Anda di halaman 1dari 2

AS kembali rancang revolusi di Indonesia

Situs berita sayap kiri Amerika yang didirikan Mnar Adley, MintPress News, baru baru ini
mengungkapkan bahwa National Endowment for Democracy (NED)--sebuah lembaga yg
didirikan para pentolan CIA yang terkenal kejam--kini diketahui sedang merancang "revolusi
warna" di Indonesia.
BIN telah mencium upaya jahat AS untuk mencampuri urusan politik dalam negeri Indonesia,
tetapi tampaknya NED tidak ambil pusing. NED berkepentingan mendongkel Presiden Jokowi,
sebagaimana dulu CIA dibantu M16 berhasil mendongkel Presiden Soekarno yg tidak disukai AS
dan memasang Jenderal Soeharto hingga menjadi diktator selama 32 tahun.
Lebih dari satu juta orang terbunuh melalui pembantaian bermotif politik, eksekusi, pemenjaraan
sewenang-wenang, dan penindasan yang kejam. Bahkan CIA menggambarkan pembersihan
yang dilakukannya Soeharto terhadap kaum kiri sebagai “salah satu pembunuhan massal
terburuk di abad ke-20.”
Lebih lanjut Mintpress melaporkan, Presiden Jokowi kini bersiap-siap untuk meninggalkan masa
jabatannya yang diamanatkan oleh konstitusi, sementara peringkat persetujuan pribadinya berada
pada level tertinggi sepanjang sejarah.
Kepergiannya diprediksi akan menciptakan lembaran politik yang bersih, yang ingin diisi oleh
NED. Untungnya, terulangnya pembantaian yang dilakukan oleh badan intelijen yang membawa
Soeharto berkuasa beberapa dekade lalu, tampaknya tidak mungkin terjadi.
Namun bocoran dokumen yang diperoleh MintPress News menunjukkan dengan jelas, bahwa AS
sedang bersiap melakukan kudeta lagi di Jakarta dengan dalih “promosi demokrasi.”
NED berdiri pada tahun 1983. Organisasi ini secara eksplisit didirikan oleh para senior CIA dan
aparat kebijakan luar negeri AS untuk berfungsi sebagai mekanisme publik atas dukungan
rahasia tradisional NED terhadap kelompok oposisi, gerakan aktivis dan media di luar negeri,
yang terlibat dalam propaganda dan aktivisme politik untuk mengganggu, mendestabilisasi, dan
menggusur rezim yg tidak disukai.
Campur tangan jahat NED selama bertahun-tahun terlalu panjang untuk dicantumkan di sini,
termasuk mensponsori pemberontakan yang gagal di Kuba, menyalurkan dana kepada pengunjuk
rasa separatis di Hong Kong, dan mencoba menggulingkan pemerintah Belarusia.
Menurut Mintpress News, NED disebut sebut telah mengucurkan dana sebesar US$2 juta dolar
setiap tahun untuk menggoyang pemerintah Jokowi di Jakarta.
Lembaga swadaya masyarakat (LSM) Perludem (Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi)
serta sejumlah serikat buruh disebut-sebut telah menjadi mitra AS dalam melancarkan revolusi
jahat tersebut.
Revolusi warna adalah operasi inteligent AS yg dilangsungkan di seluruh dunia untuk
menggulingkan regim yg tidak mereka sukai. Jadi semacam perang dingin untuk merubah atau
merobohkan regim, untuk diganti regim yg mereka sukai.

1
Presiden Jokowi yg mazab politik dan kepemimpinannya mirip dengan Soekarno tentu saja
sangat tidak disukai Amerika.
Menurut Mintpress News, di Indonesia NED mencoba menggunakan serikat serikat buruh untuk
menggoyang Presiden Jokowi dengan isyu menentang omnibus law.
Selain itu, NED juga membiayai lembaga Perludem untuk mengintervensi Pemilu 2024.
Perludem berdiri pada Januari 2005 dengan status badan hukum Perkumpulan. Ide pendirian
Perludem tercetus disela-sela rapat evaluasi Panwas seluruh Indonesia paska Pileg dan Pilres
2004, yang pada akhirnya direspon secara positif oleh seluruh peserta yang hadir.
Menindaklanjuti respon tersebut, beberapa tim diamanatkan untuk menyusun konsep, desain dan
dokumen administrasi kelembagaannya. Beberapa tokoh yang terlibat dalam proses pendirian
Perludem antara lain; Bambang Wijayanto, Iskandar Sondhaji, Poltak, Budi Wijarjo, Andi
Nurpati, dll.
Rocky Gerung adalah salah satu intelektual Indonesia yg sering memberikan ceramah ceramah di
Perludem tentang Pemilu, khususnya soal electoral threshold. (*)

Yg ingin mendalami berita ini, silahkan akses: https://scheerpost.com/2023/09/07/leaked-cia-


front-preparing-color-revolution-in-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai