Anda di halaman 1dari 24

R O A D

T R A N S P O R T

PENGANTAR ANGKUTAN BARANG


DAN SISTEM LOGISTIK
Tim Dosen Pengampu:
Dr. Eng. Imam Muthohar, S.T., M.T.
Mukhammad Rizka Fahmi Amrozi, S.T., M.Sc., Ph.D.
Arumdyah Widiati, S.T., M.Sc.

Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan


Fakultas Teknik - Universitas Gadjah Mada
Tim Penyusun Materi
Prof. Ir. Sigit Priyanto, M.Sc., Ph.D
Dr. Eng. Imam Muthohar, S.T., M.T.
Mukhammad Rizka Fahmi Amrozi, S.T., M.Sc., Ph.D.
Arumdyah Widiati, S.T., M.Sc.
Annisa Nur Tajudin, ST, M.Sc.
PERATURAN TERKAIT
TRANSPORTASI JALAN

Peraturan Direktur Jenderal


Perhubungan Darat No. SK. PM No. 40 th 2015 tentang
6251/AJ.104/DLJD/2017 Standar Pelayanan
tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Terminal
Kriteria Penetapan Kelas Penumpang Angkutan Jalan
Terminal Penumpang Tipe A
Peraturan
UU No. 38 th Pemerintah No.
1 2004 tentang 3 55 tahun 2012
5 7
Jalan tentang
Kendaraan

UU No. 22 th Peraturan PM No. 102 th


2009 tentang Menteri nomor 2018 tentang
2 Lalu Lintas dan 4 6 Penyelanggaraan
79 tahun 2018
Angkutan Jalan tentang Terminal Barang
pedoman
penetapan kode
terminal
OUTLINE
ROAD TRANSPORT CHARACTERISTICS

Karakteristik Jaringan Prasarana


Simpul Transportasi Jalan
Klasifikasi Jalan (Fungsi, Kelas, Status Kewenangan)

Karakteristik Sarana

Jenis Sarana (Penumpang dan Barang)

Karakteristik Jaringan Pelayanan

Jenis Pelayanan Transportasi


Jenis Jaringan Jalan
Karakteristik Jaringan Prasarana
TRANSPORTASI JALAN
SIMPUL TRANSPORTASI JALAN
TERMINAL
1. Terminal Penumpang
• Berdasarkan Kewenangan
Berdasarkan Peraturan Menteri nomor 79 tahun 2018 tentang pedoman penetapan kode terminal pasal
1 ayat 1, Terminal Penumpang Angkutan Jalan adalah pangkalan kendaraan bermotor Untuk mengatur
kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang, serta perpindahan moda angkutan yang
terpadu dan pengawasan angkutan. Adapun penetapan kode Terminal ditetapkam sebagai berikut :
a. Menteri, untuk terminal penumpang tipe A;
b. Gubernur, untuk terminal penumpang tipe B;
c. Bupati/walikota, untuk terminal penumpang tipe C; dan
d. Gubernur, untuk Terminal penumpang tipe B dan Terminal penumpang tipe C Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta.
• Berdasarkan Pelayanan
Terminal Tipe A merupakan terminal yang peran utamanya melayani kendaraan umum untuk ALBN
dan atau AKAP yang dipadukan dengan pelayanan AKDP, angkutan perkotaan, dan/atau angkutan
perdesaan.
Terminal Tipe B peran utamanya melayani kendaraan umum untuk AKDP yang dipadukan dengan
pelayanan angkutan perkotaan dan/atau angkutan perdesaan.
Terminal Tipe C merupakan terminal yang peran utamanya melayani kendaraan umum untuk
angkutan perkotaan atau perdesaan.
SIMPUL TRANSPORTASI JALAN
• Berdasarkan Fasilitas
Pada KM Perhubungan Nomor 31 tahun 1995, Tipe A dan B harus memiliki fasilitas
utama:
a. Jalur pemberangkatan kendaraan umum;
b. Jalur kedatangan kendaraan umum;
c. Tempat parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan, termasuk di
dalamnya tempat tunggu dan tempat istirahat kendaraan umum;
d. Bangunan kantor terminal;
e. Tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar
f. Menara pengawas;
g. Loket penjualan karcis;
h. Rambu-rambu dan papan informasi, yang sekurang-kurangnya memuat petunjuk
jurusan, tarif dan jadual perjalanan;
i. Pelataran parkir kendaraan pengantar dan/atau taksi. Fasilitas terminal tipe C tidak
wajib memiliki poin c, f, g, dan i.

▪ Berdasarkan lokasi
1. Terminal tipe A, terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi
dan/atau angkutan lintas batas negara.
2. Terminal tipe B, terletak dalam jaringan trayek antar kota dalam propinsi.
3. Terminal tipe C, terletak di dalam wilayah Kabupaten daerah Tingkat II dan
dalam jaringan trayek pedesaan.
SIMPUL TRANSPORTASI JALAN
2. Terminal Barang
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 102 Tahun 2018 tentang
penyelenggaraaan Terminal Barang pada pasal 1, Terminal Barang adalah tempat
untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang, perpindahan intramoda dan
antarmoda angkutan barang, konsolidasi barang/pusat kegiatan logistik, dan/atau
tempat parkir mobil barang.
Terminal Barang terdiri atas:
a. Terminal Barang untuk Umum; dan
b. Terminal Barang untuk Kepentingan Sendiri.

HALTE/ SHELTER
Menurut Undang-Undang RI No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Halte merupakan salah satu fasilitas pendukung
penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang menjadi tempat
pemberhentian kendaraan bermotor umum untuk menaikkan dan menurunkan
penumpang.
SIMPUL TRANSPORTASI JALAN
BANDARA
Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang
digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang,
bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas
penunjang lainnya.
PELABUHAN
Undang Undang No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran:
“ Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan atau perairan dengan batas batas
tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dankegiatan pengusahaan yang di pergunakan
sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang dan bongkar muat barang, berupa
terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan
pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar
moda transportasi “.
STASIUN
Stasiun adalah tempat kereta api berangkat dan berhenti untuk melayani naik dan turunnya
penumpang dan/atau bongkar muat barang dan/atau untuk keperluan operasi kereta api. (UU
No.13 Tahun 1992 Pasal 19)
SIMPANG - km 14 tahun 2006
▪ simpang prioritas;
▪ bundaran lalu lintas;
▪ Perbaikan geometrik persimpangan;
▪ pengendalian persimpangan dengan alat pemberi isyarat lalu lintas; dan/atau 5) persimpangan
tidak sebidang
Hubungan Simpul Transportasi Dengan Jaringan Jalan
KLASIFIKASI JALAN-fungsi
Jalan arteri
merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-
rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya
guna.

Jalan kolektor
merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak
sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan
masuk dibatasi.

Jalan lokal
merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan
rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

Jalan lingkungan
merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan
kecepatan rata-rata rendah
KLASIFIKASI JALAN-kelas
(Pasal 19 UU no 22 Tahun 2009)
KELAS I
Jalan kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi
18.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus)
milimeter, dan muatan sumbu terberat 10 (sepuluh) ton;
KELAS II
Jalan kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui Kendaraan
Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 12.000 (dua belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu
dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton;
KELAS III
Jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui Kendaraan
Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 (dua ribu seratus) milimeter, ukuran panjang
tidak melebihi 9.000 (sembilan ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 3.500 (tiga ribu lima ratus)
milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton;
KELAS KHUSUS
Jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran
lebar melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang melebihi 18.000 (delapan
belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan
sumbu terberat lebih dari 10 (sepuluh) ton.
KLASIFIKASI JALAN-status
(Pasal 19 UU no 22 Tahun 2009)
Jalan Nasional
Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol. Penetapan
status suatu jalan sebagai jalan Nasional dilakukan dengan Keputusan Menteri. Wewenang
pembinaannya oleh Pemerintah Pusat
Jalan Provinsi
Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan
ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antaribukota kabupaten/kota, dan jalan
strategis provinsi.
Jalan Kabupaten
Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk
pada ayat (2) dan ayat (3), yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan,
antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan
lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan
strategis kabupaten.
Jalan Kota
Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan
antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil,
menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam
kota.
Jalan Desa
Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antarpermukiman di
dalam desa, serta jalan lingkungan Wewenang pembinaannya oleh masyarakat.
Hubungan Sistem Kawasan Dengan Jaringan Jalan

SISTEM JARINGAN JALAN PRIMER KOTA


JENJANG KOTA
I JALAN ARTERI JENJANG I
PRIMER
Dari penggabungan system jaringan dan fungsi maka
jalan terdiri atas: JALAN ARTERI
JALAN ARTERI
PRIMER
PRIMER
a. Jalan arteri primer menghubungkan antar pusat
kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan
KOTA KOTA
nasional dengan pusat kegiatan wilayah. JENJANG
JALAN KOLEKTOR
JENJAN
PRIMER
II G II
b. Jalan kolektor primer menghubungkan secara
berdaya guna antara pusat kegiatan nasional
JALAN KOLEKTOR JALAN KOLEKTOR
Jalan
dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan Lokal PRIMER PRIMER
Primer
wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah
dengan pusat kegiatan lokal KOTA KOTA
JENJAN JALAN LOKAL JENJANG
c. Jalan lokal primer menghubungkan secara Jalan G III PRIMER III
Lokal
berdaya guna pusat kegiatan nasional dengan Primer

pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah JALAN LOKAL PRIMER

dengan pusat kegiatan lingkungan, antarpusat


kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan KOTA
Jalan DIBAWAH
Lokal
pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat Primer
JENJANG
II

kegiatan lingkungan.
d. Jalan lingkungan primer menghubungkan JALAN LOKAL PRIMER

antarpusat kegiatan di dalam kawasan perdesaan


dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan. PERSI
L
Hubungan Sistem Kawasan Dengan Jaringan Jalan

SISTEM JARINGAN JALAN SEKUNDER F1


KAWASAN
PRIMER

a. Jalan arteri sekunder menghubungkan


kawasan primer dengan kawasan Jalan Arteri Sekunder (JAS) Jalan Arteri Sekunder (JAS)

sekunder kesatu, kawasan sekunder


F21 F21
kesatu dengan kawasan sekunder KAWASAN Jalan Arteri Sekunder KAWASAN
SEKUNDER (JAS) SEKUNDER
kesatu, atau kawasan sekunder kesatu I I

dengan kawasan sekunder kedua.


Jalan Arteri Sekunder (JAS) Jalan Arteri Sekunder (JAS)
b. Jalan kolektor sekunder
menghubungkan kawasan sekunder
F22 F22
kedua dengan kawasan sekunder kedua KAWASAN Jalan Kolektor Sekunder KAWASAN
SEKUNDER (JKS) SEKUNDER
II
atau kawasan sekunder kedua dengan Jalan Lokal
II

Sekunder (JLS)
kawasan sekunder ketiga.
Jalan Kolektor Sekunder (JKS)
c. Jalan lokal sekunder menghubungkan
kawasan sekunder kesatu dengan
Jalan Lokal
Sekunder F23
perumahan, kawasan sekunder kedua (JLS)
KAWASAN
SEKUNDER III
dengan perumahan, kawasan sekunder
ketiga dan seterusnyasampai ke
Jalan Lokal Sekunder (JLS)
perumahan. Keterangan Gambar :

d. Jalan lingkungan sekunder F1 =Fungsi


F21=Fungsi
Primer
Sekunder Pertama
F22=Fungsi Sekunder Kedua
menghubungkan antarpersil dalam PERUMAHAN F23=Fungsi Sekunder Ketiga

kawasan perkotaan
Karakteristik Moda Jalan
TRANSPORTASI JALAN

The quick brown The quick brown The quick brown The quick brown
fox jumped over fox jumped over fox jumped over fox jumped over
the lazy dog. the lazy dog. the lazy dog. the lazy dog.
Moda JALAN
Berdasarkan UU no 22 tahun 2009 moda transportasi jalan dibagi menjadi :
Kendaraan Bermotor
Kendaraan Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa
mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel. Dikelompokkan menjadi :

1. Sepeda Motor
2. Mobil Penumpang
3. Mobil Bus
4. Mobil Barang
5. Kendaraan Khusus

KONFIGURASI
SUMBU MOBIL
BARANG/TRUK
ket: JBI (Jumlah Berat yang
Diijinkan)
Karakteristik Jaringan Pelayanan
TRANSPORTASI JALAN
JENIS PELAYANAN
TRANSPORTASI JALAN
BERDASARKAN PERUNTUKANNYA
(UU No.38 Tahun 2004)
JALAN UMUM
Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas
umum yang dibedakan menjadi :
a. Jalan Tol
Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem
jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya
diwajibkan membayar tol (sejumlah uang tertentu yang
dibayarkan untuk penggunaan jalan tol). Penetapan tarif
didasarkan pada golongan kendaraan. Bangunan atau fasilitas di
mana tol dikumpulkan disebut sebagai pintu tol, rumah tol,
plaza tol atau di Indonesia lebih dikenal sebagai gerbang tol.
b. Jalan Non Tol
Jalan Nontol adalah jalan umum yang penggunaanya tidak
diwajibkan membayar tol

