A. Orang
Berdasarkan UU LLAJ No.22 Tahun 2009, dijelaskan bahwa:
Pengemudi adalah orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang telah
memiliki Surat Izin Mengemudi. Surat Izin Mengemudi dimaksud adalah bukti bahwa seseorang
telah memiliki kompetensi mengemudi yang ia peroleh dari Pendidikan dan Pelatihan serta
dinyatakan telah lulus ujian praktik mengemudi yang didampingi oleh instruktur atau penguji. Surat
Izin Mengemudi bermacam-macam jenisnya, antara lain:
1. SIM A
SIM A adalah jenis SIM yang diperuntukkan bagi orang yang mengemudikan kendaraan mobil
dengan jumlah berat tidak melebihi 3.500 kg.
2. SIM B1
SIM B adalah jenis SIM diperuntukkan bagi orang yang mengemudikan mobil penumpang dan
barang dengan jumlah berat lebih dari 3.500 kg. Kendaraan yang dimaksud di sini biasanya berupa
mobil bus perseorangan atau mobil angkutan barang perseorangan.
3. SIM B2
Selanjutnya jenis SIM B2, diperuntukkan bagi orang yang mengemudikan atau mengoperasikan
kendaraan alat berat, kendaraan penarik, atau truk gandeng perseorangan dengan berat
kendaraan maksimal lebih dari 1.000 kg.
4. SIM C
Berikutnya adalah jenis SIM C. Sim C tidak lain diperuntukkan oleh pengendara sepeda motor.
SIM C ini sendiri terbagi menjadi 3 kategori, yaitu berdasarkan kapasitas silinder atau muatan cc
pada setiap sepeda motor yang dikemudikan. Jenis SIM C adalah sebagai berikut:
SIM C1 : digunakan untuk sepeda motor dengan cc di bawah 250 cc.
SIM C2 : digunakan untuk sepeda motor dengan cc di atas 250 dan maksimal 500 cc.
SIM C3 : digunakan untuk mengendarai kendaraan bermotor roda dua dengan cc di atas 500 cc.
5. SIM D
Kemudian terakhir, jenis SIM D adalah SIM yang diperuntukkan bagi pengemudi kendaraan
khusus, yaitu bagi para penyandang disabilitas.
Penumpang adalah orang yang berada di kendaraan selain pengemudi dan awak kendaraan.
Pada angkutan umum penumpang berkewajiban membayar jasa angkutan dengan bukti memiliki
tiket dan naik dan turun pada tempat yang telah dan seharusnya.
Pejalan Kaki adalah setiap orang yang berjalan di ruang lalu lintas jalan. Hak dan Kewajiban
pejalan kaki dalam berlalu lintas sesuai pasal 131 dan 132 UU 22 Tahun 2009:
1. Pejalan kaki berhak atas ketersediaan fasilitas pendukung yang berupa trotoar, tempat
penyeberangan dan fasilitas lain;
2. Pejalan kaki berhak mendapatkan prioritas
pada saat menyeberang jalan di tempat
penyeberangan;
3. Dalam hal belum tersedia fasilitas tersebut di
atas, pejalan kaki berhak menyeberang di
tempat yang dipilih dengan memperhatikan
keselamatan
4. Pejalan kaki wajib:
a. Menggunakan bagian jalan yang
diperuntukan bagi pejalan kaki atau jalan
yang paling tepi;
b. Menyeberang di tempat yang telah
ditentukan
5. Dalam hal tidak terdapat tempat penyeberangan yang ditentukan, pejalan kaki wajib
memperhatikan keselamatan dan kelancaran arus lalu lintas.
B. Jalan
Jalan adalah seluruh bagian jalan termasuk seluruh bangunan pelengkap dan perlengkapannya
yang diperuntukan bagi lalu lintas umum yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan
tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan
jalan kabel.
Jalan dikelompokkan dalam beberapa kelas berdasarkan fungsi dan intensitas lalu lintas guna
kepentingan pengaturan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan. Berikut
adalah pembagian jalan menurut kelas nya:
a. Jalan Kelas I
Jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak
melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000
(delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter,
dan muatan sumbu terberat 10 (sepuluh) ton.
b. Jalan Kelas II
Jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 12.000 (dua belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua
ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton.
c. Jalan Kelas III
Jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.100 (dua ribu seratus) milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 9.000 (sembilan ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 3.500 (tiga ribu lima ratus)
milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton.
d. Jalan Kelas Khusus
Jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar melebihi 2.500
(dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang melebihi 18.000 (delapan belas ribu)
milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu
terberat lebih dari 10 (sepuluh) ton.
Berdasarkan UU 38 tahun 2004 tentang Jalan. Menurut sistemnya jalan dibedakan menjadi
jaringan jalan primer dan jaringan jalan sekunder. Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan
ke dalam jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa. Jalan umum
menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan
lingkungan.
Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya
guna. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau
pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk
dibatasi. Sedangkan jalan local merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk
tidak dibatasi.
Jalan yang baru selesai proyek pekerjaannya tidak serta merta langsung digunakan untuk
operasional lalu lintas, melainkan harus melalui uji Statis dan Dinamis.
Uji statis sendiri dilakukan dengan
cara kendaraan berat ini berhenti di
tengah-tengah jalan tol untuk menguji
seberapa statisnya girder dari
konstruksi jalan tol layang tersebut.
Uji statis dilakukan untuk mengetahui
besar lendutan di tengah bentang
jembatan. Jika hasil uji menunjukkan
angka yang lebih kecil dari hasil
perhitungan awal, maka berarti lendutannya lebih kaku sehingga lebih baik untuk kekuatan
jembatan. Pengujian beban dilakukan lebih dari satu kali untuk mendapatkan hasil yang konsisten.
Sementara uji dinamis dilakukan dengan cara kendaraan berat dijalankan pada jalan tol dengan
kecepatan lambat. Uji dinamis bertujuan untuk mencari respon dinamik dengan mengukur
frekuensi natural, yang hasilnya kemudian dibandingkan dengan frekuensi alami berdasarkan hasil
perhitungan. Dari hasil uji dinamis juga akan diketahui faktor redaman jembatan dan Dynamic
Amplification Factor (DAF), yakni perbandingan antara amplitudo akibat beban dinamis dengan
amplitudo akibat beban statis yang akan menunjukkan karakteristik dari jembatan tersebut.
Parkir berdasarkan UU 22/2009 adalah keadaan kendaraan berhenti atau tidak bergerak, untuk
beberapa saat dan ditinggalkan pengemudinya. Penyediaan fasilitas Parkir untuk umum hanya
dapat diselenggarakan di luar Ruang Milik Jalan sesuai dengan izin yang diberikan.
Fasilitas Parkir di dalam Ruang Milik Jalan hanya dapat diselenggarakan di tempat tertentu
pada jalan kabupaten, jalan desa, atau jalan kota yang harus dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas,
dan/atau Marka Jalan.
Di Bab VI PP 79 Tahun 2013 Pasal 100 terkait Fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan
dapat berupa taman parkir dan/atau gedung parkir.
Penetapan lokasi fasilitas parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus memperhatikan:
a. rencana umum tata ruang;
b. analisis dampak lalu lintas;
c. kemudahan bagi pengguna jasa; dan
d. kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Lokasi fasilitas parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan oleh:
a. gubernur untuk lokasi parkir yang berada di wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
b. bupati untuk lokasi parkir yang berada di wilayah administrasi kabupaten; dan
c. walikota untuk lokasi parkir yang berada di wilayah administrasi kota.
Penyelenggara fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan wajib:
a. menyediakan tempat parkir sesuai dengan standar teknis yang ditentukan;
b. melengkapi fasilitas parkir paling sedikit berupa rambu, marka dan media informasi tarif, waktu,
ketersediaan ruang parkir, dan informasi fasilitas parkir khusus;
c. memastikan kendaraan keluar masuk satuan ruang parkir dengan aman, selamat, dan
memprioritaskan kelancaran lalu lintas;
d. menjaga keamanan kendaraan yang diparkir;
e. memberikan tanda bukti dan tempat parkir; dan
f. mengganti kerugian kehilangan dan kerusakan kendaraan yang diparkir sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pada pasal 105 aya 3 PP 79 tahun 2013 Fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan sebagaimana
dimaksud harus memenuhi persyaratan:
a. paling sedikit memiliki 2 (dua) lajur per arah untuk jalan kabupaten/kota dan memiliki 2 (dua)
lajur untuk jalan desa;
b. dapat menjamin keselamatan dan kelancaran lalu lintas;
c. mudah dijangkau oleh pengguna jasa;
d. kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan
e. tidak memanfaatkan fasilitas Pejalan Kaki.
Dalam PP Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, penetapan
kelas jalan dilakukan oleh pemerintah sesuai status jalan. Penetapan kelas jalan harus memenuhi
persyaratan teknis yang mempertimbangkan aspek keselamatan, struktur jalan, dan geometric
jalan. Sebagai tanda atau petunjuk kelas jalan, setiap ruas jalan harus diberi rambu yang
menunjukkan kelas jalan tersebut.
