Anda di halaman 1dari 4

KAMPRET DAN CEBONG 2024

Fenomena "Kampret" dan "Cebong" muncul dalam


konteks politik Indonesia, khususnya menjelang
pemilihan presiden tahun 2019 [3]. Istilah-istilah ini
digunakan sebagai label untuk pendukung dari dua calon
presiden yang berbeda [3].
"Cebong" biasanya merujuk kepada pendukung dari
Presiden Joko Widodo (Jokowi), sementara "Kampret"
merujuk kepada pendukung dari Prabowo Subianto [4].
Istilah-istilah ini seringkali digunakan dalam diskusi
politik di media sosial dan telah menjadi simbol dari
polarisasi politik di Indonesia [1, 5].
Polarisasi ini terbentuk sejak Pemilu 2019 dan menjalar
hingga saat ini [5]. Penggunaan istilah "Cebong" dan
"Kampret" kerap ditemukan di halaman media sosial kita.
Ini memicu kegaduhan di dunia maya dan mengganggu
Pilpres 2024 yang akan datang [5].
Dalam perspektif komunikasi politik, fenomena "Cebong"
dan "Kampret" ini menunjukkan bahwa stereotip yang
terbangun dari istilah "Cebong" dan "Kampret"
merupakan ekspresi sinisme politik yang berlebihan yang
dimunculkan dalam bentuk pelabelan istilah "Cebong"
dan "Kampret" [2]. Labelisasi ini juga merupakan bentuk
penurunan kualitas bahasa dalam sistem komunikasi
politik di Indonesia [2].
Istilah-istilah ini dapat memicu perpecahan dan konflik di
masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak
untuk menggunakan bahasa yang lebih konstruktif dan
menghargai perbedaan pendapat dalam diskusi politik.
Pada Pemilu 2024, ada dua pasangan capres-cawapres
yang berpotensi memecah afiliasi "Cebong", yaitu
pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming dan
pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD [6, 7. 8. 9].
Pengamat pemilu dari Jaringan Pendidikan Pemilih untuk
Rakyat (JPPR), Nurlia Dian Paramita, mewanti-wanti
potensi konflik horizontal di masyarakat menyusul
langkah sejumlah organisasi kepala desa yang mendukung
dua pasangan calon berbeda: Prabowo-Gibran dan
Ganjar-Mahfud [6].
Sumber:
[1] CEBONG DAN KAMPRET DALAM PESPEKTIF
KOMUNIKASI POLITIK INDONESIA.
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/perspektif/article/view/4
709.
[2] Polarisasi Politik Hasilkan Kadrun, Kampret Dan
Cebong, Luar Biasa ....
https://nawacitapost.com/nasional/2020/06/09/polarisasi-
politik-hasilkan-kadrun-kampret-dan-cebong-luar-biasa-
indonesia/.
[3] "Cebong" versus "Kampret": Polarisasi politik
pascapilpres 2019 semakin ....
https://theconversation.com/cebong-versus-kampret-
polarisasi-politik-pascapilpres-2019-semakin-tajam-
115477.
[4] Mencegah Perang Digital Cebong Vs Kampret di
Pilpres 2024 - detikNews.
https://news.detik.com/x/detail/investigasi/20220510/Men
cegah-Perang-Digital-Cebong-Vs-Kampret-di-Pilpres-
2024/.
[5] CEBONG DAN KAMPRET DALAM PESPEKTIF
KOMUNIKASI POLITIK INDONESIA.
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/perspektif/article/viewF
ile/4709/3275.
[6] Mencegah Perang Digital Cebong Vs Kampret di
Pilpres 2024 - detikNews.
https://news.detik.com/x/detail/investigasi/20220510/Men
cegah-Perang-Digital-Cebong-Vs-Kampret-di-Pilpres-
2024/.
[7] Apakah Kisah Cebong dan Kampret Berlanjut di
2024? - VOA Indonesia.
https://www.voaindonesia.com/a/apakah-kisah-cebong-
dan-kampret-berlanjut-di-2024-/6797792.html.
[8] Pemilu 2024: Pemilih muda, politik dinasti, dan
potensi polarisasi ....
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-66531834.
[9] Mahfud Risau Polarisasi Cebong-Kadrun Terjadi Lagi
di 2024 - IDN Times.
https://www.idntimes.com/news/indonesia/santi-dewi/ma
hfud-risau-polarisasi-cebong-kadrun-kembali-terjadi-di-
pemilu.

Anda mungkin juga menyukai