Anda di halaman 1dari 4

Nama : Gusti Aralist

Nim : 11211120000098

Kelas : 5A (Ilmu Politik)

“Gemoy: Kampanye Prabowo-Gibran Membawa

Pemilu Indonesia ke Dunia Baru”

Kita sudah bisa melihat tanggal pertamanya pada tahun 2024. Bahkan hari yang
ditetapkan untuk pesta demokrasi Indonesia sudah diketahui. Kampanye pemilihan
umum Indonesia telah dimulai dan akan berlangsung dari 28 November 2023 hingga 10
Februari 2024. Untuk memperkenalkan dan menunjukkan kelayakan mereka sebagai
Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres), Kampanye menjadi
awal perjuangan untuk persiapan partai politik, koalisi partai, calon presiden dan
cawapres, serta semua caleg yang telah ditetapkan dalam Daftar Calon Tetap (DCT)
oleh KPU.

Gaya kampanye Capres dan Cawapres 2024 menarik. Baliho dan spanduk yang
memajangkan wajah dan slogan kandidat politik dapat menunjukkan dampak
globalisasi. Sekarang, konsep globalisasi menyingkap sekaligus mengelaborasi proses
transformasi strategi yang akan terjadi selama kampanye pemilihan presiden 2024.
Konsekuensi dari konsep ini adalah bagaimana politik demokrasi dapat
mengintegrasikan praktik modernisasi.

Salah satu konsekuensi logis dari gagasan globalisasi adalah kebutuhan akan
integrasi. Ini berkaitan dengan seberapa baik sistem politik mampu mengintegrasikan
situasi politik modern, seperti cara komunikasi politik dan sosialisasi politik, bentuk
pertumbuhan ekonomi, desain urbanisasi, pendidikan dan kesejahteraan, serta aspek
penting lainnya dari kehidupan negara. Fenomena "Gemoy" menunjukkan hasilnya.

Di hari pertama kampanye, baliho yang dipasang oleh Prabowo Subianto dan
Gibran Rakabuming Raka menjadi perhatian besar. Baliho paslon nomor urut 2
menciptakan sejarah baru dalam kampanye pemilu Indonesia secara visual. Dengan
menggunakan AI, atau kecerdasan buatan, baliho "gemoy" menggambarkan Prabowo
dan Gibran dengan wajah yang tidak nyata. Disebut sebagai sejarah baru karena sangat
berbeda dengan baliho presiden dan cawapres sebelumnya. Di daerah Pakisaji hingga
Kepanjen, Kabupaten Malang, terdapat baliho "gemoy".

Baik visual maupun slogan menunjukkan perspektif modernisasi. dibandingkan


dengan "Diremehin, Dihujat, Difitnah." "Smile Just", "President Gemoy", dan
sebagainya. Itu sangat berbeda dari gaya kampanye yang digunakan oleh dua paslon
lain yang berada di nomor urut 1 dan 3. Bahkan, kampanye Prabowo-Gibran ini
mendorong masyarakat dengan menyebut Prabowo "gemoy".

Dengan demikian, pengaruh yang digunakan pada kampanye Prabowo-Gibran


berdampak lebih besar pada Prabowo. Ini mungkin karena pengaruh AI membuat
Prabowo lebih cocok untuk disebut Gemoy. Ini juga sangat berdampak pada
elektabilitas paslon nomor urut dua ini. Menurut tiga lembaga survei, Prabowo-Gibran
memiliki elektabilitas yang lebih besar daripada Anies-Imin dan Ganjar-Mahfud.

Berdasarkan hasil survei Political Statistics (8 Desember 2023):

 Prabowo Subianto-Gibran: 43,5 Persen


 Ganjar Pranowo-Mahfud: 27,2 Persen
 Anies Baswedan-Muhaimin: 25,8 Persen
 Tidak tahu/tidak jawab: 3,5 Persen

Berdasarkan hasil survei Indikator Politik Indonesia (9 Desember 2023):

 Prabowo-Gibran: 45,8 Persen


 Ganjar-Mahfud: 25,6 Persen
 Anies-Cak Imin: 22,8 Persen
 Tidak tahu/tidak jawab: 5,8 Persen

