Anda di halaman 1dari 6

CATATAN PENTING XI

HAKIKAT PEMIKIRAN PENDIDIKAN AL-GHAZALI DAN IBNU


KHALDUN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Dr. Pepen Supendi, M.Ag.

Disusun Oleh:

Indrie Dwi Lestari (1192100033) VI/A

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2022
A. Pemikiran Pendidikan Menurut Al-Ghazali
Abu Hamid bin Muhammad bin Ahmad al-Ghazali (lebih dikenal dengan
sebutan alGhazali), lahir di Thus (wilayah Khurasan) pada tahun 450 H/1058 M.
al- Ghazali memiliki keahlian berbagai disiplin ilmu, baik sebagai filosuf, sufi,
maupun pendidik. Ia menyususn beberapa kitab dalam rangka menghidupkan
kembali ilmu- ilmu agama (Ihya ulum aldin). Sejak kecil, Al-Ghazali dikenal
sebagai anak yang senang dengan ilmu pengetahuan. Sehingga tak mengherankan
jika sejak masa anak- anak ia telah belajar kepada sejumlah guru di kota
kelahirannya. Al-Ghazali mendapat gelar “bahrun mughriq” dari al-Juwaini karena
kecerdasannya.Al-Ghazali baru meninggalkan Nisyaur setelah Imam al-Juwaini
meninggal dunia tahun 1085.
Karena banyak keahlian yang secara prima dikuasai al-Ghazali, maka tidaklah
mengherankan jika kemudian ia mendapat bermacam gelar yang mengharumkan
namanya, seperti gelar Hujjatul Islam (Pembela Islam), Syeikh al-Shufiyyin (Guru
Besar dalam Tasawuf), dan Imam al-Murabin (Pakar Bidang Pendidikan). Setelah
mengajar diberbagai tempat –seperti Baghdad, Syam, dan Nisyafur- akhirnya ia
kembali ke kota kelahirannya, Thus pada tahun 1105 M. di sini, ia kemudian
mendirikan sebuah madrasah dan mengabadikan dirinya sebagai pendidik hinggaia
wafat pada tahun 1111M.
 Konsep Pendidikan
Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan bersih, kedua orang tualah
yang menyebabkan anak itu menjadi penganut Yahudi, Nasrani, atau
Majusi. (H.R. Muslim). Terkait dengan hadist tersebut, Al-Ghazali
mengatakan jika anak menerima ajaran dan kebiasaan hidup yang baik,
maka anak itu menjadi baik. Sebaliknya jika anak itu dibiasakan melakukan
perbuatan buruk dan dibiasakan kepada hal-hal yang jahat, maka anak itu
akan berakhlak jelek.
 Tujuan Pendidikan
Menurutnya, tujuan pendidikan adalah untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT, bukan untuk mencari kedudukan yang menghasilkan uang.
Karena jika tujuan pendidikan diarahkan bukan pada mendekatkan diri pada
Allah SWT, akan dapat menimbulkan kedengkian, kebencian dan
permusuhan. Pemikirannya tentang tujuan pendidikan Islam dapat
diuraikan menjadi tiga:
1) Tujuan mempelajari ilmu semata-mata untuk ilmu pengetahuan itu
sendirisebagai wujud ibadah kepada Allah SWT.
2) Tujuan utama pendidikan Islam yakni sebagai sarana pembentukan
akhlak al- karimah.
3) Tujuan pendidikan Islam untuk mengantarkan peserta didik
mencapai kebahagian dunia dan akhirat.
 Kurikulum Pendidikan
Sebagaimana yang dikutip oleh Zainuddin dkk, dalam bukunya Seluk
Beluk Pendidikan Dari Al-Ghazali yang dikutip dari Ihya Ulumuddin juz I
bagian pembahasan ilmu pada bab kedua dan ketiga yang diterangkan
secara luas dan mendalam mengenai Ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan tatanan sosial masyarakat, Al-Ghazali membagi ilmu pengetahuan
menjadi tiga bagian, yaitu: (1) Berdasarkan tingkat kewajibannya, (2)
Berdasarkan sumbernya, (3) Berdasarkan fungsi sosialnya.
 Metode Pendidikan
Atas dasar pandangan al-Ghazali itu maka tergambar pula dalam
metode pendidikan yang diingingkan. Di antaranya beliau lebih
menekankan pada perbaikan sikap dan tingkah laku para pendidik dalam
mendidik anak didik, seperti berikut:
a) Guru harus mencintai muridnya seperti anaknya sendiri.
b) Guru tidak boleh mengharapkan upah.
c) Guru harus memberi semangat kepada muridnya untuk mencari
ilmu yang manfaat.
d) Guru harus memberi contoh dan teladan yang baik.
e) Guru harus mengajarkan materi yang sesuai dengan kemampuan
anak didiknya.
f) Guru harus mengamalkan ilmu yang sudah dipelajari, karena guru
menjadi idola di mata anak didiknya sehingga apapun yang
dilakukan atau apapun yang terlihat dari seorang guru sedikit-
banyak akan ditiru oleh muridnya.
g) Guru harus paham terhadap jiwa anak didiknya. Guru harus
mendidik keimanan anak didiknya, sehingga tunduk kepada agama.
Bagi murid dikehendaki hal-hal sebagai berikut:
a) Memuiliakan guru dan bersikap rendah hati dan tidak takabur.
b) Satu bangunan yang saling membantu, menolong dan kasih sayang.
c) Tidak mempelajari bernagai mazhab yang dapat menimbulkan
kekacauan dalam pikiran.
d) Mempelajari tidak hanya belajar satu ilmu saja.
B. Pemikiran Pendidikan Ibnu Khaldun
Abd al-Rahman Abu Zaid Ibn Muhammad Ibn Muhammad Ibn Khaldun (lebih
dikenal dengan Ibn Khaldun)lahir di Thunisia pada tanggal 1 Ramadhan 732 H/27
Mei 1332 M. dan meninggal di Cairo tanggal 25 Ramadhan 808 H/19 Maret 1406
M. Sejak kecil, Ibnu Khaldun adalah seorang yang haus akan ilmu pengetahuan, Ia
tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah diperolehnya. Halini menyebabkan
beliau mempunyai banyak guru.Tidak heran jika beliau termasuk orang yang
pandai dalam ilmu Islam, tidak saja dalam bidang agama, tapi juga di bidang-
bidang umum lainnya, seperti sejarah, ekonomi, sosiologi, antropologi, dan lain-
lain.
 Konsep Pendidikan
Dalam proses belajar, akal pikiran memungkinkan orang untuk
menangkap pengertian baik dari ucapan maupun dari tulisan serta mampu
pula mengambil kesimpulankesimpulan tentang hukum-hukum yang
membentuk susunan dan relasi antara berbagai pengertian yang berbeda.
Ibnu Khaldun juga berpendapat dalam proses belajar atau menuntut ilmu
pengetahuan manusia di samping harus bersungguh-sungguh juga harus
memiliki bakat. Menurutnya dalam mencapai pengetahuan yang
bermacam-macam itu seseorang tidak hanya membutuhkan ketekunan,
tetapi juga bakat. Berhasilnya suatu keahlian dalam suatu bidang ilmu atau
disiplin memerlukan pengajaran.
 Tujuan Pendidikan
Tujuan Pendidikan menurut Ibnu Khaldun adalah “untuk membuat
kaum Muslimin percaya dan meyakini Tuhan melalui mempelajari Al-
Qur‟an dan ilmu pengetahuan keagamaan.Ilmu pengetahuan yang
berkenaan dengan keyakinan dan hukum Islam akan membuat kaum
Muslimin mengetahui realitas yang diarahkan pada upaya mendapatkan
akhlak yang baik.
 Kurikulum Pendidikan
Ibnu Khaldun berpendapat bahwa pertumbuhan pendidikan dan ilmu
pengetahuan dipengaruhi oleh peradaban. Ia membagi ilmu pengetahuan
menjadi 3 kelompok yaitu:
1) Ilmu lisan (bahasa), yaitu ilmu tentang tata bahasa (gramatika)
sastra atau bahasa yang tersusun secara puitis.
2) Ilmu naqli, yaitu ilmu yang diambil dari kitab suci dan sunnah Nabi.
Ilmu ini berupa membaca kitab suci Al-Qur‟an dan tafsirnya, sanad
dan hadits pentashihannya serta istinbat tentang kaidah-kaidah
fiqih.
3) Ilmu aqli, yaitu ilmu yang dapat menunjukkan manusia dengan daya
pikir kecerdasannya kepada filsafat dan semua pengetahuan, yang
termasuk dalam kategori ini adalah ilmu mantiq (logika), ilmu alam,
ilmu ketuhanan, ilmu teknik, ilmu hitung, ilmu tingkah laku
(psikologi), ilmu sihir, dan ilmu nujum.
 Metode Pendidikan
Mengenai metode pendidikan dalam mengajara, Ibnu Khaldun memiliki
enam metode sebagaimana yang penulis kutip dari Kosim, yaitu:
1) Metode Hafalan
2) Metode Dialog
3) Metode Widya Wisata
4) Metode Keteladanan
5) Metode Pengulangan dan bertahap
6) Metode Belajar Al-Qur’an
Menurut Ibnu Khaldun mengajarkan pengetahuan kepada anak didik
akan berhasil apabila dilakukan dengan bertahap, setapak demi setapak dan
sedikit demi sedikit. Pandangan ini sesuai dengan salah satu metode yang
digunakan Ibnu Khaldun, yakni metode pengulangan dan bertahap.

Anda mungkin juga menyukai