JALAN KHUSUS
Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan
usaha, perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk
kepentingan sendiri.
JENIS PELAYANAN
TRANSPORTASI JALAN
➢ Jaringan jalan grid
Bentuk jaringan jalan pada sebagian besar kota yang
mempunyai jaringan jalan yang telah direncanakan.
Jaringan ini terutama cocok untuk situasi di mana
pola perjalanan sangat terpencar dan untuk layanan
transportasi yang sama pada semua area.
➢ Jaringan radial
Jaringan jalan difokuskan pada daerah inti tertentu
seperti CBD. Pola jalan seperti menunjukkan
pentingnya CBD dibandingkan dengan berbagai pusat
kegiatan lainnya di wilayah kota tersebut.
➢ Jaringan Cincin Radial
Jaringan jalan radial yang dimodifikasi dengan cincin
(Ringroad) yang menghubungkan jalan-jalan yang
menuju pusat kota
➢ Jaringan jalan spinal
jenis jaringan yang biasa terdapat pada jaringan
transportasi antar kota pada banyak koridor
perkotaan yang telah berkembang pesat.
➢ Jaringan Hexagonal dan Jaringan Jalan Delta
Bentuk jaringan jalan lainnya yang bersifat abstrak
dan memang mungkin untuk diterapkan tetapi
tampaknya tidak pernah dipakai, Keuntungan jaringan
jalan ini adalah adanya persimpangan-persimpangan
jalan yang berpencar dan mengumpul tetapi tanpa
melintang satu sama lain secara langsung.
JENIS PELAYANAN
TRANSPORTASI JALAN
SISTEM ANGKUTAN UMUM

Angkutan penumpang dengan kendaraan umum, terdiri dari angkutan lintas batas negara,
angkutan antarkota antarprovinsi, angkutan antarkota, angkutan pedesaan, angkutan perbatasan,
angkutan khusus, angkutan taksi, angkutan sewa, angkutan pariwisata dan angkutan lingkungan.
Pelayanan angkutan barang dengan kendaran umum tidak dibatasi wilayah pelayanannya.
JENIS PELAYANAN
TRANSPORTASI JALAN
Kapasitas bus kota yang biasa digunakan:
a) Bus kecil dengan kapasitas antara 9
sampai 16 orang
b) Bus sedang disebut juga bus 3/4
dengan kapasitas 17 sampai 35 orang
c) Bus besar dengan kapasitas 36 sampai
60 orang
d) Bus tingkat (double decker) dengan
kapasitas 70 sampai 120 orang
e) Bus tempel (articulated bus) dengan
kapasitas 100 sampai 170 orang
f) Bus dwi tempel (biarticulated bus)
dengan kapasitas 150 sampai 250
orang
KARAKTERISTIK MODA
JALAN

JARINGAN
JARINGAN PRASARANA SARANA
PELAYANAN

SIMPUL SEPEDA
JARINGAN JALAN HALTE SIMPANG MOTOR
TRANSPORTASI
MOBIL JARINGAN
JARINGAN AU
PENUMPANG ANG.BARANG

FUNGSI KELAS STATUS PELABUHAN STASIUN BANDARA TERMINAL TRAYEK TIDAK DALAM RUTE
BUS TETAP TRAYEK ANG.BARA
NG
ARTERI KELAS I NASIONAL PNP PNP PNP BARANG KEND. AKAP
PENUMPANG
BARANG TAKSI

KOLEKTOR KELAS II PROVINSI BARANG BARANG BARANG UMUM KEND. AKDP


TIPE A KHUSUS SEWA
KABUPATEN/ ANGKOT/
LOKAL KELAS III KHUSUS ANGDES PARIWISATA
KOTA TIPE B
LINGKUNG
ALBN
AN DESA
TIPE C
DTSL
FT – UGM terima
kasihROAD TRANSPORT CHARACTERISTICS

Anda mungkin juga menyukai