Anda di halaman 1dari 14

jurnal.balitbangda.lampungprov.go.

id/ P-ISSN 2354-5704 | E-ISSN 2622-190X


April 2022

BAGAIMANAKAH PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA


DI PROVINSI LAMPUNG, KONVERGEN ATAU DIVERGEN ?

HOW IS THE ECONOMY BETWEEN DISTRICT/CITY IN LAMPUNG


PROVINCE, CONVERGENT OR DIVERGENT ?

Ahmad Dhea Pratama1, I Wayan Suparta2, Arivina Ratih3


1
Magister Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung
E-mail: Ahmaddheapratama@gmail.com

Dikirim 29 Januari 2022, Direvisi 12 Maret 2022, Disetujui 29 Maret 2022

Abstrak: Hipotesis Konvergensi masih menjadi topik yang menarik dengan melihat apakah antar wilayah
sedang mencapai titik konvergen atau divergen dalam aktivitas perekonomian, semakin menjauh atau semakin
mengecil gap perekonomian antar wilayah. Alat analisis dengan regresi linier berganda menggunakan
pendekatan fixed effect model, penelitian ini menggunakan variabel PDRB Perkapita tahun penelitian dan tahun
sebelumnya. Data skunder berbentuk panel data dengan 15 wilayah Kabupaten dan kota serta runtun waktu
penelitian tahun 2015-2019. Hasil penelitian menjelaskan telah terjadi proses konvergensi absolut ,ini ditandai
koefisien negative dan signifikan, Indikasi kecepatan mengurangi gap perekonomian sebesar 4,8% , waktu yang
dibutuhkan dalam suatu proses pengurangan kesenjangan dari kesenjangan awal adalah adalah 14,17 Tahun
antar 15 Kabupaten dan Kota di Provinsi Lampung Tahun 2015-2019.

Kata kunci: Absolut Konvergensi, Perekonomian, PDRB

Abstract: The Convergence Hypothesis is still an interesting topic by looking at whether between regions are
reaching the point of convergence or divergence in economic activity, the farther apart or the economic gap
between regions is getting smaller. The analysis tool with multiple linear regression uses the Fixed Effect model
approach, this study uses the per capita GRDP variable in the research year and the previous year. The
secondary data is in the form of panel data with 15 districts and cities and the 2015-2019 research time series.
The results of the study explain that there has been an absolute convergence process, this is marked by a
negative and significant coefficient, an indication of the speed of reducing the economic gap by 4.8%, the time
required in a process of reducing the gap from the initial gap is 14.17 years between 15 districts and cities in
Lampung Province 2015-2019.

Keywords: Absolute Convergence, Economy, GRDP

PENDAHULUAN Hipotesis ini juga diperkuat dengan


berbagai kajian konvergensi yang
Hipotesis Konvergensi masih menjadi menyatakan apabila ekonomi daerah
topik yang relevan dalam analisis miskin dapat tumbuh lebih cepat dari pada
pembangunan antar wilayah, ini ditandai ekonomi daerah kaya. Menurut (R. J.
dengan setiap wilayah yang akan terus Barro & Sala-I-Martin, 1992) kondisi di
bergerak dalam aktivitas membangun mana masing-masing daerah akan tumbuh
perekonomian menuju kesejahteraan yang dengan sendirinya, Daerah yang pada
diinginkan. Pada konsep konvergensi awalnya kurang maju akan tumbuh lebih
setiap wilayah yang berbeda-beda satu cepat dari daerah lain yang kondisi
sama lain dipertanyakan kemampuannya awalnya lebih baik.
dalam mencapai titik konvergen atau
divergen dalam aktivitas perekonomian, Pada akhirnya daerah yang kurang maju
semakin menjauh atau semakin mendekat tersebut akan mampu mengejar (catch-up)
gap perekonomian antar wilayah yang ada. daerah yang lebih maju sedemikian rupa
sehingga tercapai pertumbuhan dan
sekaligus pemerataan antar daerah ,

INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN | VOLUME 10 NO. 1 67


[BAGAIMANAKAH PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI LAMPUNG,KONVERGEN ATAU DIVERGEN ?]
– Ahmad Dhea Pratama, I Wayan Suparta, Arivina Ratih

Perekonomian yang konvergen merupakan (Wau, 2015), daerah kabupaten di


perekonomian daerah miskin dapat Sumatera Utara bahwa pembangunan
mengurangi gap pendapatan dengan ekonomi antar daerah kabupaten di
wilayah atau daerah kaya tiap tahunnya. Sumatera Utara mengalami proses
Dalam jangka panjang, pertumbuhan divergensi, ketimpangan pembangunan
ekonomi yang konvergen dari suatu daerah terus melebar lebih disebabkan oleh sifat
akan mencapai pertumbuhan ekonomi heterogenitas kegiatan ekonomi antar
yang mantap atau steady stade (X. X. W. kabupaten yang cukup tinggi, dan semakin
Sala-i-Martin, 1995). meningkat dengan diterapkannya
kebijakan otonomi daerah yang membuat
Perbedaan tingkat pembangunan setiap daerah berpacu untuk mendorong
ekonomi antar wilayah akan membawa pertumbuhan ekonomi daerahnya dengan
kita melihat suatu gambaran penting menggunakan sumber daya yang ada,
tentang apakah pada suatu wilayah sedang terutama sumber daya alam. Sehingga
terjadi ketimpangan pembangunan atau daerah kabupaten yang kaya sumber daya
sudah adanya pemerataan pembangunan. alam akan lebih cepat tumbuh, sedangkan
PDRB perkapita menjadi bahan penting daerah yang miskin sumber daya alam
dalam melihat proses konvergensi dan memiliki pertumbuhan yang rendah.
perekonomian antar wilayah yang terjadi.
Temuan lain tentang divergensi dikaji
Kajian fenomena konvergensi pun telah oleh (Komang Ayuk Pebriani, 2004),
dilakukan khususnya pada wilayah di Otonomi daerah belum mampu untuk
sekitar Indonesia, (Amalia et al., 2018) mengatasi ketimpangan pendapatan antar
pertumbuhan ekonomi jawa timur hasil kabupaten di Indonesia dalam kurun waktu
menunjukan konvergensi di lv yang 10 tahun era Otonomi. PDRB perkapita
rendah , hal ini juga menunjukan mempunyai pengaruh positif terhadap
kesimpulan bahwa faktor kebijakan selisih PDRB perkapita tahun 2010 dengan
pemerintah yang tepat dapat mengurangi PDRB perkapita tahun 1999, hal tersebut
ketimpangan di Jawa Timur. Kebijakan itu berlawanan dengan hipotesis mengenai
berfokus pada pemerataan infrastruktur konvergensi, sehingga dapat terjadi
investasi, teresediaan energy, angkatan divergensi antar Kabupaten dan Kota di
kerja dan produktivitas tenaga kerja semua Indonesia.
di dikaitkan dengan melakukan
pemerataan pada masing-masing kebijakan. Sebuah benang merah dari berbagai
hasil kajian menandakan bahwa setiap
(Wahyunadi, 2019),telah terjadi suatu wilayah memiliki suatu faktor yang
tendensi konvergensi absolut pendapatan berbeda dalam proses perekonomian dan
perkapita antar Kabupaten/Kota di perbedaan tersebut menunjukan antar
Provinsi NTB ,terjadi proses konvergensi wilayah dapat menuju suatu proses
absolut ditandai dengan koefisien negative konvergen atau divergen.
kecepatan berkisar antara 2,14 % hingga
3,710 % per tahun serta half-life antara Padangan Perroux pada tahun,1950
selama 19- 32 tahun. Pertumbuhan menjelaskan bahwa ruang sebagai
ekonomi anta kabupaten/kota di Nusa kekuatan keruangan yang abstrak, sebagai
Tenggara Barat sangat bervariasi, selain tempat memancarnya kekuatan-kekuatan
dipengaruhi oleh ketersediaan sentrifugal dan tertariknya kekuatan-
sumberdaya alam (faktor endowment) juga kekuatan sentripetal. Pembangunan tidak
dipengaruhi oleh ketersediaan terjadi secara serentak, melainkan muncul
infrastruktur di daerah dan kebijakan di tempat-tempat tertentu dengan
pemerintah. kecepatan dan intensitas yang berbeda.

68 VOLUME 10 NO. 1 | INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN


[BAGAIMANAKAH PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI LAMPUNG, KONVERGEN ATAU DIVERGEN ?]
– Ahmad Dhea Pratama, I Wayan Suparta, Arivina Ratih

Kutub pertumbuhan bukanlah kota atau Provinsi ini memiliki potensi


wilayah, melainkan suatu kegiatan perekonomian dalam bidang Pertanian dan
ekonomi yang dinamis. Hubungan perkebunan Pemerintah melakukan
kekuatan ekonomi yang dinamis tercipta di penambahan alokasi program/kegiatan
dalam dan di antara sektor-sektor ekonomi. bagi daerah penyangga ketahanan pangan
Nasional. Hal ini mengingat Provinsi
Hal ini menandakan bahwa suatu Lampung yang juga merupakan penyangga
wilayah perekonomian antar wilayah yang ketahanan pangan nasional dan sebagai
berbeda memiliki kekuatan masing-masing penghasil komoditas pertanian yang besar.
dan memiliki interinsik yang berbeda Ini menandakan bahwa Provinsi Lampung
dalam melakukan berbagai aktivitas tidak antar wilayahnya menunjukan suatu
terkecuali dalam menggerakan roda potensi perekonomian khususnya bidang
perekonomian pada tiap wilayah antar Pertanian dan perkebunan (Bappeda, 2016).
kabupaten dan kota di Provinsi Lampung.
Kondisi perekonomian dapat dilihat
Pembangunan wilayah yang terus bagaimana keadaan PDRB perkapita dan
berkelanjutan tidak terlepas dari laju Pertumbuhan di 15 Kabupaten/Kota di
pengukuran untuk mengetahui kondisi Provinsi Lampung sebagai berikut:
ekonomi di suatu daerah dalam periode
tertentu menggunakan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), merupakan salah
satu indikator penting, jumlah nilai tambah
yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha
dalam suatu daerah tertentu, atau
merupakan jumlah nilai barang dan jasa
akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit
ekonomi pada suatu daerah (BPS, 2016).

Konvergensi antar wilayah


Kabupaten/kota di Provinsi Lampung dan
mengambil suatu konsep interistik wilayah
dalam pembangunan Ekonomi di mana
potensi wilayah dan hubungan yang saling
berkaitan antar daerah menjadi salah satu
fokus penelitian. Gambar 1. Rata-rata PDRB Per Kapita dan
pertumbuhan ekonomi se-Provinsi Lampung
Pandangan (Hirschman, 1984), Tahun 2015 – 2019
membahas bagaimana pembangunan Sumber :BPS,Prov. Lampung 2021.
terpolarisasi sehingga dapat Gambar 1, Menyajikan perkembangan
menguntungkan kedua wilayah yang PDRB Perkapita kabupaten/kota di
sedang tumbuh dan berada di sekitarnya. Provinsi Lampung dan pertumbuhan
Pertumbuhan di wilayah yang sedang ekonomi lima tahun terakhir menunjukkan
berkembang akan menghasilkan peningkatan yang signifikan dimana dari
keuntungan yang disebut "trickle down 15 Kabupaten/Kota. Terdapat 5 (lima)
effect". Pada akhirnya, Hirschman Kabupaten/Kota PDRB meningkat dan
memiliki kepercayaan bahwa trickle- diatas Provinsi, yaitu pada wilayah kota
down effect akan lebih besar dari pada Bandar Lampung pertumbuhan mencapai
polarization effect akibat peningkatan 8,90 persen, diikuti Kabupaten mesuji dan
tekanan untuk memberlakukan kebijakan Lampung tengah masing-masing sebesar
ekonomi. 9,05 persen dan 9,24 persen. Sedangkan

INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN | VOLUME 10 NO. 1 69


[BAGAIMANAKAH PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI LAMPUNG,KONVERGEN ATAU DIVERGEN ?]
– Ahmad Dhea Pratama, I Wayan Suparta, Arivina Ratih

