Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

1. KAJIAN TEORI

A. PENGERTIAN METODE

Metode atau metoda berasal dari bahasa yunani, yaitu metha dan hodos. Metha berarti melalui
atau melewati dan hodos berarti jalan atau cara. Metode berarti jalan atau cara yang harus dilalui
untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam bahasa arab, metode disebut thariqah. Mengajar berarti
menyajikan atau menyampaikan pelajaran. Jadi, metode mengajar berarti suatu cara yang haus
dilalaui untuk menyajikan bahan pengajaran agar tercapai tujuan pengajaran. (Ghunaimah, 1952:
177)[1]
Metode mengajar dapat di artikan sebagai cara yang di pergunakan oleh pendidik dalam
mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran.
Dengan demikian, metode mengajar merupakn alat untuk menciptakan proses embelajaran.
Dalam pandangan filosofis pendidikan, metode merupakan alat yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan pendidik. Alat itu mempunyai fungsi ganda, yaitu bersifat polipragmatis dan
monopragmatis.
Polipragmatif bilamana metode mengandung kegunaan yang serba ganda(multipurpose),
misalnya suatu metode tertentu pada suatu situasi kondisi tertentu dapat digunakan untuk
membangun atau memperbaiki. Kegunaannya dapat bergantumng pada si pemakai atau pada
corak, bentuk, dan kemampuan metode sebagai alat, sebaliknya, monopragmatis bilamana
metode mengandung satu macam kegunaan untuk satu mcam tujuan penggunaan mengandung
implikasi bersifat konsisten, sistematis dan kebermaknaan menurut kondisi sasarannya
mengingat sasaran metode adalah manusia, sehingga pendidik dituntut untuk berhati-hati dalam
penerapannya.
Para ahli mendefinisikan metode sebagai berikut :
1. Hasan langgulung
Mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tuuan
pandidikan.
2. Abd. Al-rahman gegunaimah
Mendefinisikan bahwa metode adalah cara-cara yang praktis dalam mencapai tujuan
npengajaran.
3. Al-abraisy
Mendefinisilkan pula bahwa metode adalah jalan yang diikuti untuk memberikan pengertian
kepada peserta didik tentang segala macam metode dalam berbagai pelajaran.[2]
Sebagai kmponen ilmu yang menunjang keberhasilan ilmu pengetahuan induknya, (dalam hal ini
ilmu pendidikan Islam), metodologi pendidikan tidak bisa lain harus sejalan dengan subtasi, dan
tujuan yang identik dengan subtansi dan tujuan ilmu pengetahuan induknya. Bilamana antara
satu sama lain tidak terdapat kesejalanan dengan substnsi dan tujuan, maka metodologi
pendidikan tersebut tidak dapat melaksanakan tugas dan fungsinya. Keadaan yang demikian akan
berakibat pada kemandulan ilmu pendidikan itu sendiri, dan menyebabkan ilmu tersebut idak
memiliki validites atau keabsahan sebagai suatu disiplin keilmuan. Akibatnya ilmu pendidikan
yang dimiliki akan statis an tdak dapat berkembang baik.[3]

