Anda di halaman 1dari 58

51

Lampiran P.1 Perencanaan Balok Girder

P.1.1 Data Perencanaan

1. Data struktur atas

B
b2 b1 b2

ta
tt ha
ts
DIAFRAGMA
h

T-girder

b b b b
s s s

Gambar P.1.1 Penampang jembatan

- Panjang bentang jembatan, L = 12 m


- Lebar jalan (jalur lalulintas), B1 = 4,0 m
- Lebar trotoar, B2 = 0,5 m
- Lebar total jembatan, B = B1 + (2 x B2)
= 4 m + (2 x 0,5 m)
=5m
- Kelas jembatan, =C
- Jumlah gider, 𝑛𝑔𝑖𝑑𝑒𝑟 = 4 buah
- Tebal slab lantai jembatan, ts = 0,20 m
- Tebal pelat trotoar , tt = 0,30 m
- Tebal lapisan aspal  overlay , ta = 0,08 m
- Tinggi genangan hujan, th = 0,05 m
52

- Tinggi bidang samping, ha = h + tt +1


= 1,00 m + 0,30 m + 1 m
= 2,30 m
- Jarak antar girder, s = 1,00 m
- Dimensi girder, lebar girder, b = 0,40 m
Tinggi girder, h = 1,00 m

2. Bahan struktur
a. Mutu beton K-300 : (𝑓𝑐′= 24,9 Mpa)
- Modulus elastik beton, Ec = 4700 x 𝑓𝑐′
= 4700 x 24,9
= 23453 MPa
= 23453 x 103 kN/𝑚3
- Angka poisson, υ = 0,20

- Modulus geser, G =
( ( )

=
( ( , )

= 9772 MPa
- Koefisien muai panjang untuk beton α = 0,00001°C

b. Mutu baja
- Mutu baja untuk tulangan utama, fy = 390 MPa
- Mutu baja untuk tulangan sengkang, fy = 240 Mpa

c. Spesific Gravity :
- Berat beton bertulang, wc = 25,00 kN/m³
- Berat beton tidak bertulang, w’c = 24,00 kN/m³
- Berat aspal padat, wa = 22,00 kN/m³
- Berat jenis air, ww = 9,80 kN/m³
53

P.1.2 Penentuan penampang girder

1. Dimensi girder :

- Jarak antara girder, s =

s = = 1,00 m

Digunakan jarak antar girder s rencanakan = 1,00 m

- Tinggi girder, h = x L sampai xL

h = x 12 sampai x 12

= 1,00 m sampai 0,80 m

Digunakan tinggi girder h rencanakan = 1,00 m

- Lebar girder, b = x h sampai x h

b = x 1 sampai x 1

= 0,50 m sampai 0,67 m

Digunakan lebar girder b rencanakan = 0,40 m (berdasarkan gambar


rencana)

2. Dimensi diafragma:
Dimensi diafragma diambil dari gambar rencana.
- Tinggi diafragma, hd = 0,60 m
- Lebar diafragma, bd = 0,30 m

hd

Sd Sd Sd Sd Sd
L

Gambar P.1.2 Potongan memanjang Jembatan


54

- Jumlah balok diafragma sepanjang L, nd = 6 buah


- Jarak antar balok diafragma, sd = L/(nd-1)
= 12/(6-1) = 2,40 m

P.1.3 Analisa Pembebanan Jembatan

1. Berat Sendiri (MS)


Faktor beban Ultimit : Kms = 1,3 berdasarkan SNI 1725(2016)
Beban berat sendiri diafrgma pada girder di hitung :
Panjang bentang girder, L = 12 m
Berat 1 balok diafrgma :
Wd = bd x (hd - ts) x s x Wc
= 0,30 m x (0,60 m - 0,20 m) x 1,00 m x 25,00 kN/m3
= 3,00 kN

Beban diafrgma pada girder :


Qd = nd * Wd / L
= (6 x 3 kN ) /12 m
= 1,50 kN/m

Berat sendiri pada girder :


Lebar Tebal Berat Beban
No. Jenis
(m) (m) (kN/m3) (kN/m)
1 Plat lantai 1,00 0,20 25,00 5,00
2 Girder 0,40 0,80 25,00 8,00
3 Diafragma Qd = 1,50
QMS = 14,50

S
Qms
PLAT LANTAI

DIAFRAGMA

GIRDER
L

Gambar P.1.3 Gider untuk Berat Sendiri


55

Gaya geser dan momen pada T-Girder akibat berat sendiri (MS) :
Vms = 1/2 x Qms x L
= 1/2 x 14,50 x 12 = 87 kN

Mms = 1/8 x Qms x L2


= 1/8 x 14,50 x 122 = 261 kN/m

2. Beban Mati Tambahan (MA)


Faktor beban Ultimit : Kms = 2,00 berdasarkan SNI 1725(2016)
Jembatan dianalisis harus mampu memikul beban tambahan seperti :
1. Penambahan lapisan aspal (overlay) dikemudian hari;
2. Genangan air hujan jika sistem drainase tidak bekerja dengan baik.
Beban mati tambahan pada girder :

Lebar Tebal Berat Beban


No. Jenis
(m) (m) (kN/m3) (kN/m)
1 Lap.aspal+ovelay 1,00 0,08 22,00 1,76
2 Air hujan 1,00 0,05 9,80 0,49
QMA = 2,25

AIR HUJAN
S ASPAL
Qms

Gambar P.1.4 . Beban Mati Tambahan Pada Girder


Gaya geser dan momen pada T-Girder akibat beban mati tambahan (MA) :
Vma = 1/2 x Qma x L
= 1/2 x 2,25 x 12 = 13,5 kN

Mma = 1/8 x Qma x L2


= 1/8 x 2,25 x 122 = 40,5 kN/m
56

3. Beban Lalu Lintas


a. Beban lajur "D"
- Faktor beban Ultimit : KTD = 1,8 berdasarkan SNI 1725(2016)
Beban kendaraan berupa beban lajur "D" terdiri dari beban terbagi rata
(BTR) yang digabung dengan beban garis (BGT). Beban terbagi rata (BTR)
mempunyai intensitas q (kpa) dengan besaran q tergantung pada panjang
total yang dibebani L sebagai berikut :
jika L  30 m : maka q  9,0 kPA
15
jika L > 30 m : maka q  9,0 (kPA 0,5 + ) kPA
𝐿

Untuk panjang bentang :


L= 12 m q  9,0 kPA  9,00 kN/m2
BGT mempunyai intensitas, p = 49,0 kN/m
Faktor beban dinamis (FBD) untuk BGT diambil 0,40 untuk L ≤ 50 𝑚
Jarak antar girder, s = 1,00 m
Untuk panjang bentang, L =12 m, maka FBD = 0,40
Untuk jembatan kelas C diambil pembebanan 70%

PTD
QTD q

Gambar P.1.5 Beban Lajur D pada Girder

- Beban terbagi rata (BTR) pada girder dapat dihitung dengan rumus :
QTD = q x s x 70%
= 9,00 kN/m2 x 1,00 m x 70%
= 6,3 kN/m
57

- Maka beban garis (BGT) yang terjadi pada girder adalah :


PTD = (1 + FBD) x p x s x 70%
= (1 + 0,40 ) x 49,0 kN/m x 1,00 m x 70% = 48,02 kN
- Menghitung gaya geser pada girder akibat beban lajur “D” adalah :
VTD = ½ x (QTD x L + PTD )
= ½ x ((6,3 kN/m x 12 m) + 48,02 kN)
= 61,81 kN
- Menghitung momen girder akibat beban lajur "D" adalah:
MTD = 1/8 x QTD x L2 + ¼ x PTD x L
= (1/8 x 6,3 kN/m x (12 m)2 ) + (1/4 x 48,02 kN x 12m)
= 257,46 kN.m

b. Beban Truck "T"


- Faktor beban Ultimit : KTT = 1,8 berdasarkan SNI 1725(2016)
- Beban hidup pada lantai jembatan berupa beban roda ganda oleh Truk
(beban T) yang besarnya, T = 112,5 kN
- Faktor beban dinamis untuk pembebanan truk diambil, FBD = 0,40
- Untuk menghitung beban truk "T" menggunakan rumus :
PTT = (1 + FBD) x T
= (1+ 0,40) x 112,5 kN
= 157,50 kN
- Jarak antar sumbu roda ban truk dibagi atas 2, yaitu jarak a dan b.
Jarak a = 5,00 m
Jarak b = 4,00 m – 9,00 m = diambil b = 5,00 m
Panjang bentang gelagar (L) adalah = 12 m
- Menghitung gaya geser pada gelagar akibat beban truk “T” adalah
VTT = ( 𝑥𝐿 − 𝑥 𝑎 + 𝑏)/(𝐿𝑥 𝑃𝑇𝑇)

VTT = ( 𝑥 12 − 𝑥 5 + 5)/(12 𝑥157,50)

VTT = 226,41 kN.m


58

- Menghitung moment maksimum pada girder akibat beban truk "T" adalah
MTT = VTT * L/2 - PTT * b
= 226,41 x 12/2 -157,50 x 5
MTT = 570,938 kN.m
- Gaya geser dan momen yang terjadi akibat pembebanan lalu-lintas,
diambil yg memberikan pengaruh terbesar terhadap T-Girder di antara
beban "D" dan beban "T".
Gaya geser maksimum akibat beban, T diambil: VTT = 226,41 kN.m
Momen maksimum akibat beban, T diambil: MTT = 570,938 kN.m

4. Gaya rem ( TB )

Faktor beban ultimate, KTB = 1,8 (Berdasarkan SNI 1725 (2016))


- Pengaruh pengereman dari lalu lintas diperhitungkan sebagai gaya dalam
arah memanjang dan dianggap bekerja pada jarak 1,80 m di atas lantai
jembatan. Besarnya gaya rem arah memanjang jembatan tergantung
panjang total jembatan (Lt) sebagai berikut:
Gaya rem, HTB =250 untuk Lt ≤ 80 m
Gaya rem, HTB =250 + 2,5 x (Lt – 80) untuk 80 m Lt < Lt <180 m
Gaya rem, HTB = 500 untuk Lt ≥ 180 m
Panjang bentang girder, L = 12 m
Jumlah girder, ngirder = 4buah
Gaya rem, HTB = 250 kN
Jarak antara girder, s = 1,00 m

- Gaya rem untuk Lt ≤ 80 m : TTB = HTB/ ngirder

= 62,5 kN
- Gaya rem juga dapat diperhitungkan sebesar 5 % beban lajur “D” tanpa
faktor dinamis.
QTD =qxs
= 9,0 kN/m2 x 1,00 m = 9,00 kN/m
59

PTD =pxs
= 49,00 kN/m x 1,00 m
= 49,00 kN
TTB = 0,05 x (QTD x L + PTD)
= 0,05 x ((9,00 kN/m x 12 m ) + 49,00 kN)
= 7,85 kN < 62,5 kN

TTB

tS y
T TB

1,80 m
h

Gambar P.1.6 Gaya Rem pada Girder

- Karena TTB 5% beban lajur “D” lebih kecil dari TTB untuk Lt ≤ 80 m yaitu
7,85 kN < 62,5 kN maka gaya rem yang diambil adalah TTB = 62,5 kN
- Lengan terhadap titik berat balok,

Y = 1,80 + ta +

= 1,80 + 0,08 m +

= 2,35 m
- Beban momen akibat gaya rem,
M = TTB x y
= 62,5 kN x 2,3 m
= 148,75 kN.m
- Besarnya gaya geser pada balok akibat gaya rem

VTB =
,
=

= 12,40 kN
60

- Besarnya momen maksimum pada balok akibat gaya rem


MTB =½xM
= ½ x 148,75 kN.m = 74,38 kN.m

5. Beban Angin ( EW)

- Tekanan angin kecepatan dasar VB sebesar 90 – 126 km/jam, VB yang


diambil = 126 km/jam
- Untuk kecepatan angin pada elevasi 10000 mm di atas permukaan tanah
atau air rencana karena tidak ada data, perencanaan mengasumsikan bahwa
V10 = VB = 90 – 126 km/jam, jadi V10 diambil = 126 km/jam
- Untuk V0 dan Z0 dapat dilihat pada tabel SNI 1725:2016 jembatan Gogo
Tanjong berada pada sub urban dengan V0 = 17,6 km/jam dan Z0 = 1000
mm
- Elevasi struktur diukur dari permukaan tanah atau dari permukaan air Z
diambil 10 m.
- Kecepatan angin rencana,

VDZ  2,5 VO ( ) In ( )

/
 2,5 x 17,6 km/jam ( ) In ( )
/

 101,31 km/jam

- Beban angin pada struktur (EWs), tekanan angin dasar dapat dilihat pada
tabel SNI 1725:2016 pada permukaan datar, angin tekan 0,0019 Mpa angin
hisap N/A
PD  PB (VDZ / VB)2
, /
 0,0019 Mpa x ( )
/

 0,0012 Mpa  1,2 kN/m2


61

Bidang vertikal yang ditiup angin merupakan bidang samping kendaraan

dengan tinggi, h = 1,8 m diatas lantai jembatan.

- Jarak antar roda kendaraan, x = 1,75 m

Tew
QEW h
h/2

Gambar P.1.7 Beban Angin pada Gelagar

- Beban akibat transfer beban angin ke lantai jembatan,

QEW  ½ x ( ) x PD
,
 1/2 x ( ) x 1,2 kN/m2
,
= 0,62 kN/m
- Besarnya gaya geser pada gelagar akibat beban angin (EW),

VEW = ½ x QEw x L

= ½ x 0,62 kN/m x 12 m

= 3,72 kN

- Besarnya momen maksimum pada gelagar akibat beban angin (EW),

\MEW = 1/8 x QEW x L2

= 1/8 x 0,62 kN/m x (12 m)2


= 11,16 kN.m

6. Beban Gempa ( EQ)

- Gaya gempa,

EQ = x Wt
62

, .
- Untuk Csm, =
( ) /
x Csm < 2,5 A

dimana :
A = Akselerasi puncak dibatuan dasar (g)
S = Koefisien tanah
T = Perioda alami struktur (detik)
- Berat total yang berupa berat sendiri dan beban mati tambahan
Wt = ( QMs + QMA ) x L

= ((14,50 kN/m + 2,25 kN/m) x 12 m)

= 201 kN
- Momen Inersia penampang girder
I  1/12 x b x h3

 1/12 x 0,40 𝑚 x (1,00 m)3

= 0,03 m4
- Modulus elastik beton
Ec = 23453 MPa x 1000
= 234530000 kN/m2
- Kekakuan lentur girder
Kp = 48 x Ec x I/L3
,
= 48 x 23453 kN/m2 x
( )

= 21715,697 kN/m
- Waktu getar

T =2x𝜋x ’

= 2 x 3,14 x
, ,

= 0,1930 detik
63

- berdasarkan peta gempa SNI 2833-2008 zona wilayah gempa daerah Pidie
termasuk kedalam wilayah gempa 1 (A = 0,53 - 0,60) wilayah gempa
Indonesia untuk periode ulang 500 tahun.
- Sesuai SNI 2833:2008 pada tabel 5 koefisien tanah Lembek sebesar S3 =
1,5
- Faktor modifikasi respon Rd = 2,5 untuk hubungan bangunan atas dengan
kepala jembatan.

- Untuk koefisien respons gempa elastis,


,
Csm  Csm  2,5 A
( )

, , ,
 Csm  2,5 A
( , )

 2,88  2,5 x 0,60


 2,88  1,5
karena koefisien respon elastic melebihi 2,5 A (2,5x 0,6=1,5), digunakan Cs= 1,5.

- Gaya gempa vertikal,

EQ  x Wt

,
 x 201 kN
,

 120,6 kN
- Beban gempa vertikal,

QEQ 
,

 10,05 kN/m
- Besarnya gaya geser pada gelagar akibat gempa horizontal (EQ),
VEQ  ½ x QEQ x L
 ½ x 10,05 kN/m x 12 m
 60,3 kN
64

- Besarnya momen maksimum pada gelagar akibat gempa horizontal (EQ),

MEQ  1/8 x QEQ x L2


 1/8 x 10,05 kN/m x (12 m)2
 180,9 kN.m
65

P.1.4 Kombinasi Beban Ultimit

Tabel P.1.3 Kombinasi Beban Ultimit


Faktor Beban
Kuat Kuat Kuat Kuat Kuat Ekstrem Ekstrem Dayan Dayan Dayan Dayan
No Jenis Bahan layan
I II III IV V I II layan I layan III layan IV
II
1 Berat Sendiri (MS) 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1 1 1 1
Berat Mati Tambahan
2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 1 1 1 1
2 (MA)
3 Beban Truk "T" (TT) 1,8 1,4 0,5 0,5 1 1,3 0,8
4 Gaya Rem (TB) 1,8 1,4 0,5 0,5 1 1,3 0,8
5 Beban Angin (Ew) 1,4 0,4 0,3 0,7
6 Beban Gempa (EQ) 1
66

Tabel P.1.4 Kombinasi Momen Ultimate gelagar


Faktor Beban
M Kuat Kuat Kuat Kuat Kuat Ekstrem Ekstrem Dayan Dayan Dayan Dayan
No Jenis Bahan layan layan layan
(kN/m) I II III IV V I II layan I
II III IV
1 Berat Sendiri (MS) 261 339,3 339,3 339,3 339,3 339,3 339,3 339,3 261 261 261 261
Berat Mati
81 81 81 81 81 81 81 40,5 40,5 40,5 40,5
2 Tambahan (MA) 40,5
Beban Truk "T"
1027,77 799,376 285,492 285,492 570,983 742,278 456,786
3 (TT) 570,983
4 Gaya Rem (TB) 74,38 133,884 104,132 37,19 37,19 74,38 96,694 59,504
5 Beban Angin (Ew) 11,16 15,624 4,464 3,348 7,812
6 Beban Gempa (Eq) 180,9 180,9
1581,95 1323,81 435,924 420,3 424,764 923,882 742,982 950,211 1140,47 817,79 309,312
67

Tabel P.1.5 Kombinasi Gaya Geser Ultimate gelagar


Faktor Beban
V Kuat Kuat Kuat Kuat Kuat Ekstrem Ekstrem Dayan Dayan Dayan Dayan
No Jenis Bahan layan layan layan
kN I II III IV V I II layan I
II III IV
1 Berat Sendiri (MS) 87 113,1 113,1 113,1 113,1 113,1 113,1 87 87 87 87
Berat Mati Tambahan
13,5 27 27 27 27 27 27 27 13,5 13,5 13,5 13,5
2 (MA)
3 Beban Truk "T" (TT) 226,41 407,538 316,974 113,205 113,205 226,41 294,333 181,128
4 Gaya Rem (TB) 12,4 22,32 17,36 6,2 6,2 12,4 16,12 9,92
5 Beban Angin (Ew) 3,72 5,208 1,488 1,116 2,604
6 Beban Gempa (Eq) 60,3 60,3
569,958 474,434 145,308 140,1 141,588 319,805 259,505 340,426 410,953 291,548 103,104

Momen Ultimate rencana gelagar Mu = 1581,95 kN.m


Gaya Geser Ultimate rencana gelagar Vu = 569,958 kN
68

P.1.5 Pembesian Gelagar

1. Tulangan Lentur
- Momen rencana ultimate gelagar Mu = 1581,95 kN.m
- Mutu beton, fc’ = 25 MPa
- Mutu baja tulangan beton, fy = 390 MPa
- Tebal slab beton, Ts = 200 mm
- Lebar badan gelagar, b = 400 mm
- Tinggi gelagar h = 1000 mm
- Lebar sayap gelagar diambil yang paling terkecil dari :

L/4 = = 3000 mm

S = 1000 mm
12 x ts = 12 x 200 = 2400 mm
- Diambil lebar efektif sayap gelagar, beff = 1000 mm
- Jarak pusat tulangan terhadap sisi luar beton (d’) diprediksi menggunakan
3 baris tulangan
d’ = tebal selimut beton + Ø sengkang + Ø tulangan utama + jarak
antar tulangan + 1/2 Ø tulangan utama
= 50 mm + 13 mm + 25 mm + 25 mm + (1/2 x 25 mm)
= 125,5 mm
- Modulus plastic baja, Es = 200000 mm
- Faktor bentuk distribusi tegangan beton, 1 = 0,85
,
𝜌𝑏 =( )x( )

, ,
=( )x(

)
= 0,028

Rmax = 0,75 x 𝜌𝑏 x fy x (1- ½ x 0,75 x )


, 
,
= 0,75 x 0,028 x 390 x (1- ½ x 0,75 x )
, 

= 6,62
69

- Faktor reduksi kekuatan lentur, ∅ = 0,80 mm


- Tinggi efektif gelagar,
d = h - d’
= 1000 mm – 125,5 mm
= 874,5 mm
- Momen nominal rencana 
Mn = Mu/∅
= 1581,95 kN.m / 0,80
= 1977,44 kN.m
- Factor tahanan momen

Rn =

,
= = 2,586 < Rmax = 6,96 Oke
,

- Rasio tulangan maksimun, 


𝜌max = 0,75 x 𝜌𝑏
= 0,75 x 0,03
= 0,02
- Rasio tulangan yang diperlukan,
,
𝜌 =( ) x (1 − 1 − )
,

, .
=( ) x (1 − 1 − )
,

= 0,00709
- Rasio tulangan minimum,
𝜌min = 1,4 / fy
= 1,4 / 390 = 0,0036
Maka : 𝜌min < 𝜌 < 𝜌max
= 0,0036 < 0,00709 < 0,02 Oke


70

- Luas tulangan yang diperlukan,


As = 𝜌 x beff x d
= 0,00709 x 1000 mm x 874,5 mm
= 6201,59 mm
- Diameter tulangan yang direncanakan D25,
π
As1 = x D2
,
= x (25 mm)2

= 490,87 mm2
- Jumlah tulangan yang diperlukan,

n =

,
=
,

= 12,63  ≈ 13 batang
- Digunakan tulangan : 13 D 25 mm
- Luas tulangan yang digunakan
As = As1 x n
= 490,87 x 13
= 6381, 360 mm2
As yang digunakan  As yang diperlukan, maka tulangan aman
6381, 360 mm2  6201,59 mm2…… aman
- Tebal selimut beton, td = 50 mm
- Diameter sengkang yang digunakan, ds = 13 mm
- Jumlah tulangan tiap baris nt1,2 = 5 batang
- Jarak bersih antara tulangan :
–( ) ( ) ( )
𝜌𝑏 =
( )

–( ) ( ) ( )
=
( )

= 37,3 mm  30 mm Oke
71

- Untuk menjamin agar gelagar bersifat daktail, maka tulangan tekan


diambil 30 % tulangan tarik, sehingga:
As’ = AS x 30 %
= 6381, 360 mm2 x 30 %
= 1914,4 mm2
- Jumlah tulangan tekan,
n’ = AS’ / As1
= 1914,4 mm2 / 490,87 mm2
= 3,9  ≈ 4 batang
- Digunakan tulangan tekan : 4 D 25 mm

2. Kontrol kapasitas momen ultimate


0,85 fc21,25
beff 1m 0.003

ts0,2 m c 137,78 mm Cc a 117,12 mm

d882.2 mm
h1m

d'117.8mm
Ts = 2488730 N

b0,40m s0.0162mm

Gambar P.2.1 Tegangan dan Regangan pada Gelagar

- Tebal slab beton, Ts = 200 mm


- Lebar efektif sayap, beff = 1000 mm
- Lebar badan gelagar, b = 400 mm
- Tinggi gelagar h = 1000 mm
72

3 D25
5 D25
17.55
12.55
7.55
5 D25

40
Gambar P.2.2 Penempatan Tulangan Utama pada Gelagar

Jarak titik berat tulangan pada gelagar dapat dihitung dengan


menggunakan persamaa dibawah ini :
y1 = tebal selimut beton + Ø sengkang + 1/2 Ø tulangan utama
= 50 mm + 13 mm + (1/2 x 25 mm)
= 75,5 mm
y2 = tebal selimut beton + Ø sengkang + Ø tulangan utama + jarak
antar tulangan + 1/2 Ø tulangan utama
= 50 mm + 13 mm + 25 mm + 25 mm + (1/2 x 25 mm)
= 125,5 mm
y3 = tebal selimut beton + Ø sengkang + Ø tulangan utama + jarak
antar tulangan + tulangan utama + jarak antar tulangan
+ 1/2 Ø tulangan utama
= 50 mm + 13 mm + 25 mm + 25 mm + 25 mm + 25 mm
+ (1/2 x 25 mm)
= 175,5 mm
A123 = jumlah tulangan baris ke-n
Atotal.y = A1.y1 + A2.y2 + A3.y3
14.y = (5 x 75,5 mm) + (5 x 125,5) + (3 x 175,5)
13.y = 1531,5 mm
y = 117,80 mm
Maka jarak titik berat pusat tulangan terhadap sisi luar beton d’=117,80 mm.
73

ts

d
h

3 D25
5 D25
d'117.8 mm
5 D25

Gambar P.2.3 Penempatan titik berat d’

- Tinggi efektif gelagar d = h – d’


= 1000 – 117,8 mm
= 882,2 mm
- Luas tulang As = 6381,36 mm2
- Kuat tekan beton, fc’ = 25 MPa
- Kuat leleh baja, fy = 390 MPa

- Untuk garis netral berada didalam sayap gelagar, maka:


- Gaya internal tekan beton pada sayap,
Cc = 0,85 x fc’x beff x ts
= 0,85 x 25 x 1000 x 200
= 42500000 N
- Gaya internal tarik baja tulangan,
Ts = As x fy
= 6381,36 mm2 x 390 MPa
= 2488730,4 N Cc > Ts garis netral dalam sayap

a =
,
,
=
,

= 117,12 mm
74

- Jarak garis netral,

c =

,
= = 137,78 mm
,

- Regangan pada baja tulangan tarik,


( )
𝜀𝑠 = x 0,003

( , , )
= x 0,003
,

= 0,0162  0,003 Oke


- Momen nominal,
𝑎
Mn =As x fy x (𝑑 − ) x 10-6
𝑐
117,12
= 6381,36 mm2 x 390 MPa x (882,2 − ) x 10-6
2
= 2049,803 kN.m
- Kapasista momen nominal,
 ∅ . Mn =  ∅ x Mn
= 0,80 x 2049,803 kN.m
= 1639,84 kN.m  Mu = 1581,95 kN.m Oke
3. Tulangan Geser
- Gaya geser ultimate gelagar Vu = 569,96 kN
- Luas tulanga As = 6381,36 mm2
- Mutu beton, fc’ = 24,9 MPa
- Mutu baja tulangan beton, fy = 390 MPa
- Lebar badan gelagar, b = 400 mm
- Tinggi efektif gelagar d = 882,2 mm
- Faktor reduksi kekuatan geser, ∅ = 0,75
- Diameter sengkeng, ∅ = 13 mm
- Kuat geser nominal beton,
75

Vc = x b x d x 10-3

√ ,
= x 400 x 882,2 x 10-3

= 293,475 kN
 ∅ . Vc = 0,75 x 293,475 kN
= 220,107 kN
½ ∅Vc = 220,107 kN / 2
= 110,053 kN
a. Jika Vu < ½ ∅Vc , maka tulangan sengkang tidak perlu.
Dengan Vu = 569,96 kN > 110,053 kN, maka memerlukan tulangan
sengkang.
b. Jika Vs > 2/3 x 𝑓𝑐′ x (b x d) maka penampang harus diperbesar.

Vs = – (∅ Vc)

,
= – (220,107 kN)
,

= 466,471 kN
2/3 x 𝑓𝑐 x (b x d) x 10-3
= 2/3 x √24,9 x (400 x 882,2) x 10-3
= 1173,902 kN

Dengan Vs = 466,471 kN < 2/3 x 𝑓𝑐′ x (bxd) x 10-3 = 1173,902 kN maka


penampang tidak harus diperbesar.

c. Jika Vs ≤ 1/3 x 𝑓𝑐′ x (b x d) maka s = 0,5 x d ≤ 600 mm


1/3 x 𝑓𝑐 x (b x d) x 10-3
= 1/3 x √24,9 x (400 x 882,2) x 10-3
= 586,95 kN
76

Dengan Vs = 466,471 kN < 1/3 x 𝑓𝑐′ x (b x d) = 586,95 kN , maka s = 0,5


x d ≤ 600 mm
S = 0,5 x d
= 0,5 x 882,2 mm
= 441,1  600 mm maka digunakan s = 441,1mm
- Cek penampang
- Direncanakan sengkang 2 D 13
- Luas tulangan geser
π
Av = x D2 x n
π
= x 132 x 2

= 265,46 mm
Av
Sperlu =
, ,
=

= 195,797 mm

Smaks =
,
= = 776,471mm

Jadi, dari ketiga nilai s yang diperhitungkan maka untuk jarak sengkang
pada daerah maksimum digunakan s =150 mm, sedangkan untuk daerah sengkang
minimum digunakan s = 200 mm.

- Kontrol dimensi girder terhadap kuat geser maksimun


VSmaks = 2/3 x 𝑓𝑐 x (b x d) x 10-3
= 2/3 x √24,9 x (400 x 882,2) x 10-3
= 1173,902 kN

Dengan Vs = 466,471 kN < 2/3 x 𝑓𝑐′ x (bxd) x 10-3 = 1173,902 kN maka


dimensi balok memenuhi persyaratan kuat geser.
77

- Pada badan girder dipasang tulangan susut minimal dengan rasio tulangan,
𝜌sh = 0,001,
- Luas tulangan susut:
As = 𝜌sh x b x d
= 0,001x 400 mm x 882,2 mm = 352,88 mm
- Diameter tulangan yang digunakan, ∅ 13
- Jumlah tulangan susut yang diperlukan:

Sperlu =
π

,
=
,

= 2.65 ≈ 4 batang (Maka digunakan tulangan susut 4 𝐷 13)


200
4 D25

20

2 D13

100 SENGKANG
2 D13
13Ø-100

3 D25
5 D25
5 D25

40
78

4. Lendutan Balok
- Mutu beton fc’ = 24,9 MPa
- Mutu baja fy = 390 MPa
- Modulus elastisitis beton Ec = 4700 x 𝑓𝑐
= 4700 x √24,9 MPa
= 23453 Mpa
- Modulus elastisitis baja Es = 200000 MPa
- Jarak tulangan terhadap sisi luar beton, d’ = 0,17780 m
- Lebar badan gelagar, b = 0,40 m
- Tinggi gelagar h = 1,00 m
Tinggi efektif gelagar d = h – d’
= 1,00 – 0,17780 mm
= 0,8822 mm
- Luas tulang balok As = 6381,36 mm2
= 0,006381 m2
- Inersia brutto penampang balok

Ig = x b x h3

= x 0,40 x 1,003

= 0,0333333 m4
- Modulus keruntuh lentur beton
fr = 0,7 x 𝑓𝑐 x 103
= 0,7x √24,9 x 103
= 3492,9930 kPa

- Nilai perbandingan modulus elastic


n = Es / Ec
= 200000 Mpa / 23453 Mpa
= 8,53
n x As = 8,53 x 0,006381 m2
= 0,054 m2
79

- Jarak garis netral terhadap sisi atas beton,

c =
,
=
,

= 0,136 m
- Inersia penampang retak yang ditranformasikan ke beton dihitung sebagai
berikut :

Icr = x b x c3 + (n x As) x (d – c)2

=( x 0,40 m x (0,136 m)3 )+ (0,0544 m2 ( 0,874 – 0,136 m)2)

= 0,03063 m4

yt =
,
=

= 0,50 m

- Momen retak

Mcr = fr x
0,0333333 m4
= 3492,9930 kPa x
0,50 m

= 232,866 kN. m

- Momen akibat beban mati dan beban hidup (MD+L)


Momen
No. Jenis Beban
(kNm)
1 Berat sendiri (MS) 261,00
2 Beban mati tambahan (MA) 40,50
3 Beban lalulintas (TD/TT) 257,46
4 Gaya rem (TB) 74,38
MD+L = 633,34
80

- Inersia efektif untuk perhitungan lendutan,


Mcr 3 Mcr 3
Ie =(
𝑀D+L
) x Ig  1 − (𝑀D ) x Icr
, 3 , 3
=(
,
) x 0,0333333  1 − ( ,
) x 0,03063 m4

= 0,03080 m4

5. Lendutan Maksimun
 Lendutan akibat berat sendiri (Ms)
Beban akibat berat sendiri, QMS = 14,50 kN/m
Lendutan akibat berat sendiri ( Ms)

5
𝛿Ms = x QMS x
( )

5
= x 14,50 x
(23453 Mpa 0,03080 m4 )

= 0,00543 m

 Lendutan akibat beban mati tambahan (Ma)


Beban akibat beban mati tambahan QMa = 2,25 kN/m
Lendutan akibat beban mati tambahan ( Ma)

5
𝛿Ma = x QMa x
( )

5
= x 2,25 x
(23453 Mpa 0,03080 m4 )

= 0,00084 m

 Lendutan akibat lajur “D” (TD)


Beban Lajur “D” : Beban terpusat, PTD = 48,02 kN
Beban merata, QTD = 6,30 kN/m
Lendutan akibat beban lajur “D” (TD) :
1 5
𝛿TD = x PTD x  x QTD x
( ) ( )

1
=( x 48,02 x ) 
(23453 Mpa 0,03080 m4 )

5
( x 6,30 x ) = 0,00475 m
(23453 Mpa 0,03080 m4 )
81

 Lendutan akibat beban gaya rem (TB)


Beban akibat gaya rem MTB = 73,438 kN/m
Lendutan akibat beban gaya rem (TB)

𝛿TB = 0,0642 x MTB x


( )

= 0,0642 x 73,438 x
(23453 Mpa 0,03080 m4 )

= 0,00095 m

 Lendutan akibat beban angin (EW)


Beban akibat transfer beban angin pada kendaraan, PD = 1,2 kN/m2
Lendutan akibat beban angin (EW)

5
𝛿 EW = x PD x
( )

5
= x 1,2 x
(23453 Mpa 0,03080 m4 )

= 0,0004 m

 Lendutan akibat beban gempa (EQ)


Beban gempa horizontal, QEQ = 10,05 kN/m
Lendutan akibat beban gempa (EQ)

5
𝛿Ma = x QMa x
( )

5
= x 10,05 x
(23453 Mpa 0,03080 m4 )

= 0,0038 m

 Lendutan maksimun
L
𝛿Maks =
12
=

= 0,025 m
82

P.1.6 Kombinasi Beban Terhadap Lendutan


Kuat Kuat Kuat Kuat Kuat Ekstrem Ekstrem Dayan Dayan Dayan Dayan
No Jenis Bahan layan layan
I II III IV V I II layan I layan II
III IV
1 Berat Sendiri (MS) 0,00706 0,00706 0,00706 0,00706 0,00706 0,00706 0,00706 0,00543 0,00543 0,00543 0,00543
Berat Mati Tambahan
0,00168 0,00084 0,00084 0,00084 0,00084
2 (MA) 0,00168 0,00168 0,00168 0,00168 0,00168 0,00168
3 Beban Lajur "D" (TD) 0,0095 0,00665 0,00238 0,00238 0,00475 0,00618 0,0038
4 Gaya Rem (TB) 0,00171 0,00133 0,00048 0,00048 0,00095 0,00124 0,00076
5 Beban Angin (Ew) 0,00056 0,00016 0,00012 0,00028
6 Beban Gempa (Eq) 0,0038
0,01995 0,01672 0,0093 0,00874 0,0089 0,01539 0,01159 0,01209 0,01368 0,01083 0,00655
 0,025 < 0,025 < 0,025 < 0,025 < 0,025 < 0,025 < 0,025 < 0,025 < 0,025 < 0,025 < 0,025
OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK

L
𝛿Maks =

12
= = 0,025 m
83

Lampiran P.2 Perencanaan Plat Lantai

P.2.1 Data Perencanaan

1. Data Plat Lantai Jembatan

- Tebal slab lantai jembatan, ts = 0,20 m


- Tebal pelat trotoar , tt = 0,30 m
- Tebal lapisan aspal  overlay , ta = 0,08 m
- Tinggi genangan hujan, th = 0,05 m
- Panjang bentang jembatan, L = 12 m
- Lebar jalan (jalur lalulintas), B1 = 4,0 m
- Lebar trotoar, B2 = 0,5 m
- Lebar total jembatan, B = B1 + (2 x B2)
= 4 m + (2 x 0,5 m)
=5m
- Jarak antar girder, s = 1,00 m

2. Bahan struktur
a. Mutu beton K-300 : (𝑓𝑐′= 24,9 Mpa)
- Modulus elastik beton, Ec = 4700 x 𝑓𝑐′
= 4700 x 24,9
= 23453 MPa
= 23453 x 103 kN/𝑚3
- Angka poisson, υ = 0,20

- Modulus geser, G =
( ( )

=
( ( , )

= 9772 MPa
- Koefisien muai panjang untuk beton α = 0,00001°C
84

b. Mutu baja
- Mutu baja untuk tulangan utama, fy = 390 MPa
- Mutu baja untuk tulangan sengkang, fy = 240 Mpa

c. Spesific Gravity :
- Berat beton bertulang, wc = 25,00 kN/m³
- Berat beton tidak bertulang, w’c = 24,00 kN/m³
- Berat aspal padat, wa = 22,00 kN/m³
- Berat jenis air, ww = 9,80 kN/m³
- Berat baja ws = 77,00 kN/m³

P.2.2 Analisa Beban Plat Lantai Jembatan

1. Berat Sendiri (MS)


- Faktor beban Ultimit : Kms = 1,30
- Ditinjau slab lantai jembatan selebar (ditinjau per 1m) b = 1,00 m
- Tebal slab lantai jembatan, ts = 0,20 m
- Berat beton bertulang, wc = 25,00 kN/m³
- Berat sendiri QMS = b x h x wc
= 1,00 x 0,20 x 25

= 5,00 kN/m³

2. Beban Mati Tambahan (MA)


- Faktor beban Ultimit : Kma = 2,00

tebal berat Beban


No jenis
(m) kN/m3 kN/m3
1 lapisan asphalt  overlay 0,08 22,00 1,76
2 Air hujan 0,05 9,80 0,49
Qma 2,25
85

3. Beban Truck (TT)


- Faktor beban Ultimit : KTT = 2,00
- Beban hidup pada lantai jembatan berupa beban roda ganda oleh Truk
(beban T) yang besarnya, T = 112,5 kN
- Faktor beban dinamis untuk pembebanan truk diambil, FBD = 0,40
- Untuk menghitung beban truk "T" menggunakan rumus :
PTT = (1 + FBD) x T
= (1+ 0,40) x 112,5 kN
= 157,5 kN
4. Beban trotoar

- Faktor beban Ultimit : KTP= 1,80


- Semua komponen trotoar yang lebih lebar 600 mm harus direncanakan
untuk memikul beban pejalan kaki dengan intensitas 5 kPa :
QTP = Berat sendiri x berat pejalan kaki
= (b x h x wc) x q
= 1,00 x 0,20 x 25 x 5 = 25 kN/m
Dengan :
q = beban pejalan kaki = 5 kPa

5. Momen Pada Slab Jembatan

- Formasi pembebanan slab untuk mendapatkan momen maksimun pada


bentang menerus
- Momen maksimun pada slab dihitung berdasarkan metode one way slab
dengan beban sebagai berikut :
 Qms  5,00 kN/m
 Qma  2,25 kN/m
 PTT  157,5 kN
 QTP  25 kN/m
86

- Koefisien momen lapangan dan momen tumpuan untuk bentang


menerus dengan beban merata dan terpusat sebagai berikut :
 k  koefisien momen S  1,00 m
 untuk beban merata Q M k x Q x s2
 untuk beban terpusat P M k x P x s2
- Momen akibat berat sendiri (MS)
a. Momen tumpuan MMS  0,0833 x QMS x s2
MMS  0,0833 x 5,00 x 1,002  0,4165 kN/m
b. Momen lapangan MMS  0,0417 x QMS x s2
MMS  0,0417 x 5,00 x 1,002  0,209 kN/m
- Momen akibat berat mati tambahan (MA)
a. Momen tumpuan MMA  0,1041 x QMA x s2
MMA  0,1041 x 2,25 x 1,002  0,234 kN/m
b. Momen lapangan MMA  0,0540 x QMA x s2
MMA  0,0540 x 2,25 x 1,002  0,122 kN/m
- Momen akibat beban truk (TT)
a. Momen tumpuan MTT  0,1562 x PTT x s
MTT  0,1562 x 157,5 x 1,002  24,6015 kN/m
b. Momen lapangan MTT  0,1407 x PTT x s
MTT  0,1407 x 157,5 x 1,002  22,1603 kN/m
- Momen akibat beban Trotoar (TP)
a. Momen tumpuan MTP  0,091516 x PTPx s
MTP  0,091516 x 25 x 1,002  2,2879 kN/m
b. Momen lapangan MTP  0,02062 x PTP x s
MTP  0,02062 x 25 x 1,002  0,51572 kN/m
87

P.2.3 Kombinasi Momen Plat Lantai

Tabel P.2.1 Kombinasi Momen Plat Lant


Faktor Beban
No Jenis Bahan Kuat Dayan M tumpuan M lapangan
I layan II kN/m kN/m
1 Berat Sendiri (MS) 1,3 1 0,4165 0,209
2 Berat Mati Tambahan (MA) 2,0 1 0,234 0,122
3 Beban Truk "T" (TT) 1,8 1,3 24,602 22,16
4 Beban Trotoar 1,8 1,3 2,288 0,156

Tabel P.2.2 Kombinasi M tumpuan


Faktor Beban
No Jenis Bahan M tumpuan Kuat Kuat Dayan Dayan
kN/m I I layan II layan II
1 Berat Sendiri (MS) 0,4165 1,3 0,54145 1 0,4165
2 Berat Mati Tambahan (MA) 0,234 2,0 0,468 1 0,234
3 Beban Truk "T" (TT) 24,602 1,8 44,2836 1,3 31,9826
4 Beban Trotoar 2,288 1,8 4,1184 1,3 2,9744
Momen ultimit slab, Mu  49,4115 35,6075
88

Tabel P.2.3 M lapangan


Faktor Beban
No Jenis Bahan M tumpuan Kuat Kuat Dayan Dayan
kN/m I I layan II layan II
1 Berat Sendiri (MS) 0,209 1,3 0,2717 1 0,209
2 Berat Mati Tambahan (MA) 0,122 2,0 0,244 1 0,122
3 Beban Truk "T" (TT) 22,16 1,8 39,888 1,3 28,808
4 Beban Trotoar 0,156 1,8 0,2808 1,3 0,2028
`Momen ultimit slab, Mu  40,6845 29,3418
89

P.2.4 Pembesian Plat Lantai

1. Tulangan Lentur negatif


- Momen rencana tumpuan Mu = 49,4115 kN.m
- Mutu beton, fc’ = 25 MPa
- Mutu baja fy = 390 MPa
- Tegangan leleh baja fy = 390 x 10 = 3900 MPa
- Jarak tulangan terhadap sisi luar beton d’ = 50 mm
- Modulus elestis baja Es = 2000000
- Faktor distribusi tegangan beton 1 = 0,85
,
𝜌𝑏 =( )x( )

, ,
=( )x( )

= 0,028
ρ
Rmax = 0,75 x 𝜌𝑏 x fy x (1- ½ x 0,75 x )
,
,
= 0,75 x 0,028 x 390 x (1- ½ x 0,75 x )
,

= 6,62
- Tebal slab beton, Ts = 200 mm
- Faktor reduksi kekuatan lentur, ∅ = 0,80
- Momen rencana tumpuan Mu = 49,4115 kN.m
- Tebal efektif slab beton, d = h-d = 200–50= 150 mm
- Ditinjau slab beton selebar (1 m) b = 1000 mm
- Momen nominal rencana Mn = Mu / ∅
= 49,4115/ 0,80 = 61,764 kN.m
- Factor tahanan momen

Rn =

,
= = 2,745 < Rmax = 6,62 Oke
90

- Rasio tulangan maksimun, 


𝜌max = 0,75 x 𝜌𝑏
= 0,75 x 0,0281
= 0,0211
- Rasio tulangan yang diperlukan,
, 2 𝑥 𝑅𝑛
𝜌 =( ) x (1 − 1 − 0,85 𝑥 𝑓𝑐
)

,
=( ) x (1 − 1 − 20,85
𝑥 2.745
𝑥 25
)

= 0,00756
- Rasio tulangan minimum,
𝜌min = 1,4 / fy
= 1,4 / 390 = 0,0036
Maka : 𝜌min < 𝜌 < 𝜌max
= 0,0036 < 0,00756 < 0,0211 Oke
- Rasio tulang yang digunakan 𝜌 = 0,00756
- Luas tulangan yang diperlukan,
As = 𝜌 x beff x d
= 0,00756 x 1000 mm x 150 mm
= 1134,531 mm2
- Diameter tulangan yang direncanakan D19,
- Jarak tulangan yang diperlukan
s =  x D2 x b / As

= 3,14/4 x 192 x 1000 x 1134,531 mm2


= 264,304 mm
- Digunakan tulangan D19 – 200 mm
Maka : Smin < Sperlu < Smax
= 25 mm < 200 mm < 450 mm Oke
91

As =  x D2 x b / s

= 3,14/4 x 192 x 1000 x 200 mm


= 1417 mm2
- Tulangan bagi atau susut arah memanjang diambil 50% tulang pokok
As = 50 % x As
= 50 % x 1134,531 mm2 = 567 mm2
- Diameter tulangan yang direncanakan D16,
- Jarak tulangan yang diperlukan
s =  x D2 x b / As

= 3,14/4 x 162 x 1000 / 567 mm2 = 374,857 mm


- Digunakan tulangan D16 – 300 mm
Maka : Smin < Sperlu < Smax
= 25 mm < 300 mm < 450 mm Oke

As =  x D2 x b / s

= 3,14/4 x 162 x 1000 / 300 mm


= 670 mm2

2. Tulangan Lentur positif


- Momen rencana lapangan Mu = 40,6845 kN.m
- Mutu beton, fc’ = 25 MPa
- Mutu baja fy = 390 MPa
- Tegangan leleh baja fy = 390 x 10 = 3900 MPa
- Jarak tulangan terhadap sisi luar beton d’ = 50 mm
- Modulus elestis baja Es = 2000000
- Faktor distribusi tegangan beton 1 = 0,85
,
𝜌𝑏 =( )x( )

, ,
=( )x( )

= 0,028
92

Rmax = 0,75 x 𝜌𝑏 x fy x (1- ½ x 0,75 x )


,
,
= 0,75 x 0,028 x 390 x (1- ½ x 0,75 x )
,

= 6,62
- Tebal slab beton, Ts = 200 mm
- Faktor reduksi kekuatan lentur, ∅ = 0,80
- Momen rencana tumpuan Mu = 40,6845 kN.m
- Tebal efektif slab beton, d = h-d = 200–50= 150 mm
- Ditinjau slab beton selebar (1 m) b = 1000 mm
- Momen nominal rencana Mn = Mu / ∅
= 40,684 / 0,80 = 50,857 kN.m
- Factor tahanan momen

Rn =

,
= = 2,260 < Rmax = 6,62 Oke

- Rasio tulangan maksimun, 


𝜌max = 0,75 x 𝜌𝑏
= 0,75 x 0,0281
= 0,0211
- Rasio tulangan yang diperlukan,
, 2 𝑥 𝑅𝑛
𝜌 =( ) x (1 − 1 − 0,85 𝑥 𝑓𝑐
)

,
=( ) x (1 − 1 − 20,85
𝑥 2.260
𝑥 25
)

= 0,00614
- Rasio tulangan minimum,
𝜌min = 1,4 / fy
= 1,4 / 390 = 0,0036
Maka : 𝜌min < 𝜌 < 𝜌max
= 0,0036 < 0,00756 < 0,0211 Oke
93

- Rasio tulang yang digunakan 𝜌 = 0,00614


- Luas tulangan yang diperlukan,
As = 𝜌 x beff x d
= 0,00614 x 1000 mm x 150 mm
= 921,259 mm2
- Diameter tulangan yang direncanakan D19,
- Jarak tulangan yang diperlukan
s =  x D2 x b / As

= 3,14/4 x 192 x 1000 / 921,259 mm2


= 307,603 mm
- Digunakan tulangan D19 – 300 mm
Maka : Smin < Sperlu < Smax
= 25 mm < 300 mm < 450 mm Oke

As =  x D2 x b / s

= 3,14/4 x 192 x 1000 / 300 mm


= 945 mm2
- Tulangan bagi atau susut arah memanjang diambil 50% tulang pokok
As = 50 % x As
= 50 % x 921,259 mm2 = 461 mm2
- Diameter tulangan yang direncanakan D16,
- Jarak tulangan yang diperlukan
s =  x D2 x b / As

= 3,14/4 x 162 x 1000 / 461 mm2 = 436,268 mm


- Digunakan tulangan D16 – 200 mm
Maka : Smin < Sperlu < Smax
= 25 mm < 200 mm < 450 mm Oke

As =  x D2 x b / s

= 3,14/4 x 162 x 1000 / 400 mm = 502 mm2


94

3. Kontrol Lendutan Slab


- Mutu beton, fc’ = 25 MPa
- Mutu baja fy = 390 MPa
- Tegangan leleh baja fy = 390 x 10 = 3900 MPa
- Jarak tulangan terhadap sisi luar beton d’ = 50 mm
- Modulus elestis baja Es = 2000000
- Tebal slab beton, h = 200 mm
- Luas tulangan slab As = 1417 mm
- Tebal efektif slab beton, d = h-d = 200–50= 150 mm
- Modulus elastik beton, Ec = 4700 x 𝑓𝑐′
= 4700 x 24,9
= 23453 MPa
- Ditinjau slab beton selebar (1 m) b = 1000 mm
- Panjang bentang slab lx = 1000 mm
- Beban terpusat P  PTT = 157,5 kN
- Beban terbagi rata Q  Qms  Qma = 5  2,25 = 7,25 kN/m
- Total lendutan yang terjadi ( δtot ) harus  Lx / 240

( δtot ) = Lx / 480


= 1000 / 480
= 2,083 mm
- Inersia brutto penampang pelat
Ig = 1/12 x b x h3
= 1/12 x 1000 x 2003
= 6,67, E  08 mm
- Modulus keruntuhan lentur beton
fr = 0,7 x 𝑓𝑐

= 0,7 x √25 = 3,5 Mpa


- Nilai perbandingan modulus elastis
n = Es / Ec
= 200000 x 23500 = 8,51
95

n x As = 8,51 x 1417
= 12058,936
- Jarak garis netral terhadap sisi atas beton
c = n x As / b
= 12058,936 / 1000 = 12,059
- Inersia penampang retak yang ditransformasikan ke beton

lcr =  1/3 x b x c³ + (n x As) x ( d - c )²


= 1/3 x 1000 x 12,5093 + (12058,936) x (150 – 12,059)2
= 230038795,6 = 2,30, E + 07
yt =h/2
= 200 / 2 = 100 mm
- Momen retak

Mcr = fr x

= 3,5 x

= 23333333,34 = 2,33 E + 07 Nmm


- Momen maksimum akibat beban (tanpa faktor beban)
Ma = 1/8 x Q x Lx2 + ¼ x P x Lx
= 1/8 x 7,250 x 1,002 + ¼ x 157,5 x 1,00
= 40,28125 kN/mm
Ma = 4028125 N/mm
- Inersia efektif untuk perhitungan lendutan,
Mcr 3 Mcr 3
Ie =(
𝑀a
) x Ig  1 − ( 𝑀a ) x Icr
, 3 , 3
=( ) x 666666667  1 − ( )
x 230038795,6 mm4
= 8509589422,3 mm4 = 8,51, E + 10 mm4

Q = 7,250 N/mm P = 157500 N


96

- Lendutan elastis seketika akibat beban mati dan beban hidup


5 1
𝛿e = x Qx  xPx
( ) ( )

5 1
= x 7,250 x  x 157500
(23500 Mpa 8509589422,3 mm4 )

x )
(23500 Mpa 8509589422,3 mm4 )

= 0,00169 mm

- Lendutan elastis seketika akibat beban mati dan beban hidup


p = As / (b x d)
= 1417 / (1000 x 150)
= 0,00944
- Faktor ketergantungan waktu untuk beban mati (jangka waktu > 5 tahun)
ζ = 2,00
l = ζ / (1  50 x p)
= 2 / (1  50 x 0,00944) = 1,358
- Lendutan jangka panjang akibat rangkak dan susut :
5
𝛿g =lx x Qx
( )

5
= 1,358 x x 7,250 x
(23500 Mpa 8509589422,3 mm4 )

= 0,000064 mm

- Lendutan total pada plat lantai jembatan :


Lx / 480 = 1000 / 480
= 2,083 mm
δTotal = δe + δg
= 0,00169 + 0,000064
= 0,00002 m < 0,002083 m (aman)
97

4. Kontrol Tegangan Geser Pons


- Kuat geser pons yang diisyaratkan
fv = 0,3 x 𝑓𝑐
= 0,3 x √25 = 1,5 Mpa
- Faktor reduksi kekuatan lentur, ∅ = 0,80
- Beban roda truck pada slab PTT = 157,5 kN
= 1575000 N
h = 0,20 m a = 0,30 m
ta = 0,08 m b = 0,50 m
u = a  2 x ta  h = 0,30  2 x 0,80  0,20 = 0,66 mm = 660 mm
v = b  2 x ta  h = 0,50  2 x 0,80  0,20 = 0,86 mm = 860 mm
- Tebal efektif pelat d = 150 mm
- Luas bidang geser
Av = 2 x ( u  v) x d
= 2 x ( 660  860) x 150
= 456000 mm2
- Gaya geser pons nominal
Pn = Av x fv = 456000 mm2 x 1,5 = 684000 N
= ∅ x Pn = 0,80 x 684000 N = 547200 N
- Faktor beban ultimit KTT = 2,00
- Beban ultimit roda truck pada slab
Pu = KTT x PTT = 2,00 x 157,5 = 315000 N
= 315000 N  ∅ x Pn = 547200 N (Aman)
98

D 16 - 300

D 16 - 300
D 19 - 200

D 19 - 200

0.20

Diafragma

0.40
T-Girder
99

Lampiran P.3 Perencanaan Diafragma

P.3.1 Data Perencanaan

1. Data Diafragma

- Panjang bentang jembatan, L = 12 m


- jarak antar diafragma, sd = 2,40 m
- tinggi diafragma, hd = 0,60 m
- lebar diafragma, bh = 0,30 m
- Tebal slab lantai jembatan, ts = 0,20 m
- panjang bentang balok diafragma s = 1,00 m
- Tebal lapisan aspal  overlay , ta = 0,08 m
- Tinggi genangan hujan, th = 0,05 m

a. Mutu baja
- Mutu baja untuk tulangan utama, fy = 390 MPa
- Mutu baja untuk tulangan sengkang, fy = 240 Mpa

b. Spesific Gravity :
- Berat beton bertulang, wc = 25,00 kN/m³
- Berat aspal padat, wa = 22,00 kN/m³
- Berat jenis air, ww = 9,80 kN/m³
P.3.2 Analisa Beban Diafragma

1. Berat Sendiri (MS)


Tabel P.3.1 Berat sendiri pada diafrgama
Lebar Tebal Berat Beban
No. Jenis
(m) (m) (kN/m3) (kN/m)
1 Plat lantai 1,00 0,20 25,00 5,00
2 Diafragma 0,30 0,40 25,00 3,00
QMS = 8,00
100

Gaya geser dan momen pada diafragma akibat berat sendiri (MS) :
Vms = 1/2 x Qms x s
= 1/2 x 8 x 1,00 = 4,00 kN

Mms = 1/12 x Qms x s2


= 1/12 x 8 x 1,002 = 0,667 kN/m

2. Beban Mati Tambahan (MA)


Tabel P.3.2 Beban mati tambahan pada diafrgama :
Lebar Tebal Berat Beban
No. Jenis
(m) (m) (kN/m3) (kN/m)
1 Lap.aspal+ovelay 1,00 0,08 22,00 1,76
2 Air hujan 1,00 0,05 9,80 0,49
QMA = 2,25

Gaya geser dan momen pada diafragma akibat beban mati tambahan (MA) :
Vma = 1/2 x Qma x s
= 1/2 x 2,25 x 1 = 1,125 kN

Mma = 1/12 x Qma x s2


= 1/12 x 2,25 x 12 = 0,188 kN/m
3. Beban Truk (TT)
- Beban hidup pada lantai jembatan berupa beban roda ganda oleh Truk
(beban T) yang besarnya, T = 112,5 kN
- Faktor beban dinamis untuk pembebanan truk diambil, FBD = 0,40
- Untuk menghitung beban truk "T" menggunakan rumus :
PTT = (1 + FBD) x T
= (1+ 0,40) x 112,5 kN
= 157,50 kN

Gaya geser dan momen pada diafragma akibat beban Truk (TT) :
VTT = 1/2 x PTT
= 1/2 x 157,5 = 78,75 kN
MTT = 1/8 x PTT x s
= 1/8 x 157,5 x 1 = 19,69 kN/m
101

P.3.3 Kombinasi Beban Ultimit

Tabel P.3.3 Kombinasi Beban Ultimit

Faktor Beban
No Jenis Berat Kuat Kuat Kuat Kuat Kuat Ekstrem Ekstrem Dayan Dayan Dayan Dayan
I II III IV V I II layan I layan II layan III layan IV
1 Berat Sendiri (MS) 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1 1 1 1
Berat Mati Tambahan
2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 1 1 1 1
2 (MA)
3 Beban Truk "T" (TT) 1,8 1,4 0,5 0,5 1 1,3 0,8

Tabel P.3.4 Kombinasi Momen Ultimate Diafragma


Faktor Beban
No Jenis Bahan M Kuat Kuat Kuat Kuat Kuat Ekstrem Ekstrem Dayan Dayan Dayan Dayan
layan layan layan
(kN/m) I II III IV V I II layan I
II III IV
1 Berat Sendiri (MS) 0,667 0,8671 0,8671 0,8671 0,8671 0,8671 0,8671 0,8671 0,8671 0,8671 0,8671 0,8671
Berat Mati Tambahan
0,376 0,376 0,376 0,376 0,376 0,376 0,376 0,188 0,188 0,188 0,188
2 (MA) 0,188
3 Beban Truk "T" (TT) 19,69 35,442 27,566 9,845 9,845 19,69 25,597 15,752
36,6851 28,8091 1,2431 1,2431 1,2431 11,0881 11,0881 20,7451 26,6521 16,8071 1,0551
102

Tabel P.3.5 Kombinasi Gaya Geser Ultimate Diafragma


Faktor Beban
No Jenis Bahan V Kuat Kuat Kuat Kuat Kuat Ekstrem Ekstrem Dayan Dayan Dayan Dayan
layan
kN I II III IV V I II layan II layan III layan IV
I
1 Berat Sendiri (MS) 4 5,2 5,2 5,2 5,2 5,2 5,2 5,2 5,2 5,2 5,2 5,2
Berat Mati Tambahan
2 2,25 2,25 2,25 2,25 2,25 2,25 2,25 1,125 1,125 1,125 1,125
(MA) 1,125
3 Beban Truk "T" (TT) 78,75 141,75 110,25 39,375 39,375 78,75 102,375 63
149,200 117,7 7,45 7,45 7,45 46,825 46,825 85,075 108,7 69,325 6,325
103

P.3.4 Pembesian diafragma

1. Tulangan Lentur
- Momen rencana ultimate gelagar Mu = 36,6851 kN.m
- Mutu beton, fc’ = 25 MPa
- Mutu baja tulangan beton, fy = 390 MPa
- Modulus elastisitis beton Ec = 4700 x 𝑓𝑐
= 4700 x √24,9 MPa
= 23453 Mpa
- Modulus elastisitis baja Es = 200000 MPa
- Lebar diafragma b = 300 mm
- Tinggi diafragma h = 600 mm
- Jarak tulangan terhadap sisi luar beton, d’ = 10 m
- Faktor bentuk distribusi tegangan beton, 1 = 0,85
,
𝜌𝑏 =( )x( )

, ,
=( )x( )

= 0,028

Rmax = 0,75 x 𝜌𝑏 x fy x (1- ½ x 0,75 x )


, 
,
= 0,75 x 0,028 x 390 x (1- ½ x 0,75 x )
, 

= 6,62
- Faktor reduksi kekuatan lentur, ∅ = 0,80 mm
- Tinggi efektif gelagar,
d = h - d’
= 600 mm – 50 mm
= 550 mm
- Momen nominal rencana 
Mn = Mu/∅
= 36,6851 kN.m / 0,80
= 45,86 kN.m
104

- Factor tahanan momen

Rn =

,
= = 0,51 < Rmax = 6,62 Oke

- Rasio tulangan maksimun, 


𝜌max = 0,75 x 𝜌𝑏
= 0,75 x 0,0281
= 0,0211
- Rasio tulangan yang diperlukan,
, 2 𝑥 𝑅𝑛
𝜌 =( ) x (1 − 1 − 0,85 𝑥 𝑓𝑐
)

, 2 𝑥 0,51
=( ) x (1 − 1 − 0,85 𝑥 25
)

= 0,0013
- Rasio tulangan minimum,
𝜌min = 1,4 / fy
= 1,4 / 390 = 0,0036
Maka : 𝜌min < 𝜌 < 𝜌max
= 0,0036  0,0013 < 0,0211 Oke
- Luas tulangan yang diperlukan,
As = 𝜌 x beff x d
= 0,0036 x 1000 mm x 550 mm
= 592,31 mm2
- Diameter tulangan yang direncanakan D16,
π
As1 = x D2
,
= x (16 mm)2

= 201,26 mm2
105

- Jumlah tulangan yang diperlukan,

n =

,
=
,

= 2,95  ≈ 3 batang
- Digunakan tulangan : 3 D 16 mm
- Luas tulangan yang digunakan
As = As1 x n
= 201,26 x 3
= 603,186 mm2
As yang digunakan  As yang diperlukan, maka tulangan aman
603,186 mm2  592,31 mm2…… aman
2. Tulangan Geser
- Gaya geser ultimate gelagar Vu = 149,20kN
- Luas tulangan As = 802,248 mm2
- Mutu beton, fc’ = 24,9 MPa
- Mutu baja tulangan beton, fy = 390 MPa
- Lebar badan gelagar, b = 300 mm
- Tinggi efektif gelagar d = 550 mm
- Faktor reduksi kekuatan geser, ∅ = 0,75
- Diameter sengkeng, ∅ = 13 mm
- Kuat geser nominal beton,

Vc = x b x d x 10-3

√ ,
= x 400 x 550 x 10-3

= 137,225 kN
 ∅ . Vc = 0,75 x 137,255 kN
= 102,919 kN
½ ∅Vc = 102,919 kN / 2
= 51,459 kN
106

a. Jika Vu < ½ ∅Vc , maka tulangan sengkang tidak perlu.


Dengan Vu = 149,200 kN > 51,459 kN, maka memerlukan tulangan
sengkang.
b. Jika Vs > 2/3 x 𝑓𝑐′ x (b x d) maka penampang harus diperbesar.

Vs = – (∅ Vc)

,
= – (102,919 kN)
,

= 61,709 kN
2/3 x 𝑓𝑐 x (b x d) x 10-3
= 2/3 x √24,9 x (300 x 550) x 10-3
= 548,899 kN

Dengan Vs = 61,709 kN < 2/3 x 𝑓𝑐′ x (bxd) x 10-3 = 548,899 kN maka


penampang tidak harus diperbesar.

c. Jika Vs ≤ 1/3 x 𝑓𝑐′ x (b x d) maka s = 0,5 x d ≤ 600 mm


1/3 x 𝑓𝑐 x (b x d) x 10-3
= 1/3 x √24,9 x (300 x 550) x 10-3
= 274,449 kN

Dengan Vu = 149,20 kN < 1/3 x 𝑓𝑐′ x (b x d) = 274,449 k, maka s = 0,5 x d


≤ 600 mm
S = 0,5 x d
= 0,5 x 550 mm
= 275  600 mm maka digunakan s = 275 mm
- Cek penampang
- Direncanakan sengkang 2 D 13
- Luas tulangan geser
π
Av = x D2 x n
π
= x 132 x 2 = 265,46 mm
107

Av
Sperlu =

,
=
,

= 922 mm

Smaks =

,
= = 1035 mm

Jadi, dari ketiga nilai s yang diperhitungkan maka untuk jarak sengkang
pada daerah maksimum digunakan s =150 mm, sedangkan untuk daerah sengkang
minimum digunakan s = 200 mm.
- Kontrol dimensi girder terhadap kuat geser maksimun
VSmaks = 2/3 x 𝑓𝑐 x (b x d) x 10-3
= 2/3 x √24,9 x (300 x 550) x 10-3
= 548,899 kN

Dengan Vs = 61,709 kN < 2/3 x 𝑓𝑐′ x (bxd) x 10-3 = 548,899 kN maka


dimensi balok memenuhi persyaratan kuat geser.
- Pada badan girder dipasang tulangan susut minimal dengan rasio tulangan,
𝜌sh = 0,001,
- Luas tulangan susut:
As = 𝜌sh x b x d
= 0,001x 300 mm x 550 mm = 165 mm
- Diameter tulangan yang digunakan, ∅ 13
- Jumlah tulangan susut yang diperlukan:

Sperlu =
π

=
,

= 1,24 ≈ 2 batang (Maka digunakan tulangan susut 2 𝐷 13)


108

4 D 16

2 D 13

60

Ø 13 - 200

4 D 16

30

Anda mungkin juga menyukai