rata-rata pertumbuhan PDRB Perkapita Tulang Bawang dan Tulang Bawang barat.
terendah berada di Kabupaten Lampung Pada kuadran ini mengindikasikan bahwa
Timur dan Pesawaran masing-masing beberapa daerah kabupaten yang kurang
sebesar 7,63 persen dan 7,66 persen. maju bisa mengejar daerah perkotaan yang
Sedangkan dilihat dari nilai PDRB rata- lebih maju, Selanjutnya pembagian Daerah
rata Kabupaten memiliki peningkatan yang maju namun tertekan: yaitu Kota Metro,
sangat baik dari tahun ke tahun. Lampung Utara dan Tanggamus, Daerah
berkembang cepat: Pesawaran, Pringsewu,
(Kuncoro, 2004),menyimpulkan adanya Pesisir barat, Lampung barat dan Mesuji.
perbedaan dalam laju pertumbuhan antar
daerah dapat disebabkan oleh berbagai Dugaan perkembangan antar wilayah di
faktor diantaranya, kecenderungan peranan 15 Kabupaten/kota di provinsi Lampung,
modal (investor) memilih daerah ditelaah dengan pergerakan pertumbuhan
perkotaan atau daerah yang memiliki ekonomi dan PDRB Perkapita, kajian ini
fasilitas yang lengkap, dan adanya juga mengambil konsep beta Konvergen
ketimpangan pembagian pendapatan dari menggambarkan lebih cepatnya
pemerintah pusat kepada daerah. Alat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah yang
analisis Klassen Typology digunakan lebih miskin dibandingkan dengan wilayah
untuk mengetahui gambaran tentang pola yang lebih kaya, kondisi ini ditunjukkan
dan struktur pertumbuhan ekonomi oleh nilai negatif beta pada hubungan
masing-masing daerah di Provinsi negatif antara pertumbuhan pendapatan
Lampung. Berikut gambaran pola tipologi perkapita pada periode tertentu terhadap
klassen rata-rata pertumbuhan dan PDRB pendapatan perkapita pada periode awal
perkapita di Provinsi Lampung Tahun (initial level of percapita income),
2015-2019: Marques dan Soukiazis (1998), Lall dan
Yilmaz (2000), serta Paas et al (2007).
Pendekatan konvergensi absolut sejauh
mana variabel utama pertumbuhan
ekonomi mempengaruhi tingkat
pertumbuhan di masa depan, konvergensi
absolut menjelaskan diminishing return to
capital. Dalam pemikiran neoklasik bahwa
pertumbuhan ekonomi di Negara maju
akan cenderung tumbuh lebih lambat
daripada perekonomian Negara miskin
akibat terjadinya diminishing return to
capital,(R. J. B. X. Sala-i-Martin, 1997).
Gambar 2. Tipologi Klassen Pola Struktur
Perekonomian Provinsi Lampung Provinsi Lampung antar wilayah
teridentifikasi pembentukan PDRB
Sumber :BPS,data diolah 2021. disumbang oleh potensi tiap wilayah
Terdapat empat kategori wilayah dari berupa peran sektor basis seperti pertanian,
hasil tipologi daerah. Daerah cepat maju perkebunan dan perikanan, hal ini juga
dan cepat tumbuh yaitu daerah yang tidak terlepas dari peran pemerintah dalam
memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi pembentukan faktor-faktor produksi
dan tingkat pendapatan yang lebih tinggi terhadap pembangunan kepada tiap
dibanding rata-rata kabupaten/kota wilayah-wilayah antar kabupaten dan Kota.
beberapa wilayah yang memiliki indikasi Hipotesis absolut konvergensi akan
adalah Kota Bandar Lampung, Kabupaten memainkan peran dalam apakah pada
Lampung Tengah, Lampung Selatan, kajian ini wilayah miskin dan kaya sedang

70 VOLUME 10 NO. 1 | INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN


[BAGAIMANAKAH PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI LAMPUNG, KONVERGEN ATAU DIVERGEN ?]
– Ahmad Dhea Pratama, I Wayan Suparta, Arivina Ratih

berlangsung disvergensi atau konvergensi, input (diminishing returns) dan elastisitas


akumulasi aktivitas perekonomian di positif penggantian antara setiap input.
tandai dengan PDRB perkapita suatu Model struktur dasar fungsi produksi
wilayah. Pendugaan penting menurut data pertumbuhan ekonomi Solow adalah
perekonomian provinsi Lampung sebagai berikut :
beberapa wilayah yang sedang
berkembang terlepas dari wilayah pusat
atau PDRB Perkapita yang rendah
memiliki laju yang relative lebih tinggi Y = F (K, L)
dari pusat pertumbuhan.
1. Teori Pertumbuhan Neoklasik
Kondisi constan returns to scale
Pertumbuhan ekonomi melalui sisi
(pengembalian skala konstan) terhadap
permintaan dipicu oleh peningkatan
output dapat diformulasikan sebagai
konsumsi masyarakat sementara
berikut :
pertumbuhan ekonomi melalui sisi
penawaran diakibatkan oleh peningkatan
produktivitas faktor-faktor produksi seperti
tenaga kerja, kapital, perubahan tekhnologi Y = F (K,L) = L · F (K/L ,1 ) = L · f
dan peningkatan kualitas sumber daya (k)
manusia. Berbagai literatur dan model
empiris yang dapat dijadikan sebagai k = K/L adalah ratio modal pertenaga
landasan dalam menganalisis pengaruh kerja.
variabel ekonomi dan non ekonomi
terhadap pertumbuhan. Model y = Y/L adalah menunjukkan jumlah
pertumbuhan dinyatakan dalan bentuk output perpekerja.
hubungan fungsional antara variabel
dependen dan sejumlah variabel penjelas
(explanatory varible). Model pertumbuhan
Neo-klasik mendasarkan analisisnya pada Selanjutnya dinyatakan bahwa
model fungsi produksi Cobb-Douglas : persediaan kapital merupakan determinan
(Mankiw, 2000), (X. X. W. Sala-i-Martin, tingkat output suatu perekonomian yang
1995) dapat berubah sepanjang waktu dan
berimplikasi terhadap tingkat pertumbuhan
𝛽
𝑌𝑡 ∶ 𝐴𝑡 𝐾𝑡𝛼 𝐴𝑡 ekonomi. Dua kekuatan yang saling
berpengaruh terhadap persediaan kapital
Yt = Tingkat pertumbuhan pada tahun yaitu investasi ( i ) dan penyusutan ( δ ).
t. Investasi mengacu pada penambahan
At = Tingkat kemajuan teknologi pada peralatan baru sehingga persediaan modal
tahun t. bertambah, sementara penyusutan ( δ )
Kt = Jumlah stok modal pada tahun t. mengacu pada penggunaan capital
Lt = Jumlah tenaga kerja pada tahun t. sehingga menyebabkan persediaan kapital
𝛼, 𝛽 = Elastisitas Produksi dari input menurun. Investasi per pekerja sebagai
Modal dan Tenaga Kerja. fungsi dari persediaan kapital per pekerja
dinyatakan sebagai berikut :
Model pertumbuhan neo-klasik
mengasumsikan bahwa fungsi produksi I = s f(k)
memiliki pengembalian skala konstan
Δk = i – δk
(constan returns to scale), berlakunya
hasil yang semakin menurun pada setiap

INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN | VOLUME 10 NO. 1 71


[BAGAIMANAKAH PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI LAMPUNG,KONVERGEN ATAU DIVERGEN ?]
– Ahmad Dhea Pratama, I Wayan Suparta, Arivina Ratih

