, Ds. Kambong Kec. Kapuas Kab. Sanggau
Telpon : 085346894007
Nama Ayah : Tn. R
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SD
Agama : Katolik
Nama Ibu : Ny. S
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SD
Agama : Katolik
Apakah pernah sakit sebelum ini? : Keluarga Klien mengatakan tidak pernah sakit
sebelumnya hingga dirawat, hanya demam,
batuk, pilek dan minum obat dirumah. Orangtua
mengatakan kepala anaknya membesar baru
terlihat sekitar umur 5 bulan dan anaknya lahir
spontan dalam keadaan normal.
III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN
- Prenatal : Ibu dengan G1P0A0, lama kehamilan 39 minggu, ibu klien
mangatakan bahwa saat hamil, ibu klien jarang memeriksakan kehamilannya ke
bidan, ibu kilen mendapatkan imunisasi TT sebanyak 1 kali. Pada saat usia
kehamilan 0-4 bulan, ibu klien sering mual tapi tidak disertai muntah, nafsu
makan menurun. Tapi ibu klien tidak berobat ke fasilitas kesehatan.
- Natal : Ibu mengatakan melahirkan Normal di rumah dan di bantu oleh Bidan
Desa pada tanggal 2 Agustus 2022 dengan Berat Badan Lahir 2800 gram, PL :
47 cm dengan lahir spontan dan segera menangis.
- Post Natal : Ibu mengatakan setelah bayi lahir, tidak lama plasenta keluar, tidak
ada perdarahan setelah persalinan
V. RIWAYAT KELUARGA
Genogram Keluarga:
8,8 Th
Keterangan:
8,8 Th
b. Riwayat Keluarga/Sosial
1. Yang mengasuh : Kedua orang tua
2. Hubungan dengan anggota keluaga : Baik
3. Hubungan dengan teman sebaya :-
4. Sibling rivalry :-
c. Reaksi Hospitalisasi
Kondisi emosional/psikis anak dan orang tua
- Orang tua klien merasakan khawatir dan cemas keadaan anaknya saat ini.
- Anak tampak rewel
Emosional
- Orang tua klien mengatakan bahwa dirinya merasa cemas dengan keadaan
anaknya karena anaknya baru pertama kali sakit dan di rawat di Rumah
Sakit.
Proses adaptasi
- Ibu pasien mengatakan anaknya sering terbangun disaat tidur kemudian
menangis
VIII. KEBUTUHAN DASAR
1. Oksigenasi
- Klien tampak tidak sesak, Respirasi Rate Klien 30 kali / menit
- Klien tidak terpasang oksigen
2. Sirkulasi
- Sirkulasi udara ruang baik
- Ruangan terpasang AC
3. Makanan, cairan dan elektrolit
Sebelum MRS :
- Ibu klien mengatakan makan anaknya baik,yaitu minum susu jika haus dan
lapar
Setelah MRS :
- Ibu mengatakan minum susu berkurang
- Ibu pasien mengatakan anaknya kadang mual.
4. Keamanan/mobilisasi
- Ibu klien mengatakan sesekali klien di ajak ibunya untuk duduk – duduk di
kursi luar ruangan agar tidak jenuh
5. Kebersihan diri dan kulit
- Ibu klien mengatakan klien di bersihkan badannya 2 kali sehari, di sapu
menggunakan handuk yang dibasahkan dengan air hangat
- Kulit klien tampak bersih, segar dan hangat
- Bibir klien tampak kering
6. Kenyamanan
- Ibu pasien mengatakan anaknya sering terbangun disaat tidur kemudian
menangis
- Ibu mengatakan kadang anak nya tampak gelisah
7. Istrirahat/tidur
Sebelum MRS :
- Ibu klien menagatakan klien tidur teratur, malam hari tidur 6-8 jam dan
siang hari tidur 1-2 jam
24
Setelah MRS :
- Ibu pasien mengatakan anaknya sering terbangun disaat tidur kemudian
menangis
8. Eliminasi
- Ibu klien mengatakan klin BAB 1 -2 kali sehari dan BAK 2-3 kali sehari
- Ibu klien mengatakan bahwa sesekali perut klien terasa kembung
Total Score 1
Nyeri :
o Ya
o Tidak
X. AKTIVITAS BERMAIN
25
1. Kepala
- Inspeksi : Kepala tampak membesar, rambut tipis
- Palpasi : sutura teraba belum menutup sempurna sehingga
ubun-ubun tampak menonjol
2. Mata
- Inspeksi : tampak tidak ikterik, sklera tampak kemerahan
3. Leher
- Inspeksi : tidak tampak pembesaran vena jugularis
- Palpasi : tidak teraba benjolan
4. Dada
- Inspeksi : dada tampak simetris, tidak tampak retraksi dada saat
bernafas
- Palpasi : tidak teraba benjolan dan krepitasi
- Perkusi : terdengar suara sonor
- Auskultasi : terdengar suara nafas vesikuler
5. Abdomen
- Inspeksi : perut tampak membesar
- Palpasi : tidak teraba massa, dan nyeri tekan
- Perkusi : terdengan suara timpani
26
Analisa Data
No Data (Tanda & Gejala) Etiologi Masalah Keperawatan
1 Data subjektif: Proses penyakit Hipertermia (D.0130)
- Ibu pasien mengatakan
anaknya demam sejak 3
yang lalu
- Ibu pasien mengataan
demam anaknya meningkat
disaat malam hari
Data Objektif:
- Pasien nampak lemas
- akral teraba hangat
- Bibir tampak kering
- Anak tampak gelisah
- TTV:
N : 129 x/menit
S : 38,6°C
RR : 29 x/menit
2 Data subjektif: Kurang Ansietas (D.0080)
- Ibu klien mengatakan terpapar
bahwa dirinya merasa informasi dan
cemas dengan keadaan krisis
situasional
anaknya karena anaknya
baru pertama kali sakit
dan di rawat di Rumah
Sakit
- Ibu mengatakan
khawatir dengan kondisi
anaknya
Data Objektif:
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak sering
bertanya tentang kondisi
anaknya
3 Data subjektif: Kurang Gangguan Rasa
- Ibu pasien mengatakan pengendalian Nyaman (D.0074)
anaknya sering terbangun situasional/ling
disaat tidur kemudian kungan
menangis
- Keluarga mengatakan suhu
ruangan agak panas
Data Objektif:
- Pasien nampak berkeringat
- Pasien nampak gelisah
- TTV:
N : 129 x/menit
S : 38,6°C
RR : 29 x/menit
28
D. Implementasi
No Tindakan Keperawatan EVALUASI TTD
No Dx Waktu Tindakan/Respon
klien
1 7 Maret 2023 D: S:
Jam 10.00 WIB - Tampak lemah - Ibu mengatakan
- Akral teraba hangat badannya panas
- TTV: O:
N : 129 x/menit - Kesadaran:
S : 38,6°C Compos mentis
RR : 29 x/menit - Tampak lemah
A: - Akral teraba
- Mengobservasi TTV hangat
- Menjelaskan kepada - TTV:
keluarga pengertian N : 124x/menit
tentang demam RR : 26x/menit
typhoid S : 38,0
- Monitor tanda-tanda A:
hipertermi Masalah Belum
- Anjurkan memakai Teratasi
baju tipis yang mudah P:
menyerap keringat Lanjutkan
- Memberikan kompres Intervensi
hangat
R:
- TTV:
N : 124x/menit
RR : 26x/menit
S : 38,0
- Akral hangat
- Pasien sudah
dilakukan kompres
hangat
- Keluarga mengerti
dengan kondisi
anaknya
2 10.30 WIB D: S:
- Ibu klien - Ibu Klien
mengatakan bahwa mengatakan
dirinya merasa semoga anaknya
cemas dengan sehat
keadaan anaknya - Keluarga klien
karena anaknya baru mengatakan
pertama kali sakit semoga penyakit
dan di rawat di yang diderita klien
Rumah Sakit tidak parah
- Ibu mengatakan O:
khawatir dengan - Wajah kelihatan
31
kenyamanan P:
lingkungan Lanjutkan intervensi
- Atur posisi yang
nyaman
R:
- Ibu pasien
mengatakan anaknya
sering terbangun jika
tidur karena
kepanasan
- Pasien nampak sedikit
lebih nyaman
- Pasien nampak
nyaman jika leher di
topang dengan bantal
1 8 Maret 2023 D: S:
08.00 WIB - Tampak lemah - Ibu mengatakan
- Akral teraba hangat badannya masih
- TTV: panas
N : 124x/menit O:
RR : 26x/menit - Kesadaran:
S : 38,0 Compos mentis
A: - Tampak lemah
- Mengobservasi TTV - Akral teraba
- Monitor tanda-tanda hangat
hipertermi - TTV:
- Memberikan kompres N = 126 x/menit
hangat jika demam RR = 26 x/menit
- Anjurkan klien S = 37,8
minum air putih A:
R: Masalah Belum
- Akral hangat Teratasi
- Pasien sudah P :
dilakukan kompres Lanjutkan
hangat Intervensi
- TTV:
N = 126 x/menit
RR = 26 x/menit
S = 37,8
2 08.30 D: S:
- Ibu Klien - Ibu Klien
mengatakan semoga mengatakan segera
anaknya sehat sembuh
- Keluarga klien - Keluarga klien
mengatakan semoga mengatakan
penyakit yang semoga penyakit
diderita klien tidak yang diderita klien
parah tidak parah
- Wajah kelihatan O:
33
ketidaknyamanan diruangan
- Memfasilitasi - Tampak jarang
kenyamanan rewel
lingkungan A:
- Atur posisi yang Gangguan rasa
nyaman nyaman teratasi
P:
R: Intervensi
- Ibu pasien dihentikan
mengatakan anaknya
sudah mulai nyenyak
tidur pada malam hari
- Pasien nampak
nyaman dengan suhu
lingkungan
- Pasien nampak
nyaman jika leher di
topang dengan bantal
1 9 Maret 2023 D: S:
08.00 WIB - Ibu mengatakan - Ibu mengatakan
badannya masih panas badan anak nya
- Tampak lemah sudah tidak panas
- Akral teraba hangat O :
- TTV: - Kesadaran:
N = 124 x/menit Compos mentis
RR = 26 x/menit - Keadaan umum :
S = 37,8 cukup
A: - Akral teraba
- Mengobservasi TTV hangat
- Monitor tanda-tanda - TTV:
hipertermi N = 128 x/menit
- Memberikan kompres RR = 26 x/menit S
hangat jika demam = 37,7
- Anjurkan klien A : Masalah Terasi
minum air putih Sebagian
R: P : Melanjutkan
- Akral masih hangat Intervensi
- Pasien sudah
dilakukan kompres
hangat
- TTV:
N = 128 x/menit
RR = 26 x/menit
S = 37.7
35
BAB IV
ANALISIS INTERVENSI BERDASARKAN
EVIDENCE BASE PRACTICE
Subagio, Y., Pramusinto, H., & Basuki, E. (2019). Faktor – Faktor Risiko
Kejadian Malfungsi Pirau Ventrikuloperitoneal Pada Pasien Hidrosefalus
Bayi Dan Anak Di Rumah Saikit Umum Pendidikan dr. Sardjito Yogyakarta.
Saintika Medika, 15(1), 69. https://doi.org/10.22219/sm.vol15.smumm1.8624
Suanarti, N. W. (2020). Hidrosefalus Dalam Biologi Molekuler. Jurnal Ilmiah
Kebidanan, 8(2), 95–115.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia