Anda di halaman 1dari 3

Kisah Sunan Drajat, Ajaran Catur Piwulang

hingga Makamnya di Lamongan

Liputan6.com, Jakarta - Jawa Timur dikenal sebagai daerah yang mempunyai banyak wisata
religi. Hal ini tak lepas dari banyaknya bukti-bukti sejarah penyebaran berbagai agama di
tanah Jawa.

Salah satunya adalah wisata religi peninggalan sejarah agama Islam. Tanah Jawa adalah
daerah yang dipilih oleh banyak Walisongo dalam menyebarkan agama Islam di Nusantara,
salah satunya adalah Sunan Drajat.

Sunan Drajat merupakan salah satu Wali Songo yang terkenal menyebarkan agama Islam
di Lamongan, Jawa Timur. Ia adalah putera dari Sunan Ampel yang merupakan Walisongo
juga. Kali ini Liputan6.com akan membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
Sunan Drajat mengutip dari berbagai sumber.

1. Mempunyai nama paling banyak

Mengutip laman kebudayaan.kemendikbud.go.id, Sunan Gresik mempunyai nama Raden


Qosim. Ia adalah anak dari Sunan Ampel (Muhammad Ali Rahmatullah) bin Ibrahim
Assamaraqandi dan ibunya bernama Retna Ayu Manila (Dewi Candrawati).

Sunan Drajat diperkirakan lahir pada 1470 masehi. Ia ternyata ia merupakan Walisongo
yang mempunyai banyak nama, yaitu Sunan Mahmud, Sunan Mayang Madu, Sunan
Muryapada, Raden Imam, dan Maulana Hasyim.

Pada 1484, Sunan Drajat diberi gelar oleh Raden Patah dari Demak, yaitu Sunan Mayang
Madu. Raden Patah juga memberi tanah perdikan kepada Sunan Drajat.

2. Mengubah pesisir gersang jadi berkembang

Sunan Drajat terkenal sebagai wali yang memiliki jiwa sosial yang tinggi. Ia ahli dalam
mengelola ekonomi dan mempunyai bekal ilmu pertanian serta agama.

Ia datang ke Desa Banjaranyar, Paciran, Lamongan. Kemudian ia mendatangi pesisir


Lamongan yang gersang bernama Desa Jelak yang masih menganut agama Hindu dan
Buddha. Di desa inilah Sunan Drajat membangun mushola untuk beribadah dan
mengajarkan agama Islam, hal tersebut terjadi pada 1428 Masehi.
Kemudian pada 1429 Masehi, Sunan Drajat membangun daerah baru di dalam hutan
belantara dan mengubahnya menjadi daerah yang berkembang, subur, dan makmur.
Daerah tersebut dinamakan Drajat, dari sinilah gelar Sunan Drajat didapat.

3. Berjiwa sosial tinggi

Selain itu, Sunan Drajat dikenal dermawan kepada semua makhluk termasuk binatang.
Juru kunci Makam Sunan Drajat, Yahya menuturkan, suatu ketika Sang Sunan sedang
menikmati sepoi angin di bawah pohon rindang sambil memberi makan.

"Biasanya Kanjeng Sunan Drajat berdoa meminta pada Allah agar burung-burung
menghampirinya. Lantas beberapa burung bertengger di tangannya. Setelah Sunan
memberinya makan, burung itu terbang kembali," kata juru kunci Makam Sunan Drajat,
Yahya saat ditemui di komplek Makam Sunan Drajat, mengutip dari Merdeka, ditulis Senin
(23/9/2019).

Maka dari itu, Sunan Drajat dikenal mempunyai jiwa sosial yang tinggi. Ia juga mempunyai
cara-cara untuk membantu memberantas kemiskinan.

4. Ajaran Catur Piwulang

Tiap-tiap Walisongo mempunyai gaya dan cara dakwah yang berbeda, begitupun Sunan
Drajat. Ia mempunyai ciri khas ketika berdakwah. Ia mempunyai ajaran yang dinamakan
Catur Piwulang, yaitu

“paring teken marang kang kalunyon lan wuto” (berikan tongkat kepada orang yang berjalan
dijalan licin dan buta)

“paring pangan marang kang keliren” (berikanlah makan kepada orang yang kelaparan)

“paring sandang marang kang kawudan” (berikanlah busana kepada orang yang telanjang)

“paring payung marang kang kodanan” (berikanlah payung kepada orang yang kehujanan)

Selain itu, Sunan Drajat juga menggunakan media lain untuk berdakwah, yaitu kesenian
seperti menciptakan tembang Pangkur, dan alat yang digunakan adalah gamelan bernama
Singo Mengkok. Sekarang gamelan tersebut menjadi salah satu koleksi Museum Sunan
Drajat.

5. Menikahi tiga wanita

Sunan Drajat menikahi tiga wanita dalam hidupnya. Istri pertamanya merupakan puteri dari
Sunan Gunung Jati, Sufiyah. Kemudian ketika tinggal di Drajat, ia menikahi wanita bernama
Kemuning. Setelah itu, Sunan Drajat memperistri puteri Adipati Kediri, Renayu Candra
Sekar.
Dalam upayanya untuk memberantas kemiskinan, Sunan Drajat adalah orang yang menjadi
pelopor orang-orang kaya dan bangsawan untuk berinfaq, bershodaqoh, dan berzakat
sesuai dengan ajaran agama Islam.

6. Dimakamkan di Lamongan

Sunan Drajat dimakamkan di di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan, Jawa Timur.
Lamongan. Mengutip laman cagarbudaya.kemendikbud.go.id, makam Sunan Drajat
dijadikan sebagai cagar budaya berdasarkan SK Menteri NoPM.56/PW.007/MKP/2010.

Makamnya pun banyak didatangi oleh peziarah dari berbagai daerah di Nusantara. Bahkan,
peziarah mencapai ribuan orang pada hari tertentu, seperti pada bulan Ramadan.

Mengutip dari Antara, di pintu masuk cungkup makam Sunan Drajat terdapat ukiran tulisan
pada papan kayu jati yang berbunyi

"Maqom Raden Qosim, Sunan Derajat, Sunan Mayang Madu Bin Sunan Ampel. Dilarang
mengambil gambar".

"Tulisan itu dipasang untuk mencegah agar di depan makam tidak dimanfaatkan peziarah
untuk berfoto. Tapi, kalau makamnya mau difoto tidak apa-apa kok," kata seorang pekerja
di kompleks Makam Sunan Drajat, Syamsul Arif, 10 Juli 2015

Anda mungkin juga menyukai