Semakin tinggi jumlah persediaan mengurangi gap pendapatan dengan


kapital, maka semakin besar output y, dan wilayah atau daerah kaya tiap tahunnya.
investasi i, tetapi sebaliknya jumlah Dalam jangka panjang, pertumbuhan
penyusutan menjadi semakin besar. Proses ekonomi yang konvergen dari suatu daerah
ini akan berlangsung terus sampai tingkat akan mencapai pertumbuhan ekonomi
penyusutan (δ) sama dengan investasi (i). yang mantap atau steady stade (Sala-I-
Jika perekonomian berada pada tingkat Martin, 1996).
persediaan kapital tunggal k* ( investasi
dan penyusutan seimbang) dimana Δk = 0, Konvergensi beta bertujuan untuk
maka perekonomian berada pada kondisi mengetahui hubungan antara pertumbuhan
mapan k* ( steady state level of capital). PDRB per kapita dengan PDRB per kapita
Perekonomian yang tidak berada dalam awal. Apabila hubungan tersebut negatif,
keseimbangan akan cenderung menuju maka daerah yang memiliki PDRB per
kepada kondisi mapan (steady state level) kapita tinggi pada periode awal akan
yang menunjukkan keseimbangan memiliki pertumbuhan PDRB per kapita
perekonomian jangka panjang. yang lebih rendah dibandingkan daerah
dengan PDRB per kapita awal yang rendah,
Model pertumbuhan Neo-klasik jika sehingga dalam jangka panjang semua
dilihat dari sudut pandang ekonomi daerah akan memiliki tingkat pertumbuhan
regional adalah bahwa terdapat hubungan yang sama. Koefisien konvergensi beta
antara tingkat pertumbuhan suatu negara mengindikasikan seberapa cepat output per
dengan perbedaan kemakmuran daerah tenaga kerja sebuah perekonomian
pada negara tersebut. Pada saat proses mendekati steady state-nya Konvergensi
awal pembangunan tingkat perbedaan beta absolut persamaan sebagai berikut :
kemakmuran antar wilayah cenderung
meningkat (divergence), dan setelah proses 𝑌
(𝑌𝑖𝑡 )
pembangunan berjalan lama (jangka 𝑙𝑜𝑔
𝑖,0
= 𝑏0 − 𝑏1 log (𝑌𝑖,0 )
panjang) maka perbedaan kemakmuran 𝑇
antar daerah cenderung menurun
(convergence). Dimana 𝑖 menunjukkan waktu, 𝑇 dan 0
interval waktu observasi serta 𝑌𝑖,𝑇 dan
2. Konvergensi Beta (Absolut) 𝑌𝑖,0 menunjukkan PDRB awal dan akhir
pada suatu daerah.
Konvergensi pertumbuhan ekonomi
menyatakan bahwa suatu daerah tertinggal METODOLOGI
dapat mengejar ketertinggalan apabila 1. Jenis dan Sumber Data
pertumbuhan ekonominya konvergen, jika
tidak maka daerah tersebut tidak bisa Penelitian berbentuk deskriptif
mengejar ketertinggalannya. Adanya kuantitatif, Pada jenis data menggunakan
perbedaan pertumbuhan ekonomi pada data skunder yang berbentuk panel data
masing-masing daerah akan menimbulkan berupa gabungan tuntun waktu (time series)
suatu permasalahan yang menarik. Apabila dari tahun 2015-2019 dan data silang
ekonomi daerah miskin dapat tumbuh (cross section) dengan total wilayah
lebih cepat dari pada ekonomi daerah kaya. observasi 15 Kabupaten dan Kota di
Apabila bisa, daerah miskin tersebut Provinsi Lampung.
mempunyai kecenderungngan untuk
Data diambil secara tidak langsung,
mengajar ketertinggalan dari daerah kaya,
didapatkan dari terbitan Badan pusat
atau bisa diartikan dengan konvergensi.
statistik Provinsi Lampung dan berbagai
Perekonomian yang konvergen merupakan
kabupaten dan Kota, serta data dati
perekonomian daerah miskin dapat
publikasi lainnya.

72 VOLUME 10 NO. 1 | INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN


[BAGAIMANAKAH PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI LAMPUNG, KONVERGEN ATAU DIVERGEN ?]
– Ahmad Dhea Pratama, I Wayan Suparta, Arivina Ratih

Variabel penelitian menggunakan model LSDV/Fixed effect.


produk domestik regional bruto tahun
sebelumnya dan pada tahun penelitian Nilai chow test yang didapat kemudian
dengan satuan juta rupiah. Berikut definisi dibandingkan dengan F-tabel
oprasional variabel penelitian: padanumerator sebesar N-1 dan
denumerator NT-N-K. Nilai F-tabel
1. PDRB (Yit) : Variabel PDRB yang menggunakan a sebesar 1 persen dan 5
digunakan adalah nilai PDRB persen. Perbandingan tersebut dilakukan
perkapita dalam satuan juta rupiah di dengan hipotesis sebagai berikut:
15 kabupaten/kota di provinsi
Lampung dari tahun 2015-2019. Ho = menerima model common effect,
2. PDRB Tahun sebelumnya (Yit-1) : jika nilai Chow <F-tabel.
Data PDRB Perkapita tahun
sebelumnya yang digunakan adalah Ha = menerima model fixed effect, jika
nilai PDRB perkapita tahun nilai Chow >F-tabel.
sebelumnya dalam satuan juta rupiah
di 15 kabupaten/kota di provinsi 2. Uji Hausman
Lampung dari tahun 2014-2018. Untuk menentukan metode apa yang
sebaiknya dipakai antara fixed effect
Proses pengolahan data di lakukan ataurandom effect, digunakan metode yang
dengan program statistik EViews 10, dikembangkan oleh Hausman.
dengan pengolaha memasukan estimasi UjiHausman ini didasarkan bahwa
model Ordinary Least Square kedalam penggunaan variabel dummy dalam
aplikasi sehingga menghasilan sebuah metode fixed effect dan GLS adalah efisien
hasil statistik terhadap penelitian tentang sedangkan OLS tidak efisien, di lain pihak
proses Konvergensi antar 15 Kabupaten lainnya adalah metode OLS efisien dan
dan Kota di Provinsi Lampung. metode GLS tidak efisien. Karena
ujihipotesis nulnya adalah hasil estimasi
2. Pengujian Panel Data keduanya tidak berbeda sehingga
UjiHausman bisa dilakukan berdasarkan
1. Uji Chow perbedaan estimasi tersebut.Statistik uji
Hausman mengikuti distribusi statistik chi-
Uji chow test digunakan untuk square dengan df sebesar k dimana k
mengetahui apakah teknik regresi data adalah jumlah variabel independenden.
panel dengan fixed effect (FE) lebih baik Jika nilai statistik Hausman lebihbesar
daripada model regresi data panel common daripada nilai kritisnya maka model yang
effect (CE) dengan melihat residual sum tepat adalah model fixed effect
squares Chow test : dansebaliknya. Secara matematis, uji ini
dapat ditulis sebagai berikut:
(𝑅𝑅𝑆𝑆 − 𝑈𝑅𝑆𝑆)/(𝑛 − 1)
𝐶ℎ𝑜𝑤 ∶
𝑈𝑅𝑆𝑆/(𝑁𝑇 − 𝑁 − 𝐾) W = (βfe − βre )1 [V(βfe ) −
V(βre )]−1 (βfe − βre )~𝑥 2 (𝑘)
RRSS = Restricted Sum of Square
Residual yang merupakan nilai W = estimasi dari matriks kovarian
Sum of Square Residual dari
model PLS/common effect βfe = estimator dari FEM

URSS = Unrestricted Sum of Square βre = estimator dari REM


Residualyang merupakan nilai
Sum of Square Residual dari

INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN | VOLUME 10 NO. 1 73


[BAGAIMANAKAH PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI LAMPUNG,KONVERGEN ATAU DIVERGEN ?]
– Ahmad Dhea Pratama, I Wayan Suparta, Arivina Ratih

Statistik uji Hausman mengikuti 3. Alat Analisis Untuk Mengukur


distribusi statistik chi-square dengan Konvergensi
degree of freedom (df) sebesar k di mana k
adalah jumlah variabel Konvergensi absolut menjelaskan
independenPerbandingan tersebut mengenai bagaimana perekonomian
dilakukan dalam kerangka hipotesis daerah miskin memiliki kecenderungan
sebagai berikut: untuk tumbuh lebih cepat dari negara kaya.
Indikator konvergensi absolut yaitu
Ho = menggunakan pendekatan random Pertumbuhan Ekonomi suatu wilayah.
effect, jika nilai Hausman<nilai chi- Konvergensi absolut dapat terjadi apabila
squares wilayah berpendapatan lebih rendah dapat
Ha = menggunakan pendekatan fixed mengejar ketertinggalan dari wilayah
effect, jika nilai Hausman>nilai chi- berpenghasilan tinggi.
squares.
Dimana wilayah yang berpenghasilan
3. Uji Lagrange Multiplier (LM) tinggi mengalami kondisi steady-stade
Untuk mengetahui apakah model atau pertumbuhan ekonomi pada suatu
random effect lebih baik daripada wilayah yang sudah mencapai batas
metodecommon effect maka digunakan uji maksimum. Sehingga ketika suatu wilayah
Lagrange Multiplier (LM) yang yang sudah mencapai kondisi
dikembangkan oleh Breusch-Pagan. perekonomian yang maksimum dan
Hipotesis dari LM Test adalah: mengalami peningkatan pada jumlah
penduduk maka Pertumbuhan Ekonomi
Ho : Common effect wilayah tersebut akan turun, dan wilayah
Ha : Random Effect yang berpenghasilan lebih rendah dapat
mengejar pendapatan dari wilayah tersebut
Untuk melakukannya diperlukan atau mengalami catching-up effect. Untuk
formulasi sebagai berikut: menghitung konvergensi beta absolut,
menurut (Sala-I-Martin, 1996) dapat
2 menggunakan persamaan :
𝑛𝑇 ∑𝑛 𝑇
𝑖=1 [∑𝑡−1 𝑒𝑖𝑡]
2
LM = 2 ( 𝑇−1) [ ∑𝑛 𝑇 2
− 1]
𝑖=1 ∑𝑡−1 𝑒 𝑖𝑡
𝑙𝑛𝑦𝑖𝑡 = 𝛼 + 𝛽0 𝑙𝑛𝑌𝑖𝑡−1 + 𝑒𝑖𝑡
∑𝑛𝑖=1 [∑𝑇𝑡−1 𝑒𝑖𝑡]2=Jumlah dari kuadrat
jumlah residual tiap individu Dimana:
∑𝑛𝑖=1 ∑𝑇𝑡−1 𝑒 2 𝑖𝑡 =Sum Squared of
yit =PDRB Perkapita 15
Residual dari random effect
Kabupaten/kota di Provinsi
Nilai LM kemudian dibandingkan
Lampung (Pada tahun penelitian)
dengan nilai chi-squares pada degree of
2015-2019.
freedom (df) sebanyak jumlah variabel
yit-1 =PDRB Perkapita 15
independen dan a = 1 persen dan a = 5
Kabupaten/kota di Provinsi
persen.Perbandingan tersebut dilakukan
Lampung (Pada tahun sebelumnya)
dalam kerangka hipotesis sebagai berikut:
2014-2018.
Ho = menggunakan model PLS, jika 𝛼 = Koefisien Konstanta model
nilai LM<nilai chi-squares β = Koefisien regresi variabel
Hi = menggunakan REM, jika nilai ln = Logatirma Natural
LM>nilai chi-squares et = error term

74 VOLUME 10 NO. 1 | INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN


[BAGAIMANAKAH PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI LAMPUNG, KONVERGEN ATAU DIVERGEN ?]
– Ahmad Dhea Pratama, I Wayan Suparta, Arivina Ratih

4. Alat Analisis Untuk Mengukur 4333 49 00


ditolak
Konvergensi Absolut Ha
0,120 0,72
2 REM 1 diteri
Perhitungan Kecepatan konvergensi 628 84
ma
beta absolut dan Kondisional dalam Sumber : Data diolah 2021.
Koefisien konvergensi di 15 Keterangan : Critical Value pada 0,05.
Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung
Tahun 2015-2019, dapat dinyatakan Berdasarkan hasil Uji Fix Effect/Cow
Koefisien Konvergensi (b) dapat Test diperoleh nilai Chi-square statistik
dinyatakan berikut (Robert J. Barro et al., (28,014333) > Chi-square tabel (23,685)
1991): pada df = 14 dengan tingkat probabilitas
0,0000 < 0,05, sehingga menyebabkan Ho
𝑏 = −(1 − 𝑒 −𝛽𝑇 ) ditolak.
Nilai perhitungan kecepatan Hasil Uji Random Effect/ Husman Test
mengejar gap perekonomian antar wilayah diperoleh nilai Chi-square statistik
dan waktu half-time convergence mengejar (0,120628) < Chi-square tabel (3,841)
kesenjangan dengan memasukan koefisien pada df = 1 dengan tingkat probabilitas
prediktor maka rumus menjadi : 0,7284 > 0,05, sehingga menyebabkan Ha
ln (𝑏+1) diterima. Maka model Fixed Effect adalah
Nilai 𝛽 = − dan half-time model yang sebaiknya digunakan.
𝑇
ln (2)
convergence adalah 𝛽 = − 𝛽
2. Pengujian Ordinary Least Square pada
Dimana : model Konvergensi Absolut
𝑏 = Koefisien lnyit-1 pada absolut 15 Model persamaan matematis yang telah
Kabupaten/kota di Provinsi dibuat selanjutnya dilakukan pengujian
Lampung konvergensi absolut dimana PDRB
Perkapita tahun sebelumnya sebagai satu
T = Panjang tahun penelitian 2015- satunya variabel penjelas bagi PDRB.
2019 (5 Tahun) Berikut hasil regresi konvergensi absolut
15 Kabupaten/kota di Provinsi Lampung,
Ln = Logaritma Natural
diperoleh hasil sebagai berikut :
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2. Hasil Estimasi Ordinary Least Square
1. Pengujian Panel Data (OLS) konvergensi Absolut
Var Coeff Std.E t-Stat Prob
Pengujian Konvergensi absolut dimulai C 11,67 1,300 8,981 0,000
dengan pengujian data panel dimana LnYit-1 -0,277 0,076 -3,616 0,000
model akan ditentukan dalam rangkaian Sumber : Eviews data diolah 2021,
membandingkan Fix Effect model dan Keterangan : Signifikan pada α = 0,05.
Random Effect model, berikut pengujian
data panel : lnYit = 11,67828 -0,277517lnYit -1
R2 = 0,869382
Tabel 1.Uji LM Data Panel Konvergensi Absolut F-stat = 26,17996
Chi- DW = 1,117118
N Chi Kesim
Test Sq. Prob
o df pulan
Stat
1 FEM 28,01 14, 0,00 H0

INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN | VOLUME 10 NO. 1 75


[BAGAIMANAKAH PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI LAMPUNG,KONVERGEN ATAU DIVERGEN ?]
– Ahmad Dhea Pratama, I Wayan Suparta, Arivina Ratih

Persamaan regresi tersebut mempunyai 0,048983 dapat diketahui half-life


makna bahwa koefisien PDRB Perkapita convergence yaitu waktu yang dibutuhkan
tahun sebelumnya menunjukkan nilai untuk menutup dari kesenjangan awal akan
negatif sebesar -0,2775 ,nilai dan tercapai :
signifikan pada α = 0,05 berpengaruh
ln (2)
secara nyata yang berarti H0 ditolak, hal ini T= 𝛽
menunjukan arah kepada terjadinya proses
absolut Konvergensi antar 15 T = 0,6931/0,048983
Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung
periode 2015-2019. = 14,17
Nilai R2 sebesar 0,869382 memiliki arti Sehingga waktu yang dibutuhkan untuk
bahwa 86,9 persen variasi naik turunnya menutup gap dari kesenjangan awal adalah
PDRB dipengaruhi oleh PDRB tahun 14,17 Tahun, Dibutuhkan waktu lebih
sebelumnya. Indikasi pertumbuhan PDRB kurang 14 tahun untuk mengejar
perkapita lebih rendah mampu tumbuh kesenjangan PDRB Perkapita yang terjadi
lebih cepat dari kabupaten dan kota di antar provinsi 15 Kabupaten/Kota di
Provinsi Lampung yang kondisi awal Provinsi Lampung.
sudah lebih baik, dan mampu mengejar
pencapaian wilayah yang memiliki 4. Pembahasan Konvergensi Absolut antar
pertumbuhan PDRB lebih tinggi. 15 Kabupaten/Kota tahun 2015-2019 di
Provinsi Lampung
3. Hasil Kecepatan Konvergensi absolut
15 Kabupaten/Kota di Provinsi Telah terjadi proses Konvergensi pada
Lampung perekonomian antar wilayah 15
Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung.
Hasil Konvergensi Absolut Mengacu Kondisi ini ditandai dengan koefisien
pada estimasi antara PDRB Perkapita negatif pada hasil pengujian secara
tahun tertentu dengan PDRB tahun statistik dengan nilai -0,277517 , hal ini
sebelumnya, maka yang menjadi koefisien juga diperkuat oleh hipotesis konvergensi
prediktor adalah koefisien dari PDRB awal Sala-i-Martin (1990), Barro dan Sala-i-
periode pada konvergensi absolut yaitu Martin (1991), dan Mankiw et al. (1992),
sebesar -0,277517 dan kemudian angka itu konvergensi absolut dan Kondisional,
dimasukkan ke dalam rumus untuk jika korelasi parsial antara pertumbuhan
mencari nilai konvergensi beta yaitu dan pendapatan awal adalah negative.
sebesar:
Perekonomian menuju suatu proses
ln (0,277517+1)
𝛽= konvergensi antar wilayah kabupaten/kota
5
di Provinsi Lampung, hasil juga
0,244918 menandakan bahwa gap perekonomian
= 5 antar wilayah semakin mengecil, suatu
wilayah dengan PDRB perkapita yang
= 0,048983
rendah atau wilayah miskin dan kaya
Nilai konvergensi beta sebesar memiliki indikasi perekonomian yang
0,048983 mengindikasikan sebesar 4,8 semakin mendekat kedalam kondisi steady
persen kesenjangan yang dapat dikurangi state.
antara kondisi PDRB Perkapita tahun
Kosep ini juga menandakan tentang
sebelumnya dengan kondisi PDRB yang
(diminishing returns to capital) pada antar
steady state dalam waktu 1 tahun. Dari
wilayah disaat wilayah dengan
nilai konvergensi beta absolut sebesar

76 VOLUME 10 NO. 1 | INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN


[BAGAIMANAKAH PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI LAMPUNG, KONVERGEN ATAU DIVERGEN ?]
– Ahmad Dhea Pratama, I Wayan Suparta, Arivina Ratih

perekonomian yang kaya sudah wilayahnya masing-masing dengan


mengekplorasi capital mereka memanfaatkan keunggulan keadaan
perekonomian menuju kedalam keadaan perekonomian regional yang didukung
steady state, tetapi wilayah miskin terus oleh keberadaan faktor sumber daya alam
bergerak dan masih memiliki peluang khususnya sector pertanian, perkebunan
dalam pembentukan perekonomian dengan dan perikanan yang menyebar dan
stok modal yang masih memumpuni dan potensial dalam membantu pergerakan
belum terekplorasi secara penuh, sehingga PDRB antar wilayah. Kemajuan dan
keadaan ini membawa wilayah miskin pemanfaatan sector potensial pada setiap
terus berkembang dan membentuk wilayah yang memiliki PDRB Perkapitan
perekonomian, kecenderungan gap lebih rendah mengindikasikan sedang
perekonomian akan mengecil terhadap terjadi dan terus menggerakan roda
wilayah kaya. perekonomian pada setiap wilayah
sehingga Penguatan faktor internal
Kecepatan konvergensi terhitung (Endogen) akan menarik eksternalitas
sebesar 4,8 % kesenjangan yang dapat positif sebagai spillover pertumbuhan
dikurangi antara kondisi PDRB Perkapita antar wilayah.
tahun sebelumnya dengan kondisi PDRB
yang steady state dalam waktu 1 tahun. Hal ini diperkuat dengan data
Jumlah PDRB dengan nilai yang tinggi, pergerakan PDRB Perkapita 15
dengan kata lain menunjukkan terjadinya Kabupaten/kota di Provinsi Lampung pada
catch up, dan pembentukan perkiraan setiap tahun yang terus mengalami
Half-life convergence yaitu waktu yang kenaikan antar wilayah, berikut gambar
dibutuhkan untuk menutup dari PDRB Perkapita sepanjang periode :
kesenjangan awal yang akan tercapai,
Sehingga waktu yang dibutuhkan untuk
menutup gap dari kesenjangan awal adalah
14,17 tahun untuk mengejar kesenjangan
PDRB Perkapita yang terjadi antar
provinsi 15 Kabupaten/Kota di Provinsi
Lampung.