Berdasarkan hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) (10 Desember 2023):

 Prabowo Subianto-Gibran: 45,6 Persen


 Ganjar Pranowo-Mahfud: 23,8 Persen
 Anies Baswedan-Muhaimin: 22,3 Persen
 Tidak tahu/tidak jawab: 8,3 Persen
Namun, tidak jelas apakah taktik kampanye "gemoy" akan meningkatkan
elektabilitas Prabowo-Gibran. Sangat penting untuk dicatat bahwa sinkronisasi
demokrasi dengan globalisasi adalah inti dari rencana kampanye Prabowo-Gibran.
Konsep kontemporer membedakan semua orang dan disebut sebagai calon presiden
Prabowo Subianto. Apakah Prabowo akan menang dalam pemilihan 2024, yang akan
menjadi pencalonannya yang ketiga?

Baliho "gemoy" adalah fenomena lain yang dilakukan oleh warga negara, selain
meningkatkan elektabilitas. Saat Prabowo Subianto turun ke tengah masyarakat, dia
pernah dicubit oleh ibu-ibu atau emak-emak. Dia mengatakan bahwa itu adalah akibat
dari fenomena "gemoy", tetapi itu dianggap menyenangkan.Dalam Konsolidasi Tim
Pemenangan Prabowo-Gibran, Prabowo menyatakan, "Emak-emak itu kalau sudah
pegang tidak mau dilepas, apalagi sekarang ada fenomena gemoy-gemoy, ada emak-
emak yang cubit pipi saya, sakit lagi." di Sentul International Convention Center
(SICC), Bogor pada Minggu (10/12), seperti dikutip Antara.

Namun, patut untuk dipertanyakan mengapa Prabowo mengakui peristiwa


tersebut menyenangkan.

"Inilah demokrasi, rakyat ingin menyentuh pemimpin-pemimpinnya, saya merasa


bahagia, saya tidak merasa tua kalau di tengah rakyat," ungkap Prabowo.

“Emangnya apa yang salah dengan dengan joget? Apa yang salah dengan gembira?
Boleh tidak masyarakat hidup gembira? Boleh tidak masyarakat makin sejahtera? Boleh
tidak masyarakat makin bahagia” ungkap Gibran

"Gemoy" Adalah Merupakan Usulan Strategi dari Prabowo?

Seiring dengan tanggapan Prabowo, kampanye pemilu di Indonesia seolah


memperoleh citra yang berbeda. Alih-alih menunjukkan kekuatan dan ketegasan seperti
dua calon presiden sebelumnya, Prabowo justru dihebohkan dengan label "gemoy"
menjelang 2024. Perubahan citra Prabowo sangat penting karena, selain menggunakan
label "gemoy", dia juga bertingkah laku seperti gemoy saat menanggapi Ibu-Ibu yang
mencubitnya. Fakta ini dapat dianggap memiliki dampak pada demokrasi Indonesia
karena dapat memicu pergeseran ideologi dari demokrasi ke ideologi lain. Bukan
tentang kampanye yang dilakukan oleh setiap paslon oleh koalisi partainya, tetapi
tentang pengaruh yang akan terjadi pada pemilu serentak tahun 2024.

Sebaliknya, Anggawira, Ketua Umum Relawan Pengusaha Muda Nasional


(Repnas) Prabowo-Gibran, mengakui bahwa fenomena "gemoy" merupakan bagian dari
upaya kreatif Prabowo-Gibran untuk mengembangkan kampanye yang santun dan
positif. Dalam keterangan tertulisnya pada Jumat (24/11/2023), Anggawira menyatakan,
"Kita sering diserang, difitnah sesuai arahan Pak Prabowo-Gibran, kita senyumin aja
dan tetap tenang bekerja hadirkan program terbaik untuk masyarakat."

Orang pertama yang dapat melacak keberhasilan strategi kampanye "gemoy" ini
adalah elektabilitas Prabowo-Gibran. Tidak mudah untuk menjadikan konsep "gemoy"
sebagai pilar utama kampanye Koalisi Indonesia Maju karena ini adalah pemilihan
presiden ketiga Prabowo.

Anda mungkin juga menyukai