Pada PP 79 Tahun 2009 Pasal 29 tentang Rambu Lalu Lintas sebagaimana dimaksud terdiri atas:
a. rambu peringatan untuk memberi peringatan kemungkinan ada bahaya di jalan atau tempat
berbahaya pada jalan dan menginformasikan tentang sifat bahaya.
b. rambu larangan untuk menyatakan perbuatan yang dilarang dilakukan oleh Pengguna Jalan.
c. rambu perintah untuk menyatakan perintah yang wajib dilakukan oleh Pengguna Jalan.
d. rambu petunjuk untuk memandu pengguna jalan saat melakukan perjalanan atau untuk
memberikan informasi lain kepada Pengguna Jalan.
Marka Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf b berfungsi untuk mengatur lalu lintas,
memperingatkan, atau menuntun Pengguna Jalan dalam berlalu lintas berupa:
a. peralatan; atau
b. tanda.
Tanda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa:
a. marka membujur;
b. marka melintang;
c. marka serong;
d. marka lambang;
e. marka kotak kuning; dan
f. marka lainnya.
Marka Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) dapat berwarna:
a. putih menyatakan bahwa Pengguna Jalan wajib mengikuti perintah atau larangan sesuai dengan
bentuknya.
b. kuning menyatakan bahwa Pengguna Jalan dilarang berhenti pada area tersebut.
c. merah menyatakan keperluan atau tanda khusus.
d. warna lainnya menyatakan daerah kepentingan khusus yang harus dilengkapi dengan rambu
dan/atau petunjuk yang dinyatakan dengan tegas.
Pada Pasal 26 PP No 79 Tahun 2013 Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas sebagaimana dimaksud
terdiri atas:
a. lampu tiga warna, untuk mengatur kendaraan;
b. lampu dua warna, untuk mengatur kendaraan dan/atau Pejalan Kaki; dan
c. lampu satu warna, untuk memberikan peringatan bahaya kepada Pengguna Jalan.
C. Kendaraan
Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas kendaraan bermotor dan
kendaraan tidak bermotor. Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakan oleh
peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel. sedangkan kendaraan
tidak bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakan oleh tenaga manusia dan/atau hewan.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan, secara umum
kendaraan terdiri atas:
a. Kendaraan Bermotor, dikelompokkan berdasarkan jenis:
1) Sepeda motor, meliputi:
a) Kendaraan bermotor roda 2 (dua) dengan atau tanpa rumah-rumah
b) Kendaraan bermotor roda 2 (dua) dengan atau tanpa kereta samping
c) Kendaraan bermotor roda 3 (tiga) tanpa rumah-rumah
2) Mobil penumpang meliputi:
a) Mobil penumpang sedan yang memiliki 3 (tiga) ruang, terdiri atas:
(1) Ruang mesin
(2) Ruang pengemudi dan penumpang
(3) Ruang bagasi
b) Mobil penumpang bukan sedan yang memiliki 2 (dua) ruang terdiri atas:
(1) Ruang mesin
(2) Ruang pengemudi, ruang penumpang dan/atau bagasi
c) Mobil penumpang lainnya dirancang untuk keperluan khusus
3) Mobil bus, meliputi:
a) Mobil bus kecil
b) Mobil bus sedang
c) Mobil bus besar
d) Mobil bus maxi
e) Mobil bus gandeng
f) Mobil bus tempel
g) Mobil bus tingkat
4) Mobil barang, meliputi:
a) Mobil bak muatan terbuka
b) Mobil bak muatan tertutup
c) Mobil tangka
d) Mobil penarik
5) Kendaraan khusus meliputi kendaraan yang dirancang bangun untuk fungsi tertentu,
meliputi:
a) Militer
b) Ketertiban dan keamanan masyarakat
c) Alat produksi
d) Mobilitas penyandang cacat
c. Ukuran;
Dijelaskan dalam Pasal 54 PP 55 Tahun 2012 bahwa ukuran kendaraan bermotor selain
kendaraan bermotor harus memenuhi persyaratan:
1) Panjang tidak melebihi:
a) 12.000 (dua belas ribu) milimeter untuk Kendaran Bermotor tanpa Kereta
Gandengan atau Kereta Tempelan selain Mobil Bus;
b) 13.500 (tiga belas ribu lima ratus) milimeter untuk Mobil Bus tunggal;
c) 18.000 (delapan belas ribu) milimeter untuk Kendaraan Bermotor yang dilengkapi
dengan Kereta Gandengan atau Kereta Tempelan
2) lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter;
3) tinggi tidak melebihi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter dan tidak lebih dari 1,7
(satu koma tujuh) kali lebar Kendaraan;
4) sudut pergi Kendaraan paling sedikit 8° (delapan derajat) diukur dari atas permukaan
bidang atau jalan yang datar; dan
5) jarak bebas antara bagian permanen paling bawah Kendaraan Bermotor terhadap
permukaan bidang jalan tidak bersentuhan dengan permukaan bidang jalan.