(Robert J. Barro et al., 1991),


perekonomian Negara/wilayah miskin
secara implisit dapat dinyatakan belum
mengoptimalkan penggunaan capital,
sehingga mereka masih bisa menikmati
return of capital stock melebihi apa yang
dapat dinikmati oleh daerah kaya dalam Gambar 3. Pergerakan PDRB Per Kapita 15
waktu yang sama, sehingga perekonomian Kabupaten/kota di Provinsi Lampung Tahun 2015
mereka (daerah miskin) cenderung tumbuh – 2019
lebih cepat dibandingkan dengan
perekonomian daerah kaya. Pada periode awal 2015 sampai 2019
PDRB Perkapita antar wilayah terus
Kemampuan itu dimilki oleh antar menunjukan hal positif dengan terus
wilayah 15 kabupaten dan Kota di Provinsi berlangsungnya kenaikan setiap tahun,
Lampung, Hal ini juga menjadi dugaan Dominasi kenaikan Kabupaten yang terus
berupa suatu wilayah di provinsi Lampung mengalami kenaikan terus berlangsung
terus berkembang dan memajukan antar periode 2015-2019, wilayah
perekonomian melalui interinsik keadaan Kabupaten Lampung Tengah, Tulang
Bawang dan Mesuji memiliki nilai PDRB

INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN | VOLUME 10 NO. 1 77


[BAGAIMANAKAH PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI LAMPUNG,KONVERGEN ATAU DIVERGEN ?]
– Ahmad Dhea Pratama, I Wayan Suparta, Arivina Ratih

Perkapita yang hampir mengejar wilayah tinggi dibandingkan dengan daerah yang
pusat pertumbuhan yang merupakan Kota bukan aglomerasi.
Bandar Lampung. Dengan demikian
PDRB secara agregatif menunjukkan Kekuatan perekonomian regional faktor
kemampuan suatu wilayah dalam interinsik wilayah dengan potensi Sumber
menghasilkan pendapatan dan faktor- daya Alam menjadikan kekuatan dalam
faktor produksi yang ikut berpartisipasi pengejaran perekonomian dengan wilayah
dalam proses produksi di 15 lainnya. Pembentukan kawasan khusus dan
Kabupaten/kota di wilayah tersebut. terbentuknya wilayah yang terfokus untuk
memajukan suatu sektor seperti pertanian,
Fenomena yang terjadi juga telah terjadi perkebunan dan perikanan yang tidak
pembentukan perekonomian di Provinsi berada di pusat pertumbuhan menjadi
Lampung adanya wilayah yang difokuskan langkah bagaimana perekonomian terlihat
pada wilayah kabupaten-kabupaten yang bergerak antar wilayah tidak hanya satu
memiliki potensi sumberdaya alam dengan wilayah pada 15 kabupaten/kota di
akan adanya suatu fenomena aglomerasi, Provinsi Lampung.
seperti pembentukan KIM (Kawasan
Industri Maritim) di Tanggamus, Kawasan (Ghose, 2001), Konvergensi dikatakan
perindustrian Perkebunan dan pertanian di kondisional apabila tingkat pertumbuhan
Lampung Tengah dengn beberapa pabrik lebih tinggi pada propinsi yang memiliki
besar seperti PT. Sugar Group , PT. Great level pendapatan yang lebih rendah. Ada
Giant Pineapple Company dan PT. Budi tiga alasan penting bagaimana daerah
Acid Jaya II, Tulang Bawang dan Mesuji berkembang dapat menyusul tumbuh yakni:
memiliki potensi Dari berbagai komoditas
pertanian yang ada, produktivitas sektor 1. Daerah tertinggal yang masuk ke dalam
didominasi terutama oleh komoditas pertumbuhan ekonomi modern dapat
unggulan diantaranya padi, jagung, dan ubi memanfaatkan kelebihan dalam
kayu, Lampung Selatan Potensi Investasi mengadopsi dan menggunakan
wilayah pesisir dan pariwisata. Sebagian teknologi yang telah dikembangkan
wilayah kabupaten di Provinsi Lampung oleh daerah yang maju sebelumnya.
memiliki kekuatan perekonomian yang Mereka tidak perlu mengulang adanya
berbeda tetapi saling berkaitan (Bappeda proses penemuan baru.
prov Lampung Kab/kot,2016). 2. Ada asumsi dasar dalam teori
pertumbuhan yakni ada diminishing
(Nuryadin, 2007), menjelaskan bahwa return pada faktor-faktor input. Hal ini
adanya aglomerasi menjadikan persebaran terjadi pada daerah yang maju dengan
sumber daya yang tidak merata sehingga modal fisik dan modal kapital dalam
menimbulkan disparitas dalam laju tingkatan yang tinggi, sehingga
pertumbuhan ekonomi antar daerah. seharusnya daerah berkembang yang
Daerah-daerah yang mengalami memiliki modal yang lebih sedikit akan
konsentrasi kegiatan ekonomi akan memiliki produktifitas tinggi sehingga
memperoleh manfaat yang disebut dengan daerah tersebut seharusnya memiliki
ekonomi aglomerasi (aglomeration pertumbuhan yang lebih tinggi
economies). Adanya ekonomi aglomerasi dibandingkan daerah yang maju.
ini akan memberikan pengaruh yang 3. Para pekerja di daerah yang
positif pada laju pertumbuhan ekonomi. perekonomiannya berkembang
Hal ini kemudian menjadikan daerah- cenderung memiliki produktifitas yang
daerah yang termasuk dalam aglomerasi rendah pada aktifitas pertanian karena
akan memiliki laju pertumbuhan yang sepanjang terjadinya pertumbuhan, para

78 VOLUME 10 NO. 1 | INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN


[BAGAIMANAKAH PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI LAMPUNG, KONVERGEN ATAU DIVERGEN ?]
– Ahmad Dhea Pratama, I Wayan Suparta, Arivina Ratih