B. RIWAYAT HIDUP IBN KHALDUN

‘Abd al- Rahman Abu zaId Ibn Muhammad Ibn Muhammad Ibn Khaldun (lebih dikenal dengan
Ibn Khaldun) lahir di Tunisia pada tanggal 1 Ramadhan 732 H/ 27 Mei 1332 M. Ia hidup pada
periode akhir dari dinasti Mamluk, yaitu periode peradaban Islam di bagdad karena serangan
bangsa Tartar pada tahun 656 H s/d 923 H. dan Ibn Khaldun hidup dalam kalangan keluarga
terhormat yang menekuni ilmu dan politik, dan keluarganya asli bangsa arab yang bergaris
keturunan sampai pada Wail Bin Hajar Bin Kindah dari qabilah Yunani, yang hidup di wilayah
Hadramaut di sebelah selatan Yunani, yang kemudian melakukan imigrasi ke Seville (Spanyol)
pada abd ke-8.[4] Keluarganya merupakan tokoh politik yang cukup berpengaruh, dan di antara
keluarganya, hanya ayahnya yang tidak terjun dalam bidang pendidikan dan memilih untuk lebih
intens di bidang pendidikan. Latar belakang intensitas keilmuan dari keluarganya ini cukup
mempengaruhi pola pikir Ibn Khaldun.
Ibn Khaldun pertama kali menerima pendidikan dari Ayahnya, sejak kecil ia telah mempelajari
Ilmu tajwid, menghafal Al-Qur’an dan fasih dalam qira’at al-sab’ah, di samping belajar dengan
Ayahnya, ia juga mempelajari Ilmu-ilmu lainnya dengan ulama Andalusia dan Tunisia. Pada usia
17 tahun, ia belajar Al-Qur’an berikut tafsir, fiqih, tasawuf dan filsafat.dalam usia yang relatif
muda , ia telah menguasai beberapa disiplin ilmuklasik termasuk ‘ulum ‘aqliyah (ilmu-ilmu
filsafat, tasawuf, dan metafisika).[5] Hingga akhirnya ia sarjana ilmu pngetahuan Islam terbesar
yang juga menguasai berbagai ilmu pengetahuan lainnya seperti sejarah, geografi, politik dan
pendidikan. Ia adalah pendiri filsafat sejarah dan pelopor bidang sosiologi. Setelah mencapai usia
21 tahun ia bekerja sebagai pegawai pada kerajaan Tunis, namun ia maninggalkan pekerjaan
tersebut. Pda tahun 1354 ia diundang ke Fez untuk menjadi tenaga sekertaris pada Abu Enam,
tetapi setelah beberapa tahun ia meninggalkan pekerjaan tersebut. Pada tahun 1362 ia pergi ke
Istana Sultan Granada yang di pegang oleh Abu Abdullah bin al-Ahmar dan tinggal disana
selama dua tahun, dan kemudian pergi ke Afrika. Pada kesempatan tersebut ia mendapatkan
kedudukan yang tinggi, dan kemudian pergi ke Qalat bin Sama dan tinggal disana hingga tahun
1378. Pada tahun 1382 ia pergi menuju mekkah, tetapi berhenti di kairo untuk diangkat sebagai
guru di Universitas Al-Azhar. Pada waktu di kairo, ia diangkat sebagai qadi pada tahun 1384. Ia
memegang jabatan tersebut sampai ia wafat pada tahun 1406.[6]
ketenaran Ibn Khaldun sebagai ilmuan dapat dilihat dari karya momumentalnya, al-
Muqaddimah, kitab ini sesungguhnya pengantar bagi karya universalnya yang berjudul Kitab al-
’Ibar wa Diwan al- Mubtadawa al- Khabar fi ayyami al- ‘Arab wa al- Ajam al- barbar wa man
‘Asarahun min Dzami as- Shulthan al- Akbar. Al- muqaddimah berisikan tentang cara
penyusunan sistematika filsafat dan sejarah. Selain itu di dalam kitab ini berisikan tentang
pandangan-pandangan mengenai beberapa aspek yang berkaitan dengan negara dan masyarakat
termasuk penjelasan tentang pendidikan.[7]

C. PANDANGAN IBN KHALDUN TENTANG METODE PENGAJARAN

Ibn khaldun memberikan petunjuk bahwa seorang guru pertama kali harus mengetahui dan
memahami naluri, bakat dan karakter yang dimiliki para siswa. ia harus memuliain pelajaran
yang dipandang mudah dicerna oleh para siswa dan setelah itu baru dilanjutkan pada materi yang
sulit dan rumit. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru hendaknya mampu menggunakan
metode mengajar yang efektik dan efisien.
Dalam hal ini Ibn Khaldun mengemukakan yang sebagaimana dikutip Scheleifer dalam Samsul
Nizar (2002 : 95) 6 prissip yang perlu diperhatikan oleh pendidik, yaitu :
(1) prinsip pembiasaan
(2) prinsip tajrid (berangsur-angsur)
(3) prinsip pengenalan umum
(4) prinsip kontinuitas
(5) memperhatikan bakat dan kemampuan peserta didik
(6) menghindari kekerasan dalam mengajar.[8]

Pengajaran yang efektif menurut Ibn Khaldun harus setahap demi setahap. Pada tahap yang
pertama permasalahan yang bersifat fundamental dan pokok harus diperkenalkan, dan dalam
melakukan masalah ini seorang guru harus meneliti potensi intelektual anak didik dan harus
mempersiapkan diri untuk menjelaskan materi yang akan diajarkan. Pada tahap yang kedua
seorang guru harus memberikan perbaikan kepada seluruh materi pelajaran yang akan diberikan,
dengan demikian ia tidak meninggalkan pelajaran yang tidak jelas dan samar-samar. Seorang
guru juga harus menjelaskan dengan terang dalam segala hal yang masih bersifat rahasia dan
samar-samar dari disiplin ilmu kepada para siswa. Jika para siswa dididik dengan cara yang
demikian, maka ia akan mencapai dan menguasai materi pelajaran secara utuh.
Ibn Khaldun juga mengingatkan adanya pertentangan yang dihadapi oleh para siswa dalam
menghadapi pelajaran yang sulit pada para siswa permulaan. Tanpa memahami yang demikian,
maka kekeliruan akan terjadi di sini. Disini letak permasalahan pokoknya. Kami telah mengamati
bahwa sebagian besar guru tidak mengetahui metode mengajar yang effektif.[9] Dalam hal ini
Ibn Khaldun menyatakan bahwa pemikiran manusia tumbuh dan berkembang secara bertahap.
Oleh karena itu seorang guru hendaknya selalu mempersiapkan cara yang akan dipergunakan dan
dikembangkan dalam proses memberikan pemahaman dan penerimaan ilmu secara bertahap,
seseorang guru hendaknya pula selalu menjelaskan tujuan dan target yang ingin dicapai scara
bertahap. Apabila tidak memperhatikan hal tersebut maka tujuan yang ingin dicapai dalam
proses belajar mengajar akan selalu berjalan di tempat, melelahkan pemahaman dan konsentrasi,
dan menjauhkan dari persiapan belajar mengajar yang seharusnya dilakukan. Dampaknya akan
memberikan kesan bahwa ilmu itu terkesan sulit, dan timbulnya rasa malas pada diri siswa.[10]
Dalam hal ini tidaklah cukup seorang guru hanya membekali anak dengan ilmu pengetahuan saja
agar mereka menjadi orang yang berilmu pengetahuan yang menambah kemammpuannya dalam
belajar. Akan tetapi guru wajib memperbaiki metode dalam penyajian ilmu kepada anak
didiknya, dengan demikian tidak akan sempurna kecuali lebih dahulu mempelajari hidup
kejiwaan anak dan mengetahui tingkah-tingkah kematangan serta bakat-bakat ilmiahnya.[11]
Akan tetapi mereka memulai pengajarannya dengan memperkenalkan para pelajar dengan
permasalahan ilmu pengetahuan yang sulit dan meminta para siswa agar mengarahkan
pemikiranya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Mereka berfikir bahwa yang demikian itu
termasuk metode mengajar yang benar. Tapi dalam kenyataanya para guru tersebut sebenarnya
telah membuat anak kacau balau pemikirannyadan kehilangan semangat untuk mrmpelajari
materi pelajaran tersebut. Sedangkan hilangnya semangat untuk mempelajari berbagai materi
pelajaran akan menyababkan pengajaran yang salah dan tidak mendapatkan apa apa.para guru
juga tidak tau dasar-dasar dan prinsip-prinsip, bahwa proses penerimaan dan pemahaman
terhadap ilmu pengetahuan berlangsung secara gradual atau bertahap.
Petunjuk lainnya yang diterangkan oleh Ibn Khaldun adalah bahwa seorang guru tidak boleh
memperknalkan permasalahan disiplin ilmu lainnya kepada para siswa sebelum para siswa
memahami suatu disiplin ilmu secara penuh, dan telah pula bener-benar mengenal mata pelajaran
tersebut. Selanjutnya para pelajar jangan dipaksa untuk menguasai disiplin ilmu dalam waktu
yang bersamaan, karena hal itu berarti telah membagi perhatiannya dari satu subjek pei; mso-
fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;
mso-hansi-theme-font: minor-latin;">but adalah sulit dan mepragukan.
Tetapi jika seorang pelajar bebas untuk mempelajari secara bidang ilmu yang dipilihnya ia akan
dapat memberikan perhatian yang tidak terbagi-bagi dengan demikian ia akan menguasai materi
pelajaran tersebut. Lebih lanjut Ibn Khaldun menambahkan bahwa mengajar dalam suatu disiplin
ilmu jangan diperpanjang dengan mengajarcvkan sesuatu yang berjauhan dengan disiplin ilmu
tersebut. Hal ini menyebabkan para pelajar melupakan materi peajaran yang sedang
dipelajarinya. Dengan demikian gangguan yang mengcaukan secara akademik akan terjadi dan
membutuhkan pengulangan kegiatan ekstra secara berkesinambungan dan terus-menerus.

D. RIWAYAT AL-GHAZALI
Nama lengkapnya adalah muhammad bin muhammad bin muhammad, mendapat gelar Imam
Besar Abu hamid al-ghazali hujatul islam yang dilahikan pada tahun 450 h/1058 m, disitu
kampung bernama ghazalah ,thusia, suatu kota di khurasan, persia, ia keturunan persia dan
mempunyai hubungan keluarga dengan raja-raja saljuk yang memerintah daerah khurasan, jibal,
irak, jazirah, persia dan ahwan. Sejak kecil al-ghazali dikenal sebagai anak yang senang dengan
ilmu pengetahuan. Jadi tak mengherankan sejak masa kanak-kanak ia telah belajar kepada
sejumlah guru di kota kelahirannya, antara lain ahmad ibn muhammad al-ridzkani. Selain tu juga
tak segan-segan belajar kepada guru yang jauh dari kota kelahirannya. Di antara guru yang
pernah jadi guruny ialah imam al-juwaini (imam al-haramain) sewaktu imam al-ghazali
menuntut ilmu di naisabur.
Melihat kemampuan dan kecerdasan al-ghazali, al-juwaini memberinya gelar “bahrun mughriq”
(laut yang menenggelamkan). Al-ghazali baru meninggalkan naisabur setelah imam al-juwaini
meninggal dunia tahun 478 h/1085 m. Dari naisabur al-ghazali menuju baghdad dan menjadi
guru besar di universitas yang didirikan nidham al-mulk seorang perdana mentri sultan bani
saljuk. Al-ghazali bertugas menjadi guru besar hanya selama empat tahun dan kemudian setelah
menunaikan ibadah haji. Ia menetap di syam. Dari syam al-ghazali kembali lagi ke bagdad lalu
ke naisaburi dan bertugas sebagai guru. Namun tak lama sesudah itu ia kembali ke kota
kelahirannya hingga wafatnya pada tahun 505 H/1111 M.[12]
Adapun pemikiran pendidikan Al-Ghazali termuat dalam tiga buku karangannya, yaitu Fatihat
Al-Kitab, Ayyuha Al-Walad dan Ihya Ulum Al-Din. Menurut pandangan imam Al-Ghazali,
pendidikan yang baik merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan untuk
mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat.[13]

E. PANDANGAN AL-GHAZALI TENTANG METODE PENGAJARAN

Al-Ghazali amat menekankan terhadap pentingnya persiapan bahan pengajaran oleh guru. Ia juga
menekankan bahwa para guru harus mangamalkan ajaran-ajaran yang diajarkannya. Point
lainnya yang berkenaan dengan pentingnya seorang guru agar menarik perhatian dalam
mengembangkan dan mengajarkan pelajaran dengan cara bekerjasama dengan para siswa yang
dengan cara demikian, para guru telah memberikan fasilitas dan kesempatan kepada para siswa
untuk memahami bahan pelajaran yang diajarkan.[14] Dalam hal yang berhubungan dengan
metode pendidikan, Al-Ghazali menekankan pentingnya bimbingan dan pembiasaan. Dalam
menerapkan metode tersebut Al-Ghazali menyarankan agar tujuan utama dari penggunaan
metode tersebut diselaraskan dengan tingkat usia, tingkat kecerdasan, bakat dan pembawaan
anak dan tujuannya tidak terlepas dari hubungannya dengan nilai manfaat.[15]
Al-Ghazali mengemukakan beberapa asas-asas metode mengajar sebagai berikut
1. Memperhatikan tingkat daya pikir anak.
Al-Ghazali menyarankan pada para guru :
“seorang guru hendaknya dapat memperkirakan daya pemahaman muridnya dan jangan
diberikan prlajaran yang belun sampai tingkat akal pikirannya, sehingga ia akan lari dari
pelajaran atau menjadikan tumpul otaknya.”
Jelaslah bahwa, seorang guru seharusnya dapat memperkirakan mata pelajaran yang dapat
dijangkau oleh pemahaman anak, yaitu memberikan pelajaran dan sesuatu hakikat pada anak
apabila diketahui bahwa anak itu akan sanggup memahaminya dan menempatkan setiap anak
pada tempat yang wajar sesuai dengan kemampuan akal pikirannya serta memperhatikan tingkat
kecerdasan dan pengetahuan mereka, sehingga mereka dapat mengertin, memahami dan
menguasai mata pelajaran itu dengan sesungguh-sungguhnya.
2. Menerangkan pelajaran dengan cara yang sejelas-jelasnya
“seorang anak yang masih rendah tingkat berfikirnya, hendaklah diberikan pelajaran dengan
keterangan yang jelas dan pantas baginya”
Yang dimaksud prinsip ini adalah, perbadaan mengajar bagi nak yang bodoh dengan anak yang
pintar. Anak yang bodoh harus diterangkan secara berulang-ulang, yang jalas dan mudah sesuai
dengan tingkat pemahamannya, agar dapat memelihara kadar kelemahannya sehingga tidak ada
pengaruh buruk dalm jiwanya seperti kurangnya semangat balajar atau menjadikan kacau dan
gelisah pikirannya. Sebaliknya anak yang cerdas cukup dengan penjelasan sekali, singkat dan
ringkas saja ia telah memahaminya, bahkan ia mengerti dengan isyarat. Prinsip ini sangat penting
dan telah banyak menjadi anutan serta banyak pula diterapkan dalam dunia pendidikan modern
seperti penerapan penarapan sistem pengajaran dengan modul.
3. Mengajarkan ilmu pengetahuan dari yang kongkrit kepada yang abstrak.
“seorang guru janganlah meninggalkan nasihat sedikitpun, yang demikian itu melarangnya
mempelajari ilmu pengetahuan pada tingkat yang belum berhak untuk dipelajari selain pelajaran
yang sedang di ajarkannya saat itu.seperti mempelajari ilmu pengetahuan yang tersembunyi
(abstrak) sebelum menguasai ilmu pengetahuan yang kongkrit.”
Mengajarkan ilmu pengetahuan itu harus dimulai dari yang telah dibekali kepada yang belum
dibekali, dari yang mudah kepada yang sulit, dari yang umum kepada yang khusus, dari yang
global kepada yang terperinci, dari yang dasar kepada yang bercabang-cabang begitupun dari
yang abstrak kepada yang kongkrit. Apabila tidak demikian, maka akan mendangkalkan otaknya,
melelahkan akal pikiran dan mengaburkan pemahaman.

4. Mengajarkan ilmu pengetahuan dengan cara berangsur-angsur.


“seorang guru yang memegang satu vak mata pelajaran, hendaklah memberi kesempatan pada
murid-murid untuk mempelajari mata pelajaran lainnya. Demi kemajuan murid dengan cara
berangsur-angsur dan setingkat demi setingkat.”
Al-Ghazali menganjurkan agar seorang guru dalam memberikan pelajaran dilakukan dengan cara
berangsur-angsur, yaitu memperhatikan memperhatikan kemampuan pikirannya dan kesediaan
menerima pelajaran untuk mencapai setingkat demi setingkat, dan dinaikkan ke tingkat
berikutnya dengan penjelasan berikutnya.
Dari pembahasan di atas, dapat dipahami bahwa pandangan Al-Ghazali mengenai asas-asa
metode mengajar tidak berbeda dengan prinsip-prinsip yang digariskan dalam pendidikan
dewasa ini, atau dengan kata lain Al-Ghazali telah melatakkan dasar-dasar dan pirnsip-prinsip
metode mengajar pada hampir seribu tahun yang lampau, sedangkan kini sudah diperluas dan
dikembangkan oleh para ahli pendidikan modern.[16]

2. ANALISIS
Pandangan ibn khaldun dan al ghazali tentang metode pengajaran tidaklah jauh berbeda, karena
dalam hal ini sama-sama menjelaskan tentang cara menyampaikan ilmu pengetahuan dengan
menggunakan metode yang relefan terhadap materi yang akan diajarkan, dengan metode sebagai
berikut :
1) pembiasaan
2) mengajarkan ilmu pengetahuan kepada siswa dari yang termudah hingga yang tersulit
3) serta memahami dan mengetahui bakat dan kemampuan siswa, oleh karenanya tugas
seorang guru dalam menyampaikan materi kepada anak didiknya haruslah secara bertahap atau
berangsur-angsur, agar materi yang di sampaikan oleh guru dapat dipahami dan mudah dicerna
oleh siswa.
Jadi, dapat disimpukan bahwa seorang guru sangatlah berperan dalam proses KBM di kelas,
karena guru yang ideal yaitu guru yang kreatif dalam menyampaikan materi dengan
menggunakan beberapa metode yang relefan terhadap materi yang akan dijarkan, agar siswa
dapat menyerap ilmu pengetahuan dengan mudah, terlabih bagi siswa yang kurang
pemahamannya, dapat di atasi dengan beberapa metode yang telah dipaparkan di atas.

Anda mungkin juga menyukai