Panjang bagian Kendaraan yang menjulur ke belakang dari sumbu paling belakang
maksimum 62,50% (enam puluh dua koma lima nol persen) dari jarak sumbunya,
sedangkan yang menjulur ke depan dari sumbu paling depan maksimum 47,50% (empat
puluh tujuh koma lima nol persen) dari jarak sumbunya.
Dalam hal Kendaraan Bermotor memiliki tinggi keseluruhan lebih dari 3.500 (tiga ribu lima
ratus) milimeter, wajib dilengkapi dengan tanda berupa tulisan yang mudah dilihat oleh
pengemudi di dalam ruang pengemudi.
g. Penggunaan
Sepeda Motor hanya dapat digunakan untuk pengemudi dan 1 (satu) penumpang.
Mobil Penumpang hanya digunakan untuk mengangkut paling banyak 7 (tujuh)
penumpang selain pengemudi.
Mobil Bus hanya digunakan untuk mengangkut lebih dari 7 (tujuh) penumpang selain
pengemudi.
Mobil Barang digunakan untuk mengangkut barang.
Kendaraan khusus digunakan untuk keperluan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian
Negara Republik Indonesia, alat berat dan kendaraan khusus untuk penyandang cacat
Persyaratan laik jalan ditentukan oleh kinerja minimal kendaraan bermotor yang diukur
sekurang-kurangnya:
a. Emisi gas buang;
ambang batas emisi gas buang
diatur oleh Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Berikut batas ambang batas emisi
gas buang kendaraan bermotor
lama berdasarkan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5
Tahun 2006 tentang Ambang Batas
Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama
Sedangkan untuk ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor disesuaikan
berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 20 Tahun 2017
tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M, Kategori
N, dan Kategori O
Gambar diatas untuk kendaraan bermotor yang sedang diproduksi kategori M dan Kategori
N berpenggerak motor bakar cetus api berbahan bakar bensin dengan mode test.
Gambar diatas untuk kendaraan bermotor yang sedang diproduksi kategori M dan kategori
N berpenggerak motor bakar cetus api berbahan bakar gas (LPG/CNG) dengan mode test
Gambar diatas untuk kendaraan bermotor yang sedang diproduksi kategori M dan kategori
N berpenggerak motor bakar penyalaan kompresi (diesel) dengan mode test
Gambar diatas untuk kendaraan bermotor yang sedang diproduksi kategori M, kategori N
dan kategori O berpenggerak motor bakar penyelaan kompresi (diesel) dengan mode test.
Gambar diatas untuk kendaraan bermotor yang sedang diproduksi kategori M, kategori N
dan kategori O berpenggerak motor barkakr penyalaan kompresi (diesel) dengan mode
test.
b. kebisingan suara;
Ambang batas kebisingan suara diatur oleh Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan. Berikut ambang batas kebisingan suara Kendaraan Bermotor berdasarkan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 7 Tahun 2009 tentang Ambang Batas
Kebisinagn Kendaraan Bermotor Tipe Baru
c. Efisiensi sistem rem utama;
Sistem rem utama mobil penumpang, serendah-rendahnya sebesar 60% pada gaya kendali
rem sebesar ≤ 500 Newton (50kg) dengan Langkah Gerakan pedal rem maksimum 100
milimeter dan pengereman sebanyak 12 kali.
System rem utama mobil barang dan bus, serendah-rendahnya sebesar 60% pada gaya
kendali rem sebesar ≤ 700 Newton (70kg) dengan Langkah Gerakan pedal rem maksimum
150 milimeter dan pengereman sebanyak 12 kali.
Diukur pada kondisi mendapat beban dengan jumlah berat yang diperbolehkan (JBB)
f. Suara klakson;
ditentukan serendah-rendahnya sebesar 90dB (A) dan setinggi-tingginya sebesar 118 dB
(A) dan diukur pada tempat yang tidak memantulkan suara dengan tingkat suara
lingkungan serendah-rendahnya pada jarak 2 meter di depan kendaraan
g. Daya pancar dan arah sinar lampu utama;
ditentukan serendah-rendahnya sebesar 12.000 cd untuk lampu jauh utama dan diukur
pada kondisi putaran mesin lambat dengan deviasi penyinaran lamp uke kanan sebesar
0O,34’ dan ke kiri sebesar 1O,09’
h. Radius putar;
ditentukan maksimum sebesar 12 meter dan diukur pada kondisi tanpa beban denan
kecepatan rendah pada permukaan bidang datar yang keras
Perbandingan antara daya motor penggerah dan berat kendaraan kendaraan khusus atau
sepeda motor ditetapkan sesuai dengan kebutuhan lalu lintas dan angkutan serta kelas
jalan. Ketentuan tersebut tidak berlaku untuk kendaraan bermotor yang digerakan dengan
tenaga listrik atau kendaraan bermotor yang dirancang dengan kecepatan tidak melebihi
25 kilometer per jam pada jalan datar.