pekerja pindah ke sector manufaktur pembenahan infrastruktur jalan dan


dan jasa. fasilitas penunjang yang krusial dan
bermanfaat dalam aktivitas ekonomi.
Hasil kajian ini sejalan dengan berbagai Pelayanan pemerintah sangat dibutuhkan
temuan salah satunya temuan (Tajerin et dalam penarikan minat investor dan
al., 2017) , bahwa telah terjadi sebuah perusahaan baik swasta dan milik Negara
tendensi proses konvergensi ekonomi untuk melakukan aktivitas perekonomian
wilayah pulau utama (Sumatera, Jawa, di masing-masing wilayahnya.
Kalimantan, Sulawesi, dan Papua) di
Indonesia, kecepatan konvergensi ekonomi
DAFTAR PUSTAKA
sebesar 3,22-8,50%. Lambatnya proses
konvergensi karena tingkat investasi yang Amalia, S. K., Santoso, D. B., & Sasongko,
rendah baik pada modal fisik maupun S. (2018). Convergence Analysis of
modal manusia di wilayah-wilayah pulau Economic Growth in East Java. Jejak,
utama yang berbasis pesisir yang miskin 11(1), 151–161.
atau kurang maju menjadi penyebab tetapi https://doi.org/10.15294/jejak.v11i1.9
potensi yang berbeda menyebabkan 643
konvergensi cenderung akan terjadi Asmariadi, Adi dan Fauzzela, Dian Sera.
dimana setiap wilayah memiliki modal 2021. Dana Kegesitan (Agility
yang berbeda dalam membangun Funding): Sebuah Manifesto Bagi
perekonomian . Pemerintah dalam Menghadapi
Lingkungan Disruptif. Jurnal Inovasi
KESIMPULAN
Pembangunan. Volume 09 Nomor 02,
Perekonomian antar wilayah cenderung Agustus 2021.
mendekat gap perekonomian semakin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
mengecil terjadi indikasi perekonomian Provinsi Lampung. (2016). Potensi
yang konvergen. Hasil model memiliki pertanian dan perkebunan Provinsi
hubungan negatif dengan nilai koefisien Lampung. Diakses 22 februari 2021,
sebesar -0,277517. Indikasi kecepatan http://bappeda.lampungprov.go.id/ho
mengurangi gap perekonomian sebesar me
4,8 % , sehingga waktu yang dibutuhkan
dalam suatu proses pengurangan Badan Pusat statistik. (2014-2019).
kesenjangan dari kesenjangan awal adalah Statistik Provinsi Lampung. Lampung.
adalah 14,17 Tahun. Indonesia. https://lampung.bps.go.id/

Percepatan pembangunan wilayah Barro, R. J., & Sala-I-Martin, X. (1992).


kawasan khusus menjadi relevan bagi Convergence. Journal of Political
pembangunan wilayah antar Economy, 223–251.
kabupaten/kota di Provinsi Lampung. https://doi.org/10.1086/261816
Pemerintah antar kabupaten dan kota harus
lebih fokus melakukan pembangunan
Barro, Robert J., Sala-I-Martin, X.,
dengan sangat mempertimbangkan potensi
Blanchard, O. J., & Hall, R. E. (1991).
apa yang berlimpah dan akan memajukan
Convergence Across States and
wilayah mereka dengan baik.
Regions. Brookings Papers on
Pemerintah kabupaten dan kota di Economic Activity, 1991(1), 107.
seluruh wilayah provinsi Lampung harus https://doi.org/10.2307/2534639
mampu membuat wilayahnya menarik
Ghose, Ajit K. (2001). Global economic
sebagai lahan perekonomian dengan
inequality and national trade,
Penyediaan faktor-faktor produksi seperti
Employment Paper 2001/12
peningkatan listrik untuk kawasan industri,

INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN | VOLUME 10 NO. 1 79


[BAGAIMANAKAH PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI LAMPUNG,KONVERGEN ATAU DIVERGEN ?]
– Ahmad Dhea Pratama, I Wayan Suparta, Arivina Ratih

Employment Strategy Department, Peningkatan Pendapatan Asli Daerah.


Employment Sector, International Jurnal Inovasi Pembangunan.
Labour Office Geneva, International Volume 08 Nomor 02, Agustus 2020.
Labour Organization. Sala-i-Martin, R. J. B. X. (1997).
Gregory, Mankiw N., (2000). Teori Economic growth Second Edition. In
Ekonomi Makro (Terjemahan), Edisi E. The MIT Press Cambridge,
Keempat, Jakarta :Erlangga. Massachusetts London (Ed.), Water
Quality International (Vol. 1997,
Hirschman, A. (1984). A Dissenter´s
Issues 9–10). 2004 Massachusetts
Conffesion: “The Strategy of
Institute of Technology.
Economic Development” Revisited.
https://doi.org/10.4324/97813512429
Pioneers in Development, 1(1), 85–
36-16
111.http://www.rrojasdatabank.info/p
ioneers4.pdf Sala-I-Martin, X. X. (1996). EUROPEAN
ECONOMIC REVIEW Regional
Kuncoro. (2002). Manajemen Perbankan,
cohesion: Evidence and theories of
Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT.
regional growth and convergence.
Indeks Kelompok Gramedia.
European Economic Review, 40,
Kuncoro, M. (2004). Pertumbuhan 1325–1352.
Ekonomi dan Ketimpangan Antar
Sala-i-Martin, X. X. W. (1995). The
Wilayah dalam buku Otonomi Dan
Classical Approach to Convergence
Pembangunan Daerah. Penerbit
Analysis. In Yale University,
Erlangga. Jakarta.
Economic Growth Center, New
Komang Ayuk Pebriani, I. W. S. (2004). Haven, CT (Issue Center Discussion
Konvergensi Pendapatan Perkapita: Paper, No. 734).
Studi Kasus Antar Kabupaten Di http://hdl.handle.net/10419/160651%
Indonesia Pada Era Otonomi Daerah. 0AStandard-Nutzungsbedingungen:
E-Jurnal EP Unud, 2(3), 943–950.
Tajerin, T., Fauzi, A., Juanda, B., &
https://doi.org/10.1016/B0-12-
Adrianto, L. (2017). Tendensi Proses
369398-5/00171-7
Konvergensi Dan Penentu
Mankiw, N Gregory, David Romer and Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
David N.Weil. (1992). “A Pulau Utama Di Indonesia, 1985-
Contribution to The Empirics of 2010. Jurnal Sosial Ekonomi
Economic Growth", Quartely Journal Kelautan Dan Perikanan, 8(2), 167.
of Economics, May https://doi.org/10.15578/jsekp.v8i2.5
Mehrtens, Jana Marie dan Benjamin 671
Abdurahman. (2007). Regional Wahyunadi, W. (2019). Konvergensi
Marketing, Buku Panduan untuk Pertumbuhan Ekonomi Di Nusa
Manarik Investasi Melalui Aliansi Tenggara Barat Periode Tahun 2010 –
Pembangunan Daerah. Jakarta: 2015. Elastisitas - Jurnal Ekonomi
Konrad-Adenauer-Stiftung e.V Pembangunan, 1(2), 79–90.
Nuryadin, D., Sodik, J., & Iskandar, D. https://doi.org/10.29303/e-jep.v1i2.9
(2007). Aglomerasi Dan Pertumbuhan Wau, T. (2015). Konvergensi
Ekonomi: Peran Karakteristik Pembangunan Ekonomi Antar Daerah
Regional Di Indonesia. Parallel Kabupaten. Snema-2015, c, 105–115.
Session IVA: Urban & Regional. http://fe.unp.ac.id/
Saifuddin, Ridwan. 2020. Pemanfaatan
Teknologi Informasi dalam

80 VOLUME 10 NO. 1 | INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN

Anda mungkin juga menyukai